Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

(Kisah Tita) Pelajaran Untuk Teman Adikku (Copas...just for sharing!)

eros1985

Semprot Kecil
Daftar
9 Jun 2014
Post
72
Like diterima
5
Bimabet
(Kisah Tita) Pelajaran Untuk Teman Adikku​


Hai! Ketemu lagi dengan Tita. Kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku beberapa bulan setelah aku berhubungan seks dengan dua orang anak jalanan.
Awalnya begini, seperti yang kalian tahu, aku adalah anak pertama dari empat bersaudara. Aku memiliki adik bungsu bernama Dewi. Saat ini dia sudah memasuki kuliah tahun kedua. Dewi memiliki wajah yang cantik ditambah dengan dandanannya yang modis, sehingga tidak heran banyak teman-teman kampusnya yang naksir kepadanya, walaupun mereka tahu kalau Dewi sudah memiliki pacar.
Pada suatu pagi di hari Sabtu, aku yang sedang libur kerja, bersantai-santai di rumah sambil bermain Handphone. Saat itu seluruh keluargaku, kecuali Dewi, sedang pergi ke mall untuk membeli keperluan bulanan. Aku tidak berminat ikut dengan mereka karena sekarang sedang tanggal tua.
"Teh... Dewi keluar sebentar, ya.. mau ke rumah teman dulu... nanti kalau ada telpon dari teman Dewi yang namanya Benny... suruh langsung datang ke rumah aja... dia mau kerja kelompok bareng Dewi ngebuat tugas kampus..." kata Dewi yang sudah terlihat siap mau pergi.
"Ok deh, adikku yang cantik...!" candaku.
"Makasih ya, Teh..." jawab Dewi sambil tersenyum kemudian bergegas pergi.
Tidak lama adikku pergi kudengar telepon rumah berdering, ternyata dari salah satu teman Dewi yang bernama Benny. Karena Dewi sudah menitipkan pesan, maka aku menyuruh Benny untuk langsung datang saja ke rumah.
Sekitar 30 menit kemudian, kudengar ada suara ketukan di pagar depan rumahku. Setelah bertanya mau mencari siapa, ternyata itu adalah Benny teman Dewi. Benny tidak datang sendirian, melainkan dengan dua orang, yang kemudian aku tau mereka juga teman kelompoknya Dewi.
Dasar Dewi...! Temannya kok cowok semua, sih... gumamku sambil mempersilakan mereka masuk.
Setelah berkenalan, aku baru tahu nama dua orang teman Dewi yang lain, yaitu Didit dan Erwin. Secara fisik, mereka berwajah biasa-biasa saja. Benny berkulit sawo matang, kurus, berambut cepak dan dekil. Sedangkan Didit dan Erwin tidak jauh berbeda dengan Benny, tapi mereka berkulit lebih hitam, keduanya berambut gondrong. Menurutku mereka semua lebih mirip preman pasar daripada mahasiswa. Walaupun aku tidak pilih-pilih dalam berteman, tapi aku jadi merasa risih dengan penampilan mereka.
Kok mau sih, Dewi berteman dengan mereka...? pikirku dalam hati.
Sekedar berbasa-basi, aku menemani mereka ngobrol di ruang tamu. Pada awalnya obrolan kami hanya di sekitar kegiatan kampus mereka saja. Hari itu aku memakai kaos longgar warna krem tanpa bra dengan bawahan celana pendek ketat warna putih. Selagi ngobrol, terkadang aku menangkap mata mereka melirik ke arah payudara dan pahaku yang mulus. Tapi karena mereka adalah teman-teman adikku, maka aku berpikiran positif saja. Apalagi usia mereka juga baru 18 tahunan, jadi masih anak kecil menurutku.
"Kok kakak nggak ikut pergi sama keluarga...? Kan bosen di rumah sedirian...?" tanya Erwin.
"Kakak lagi malas ikut belanja... lagian banyak godaan barang-barang bagus... kakak takut boros, nih..." kataku beralasan.
"Ngapain aja Kak, sendirian gini...? Nggak takut ada orang masuk apa...? Untung kami dateng, ya... jadi bisa jagain Kak Tita..." kata Benny sambil bercanda.
Aku menjawab dengan sedikit menggoda, "Bener nih, mau jagain kakak? Ya udah, kalo gitu.... temenin kakak aja, ya... sampai Dewi pulang... kakak kesepian, nih..."
Mereka pun agak heran mendengar jawabanku, mungkin karena tampangku yang seperti cewek baik-baik, bisa juga menggoda mereka. Setelah saling pandang sejenak, mereka akhirnya setuju untuk menemaniku sampai Dewi pulang. Mungkin tadinya mereka merasa sungkan berlama-lama, karena Dewi tidak ada di rumah, namun pikiran mereka berubah setelah aku bersikap ramah.
Aku kemudian menyuguhkan minuman dan kue ringan untuk mereka. Aku sempat merasakan mata mereka sedang melihat ke arah payudaraku yang tidak terbungkus bra saat aku sedang menunduk untuk menaruh mimuman di atas meja. Apalagi kaos yang aku pakai saat itu longgar, sehingga pemandangan tersebut pasti membuat mereka menelan ludah. Tapi aku masa bodoh dengan hal tersebut.
Setelah lama berbincang, ternyata mereka semua orangnya ramah dan enak diajak ngobrol mulai dari topik yang ringan sampai obrolan-obrolan yang agak nyerempet. Sambil makan dan minum kami mengobrol dan bercanda panjang lebar.
Sedang asyik-asyiknya mengobrol, aku mendengar bunyi SMS masuk ke handphone-ku, ternyata dari Dewi yang berisikan dia akan pulang sekitar 2 jam lagi karena masih ada urusan dengan temannya. Setelah memberitahu ke Benny, Erwin dan Didit, ternyata mereka tidak keberatan untuk menunggu selama itu. Kemudian kami melanjutkan obrolan yang sempat terputus.
Di tengah obrolan Benny bertanya, "Kalo kakak pacaran ngapain aja, sih...?"
"Nggak ngapain-ngapain, kok... hayo... pasti kamu udah mikir yang tidak-tidak, ya...?” kataku iseng.
Begitu mendengar jawabanku yang seperti itu wajah mereka pun memerah karena malu.
"Kak Tita... bosen nih ngobrol sama makan doang... boleh nonton DVD nggak? Kebetulan aku bawa film bagus, nih..." kata Didit.
"Boleh aja... kakak juga suka banget nonton DVD... yuk kita masuk ke ruang tengah..." kataku tanpa curiga DVD apa yang Didit bawa.
Akhirnya kami berempat duduk di sofa ruang tengah untuk siap-siap menonton. Ternyata begitu DVD diputar, aku sempat kaget karena film yang mereka bawa adalah blue film. Namun, aku tetap tidak beranjak dari tempat duduk karena adegan-adegan di film tersebut membuat aku penasaran. Ruang tengah itu menjadi hening karena semua terpaku pada layar TV. Kira-kira 1 jam kemudian film itu pun berakhir.
"Bagus ya, Kak... filmnya...? Sampe serius banget nontonnya tadi...?" ledek Benny.
Aku hanya menjawab dengan senyuman saja.
Kemudian aku bertanya kepada mereka, "Kalian bertiga pernah nggak melakukan kayak film tadi...?"
Mereka semua menggeleng dan berkata, "Belum, Kak... emangnya Kakak udah pernah?" tanya Didit penasaran.
Tanpa menjawab pertanyaan Didit, aku memanggil Benny untuk duduk di sebelah kiriku, kemudian menyuruh Didit yang sejak tadi di sebelah kananku agar lebih mendekat, sedangkan Erwin aku suruh duduk jongkok di depanku.
Setelah mereka semua mengelilingiku, aku berkata, "Mau nggak kalian Kakak ajarin supaya jadi pria dewasa...?"
"Hah... maksud Kak Tita apa...?!" tanya Erwin pura-pura tidak mengerti.
"Begini maksud kakak..." kataku sambil meraih tangan Didit dan Benny lalu ditaruh di kedua payudaraku.
Mereka berdua tampak kaget sekali waktu itu.
"Ahh... jangan gitu dong, Kak...! Malu... kalo Dewi tiba-tiba pulang, gimana...?" kata Benny malu-malu.
"Nggak apa-apa kok Ben... ini’ kan cuma pelajaran aja... lagipula Dewi pulangnya masih sekitar 1 jam lagi, kok..." jawabku.
Kemudian aku meraih tangan Erwin dan menyuruhnya meraba-raba di sekitar paha dan kemaluanku. Aku yang masih berpakaian lengkap menikmati saat Benny dan Didit meraba-raba payudaraku. Aku dapat merasakan putingku menonjol karena mulai terangsang.
Sekarang Erwin berusaha menarik lepas celana pendekku sedangkan Benny membuka kaosku. Jadi sekarang tubuhku hanya dibalut celana dalam warna putih transparan. Terlihat jelas lekukan garis kemaluanku yang tanpa bulu itu.
Payudaraku yang berukuran kecil namun padat serta putingnya yang kecoklatan itu membuat nafsu Benny bangkit, tanpa diperintah lagi dia mengulum puting kiriku, sementara puting kananku dikulum Didit. Erwin membuka lebar pahaku dan mengelus-elus belahan di tengahnya yang masih tertutup celana dalamku.
Lidah Benny mulai naik ke leher, pipi dan akhirnya aku beradu lidah dengannya. Permainan lidahnya benar-benar membuat sesak napasku. Benny mulai terangsang, kurasakan dari napasnya yang kacau. Sementara tanganku membuka ritsleting celana jeans-nya lalu masuk ke celana dalam.
Batang kemaluan Benny yang sudah tegang sejak tadi seakan-akan mau meledak saja begitu tanganku mulai mengocoknya. Didit yang duduk di sebelah kanan masih terlihat menikmati payudaraku, sedangkan tangannya mulai masuk ke dalam celana dalamku. Sehingga sekarang kemaluanku sedang dimainkan oleh Erwin dan Didit. Aku merasakan celana dalamku juga sudah mulai basah.
"Ahhh... kaliaaan hebaaat sekali...! Padahal kali... an bilang belum pern... aaah melakukannyaaa... aahhh...!" desahku.
Sekarang aku mengeluarkan batang kejantanan Benny dan mulai menjilatinya. Aku juga melihat Erwin mulai melepas celana dalamku, sehingga sekarang tubuhku sudah polos sama sekali.
"Kalian juga buka baju, dong... masa cuma kakak sendirian yang bugil...? Kan nggak enak..." pintaku kepada mereka.
Mereka pun mulai melepas baju. Mula-mula mereka masih risih karena baru pertama kalinya bugil di depan cewek, tapi lama-lama terbiasa. Setelah mereka semua bugil, aku berbaring telentang di karpet ruang tengahku. Erwin yang belum menikmati payudaraku mengulum benda kenyal itu sedangkan aku sendiri mulai memainkan buah zakar Didit dengan mulutku.
Kini giliran Benny menjilati kemaluanku, cairan yang sudah membasahi liang kewanitaanku dia jilati sampai bersih, lalu lidahnya mulai menjelajahi daerah itu. Aku merasakan Benny menjilat klitorisku, dan kurasakan juga daging kecil di tengahnya sedang dimain-mainkan dengan jarinya.
Ulahnya membuatku berkelojotan. "Ohhh... jangan gitu ,Ben... geli, nih... ahhh...!"
Tanpa mempedulikanku dia terus melakukannya.
"Aduh... Ben... jahat kamu...! Oohhh.. ohhh... enaaakk... gulppp.. eemhh..." eranganku mendadak terhenti karena Didit memasukkan kemaluannya ke mulutku, sehingga hanya terdengar suara, "Emmhm... emhh..." saja.
Sebelum memuntahkan isi kemaluannya, Didit melepaskan penisnya dari kulumanku.
"Jangan, Kak... jangan dikeluarin sekarang... nanti aja biar lebih seru..." kata Didit.
Lalu aku berkata, "Ahh... Kak Tita udah nggak tahan lagiii... cepat masukin penis kalian ke vagina kakak... jangan cuma dijilat-jilat aja, dong..."
Benny yang berada paling dekat dengan liang senggamaku langsung mengambil inisiatif, dia menaikkan kedua kakiku ke bahunya seperti gaya di film tadi. Perlahan-lahan Benny mulai memasukkan batang kemaluannya ke liang kewanitaanku yang memang sudah tidak perawan lagi.
"Kakak masih perawan, ya...? Kok masih sempit banget, sih..." tanya Benny.
Selama beberapa waktu aku bersetubuh dengannya sampai akhirnya aku merasakan sudah akan mencapai orgasme.
"Terus, Ben... aaah... kakak mau keluaaarr...!!" aku berteriak nikmat.
Tubuhku menegang menekuk ke atas, tanganku meremas kencang rambut Erwin yang sedang menjilati payudaraku, pertanda aku sudah orgasme.
"Benny jugaaa keluar, Kak...!! Aaaahh...." Benny mendesah.
Tidak lama setelah aku orgasme aku merasakan cairan dari penis Benny membanjiri vaginaku.
Aku melepas kulumanku pada batang kemaluan Didit disertai erangan panjang, "Ooooohh... hebat kamu, Ben... hebat... uhhh...!"
Aku benar-benar lelah setelah mencapai orgasme. Aku melihat Benny beristirahat sebentar dan hanya menonton kedua temannya sedang bermain dengan tubuhku. Kali ini Didit memintaku untuk melakukan doggy style, batang kemaluannya dimasukkan ke dalam vaginaku lewat belakang, sedangkan Erwin yang berada di bawahku sibuk bermain dengan payudaraku. Badanku bergerak maju mundur mengikuti gerakan keduanya.
"Ahhh... yaa... terus lebih dalam lagi... uuhhh... uuhhh... kalian pintar... baru pertama sudah sehebat ini... aahhh...!" seluruh ruangan itu dipenuhi suara eranganku.
Sesaat kemudian Didit melepas batang kemaluannya dan berpindah ke depan wajahku.
"Kak... buka mulutnya... aku udah mau keluar, nih..."
Dan tidak lama kemudian... croot... croot... sperma Didit membasahi mulut mungilku. Aku menelan semua spermanya dan membersihkan yang tertinggal di bibirku. Belum itu saja, dengan cepat aku meraih batang kemaluan Didit yang masih belepotan itu lalu aku kulum dan menjilatinya sampai bersih kembali.
"Aduh, Kak... ganas banget, sih... emang rasanya enak, ya...? Sampe nafsu gitu...?" tanya Didit.
Tanpa menjawab aku terus mengulum batang kemaluan itu dengan rakusnya seperti binatang kehausan. Sementara itu Erwin yang masih berada di bawahku pun meminta untuk dihisap kemaluannya. Hanya bertahan 10 menit, Erwin sudah mencapai klimaks. Dia membuang air maninya di dalam mulutku. Setelah selesai tubuhku terkulai lemas dengan kepalaku di atas penis Erwin. Dengan napas terengah-engah, Erwin memuji keahlian oral sex-ku. Rupanya dia baru mengalami orgasme hebat.
Benny yang sudah memulihkan tenaga mengatur posisiku dan menyelipkan bantal kursi agar aku dapat menyandarkan kepalanya di karpet.
"Ben... kamu mau bikin posisi apa lagi sekarang...?" tanyaku.
Lantas Benny berlutut di tengah badanku dan menggesek-gesekkan batang kemaluannya di antara payudaraku itu. Aku kemudian mulai mengocok penisnya di daerah itu. Sementara Erwin yang dari tadi belum sempat merasakan bersetubuh denganku, terlihat sedang menikmati sempitnya liang kewanitaanku. Dia merentangkan kedua paha mulusku dan menancapkan batang kemaluannya dalam-dalam, sementara itu aku juga mengulum batang kemaluan Didit di sampingnya. Dirangsang 3 orang sekaligus seperti itu tentu membuat birahiku bangkit kembali.
Dalam waktu kira-kira 15 menit kemudian akhirnya Benny menyiram wajahku dengan air maninya, ditambah lagi dalam waktu bersamaan Didit pun turut mengeluarkan spermanya di dalam mulutku. Tidak lama berselang setelah itu Erwin ejakulasi di atas payudaraku.
Saat itu tubuhku benar-benar basah kuyup oleh keringat dan sperma, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dari 3 orang sekaligus. Aku menyeka sperma yang membasahi dada dan wajahku dengan jariku, lalu aku jilati dengan rakus.
Benny berkata, "Ihhh... Kakak kok, seneng banget sih minum sperma...? Rasanya enak banget ya, Kak...?" tanya Benny dengan bingung.
"Yaaa... rasanya kayak kamu minum cairan dari vagina kakak aja... kayak gitulah kira-kira..." jawabku menerangkan.
Tubuhku benar-benar lelah setelah bercinta dengan mereka, mungkin karena dikerubuti sekaligus dan kami bersetubuh berkali-kali. Aku sempat menyuruh mereka untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun, apalagi kepada adikku Dewi. Tidak terasa, waktu saat itu telah menunjukkan pukul 12 siang. Kami pun bersiap-siap mandi, karena sebentar lagi Dewi akan pulang.
Untung saja, karena tidak lama setelah kami semua dalam keadaan bersih setelah mandi, Dewi pun pulang. Mereka mulai mengerjakan tugas kelompok mereka seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku tersenyum-senyum sendiri karena tidak yakin apakah mereka bisa konsentrasi belajar atau tidak setelah mengalami kejadian nikmat bersamaku tadi.
Karena sudah didera kelelahan yang amat sangat, aku pun pamit kepada mereka untuk masuk ke kamar tidur. Sekilas aku dapat melihat wajah mereka yang lelah sekaligus puas, tersenyum penuh arti kepadaku. Dan mungkin setelah selesai mengerjakan tugas kampus ini, mereka akan merencanakan untuk 'belajar kelompok' bersama aku lagi.


T A M A T​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd