Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku Melalui Dating Apps dan On the Spot Hunting

Kepalaku kembali naik sambil menyusuri perut, bermain di dadanya.
“Aku kasih tanda yaa,” kataku.

...............

“Jangan sayang. Nanti kelihatan suami. Meski rumah tanggaku begini kondisinya, ga enak juga kalau dia sampai lihat ada tanda cupang di dadaku”.
Ia mendorongku hingga telentang, mengenakan kembali baju tidurnya meski tidak menutup sempurna, hanya menutup perut dan dadanya saja dan kini ia yang aktif bergerak di atasku. Mulai dari berciuman, menjilati leher kemudian ke dada, menjilat dan mengisap putingku. Agak lama ia merangsangku di bagian dada. Gairahku mulai meninggi, penisku mulai bereaksi dan mengeras. Bibirnya terus mneyusuri dada, perut, paha dan terus ke bawah. Ia mengangkat lututku dan menciumi bagian belakang lututku, membuatku merasa geli dan timbul sensasi aneh, bukan hanya sekedar terangsang saja. Tidak terlalu lama ia mengeksplore area lututku dan bibirnya kembali naik ke arah pahaku.
Suci mulai menjilati pahaku bagian dalam dan bergeser mengulum dan mengisap buah zakarku. Kutahan tangannya ketika ia mencoba menggerakkan tangannya untuk memegang batang penisku.
“No honey,” ucapku sambil mengarakan tangannya ke dadaku,”Usap saja dada dan putingku”.

Penisku semakin mengeras ketika bibirnya mulai melumat kepala penisku, mengisap dan menjilatinya. Tak berapa lama setengah batang penisku sudah masuk ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan lidahnya, memainkan penisku yang berada di rongga mulutnya. Aku semakin terbenam dalam kenikmatan.
“Ouuhhh nikmat sekali kulumanmu sayang,” desahku.
“Hehhmmmm…..,” sahutnya sambil terus memainkan penisku.
Ia melepaskan penisku dan bergerak ke atas. Kembali kami berciuman dengan ganas. Bunyi isapan dari dua bibir yang bertemu semakin sering. Pinggulnya bergerak-gerak memposisikan penisku di bibir vaginanya. Ketika kepala penisku sudah berada di mulut vaginanya ia mendorong pinggunya ke bawah…
Bblessshhhhhhh……………..
Penisku masuk seutuhnya ke dalam vaginanya.

Suci mulai menggerakkan pinggulnya. Kulit penisku bergesekan dengan dinding vaginanya menghasilkan kenikmatan. Ada rasa yang kurang, sepertinya masih terasa longgar, dinding vaginanya tidak terlalu menggigit. Aku memfokuskan pikiranku dan mengencangkan otot panggulku supaya tetap menjaga rasa nikmat yang timbul. Tidak berapa lama kembali vaginanya terasa sangat berair dan becek. Bunyi dari beradunya kelamin kami sangat jelas menandakan kondisi vaginanya.
“Becek sekali sayang….,” kataku.
“Huuuhhhhhhh…..,” dengusnya.
Ia bergerak ke samping dan penisku terlepas dari dalam vaginanya, kemudian meraih tissue dan menyeka sendiri vaginanya. Sekilas ia mengamati tisu bekas dan membuangnya ke samping ranjang. Sebelum ia kembali menaiki tubuhku aku bangkit dan kubisikkan,”Doggy…. Sayang”.

Suci memposisikan dirinya menungging di depanku. Bibir vaginanya terlihat merekah. Kukocok penisku sebentar untuk memastikan kekerasan dan ketegangannya sudah maksimal. Aku berdiri di atas lututku dan kugesekkan penisku lubang pantatnya. Aku tidak berniat untuk melakukan hubungan lewat anal, hanya sekedar menggodanya saja.
“Nooooo…… sayang, jangannnn,” katanya sambil menggelengkan kepalanya.
“Hhehehe….. ga kok,” ucapku.
Aku mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Ketika penisku sudah melewati bibir vaginanya kuhentakkan pinggulku ke depan kuat-kuat.
“Heegghhhhh…..ahhhh sayangggg,” pekiknya tertahan.
Kupegang kedua buah pantatnya dan mulai mengayunkan pinggulku dalam gerakan maju mundur. Ia mengimbangi juga gerakanku dengan arah berlawanan, ketika pinggulku bergerak maju pantatnya bergerak mundur sehingga seluruh batang penisku tertelan dalam vaginanya. Aku merasakan dalam posisi ini lebih nikmat daripada dalam posisi woman on top tadi.
“Aiiiisshhhh…. Enak sayang,” ia mulai meracau
“Iyaaa, ooouhhh nikmat …..,” timpalku.
Ketika aku berdiam sejenak untuk beristirahat, Suci yang aktif menggerakkan pantatnya maju mundur dan naik turun mengocok penisku dalam vaginanya. Kutampar pantatnya pelan-pelan.
“Aaiihhhhhh sayang..,” desahnya.
Tamparanku pada pantatnya kuulang beberapa kali semakin kuat dan sepertinya ia menikmatinya, tidak ada tanda-tanda ia memprotesnya. Kugenggam dan kutarik rambutnya sampai kepalanya mendongak sementara gerakan pinggulku mulai bervariasi maju mundur dan berputar. Penisku terus mengaduk-aduk bagian dalam vaginanya.
“Oouuhhhh sayhhhhh…. Hegghhhhkkk… Aku bisa-bisa keluar kalau begini”.
Kami terus berpacu dengan gerakanku. Rambutnya sudah acak-acakan kuremas dan kutarik ke belakang. Aku merapatkan dadaku ke punggungnya, kuraih payudara kirinya sementara satu tanganku tetap menopang berat badanku. Dalam posisi seperti ini memang kurang maksimal untuk melakukan gerakan pinggul. Kuciumi tengkuknya, terlihat bulu kuduknya meremang dan pori-porinya membesar.
“Geliii sayang,” desisnya.
Kukulum telinga kirinya, ia memalingkan wajahnya ke kiri, tangan kirinya melingkar di leherku. Bibirnya mencari-cari bibirku. Akhirnya kami berciuman dalam posisi ia membelakangiku. Kocokan penisku sejenak terhenti, sekaligus memberikanku kesempatan untuk beristirahat.
“Ganti posisi sayang,” pintaku sambil mencabut penisku.

Kutelentangkan tubuhnya dan kembali kami berciuman dan meremas, mengusap bagian-bagian sensitif di tubuh kami. Tak berapa lama kembali penisku sudah menembus vaginanya kembali. Vaginanya sudah mulai terasa becek lagi. Kupikir tanggung untuk mengelapnya, akan kuselesaikan saja babak ini. Iapun merasa kalau vaginanya terlalu becek. Ketika tangannya hendak meraih tisu kocokan penisku kupercepat.
“Ga usah sayang, biarkan saja. Kita selesaikan babak ini,” bisikku.
“Iyaahhh sayang, aku usahakan juga agar mencapai klimaks,” desisnya.
Kami terus bergerak membangkitkan kenikmatan untuk menggapai puncaknya. Variasi gerakan pelan namun bertenaga, kocokan cepat dan kocokan setengah batang beberapa kali diakhiri dengan sekali hempasan kuat kami lakukan.
“Sayanggg….. aku sebentar lagi keluar,” erangku.
“Iiyaaa …lepaskan saja sayanghhh….,” balasnya.
Beberapa saat kemudian aliran kenikmatan menjalar di penisku tanpa dapat kutahan lagi. Penisku berkedut-kedut siap untuk menembakkan pelurunya.
“Sayangghhhh….oouhhhh ….,” kataku sambil mempercepat kocokan penisku.
Aku berteriak kecil ketika lahar kenikmatan meledak dari ujung penisku.
“Succiihhhh….hahhhhh….oouhhh”.
Kutekan pinggulku kuat-kuat, kucari bibirnya dan langsung kuciumi dengan liar. Kakiku mengejang diimbangi dengan belitan betisnya di betisku.
“Oouuhhh……”.
Penisku berdenyut-denyut melepaskan laharnya beberapa kali. Kutatap matanya seperti ada titik air mata di sudutnya. Ketika akan kucabut penisku, ia menahannya.
“Biarkan saja…. I feel so sexy dalam posisi begini”.
“Kamu ga bisa keluar juga?” tanyaku.
Ia menggeleng lemah,” Ga apa-apa. Ini jauh lebih baik dari yang pertama tadi. Masih ada waktu mencoba lagi sampai malam nanti”.
Aku berguling ke samping ketika penisku mengecil dan terlepas dari vaginanya. Ia memelukku dan menyandarkan kepalnya di dadaku.
“Sorry sayang, aku belum bisa memuaskanmu,” kataku memecah keheningan.
“It’s ok…. Bukan salahmu. Tadi kan sudah kubilang aku yang memang susah untuk klimaks. Ketika dalam prosesnya bisa merasakan nikmat, tapi ga bisa sampai puncak. Bahkan bermain dalam waktu yang lebih lamapun ga bisa”.
“Mau diselesaikan dengan cara tadi?”
“Ga usah, nanti saja lagi”.

Akhirnya ia terbuka bercerita sebelum ini ia sempatmenjalin hubungan dengan dua orang pria, keduanya putus karena mereka berpindah tempat tugas. Ia memang mencari partner untuk berhubungan dengan kriteria pekerja dari luar daerah. Menurutnya lebih aman, tidak banyak yang kenal. Kalau dari literatur yang ia baca, durasi bercinta yang dilakukan sebenarnya normal bahkan cenderung lama. Ia juga bingung kenapa ga bisa sampai klimaks. Kami sempat tertidur beberapa saat sambil berpelukan. Aku terbangun ketika perutku mulai terasa lapar. Kulihat jam sudah mendekati pukul 18.
“Yank…. Bangun, aku lapar. Makan dulu yookk”.
“Hmmmm…,” ia membuka matanya, mereganggkan tangannya dan memberikan kecupan kecil di bibirku,“Malas mau keluar lagi. Pesan makanan disini saja. Kulihat tadi di resepsionis ada sedia mie instan”.
“Cukup hanya makan mie?”
“Dicukupkan saja, nanti sekalian pulang saja baru makan”.

Kuraih telepon dan kuhubungi resepsionis untuk memesan mie instan dengan pelengkap telur dan bakso, minumnya teh hangat. Kukenakan celana panjang tanpa memakai baju, lalu duduk di kursi. Suci masih berbaring. Ketika ada ketokan di pintu,”Permisi, mau antar mie,” maka Suci pun melompat dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Kubuka pintu dan kuminta room boy meletakkan mie di atas meja. Setelah membayar harga mie, room boy keluar kamar dan kembali kututup pintunya. Suci keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk.
“Bajuku penuh dengan lendir cinta kita…. Hahahaha,” katanya.
“Hehehe… hasil dua ronde,” sahutku.
Kami makan setelah aku juga membersihkan diri dan berpakaian. Ia masih membawa sepotong daster lagi yang dikenakannya tanpa memakai pakaian dalam.
“Udah disiapkan baju cadangan tohhhh….,” kataku menggodanya.
“Hehehe…untuk berjaga-jaga saja dan ternyata memang diperlukan”.

Setelah makan kami duduk di ranjang menyandar ke dinding. Ia menyandarkan kepala di bahuku.
“Mas…”.
“Ya, kenapa?”
“Kamu sudah sering bawa perempuan lain ya. Dari caramu memperlakukan aku aku tahu itu”.
“Hmmm gitu yaa. Kalau sering tidak juga. Kalau pernah iya, terakhir dua tahun lalu”.
Tidak mungkin aku bilang tidak pernah sama sekali, tapi tidak mungkin juga aku mengaku sebagai don juan.
“Orang sini juga?”
“Bukan, sebelumnya waktu aku tugas di tempat lain”.
“Oohhh. Pasti dia cantik. Aku tahu seleramu. Aku intip dari friend list tagged-mu”.
“Hehehe…. Artinya kamu mengklaim kalau dirimu cantik?”
“Aahhhh Masshh ini,” jawabnya manja sambil mencubit pinggangku.
“Mandi dulu yuukkk,” ajakku.
“Nanti saja sekalian mau pulang”.
“Jam berapa kita pulang?”
“Jam sembilan-an, aku udah kasih tahu ke rumah, ada acara sekolah”.
“Orang rumahmu ga curiga?”
“Kalau curiga aku bilang sih iya. Tapi sejauh ini ga pernah menyatakan juga. Sama partnerku yang kedua sempat ketahuan, tapi dia diam saja. Aku sudah siap kalau dicerai tapi dia tidak melakukan. Pernikahanku complicated Mas”.
“Hmmmm… Aku ga mau sampai jadi penyebab kamu pisah”.
“Jadi maksud Mas mau pergi dariku?” Suaranya mulai meninggi, ia melepaskan diri dari pelukanku.
”Apakah aku hanya sekedar pelacur yang menyerahkan tubuhku bahkan tanpa dibayar. Aku melakukan ini karena ada rasa, make love bukan hanya having sex atau one night stand setelah itu selesai. Bukan Mas. Aku tetapkan putusan untuk make love tadi pagi setelah ketemu kamu waktu sarapan. Jujur aku juga ga mau melakukan dengan orang yang secara fisik diluar standarku. Aku juga masih punya harga diri Mas. Tidak sembarangan dengan semua orang. Di tagged banyak yang merayuku, mulai dari brondong sampai aki-aki. Aku kan punya hak untuk memilih juga, dan kamu pilihanku Mas”.
“Dan kamu juga kecewa karena aku ga bisa memuaskanmu?” jawabku datar.
“Ga gitu. Bukankah sudah berkali-kali aku sampaikan kondisiku. Aku memilih kamu juga karena tahu kamu smart, alumni *** ”.

Ia masih menyampaikan isi hatinya dengan nada tinggi setengah emosi. Ketika nada suaranya mulai menurun aku memeluknya. Kukecup bibirnya.
“IIh bau mie. Sana gosok gigi dulu. GPL, ga usah pakai acara mandi!”.
Aku ke kamar mandi, menggosok gigi kemudian melepaskan celanaku dan membersihkan sisa-sisa lendir kenikmatan yang mengering di tubuhku. Terakhir aku berkumur dengan mouthwash yang dibawa Suci. Aku masuk kembali ke kamar dengan berbalutkan handuk. Celana panjangku kusangkutkan di kapstok. Suci sudah dalam posisi berbaring miring, tangan kanannya menopang kepalanya. Ia memandangku dengan tatapan menggoda. Lidahnya dijulurkan dan kemudian diisapnya jari telunjuknya. Aku merebahkan tubuhku menghadapnya. Kucium aroma wangi menguar dari tubuhnya. Dari aromanya bukan parfum yang mahal tapi cukup segar dan nyaman di hidungku. Pasti ia sempat menyemprot tubuhnya dengan parfum sementara aku ke kamar mandi.
“Masss…. Aku pengen dipuaskan malam ini. Aku akan lakukan dengan caraku seperti tadi”.
“Ga coba penetrasi dulu?”
“Ga Mas. Aku mau klimaks dulu baru melayani kamu”.

Aku mulai menciumnya. Tanganku meremas payudaranya dari luar dasternya. Kuturunkan tali dasternya melalui lengannya. Payudaranya yang putih tersembul dan segera kusergap dengan mulutku. Kuisap dengan buas dan ia mengangkat punggungnya, payudaranya semakin masuk ke dalam mulutku. Kumainkan putingnya dengan lidahku. Kuangkat gundukan payudaranya dan kuberikan gigitan kecil di bagian bawahnya. Kulihat ada bekas kemerahan. Kali ini dia tidak memprotes, bahkan menekan kepalaku ke dadanya. Ketika kutatap matanya ia hanya mengangguk lemah.
“Terserah kamu massshhh”.
Tanganku mulai menjalar ke pahanya, mengusap-usap bagian dalam pahanya. Ia melebarkan kedua pahanya dan mengarahkan tanganku untuk merangsang klitorisnya. Ketika aku memberikan kode untuk mengoralnya, ia menggelengkan kepala.
“Jangan Mmasss, aku ga mau merendahkanmu”.
“Ga apa-apa kok, aku juga suka menjilati itilmu”.
“Ga sekarang, perasaanku masih belum siap”.
Aku memposisikan duduk di depan selangkangannya. Kedua kakinya menumpang di pahaku. Aku akan mencoba memberikan pijatan di area vaginanya. Aku belum pernah melakukan sebelumnya, hanya berdasar naluri saja. Jempol kiriku menekan klitorisnya perlahan. Kuberikan tekanan lembut berulang-ulang. Suci mulai menggelinjang, nafasnya terdengar berat dan memburu. Jempol kananku mulai menggesek bibir vaginanya, bergerak memutari mulut vaginanya. Karena pada dasarnya vaginanya mudah becek, aku pikir tidak perlu bantuan pelumas apapun. Kulakukan berulang-ulang. Bibirku sudah gatal ingin mengisap klitorisnya yang semakin membesar dan memerah. Setiap kali kepalaku mulai menunduk selalu ditahannya. Jari tengahku masuk ke dalam liang vaginanya, sementara klitorisnya aku stimulasi dengan jari-jemari tangan kiri.
“Berapa jari yang masuk Mas?”
“Satu,” jawabku.
“Satu lagi Mass”.
Memang dengan satu jari kurasakan masih longgar. Kini kutambah dengan jari telunjuk untuk mengorek dan menstimulasi bagian dalam vaginanya.

Kedua jariku melakukan gerakan mengulik, menekan, menggaruk dan mengocok vaginanya. Kulihat tubuh Suci semakin menegang dan akhirnya setelah kurang lebih lima belas menit kuberikan pijatan di vaginanya ia mengangkat pinggulnya, mulutnya melenguh tertahan dan vaginanya semakin berair dan mulai berdenyut-denyut.
“Masukin masss,” desahnya.
Aku tahu maksudnya agar aku melakukan penetrasi, tapi penisku sendiri belum menegang maksimal tidak siap untuk penetrasi. Aku terus lanjutkan aktivitas tanganku sampai kemudian tubuhnya mengejang dan vaginanya berdenyut-denyut. Ia menarik tanganku meminta aku menindihnya. Kutindih tubuhnya dan kucium bibirnya. Kakinya menjepit pinggangku dan kemudian tubuhnya melemas.
“Oouuhh enak sekali Mas”.
Aku hanya termangu-mangu. Sebuah prosesi persetubuhan yang awkward bagiku.

Setelah nafasnya mereda kuajak ia mandi.
“Mandi yuk,” ucapku.
“Ehmmmm, masih malas. Masih pengen disini bersamamu”.
Tak lama kemudian hpnya berdering dan diangkatnya. Sepertinya dari rumah, kudengar ia berkata akan pulang dalam setengah jam lagi..
“Dari anakku, sepertinya aku memang harus pulang. Ayuk mandi kalau gitu!” ajaknya sambil menarik tubuhku.

Kami mandi sambil saling menyabuni tubuh kami dan sesekali berciuman di bawah shower.
“Uuhmmm….Huufftttt… Kamu pandai sekali berciuman,” ucapnya sambil mengusap pipiku. Kutarik rambutnya sehingga lehernya terekspose dan segera kujelajahi dengan bibirku. Lidahku menjilati leher dan telinganya, kemudian turun mengulum putting payudaranya yang mulai mengeras.
“Ooh sayang, gairahku naik lagi nih,” katanya.
“Tapi waktunya kamu udah mau pulang,” jawabku.
“Main doggy style, quicky yuk. Kasihan, terakhir kamu cuma nonton aku orgasme,” jawabnya sambil mengusap penisku yang juga sudah mulai menegang.
Ia berjongkok dan mengisap penisku sampai benar-benar keras dan tegang, kemudian ia membelakangiku dan membungkuk berpegangan pada meja wastafel. Kuarahkan shower ke tubuh kami dan tanpa kesulitan penisku masuk ke dalam vaginanya.
“Keluarin cepat saja ya sayang,”
Tanpa disuruh dua kali aku langsung melakukan gerakan maju mundur mengocok vaginanya. Sebentar kemudian gerakanku semakin cepat. Kulihat bayangan kami di kaca wastafel sungguh membuat kami berdua terlihat artistic, bercinta dengan posisi standing doggy dengan tubuh basah akibat siraman shower. Akhirnya, ”Suciiii….. aku keluar sekarang!” aku berbesah kencang. Kutambah lagi kecepatan gerak pinggulku dan kuselesaikan dengan sebuah erangan dan hunjaman penisku dalam-dalam ke vaginanya. Badanku mengejang beberapa kali sampai seluruh isi penisku terhambur keluar semuanya. Kutarik penisku dan kubalikkan tubuhnya dan kami berciuman dengan penuh gairah.
“Terima kasih sayang,” ucapku sambil mengecup keningnya.
“Iya sama-sama. Aku juga berterima kasih kamu mau ketemu dam make love denganku”.
“Nanti kita coba lagi sampai kamu bisa merasakan orgasme dari penetrasi kontolku, bukan dari permainan jari”.

Akhirnya kami menyelesaikan agenda pertempuran dengan perasaan yang ringan meskipun badan letih. Kuantarkan dia sampai ke dekat rumahnya untuk dijemput anaknya. Sebelum turun dari mobilku, kami berciuman.
“Aku tunggu saat-saat indah bersamamu lagi,” bisiknya.
“Sebelum kembali ke lokasi aku usahakan untuk bertemu lagi, bercinta bersamamu”.
Aku kembali ke mess, mandi dan langsung tertidur tanpa sempat makan malam lagi.
***

Hari berikutnya kami saling berkirim kabar lewat SMS dan telepon.
Dua hari kemudian urusanku di kota P selesai. Rencanaku besok pagi kembali ke lokasi kerja. Hari masih siang, tadi pagi sempat mengirim SMS ke Suci janji untuk bertemu lagi. Ia menungguku di tempat yang sama. Begitu naik ke mobil dan duduk di sampingku ia segera menarik tubuhku dan mencondongkan kepalanya ke kepalaku. Kami berciuman sebentar melepas rindu seolah-olah bertahun-tahun tidak bertemu. Suci masih mengenakan seragam kerja dengan rok panjang dan jaket kain.
“Kemana kita?” tanyaku.
 
Bimabet
wuahahaha update. terima kasih suhu. semoga berkenan menyambungnya. keren nih..mantep mbak suci
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd