Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah Selingkuh di Masa Lalu

Bimabet
mita bakalan nyantol ke oom sadewo ga ya habis ini.....
kayaknya lebih berasa oom2 drpd pacarnya mita.....
 
Thanks komennya, diusahakan besok malam Chapter 6 sudahdi post :)
 
Lanjut aja suhu...bantu para ngacenger disini biar suhu dapet berkah...haha
 
Walau udah om om kalau sering latihan olah tubuh dan olah titit pasti joss...hehe..lanjutkan suhu biar mengalir ceritanya.
Kalau perlu diperkenalkan juga anak kost yg lain.
 
Chapter 6: Sunday, Lovely Sunday

“Sundays are slow
Never pretentious, oh no
Silent and closed
And we don't really have to know
Where to go...”

Kubuka mataku perlahan di minggu pagi itu, terbaring telanjang dengan seorang lelaki hampir paruh baya yang mendekap tubuhku, aku berusaha bernalar dengan apa yang sudah aku lakukan semalam, namun tak ada gunanya penyesalan. Kuamati sekilas bagian dadaku, ada banyak memar merah kebiru-biruan bekas persetubuhan semalam, entah apa yang terjadi jika Darren tiba-tiba pulang dan mengajakku bercinta.

“Uhmmm pagi Mita...”, desah Om Sadewo pelan dekat telingaku, dia memelukku erat dan mencium tengkukku dengan lembut.

“Ehmm pagi Om....uhm itunya bangun juga ya...”, jawabku menggodanya karena merasakan penisnya rupanya ikut terbangun mengeras menyentuh pantatku.

“Iya, mungkin kangen sama kamu....”, kata Om Sadewo sambil mencium pipiku.

Om Sadewo berdiri meninggalkan ranjang dan mengambil segelas air putih dari dispenser, “Kamu mau minum Mita?”, katanya dan kujawab dengan anggukan kepala, aku menatap tubuh telanjang Om Sadewo yang tinggi besar dengan penis yang mengacung tegak sedang mengambil minum di dispenser, dia sepertinya tidak peduli tubuhnya kupandangi seperti itu atau bahkan memang sengaja untuk membuatku ‘lemah’. Om Sadewo menghampiriku yang masih tergolek di ranjang dengan membawa segelas air putih, “Ini minumnya, supaya ga kering tenggorokannya, Om biasa minum 2 gelas air putih setiap pagi”, katanya yang kubalas dengan ucapan terima kasih. Kutengguk segelas air putih itu dengan agak gugup, Om Sadewo berdiri di samping ranjang menghadapku, sehingga penis besarnya yang mengacung berada tepat di depan wajahku, entah kenapa ingin sekali aku melumatnya! Om Sadewo sendiri terkesan sok tak peduli atau memang menggodaku.

“Om...”, kataku lirih setelah menyerahkan gelas kosong ke Om Sadewo.

“Ya sayang....kenapa?”, jawabnya sambil membelai lembut rambutku, perlakuannya membuatku benar-benar luluh dan meruntuhkan semua pertahanan diri dan gengsiku.

“Mita mau kulum punya Om....boleh?...”, kataku....”Astaga Mita kenapa kamu jadi serendah ini...”, sekelebat bathinku berkata, lalu hanya anggukan kepala saja jawab Om Sadewo yang diiringi dengan senyuman sambil mengusap kepalaku.

Entah kenapa aku menjadi seperti ini, penis besar itu kini sudah kukulum dengan penuh nafsu walau berasa asin bekas lelehan sperma semalam yang mengering, kugenggam kuat penisnya sambil kukocoki perlahan dengan gerakan sedikit memutar, Om Sadewo terengah-engah merasakan nikmatnya dan lucunya tangan kirinya masih memegang gelas bekas aku minum tadi. Untuk membuat seluruh bagian penisnya berada di dalam mulutku bukan perkara mudah, sesekali aku tersedak dan akhirnya hanya mengulum sekitar tiga perempat bagiannya saja, yang membuat Om Sadewo sepertinya tak tahan merasakan nikmatnya adalah saat kepala penisnya kuhisap kuat-kuat hingga memerah, walau sebenarnya bukan pembalasan karena klitorisku dibuatnya agak bengkak setelah dikulum kuat-kuat semalam.

“Arrggghh Mita....sudah dulu, kita mandi dulu saja yuk.....”, kata Om Sadewo sambil menahanku untuk berhenti mengulum penisnya.

Aku agak bingung ketika Om Sadewo sedang mengambil peralatan mandi dan memakai jubah mandinya, bajuku ada di lantai atas karena semalam tidak sempat masuk ke kamar. Melihatku yang tampak kebingungan dan hendak memakai kembali kaos dan rok yang kukenakan semalam, Om Sadewo memberikan kemeja kerja biru mudanya kepadaku...”Pakai ini saja...tdk usah pakai daleman, kamu mau ambil peralatan mandi kamu kan?”, kata Om Sadewo. Kukenakan kemejanya yang pastinya kebesaran, tapi membuatku merasa seksi karena dibalik kemeja itu aku tak mengenakan daleman sama sekali.

Kami keluar kamar kos berbarengan sambil memantau situasi, sepertinya belum ada tanda-tanda kehidupan dari penghuni lainnya, aku bergegas mengambil handuk dan peralatan mandi di kamar kosku yang letaknya di lantai 3, lalu menyusul Om Sadewo ke kamar mandi lantai 2, sengaja dia tidak menguncinya dan kulihat dia sedang menyabuni tubuhnya. Kubuka kemeja yang kukenakan hingga telanjang bulat, dan baru saja aku menggantungnya, tiba-tiba Om Sadewo mendekapku dan mencium bibirku....”Om mandiin kamu ya....”, katanya setelah mengulum sesaat bibirku.

Kubiarkan tubuh telanjangku dibasuh Om Sadewo, dia menyabuni setiap bagian tubuhku dengan lembut sambil sesekali memainkan bagian intim yang ditemuinya, aku kembali terangsang merasakan kemaluanku mulai dibanjiri cairan kenikmatan. Dengan tubuhku yang sebagian ditutupi sabun, Om Sadewo memintaku menghadap kaca, menopangkan kedua tanganku ke tembok dan menarik mundur pinggilku sehingga sedikit menungging. Penis besarnya merangsek masuk ke dalam liang vaginaku yang diiringi rintihan pelan kami berdua, kugigit bibir bawahku sendiri sambil memejamkan mata dan saat kubuka mata, kulihat Om Sadewo menatap ke kaca sambil melihat ekspresi wajahku. Payudara kananku diremasnya kuat sambil memilin puting susunya, sementara tangan kirinya mencoba mencari klitorisku dan memainkannya dengan jari tengahnya. Liang vaginaku terasa sesak namun penuh kenikmatan atas gesekan keluar masuk penis besar Om Sadewo, sesekali dia menghujamkan penisnya dalam-dalam hingga menyentuh dinding rahimku dan membuatku sedikit berteriak.

Entah sudah berapa lama Om Sadewo menyetubuhiku di dalam kamar mandi itu, aku takmau berpikir dan hanya ingin menikmatinya, sesekali bahuku digigitnya agak kasar hingga meninggalkan bekas merah, gesekan penisnya makin lama makin cepat dan akhirnya tubuhku bergetar dan memekik pelan....”Arrggghh Om Sadewoooo......”, kusebut namanya saat orgasme. Dengan cepat dengan mencabut penisnya dan menyemprotkan spermanya ke bongkahan pantatku, begitu hangat dan lengket. Setelah semalam sudah cukup banyak mengeluarkan sperma, aku takjub di pagi ini Om Sadewo masih sanggup mengeluarkan sperma sebanyak itu, walau kulihat raut wajahnya yang kelelahan dengan penis besar yang berangsur lunglai.

Kembali Om Sadewo membersihkan dirinya dan membantuku membasuh tubuh telanjangku, “Om duluan ya...cari sarapan dulu...tunggu di kamar Om pake kemeja yang tadi....”, kata Om Sadewo setelah menyabuniku tanpa sempat menyiram tubuhku.

Selesai mandi, tubuhku terasa segar dan wangi, kukenakan kemeja milik Om Sadewo dan masuk ke kamarnya untuk menunggu sarapan yang sedang dibelikan. Kamar Om Sadewo sedikit agak kosong, rupanya dia tidak membawa banyak barang, namun syukurnya masih ada mini compo untuk membunuh rasa jenuhku menunggunya datang, kuputar radio favoritku sambil merebahkan diri mengecek pesan di hape. Darren menghubungiku semalam! Ada 2 misscall yang tak kujawab karena ku silent hapeku, ternyata dia mengirimkan aku pesan singkat juga...”Kamu dimana? Aku kangen kamu....”, Damn! isi pesan singkat itu membuatku terasa bodoh dengan apa yang sudah kulakukan dengan Om Sadewo, aku merasa galau dan bersalah, kucoba menghubungi Darren dan setelah beberapa saat nada dering, kudengar sayup-sayup suara wanita dari balik hape, sepertinya Darren tak sengaja memencet tombol terima telepon dan secara samar kudengar dia sedang berbicara dengan seorang wanita walau tak jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Kututup panggilan teleponku dan menguatkan diriku, “Pasti dia bohong bilang kangen, dan pasti sedang selingkuh juga!”, pikirku sambil mencari pembenaran atas apa yang sudah kulakukan bersama Om Sadewo.

“Sorry ya agak lama, banyak yang tutup soalnya...sekalian Om belikan buat lunch juga daripada keluar lagi”, kata Om Sadewo begitu tiba sambil membawa plastik dari salah satu resto fastfood yang juga menyediakan breakfast menu. Kami bersenda gurau sambil menikmati sarapan yang agak telat sebenarnya, Om Sadewo banyak menceritakan kisah-kisah seru mengenai tugasnya di proyek yang kadang sampai ke daerah pelosok, aku sendiri lebih tertutup walau sesekali dipancing mengenai jaman sekolah atau kuliahku, aku lebih senang menjadi pendengar saja karena aku sendiri tak terlalu pandai bercerita.

Setelah sarapan, Om Sadewo mengeluarkan laptopnya dan menawarkanku untuk menonton film, aku sudah berpikir buruk, jangan-jangan dia akan memutar film porno yang akan digunakan sebagai referensi untuk menyetubuhiku, tapi ternyata dia mengajakku melihat film drama komedi romantis yang dimainkan oleh Jennifer Aniston. Laptop diletakkan di ranjang, sementara Om Sadewo duduk bersandar di kepala ranjang sambil mendekapku, deru nafasnya kurasakan ditengkukku. Sambil menonton, sesekali pipi atau leherku diberikan kecupan-kecupan lembut sambil mendekapku erat, dia sepertinya tahu aku suka genre film seperti yang diputar dan tak ingin mengganggu konsentrasiku dengan ‘perlakuan nakal' yang memancing birahiku, padahal saat itu aku hanya mengenakan kemeja panjangnya saja yang kugulung lengannya namun tidak memakai daleman apapun.

Menjelang film akan habis, Om Sadewo yang memelukku dari belakang mulai melancarkan serangan, leherku dikecupnya berulangkali hingga meremang bulu kudukku, 2 kancing kemeja pertama dan kedua dibukanya agar dapat menarik kerahnya dan menciumi bahuku. Payudaraku setengah terlihat dengan puting susu yang sudah mengeras, Om Sadewo menjilati bulu-bulu halus dileherku sambil tangannya menggenggam lembut payudaraku. “Uffhmmm Om dikit lg mau habis filmnya....”, kataku yang mulai menggelinjang kegelian. Entah kesal atau memang membiarkanku menikmati akhir cerita dari film yang diputar, Om Sadewo beranjak turun dari ranjang dan duduk dikursi dekat meja yang ada dikamarnya sambil mengambil sesuatu yang tak kuperhatikan dengan jelas.

“Tutup saja laptopnya, kesini sayang....”, ujar Om Sadewo tak lama setelah film berakhir, dia memintaku menghampirinya dan duduk di paha kanannya, dia hanya mengenakan kaos oblong dan boxer, kuperhatikan sesaat sepertinya penisnya sudah mengeras lagi. Kuhampiri Om Sadewo yang sedang duduk dekat meja dan menaruh tubuhku dipangkuan paha kanannya sambil menghadapnya. Kami berciuman begitu mesra, bibir dengan bibir, lidah bertemu lidah dan saling melumat, tangannya menjalar meremasi payudara mungilku hingga bagian kemaluanku.

“Memek kamu biasa dicukur gini ya...”, tanya Om Sadewo nakal sambil tangan kirinya mengusap-usap pahaku dan sesekali membelai belahan kemaluanku.

“Iyah Om...arrgghhh emang Om ga suka?”, jawabku sambil menahan geli saat jemari tangannya membelai klitorisku, dia hanya tersenyum dan menjawab suka, kemudian kami berdiri didepan meja yang agak panjang itu, Om Sadewo berada dibelakangku sambil berusaha membisikkan sesuatu.

“Mita nurut aja sama Om ya...Om janji ga akan bikin sakit....”, ujarnya pelan ditelinga kiriku, aku tak tahu maksudnya apa, namun tiba-tiba tubuhku ditelungkupkan menghadap meja, kurasakan sesuatu melilit pergelangan tanganku, Om Sadewo ternyata mengikatku dengan tali yang sudah disiapkannya tadi! Kedua tanganku diikat masing-masing ke bagian depan ujung kanan dan kiri meja itu, sehingga tubuhku benar-benar tertelungkup hingga kurasakan payudaraku terasa sesak terhimpit diatas meja, pipiku menempel diatas permukaan meja menghadap ke kiri. Belum habis rasa kagetku, kini kurasakan pergelangan kakiku dililit tali dan diikatkan ke kaki meja masing-masing yang kanan dan yang kiri, aku tak mampu bergerak, posisiku seperti membentuk huruf ‘X’ namun dengan posisi kaki berdiri dan badan telungkup diatas meja.

“Ga terlalu kuatkan ikatannya?...”, tanya Om Sadewo sambil mengusap rambutku.

“Enggak, tapi Om mau apa ini? Lepasin Mita Om....”, kataku sambil berusaha melepaskan diri, dari tadi sebenarnya aku agak berontak namun tenagaku kalah jauh dengan Om Sadewo, dan memang ikatannya tidak terlalu kencang, tapi tetap saja membuatku sulit bergerak dan khawatir akan apa yang akan terjadi.

Tanpa jawaban, Om Sadewo menciumi betisku secara bergantian kanan dan kiri sambil mengusapinya dengan lembut, ciumannya secara teratur makin ke atas hingga menyibakkan kemeja yang kukenakan. Bongkahan bulat pantatku terbuka bebas dipandangi Om Sadewo, kebetulan di samping meja ada kaca, sehingga aku bisa melihat apa yang sedang Om Sadewo lakukan saat itu. Kedua pantatku diusap bergantian dan sesekali dipukul pelan, Om Sadewo kini berlutut tepat menghadap pantat telanjangku, awalnya dia menciuminya dengan lembut namun tiba-tiba menggigitinya dengan kasar hingga aku protes, kedua tangannya menyibakkan kedua pantatku sehingga belahan kemaluan dan lubang analku terbuka lebar. Sebenarnya aku malu dan risih, karena tidak pernah diperlakukan seperti ini baik oleh Darren atau mantanku sebelumnya, aku mengerang sesaat setelah sapuan lidah Om Sadewo menyusuri belahan pantatku, mulai dari kemaluan hingga melewati lubang anal dan berakhir dibagian tengah dekat pinggul. “Sshh ahhh geli Om...pelan-pelan Om...ahhh”, racauku saat kemaluanku mulai dilahapnya, klitorisku berulangkali dikulum dan digigiti, lubang vaginaku sesekali dikocoki jari tengahnya dan entah sudah berapa kali pantatku ditamparnya hingga tampak kemerahan.

“Om Sadewo....sakittt!”, aku berteriak antara orgasme dan agak terasa sakit dibagian lubang vaginaku, karena terlalu nafsu mengocoki vaginaku dengan jarinya, Om Sadewo tidak hanya menggunakan 1 atau 2 jari, namun sekaligus 3! Untungnya dia menyadarinya dan langsung menghentikan aksinya.

Setelah mendapatkan orgasme, tubuhku terasa lemas dan kemaluanku sangat basah dibanjiri cairan kenikmatan dan air liur Om Sadewo, aku sebenarnya mulai merasa tak nyaman dengan posisi diikat seperti itu namun dari pantulan kaca kulihat Om Sadewo sudah meloloskan boxernya dan mulai mengacungkan penisnya tepat di depan liang vaginaku. Sebelum menyetubuhiku, Om Sadewo membuka kancing kemejaku dengan susah payah dan menarik bagian kerahnya ke bawah untuk mendapatkan pemandangan punggung telanjangku, dia menciumi dan menjilatinya dengan penuh nafsu....”Mita masih mau dientot?”, tanyanya menggoda dekat di telingaku sambil mencium pipiku.

“Iyah Om...pelan-pelan tapinya....jangan kasar-kasar ya....Om!”, kataku pelan, namun belum sempat selesai bicara, penis besarnya sudah menghujam liang vaginaku dalam-dalam dan bergerak keluar masuk dengan cepat membuatku merintih sambil berteriak seperti wanita di film porno Jepang yang pernah Darren perlihatkan kepadaku. Kedua tangan Om Sadewo memegangi pinggulku seperti memastikan liang vaginaku sepenuhnya disesaki penis besarnya, walau adrenalineku terpacu dengan gaya persetubuhan yang sedang Om Sadewo lakukan saat ini, namun pergelangan tangan dan kakiku terasa tak nyaman dan membuatku memohon untuk dilepaskan.

Entah apakah sudah puas menghujami liang vaginaku dengan posisi dari belakang, namun Om Sadewo akhirnya melepaskan ikatanku, sebagai gantinya, kuminta Om Sadewo duduk sementara aku ‘menunggainya’ berhadapan. Tak sulit lagi penisnya memasuki kemaluanku, karena sudah sangat basah dan penis Om Sadewo pun sudah dilumuri cairan kenikmatan dari liang vaginaku sebelumnya. “Om gemes sama tetek kamu Mita....uffhhmmm”, Om Sadewo takmau membiarkan payudaraku bebas begitu saja, dengan posisi berhadapan saat itu, begitu mudah untuknya melahap kedua payudaraku bergantian sambil menggigiti puting susunya, terasa perih sebenarnya, sepertinya semalam sudah ada luka robek sedikit di kedua puting susuku, namun kucoba menahannya sambil menggoyangkan pinggulku untuk ‘memainkan’ penis Om Sadewo dalam liang vaginaku.

“Om....Mita mau sampe lagi....kalo mau keluar bilang ya Om...”, ucapku lugu, kebiasaan karena dari dulu selalu minta Darren untuk ngomong jika akan ejakulasi, apalagi saat bercinta tanpa kondom. Aku sudah tak tahan dan mengerang lepas dengan tubuh menggelinjang, puncak kenikmatan kembali kuraih dan segera kubebaskan penis Om Sadewo dari liang vaginaku, rupanya dia juga akan ejakulasi dan meminta kedua payudaraku untuk tempat spermanya ‘berlabuh’. Segera kuberlutut diantara kedua kaki Om Sadewo, mengocoki penisnya sambil mencengkramnya kuat-kuat dan menyodorkan kedua payudaraku.....”Arrrgggghhh Mita.....”, erang Om Sadewo sambil memuncratkan spermanya ke dadaku, dan bahkan karena saking kuatnya ada yang sampai mengenai leherku. Om Sadewo menatapku dengan wajah lemas setelah ejakukasi, aku tersenyum kepadanya sambil mengocoki penisnya yang mulai layu, sebagian leher dan payudaraku dipenuhi sperma yang mulai menetes hingga perutku.

“Dibersihin seadanya pake tissue saja ya sayang, biar kering di tetek kamu...”, kata Om Sadewo sambil mengambilkan tissue, dia memintaku untuk tidak membasuh diriku dan menbiarkan sebagian spermanya mengering di tubuhku. Persetubuhan pagi menjelang siang di hari Minggu itu pun kami akhiri dengan makan siang telat yang dilanjutkan tidur siang bersama, tentunya tanpa mengenakan apapun sesuai permintaan Om Sadewo.

Hari Minggu itu kami akhiri dengan persetubuhan sekali lagi menjelang maghrib, sebelum aku kembali ke kamarku sendiri. Dalam kamar kupandangi tubuh telanjangku di depan kaca, ada banyak bekas memar kemerahan akibat ‘perbuatan’ Om Sadewo, terutama dibagian dada dan ternyata puting susuku juga lecet keduanya karena hisapan atau gigitan yang terlalu kuat, namun apapun itu...pengalaman bercinta akhir pekan ini akan selalu kukenang.
 
Terakhir diubah:
Mantab bener storynya...
Bro @theriot
Entah fiksi atau true story

Namun feelnya dapat...
Ga terburu buru
Namun menggairahkan..
 
Mantab bener storynya...
Bro @theriot
Entah fiksi atau true story

Namun feelnya dapat...
Ga terburu buru
Namun menggairahkan..

Sampai sejauh ini masih true story sesuai yang 'Mita' ceritakan ke ane....detailnya ditambahin dikit berdasarkan imajinasi :)
 
lanjut huu....lanjutin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd