update
part 5
Adel
Sinta
Di Dapur Bareng Sinta
Mengajar dua kelas lumayan menguras kesabaran juga ternyata, mana tadi belum sempet sarapan juga kan.
Ngomong-ngomong anak KKN yang lain masih pada di sekolah ga ya, cek dulu ah di perpus
"Lho kok sepi ya" gumamku ketika aku masuk perpustakaan yang juga menjadi kantor untuk anak KKN di sekolah ini
"Hei dan," tiba tiba kulihat Sinta muncul dengan senyum menawannya dari kolong meja.
"Eh aya neng Sinta nu geulis pisan, sendiri aja neng? yang lain pada kemana? Terus ngapain kamu di kolong gitu?" tanyaku.
"Ini ngambil spidol dan, yang lain udah pada pulang tadi, tinggal kita aja yang ngajar di jam terakhir." jawab Sinta masih dengan tersenyum.
"Ooo gitu, masih mau lama di sini sin? Apa mau nginep?" Ledekku "Enak aja ngapain nginep disini, ini nih tadi sih mau naro buku anak kelas 2b, mau bawa pulang males berat, koreksi nya besok pagi aja disini." Sekilas Sinta sedikit merenguk karena kuledek. "Udah selesai ngajar dan?" tanya Sinta sambil mencoba kembali tersenyum. "Belum sin, belum mulai malah." jawabku
"Lho kok belum mulai?"
"Iya kan kamu belum minta diajarin sama aku sin." kugoda gadis manis di depanku ini.
"Ah apa sih kamu. Aku mau pulang nih. Kamu yang kunci pintu perpus ya?" sepertinya sinta mulai kesal dengan jawab jawaban isengku.
"Iya siniin kuncinya, tinggalin aja aku terus sin, orang aku kesini mau nemenin kamu pulang kok malah mau ditinggal.
"Iya iya becanda aja lho dani, kapan sih aku ninggalin kamu? Udah jelas jelas aku sengaja nunggu 1 jam pelajaran buat pulang bareng kamu tau."
"Iya tah sin? Kok baik banget sih kamu sama aku, aku bawa pulang mau?"
"Iya dong, sinta gitu lho. Eh buat apa?"
"Lumayan buat bantu bantu ibuku cuci piring di rumah sin. Hahaha"
"Yeee, kirain"
"Kirain apa sin?"
"Engga ga apa apa."
"Ya udah pulang yuk, sini kuncinya kamu keluar duluan gih,"
"Iya. Nih kuncinya." Kami pun keluar beriringan dari ruang perpus dan aku mengunci pintu dan gemboknya dari luar.
Dalam perjalanan pulang aku mencoba mengajak Sinta mengobrol "Oh iya sin, gimana menurutmu sebulan di sini? Mulai betah? Apa masih sering kangen mama papa?"
"Ya lumayan sih dan, enak di sini suasananya, sejuk udaranya terus ga banyak asep kayak di kota. Kalo kangen ya masihlah namanya juga orang tua dan makanya hampir tiap malem deh nelpon mereka."
"Iya juga ya," ucapku pendek, sejenak aku teringat kedua orang tuaku yang sangat sibuk bekerja dan belum sekalipun meneleponku untuk sekedar menanyakan kabar.
Oh iya dan, kamu jarang megang hp ya disini dan?"
"Iya sin, maklum jomblo sin, sapa yang mau nanya kabar. Hahaha
palingan kalo mau upload laporan aja, itu juga kan seminggu sekali, atau kalo nemu object foto yang lumayan." Jawabku sambil berpura-pura ceria.
"Emang kamu bisa moto gitu?" Sinta meragukan kemampuanku rupanya.
"Ya bisa sih dikit-dikit, kan pake fv-5 sin, mau aku foto?" Jawabku tak mau kalah.
"Emang kalo kamu foto aku, apa fokusnya dan?"
"Itu sin, idung kamu.. kan unik"
"Kok unik dan?"
"Iya ada tai lalatnya, jadi gemes liatnya" jawabku usil.
"aaaaa, Dani bahas itu mulu" Sinta mencubit perutku dengan sekuat tenaga
"Aduh duh, ampun sin, jangan kuat kuat nyubitnya."
"Habisnya kamu ngeselin banget"
Setelah sekitar setengah jam berjalan kami pun sampai di rumah kontrakan dan kami pun masuk ke rumah kontakan setelah mengucap salam.
"Lho pada kemana ini? Kok kayak ga ada orang dirumah" Sinta bertanya padaku melihat rumah sepi namun pintu tak dikunci.
"Iya ya pada kemana ya. Coba sin kamu telpon mereka,"
"Eh Halo, pada dimana? Kok sepi" Sinta menelpon Cindy rupanya.
"Iya ini kami bertiga kerumah peratin mau bahas acara 17an bulan depan. Si adel tadi masih tidur kayaknya lemes banget ga tau deh habis ngapain"
"Lama ga disana? "
"Lumayan, 2 jam lagi lah kayaknya nyampe rumah."
"Ya udah kalo gitu, salam ya buat bu peratinnya."
Sinta pun lalu menutup teleponnya.
(peratin=lurah)
"Gimana sin?" Tanyaku penasaran.
"Pada dirumah peratin ngebahas persiapan 17n katanya." Jawab Sinta
"O gitu. Bagus deh kalo gitu udah mulai bisa bagi bagi tugas,"
Lumayan nih bisa berduaan sama Sinta, udah lama banget sejak waktu itu ga pernah bisa berdua di rumah lagi.
"Terus katanya adel masih dirumah, lemes kayaknya. Kenapa ya dia"
yaaah, gagal deh berduaan sama Sinta lagi.
"Coba kamu cek aja dikamar sin" ucapku pelan (dan putus asa).
Sinta masuk ke kamar dan melihat Adel yang tiduran di kasur.
"Adel, kamu sakit del?"
"Eh sinta, engga kok cuma capek aja."
"Keluar yuk, masa dikamar terus malah tambah lemes lho"
"Iya sin" kulihat Sinta keluar kamar diikuti Adel.
"Del, kok kamu kayak lemes, udah makan?" Tanyaku pada si montok
"Belum dan." Adel menjawab lemas.
"Ya ampun del kok belum makan, udah jam berapa ini?" Sinta bertanya dengan nada kaget.
"Aku kan ga bisa masak sin, Males juga mau keluar." Jawab Adel.
"Ya udah kamu disini aja biar bunda Sinta ya yang masakin buat adek Adel sayang, Dani kalo kamu mau makanan apa aja kemakan kan?" Sempet-sempetnya nih anak ngeledek aku ya.
"Iya , selama bunda cantik yang masak, ayah pasti makan kok haha." Balasku menggoda Sinta yang memang diberi julukan Bunda oleh yang lain karena sifatnya yang paling dewasa diantara para perempuan di kelompok ini.
"Huuu dasar." Kuperhatikan bokong Sinta menghilang di balik pintu dapur.
Yakin Sinta sudah di dapur aku pun mendekati Adel dan duduk di sebelahnya.
"Del, kamu kenapa ga makan?" Tanyaku sambil mengelus kepala Adel.
"Iiiiih, Dani mah tega, Adel ditinggalin sendirian di kamar mandi, lemes tau tadi mau keluar aja harus ngumpulin tenaga dulu jadi kedinginan deh." Adel menjawab dengan wajah cemberut. Melihat ekspresinya aku ingin tertawa namun kutahan sekuatku.
"Dingin del? Sini aku peluk biar anget," kurangkul bahu Adel dan kutarik tubuhnya ke tubuhku.
"Apa sih dan, ada sinta tuh" tolak Adel pura-pura tanpa menggerakkan badannya.
"Udah bawel amat sih kamu, sini." Aku peluk Adel dan tanganku mengelus kedua payudara besar Adel.
"Hmmm."
"Cup, udah enakan?" Kucium kening Adel
"Hmmmm, iya enak dipeluk Dani" jawab Adel, kulihat matanya seperti meminta sesuatu. Adel lalu membalas pelukanku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil memejamkan matanya.
"Ya udah lepas dulu ya, ku bikinin teh mau?" Hindarku,
"Mauu yang manis ya teh nya, kayak adel" jawab Adel genit.
"Iya, tapi inget ya ada sinta disini. Jangan keliatan genit sama aku ya" ingatku pada Adel. Aku tentu harus menjaga agar sosok Adel yang genit jangan sampai terlihat oleh anggota yang lain.
"Iya iya baweeell." Adel menjawab dengan bibir manyunnya.