-------------------------------------------------------------------------------
Cerita 20 – Tetangga Cantik
Bagian 2
“Sayang.. aku harus kasih tau kamu, aku baru naik jabatan..” kata Leily pagi besoknya. Restian tersenyum dan memberi selamat.
“Gajimu naik dong..?” komentar Restian.
“Iya, tapi kelihatannya tanggungjawabku nambah. Aku bakal lebih sering pulang malam..”
“Nggak apa-apa, demi kemajuan karier kamu..”
Dan begitulah, pada hari-hari berikutnya jam kerja Leily makin panjang. Waktu sendirian di rumah bagi Restian makin panjang juga.
-----oOo-----
“Eh, tungguuu..! Kenapa nggak sekalian dibawa masuk dan dirakit..!?”
Seru Kamalia di depan rumahnya kepada dua orang pengantar barang yang beranjak masuk ke mobil boks mereka.
“Maaf Bu, tugas kami cuma mengirim. Kalau perakitan tidak termasuk. Permisi, kami masih ada pesanan lain yang harus dikirim..”
“Iiiihhh..!” Kamalia mengeluh kesal ketika melihat mobil boks itu pergi saja..
sementara di depan rumahnya tergeletak kardus besar berisi bagian-bagian lemari pakaian.
Kebetulan Restian mendengarnya, dan dia keluar melihat apa yang terjadi.
“Ada apa..?” Tanya Restian.
“Aku beli lemari..” kata Kamalia, menyebut nama toko perabotan terkenal, “tapi ternyata nggak termasuk pemasangan..
sudah begitu ini cuma ditaruh saja di depan rumah, bukan sekalian dibawa masuk. Mas.. Bantuin aku..”
Restian tersenyum dan langsung bergerak. Tapi karena kardus berisi bagian-bagian lemari itu memang berat, dia mengangkutnya berdua Kamalia.
Keduanya mengangkut kardus masuk rumah, lalu naik tangga ke kamar Kamalia untuk membongkar kardus.
Restian lalu mengambil peralatan dan merakit lemari baru itu di dalam kamar Kamalia, dibantu si pemilik kamar.
Kamalia dengan antusias memegangi bagian-bagian lemari selagi Restian menyekrup dan memasang.
Beberapakali keduanya saling sentuh selagi bekerja.
“Selesai..!” Seru Restian sesudah lemari itu akhirnya kelar dirakit.
“Yayyyy..!” Kamalia berteriak kesenangan.
“Eh, ternyata seru juga ya ngerakit lemari. Makasiiiih banget, Mas..” Sadar tak sadar, Kamalia merangkul Restian. Restian kaget, tapi senang.
“Mas pasti haus. Aku ambilin minum ya..” kata Kamalia.
Di atas tempat tidur Kamalia, baju-baju bertebaran. Rupanya Kamalia habis mengosongkan lemari lamanya.
Restian melihat-lihat baju-baju itu. Banyak yang berkesan seksi. Kaos ketat, berleher rendah, rok pendek, legging.
Dia ingat Leily sebenarnya punya baju-baju yang mirip. Tapi sekarang Leily jarang sekali memakainya.. sejak gaya berpakaiannya berubah.
“Ini..” Kamalia datang kembali membawa dua gelas es teh.
Keduanya lalu duduk di lantai sambil minum dan ngobrol ringan. Karena minum sesudah aktivitas fisik, keringat Restian mengucur deras.
Kamalia mengambil tisu dari atas meja riasnya, lalu mulai menyeka keringat Restian.
Wajah keduanya berdekatan. Dan Restian menyadari bahwa ketika di rumah pun Kamalia tetap berdandan..
dia melihat lapisan tipis bedak di pipi dan lip gloss di bibir Kamalia.
Bibir indah itu begitu dekat dengan bibirnya. Restian ingin menciumnya..
“Umh..” Restian menggumam, menahan keinginan yang sebenarnya.
Kamalia tersenyum, entah mengerti atau tidak. Namun memang senyumnya selalu bernuansa genit; akibatnya nafsu Restian terpancing.
Dan ternyata gumamannya itu ditafsirkan begini oleh Kamalia, “Mas capek ya..?”
“Iya, lumayan berat juga itu lemari. Kalau aku sendirian pasti nggak kuat..”
Kamalia berdiri lalu berjalan ke belakangnya. Lalu Restian merasakan tangan-tangan Kamalia memijat bahunya.
“Ahhh.. enak nih..” kata Restian senang.
Sekitar lima menit dia menikmati pijatan Kamalia di leher, pundak, dan punggungnya.
Tapi kemudian Kamalia berhenti.
“Su-sudah kan..? Aku m.. mau balik ke rumah ya..” kata Restian sesudah melongo beberapa lama memandangi kecantikan tetangganya.
Kamalia mengangguk. Keduanya berdiri, lalu turun.
“Mas sudah sering bantu aku. Kalau ada perlu apa-apa, bilang saja ke aku, Mas. Makasih yaa..”
Kamalia memegangi tangan Restian sebelum Restian keluar pintu.
Malam itu Restian kerepotan sendiri mengatasi nafsu dan fantasinya.
Ditambah lagi, Leily pulang malam dan mengaku capek.. sehingga tidak mau diajak berhubungan seks..
***
Besok sorenya Restian melihat Kamalia pergi naik taksi. Sambil menunggu Leily dia mengurus bisnisnya sampai malam.
Menjelang malam Restian mendengar ada taksi berhenti di depan rumahnya.
Lalu pintu rumahnya diketok. Restian turun, membukakan pintu. Ternyata sopir taksi.
“Malam Pak. Pak saya ngantar mbak ini, tapi dia ketiduran di dalam taksi saya. Rumahnya di sini kan..?”
Leily..? Restian mendekati taksi. Ternyata bukan Leily, melainkan Kamalia.
Si supir taksi salah berhenti dan mengira Kamalia tinggal di alamat Restian.
Kamalia terhenyak di kursi belakang, mata setengah terbuka. Dia langsung bertindak.
Pertama membayarkan taksi, lalu dia mengeluarkan Kamalia dari taksi dan memapah Kamalia ke arah pintu rumahnya.
Dia sempat bertanya ke sopir taksi, dari mana Kamalia. Sopir taksi menyebutkan nama satu klub malam cukup terkenal di kota.
Kamalia setengah sadar. Ketika dipapah ke pintu, dia mengoceh tak jelas.
Restian mencium bau alkohol; tetangganya itu rupanya bukan ketiduran, tapi mabuk.
Dia mencari-cari kunci rumah di tas Kamalia;
sesudah ketemu, dia membukakan pintu rumah, menyalakan lampu, lalu menaruh Kamalia di sofa ruang tamu.
Kamalia menggeletak, berbaring miring, entah sadar atau tidak dengan keadaannya. Meski demikian Restian harus mengakui, dia tetap menawan.
Restian sudah tahu tetangganya itu habis dari mana; dandanannya memang seperti orang mau clubbing.
Eyeliner biru elektrik di sekeliling mata, bedak ber-glitter, anting besar.
Rambut kemerahannya yang dikuncir agak berantakan, sebagian terjuntai menutupi sisi wajah, ujung-ujungnya yang dibuat ikal tetap menarik.
Gaun pendek merah ketat dengan aksen renda sepanjang sisinya, di balik cardigan lengan panjang putih.
Sepatu platform hak tinggi dengan ujung terbuka yang memamerkan kuku jari kakinya yang bercat merah.
“Air..” Restian mendengar ucapan itu keluar dari bibir Kamalia.
Dia pun menuju ke belakang, ke arah kulkas, mencari air minum. Dituangnya air ke dalam gelas.
Tapi ketika kembali, dilihatnya Kamalia berdiri terhuyung menuju tangga, berusaha naik.
Restian takut Kamalia tersandung, jadi dia langsung menaruh gelas dan membantu Kamalia naik tangga, sampai ke kamar tidur.
Dia membaringkan Kamalia di ranjang. Dilihatnya Kamalia sudah tak memakai cardigan;
Dia turun untuk mengambil gelas, naik lagi, berusaha memberi minum Kamalia.
Agak repot: dia harus menegakkan Kamalia, meminumkan air, sambil memastikan Kamalia menelan air itu agar tidak tersedak.
Airnya bahkan sampai tumpah-tumpah ke baju dan tubuh Kamalia.
Restian menyingkirkan gelas dan membaringkan lagi Kamalia. Tapi ketika dia mau pergi, Kamalia malah tiba-tiba merangkulnya..!
Tubuhnya jadi merapat ke tubuh Kamalia, kepalanya menempel ke dada Kamalia.
Jantung Restian berdebar keras ketika tubuhnya kontak langsung dengan tubuh Kamalia.
Segala sensasi dari tubuh tetangganya yang cantik itu menyerbu: wangi parfumnya..
desah nafasnya, lembut dan hangat kulitnya, sekal payudaranya.
Dalam film atau karya fiksi biasanya kejadian seperti itu akan berujung keintiman bagi mereka berdua.
Memang, Restian sebenarnya senang dipeluk seperti itu oleh Kamalia..
sekaligus gugup karena Leily bisa pulang kapan saja sementara dia sedang ada di rumah –kamar tidur..– Kamalia.
Susah payah dia berusaha melepaskan diri dari rangkulan Kamalia..
dengan sangat berat hati karena sebenarnya dia sangat ingin mencumbui tetangga cantiknya itu.
Dan tanpa sengaja pula beberapakali dia mencolek sampai menggenggam payudara Kamalia selagi melepaskan diri.
Akhirnya Restian lolos dari rangkulan Kamalia, dia berdiri dengan nafas memburu, wajah merah, dan kejantanan keras frustrasi.
Tetangganya itu seolah tak peduli dengan godaan tingkat tinggi yang baru dia lancarkan dalam keadaan setengah sadar..
Tergeletak di ranjang dengan baju bagian bawah tersingkap sampai celana dalamnya kelihatan..
baju bagian atas agak basah terkena cipratan air minum, dan ekspresi yang terlihat seksi--mata sayu dan bibir merekah.
Restian terpaku, tidak mau melewatkan kesempatan memandangi pose seksi di depannya, tapi lama-lama dia ingat harus segera pulang.
Sebelum meninggalkan tetangganya.. dia memberi bantuan kecil terakhir..
dengan membereskan gaun Kamalia yang tersingkap dan melepas sepatu Kamalia.
Lalu dengan kepala panas dingin dia buru-buru kembali ke rumahnya sendiri.
Untung Leily belum datang. Leily sendiri baru sejam kemudian muncul.
-----oOo-----
Pagi besoknya..
Restian membawakan tas besar buat Leily dan memasukkannya ke bagasi mobil, sambil berkomentar..
“Kamu sepertinya bekerja keras banget, sayang. Habis ini kamu cuti saja ya.
Kamu sudah pulang malam terus dan sekarang mau lembur sampai nginap di kantor juga. Ingat badan kamu..”
“Makasih perhatiannya ya, sayang..” Leily mengecup pipi suaminya.
Ketika dia mau masuk ke mobil, pintu rumah tetangga sebelah terbuka.
Kamalia muncul, memandang ke arah mereka berdua, lalu tersenyum malu-malu sambil melambai dan menyapa.
“Pagi, Mas, Mbak..” Restian balas melambai, sementara Leily melengos dan buang muka.
Sesudah duduk di balik kemudi mobil Leily berseru ke arah Restian. “Aku pergi dulu ya! Sampai besok, sayang..”
Leily mengeluarkan mobil dari garasi dan berbelok ke arah depan rumah Kamalia..
lalu berhenti di sana, membuka kaca mobil, dan menatap tajam Kamalia yang saling pandang dengan suaminya.
Dia tidak beranjak sampai Kamalia sadar dipelototi dan dengan malu-malu mundur lagi kembali masuk rumahnya.
Barulah Leily menjalankan mobilnya.
Sekitar seperempat jam kemudian Restian menerima serangkaian SMS dari istrinya.
Apa-apaan si lonte itu. Berani banget mandangin kamu kyk gitu.
Tumben tu mukanya kucel. Biasanya menor, bedaknya lima senti. Pasti abis pulang pagi, dipake semalaman sama om om.
Dia emang cewe gatel, kalo dia berani godain kamu awas aja kulabrak dia di rumahnya.
Restian, yang tahu kejadian sebenarnya, berusaha tidak menanggapi, dan membalas dengan mengingatkan.
Sayang, kalo nyetir jangan sambil sms, bahaya lho
Dan Leily membalas: Macet gila. Aaaaah.
-----oOo-----
Sesungguhnya Restian juga penasaran mengenai keadaan Kamalia sesudah dia tolong kemarin malam..
Jadi dia mengirim SMS ke Kamalia –mereka sudah saling bertukar kontak sejak Restian meminjamkan printer..–
Gimana kabarnya..?
Agak lama, baru Kamalia menjawab. Mas, aku boleh ke sana..?
Silakan, jawab Restian.
Tapi aku takut, Mbak Leily marah ya sama aku..?
Dia udah ke kantor kok. Tenang aja.
Iya Mas, tapi nanti aja ya. Disambung beberapa menit kemudian. Mas udah ada buat makan siang..? Kalau belum aku bikinin deh.
Restian menjawab belum.. sambil penasaran mengapa Kamalia mau membikinkannya makan siang.
Mungkin dia mau balas pertolongannya kemarin malam.
Pagi berlalu tanpa banyak peristiwa buat Restian, dia sibuk menerima dan mengurus order bisnisnya.
Dia sampai hampir lupa Kamalia mau datang ketika menjelang siang dia mendengar pintu rumahnya diketok.
oOo
Restian benar-benar ingin tahu kenapa Kamalia ingin selalu tampil dengan dandanan lengkap..
bahkan ketika sekadar bertamu ke rumah sebelah.
Siang itu Kamalia tampil dengan gaun babydoll kotak-kotak pink-putih.
Biarpun tidak sampai memakai ‘bedak lima senti’ seperti dituduhkan Leily paginya..
terlihat bahwa Kamalia sempat memulas alisnya.. memerahkan bibir dan pipinya.
Eh, bukan. Sepertinya warna merah di pipinya bukan karena kosmetik.
Kamalia membawa wadah berisi sesuatu, yang disodorkan ke Restian.
“Rendang..?” Restian melihat isinya. Inikah makan siang yang dia janjikan..?
“Iya, Mas. Aku coba bikin ini tadi pagi..”
Kamalia nyengir-nyengir konyol sambil berkomentar.. “Katanya bagus buat ngilangin hangover.. tapi pas bikin ini sakit kepalanya hilang sendiri..
jadi ya nggak apa-apa deh, buat makan siang aja. Cuma kalau rasanya mengecewakan maafin ya, soalnya pake bumbu instan..”
“Masuk, masuk..” Restian mempersilakan Kamalia masuk..
sambil bertanya-tanya dari mana tetangganya itu dapat teori bahwa rendang cocok buat mengatasi hangover.
Kamalia masuk dan membawa rendangnya ke ruang makan.
Restian mengambilkan piring, lalu mengajak Kamalia makan siang bersama. Sambil makan, mereka mengobrol.
Kamalia dengan malu-malu menjelaskan bahwa kemarin malamnya dia memang terlalu banyak minum di klub.
Dia ke sana bertemu teman-teman kuliahnya.
Restian jadi tahu bahwa Kamalia memang ikut pergaulan hedonis khas kampusnya.
Tapi kemudian pembicaraan jadi lebih serius ketika Kamalia mengungkapkan alasan mengapa dia minum.
“Aku berantem sama temanku di sana..” kata Kamalia, wajahnya berubah murung.
“Dia bawa pacarnya, yang aku kenal juga. Nggak tau kenapa, pacarnya malah jadi lebih banyak ngobrol sama aku..
terus temanku cemburu, udah gitu dia juga minum, jadinya dia ngamuk, bilang aku mau ngerebut pacarnya.
Jadinya aku nyingkir. Tapi aku sedih soalnya dia ngata-ngatain aku kasar, makanya aku jadi beli minum lagi. Eh, malah kebablasan..”
“Kamu emm.. nggak biasa minum..?” tanya Restian dengan hati-hati.
“Emh.. sebenarnya jarang. Malah biasanya enggak. Biasanya teman-teman minum, aku pesan soft drink aja. Sekali-sekali aja ikutan..”
Keduanya menghabiskan makanan. Rendangnya kurang enak menurut Restian, tapi dia tidak bilang itu.
Dia mengambil piring-piring bekas makan dan menaruhnya di bak cuci.
“Duduk dulu yuk. Kalau mau nerusin ngobrolnya..” ajak Restian.
Kamalia setuju. Toh dia juga sedang tak ada acara.
Mereka duduk di ruang tengah rumah Restian, di sofa.
Restian terus memandangi wajah Kamalia yang masih murung.
“Mas kok lihatin aku terus kayak gitu..” sindir Kamalia.
Restian merasa sudah waktunya dia lebih terbuka kepada tetangganya.
“Ah.. Gimana ya, habis kamu.. Emm, kalau laki-laki pasti bakal lihatin kamu terus..”
“.. Cantik..?” Kamalia memancing. Restian mengangguk malu-malu.
Kamalia meneruskan.. “Pacar temanku juga lihatin aku terus kemarin malam seperti Mas..
Makanya temanku marah. Cuma omongannya itu Mas, kasar banget ke aku jadinya. Dibilang sok cakep.. kegatelan.. genit..”
Bukan cuma temanmu yang pernah bilang begitu.. kata Restian dalam hati. Leily dan ibu-ibu tetangga juga.
“Heuhhh.. serba salah ya jadi cewek Mas. Pengen tampil sempurna, eh disirikin sesama cewek.
Padahal kan itu buat aku sendiri, bukan maksudnya mau macam-macam..” Kamalia memberi alasan.
Tapi perempuan memang begitu kan..? kata Restian dalam hati lagi. Sering iri dengan sesamanya, apalagi yang lebih cantik.
Di sisi lain, yang dimaksudkan Kamalia juga pasti bukan seperti yang dia katakan saja.
Restian memberanikan diri memegang tangan Kamalia untuk menenangkannya. Kamalia tak menolak.
Kamalia melanjutkan curhatnya. Temannya itu rupanya sahabat baiknya, makanya dia sakit hati ketika temannya menuduh dia menggoda si pacar.
Terbawa emosi, di ujung curhatnya Kamalia terisak sedih. Restian merangkulnya. Kamalia menyandarkan kepalanya ke bahu Restian.
Lalu percakapan bergeser karena Kamalia tidak mau lagi membahas temannya.
“Mas, aku mau tanya, kemarin malam itu kejadiannya gimana..? Aku nggak begitu ingat..”
Restian menjelaskan semua yang terjadi. Sampai ketika dia selesai memberi minum dan..
“Waktu aku mau tinggalin, kamu emmm.. ngerangkul aku..”
Kamalia membelalak, wajahnya memerah karena malu. “Terus Mas.. ngapain..?”
“Emm.. Tenang, aku nggak berbuat aneh-aneh sama kamu.. aku ngelepasin diri aja dari pelukan kamu. Terus kutinggalin kamu..”
Teringat kejadian itu, tanpa sadar Restian memandang ke arah dada Kamalia, yang terlihat karena potongan leher baju yang cukup rendah.
Kamalia memperhatikan ini. “Mas baik banget ya, nggak curi-curi kesempatan pas aku nggak berdaya..” katanya..
lalu dia merapikan bajunya, menutup belahan dadanya yang tersingkap.
Tanpa bisa ditahan, ekspresi Restian berubah kecewa, dan lagi-lagi itu disadari Kamalia.
“Lagi lihatin itu-ku ya..?” Sindir Kamalia. Restian nyengir, ketahuan. Kamalia bilang, dengan nada lirih..
“Nggak apa-apa kok.. kalau Mas.. ah, aku ngerepotin Mas terus, jarang bisa ngebalasnya..” Kamalia melanjutkan.
“Hari ini aja, aku bawain makan siang, eh jadinya ngebikin Mas mesti dengar curhatku. Maafin ya Mas kalau aku ngerusak mood Mas..
Aku mestinya bisa balas semua kebaikan Mas..” Dia menengok ke wajah Restian yang begitu dekat..
Tak lama kemudian, yang ditunggu-tunggu pun terjadilah. Awalnya adalah kenekatan Restian mencium bibir Kamalia.
Disodori bibir merah yang empuk dan membangkitkan nafsu itu, mana bisa dia tahan..?
Apalagi dia sudah tergoda selama berminggu-minggu, dan susah payah menahan semua godaan itu.
Ketahanan ada batasnya. Ditambah lagi pernyataan Kamalia yang pasrah dan seolah menawarkan diri.
Dan Restian juga sudah terpengaruh prasangka Leily, bahwa Kamalia ini gampangan.
Tubuhnya memepet tubuh Kamalia. Tak ditolak. Payudara Kamalia mendesak dadanya.
Bibir Kamalia menyambut bibir Restian, lidahnya pun ikut bermain.
“Mas.. Mau pegang..?” Lirih suara Kamalia menawarkan, melihat tangan Restian bergerak ke arah buah dadanya yang besar.
Kamalia mengangguk membolehkan, dan Restian pun menyatroni dada indah itu. Nafas Kamalia memburu.
Restian mulai berani, menyelipkan tangan ke balik baju Kamalia untuk menggenggam langsung payudaranya.
Berikutnya dia memelorotkan kedua tali bahu gaun itu sehingga tubuh atas Kamalia terbuka.
Sambil berciuman, dia bahkan melepas BH Kamalia.
Akhirnya Restian bisa juga melihat jelas sepasang payudara Kamalia yang selalu menggoda.
Bundar semok, dengan puting coklat muda, lebih besar daripada payudara Leily.
Selagi Kamalia mendesah-desah terbawa nafsu, payudaranya berguncang pelan dalam genggaman Restian.
Tangan Kamalia juga menyelip ke balik kaos Restian, berusaha melepasnya.
Payudara Kamalia segera jadi pusat perhatian Restian. Dia menjilat bibir lalu menciumi bagian samping kedua payudara Kamalia.
Kamalia merebahkan diri di sofa, pasrah menerima foreplay. Perlahan-lahan ciuman-ciuman Restian mendekat ke puting.
Lidahnya menjulur menelusuri bagian samping areola, lalu menowel-nowel puting, sebelum akhirnya puting itu dilahapnya.
Ketika Restian menyedot puting Kamalia sambil lidahnya bermain dalam mulut.. Kamalia menjerit enak.
Payudara sebelahnya tak dianggurkan, diremas-remas juga.
Lalu Restian berpindah, mengisap puting sebelahnya dan meremas yang tak diisap.
Desah dan gelinjang Kamalia menunjukkan bahwa si tetangga cantik itu menyukai perlakuan Restian.
Jari Restian memilin-milin satu puting, mulutnya menyedot-nyedot sebelahnya.
Mereka lalu berubah posisi, Kamalia duduk tegak memunggungi Restian, Restian meremas-remas kedua payudara dari belakang.
Restian mengangkat-angkat sepasang gunung kembar itu, membuatnya berguncang-guncang.
Kamalia mengangkat lengannya, merangkul ke belakang, merangkul kepala Restian. Restian juga menciumi tengkuk Kamalia.
“Ahh.. Mass.. enak.. susuku enak digituin Mas..” kata Kamalia sambil meremas rambut Restian.
“Anghh ga tahan, Masss..” Payudara besarnya ternyata sensitif..
menanggapi dengan baik semua sentuhan tangan Restian. Kamalia tak bisa menahan diri dan mendesah makin liar.
Restian merasakan kedua tangan Kamalia pindah dari belakang kepalanya ke punggung kedua tangannya yang sedang sibuk di dada.
Ekspresi si tetangga cantik berubah kaget. “Ohh.. Mass..!!” Kamalia terkesiap.. matanya membelalak.. mulutnya menganga membentuk huruf O..
Lalu mengulang-ulang.. “Oh.. Oh.. Oh..” kemudian menutup rapat selagi dia mengalami orgasme.
Restian merasakan kedua tangannya ditekan keras-keras, seolah Kamalia menyuruhnya mencengkeram sekuat mungkin.
“Ohh.. Mass.. aku keluarr..” kata Kamalia, sambil terengah seperti habis lari.
“Padahal cuma diremes-remes.. Kok bisa ya, Mas..?”
Restian sendiri baru tahu ada perempuan yang bisa dibikin orgasme hanya dengan dirangsang payudaranya.
“Mas.. tadi enak banget..” Kamalia bersandar di dada Restian, dadanya sendiri naik-turun tersengal-sengal, matanya menatap nanar.
“Ah, kann.. lagi-lagi Mas yang ngasih sama aku.. aku kali ini mau balas Mas..”
Kamalia berlutut di karpet di depan Restian yang duduk di sofa. Dia mengelus-elus bagian depan selangkangan celana Restian.
Restian memelorotkan celananya. Kamalia terus membelai-belai organ keras di balik celana dalam Restian.
Restian melanjutkan dengan melepas celana dalamnya. Penisnya mengacung di depan muka Kamalia.
Restian ingin tahu apa yang akan dilakukan Kamalia dengan kejantanannya.
Kamalia memandangi dan menggenggamnya dengan kedua tangan, mengelus-elusnya.
Restian mengira Kamalia akan menggunakan mulut dan lidahnya..
tapi Kamalia hanya membasahi tangannya dengan liur lalu mengusap-usapkannya ke batang kemaluan Restian.
“Mas suka ini kan..” Kamalia lalu menggenggam kedua payudaranya dari kanan kiri.
Kedua payudaranya diposisikan memeluk batang Restian. Lalu dia menghimpit batang itu dengan kedua payudaranya.
Tiba-tiba Restian merasakan hangat empuk meliputi kejantanannya. Sensasinya luar biasa dan Restian sampai hampir kehilangan kendali.
Penisnya terbenam di belahan dada subur tetangganya.
Kamalia mulai menggerakkan tubuhnya naik-turun, memijat ereksi Restian dengan buah dadanya.
Sesekali dia menunduk menatap kepala burung Restian, lalu menoleh menatap Restian dengan tatapan bernafsu.
Dia juga mendesah-desah, agaknya terangsang sendiri.
“Mas, ahh.. enak gak kupijet batangnya, Mas..?” Kamalia bertanya dengan nada genit.
Restian hanya menggumam.. “Ya..” Godaannya membuat Restian makin tak tahan.
“Eugh.. anunya Mas keras.. kenceng banget.. ngedesak-desak susuku..” Kamalia terus menggoda.
Restian sudah tidak peduli lagi kalau tahu-tahu Leily pulang atau ada tamu datang. Dia sudah siap membuang isi buah pelirnya.
Dia mengerang ketika semburan pertama sperma terlontar dari senjatanya.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Tembakannya kena bagian bawah dagu tetangga cantiknya.
Semburan kedua lebih deras, menumpahkan seciprat cairan putih lengket di dada Kamalia.
Berkali-kali, peju tumpah di sepasang payudara yang cantik itu, juga di leher.
Sambil tersenyum dan menatap Restian.. Kamalia berkomentar.. “Mass.. aku disembur banyak banget.. pasti enak ya, Mas..?”
Restian balas tersenyum, sambil menggeletak lega di sofa.
Kamalia bersandar ke bagian dalam paha Restian.. dadanya belepotan mani.. rambutnya sedikit awut-awutan.
Keduanya terdiam untuk beberapa lama. Kemudian suatu bunyi memecah kesunyian.
Dering HP Kamalia.
Kamalia melihatnya.. lalu melotot. “Suamiku..” katanya lirih.. lalu menjawab telepon itu.
Ganti Restian yang melotot.
***
Dua gelas es teh setengah kosong terletak di depan meja makan.
Kamalia dan Restian kembali ke ruang makan, berbicara, awalnya canggung dan malu-malu, tapi kemudian keduanya sama-sama tersipu.
Keduanya sudah berpakaian lengkap lagi dan Kamalia sudah membersihkan dadanya.
“Tapi yang paling penting, kita jangan khilaf seperti tadi lagi ya, Mas..” kata Kamalia.
“Untung belum sampai.. hmm, hihihi..” Dia tertawa kecil, tidak berani menyebut apa yang bisa saja terjadi tadi kalau mereka melanjutkan.
Kamalia menjelaskan semuanya. Dia sebenarnya sudah menikah.
Suaminya, seumuran dengan Restian, sedang kuliah pascasarjana di luar negeri.
Dia sendiri tidak ikut karena kuliah juga. Keluarganya cukup kaya..
sehingga dia bisa hidup nyaman tanpa perlu bekerja, tapi dia memilih untuk tinggal di rumah itu sendiri karena merasa butuh kebebasan.
“Mobil Mercy yang waktu itu halangin mobil istrinya Mas, itu mobil ayahku, dibawa sopirnya..” Kamalia menjelaskan.
“Ayahku juga kadang mampir ke rumah, menengok..”
“Iya ingat. Waktu itu kamu dandan cantik banget..” kata Restian.
“Itu mau ke acara nikahan saudara. Ehm, tapi makasih pujiannya ya, Mas..”
“Suami kamu pasti senang, istrinya selalu tampil cantik. Sayang dia jarang ngelihatnya..”
“Oh, dia selalu lihat kok.. Biasanya tiap hari aku selalu selfie habis dandan, terus kukirim ke dia. Video call juga sering..” Kamalia menjelaskan.
Restian manggut-manggut.
Kamalia melanjutkan.. “Tapi memang orang suka salah paham sih. Mas.. Apa Mbak Leily nggak suka sama aku..?”
Restian bingung menjawabnya. “Gimana ya..? Emm dia.. ya dia belum tahu aslinya kamu gimana sih. Mungkin dia salah paham..”
“Nggak usah sungkan, Mas, terbuka aja. Aku sudah tau kok gosip tetangga sini tentang aku.
Mereka nggak sadar tapi sebenarnya aku ada di grup chat mereka juga.. Cuma nggak pernah ikut nimbrung..” kata Kamalia.
“Aku tau Mbak Leily memandang aku ini kayak gimana. Mas bantu aku lurusin salah pahamnya ya. Aku bukan cewek bookingan.
Kalau istri simpanan.. Aku emang istri orang, tapi resmi, bukan simpanan. Aku kadang keluar malam ya bergaul sama teman-teman..
sebenarnya nggak ganggu tetangga kan. Nah kalau soal penampilan.. mmm aku memang sukanya tampil begini, suamiku juga..”
“Jujur, Leily itu dulu gayanya mirip kamu sekarang..” kata Restian.
“Aku rada kangen gaya dia yang dulu. Sekarang penampilannya rada.. membosankan..”
“Bilang langsung aja sama Mbak Leily, Mas. Kan dia istri Mas sendiri. Kalau istri nggak menarik di mata suami nanti bisa bahaya lho..”
“Nanti suaminya ngelirik tetangga cantik di sebelah rumah ya..?” Ujar Restian.
Keduanya tertawa.
oOo
“Ohh.. ahh.. kontolmu enak Mas.. gede banget..”
Tubuh perempuan itu bergerak-gerak di atas pasangannya.. menghujamkan penis makin dalam.
Bibir merahnya meracaukan kata-kata jorok..
“Aku suka kontolmu, Mas.. gedean kontolmu daripada punya suamiku.. memekku enak diacak-acak kontol gede Mas..”
Mereka bersebadan dengan binal, sama-sama bergairah.
Penis itu berkali-kali menyodok titik kenikmatan, sampai akhirnya menimbulkan klimaks.
“Aku keluarr Maaass.. anghhhh.. aaaahhhggg..!” Kedut-kedutan vagina yang orgasme..
pada gilirannya memancing kejantanan itu menyemprot berkali-kali di relung vagina sampai sperma meluber keluar.
Keduanya terkapar dihantam klimaks berbarengan.
“Mas, kamu jago banget.. udah bikin aku dapat empatkali..”
“Kamu juga, Leil..”
Di suatu hotel.. Leily yang mengaku kerja lembur kepada suaminya sebenarnya sedang menginap bersama bosnya..
seorang laki-laki tua botak berumur 50-an.
“Sekarang kita jadi lebih gampang ketemuan ya, Mas..” kata Leily sambil bersandar di dada selingkuhannya.
“Suamiku nggak tanya-tanya kalau aku pulang malam atau nggak pulang. Makasih ya Mas sudah promosiin aku..”
“Yang penting kamu tetap kerja sebaik-baiknya ya..” kata si bos.. menatap wajah Leily.
Leily tersenyum nakal sambil mengelus-elus kejantanan si bos yang masih lemas.
“Siap, Pak.. Ayo kita terusin kerja lemburnya..?” (. ) ( .)
-------------------------------------------------------------------------