Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

Cerita 45 – Pengalaman Mengejutkan

Di rumah.. saya tinggal dengan kedua orangtua dan dua orang adik perempuan.. kedua orangtua saya bekerja dan kedua adik saya masih duduk di bangku sekolah.. sedangkan saya kuliah di salahsatu universitas terkenal di Jakarta.

Nama saya Agus –bukan nama asli..– Kami tinggal di sebuah kompleks perumahan yang tidak begitu elit di Bogor.
Rumah kami saling berdekatan dengan tetangga sebelah dan kami cukup mengenal satu sama lain..
sehingga terkadang kami saling membantu, mereka datang ke rumah atau sebaliknya.

Kejadiannya lima tahun yang lalu.. Suatu ketika tetangga saya pindah rumah.
Tepatnya berselang dua rumah dengan rumah saya.
Dalam beberapa hari rumah itu.. kosong dan yang tersisa hanya sebuah lampu bohlam yang terus menyala di teras rumahnya.
Saya tau karena rumah itu selalu saya lalui kalau pulang ke rumah.

Persisnya satu minggu setelahnya.. Rabu siang hari.. di sebelah rumah agak sedikit berisik.
Saya kebetulan sedang tidak kuliah penasaran apa yang terjadi di sana. Ternyata ada yang mengisi rumah itu.

Saat itu saya hanya menonton mereka yang sedang memindahkan barang-barang ke dalam rumah.
Setelah saya tanya ternyata rumah itu dibeli oleh seorang wanita yang rencananya rumah tersebut akan di tempati oleh saudaranya.

Sore hari keesokan harinya ketika saya hendak pulang, seperti biasa saya melewati rumah itu.
Terlihat seorang wanita, umurnya berkisar 30 tahunan. Saya secara spontan menemuinya dan memperkenalkan diri saya.

Kurang lebih lima menit saya berbicara dengannya. Namanya Endang, walau lebih tua dari saya tetapi dia tidak mau dipanggil ‘Teteh’.
Tapi saya bersikeras untuk tetap memanggilnya dengan sebutan itu. Bentuk tubuhnya lumayan ‘Bahenol’.

Wajahnya manis dan murah senyum. Dan dari situ saya tahu bahwa dia hanya berdua dengan seorang pembantu rumah tangga.
Beberapa hari selanjutnya keluarga kami sudah cukup mengenal teh Endang.. begitu juga para tetangga yang lain.

Suatu hari saya sedang tidak kuliah jadi saya santai di rumah.. kebetulan saya di rumah sendiri.. teh Endang datang ke rumah ingin meminta pertolongan.

"Puunteen..” katanya dengan suaranya yang halus dan logat daerahnya yang kental.
"Eh.. teh Endang, ada apa ya..?” Sahutku.

"Lho Agus nggak kuliah..?” Tanyanya penasaran.
"Engga teh.. engga ada kuliah hari ini, ada apa teh..?” Tanyaku lagi.

"Agus bisa bantu Endang gak..?” Katanya dengan sedikit canggung.
"Kalo bisa saya bantu kenapa engga teh..!” Kataku untuk meyakinkan dia.

"Bener nih..? Di rumah banyak kursi yang masih berantakan.. jadi Endang minta tolong diatur biar ga berantakan.. soalnya ngehalalangan jalan..” katanya dengan memelas.

"Kan Agus gede badannya.. jadi Endang minta tolong ya.. enteng koq..” tambahnya sambil menepuk pundakku.
"Masa suka pitnes ga kuat sih..!?” Katanya sambil tersenyum manis padaku.

Melihat senyuman itu.. sebagai seorang laki-laki saya tertantang dan langsung saya jawab..
"Ya.." walau dalam hati dan saya yakin semua laki-laki apabila mengalaminya akan sama reaksinya denganku.

"Iya deh teh, saya bantu..” jawabku dengan sedikit kasihan melihat raut mukanya.
"Bener nih..?” Katanya untuk meyakinkan saya.

"Ya udah kalo ga mau mah teh..” kataku untuk memancing dia.
"Eh.. Agus ga marah kan, soalnya takut ganggu kamu, yuk..” katanya sambil mengajakku ke rumahnya.

Setelah sampai di rumahnya saya heran karena semua perabotan rumahnya telah tertata rapi. Saya merasa tertipu dan agak menyesal atas kejadian itu.
Tetapi saya melihat sebuah lukisan yang belum tergantung.
Lukisan itu lumayan besar dan saya perkirakan memang agak berat untuk diangkat oleh teh Endang.

"Aduh maap ya Gus, bukannya Endang bo’ong sama Agus.. cuma emang lukisannya mau digantung berat sekali.. jadi Endang bilang kursi.. bukannya lukisan.. ga pa pa kan Gus..?” Katanya sambil menjelaskan hal itu.

"Ooh.. ya ga pa pa sih teh.. cuma teteh bilang aja.. ga usah malu-malu.. kita kan tetangga harus saling tolong..” kataku sok selow.

Teh Endang menyerahkan beberapa buah paku.. palu dan tidak lupa lukisan yang berat itu. Lalu teh Endang masuk ke kamarnya.

Saya mulai bekerja dan tiba-tiba teh Endang keluar sambil berkata.. "Gus maap ya Endang tinggal dulu.. soalnya ada perlu sebentar. Kalo perlu apa-apa tinggal minta si Yuyun aja yah..” katanya. Dari situ saya baru tahu nama pembantunya.

"Nanti Endang kasi oleh-oleh deh buat Agus..” Tambahnya sambil tersenyum keluar rumah.
Lalu dia berteriak kepada pembantunya bahwa di rumah ada saya sedang memasang lukisan itu dan dia pun pergi sambil membawa mobil sedannya.

Setelah pembantu itu menutup pintu garasi rumah lalu ia masuk dan menemuiku.
"Agus maaf ya.. gak bisa saya temenin. Soalnya banyak yang musti dikerjain nih.. kalo perlu sesuatu panggil saya aja yah..” katanya.
"Eh.. iya Mbak, silakan..” kataku sambil memperhatikannya.

Dia berbalik lalu berjalan ke arah kamarnya di dekat ruang dapur.
Saya perhatikan memang umurnya agak sedikit lebih tua dari saya.. bentuk tubuhnya agak montok dan berisi.

Setelah beberapa lama selesai juga lukisan itu tergantung di dinding. Saya mulai merasa haus.
Saya panggil si Yuyun tetapi dia tidak menyahut. Lalu saya menuju dapur dan ternyata ada kulkas di sana.

Ketika selesai minum saya mendengar seperti bunyi percikan air.. eh ternyata memang dari kamar mandi. Si Yuyun memang sedang mandi.
Nahh.. nggak tahu dari mana datangnya.. saya mulai penasaran ingin mengintip si Yuyun.
Saya membayangkan tubuh Yuyun yang tadi masih memakai pakaian.. lalu saya membayangkan bagaimana tubuhnya apabila telanjang bulat.

Badan saya langsung memanas dan gemetar sambil berusaha mencari celah untuk mengintip.
Tetapi sayang sekali tidak ada satu celah pun.. kemudian saya berpikir untuk melihat Yuyun berganti pakaian.. di mana lagi selain di kamarnya.

Saya mencari kamarnya dekat dapur. Saya mendapatkan hanya satu kamar di situ dan saya berkesimpulan bahwa itu memang kamarnya.
Saya masuk kamar itu lalu saya mencari tempat yang bagus untuk bersembunyi. Akhirnya saya bersembunyi di bawah tempat tidurnya.

Beberapa menit kemudian Yuyun masuk kamar dan mengunci pintunya.
Pertama hanya terlihat kedua kakinya saja lalu tiba-tiba terlihat handuknya yang terbelit di badannya dilepasnya..
karena handuknya seperti berputar-putar mengelilingi badannya lalu bunyi seperti sebuah benda yang dilemparkan ke kasurnya.

Uff.. Saya yakin saat itu si Yuyun sudah dalam keadaan telanjang. Dengan nafas yang memburu saya berusaha mengintip dari bawah kasurnya.

Setelah berusaha saya melihat badannya yang membelakangi saya sedang memilih pakaian dalamnya.
Saya hanya melihat bagian pantatnya saja yang besar dan padat juga sedikit bagian payudaranya dari arah belakang.
Payudaranya memang besar.. sekitar 36B mungkin.. tetapi saya yakin lebih besar dari itu.

Lalu dia agak sedikit menungging dan dari belahan pantatnya terlihat bulu-bulu halus mengelilingi vaginanya yang hanya terlihat sebagian dari belakang.
Vagina itu terjepit oleh pantatnya.. sehingga hanya berbentuk garis hitam saja.. dan kebetulan bulu-bulu yang mengelilinginya tidak banyak.

Sratt.. dengan tiba-tiba dia jongkok.. Jreng..! Maka terbuka dan ternampaklah vagina Yuyun.
Saya yang daritadi memperhatikannya sudah tidak kuat lagi sepertinya saya ingin menyentuh dan memegang seluruh tubuh Yuyun.

Badannya yang sintal serasa memanggil saya untuk menyentuhnya.
Penis saya serasa ingin bergerak bebas. Penis saya sudah tegang daritadi.. tetapi terasa sakit karena terhalang celana dan tertahan oleh ubin.
Dalam hati saya ingin keluar dari tempat persembunyian lalu saya menyetubuhinya hingga saya puas. Apakah saya berani..?

Saya mencoba bertahan untuk tidak melakukannya tetapi apa boleh dikata keinginan saya untuk berbuat lebih besar.
Lalu saya keluar secepat mungkin lalu saya memeluk badan Yuyun dari belakang sambil mulutku menciumi lehernya..

Tangan kanan saya meremas payudaranya.. sementara tangan kiri saya mulai membelah vaginanya dengan dua jari.. lalu memasukkan jari tengah ke dalam lubang vaginanya.

Jelas saja Yuyun kaget.. namun sudah terlambat untuk menghindar dari perlakuan saya.
"Eh.. siapa.. eehh.. ja..ngan.. aahh.. oohh.. oohh..” rontanya sambil berusaha membalikkan badannya.

"Kamu seksi.. mmhh.. ssllrrpp.. mmhh.. jangan takut.. gue bikin lu puas Yun.. mmhh.. sslrrpp..” bisikku sambil terus mencumbunya dan menggerayangi seluruh tubuhnya.

"Ku..rang.. ajar.. ehh.. mmhhehh.. Ooohh.. aughh.. le..pas..in.. haahh.. aahh.. mmhh.. aahh..” katanya sambil terus mencoba membalikkan badannya.

Dari desahannya saya muai yakin bahwa Yuyun sebentar lagi akan menjadi santapan yang lezat untuk memenuhi nafsu birahi saya.
Terlihat dorongan Yuyun sudah mengendor dan yang terdengar hanya desahannya saja yang membuat saya makin bernafsu.

Setelah Yuyun lemas tak berdaya seluruh tangan saya lepaskan dari badannya lalu saya membopongnya ke tempat tidurnya.
Setelah badannya saya rebahkan di tempat tidur.. saya melihat Yuyun sudah pasrah.. terlihat airmata mengalir di pipinya.

Sepintas saya merasa kasihan.. tetapi saya sudah tidak dapat berpikir panjang lagi melihat badan yang sudah telanjang bulat.. pasrah ada di depan saya seolah siap untuk dinikmati.

Saya lalu membuka seluruh pakaian yang saya kenakan hingga telanjang sudah.
Perlahan mendekati badan Yuyun untuk selanjutnya menindih tubuh telanjangnya.

Mulai saya ciumi seluruh wajahnya. Kedua tangan saya memegang kedua tangannya.. sehingga penis saya dan vaginanya hanya bersentuhan tipis.. bergesekan.
Ternyata dari vaginanya sudah banyak cairan yang keluar.. yang menandakan dia sudah terangsang oleh perlakuan saya tadi.

Bibirnya saya cium dan langsung saya kulum hingga lidah saya secara leluasa masuk ke dalam mulutnya.
Tak lama berselang tidak disangka-sangka.. ternyata Yuyun membalas ciuman saya tadi.. sehingga kini kami bergelut dalam ciuman yang sangat bernafsu.

Lidah kami berdua seakan menyatu dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kami cari.. KEPUASAN..!
Setelah kami berciuman.. kedua tangan saya langsung saya arahkan ke arah ketiaknya sambil sedikit mengelitiknya.

Bibir saya dengan liar menjalar ke payudaranya secara bergantian. "Oohh.. eehh.. mmhh.. Gus.. aahh.. aahh.. aahh..” desahnya.

"Gimana Yun enak kan..?” Tanyaku padanya.

"Ee..nn..aakk.. ahh.. mmhh.. Gus.. ja..ngan.. brenti.. aahh.. oohh.. aahh..!” Desahnya agak sedikit berteriak.

"Ehh.. Yun.. jangan teriak-teriak dong.. nanti banyak yang denger..” kataku sambil melihat sekeliling kamar.

"Abis.. ennakk.. sihh.. Oughh.. eennaakk.. enn.. eenn..nnaakk..” desahnya lagi tetapi sekarang sambil berbisik.

Setelah Yuyun berkata demikian badannya terasa terangkat dan pinggulnya mendorong-dorong badan saya.
"Eehh.. eehh.. mmhh.. Gus Yuyun mau pipis.. adduuhh.. aahh.. pipiss.. ppiiss.. mmhh.. pi..ppiiss.. hhhh..” desahnya lagi.

Setelah berkata demikian terasa sekali selangkangan Yuyun basah total.. seperti ada cairan yang lebih banyak keluar dari vaginanya.
Ternyata Yuyun orgasme yang kesekiankalinya. Saya tidak tahu apakah dia sudah orgasme sebelum ini.

Cairan itu menjalar keseluruh bagian selangkangannya lalu menjalar ke pahanya.. juga berkumpul di pantatnya.
Badannya bergetar dan terdiam sejenak.. sepertinya ingin merasakan kepuasan yang ada saat orgasme.

Sesudah itu ia tersenyum manja kepadaku.. "Gus.. kamu dah belum..?”
"Ya belum dong.. orang kontol gue aja belum ngerasain memekmu Yun..” kataku sambil memelintir puting payudaranya.

"Ahh.. ehhmm.. ya udah.. cepetan masukin Gus.. tapi cepet ya.. takut bu Endang dateng..” katanya sambil membuka kedua pahanya dan melebarkan vaginanya yang sudah basah.

Tanpa basa basi lagi saya langsung arahkan batang penis saya ke arah vagina Yuyun yang telah merekah.
Namun.. baru saja ujung penis saya menyentuh bibir dalam vaginanya.. terdengar bunyi klakson mobil.

Anjrittt..!! Ternyata Teh Endang pulang. Dengan tergesa kami bangkit lalu berpakaian dengan cepat.
Yuyun terlebih dahulu keluar kamar dan segera membukakan pintu garasi.

"Yun.. kamu jangan kasih tau Teh Endang ya kalo kita berdua ..” pesanku kepadanya.

"Tenang aja Gus.. Yuyun mulai suka koq. Abis Yuyun udah lama ga gituan..” katanya setelah memotong perkataanku tadi.

Saya keheranan setelah mendengar perkataan Yuyun bahwa ia ‘Sudah lama ga gituan’.
Sambil keluar kamar saya masih berpikir tentang perkataan itu.

Teh Endang masuk ke rumah dan menemuiku.
"Nah kan gampang Gus.. tuh lukisannya udah selesai. Makasih ya..” kata Teh Endang sambil tersenyum manis padaku.

"Nih buat kamu..” sambil menyerahkan sesuatu padaku.
"Wah jadi ngerepotin Teh Endang nih.. he.. he.. he.. makasih..” kataku.

Ternyata sepotong besar kue Black Forest. Dalam hati saya berkata.. Tau aja dia kesukaan gue.. Hehe..
"Endang tau.. kamu kan badannya gede.. jadi doyan makan dong..” katanya.

Setelah itu saya berpamitan pulang walau saya ditahan untuk tidak segera pulang oleh Teh Endang.
Dengan alasan sudah agak sore.. akhirnya saya diijinkan pulang.

"Kapan-kapan mainlah kemari Gus.. kita ngobrol trus ngegosip dulu..” katanya.
"Iya Teh.. saya suka koq main kemari..” jawabku sambil menatap Yuyun yang hanya tersenyum.

Pada saat saya melangkah keluar gerbang rumah.. Teh Endang memberikan senyum manisnya padaku..
tiba-tiba Yuyun berkata.. "Makasih ya Gus..”
Saya hanya tersenyum karena ucapan Yuyun tadi mengandung arti yang hanya dimengerti oleh kami berdua saja.

Saya meninggalkan rumah dengan sesuatu yang mengganjal.. yaitu kepuasan yang menggantung.. alias Ken-Tang..!!
Karena saya belum merasakan kepuasan yang seutuhnya dan hilang begitu saja di depan mata.. eh maksud saya di atas ranjang..
--------------------

Suatu hari.. saya lupa harinya, saya sedang tidak kuliah juga. Saya bermain ke rumah Teh Endang lagi.
"Permisi..” salamku. Sampai limakali tidak ada yang menyahut.
Dalam hati saya bilang apabila yang keenam kali tidak ada yang menyahut maka saya akan pulang saja.

"Permisi..!!” Kataku lagi dengan agak sedikit keras.
"Iya.. Iya.. tunggu sebentar..” terdengar suara Yuyun samar-samar.

Tak lama kemudian terdengar langkah Yuyun berlarian menuju pagar dan membukakan pintu.
"Tadi saya udah denger koq.. saya baru selesai mandi trus buru-buru deh..” katanya.
Memang terlihat rambutnya yang masih basah dan tercium wangi sabun mandi yang masih wangi.

"Maaf Yun, eh Teh Endang ada ga..?” Tanyaku sambil masuk ke dalam rumah.
"Tadi Bu Endang pergi, katanya mau ketemu temannya.. gitu..” jelasnya.

"Agus mau ketemu Teh Endang apa aku..?” Katanya lagi mengerling.
"Ngapain ketemu kamu Yun, rugi..” kataku sedikit bercanda.

"Ah.. kemaren aja cuma ditongengin sedikit aja udah kaya orang kemasukan setan.. gerayangin badan saya..” katanya.
"Iya sih.. tapi saya lagi ga mut ah.. mau ngobrol aja..” kataku.

Setelah berbicara panjang lebar dengan Yuyun, saya tahu banyak tentang dia.
Yuyun ternyata janda tanpa anak. Dia kawin muda karena dijodohkan oleh kedua orangtuanya.
Suaminya di desa kawin lagi dengan wanita lain. Mendengar itu saya jadi mengerti semua.

Ketika saya tanya tentang Teh Endang ternyata juga janda dan sudah menikah duakali.
Pada perkawinan pertama Teh Endang kawin dengan bule keturunan Australia..
tetapi ditinggal suaminya kembali ke negaranya dan tidak ada kabar.

Pada perkawinan kedua Teh Endang menikah di Bandung.. tetapi mereka bercerai atas kemauan Teh Endang..
karena mantan suaminya itu telah memiliki istri terlebih dahulu. Juga tanpa dikaruniai anak.
Pada perkawinan inilah Yuyun baru ikut Teh Endang di Bandung.

Selama Yuyun menjelaskan tentang hal tersebut.. saya baru sadar bahwa setelah saya perhatikan badannya ternyata terlihat samar-samar puting payudaranya yang hitam.

Bujubuneng..! Ternyata Yuyun tidak menggunakan BH.. karena tadi tergesa-gesa membukakan pintu untuk saya.

Saya jadi bertanya-tanya jangan-jangan Yuyun tidak Memakai celana dalam juga.
Lalu saya mencari cara untuk mengetahuinya. Saya akan membuat dia berdiri.

"Yun, ambilin minum dong.. air putih aja deh..” pintaku nyari alasan untuk dapat melihat lebih jelas.
"Oh Iya lupa.. tunggu ya..” katanya sambil bergerak menuju dapur.

Yuyun jalan membelakangi saya.. Jrengg..! Ternyata benar.. Yuyun tidak memakai celana dalam.
Karena dari belakang terlihat belahan pantatnya dengan pantat yang besar.

Saya langsung terangsang. Saya ikuti ke dapur. Pada waktu Yuyun membelakangi saya.. langsung saya peluk dia.

Saya langsung meremas kedua payudaranya dari belakang dan menciumi lehernya sambil menggesekkan penis saya yang sudah tegang masih terbungkus celana ke belahan pantat Yuyun.

Yuyun kaget tetapi dia membiarkan saya. Ia malah berpegangan pada meja dapur dan agak sedikit membungkuk.
Tangan Kiri saya langsung turun membuka bagian bawah dasternya dan menyusup di antara kedua pantatnya untuk mempermainkan vaginanya yang masih kering.
Hmm.. Wangi sabun dibadannya masih terasa dan membuat saya bertambah nafsu.

"Ahh.. mmhh.. Gus.. ka.. mu.. dah.. mau ya.. eehh.. eehhmm.. terus.. aahh.. terr.. rruuss.. eehhee.. mmhh..” desahnya.

Terasa vaginanya sudah mulai basah dan licin. Langsung jari tengah saya susupkan ke dalam lubang vaginyanya. Saya buat keluar masuk secara perlahan.
"Aahh.. ennaak.. mmhh.. ennakk.. Gus.. terus.. cepet.. cep.. pet.. aahh.. aahh..” desahnya.

Setelah itu badan Yuyun terasa menegang dan agak mendesis.
"Gus.. aahh.. pipis.. aahh.. pi.. pis.. iyaahh.. oohh..” desahnya sambil menjepit jariku dengan kedua belahan vaginanya dengan bantuan kedua pahanya. Yuyun orgasme yang pertamakali.

Setelah itu langsung saya balik badannya dan menaikan badannya ke atas meja dapur.
Saya hanya memelorotkan celana saya agar penis saya keluar dan ternyata sudah tegak dan keras.

Saya ambil kondom dari dompet dan langsung memakainya.
Setelah itu saya langsung mengarahkan penis saya ke belahan vaginanya yang telah basah.

Slebb.. Perlahan tapi pasti penis saya masuk seluruhnya ke dalam vaginanya.
Memang mudah.. karena vaginanya sudah licin dan Yuyun sudah tidak perawan lagi..
Akan tetapi tetap rasa nikmat jepitan memeknya mampu menjepit batang penis saya yang menyodoknya.. saya merem-melek dibuatnya.

Lalu saya diamkan penis saya di dalam vagina Yuyun yang tertancap dalam.
Tangan saya mengerayangi seluruh muka, payudara, putingnya sampai meremas-remas kedua pantatnya yang besar.
Yuyun hanya bisa meremas kedua pantat saya dan agak sedikit mencakar. Sakitnya sudah tidak saya hiraukan lagi.

"Oohh.. eenak.. ee.. nakk.. udah lama.. oohh.. ga.. main.. penismu.. nik.. mat Guss.. ss.. ss.. emmhh..” desahnya yang sudah kacau.

"Terus isep.. iss.. sseepp.. teteku.. gigit.. ce.. pet.. gi.. git.. aahh.. mmhhmm..” rintihnya lagi penuh nikmat.

Dengan mesra saya plintir puting payudaranya menggunakan bibir saya dan sekali-sekali saya gigit dengan agak sedikit gemas.
"Iya.. terus.. ss.. mmhhmm.. eehheehh.. Gus.. mo pipis lagi.. ga ku.. at.. aahh..” katanya sambil menegangkan badannya.

Penis saya seperti disiram oleh cairan hangat dan itu membuat saya tak kuasa untuk menggerakkan penis saya di dalam vagina Yuyun.

"Gus uudahh.. kocok vagina Yuyun.. Yuyun udah ga tahan mo dikocok sama kontol kamu.. mmhhmm..” desahnya.
Langsung dengan cepat saya gerakkan penis saya keluar masuk vagina Yuyun. Slebb.. clebb.. slepp.. clebb.. clebb.. clepp..

Sesekali saya tarik penis saya dan dengan cepat saya tancapkan lagi ke vaginanya.. Ughhh.. nikmatnya..
Ini saya lakukan secara mendadak yang membuat Yuyun berteriak kecil.

"Auwww.. mmhhmm.. auuwww.. ahh.. eehh.. gila.. kontolmu mentok Gus.. sakit.. sakit..
Aahh.. eenn.. akk.. bag.. nget.. sshh..” desahnya tiapkali saya buat gerakan itu.

"Gus.. mo.. pippiss.. ga.. tahhan.. stop.. stop.. mmhhmm.. aahh.. aahh..” katanya.

"Kita bareng ya Yun.. oohh.. tu.. wa.. ga.. aahh..” kataku.

Crott.. srrr.. crrott.. serr.. crrott.. serr.. crott.. seerr..
Cairan kami berdua seolah berebutan muncrat dengan derasnya di dalam vaginanya.

Kami berdua berpelukan erat saat itu.
Yuyun memeluk dan mencium saya dengan erat dan tangannya mencakar punggung saya.. kakinya yang membelit pinggang saya dengan keras.

Saya juga melakukan hal yang serupa dengannya sambil saya angkat badannya sedikit menggendong.
Uhhh.. Penis saya terasa diisap.. diemut dan dipijat oleh vaginanya dan serasa akan lepas ditelannya.

Kami berdua mengerang dalam ciuman. Liur kami berdua bercampur baur tak terkira. Lidah kami berdua serasa ingin membelit satu sama lain.
Kami berdua sudah tidak menghiraukan apakah teriakan kami berdua terdengar sampai ke luar ruangan.
Rasanya tak terkatakan walau ditulis berhelai-helai kertas. Hanya kami berdua saja yang bisa merasakannya.

Setelah beberapa lama, penis saya masih tertancap di dalam vaginanya.. kami berdua mulai melonggarkan pelukan itu..
Kami berdua saling bertatapan. Kami berdua tersenyum sambil diselingi dengan beberapa ciuman kecil.

"Gus kamu hebat, Yuyun sampe berapakali pengan pipis..” katanya di sela-sela ciuman kami.
"Kamu juga hebat, memek kamu tau aja kesenangan penis saya.." kataku balas memuji.

"Gus, yang terakhir tadi .. itu paling enak, bener..” katanya.
"Iya saya juga ngrasa gitu. Nih.. liat kontol saya masih di dalem memek Yuyun..” kataku sambil memperhatikan penis saya.

"Gus jangan dicabut ya.. masih nikmat..” katanya sambil tersenyum.
"Udah ah, takut kondomnya bocor kelamaan di dalem..” jawabku.

"Emangnya bisa bocor Gus..?” Kata Yuyun bertanya penasaran.
"Bisa kali, kalo bocor ntar kamu hamil loh.. mau kamu hamil..?” Tanyaku.

"Saya ga mau ah, tapi kalo bikinnya saya mau banget..” jawabnya sambil melirik padaku.
"Sama dong..” kataku sambil menciumnya.

Kami berdua berjalan menuju kamar mandi dalam keadaan bugil. Terlebih dahulu saya buang kondom itu di tempat sampah dapur.
Lalu kami berdua mandi bersama yang tentu saja diselingi dengan gerakan-gerakan nakal.

Setelah kami kaluar dari kamar mandi dan akan menuju kamar Yuyun..
Plass..! Kami berdua terkejut oleh keberadaan Teh Endang.. yang ternyata sedaritadi berdiri menyaksikan kami berdua dalam keadaan bugil.

"Apa yang kalian lakukan berdua..!?” Hardiknya sedikit membentak.
Kami berdua tidak menjawab sepatah katapun karena kami sudah tertangkap basah.

"Yuyun.. sana kamu ke kamar kamu..!” Perintahnya kepada Yuyun.
Yuyun berlari kecil sambil menutupi badannya langsung menuju kamarnya.

Teh Endang memandangku dengan pandangan sinis. Ia memandangi badan saya dari ujung rambut ke ujung kaki.
Memang badan saya atletis.. maklum.. saya rajin fitness.

Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Teh Endang langsung mengarahkan ciumannya ke arah bibir saya.
Tangannya meremas kedua pantat saya. Ciumannya sangat ganas dan liar.

Kaget juga saya mendapat perlakuan itu.. namun langsung sedikit senang. Ternyata saya tidak dimarahi seperti yang telah saya bayangkan sebelumnya. Maka secara spontan saya membalasnya dengan liar pula.

Pada waktu tangan saya hendak menyusup ke arah payudaranya dia menepis tangan saya.
"Gus masa cuma si Yuyun doang yang kebagian, Endang juga mau..” katanya sambil memegang penis saya yang daritadi sudah berdiri.

"Belum apa-apa udah mau pegang punyaku, kamu nakal Gus..” katanya sambil tersenyum padaku.

"Abis Teh Endang duluan sih.. tuh liat punya saya sampe bediri gini..” kataku.

"Gus ayo ke kamar Endang aja, malu kalo ada si Yuyun..” katanya sambil menggandeng tanganku menuju kamarnya.

Setelah sampai kamar Teh Endang, ia menyuruhku untuk melepaskan pakaiannya.
"Gus kamu bukain baju Endang ya, ga usah malu-malu, BH dengan celana dalamnya juga ya.. sampe Endang telanjang.. kaya kamu..” katanya sambil tertawa kecil padaku.

Saya langsung membukai pakaian Teh Endang. Pertama kemejanya.. roknya.. lalu terlihat BH berisi bungkah payudara yang menantang..
Plus celana dalam yang menutupi gundukan vaginanya.

Penis saya seperti ingin meledak ketika saya mencopot BH dan celana dalamnya.
Terlihatlah payudara yang seksi dan vaginanya yang mulus tanpa bulu.
Ternyata Teh Endang rajin mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya. Belahan vaginanya terlihat jelas membagi dua kedua pahanya.

Lalu dengan jalan yang dibuat-buat, Teh Endang melangkah ke kasurnya dan langsung berbaring sambil mengangkangkan kedua pahanya.

Wahh.. kini terlihat jelas vaginanya terbelah dan terlihat bibir bagian dalamnya tentu saja klitorisnya.
Secara tidak sengaja saya memperhatikan sekitar ruangan kamar itu..
Ternyata di meja riasnya terdapat beberapa penis mainan dari karet yang membuat saya tertegun sejenak.

"Gus kamu mau liatin kamar Endang aja atau mau sama Endang..?” Katanya yang membuat aku sadar sejenak.

"Masa' body Endang dianggurin sih..? Kamu ga mau sama ini..?” lanjutnya sambil menggosok-gosok vaginanya.

"Ayo Gus buat Endang puas.. masa' si Yuyun dikasih tapi Endang nggak..?” Rayunya kian vulgar.

"Cepet Gus..” katanya. Terlihat vaginannya sudah mulai basah karena gosokannya sendiri.

"Teh Endang, siap ya..” kataku sambil menindih badannya.

Kami berdua langsung berciuman dengan liar.. Tangan kami masing-masing mencari bagian dari badan kami yang kami anggap dapat memuaskan nafsu. Lidah kami beradu dan liur kami pun sudah menyatu.

Ternyata Teh Endang memiliki ciuman yang hebat. Saya tak kuasa dibuatnya. Ia mengambil alih setiap ciuman kami.
Saya hanya bisa menggunakan tangan saya untuk menyentuh dan meremas payudaranya.. sehingga terkadang ciumannya terhenti saat saya tangan saya bergelut dengan puting payudaranya.

"Ehhmm.. yaahh.. ssiipp.. truss.. Gus.. ayo.. ter.. rus.. remes.. yang.. kenceng.. dua.. duanya.. jugaa.. ehhmm.. oohh..” desahnya di sela ciumannya.

Ciumanku terus berlanjut ke leher dan telinganya. Setiap bibir saya menyentuh telinganya, badannya langsung bergelinjang.
Ternyata titik rangsangannya terbesar ada di sana.

"Gus jangan di kuping terus.. gelii.. gellii.. ehhmm.. ge.. llii.. eehheemm.. aahh..” desahnya.

Lalu saya berpindah menciumi payudaranya dan sedikit menggigit putingnya."Ahh.. iyyaahh.. ahh.. iyyaahh.. iyahh.. iyyaahh.. oohh.. iyyaahh..” desahnya dan lama-lama menjadi sebuah teriakan.

"Gus Endang mau pipis.. pii.. ppiiss.. eehh.. eehh.. eehheehh.. aa..” desahnya panjang.
Ternyata Teh Endang orgasme.. badannya naik ke atas lalu dibanting ke bawah dan ini dilakukannya berkali-kali sambil berteriak.

Badan saya terdorong ke atas berkali-kali. Lalu badannya menegang dengan teriakan panjang.. sesudah itu terdiam sejenak sambil merasakan orgasmenya. Tubuhnya memerah dan banyak keringat yang keluar.

"Gus udah.. ga usah diciumi lagi.. Cepet masukin punya kamu ke memek Endang.. cepet.. cepet..” katanya sambil memeluk badanku.
Tetapi saya langsung menuju vaginanya dan menjilat permukaan vaginanya yang telah basah akibat orgasmenya tadi.

"Gus kamu ngapain..? Ooohh.. jangan..! Eeehh.. eehh.. eehhmm..” desahnya karena perlakuanku itu.

"Ka.. mmu.. jahh..hat.. Endang.. dahh.. gak.. eehh.. kuat.. ka..mmuu.. nyiksa.. eehhmm..” rintihnya terbata-bata menerima servisku di memeknya.

"Ahh nikmat.. eenn.. nakk.. ehhmm.. eehhee.. trus.. jilat.. jilat.. jilat.. jiillaat.. memek Endang..” desahnya.

Lidah saya terus memburu vagina Teh Endang. Klitorisnya saya gigit, jilat, isap dan sekali-sekali saya jepit dengan bibir saya.

"Iyahh.. heehh.. hhee.. eehhmm.. hhmm.. isep.. kacangnya.. kacang.. Endang.. trus.. oohh.. aahh.. ss.. ss.. eehhmm..” desahnya sambil menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan.

"Aaahhhhh..!!” Teriaknya panjang.. melepas nikmat yang menderanya.

Teriakan itu mengagetkan saya.. ternyata ia orgasme lagi. Cairan di vaginanya banyak sekali dan membuat sekitar bibir dan mulutku basah. Slruupp.. Langsung saya jilat sampai habis cairan itu. Terasa asin tetapi lama-kelamaan rasanya hilang.
Cakaran Teh Endang menghujam punggung dan leher saya.
Dalam hati saya berkata bahwa hari ini saya mendapat banyak sekali cakaran dari dua orang wanita.

Teh Endang lalu menarik kepala saya dan kamipun berciuman dengan lebih liar.
Tiba-tiba Teh Endang membalikkan badan saya.. sehingga dia berada di atas saya.

Melihat penis saya yang berdiri tegak, Teh Endang langsung melebarkan pahanya.. sehingga vaginanya tepat berada di atas penis saya.
Slebb.. Langsung ia mendorong vaginanya ke arah penis saya.. Blessepp..! Perlahan batang penis saya sudah hilang ditelan vaginanya.

Saya lupa memakai kondom yang tersisa dua buah lagi. Tetapi saya meyakinkan diri bahwa saya dan dia bersih.
Teh Endang menggerak-gerakan pinggulnya naik-turun dan kanan kiri.
Erghhhh.. Terasa sangat nikmat dan tak terbayangkan rasa yang saya alami.. maupun dia.

"Gus.. gimana.. ennakk.. gak.. memek.. Endang..? Eeehhmm.. eehh..” tanyanya vulgar.
Saya hanya mengangguk dan berusaha menaikkan pinggul saya agar penis saya masuk lebih dalam lagi.

Setiap gerakan kami berdua selalu dibarengi dengan bunyi seperti tepukan.. Plok.. cplok.. clpok.. cplak.. cplak..!
Kejadian itu berlangsung lama hingga Teh Endang orgasme sebanyak duakali lagi. Duakali pula penis saya disiram oleh cairan hangat di dalam vaginanya.

Lalu selang beberapa lama Teh Endang akan orgasme lagi. "Gus Endang.. mau.. pipiss.. pi.. piss.. eehh..” erangnya memberi tau.

"Bareng ya, saya juga dah mau nih..” kataku.

"Keluarin.. di.. luar.. aja.. ya..? Eehhmm..” tanyaku masih tersisa kesadaran.

"Tetehhh.. saya keluar..” kataku.

Pada saat saya hendak menarik penis saya dari kekapan liang vaginanya.. Teh Endang menjatuhkan badannya dan memeluk dengan erat sambil mencium saya.. kedua tungkai kakinya rapat merangkul kedua kaki saya.
Maka tak sanggup lagi kutahan.. croott.. crroott.. crroott..!
Sperma saya muncrat di dalam vaginanya dengan batang tertancap sempurna.. tandas di liang memek teh Endang.

Seluruh batang penis saya berada di dalam vaginanya bendenyut-denyut.. menyemprotkan isinya tanpa sisa.
Cairan kami menyatu dan banyak sekali. Terasa hangat batang penis saya.

"Gus di dalem memek Endang ada yang anget-anget.. eehh.. ennak banget rasanya.." bisiknya setelah merasakan muncratnya sperma saya di dalam vaginanya.

Langsung saya terbangun dan menarik penis saya. Plopp..! Saya kaget karena keluarnya sperma si dalam vaginanya.
Saya takut apabila Teh Endang dalam masa subur dan akibatnya, HAMIL..!
Dalam otak saya terbayang apabila Teh Endang hamil maka saya harus bertanggungjawab atas hal itu.

"Gus kamu kenapa..? Kamu nyesel main sama Endang..?” Tanyanya melihat tingkahku yang gugup.

"Teh Endang maaf ya.. tadi saya keluarnya di dalem.. Kan bisa hamil..? Maaf saya khilaf.. tapi saya akan bertanggungjawab koq..” kataku menjelaskan dengan tidak pasti.

Teh Endang hanya tersenyum dan menatapku penuh keluguan. Melihat itu saya bertambah gugup dan malu.

"Koq Teh Endang cuma senyum doang..? Ada yang salah ya..?” Tanyaku keheranan.

"Kamu emang anak yang baek.. Tapi kamu gak usah kuatir.. Endang pake KB loh..” katanya menjelaskan.

"Kamu lucu yah kalo lagi gugup.. makanya Endang ketawain kamu.. Maap ya Gus..” tambahnya lagi meledek.

Ahhh .. lega rasanya mendengar itu. Pikiran saya seperti plong dan akan meledak.

Saya baringkan badan saya karena puas atas jawaban Teh Endang dan saya terus membodohi diri sendiri sekaligus menutupi rasa malu saya.
Teh Endang menindih badan saya dan mencium dada saya yang bidang.. lalu kami berdua berciuman mesra.
Setelah beberapa saat rehat.. kami mandi bersama dan di sana kami melakukannya lagi beberapakali.

Setelah itu kami berdua makan bersama.
Teh Endang menyuruh Yuyun memasakkan hidangan nasi goreng yang menurut Teh Endang masakan Yuyun sangat enak.

Selama makan Teh Endang bercerita bahwa dia dan teman-teman sebayanya adalah hypersex.
Yang lebih gila lagi, teman-temannya rela membayar seorang gigolo untuk memuaskan nafsu mereka.

Tetapi Teh Endang tidaklah demikian.
Teh Endang lebih berhati-hati dalam memilih teman kencannya dan tidak sembarangan dibandingkan mereka.
Dan kadang-kadang teman-temannya sering mengunjungi Teh Endang atau sebaliknya dan rencananya saya akan dikenalkan pada mereka.

Beberapa hari berjalan.. saya dan Teh Endang sering melakukan hubungan intim di rumahnya untuk memuaskan nafsu kami berdua.
Kadang bila Teh Endang belum pulang, saya menunggunya sambil mendapatkan servis memuaskan dari si Yuyun.

Bermacam gaya kami lakukan dan di manapun tempatnya, di kamar, garasi, ruang tamu, kamar mandi, dapur dan tempat yang kami anggap aman.. baik dengan Teh Endang maupun Yuyun. Ahh.. sebuah pengalaman yang sangat mengejutkan namun niikmat bagiku.. (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Cerita 46 – Di Balik Jilbab Bu Rum

Ibu-ibu genit sekarang banyak juga yang pake jilbab.. jadi inget mantan temen saya ceweknya juga pake jilbab.. tapi ngeseks-nya jago banget..
Nah.. untuk itu saya berharap teman-teman jangan melihat simbol agama seseorang.. baiknya kita menilai pribadi orang itu..

Ini salahsatu pribadi ibu-ibu girang boleh dibilang tante girang.. tapi udah agak tua atau STW.. walaupun kesehariannya memakai jilbab.. ternyata dia masih gak sanggup menahan birahi..

Berikut ceritanya..

“Tadi malam saya lewat rumah ibu dan mendengar suara menarik jadi saya mengintip.
Ternyata.. saya lihat ibu sedang mencolok-colokkan pisang ke itunya ibu sambil nyetel film BF.
Saya sangat terangsang. Kalau ibu setuju.. daripada pakai pisang saya juga mau dan pengin begituan dengan ibu..”


Itu kalimat yang kutulis dalam HP dan siap dikirimkan dalam bentuk SMS ke sebuah nomor HP milik Bu Ruminah.. tetanggku.
Namun kendati tinggal memencet tombol agar pesan terkirim.. aku sempat ragu.

Jangan-jangan nanti Bu Rum –demikian Bu Ruminah biasa dipanggil..– ngadu ke ibuku atau ke orang-orang tentang SMS yang kukirim..
begitu aku membathin.

Tapi.. ah nggak mungkin dia berani cerita ke ibuku atau ke orang-orang.
Sebab kalau dia cerita.. kebiasaannya memuaskan diri dengan buah pisang kan jadi ketahuan.
Begitu pikirku lagi.

Yakin Bu Rum tidak mungkin menceritakan isi SMS itu ke orang lain.. akhirnya kutekan panel tanda OK pada HP-ku dan terkirimlah SMS tersebut.
Hanya dalam hitungan menit.. reaksi dari SMS yang kukirim langsung kudapat.

HP ku berdering dan pada layar terlihat nama Bu Rum memanggil.
Tetapi aku tidak berani mengangkat karena pasti ia mengenali suaraku hingga kudiamkan saja panggilannya.

Setelah beberapakali telefonnya tidak diangkat.. akhirnya sebuah SMS masuk. “Tolong jawab. Nomor siapa ini..?”
Demikian bunyi SMS yang dikirimnya dan memacu niatku untuk kembali mengisenginya.

“Pokoknya ibu sangat mengenal saya. Bener lho Bu.. pisang saya jadi pengin banget dimasukkan ke itunya ibu seperti pisang yang ibu pegang tadi malam. Ibu pasti puas. Mau kan Bu..?” Ujarku dalam SMS yang kukirim berikutnya.

“Huussh.. jangan ngawur. Saya bukan wanita begituan dan saya kan sudah tua.
Tolong kejadian itu jangan diceritakan ke orang lain. Tolong banget..” Ungkapnya dalam SMS berikutnya.
Rupanya dia ketakutan kalau aku menceritakan kejadian yang sempat kupergoki itu hingga niat isengku makin menjadi.

“Beres Bu.. Saya tidak akan cerita ke siapa-siapa. Tapi sungguh saya sangat terangsang saat melihat memek ibu dicolok buah pisang.
Bahkan lebih merangsang dibanding memek wanita bule yang ada di film BF. Jadi soal saya kepengin begituan dengan ibu memang bener-bener lho..” kataku lagi dalam SMS yang kukirim selanjutnya.

Tetapi balasan SMS dari Bu Rum pendek saja.
“Sudah ya. Saya sangat berterimakasih kejadian itu tidak diceritakan ke siapapun..” ujarnya dalam SMS yang kuterima.

Setelah itu beberapakali kukirim SMS dengan kata-kata yang lebih panas. Termasuk kesediaanku untuk menjilati memek dan itilnya bila ia mau melayaniku.
Namun Karena tetap tidak dijawab maka malam itu SMS-an dengan Bu Rum tidak berlanjut.

Bu Ruminah yang biasa disapa Bu Rum adalah tetanggaku. Rumahnya hanya terpaut tiga rumah dari rumahku.
Suaminya Pak Kirno.. adalah pensiunan TNI dan pernah menjadi Satpam sebuah bank serta menjabat Ketua RW.. sebelum terkena stroke dan mengalami kelumpuhan.

Sementara Bu Rum di samping menjadi ketua kelompok pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat tinggalku..
Ia yang pernah mengenyam pendidikan pesantren itu juga mengajari ibu-ibu mengaji termasuk ibuku yang menjadi teman dekat dan sekaligus muridnya.

Aku yakin orang-orang tidak bakalan percaya kalau kuceritakan bahwa Bu Rum ternyata suka melampiaskan hasrat seksnya dengan menggunakan pisang.

Betapa tidak.. wanita berusia 53 tahun itu.. penampilan kesehariannya sangat santun. Selalu berkerudung dan menutup rapat auratnya.
Hingga orang tidak akan percaya tentang kebiasaannya yang nyeleneh dalam soal seks.. terlebih di usianya yang sudah tergolong tua.

Tetapi aku benar-benar melihat dengan mata dan kepalaku sendiri tentang apa yang dilakukan dia yaitu memuasi diri dengan buah pisang.
Bahkan saat itu.. terus terang aku sangat terangsang.
Terlebih saat ia meremasi sendiri kedua teteknya yang gede dan melihat memeknya yang dipenuhi rambut tebal dicolok-colok dengan buah pisang.

Karena selalu terbayang oleh bagian-bagian tubuhnya yang membuatku terangsang.. akhirnya aku iseng mengirim SMS.
Karena beberapa SMS ku yang terakhir tidak dibalasnya.. aku nyaris nekad dengan mengancamnya bahwa bila ia tidak mau melayaniku akan kuceritakan soal masturbasi dengan pisang itu kepada orang-orang.

Hanya setelah kupikir.. tindakanku itu bisa membuat dia kalap atau melapor ke polisi hingga kuurungkan niatku tersebut.
Hanya aku tetap bertekad untuk mengisenginya dengan berkirim SMS kepadanya di tiap kesempatan.

Hampir tiap hari.. terkadang pagi.. siang maupun malam.. beberapa SMS kukirim kepadanya.
Intinya mengungkapkan keinginanku untuk menjadi patner seksnya karena setelah memergoki dia main dengan pisang..
aku menjadi sangat terangsang dan terpaksa sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan menyetubuhinya.
Tetapi ia tetap tidak mau membalasnya. Pernah beberapakali ia mencoba menelepon tetapi aku tidak berani mengangkatnya.

Oh ya.. dari perkawinannya dengan Pak Kirno.. Bu Rum hanya mempunyai satu anak, Mbak Lasmi.
Ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa anak.

Mbak Lasmi tinggal di tempat lain di sebuah kecamatan terpencil karena suaminya menjadi pegawai kecamatan di sana.
Jadi status Bu Rum adalah nenek dari beberapa cucu.

Nah.. puncak dari keisenganku mengrim SMS kepada Bu Rum terjadi ketika pengajian ibu-ibu di kampungku yang dilaksanakan secara bergiliran jatuh ke giliran ibuku.

Karena acaranya berbarengan dengan halal bi halal setelah lebaran.. pengajian yang diadakan di rumahku terbilang besar.
Hidangan yang biasanya cuma snack kali ini dilengkapi ketupat dan opor ayam.
Juga ustazahnya yang biasanya pembicara lokal.. kali ini didatangkan dari luar kota.

Sejak pagi rumahku ramai oleh ibu-ibu tetangga yang mempersiapkan acara tersebut termasuk Bu Rum.
Adanya wanita itu di rumahku membuatku tidak berani mengirim SMS iseng padanya.
Hanya secara sembunyi-sembunyi aku sering mencuri pandang menatapinya.

Seperti kebiasaannya.. saat itu Bu Rum memakai busana muslim dengan hiasan bordir yang apik.
Yakni sebuah baju terusan warna krem yang longgar yang tidak menampakkan bentuk tubuhnya dipadu dengan celana panjang warna senada.
Dengan kerudung yang tak pernah lepas menutup kepalanya.. wanita bertubuh tinggi besar itu nampak anggun dan berwibawa.

Acara pengajian yang dimulai selepas ashar.. baru berakhir menjelang maghrib.
Sekira pukul 19.30 WIB.. setelah acara beres-beres rumah selesai ibu memanggilku.

“Win tolong ini diantar ke rumah Bu Rum ya.
Tadi ia minta disisihkan lontong dan opornya karena katanya di rumah lagi tidak masak..” ujar ibuku.

Setelah beberapakali berkirim SMS gelap kepadanya.. sebenarnya agak grogi untuk berhadapan langsung dengan Bu Rum.
Terlebih mengingat kata-kata jorok dan porno serta ajakan main seks dalam setiap SMS yang kukirim.

Tetapi aku juga tidak punya alasan untuk menolak perintah ibu hingga dengan terpaksa kulaksanakannya.
Dua buah rantang besar berisi lontong dan opor kubawa ke rumah Bu Rum.

Setelah beberapakali mengetuk pintu dan menunggu agak lama.. kulihat seseorang mengintip dari balik korden dan akhirnya membukakan pintu.
Ternyata yang mengintip dan membukakan pintu adalah Bu Rum sendiri.

“Oh.. kamu Win.. ibu kira siapa. Ayo masuk..” ujarnya mempersilahkanku.

Bu Rum yang kalau berada di luar rumah berpakaian muslimah yang rapat.. ternyata tidak begitu adanya kalau sedang di dalam rumah.
Baju yang dipakainya hanya daster berbahan tipis dan tanpa lengan.
Hingga BH hitam dan celana dalam putih yang dipakainya tampak menerawang.

“Saya disuruh mengantarkan ini untuk Bu Rum..” kataku setelah berada di ruang tamu rumahnya.

Tetapi Bu Rum tidak langsung menerima bingkisan makanan yang kusodorkan. Ia kembali membuka pintu dan keluar rumah.
Setelah sesaat melihat sekeliling.. ia kembali masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia juga mengajakku ke dalam.. ke ruang tengah rumahnya.

“Taruh saja bawaannya di meja Win. Ada yang ingin ibu bicarakan sama kamu..” katanya pelan.

Deg..! Serasa berhenti detak jantungku.
Pasti ia sudah tahu kalau yang berkirim SMS selama ini adalah aku.. pikirku membathin. Gelisah aku dibuatnya.

“Duduk sini Win. Tidak ada siapa-siapa kok. Pak Kirno tadi dijemput Lasmi dan suaminya karena ia ingin banyak menghirup udara gunung yang segar. Mungkin agar bisa pulih..” ujarnya lagi.

Agak sedikit plong mendengar bahwa Pak Kirno suaminya sedang tidak di rumah.
Setidaknya kalau Bu Rum marah terkait soal SMS ku itu.. suaminya tidak ikut mendengarnya.
Hanya aku tetap tidak bisa membuang kegelisahan yang kurasakan.

Seperti pesakitan yang menunggu vonis hakim.. aku hanya duduk mematung di kursi sofa di ruang tengah rumah Bu Rum.
Bu Rum duduk di kursi lain yang ada.. dekat tempat aku duduk.

Baru kusadari.. daster yang dipakainya ternyata terlalu pendek. Pahanya yang mulus terlihat terlihat terbuka.
Hanya aku tetap tidak dapat menikmati pemandangan yang mengundang itu karena suasana tegang yang terjadi.

“Tadi waktu di pengajian.. ibu minta ijin ke ibumu agar kamu mau mengantar ibu ke rumah Lasmi tiga hari lagi untuk menjemput Pak Kirno.
Rencananya mau pinjam mobil Pak RT dan kamu yang menyetir. Ibumu setuju dan memberi nomor HP milikmu.
Tapi ibu jadi kaget.. sebab ternyata nomornya sama dengan nomor yang suka dipakai SMS ke ibu beberapa hari ini.
Jadi kamu Win yang suka SMS ke ibu..?” Ujarnya tenang dan disampaikan tanpa emosi. Namun meskipun begitu.. sempat kecut juga nyaliku.

“Eee.. ee.. ti.. eh.. iya Bu..” jawabku terbata.

“Oh syukurlah kalau begitu. Ibu takut banget apa yang kamu sempat lihat diceritakan ke orang-orang lain.
Ibu pasti sangat malu. Terimakasih banyak ya Win kamu tidak cerita ke orang-orang..”

Ah.. ternyata ia tidak marah soal itu. Aku jadi merasa plong.
Bahkan dengan terbuka.. Bu Rum akhirnya bercerita soal kenapa ia terpaksa menggunakan pisang untuk memuaskan dorongan seksnya.

Diceritakannya.. meski sudah tergolong berumur namun kebutuhan biologisnya belum padam benar.
Padahal sudah lama Pak Kirno tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami. Bahkan jauh sebelum terkena stroke.
Makanya setiap keinginan untuk itu datang ia selalu berusaha memuaskan sendiri termasuk menggunakan pisang.

“Ibu malu banget lho sama kamu Win. Apalagi kalau kamu sampai cerita ke orang-orang. Mau ditaruh dimana muka ibu..?” Kata Bu Rum lagi.

“Tidak Bu.. saya janji tidak akan cerita ke siapa pun soal itu..” ujarku meyakinkannya.

Mungkin saking senangnya rahasianya soal ngeseks dengan pisang tidak akan terbongkar..
ia langsung berpindah duduk menjejeriku di sofa yang kududuki.

Digenggam dan diguncang-guncangkannya tanganku. “Terimakasih win.. ibu sangat berterimakasih..” kata Bu Rum.

Beban yang semula seolah menghimpit dadaku langsung sirna melihat sikap Bu Rum.
Hanya kembali aku sulit menjawab ketika ia menanyakan perihal kata-kata dalam beberapa SMS yang kukirimkan.

“Kalau ibu boleh tahu.. sebenarnya apa yang mendorongmu mengirim SMS itu kepada ibu..?”

“Eee.. eee.. sa.. sa.. saya .. ee..” kembali aku terbata.

“Tidak apa-apa Win.. jawab saja yang jujur. Ibu cuma ingin tahu.. ”

“Saya mengirim SMS itu karena sangat terangsang setelah melihat ibu..” kataku akhirnya.

Bu Rum kulihat terpana. Mungkin ia tidak percaya dengan jawaban yang kuberikan.
Namun sebuah senyuman terlihat mengembang di wajahnya hingga aku tidak takut lagi.

“Jadi kamu juga benar-benar ingin begituan dengan ibu..?”

“Eee.. maksud saya.. ee. Iya kalau ibu bersedia..” jawabku mantap.

Mendengar jawabanku Bu Rum langsung meraih dan mendekapku.
Dalam kehangatan dekapannya.. wajahku tepat berada di busungan buah dadanya yang terbungkus BH hitam.
Wajahku membenam di busungan susunya yang memang berukuran besar.

Diperlakukan seperti itu kontolku jadi langsung bangkit. Mengeras di balik celana dalam dan jins yang kupakai.

Sesaat setelah Bu Rum melepaskan pelukan pada tubuhku.. kulihat gaya duduknya makin sembrono.
Kedua kakinya terbuka lebar hingga pahanya yang membulat besar terlihat sampai ke pangkalnya.
Bahkan kulihat sesuatu yang membukit dan terbungkus celana dalam warna hitam.

Aku tak berkedip menatapinya. Untuk ukuran wanita seusia dirinya.. kaki dan bagian paha Bu Rum masih terhitung mulus.
Memang ada lipatan-lipatan lemak dan kerutan mendekati ke pangkal paha.
Tetapi tidak mengurangi hasratku untuk menatapi bagian yang merangsang itu termasuk ke bagian membukit yang tertutup celana dalam warna krem.

Jembut di memeknya itu pasti sangat lebat karena banyak yang tidak tertampung celana dalam yang menutupinya..
hingga terlihat banyak yang keluar dari celana dalam yang dipakainya.

Rupanya Bu Rum tahu mataku begitu terpaku menatapi organ kewanitaannya.
Mungkin karena telah yakin aku benar-benar mau menjadi pelepas dahaganya.. ia pelorotkan sendiri celana dalam itu dan melepasnya.

“Bu Rum sudah nenek-nenek lho Win. Tetapi kalau kamu pengin melihat memek ibu bolehlah.
Sebenarnya ibu juga sudah lama tidak puas main sendiri dengan tangan dan pisang..” katanya.

Bahkan tanpa sungkan.. setelah melepas sendiri celana dalamnya ia duduk mengangkang membuka lebar-lebar pahanya.
Memamerkan memeknya yang berbulu sangat lebat.

Ah tak kusangka akhirnya dapat melihat memek Bu Rum dalam jarak yang sangat dekat.
Memek Bu Rum lebar dan membukit. Jembutnya sangat lebat dan hitam pekat.
Kontras dengan pahanya yang kuning langsat sampai ke selangkangannya.

Puas memandangi bagian paling merangsang di selangkangan wanita itu.. keinginanku untuk menyentuhnya menjadi tak tertahan.
Kujulurkan tanganku untuk menyentuhnya. Kuusap-usap jembutnya yang keriting dan tumbuh panjang.

Jembut Bu Rum benar-benar super lebat menutupi memeknya.
Hingga meski telah mengangkang.. masih tidak terlihat lubang memeknya karena tertutup rambut lebat itu.

Kuusap-usap dan kusibak jembut yang tumbuh sampai ke atas mendekati pusar wanita itu dan di bagian bawah mendekati lubang duburnya.
Menimbulkan bunyi kemerisik.

Untuk bisa melihat lubang memeknya.. aku memang harus menyibak rambut-rambut yang menutupinya dengan kedua tanganku.
Bibir luar memek Bu Rum tampak tebal dan kasar karena sudah banyak kerutan dan warnanya coklat kehitaman.

Di bagian dalam lubang memeknya yang berwarna hitam kemerahan.. ada lipatan-lipatan daging agak berlendir dan sebuah tonjolan.
Ini rupanya yang disebut itil.. pikirku.

Tidak seperti ukuran memeknya yang besar.. tebal dan tembem.. itil Bu Rum relatif kecil.
Hanya berbentuk tonjolan daging kemerahan di ujung atas celah bibir luar kemaluannya yang sudah berkerut-kerut.

Kutoel-toel itilnya itu dengan jari telunjukku yang sebelumnya kubasahi dengan ludah. Ia mendesah dan sedikit menggelinjang.

“Kamu sudah pernah begituan dengan perempuan Win..? Ee.. maksud ibu ngentot dengan perempuan..?”

“Belum Bu..” jawabku sambil tetap menggerayangi dan mengobok-obok vaginanya.

“Masa’..!? Kalau melihat memek wanita lain selain punya ibu..?”

“Juga belum Bu. Saya hanya melihatnya di film BF yang pernah saya tonton. Memangnya kenapa Bu..?” Jawabku lagi.Sebenarnya aku berbohong. Sebab di rumah aku sering mengintip ibuku sendiri. Saat dia mandi atau berganti pakaian di kamarnya.

Mendengar aku belum pernah berhubungan seks dengan perempuan dan belum pernah menyentuh vagina..
entah kapan ia melakukannya.. tanpa sepengetahuanku ternyata Bu Rum sudah melepas daster dan BH nya.
Telanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya dan memintaku untuk melepas semua pakaian yang kukenakan.

“Oooww.. punya kamu besar juga ya Win..” kata Bu Rum sambil membelai kontolku yang telah tegak mengacung setelah aku telanjang.

Bu Rum tidak hanya membelai dan mengagumi kontolku yang telah keras terpacak.
Setelah menjilat-jilat lubang di bagian ujung kepala penisku.. ia memasukkan batang kontolku ke mulutnya.

Aku jadi merinding menahan kenikmatan yang tak pernah terbayangkan. Tubuhku tergetar hebat.
Sesekali kurasakan mulutnya mengempot dan mengisap batang kotolku yang kuyakin semakin mengembang.
Lalu dikeluarkan dan dikocok-kocoknyanya perlahan. Ah.. teramat sangat nikmat. Sangat berbeda bila aku mengocok sendiri kontolku.

Saking tak tahan.. tanpa sadar aku memegang dan mengusap-usap rambut Bu Rum yang semestinya tidak pantas kulakukan..
mengingat usia dan sekaligus statusnya sebagai guru mengaji ibu-ibu di kampungku termasuk ibuku.

Tetapi Bu Rum tak peduli. Ia terus asyik dengan kontolku. Dikulum.. diisap dan dikocok-kocoknya perlahan dengan gemas.
Seperti wanita yang baru melihat kejantanan milik pasangannya.
Mungkin karena selama ini ia hanya bisa melakukannya dengan pisang setelah kotol suaminya tidak berfungsi.

Sambil menikmati kocokan dan kuluman Bu Rum pada kontolku.. kuremasi teteknya.
Tetek Bu Rum gede dan sudah menggelayut bentuknya. Namun sangat lembut dan enak di remas.

Bahkan puting-putingnya langsung mengeras setelah beberapakali aku memerah dan memilin-milinnya.
Tak kusangka wanita yang dalam keseharian selalu tampil dengan busana muslim yang rapat..
dan menjadi guru mengaji ibu-ibu di kampungku ini juga lihai dalam urusan kulum mengulum kontol.

Aku dibuat kelojotan menahan nikmat setiap ia mengisap dan memainkan lidahnya di ujung kepala kontolku.
Bahkan saat Bu Rum mulai mengalihkan permainannya dengan menjilati kantung pelirku dan mengisapi biji-biji pelir kontolku..
aku tak mampu bertahan lebih lama.

Pertahananku nyaris jebol. Karenanya aku berusaha menarik diri agar air maniku tidak muncrat ke mulut atau wajah Bu Rum.

Namun Bu Rum menahan dan menekan pinggangku.
“Mau keluar Win ..? Muntahkan saja di mulut ibu..” ujarnya sambil langsung kembali mengisap penisku.

Akhirnya.. pertahananku benar-benar ambrol meski telah sekuat tenaga untuk menahannya karena merasa tidak enak mengeluarkan mani di mulut Bu Rum.

Sambil mendesis dan mengerang nikmat.. cratt.. cratt.. crott.. crrott..! Pejuhku muncrat sangat banyak di rongga mulut Bu Rum.
Cairan kental warna putih itu kulihat berleleran keluar dari mulut wanita itu. Tetapi ia tidak mempedulikannya.
Bahkan menelannya dan dengan lidahnya berusaha menjilat sisa-sisa maniku yang berleleran keluar.

Terpacu oleh kenikmatan yang baru kurasakan dan banyaknya mani yang keluar membuat tubuhku lemas seperti dilolosi tulang-tulangku.
Aku terduduk menyandar di si kursi sofa tempat Bu Rum terduduk.

“Gimana Win.. enak..?”

“Enak banget Bu..”

“Nanti gantian ya punya ibu dibikin enak sama kamu. Ibu ke kamar mandi dulu..” ujarnya berdiri dan melangkah ke kamar mandi.

Saat kembali dari kamar mandi.. Bu Rum menyodorkan segelas besar teh manis hangat. Sodoran teh manisnya langsung kusambut dan kuteguk.
Terasa hangat dan nikmat setelah tenaga hampir terkuras dan kini kembali segar.

Saat itu baru kusadari Bu Rum masih bugil tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya.
Aku kembali terpaku pada tubuh bahenolnya yang masih lumayan mulus.

Wanita berpinggul besar dan berdada montok namun sudah agak kendur itu.. meskipun sudah menjadi nenek masih sangat menggoda.
Jembutnya yang keriting lebat terlihat basah. Mungkin habis dibersihkan di kamar mandi untuk menghilangkan bekas air maniku.

“Mau lagi Win..?” ujarnya mendekat dan berdiri tepat di tempat aku duduk.

Kini memang giliranku untuk memuaskannya setelah kenikmatan yang diberikan padaku.
Aku bingung harus memulai dari mana dan melakukan apa pada Bu Rum karena memang belum pernah pengalaman dengan perempuan.
Hanya dari sejumlah film BF yang sering kutonton.. wanita kelihatannya sangat suka kalau memeknya dijilat.

Maka aku langsung turun dari kursi panjang dan berjongkok di depan Bu Rum.
Memeknya yang besar membusung kini tepat di hadapan wajahku. Jembut keriting lebatnya terlihat basah.

Dan Bu Rum.. melihat aku hanya terbengong memandangi bukit kemaluannya..
langsung mengangkat kaki kirinya dan ditumpukan pada kursi panjang.

Karena pahanya yang terbuka kini aku bisa melihat lubang memeknya yang nampak sudah longgar.
Lubang memeknya menyerupai lorong panjang. Bahkan kulihat itilnya yang mencuat di ujung atas belahan memeknya.

Kembali aku menyentuh dan mengusap memeknya. Bibir luar memeknya yang berwarna coklat kehitaman penuh kerutan dan terasa lebih tebal.
Namun makin ke dalam lebih lembut dan basah serta warnanya agak memerah.
Kudengar Bu Rum mendesah saat jariku menyelinap masuk menerobos lubang vaginanya.

Rambut kepalaku diusap dan diremas-remasnya.
Desahannya mengingatkanku pada suara wanita yang tengah disetubuhi di adegan film BF.
Aku jadi terangsang. Kontolku kembali menggeliat dan bangkit.

Sambil mendesah.. Bu Rum tak hanya meremas dan menjambaki rambut kepalaku.
Tetapi ia berusaha menarik dan mendekatkan wajahku kememeknya.

Aku jadi tahu.. nampaknya ia tidak ingin memeknya hanya dicolok-colok dengan jariku..
Aku yang memang sudah kembali terangsang langsung mendekatkan mulutku dan mulai mengecupi lubang memek Bu Rum.

Ternyata selain bibir luar vaginanya yang mengeras dan berkerut-kerut.. di luar kelentitnya yang menonjol besar..
ada sebentuk daging yang menjulur keluar dari lubang memeknya. Bentuknya nggedebleh mirip jengger ayam jantan.

Pengetahuanku tentang bagian paling intim milik wanita memang sangat terbatas..
dan melihatnya dari jarak sangat dekat baru kali ini mendapat kesempatan.

Satu-satunya memek wanita dewasa yang pernah kulihat adalah milik ibuku. Aku memang sering mengintipnya saat ibu mandi.
Atau saat berganti baju di kamarnya dan pernah beberapakali melihatnya dalam jarak cukup dekat saat dia tidur.

Tetapi sepengetahuanku tidak ada jengger ayam di lubang memek ibuku.
Jadi terasa agak aneh atas apa yang kulihat di lubang memek Bu Rum. Tetapi aku tak peduli.

Hingga selain menjilati bibir vaginanya.. jengger ayamnya juga tak luput dari sentuhan mulut dan lidahku.
Bahkan aku langsung mengulum.. mengisap dan menarik-nariknya dengan mulutku.

“Ohhh.. sshhh.. aahhh.. enak Win. Aaauuwww.. ya.. ya.. aaahhh.. sshhh.. enak banget.. ”

Aku sangat senang karena ternyata Bu Rum menyukai dan keenakan oleh jilatan lidahku di lubang memeknya.
Dari liang sanggamanya mulai keluar lendir yang terasa asin di lidahku.

Tetapi itu pun tidak membuat surut langkah untuk terus mengobok-ngobok vaginanya dengan mulut dan lidahku.
Aku terus mencerucupi dan mengisapnya hingga lendirnya banyak yang tertelan masuk ke kerongkonganku.

Diperlakukan seperti itu Bu Rum seperti kesetanan.
Tubuhnya tergetar hebat dan kulihat ia merintih.. mendesah sambil meremasi sendiri kedua tetek besarnya.

“Kamu naik dan tiduran di sofa Win. Sshhh aahh jilatanmu di memek ibu enak banget..” katanya.

Seperti yang dimintanya.. aku naik ke sofa dan tiduran telentang dengan kaki menjuntai. Setelah itu Bu Rum ikutan naik.

Tadinya kukira ia akan menyetubuhiku dengan posisi wanita di atas seperti yang pernah kulihat dalam adegan film mesum yang menggambarkan hubungan seks antara wanita dewasa dan bocah ingusan.

Tetapi tidak. Ia berdiri dan memposisikan kedua kakinya di antara tubuhku.
Lalu bertumpu di dinding tembok yang ada di belakang kursi sofa dan sedikit menurunkan tubuhnya.

Rupanya.. ia masih ingin mendapatkan jilatan di memeknya dengan posisi yang membuat dirinya lebih nyaman dan bergerak leluasa.
Sebab saat memeknya telah berada tepat di depan wajahku.. ia langsung membekapkannya ke mulutku.

Tak kusangka.. wanita yang sangat dihormati di kampungku karena selalu berbusana muslimah yang rapat dan menjadi guru mengaji ibu-ibu..
di usianya yang sudah 53 tahun masih sangat menggebu. Pantesan ia suka menyogok-nyogok memeknya dengan pisang.
Mungkin karena tidak tahan akibat tidak pernah disentuh oleh suaminya yang sudah tidak bisa melayaninya sama sekali.

Aku sempat gelagapan karena tidak mengira Bu Rum akan membekapkan memeknya ke wajahku.
Tetapi setelah mengetahui apa yang diinginkannya.. aku langsung menyambutnya meskipun tidak tahu harus bagaimana semestinya dilakukan.

Seperti sebelumnya.. kembali kujulurkan lidah dan kembali kujilati lubang memeknya.
Namun kali ini dengan lebih semangat. Daging jengger ayamnya yang keluar dan menggelambir kukulum.

Lalu lidahku menjulur masuk sedalam-dalamnya di lubang vaginanya..
sampai hidung dan wajahku ikut belepotan oleh lendir yang keluar dari liang sanggamanya.

Sambil terus mengobeli memeknya dengan lidah dan mulutku.. pantat Bu Rum juga menjadi sasaran remasan tanganku.
Meskipun sudah melorot.. pantat Bu Rum yang besar terasa masih lumayan kenyal.

Nampaknya ia menjadi keenakan. Bu Rum melenguh dan mendesah. “Iya Win.. aahhh.. sshhhh.. aaahhhh.. ssshh.. enak banget.

Terus colok memek ibu dengan lidahmu sayang. Ahhh.. ya.. ya.. ohh.. ssshhhh..” desahnya tertahan saat aku makin dalam menjulurkan lidah.

Mendengar rintihan dan desahan Bu Rum.. aku jadi makin bersemangat.
Hanya karena tidak punya pengalaman.. aku hanya menjilat dan mengisap bagian dalam memeknya sekena-kenanya.

Rupanya karena terlalu menggebu.. aku sempat mengisap itilnya dengan kuat. Bu Rum memekik. Tetapi tidak marah dan malah makin keenakan.

“Iyaaa Win.. itu itil ibu.. enak banget.. sshhh ..aahhh.. aahhh. Terus Win isap itil ibu.. aaoohhh.. oohhhh..!”

Seperti yang dimintanya.. itil Bu Rum yang akhirnya paling sering menjadi sasaran jilatan dan isapan mulutku.
Bahkan sambil terus mencerucupi kelentitnya.. dua jari tanganku kupakai untuk menyogok-nyogok bagian dalam memeknya.

Saat itulah Bu Rum menjadi kelojotan dan beberapa saat kemudian ia memintaku berhenti.
“Udah Win ibu nggak tahan. Bisa KO kalau diteruskan. Sekarang ibu pengin dientot dengan kontolmu.
Kamu juga pengin kan ngentot dengan ibu kan..?”

“Ii.. iya bu. Saya pengin banget. Ta.. ta.. tapi saya tidak tahu caranya.. ”

“Nggak apa-apa. Nanti ibu ajarin..” ujarnya seraya menggamit lenganku.

Ia lantas membawaku ke kamarnya. Kamar dengan ranjang spring bed berukuran besar dan tampak rapi tertutup sprei motif garis-garis.
Di kamar Bu Rum.. ada meja rias berukuran besar dengan berbagai alat make up di atasnya serta sebuah almari pakaian model antik di samping gambar Bu Rum dan suaminya dalam pose berpasangan mengenakan pakaian adat Jawa.

Foto itu sepertinya dibuat saat usianya masih di bawah 40 tahun.
Bu Rum terlihat sangat cantik dan seksi. Suaminya.. Pak Kirno juga terlihat kekar dan tampan.

Adanya gambar Pak Kirno suaminya di kamar itu.. sebenarnya aku sempat grogi.
Tetapi melihat Bu Rum sudah telentang di ranjang dan dalam posisi mengangkang..
sayang kalau harus melepaskan kesempatan yang sudah berada di depan mata.

Aku sudah sering mengocok sendiri kontolku sambil membayangkan ngentot dengan Bu Rum.
Aku juga ingin mengetahui dan merasakan seperti apa rasanya ngentot sebenarnya.

Dengan kontol tegak mengacung aku naik ke ranjang. Hanya aku tetap bingung bagaimana harus memulai.
Di antara kedua pahanya yang membuka lebar.. memek Bu Rum tampak menganga menunggu batang zakar pria yang mau menyogoknya.

Sepasang buah dadanya yang besar.. dalam posisi telentang terlihat jadi nggedebleh dan hanya puting-putingnya yang hitam kecoklatan terlihat menantang.

Melihat aku cuma mematung.. rupanya Bu Rum menjadi tak sabar.
Ditariknya tanganku hingga menjadikan tubuhku ambruk dan menindih tubuh montoknya.

Beberapa saat kemudian kurasakan Bu Rum meraba selangkanganku dan meraih kontolku.
Batang penisku yang sudah mengacung dikocok-kocoknya perlahan hingga makin mengeras dan membesar.

Oleh wanita itu.. kepala penisku digesek-gesekkannya di sekitar bibir kemaluannya.
Setelah tepat berada di bagian lubangnya.. ia berbisik.. ”Tekan Win.. biar kontol kamu masuk ke memek ibu..” bisiknya lirih di telingaku.

Slessseeppp.. bllesssepp..! Tanpa banyak hambatan batang kontolku yang lumayan panjang dan besar seluruhnya masuk membenam.
Mungkin karena lubang memek Bu Rum yang sudah kelewat longgar dan licin akibat banyaknya lendir yang keluar.

Ahhh.. Terasa sekali bagian dalam memek Bu Rum hangat dan basah.
Dan tanpa ada yang memerintah.. seperti semacam naluri.. aku membuat gerakan naik turun pinggangku hingga kontolku sekan memompa lubang memek wanita itu.

“Iya begitu Win.. terus entot sayang. Ah.. aahhh.. aahhh.. kamu merasa enak juga kan..?” Erangnya seperti menyemangati.

Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Bu Rum mulai mendesah-desah. Mungkin ia mulai merasakan enaknya sogokan kontolku.

Dan bagiku.. kenikmatan yang kurasakan juga tiada tara. Jauh lebih nikmat dibanding mengocok sendiri.
Gesekan-gesekan batang kontolku pada dinding memeknya yang basah menghantarkan pada kenikmatan yang sulit kuucapkan.

Aku terus mengaduk-aduk memeknya dengan kontolku. Mata Bu Rum membeliak-beliak dan meremasi sendiri teteknya.

Melihat itu aku langsung menyosorkan mulutku untuk mengulum dan mengisapi salahsatu putingnya.
Pentil susunya yang berwarna coklat kehitaman terasa mengeras di bibirku.

“Iya Win.. terus isap sayang.. aahhh.. aahhh.. Kamu ternyata sudah pinter..” ujarnya terus mendesah.

Makin lama kusogok dan kuaduk-aduk.. lubang memek Bu Rum kurasakan makin basah.
Rupanya semakin banyak lendir yang keluar. Bunyinya clepok.. clepok.. clepok.. setiapkali batang kontolku masuk menyogok dan kutarik keluar.

Bosan ngentotin Bu Rum dengan posisi menindihnya.. kuhentikan sogokanku pada memeknya.
Pasti asyik dan tambah merangsang kalau bisa melihat memeknya yang tengah kusogok-sogok.. pikirku membathin.

Aku bangkit.. turun dari ranjang. Dan tanpa meminta persetujuannya.. kaki Bu Rum kutarik dan kuposisikan menjuntai di tepi ranjang.
Tindakanku itu membuat Bu Rum agak kaget.
Namun tidak marah dan bahkan sepertinya ia menunggu tindakan yang akan kulakukan selanjutnya.
Akan tetapi setelah pahanya kembali kukangkangkan dan kontolku kembali kuarahkan ke lubang vaginanya.. Bu Rum tersenyum.

“Kamu pengin ngentot sambil ngelihatin memek ibu Win..? Iya sayang.. kamu boleh melakukan apa saja pada ibu..” katanya.

Ternyata menyetubuhi sambil berdiri dan melihat ketelanjangan lawan mainnya benar-benar lebih asyik.
Lebih merangsang karena bisa melihat keluar-masuknya kontol di lubang memek.

Saat kontolku kutekan.. bibir memeknya yang berkerut-kerut seperti ikut melesak masuk.
Namun saat kutarik.. seluruh bagian dalam memeknya seakan ikut keluar termasuk jengger ayamnya yang menggelambir.

Pemandangan itu membuat aku kian terangsang dan kian bersemangat untuk memompanya.
Teteknya juga ikut terguncang-guncang mengikuti hentakan yang kulakukan.
Aku makin bernafsu dan makin cepat irama kocokan dan sodokan kontolku di liang sanggamanya.

Bu Rum tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dirasakan.
Ia merintih dan mendesah dengan mata membeliak-beliak menahan nikmat. Sesekali ia remasi sendiri susunya sambil mengerang-erang.

Aku juga memperoleh nikmat yang sulit kulukiskan.
Meski lubang memek Bu Rum sudah longgar tetapi tetap memberi kenikmatan tersendiri hingga pertahananku nyaris kembali jebol.

“Ssshhh.. aahh.. sshhh.. aaakkhhh.. memek ibu enak banget. Saya nggak kuat bu..” ujarku mendesah sambil terus memompanya.

“Tahan sebentar Win. Aaahhh.. sshhh.. kontolmu juga enak banget..”

Bu Rum bangkit memeluk serta menarik pinggangku hingga tubuhku ambruk menindihnya.
Kedua kakinya yang panjang langsung membelit pinggangku dan menekannya dengan kuat.

Selanjutnya Bu Rum membuat gerakan memutar pada pinggul dan pantatnya. Memutar dan seperti mengayak.
Akibatnya batang kontolku yang berada di ke dalaman lubang memeknya serasa diperah. Kenikmatan yang kurasakan kian memuncak.

Terlebih ketika dinding-dinding vaginanya tak hanya memerah tetapi juga mengempot dan mengisap.
Kenikmatan yang diberikan benar-benar makin tak tertahan.

”Ooohh.. aahh.. aahhh.. ssshhh.. aakkhh enak banget. Saya.. aaahhh nggak kuat Bu. Ohhh enakkkhhh bangeet..” lenguhku kian gencar.

“I..iiya Win.. ibu juga mau nyampe. Tahan ya sebentar ya..aaahhh.. sshhh.. sshhhh.. aahhh.. ssshh.. aaaoookkkh..” balasnya sama riuhnya.

Goyangan pantat dan pinggul Bu Rum makin kencang. Dan puncaknya.. ia memeluk erat tubuhku sambil mengangkat pinggangnya tinggi-tinggi.
Saat itu.. di antara rintihan dan erangannya yang makin menjadi kurasakan tubuhnya mengejang dan empotan memeknya pada kontolku kian memeras.

Maka.. crott.. crott.. crott.. crott.. muncratlah spermaku di kehangatan lubang memeknya berbarengan dengan semburan hangat dari bagian paling dalam vagina guru mengaji ibuku.

Karena kenikmatan yang aku dapatkan.. cukup lama aku terkapar di ranjang Bu Rum.
Saat aku terbangun.. Bu Rum sudah menyiapkan segelas teh panas dan mengajakku menyantap lontong dan opor ayam bikinan ibuku.

Kami menyantapnya dengan nikmat. Bahkan dua bungkus rokok kegemaranku telah tersedia di meja makan.
Kata Bu Rum.. ia menyempatkan membelinya di warung Lik Karni saat aku tertidur.

Malam itu Bu Rum benar-benar melampiaskan hasratnya yang tertahan cukup lama.
Sesudah makan aku diajaknya bergumul di karpet di ruang tengah di depan televisi lalu berlanjut di ranjang kamar tidurnya.

Aku bak seorang murid baru yang cerdas dan cepat pintar menerima pelajaran.
Ia mengaku sangat menikmati dan merasa puas oleh sogokan-sogokan kontolku di memeknya yang memiliki jengger ayam.

“Ibu kira udah nggak bakalan merasakan enaknya yang seperti ini lagi. Karena sudah lima tahun lebih sejak bapak kena stroke tidak pernah mendapatkannya. Makanya terpaksa pakai pisang dan kadang kontol karet kalau lagi kepengen..”
katanya sambil meremas gemas kontolku setelah persetubuhan yang keempat kalinya malam itu.

Ternyata wanita yang selalu tampil bak muslimah yang taat itu.. juga memiliki beberapa koleksi film porno.
Ia sempat menyetel sejumlah koleksinya untuk ditonton bersamaku saat istirahat setelah ngentot yang ketiga di depan televisi.

Namun yang mengejutkan.. karena ‘nonton bareng’ film porno aku jadi tahu kalau ibuku juga penggemar film porno.
Itu terlontar secara tak disengaja oleh Bu Rum.
Kata Bu Rum yang paling banyak dikoleksi adalah yang menggambarkan adegan incest atau hubungan seks antar anggota keluarga.

Saat itu Bu Rum memutar dua film. Film pertama menggambarkan adegan seks antara pria muda berkulit hitam dengan wanita tua kulit putih.
Sang wanita kulit putih dibuat merintih dan mengerang karena sogokan kontol pria pasangannya yang perkasa.
Bahkan akhirnya si wanita merelakan anusnya dijebol kontol panjang sang negro muda.

Film kedua yang merupakan semi film cerita mengisahkan wanita STW yang bekerja di perusahaan penebangan hutan.
Suaminya selalu pergi cukup lama dan hanya beberapa hari tinggal di rumah karena pekerjaannya itu.

Si ibu yang sering merasa kesepian saat suaminya pergi.. sering mengobel-ngobel sendiri memek dan itilnya saat hasrat seksnya datang.
Ulah si ibu sering dipergoki secara diam-diam oleh pria remaja yang merupakan anak sulungnya.

Maka di satu kesempatan.. saat tengah bermasturbasi dan sang anak tak tahan menahan nafsu ia mendekati sang ibu.
Keduanya larut dalam permainan panas di dapur.. ranjang dan bahkan di kamar mandi tanpa peduli bahwa sebenarnya mereka pasangan ibu dan anak.

Usai pemutaran film yang kedua.. kukatakan pada Bu Rum bahwa dibanding film yang pertama.. adegan seks ibu dan anak yang paling bagus. Tetapi komentarku itu membuat Bu Rum keceplosan.
Tanpa sadar ia menyebut bahwa film porno itu dipinjam dari Bu Narsih.. –nama ibuku..–

Saat itu ia berusaha meralat. Ia mungkin baru bahwa yang diajaknya bicara adalah aku anak Bu Narsih.
Tetapi akhirnya Bu Rum tersenyum dan berterusterang.

“Keinginan manusia akan seks kan manusiwai Win.
Seperti ibu dan ibumu.. meskipun sudah berumur tetapi kebutuhan akan itu masih belum padam.. ”kata Bu Rum.

Ibuku memang sudah 3.. 5 tahun menjada setelah ayah meninggal akibat menderita diabetes cukup lama.
Untuk menikah lagi mungkin malu karena cucunya sudah tiga yang diperoleh dari Mbak Ratri.. kakak perempuanku.
Bahkan salahsatu cucunya sudah duduk di bangku SLTP.
Maka ia memilih memendam hasratnya dan lebih menyibukkan diri pada usaha jual beli perhiasan berlian yang menjadi usahanya selama ini.

Menurut Bu Rum.. koleksi film-film porno yang dimiliki ibuku cukup banyak.
Koleksi film seksnya yang berthema hubungan seks sedarah tergolong lengkap.
Bahkan Bu Rum mengaku.. ia mengenal penis palsu dari karet yang dikenal dengan sebutan dildo juga dari ibuku.

“Pergaulan ibumu kan luas terutama dengan ibu-ibu dari kalangan menengah atas.
Mungkin dari ibu-ibu yang menjadi sasaran bisnisnya itu ia jadi mengenal banyak hal..” ujar Bu Rum menambahkan.

Meskipun sangat kaget.. tetapi aku tidak mencoba memperlihatkannya di hadapan Bu Rum.
Sebab sebagai anaknya aku tidak pernah melihat ibu nonton film porno atau barang-barang berbau seks yang dimilikinya.

Di kamar tidur ibu memang ada televisi berukuran besar dan perangkat pemutar DVD.
Tetapi kebanyakan film-filmnya adalah film hindustan karena ibu penggemar berat bintang Shah Ruk Khan.
Berarti ia memiliki tempat penyimpanan khusus.. ujarku membathin.

Sekitar pukul 03.00 dini hari.. dengan tubuh lunglai aku meninggalkan rumah Bu Rum dengan mengendap agar tidak dipergoki warga lainnya.
Ibuku membukakan pintu sambil menggerutu. Katanya mengganggu orang tidur.
Tetapi wajahnya kulihat tidak seperti orang bangun tidur. Bahkan televisi di kamarnya terdengar masih menyala.

Seperti kebiasaanya saat tidur ia selalu mengenakan daster longgar.
Tetapi saat itu dasternya kelewat tipis hingga terlihat membayang lekuk-liku tubuhnya yang aduhai.

Ternyata ia juga tidak memakai kutang dan celana dalam..
sampai-sampai kulihat tonjolan putingnya pada sepasang buah dadanya yang hampir sama besar dengan punya Bu Rum.

Ah.. bisa jadi ibu bukannya tidur. Tetapi lagi asyik mengocok-ngocok memeknya dengan kontol karetnya sambil nonton adegan seorang ibu yang tengah ngentot sama anak lelakinya.

Hanya karena terlalu kecapaian.. aku langsung masuk kamar dan tidur.. (. ) ( .)
------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd