Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku dan Mamaku

-PART 12-
Setelah kejadian aku dan mama bersetubuh di seluruh penjuru rumah dan hampir ketahuan oleh papa, kami terus melakukan itu setiap hari dengan tentunya lebih berhati-hati. Mama yang memang biasa tidak menggunakan dalaman di rumah, kini juga sudah terbiasa untuk langsung membuka dasternya begitu mobil ayah pergi meninggalkan pekarangan rumah. Bahkan saat aku bangun siang hal pertama yang aku lihat adalah mama sedang melakukan pekerjaan rumah dalam keadaan telanjang bulat dan baru akan mengenakan daster ketika sudah menjelas sore hari, aku telah berhasil mengubah kepribadian mama yang dulunya konservatif menjadi maniak seks yang tidak tahan tidak berhubungan badan dengan anaknya sendiri. Meskipun begitu, hubungan kami masih sebatas ketika di rumah hanya berdua dan aku berniat untuk perlahan mengubah mama menjadi lebih berani untuk menunjukkan "kasih sayang"nya di hadapan orang lain, terutama papa.

Suatu pagi papa memberi tahu kalau besok ia tidak akan pergi ke kebun dan ingin istirahat di rumah, setelah kepergian papa ke kebun hari itu aku langsung merancang rencana kepada mama. Aku memberi tahu mama kalau mulai malam ini kita akan melakukan PDA atau Public Display of Affection, yang berarti kita akan sedikit-sedikit mulai bermesraan di depan papa dan perlahan meningkatkan aksi serta frekuensinya hingga papa merasa apa yang kita lakukan itu normal. Jelas saat pertama aku menceritakan rencanaku ini mama menolak, tetapi tidak sulit dan tidak memakan waktu lama untuk mengubah pikiran mama. Pada orgasme kedua mama di hari itu mama menyetujui keinginanku, langsung aku jalankan rencanaku saat kepulangan papa sore itu.

Saat papa pulang mama sedang menyapu teras, begitu terdengar ada suara percakapan dari luar aku datang dan memuji penampilan mama.

Aku: mama cantik banget deh sore ini
Mama: apaansih, mama keringetan gini habis nyapu
Aku: keringetan aja begini, apalagi kalau baru habis mandi
Mama: hush, bisa banget kamu gombal

Selama percakapan itu kulihat papa hanya melihat kami tanpa berkomentar, terlintas di pikiranku untuk meningkatkannya sedikit. Aku menggenggam tangan mama dengan dalih ingin mengambil sapunya dan membantu mama, tetapi papa hanya berkomentar sudah seharusnya aku membantu dan masuk ke rumah. Setelah papa masuk mama mendekatiku dan berbisik kalau ia sedikit deg-degan dan takut kalau ketahuan, aku meyakinkan mama kalau semuanya aman dan berniat untuk semakin kutingkatkan.

Pada waktu makan malam mama memanggilku untuk ke ruang makan, saat aku masuk ruang makan kulihat mama dan papa sudah duduk berhadapan. Aku berjalan melewati belakang mama dan sebelum duduk aku berbasa-basi tentang apa yang mama masak sambil tanganku memegang bahu mama. Melihat papa yang biasa saja aku pun semakin terpacu, selama makan kami seperti biasa sambil mengobrol dan bercanda. Setiap kali aku atau mama tertawa atau menceritakan sesuatu yang lucu, aku menyenggol-nyenggol lengan mama dan sesekali aku bercanda sambil mencubit paha mama. Selepas makan malam mama mencuci piring-piring kami di area cuci yang tepat di bagian bekalang ruang makan kami, aku menyamperi mama untuk membantu dan sesekali bercanda memercikkan air ke mama yang di mana kami tertawa-tawa dan kerap bersenggolan. Lagi-lagi selagi aku dan mama sedang asyik berdua, papa diam saja dengan HPnya di meja makan menghiraukan kami.

Melihat papa yang sama sekali tidak bereaksi dengan kelakuanku dengan mama membuatku semakin konak untuk berbuat lebih, tetapi aku tahu kalau aku harus melakukannya dengan perlahan.

Keesokannya di hari papaku mengambil libur, aku sengaja bangun cukup pagi agar bisa menjalankan rencanaku secepat mungkin. Saat aku keluar kamar dan ingin ke kamar mandi, kulihat papa dan mama sedang santai di meja makan menikmati teh dan sarapan ringan. Aku mengucapkan selamat pagi pada mereka berdua, tetapi dengan mama aku memeluknya dari samping dan mengecup pipinya sekali. Barulah saat itu papaku mengeluarkan respon yang aku harapkan.

Papa: kamu kok kayak anak bayi sih?
Aku: kenapa kayak anak bayi pa?
Papa: itu kamu peluk-peluk, cium mamamu
Papa: kamu itu udah gede
Mama: biarin aja sih pa, namanya anak tunggal, dia mau manja sama mamanya biarin aja

Tidak kusangkan mama akan membelaku di situ, mama juga dengan beraninya menarik wajahku dan membalas mencium pipiku setelah berkata itu. Dari ujung mataku kulihat papa agak shock dengan sikap dan aksi mama, tetapi tidak ada komentar yang keluar dari mulutnya. Sejak itu aku dan mama mulai membiasakan diri untuk ciuman pipi setiap kali papa ada di ruangan, biasanya kami melakukan di pagi hari saat sarapan dan malam setelah makan malam. Papa terlihat sudah terbiasa setelah beberapa hari dan aku berniat untuk lagi-lagi meningkatkan batas, suatu pagi daripada mencium pipi mama seperti biasa aku memilih untuk mencium bibir mama, dan mama yang langsung mengerti membalas kecupanku. Saat itu papa tidak berkomentar sama sekali, setelah itu aku meninggalkan mereka ke kamar mandi dan saat di dalam lah baru terdengar sayup-sayup mama dan papa sedang beradu argumen.

Terdengar papa yang sangat shock melihat perlakuanku ke mama dan terlebih bagaimana mama malah membalas kecupanku, sedikit terdengar kalau papa tidak suka akan apa yang kami lakukan dan meminta mama untuk tidak menerimanya begitu saja. Seperti yang sudah kuduga, mama membelaku dan mengatakan kalau apa yang kami lakukan itu normal dalam hubungan ibu dan anak yang sehat, dan tidak seharusnya papaku menghardik. Mereka beradu argumen cukup lama dan selama itu juga aku menunggu di kamar mandi mencuri dengar, percakapan mereka diakhiri dengan papa yang mengalah. Sangat tidak kusangka ternyata mamaku bisa menjadi orang yang keras kepala, pikiranku berandai-andai apakah memang mama adalah orang yang keras kepala atau mama sudah terjerumus sangat dalam dengan hubungan melenceng kami. Aku baru keluar dari kamar mandi setelah kudengar papa masuk ke kamar, mama menatapku dengan ekspersi yang sulit dijelaskan. Mama bilang kalau perasaannya sangat bercampur aduk antara bangga, sedih, serta nafsu, aku yang sudah tidak dapat membendung nafsuku mulai mencumbui mama di meja makan.

Aku mengangkat mama ke atas meja dan melebarkan satu kakinya pada sandaran kursi, mama dengan cepatnya meletakkan kedua tangannya di leherku. Sedangkan aku bergerilya di seluruh tubuh mama, tangan kiriku mulai mengobel memek mama yang terpampang, tangan kananku menjambak rambut mama agar kepalanya dekat denganku, dan bibirku dengan ganasnya melumat bibir mama. Perlahan mama mulai mengeluarkan desahan-desahan kecil, takut ketahuan aku langsung menghentikan aksiku. Mama juga nampaknya baru tersadar apa yang kami lakukan berbahaya, dengan cepat mama melompat dari meja makan serta merapihkan daster dan rambutnya dengan sedikit kepanikan di wajahnya. Kami berdua saling bertatapan dengan sedikit ketidak percayaan atas perbuatan kami, tanpa diaba-aba kami berdua tertawa kecil layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

Dengan adanya papa di rumah hari itu tentunya aku tidak bisa berhubungan dengan mama seperti biasa, tetapi aku dan mama tetap menjalankan rencana kami untuk terlihat dekat. Selepas makan malam aku berterima kasih pada mama atas masakannya sambil mencium bibir mama yang tentu saja dibalas olehnya, kali ini papa tidak berkomentar lagi dan tidak ada kudengar argumen di antara mereka. Entah apakah papaku memang orang yang pasrah atau apa, aku tidak peduli, aku senang aku bisa sedikit terang-terangan bermesraan dengan mama. Setelah hari itu aku dan mama menjadikan ciuman kami menjadi salah satu kegiatan harian kami, di pagi hari kami berciuman saat sarapan, dilanjut dengan berhubungan badan seharian selama papa di kebun, dan ditutup dengan ciuman lagi selepas makan malam, sesekali aku mencium mama sambil kupeluk dan tentunya selalu kami lakukan setiap papa ada di ruangan.

Setelah beberapa hari, ciumanku dengan mama sudah menjadi pemandangan yang biasa di rumah kami. Dengan cepatnya hubungan kami berkembang, aku rasa sudah saatnya meningkatkannya lagi.

-Bersambung-
 
-PART 13-
Rencanaku untuk membiasakan mama bermesraan denganku di rumah telah berhasil dan berjalan tanpa masalah berarti, mama tidak malu-malu untuk memelukku ataupun menciumku di bibir di hadapan papa dan papa tidak lagi mempermasalahkannya. Kini aku terpikir untuk mulai membiasakan kemesraan kami ini di luar rumah, tetapi aku masih bingung bagaimana menyusun rencana karena notabenenya mamaku adalah orang yang jarang keluar. Akhirnya pada saat kami sedang makan malam bersama, mama bercerita kalau besok sudah waktunya untuk belanja bahan pangan di pasar. Bagai disambar gledek aku langsung mendapatkan ide untuk melatih mama, aku pun bilang ke mama kalau aku akan menemaninya belanja. Saat mendengar itu raut wajah mama berubah, seolah tahu bahwa aku akan melakukan sesuatu. Tetapi tentu saja mama tidak bisa menolak dan mengiyakan permintaanku. Setelah makan malam tidak lupa aku berterima kasih pada mama atas masakannya dengan mengecupnya di bibir, sebuah rutinitas yang sudah dinormalisasi di dalam rumah kami sampai-sampai papaku sudah tidak mengubris kami.

Keesokan harinya aku bangun pagi seperti biasa dan sarapan dengan mama dan papa, kami menjalani rutinitas pagi seperti biasa yang dimulai dengan berpelukan dan dilanjut dengan ciuman. Setelah papa pergi meninggalkan rumah untuk ke kebun, mama tanpa diaba-aba langsung membuka dasternya dan berlutut di depanku. Seolah tidak ada hari esok dengan semangatnya mama mengulum kontolku, di tengah kegiatannya mama tidak lupa menginterogasiku terkait rencana apa yang aku punya untuknya nanti.

Mama: kamu pasti nanti mau ngerjain mama ya?
Aku: engga kok, aku mau nemenin mama aja
Mama: tapi pasti ada sesuatu kan?
Aku: hehe ada sih
Aku: tapi itu bukan ngerjain, itu namanya ngelatih
Mama: ngelatih darimana coba, pasti mesum
Aku: aku ngelatih mama biar makin binal
Aku: kalo ga aku latih mana mungkin mama pagi-pagi gini udah telanjang aja nyepongin aku
Mama: kamu ga rencanain aneh-aneh kan?
Mama: mama ga mau semua orang tau, malu
Aku: aku juga ga mau ada orang lain yang tahu
Aku: tapi habis aku latih mama ga bakalan malu lagi kok
Mama: ah terserah kamu aja deh, mama nurut

Apa yang mama katakan dan lakukan saat ini sama sekali tidak pernah kubayangkan, betapa maunya dia melakukan hal tabu ini dan mengatakan akan nurut dengaku membuatku hampir saja orgasme. Tetapi sebelum aku keluar aku mencabut kontolku dari mulut dan genggaman mama, masih dalam posisi berlutut mama sedikit bingung. Entah apa yang terlintas di pikiran mama, ia langsung berdiri dan melebarkan memeknya di hadapanku.

Mama: kamu udah ga tahan mau ini ya?
Aku: engga bukan, aku pengen nanti aja
Aku: mama coba berdiri tegap normal gitu deh
Mama: kamu mau ngapain sayang liatin mama telanjang?
Aku: mama cantik banget, seksi juga
Aku: aku bangga sekarang cuman aku yang bisa nikmatin pemandangan ini
Mama: ngegombal aja kamu
Aku: aku serius
Aku: mama punya aku, bukan orang lain
Mama: iya sayang, mama punya kamu
Mama: hati dan badan mama punya kamu

Kami saling berpelukan, badan mama yang hangat dan sedikit berkeringat menghangatkan badanku. Rasanya seperti jatuh cinta dan aku terbalut rasa bahagia. Setelah itu kami berdua mandi bersama sebelum berangkat ke pasar, mama menyabuni setiap sisi badanku dengan teteknya yang berbalur sabun. Aku juga membasuh setiap lekukan pada badan mama dengan kedua tanganku, meremas tetek dan pantat mama hingga memerah. Selepas kami mandi bersama saat mama masih mengeringkan rambutnya, aku membuka-buka lemari mama dan memilih-milih pakaian apa yang akan dipakainya. Mataku tertuju pada sebuah dress berbentuk kimono berwarna biru muda dan berbahan mengkilap, aku meminta mama untuk mencoba memakainya. Ternyata kimono tersebut dibelinya saat mengunjungiku di perantauan, kimono itu cukup panjang hingga betis mama dan ada tali di bagian perutnya untuk mengikatnya agar tidak jatuh. Semakin kencang tali tersebut ditarik dan diikat, semakin terbentuk juga lekukan tubuh mama memperlihatkan bentuk pantat dan tetek mama, serta pinggang mama yang terbilang cukup ramping. Aku bilang ke mama kalau kimono itulah yang akan dipakainya ke pasar dan tidak ada selesai kain lagi selain itu, pada awalnya mama menolak karena bentuk badannya sangat terlihat dan bahannya yang licin membuat mama geli setiap kali bergesekan dengan pentil dan memeknya. Pada akhirnya mama menerima nasibnya ketika kuingatkan bahwa dia akan nurut padaku, aku pun juga bersiap-siap dan tanpa memakan waktu lama kami berangkat ke pasar.

Selama perjalanan di mobil mama sangat gelisah, ia terus berganti-ganti posisi duduk dan berusaha membenarkan kimononya. Tetapi setiap gerakan dan usahanya untuk memposisikan kimonya justru malah membuatnya semakin bergesekan, sesekali aku mendengar mama mendesah pelan. Aku mengatakan pada mama untuk jangan banyak bergerak, karena kalau nanti mama horny bisa-bisa kimononya akan basah di area selangkangan dan pentil mama mengecap dari balik kimono. Mama yang sepertinya sudah tidak dapat memperhatikanku terlihat sibuk membenahi kimono di area teteknya, semakin lama mama tidak terlihat lagi seperti sedang membenahi melainkan seperti sedang memainkan pentilnya.

Aku: mama ini ibu-ibu apa lonte sih?
Aku: tengah hari bolong gini mainin puting
Mama: *emmh*, ini kan gara-gara kamu sayang
Mama: nyuruh mama pake baju gini, *emmh*
Aku: ini mama juga latihan buat nahan diri
Aku: emang mama mau dicap lonte sama satu kampung?
Mama: enggaach dong sayangg
Aku: kalau gitu mama stop, karena kita udah sampe

Shock mendegar kalau kami sudah sampai mama panik dan langsung menurunkan kedua tangannya, mama linglung tidak menyadari kalau sedari tadi dia asyik sendiri dengan pentilnya sampai tidak menyadari kalau sudah sampai. Kami berdua pun turun dari mobil, kulihat mama dengan kimononya diterpa sinar matahari terlihat sangat cantik dan benar saja pentil mama menyembul dari balik kimononya. Mama sedikit panik dan berusaha mencari sesuatu di mobil yang dapat digunakan untuk menutupnya, tetapi mama tidak dapat menemukan apa-apa. Sekian menit kami masih berada di parkiran akhirnya mama memberanikan diri setelah meyakinkan dirinya kalau di pasar jam segini isinya hanyalah ibu-ibu dan laki-laki paling hanyalah kuli panggul dan tukang parkir yang sedari tadi batang hidungnya tidak terlihat.

Aku berjalan di samping mama merangkulnya di pinggang, mama berjalan cukup kikuk. Bukan karena kurangkul tetapi karena setiap langkahnya menggesek sekujur tubuhnya yang semakin membuat pentilnya menyembul, mama memposisikan kedua tangannya di depan sambil memegang tas belanjaan sehingga pentilnya tidak terlihat dari depan, tetapi kalau dilihat dari samping jelas ada yang menonjol di area teteknya. Kami berjalan berkeliling belanja dari satu tempat ke yang lain, selama berjalan mama sesekali menutup mulutnya untuk meredam desahan-desahan yang tidak dapat ia tahan. Untungnya tebakan mama benar, saat ini pasar hanya berisi ibu-ibu lain dan hanya ada 1-2 lelaki yang menemani istrinya belanja. Setiap kali kami lewat bapak-bapak itu tidak dapat melepaskan pandangannya dari mama dan mama yang menyadari itu hanya semakin teransang, perasaannya yang bercampur aduk antara horny dan malu ternyata membuatnya semakin bergairah.

Saat kami sedang berjalan, secara tidak sengaja kami bertemu dengan salah satu tetangga kami Bu Farah dan tidak dapat dihindari sehingga kami pun sedikit mengobrol dengannya.

Tetangga: eh Bu Sari, ga nyangka ketemu di sini
Tetangga: berduaan aja?
Mama: iya bu, bapak kan di kebun biasa
Tetangga: mesra banget berduaan gini, kalau saya ga kenal pasti saya pikir pasutri muda
Mama: aduh ibu bisa aja
Tetangga: orang Bu Sari masih cantik gini dan modis lagi ya kan dek?
Aku: iya tante, mama aku emang cantik banget
Tetangga: Bu Sari beruntung banget punya anak sesayang ini sama ibunya
Mama: iya bu, saya bersyukur punya dia
Mama: saya juga sayang banget sama dia

Saat mengatakan itu, mama menatapku dengan penuh nafsu. Mungkin akibat dari gesekan-gesekan tadi membuat mama tidak lagi mampu menahan birahinya, walau sedang di depan orang yang dikenalnya sekalipun.

Aku: iya tante, aku juga sayang banget sama mamaku

Aku juga seperti disambet setan tidak lagi mempedulikan situasi dan kondisi, ku tarik mama mendekat dan kulumat bibir mama. Posisi kami yang menyampingi tetangga kami itu membuat apa yang kami perbuat terlihat cukup jelas dari sudut pandangnya, terlihat bibir kami yang saling beradu serta lidah kami yang saling keluar masuk dari mulut satu sama lain. Mama yang sebelumnya memposisikan tangannya tepat di depan dadanya, kini berpindah merangkul pinggangku sehingga memperlihatkan pentilnya yang menyeplak dan kimononya yang sedikit berantakan membiarkan sedikit teteknya menyembul keluar. Aku lihat tetangga kami itu canggung sendiri dan wajahnya memerah pekat, ia akhirnya pamit dengan kikuk tanpa mampu melihat kami berdua. Sebelum kami melanjutkan berbelanja mama merapihkan kimononya terlebih dahulu dan kembali menutup dadanya, sepertinya mama cukup malu dan tidak percaya apa yang baru saja diperbuatnya terlihat dari wajahnya yang tidak kalah merah dari wajah tetangga kami.

Sepanjang sisa perjalanan belanja kami, mama lebih banyak diam dan hanya bicara dengan penjual. Saat di mobil aku mencoba untuk mengajak mama ngobrol, tetapi dia hanya diam saja hingga di tengah perjalanan mama memecah kesunyian.

Mama: kalau mama sampe diomongin, ini gara-gara kamu
Aku: ga papa sayang, kamu hari ini berani banget
Mama: kalau ada apa-apa kamu tanggung jawab, *mama menatapku dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca*
Aku: iya sayang, kamu gak usah khawatir

Mama memelukku sepanjang perjalanan pulang dan kami pun sampai di rumah tanpa ada masalah apapun.

-Bersambung-
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd