Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisahku Melalui Dating Apps dan On the Spot Hunting

Bimabet
Kali ini mohon maaf hanya bisa mini update dulu. Lumayan masih bisa menyempatkan diri mengetik di tengah tumpukan karung yang berserakan...

..............
Setelah membersihkan diri kami kembali berbaring sambil bercerita tentang kisah-kisah semasa SMP. Cerita tentang kenakalan si A, kecentilan si B, kepintaran si C dan lain-lainnya. Lama kelamaan dinginnya AC membuat kami harus masuk ke dalam selimut. Cici merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Ia berada di sebelah kiriku. Tangannya mulai memelukku dan tubuhnya dimiringkan, kaki kirinya dinaikkan di atas pahaku kemudian digesekkannya berulang-ulang.
“Ihhhh bulu kakinya bikin merangsang,” katanya sambil terus menggesekkan kakinya di pahaku.
“Ini juga bulu dadanya. Hmmmm dari dulu aku suka banget dehhh,” sambil mengusap dadaku dengan tangannya.
Dadanya sengaja ditekankan ke lenganku. Terasa padat dan kenyal meskipun sudah menyusui seorang anak. Kalau menyusui lelaki dewasa entahlah sudah berapa mulut yang pernah singgah disana.
“Lagi yuk To,” ucapnya sambil mengusap penisku.
“Hmmmmm,” sahutku sambil meraih tubuhnya naik ke atas tubuhku.

Cici naik ke atas tubuhku dan mulai mencium bibirku. Ciuman kami pada waktu itu hanya sebatas bibir saja tanpa bersilat lidah, maksudnya berciuman tanpa bermain dengan lidah kami, karena memang hanya sebatas itu skill yang kukuasai pada waktu itu. Meskipun demikian ciuman kami sudah bisa membuat gairah kami meninggi. Bibirnya menyusuri leher dan mengigit telingaku perlahan. Tangannya mengusap penisku dan tak lama gerakannya berubah menjadi mengocok penisku.

Kepala Cici sudah berada di selangkanganku dan langsung mengecup dan mengulum kepala penisku. Ini bukan isapan yang terhebat yang pernah kurasakan sampai dengan saat itu. Masih lebih baik isapan dari binor yang pernah bersambungraga denganku. Isapan Cici giginya tidak mengenai penisku, masih terasa kasar dan kurang dapat kunikmati. Cici kembali naik ke tubuhku dan kami berciuman kembali.
Sebelum penisku menegang dengan maksimal Cici berusaha memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku masih terlena dan belum menyadari apa yang terjadi. Begitu kepala penisku mulai berada di bibir vaginanya aku langsung tersadar dan mendorongnya ke samping.
“Nooo… pakai kondom!” kataku tegas.
“Ga usahlah, aku bersih. Ga main dengan sembarang laki-laki,” jawabnya,”lagian pakai kondom ga enak,” lanjutnya.
“NO… pakai atau ga usah kenthu,” kataku.
Ia masih menggerutu dan memasang muka cemberut. Aku tidak peduli. Alasan utamaku adalah aku tidak mau terjebak. Kalau kemudian ia hamil pasti akan runyam.
“Kamu ga KB kan?” tanyaku.
“Enggg….. Ga sih”.
“Ya udah, aku pakai sebentar”.
Kuambil kondom di meja di samping ranjang, membuka bungkusnya dan sekarang tanpa kesulitan kondompun terpasang dengan sempurna. Kukocok perlahan penisku untuk membuatnya tegang maksimal.
“Kamu di atas atau di bawah?” tanyaku.
“Aku di atas dulu,” jawabnya sambil merebahkan tubuhnya ke atas tubuhku.
Tangannya membantu mengarahkan penisku masuk ke dalam vaginanya, dan tanpa kesulitan penisku menerobos liang vaginanya.
“Uuuhhhh……” Cici melenguh perlahan.
Aku juga merasakan memang berbeda rasanya antara menggunakan kondom dan tanpa kondom. Tapi untuk saat itu aku hanya berpikir jangan sampai Cici hamil akibat persetubuhan kami.

Pantatnya bergerak naik turun, membuat penisku bergerak di lorong vaginanya. Cici menarik kepalaku agar menciumi payudaranya. Aku mulai menciumi dan menjilati gundukan payudara kanannya. Semakin lama mulutku semakin mengarah ke areola dan mulai menyentuh putingnya.
“Isepin pentilnya Tooo…,” kata Cici sambil mengarahkan putingnya ke mulutku.
Kini kujilati dan kuisap putting payudaranya. Cici bergerak semakin cepat. Kadang gerakannya dibuat seperti patah-patah. Aku yang tadinya bermain tidak sepenuh hati mulai merasakan kenikmatan yang semakin lama semakin tinggi. Akupun mulai membalas gerakannya dengan menyesuaikan gerakan pantatnya.
Pplak…plak…plakkkk
Pantatnya beradu dengan pinggangku dan semakin keras gerakan kmai maka semakin keras juga suara yang timbul.
“Ouuhhh Tooo… enakkkk…Hufffhhhhh,” katanya sambil terus menggerakkan pantatnya. Nafasnya mulai terdengar memburu. Setelah kurang lebih sepuluhh menit ia bergerak di atas tubuhku, ia memelankan gerakannya.
“Gantian Tooo… kamu di atas,” katanya sambil menggulingkan tubuhnya dan menarik tubuhku. Aku mencoba mengimbanginya supaya penisku tidak terlepas dari vaginanya. Sulit juga untuk melakukan hal itu dan peniskupun terlepas. Cici sudah telentang dan akupun segera ke atas tubuhnya dan memposisikan penisku kembali di ibir vaginanya. Setelah posisinya tepat aku menurunkan pantatku dan penisku kembali tertelan oleh vaginanya.

Dengan posisi di atas aku lebih leluasa untuk mengatur gerakan dan memainkan tempo. Dengan perlahan kuayunkan pantatku naik turun dan peniskupun ikut bergerak maju mundur di liang vaginanya. Kedua tanganku di samping tubuh Cici untuk menahan berat badanku. Kuturunkan kepalaku untuk mencari bibirnya. Ia menyambut bibirku dan kamipun berciuman dengan segala kemampuan yang kami miliki saat itu. Ketika bibir kami terlepas aku menyusuri leher dan terus sampai ke payudaranya. Kuciumi payudaranya sementara pantatku bergerak semakin cepat. Cici juga mencoba mengimbangi dengan gerakannya, namun justru membuat ritmeku menjadi kacau.
“Udah Ci, kamu jangan banyak bergerak. Nanti malah peli-ku lepas,” kataku.
“Iyaahhh…. Terus To. Kamu yang cepat gerakannya”.
Kupercepat gerakannya dan kakinya kini melilit, mengunci betisku. Peluh dari keningku mulai menetes di dadanya.
“Ayo Toooo….,”.
“Hhhmmmrhhh…,” aku sedikit menggeram untuk mengatur nafasku yang juga mulai berkejaran
Beberapa saat hanya ada suara desahan, geraman dan derit ranjang yang berdecit seiring gerakan kami…….
“Ayooo Tooo….. Aku keluarhhh…,”
Cici memekik tertahan dan kusumbat dengan mulutku. Akupun juga sudah di ujung pendakian.
“Cici… oouhhhh Ciikkkhhhh”.
Kuangkat pantatku lebih tinggi sampai penisku hampir keluar dari vaginanya dan dengan cepat kuhempaskan ke bawah dengan kuat.
“Oooouuuuuuhhhhhh…….”.
Kami mendesah dan mengejang ketika mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Penisku beberapa kali berdenyut mengeluarkan pelurunya. Ketika penisku berhenti berdenyut aku berguling ke samping. Kulihat Cici meremas payudaranya sambil terengah-engah.

Setelah beristirahat beberapa saat kami segera membersihkan diri dan mengenakan pakaian.
“Pulang yuukk,” kataku.
“Aku sebenarnya masih mau lagi,” jawabnya sambil duduk bersandar di sofa.
“Udah ah, nanti kamu di cariin. Lagian udah gelap tuh. Pulangnya masih perlu waktu dua jam”.
Sebenarnya malam hari lebih lancar, namun kendaraan juga sudah jarang.
Kulihat jam dinding di atas pintu kamar menunjukkan hampir pukul tujuh malam. Sampai rumah berarti sekitar jam sembilan. Akhirnya Cici pun berdiri dan kami keluar dari kamar. Setelah mengembalikan kunci kamar ke resepsionis kami berjalan ke depan hotel. Di resepsionis dan arah keluar kami bertemu dengan beberapa pasangan yang mau pesan kamar maupun mengembalikan kunci. Hmmm… ternyata memang hotel untuk mesum… Hahahaha. Kami terus keluar hotel, pikirku pasti ada becak untuk mengantar kami ke terminal. Ada beberapa becak yang antre dan ternyata yang sekarang dapat giliran adalah tukang becak yang tadi mengantar kami dari terminal.
“Ohh mas e… dah mau pulang?” tanyanya sambil tersenyum.
“Iya pak. Ke terminal yaa,” kataku.
“Iya mas. Pas jam segini kalau sampeyan pulang. Kalau kemalaman kadang suka ada grebegan,” katanya.
Maksudnya ada razia.
Sampai terminal kebetulan sudah ada bus kecil yang akan berangkat. Setelah kami naik tak lama buspun berangkat. Kami sampai di rumah jam setengah sembilan lewat sedikit. Sesuai perkiraan.

****
Kini kembali pada pertemuan dengan Cici seperti kisah di awal sekuel ini.
……
Kami bersalaman dan duduk berhadapan. Ia senyum-senyum menatapku.
“Sekarang dinas dimana Mas?”
“Di Kalimantan”.
Kamipun segera terlibat dalam obrolan kesana kemari bercerita dan saling menanyakan keadaan masing-masing, teman yang masih kontak dan lain-lain. Pikiranku teringat peristiwa belasan tahun silam, setahun atau dua tahun setelah lulus SMA. Cici ini dari mulai SMP terkenal genit ke cowok baik teman sebaya maupun yang usianya di atas kami.
………………….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd