Cerita 45 – Pengalaman Mengejutkan
Di rumah.. saya tinggal dengan kedua orangtua dan dua orang adik perempuan.. kedua orangtua saya bekerja dan kedua adik saya masih duduk di bangku sekolah.. sedangkan saya kuliah di salahsatu universitas terkenal di Jakarta.
Nama saya Agus –bukan nama asli..– Kami tinggal di sebuah kompleks perumahan yang tidak begitu elit di Bogor.
Rumah kami saling berdekatan dengan tetangga sebelah dan kami cukup mengenal satu sama lain..
sehingga terkadang kami saling membantu, mereka datang ke rumah atau sebaliknya.
Kejadiannya lima tahun yang lalu.. Suatu ketika tetangga saya pindah rumah.
Tepatnya berselang dua rumah dengan rumah saya.
Dalam beberapa hari rumah itu.. kosong dan yang tersisa hanya sebuah lampu bohlam yang terus menyala di teras rumahnya.
Saya tau karena rumah itu selalu saya lalui kalau pulang ke rumah.
Persisnya satu minggu setelahnya.. Rabu siang hari.. di sebelah rumah agak sedikit berisik.
Saya kebetulan sedang tidak kuliah penasaran apa yang terjadi di sana. Ternyata ada yang mengisi rumah itu.
Saat itu saya hanya menonton mereka yang sedang memindahkan barang-barang ke dalam rumah.
Setelah saya tanya ternyata rumah itu dibeli oleh seorang wanita yang rencananya rumah tersebut akan di tempati oleh saudaranya.
Sore hari keesokan harinya ketika saya hendak pulang, seperti biasa saya melewati rumah itu.
Terlihat seorang wanita, umurnya berkisar 30 tahunan. Saya secara spontan menemuinya dan memperkenalkan diri saya.
Kurang lebih lima menit saya berbicara dengannya. Namanya Endang, walau lebih tua dari saya tetapi dia tidak mau dipanggil ‘Teteh’.
Tapi saya bersikeras untuk tetap memanggilnya dengan sebutan itu. Bentuk tubuhnya lumayan ‘Bahenol’.
Wajahnya manis dan murah senyum. Dan dari situ saya tahu bahwa dia hanya berdua dengan seorang pembantu rumah tangga.
Beberapa hari selanjutnya keluarga kami sudah cukup mengenal teh Endang.. begitu juga para tetangga yang lain.
Suatu hari saya sedang tidak kuliah jadi saya santai di rumah.. kebetulan saya di rumah sendiri.. teh Endang datang ke rumah ingin meminta pertolongan.
"Puunteen..” katanya dengan suaranya yang halus dan logat daerahnya yang kental.
"Eh.. teh Endang, ada apa ya..?” Sahutku.
"Lho Agus nggak kuliah..?” Tanyanya penasaran.
"Engga teh.. engga ada kuliah hari ini, ada apa teh..?” Tanyaku lagi.
"Agus bisa bantu Endang gak..?” Katanya dengan sedikit canggung.
"Kalo bisa saya bantu kenapa engga teh..!” Kataku untuk meyakinkan dia.
"Bener nih..? Di rumah banyak kursi yang masih berantakan.. jadi Endang minta tolong diatur biar ga berantakan.. soalnya ngehalalangan jalan..” katanya dengan memelas.
"Kan Agus gede badannya.. jadi Endang minta tolong ya.. enteng koq..” tambahnya sambil menepuk pundakku.
"Masa suka pitnes ga kuat sih..!?” Katanya sambil tersenyum manis padaku.
Melihat senyuman itu.. sebagai seorang laki-laki saya tertantang dan langsung saya jawab..
"Ya.." walau dalam hati dan saya yakin semua laki-laki apabila mengalaminya akan sama reaksinya denganku.
"Iya deh teh, saya bantu..” jawabku dengan sedikit kasihan melihat raut mukanya.
"Bener nih..?” Katanya untuk meyakinkan saya.
"Ya udah kalo ga mau mah teh..” kataku untuk memancing dia.
"Eh.. Agus ga marah kan, soalnya takut ganggu kamu, yuk..” katanya sambil mengajakku ke rumahnya.
Setelah sampai di rumahnya saya heran karena semua perabotan rumahnya telah tertata rapi. Saya merasa tertipu dan agak menyesal atas kejadian itu.
Tetapi saya melihat sebuah lukisan yang belum tergantung.
Lukisan itu lumayan besar dan saya perkirakan memang agak berat untuk diangkat oleh teh Endang.
"Aduh maap ya Gus, bukannya Endang bo’ong sama Agus.. cuma emang lukisannya mau digantung berat sekali.. jadi Endang bilang kursi.. bukannya lukisan.. ga pa pa kan Gus..?” Katanya sambil menjelaskan hal itu.
"Ooh.. ya ga pa pa sih teh.. cuma teteh bilang aja.. ga usah malu-malu.. kita kan tetangga harus saling tolong..” kataku sok selow.
Teh Endang menyerahkan beberapa buah paku.. palu dan tidak lupa lukisan yang berat itu. Lalu teh Endang masuk ke kamarnya.
Saya mulai bekerja dan tiba-tiba teh Endang keluar sambil berkata.. "Gus maap ya Endang tinggal dulu.. soalnya ada perlu sebentar. Kalo perlu apa-apa tinggal minta si Yuyun aja yah..” katanya. Dari situ saya baru tahu nama pembantunya.
"Nanti Endang kasi oleh-oleh deh buat Agus..” Tambahnya sambil tersenyum keluar rumah.
Lalu dia berteriak kepada pembantunya bahwa di rumah ada saya sedang memasang lukisan itu dan dia pun pergi sambil membawa mobil sedannya.
Setelah pembantu itu menutup pintu garasi rumah lalu ia masuk dan menemuiku.
"Agus maaf ya.. gak bisa saya temenin. Soalnya banyak yang musti dikerjain nih.. kalo perlu sesuatu panggil saya aja yah..” katanya.
"Eh.. iya Mbak, silakan..” kataku sambil memperhatikannya.
Dia berbalik lalu berjalan ke arah kamarnya di dekat ruang dapur.
Saya perhatikan memang umurnya agak sedikit lebih tua dari saya.. bentuk tubuhnya agak montok dan berisi.
Setelah beberapa lama selesai juga lukisan itu tergantung di dinding. Saya mulai merasa haus.
Saya panggil si Yuyun tetapi dia tidak menyahut. Lalu saya menuju dapur dan ternyata ada kulkas di sana.
Ketika selesai minum saya mendengar seperti bunyi percikan air.. eh ternyata memang dari kamar mandi. Si Yuyun memang sedang mandi.
Nahh.. nggak tahu dari mana datangnya.. saya mulai penasaran ingin mengintip si Yuyun.
Saya membayangkan tubuh Yuyun yang tadi masih memakai pakaian.. lalu saya membayangkan bagaimana tubuhnya apabila telanjang bulat.
Badan saya langsung memanas dan gemetar sambil berusaha mencari celah untuk mengintip.
Tetapi sayang sekali tidak ada satu celah pun.. kemudian saya berpikir untuk melihat Yuyun berganti pakaian.. di mana lagi selain di kamarnya.
Saya mencari kamarnya dekat dapur. Saya mendapatkan hanya satu kamar di situ dan saya berkesimpulan bahwa itu memang kamarnya.
Saya masuk kamar itu lalu saya mencari tempat yang bagus untuk bersembunyi. Akhirnya saya bersembunyi di bawah tempat tidurnya.
Beberapa menit kemudian Yuyun masuk kamar dan mengunci pintunya.
Pertama hanya terlihat kedua kakinya saja lalu tiba-tiba terlihat handuknya yang terbelit di badannya dilepasnya..
karena handuknya seperti berputar-putar mengelilingi badannya lalu bunyi seperti sebuah benda yang dilemparkan ke kasurnya.
Uff.. Saya yakin saat itu si Yuyun sudah dalam keadaan telanjang. Dengan nafas yang memburu saya berusaha mengintip dari bawah kasurnya.
Setelah berusaha saya melihat badannya yang membelakangi saya sedang memilih pakaian dalamnya.
Saya hanya melihat bagian pantatnya saja yang besar dan padat juga sedikit bagian payudaranya dari arah belakang.
Payudaranya memang besar.. sekitar 36B mungkin.. tetapi saya yakin lebih besar dari itu.
Lalu dia agak sedikit menungging dan dari belahan pantatnya terlihat bulu-bulu halus mengelilingi vaginanya yang hanya terlihat sebagian dari belakang.
Vagina itu terjepit oleh pantatnya.. sehingga hanya berbentuk garis hitam saja.. dan kebetulan bulu-bulu yang mengelilinginya tidak banyak.
Sratt.. dengan tiba-tiba dia jongkok.. Jreng..! Maka terbuka dan ternampaklah vagina Yuyun.
Saya yang daritadi memperhatikannya sudah tidak kuat lagi sepertinya saya ingin menyentuh dan memegang seluruh tubuh Yuyun.
Badannya yang sintal serasa memanggil saya untuk menyentuhnya.
Penis saya serasa ingin bergerak bebas. Penis saya sudah tegang daritadi.. tetapi terasa sakit karena terhalang celana dan tertahan oleh ubin.
Dalam hati saya ingin keluar dari tempat persembunyian lalu saya menyetubuhinya hingga saya puas. Apakah saya berani..?
Saya mencoba bertahan untuk tidak melakukannya tetapi apa boleh dikata keinginan saya untuk berbuat lebih besar.
Lalu saya keluar secepat mungkin lalu saya memeluk badan Yuyun dari belakang sambil mulutku menciumi lehernya..
Tangan kanan saya meremas payudaranya.. sementara tangan kiri saya mulai membelah vaginanya dengan dua jari.. lalu memasukkan jari tengah ke dalam lubang vaginanya.
Jelas saja Yuyun kaget.. namun sudah terlambat untuk menghindar dari perlakuan saya.
"Eh.. siapa.. eehh.. ja..ngan.. aahh.. oohh.. oohh..” rontanya sambil berusaha membalikkan badannya.
"Kamu seksi.. mmhh.. ssllrrpp.. mmhh.. jangan takut.. gue bikin lu puas Yun.. mmhh.. sslrrpp..” bisikku sambil terus mencumbunya dan menggerayangi seluruh tubuhnya.
"Ku..rang.. ajar.. ehh.. mmhhehh.. Ooohh.. aughh.. le..pas..in.. haahh.. aahh.. mmhh.. aahh..” katanya sambil terus mencoba membalikkan badannya.
Dari desahannya saya muai yakin bahwa Yuyun sebentar lagi akan menjadi santapan yang lezat untuk memenuhi nafsu birahi saya.
Terlihat dorongan Yuyun sudah mengendor dan yang terdengar hanya desahannya saja yang membuat saya makin bernafsu.
Setelah Yuyun lemas tak berdaya seluruh tangan saya lepaskan dari badannya lalu saya membopongnya ke tempat tidurnya.
Setelah badannya saya rebahkan di tempat tidur.. saya melihat Yuyun sudah pasrah.. terlihat airmata mengalir di pipinya.
Sepintas saya merasa kasihan.. tetapi saya sudah tidak dapat berpikir panjang lagi melihat badan yang sudah telanjang bulat.. pasrah ada di depan saya seolah siap untuk dinikmati.
Saya lalu membuka seluruh pakaian yang saya kenakan hingga telanjang sudah.
Perlahan mendekati badan Yuyun untuk selanjutnya menindih tubuh telanjangnya.
Mulai saya ciumi seluruh wajahnya. Kedua tangan saya memegang kedua tangannya.. sehingga penis saya dan vaginanya hanya bersentuhan tipis.. bergesekan.
Ternyata dari vaginanya sudah banyak cairan yang keluar.. yang menandakan dia sudah terangsang oleh perlakuan saya tadi.
Bibirnya saya cium dan langsung saya kulum hingga lidah saya secara leluasa masuk ke dalam mulutnya.
Tak lama berselang tidak disangka-sangka.. ternyata Yuyun membalas ciuman saya tadi.. sehingga kini kami bergelut dalam ciuman yang sangat bernafsu.
Lidah kami berdua seakan menyatu dan berusaha untuk mendapatkan apa yang kami cari.. KEPUASAN..!
Setelah kami berciuman.. kedua tangan saya langsung saya arahkan ke arah ketiaknya sambil sedikit mengelitiknya.
Bibir saya dengan liar menjalar ke payudaranya secara bergantian. "Oohh.. eehh.. mmhh.. Gus.. aahh.. aahh.. aahh..” desahnya.
"Gimana Yun enak kan..?” Tanyaku padanya.
"Ee..nn..aakk.. ahh.. mmhh.. Gus.. ja..ngan.. brenti.. aahh.. oohh.. aahh..!” Desahnya agak sedikit berteriak.
"Ehh.. Yun.. jangan teriak-teriak dong.. nanti banyak yang denger..” kataku sambil melihat sekeliling kamar.
"Abis.. ennakk.. sihh.. Oughh.. eennaakk.. enn.. eenn..nnaakk..” desahnya lagi tetapi sekarang sambil berbisik.
Setelah Yuyun berkata demikian badannya terasa terangkat dan pinggulnya mendorong-dorong badan saya.
"Eehh.. eehh.. mmhh.. Gus Yuyun mau pipis.. adduuhh.. aahh.. pipiss.. ppiiss.. mmhh.. pi..ppiiss.. hhhh..” desahnya lagi.
Setelah berkata demikian terasa sekali selangkangan Yuyun basah total.. seperti ada cairan yang lebih banyak keluar dari vaginanya.
Ternyata Yuyun orgasme yang kesekiankalinya. Saya tidak tahu apakah dia sudah orgasme sebelum ini.
Cairan itu menjalar keseluruh bagian selangkangannya lalu menjalar ke pahanya.. juga berkumpul di pantatnya.
Badannya bergetar dan terdiam sejenak.. sepertinya ingin merasakan kepuasan yang ada saat orgasme.
Sesudah itu ia tersenyum manja kepadaku.. "Gus.. kamu dah belum..?”
"Ya belum dong.. orang kontol gue aja belum ngerasain memekmu Yun..” kataku sambil memelintir puting payudaranya.
"Ahh.. ehhmm.. ya udah.. cepetan masukin Gus.. tapi cepet ya.. takut bu Endang dateng..” katanya sambil membuka kedua pahanya dan melebarkan vaginanya yang sudah basah.
Tanpa basa basi lagi saya langsung arahkan batang penis saya ke arah vagina Yuyun yang telah merekah.
Namun.. baru saja ujung penis saya menyentuh bibir dalam vaginanya.. terdengar bunyi klakson mobil.
Anjrittt..!! Ternyata Teh Endang pulang. Dengan tergesa kami bangkit lalu berpakaian dengan cepat.
Yuyun terlebih dahulu keluar kamar dan segera membukakan pintu garasi.
"Yun.. kamu jangan kasih tau Teh Endang ya kalo kita berdua ..” pesanku kepadanya.
"Tenang aja Gus.. Yuyun mulai suka koq. Abis Yuyun udah lama ga gituan..” katanya setelah memotong perkataanku tadi.
Saya keheranan setelah mendengar perkataan Yuyun bahwa ia ‘Sudah lama ga gituan’.
Sambil keluar kamar saya masih berpikir tentang perkataan itu.
Teh Endang masuk ke rumah dan menemuiku.
"Nah kan gampang Gus.. tuh lukisannya udah selesai. Makasih ya..” kata Teh Endang sambil tersenyum manis padaku.
"Nih buat kamu..” sambil menyerahkan sesuatu padaku.
"Wah jadi ngerepotin Teh Endang nih.. he.. he.. he.. makasih..” kataku.
Ternyata sepotong besar kue Black Forest. Dalam hati saya berkata.. Tau aja dia kesukaan gue.. Hehe..
"Endang tau.. kamu kan badannya gede.. jadi doyan makan dong..” katanya.
Setelah itu saya berpamitan pulang walau saya ditahan untuk tidak segera pulang oleh Teh Endang.
Dengan alasan sudah agak sore.. akhirnya saya diijinkan pulang.
"Kapan-kapan mainlah kemari Gus.. kita ngobrol trus ngegosip dulu..” katanya.
"Iya Teh.. saya suka koq main kemari..” jawabku sambil menatap Yuyun yang hanya tersenyum.
Pada saat saya melangkah keluar gerbang rumah.. Teh Endang memberikan senyum manisnya padaku..
tiba-tiba Yuyun berkata.. "Makasih ya Gus..”
Saya hanya tersenyum karena ucapan Yuyun tadi mengandung arti yang hanya dimengerti oleh kami berdua saja.
Saya meninggalkan rumah dengan sesuatu yang mengganjal.. yaitu kepuasan yang menggantung.. alias Ken-Tang..!!
Karena saya belum merasakan kepuasan yang seutuhnya dan hilang begitu saja di depan mata.. eh maksud saya di atas ranjang..
--------------------
Suatu hari.. saya lupa harinya, saya sedang tidak kuliah juga. Saya bermain ke rumah Teh Endang lagi.
"Permisi..” salamku. Sampai limakali tidak ada yang menyahut.
Dalam hati saya bilang apabila yang keenam kali tidak ada yang menyahut maka saya akan pulang saja.
"Permisi..!!” Kataku lagi dengan agak sedikit keras.
"Iya.. Iya.. tunggu sebentar..” terdengar suara Yuyun samar-samar.
Tak lama kemudian terdengar langkah Yuyun berlarian menuju pagar dan membukakan pintu.
"Tadi saya udah denger koq.. saya baru selesai mandi trus buru-buru deh..” katanya.
Memang terlihat rambutnya yang masih basah dan tercium wangi sabun mandi yang masih wangi.
"Maaf Yun, eh Teh Endang ada ga..?” Tanyaku sambil masuk ke dalam rumah.
"Tadi Bu Endang pergi, katanya mau ketemu temannya.. gitu..” jelasnya.
"Agus mau ketemu Teh Endang apa aku..?” Katanya lagi mengerling.
"Ngapain ketemu kamu Yun, rugi..” kataku sedikit bercanda.
"Ah.. kemaren aja cuma ditongengin sedikit aja udah kaya orang kemasukan setan.. gerayangin badan saya..” katanya.
"Iya sih.. tapi saya lagi ga mut ah.. mau ngobrol aja..” kataku.
Setelah berbicara panjang lebar dengan Yuyun, saya tahu banyak tentang dia.
Yuyun ternyata janda tanpa anak. Dia kawin muda karena dijodohkan oleh kedua orangtuanya.
Suaminya di desa kawin lagi dengan wanita lain. Mendengar itu saya jadi mengerti semua.
Ketika saya tanya tentang Teh Endang ternyata juga janda dan sudah menikah duakali.
Pada perkawinan pertama Teh Endang kawin dengan bule keturunan Australia..
tetapi ditinggal suaminya kembali ke negaranya dan tidak ada kabar.
Pada perkawinan kedua Teh Endang menikah di Bandung.. tetapi mereka bercerai atas kemauan Teh Endang..
karena mantan suaminya itu telah memiliki istri terlebih dahulu. Juga tanpa dikaruniai anak.
Pada perkawinan inilah Yuyun baru ikut Teh Endang di Bandung.
Selama Yuyun menjelaskan tentang hal tersebut.. saya baru sadar bahwa setelah saya perhatikan badannya ternyata terlihat samar-samar puting payudaranya yang hitam.
Bujubuneng..! Ternyata Yuyun tidak menggunakan BH.. karena tadi tergesa-gesa membukakan pintu untuk saya.
Saya jadi bertanya-tanya jangan-jangan Yuyun tidak Memakai celana dalam juga.
Lalu saya mencari cara untuk mengetahuinya. Saya akan membuat dia berdiri.
"Yun, ambilin minum dong.. air putih aja deh..” pintaku nyari alasan untuk dapat melihat lebih jelas.
"Oh Iya lupa.. tunggu ya..” katanya sambil bergerak menuju dapur.
Yuyun jalan membelakangi saya.. Jrengg..! Ternyata benar.. Yuyun tidak memakai celana dalam.
Karena dari belakang terlihat belahan pantatnya dengan pantat yang besar.
Saya langsung terangsang. Saya ikuti ke dapur. Pada waktu Yuyun membelakangi saya.. langsung saya peluk dia.
Saya langsung meremas kedua payudaranya dari belakang dan menciumi lehernya sambil menggesekkan penis saya yang sudah tegang masih terbungkus celana ke belahan pantat Yuyun.
Yuyun kaget tetapi dia membiarkan saya. Ia malah berpegangan pada meja dapur dan agak sedikit membungkuk.
Tangan Kiri saya langsung turun membuka bagian bawah dasternya dan menyusup di antara kedua pantatnya untuk mempermainkan vaginanya yang masih kering.
Hmm.. Wangi sabun dibadannya masih terasa dan membuat saya bertambah nafsu.
"Ahh.. mmhh.. Gus.. ka.. mu.. dah.. mau ya.. eehh.. eehhmm.. terus.. aahh.. terr.. rruuss.. eehhee.. mmhh..” desahnya.
Terasa vaginanya sudah mulai basah dan licin. Langsung jari tengah saya susupkan ke dalam lubang vaginyanya. Saya buat keluar masuk secara perlahan.
"Aahh.. ennaak.. mmhh.. ennakk.. Gus.. terus.. cepet.. cep.. pet.. aahh.. aahh..” desahnya.
Setelah itu badan Yuyun terasa menegang dan agak mendesis.
"Gus.. aahh.. pipis.. aahh.. pi.. pis.. iyaahh.. oohh..” desahnya sambil menjepit jariku dengan kedua belahan vaginanya dengan bantuan kedua pahanya. Yuyun orgasme yang pertamakali.
Setelah itu langsung saya balik badannya dan menaikan badannya ke atas meja dapur.
Saya hanya memelorotkan celana saya agar penis saya keluar dan ternyata sudah tegak dan keras.
Saya ambil kondom dari dompet dan langsung memakainya.
Setelah itu saya langsung mengarahkan penis saya ke belahan vaginanya yang telah basah.
Slebb.. Perlahan tapi pasti penis saya masuk seluruhnya ke dalam vaginanya.
Memang mudah.. karena vaginanya sudah licin dan Yuyun sudah tidak perawan lagi..
Akan tetapi tetap rasa nikmat jepitan memeknya mampu menjepit batang penis saya yang menyodoknya.. saya merem-melek dibuatnya.
Lalu saya diamkan penis saya di dalam vagina Yuyun yang tertancap dalam.
Tangan saya mengerayangi seluruh muka, payudara, putingnya sampai meremas-remas kedua pantatnya yang besar.
Yuyun hanya bisa meremas kedua pantat saya dan agak sedikit mencakar. Sakitnya sudah tidak saya hiraukan lagi.
"Oohh.. eenak.. ee.. nakk.. udah lama.. oohh.. ga.. main.. penismu.. nik.. mat Guss.. ss.. ss.. emmhh..” desahnya yang sudah kacau.
"Terus isep.. iss.. sseepp.. teteku.. gigit.. ce.. pet.. gi.. git.. aahh.. mmhhmm..” rintihnya lagi penuh nikmat.
Dengan mesra saya plintir puting payudaranya menggunakan bibir saya dan sekali-sekali saya gigit dengan agak sedikit gemas.
"Iya.. terus.. ss.. mmhhmm.. eehheehh.. Gus.. mo pipis lagi.. ga ku.. at.. aahh..” katanya sambil menegangkan badannya.
Penis saya seperti disiram oleh cairan hangat dan itu membuat saya tak kuasa untuk menggerakkan penis saya di dalam vagina Yuyun.
"Gus uudahh.. kocok vagina Yuyun.. Yuyun udah ga tahan mo dikocok sama kontol kamu.. mmhhmm..” desahnya.
Langsung dengan cepat saya gerakkan penis saya keluar masuk vagina Yuyun. Slebb.. clebb.. slepp.. clebb.. clebb.. clepp..
Sesekali saya tarik penis saya dan dengan cepat saya tancapkan lagi ke vaginanya.. Ughhh.. nikmatnya..
Ini saya lakukan secara mendadak yang membuat Yuyun berteriak kecil.
"Auwww.. mmhhmm.. auuwww.. ahh.. eehh.. gila.. kontolmu mentok Gus.. sakit.. sakit..
Aahh.. eenn.. akk.. bag.. nget.. sshh..” desahnya tiapkali saya buat gerakan itu.
"Gus.. mo.. pippiss.. ga.. tahhan.. stop.. stop.. mmhhmm.. aahh.. aahh..” katanya.
"Kita bareng ya Yun.. oohh.. tu.. wa.. ga.. aahh..” kataku.
Crott.. srrr.. crrott.. serr.. crrott.. serr.. crott.. seerr..
Cairan kami berdua seolah berebutan muncrat dengan derasnya di dalam vaginanya.
Kami berdua berpelukan erat saat itu.
Yuyun memeluk dan mencium saya dengan erat dan tangannya mencakar punggung saya.. kakinya yang membelit pinggang saya dengan keras.
Saya juga melakukan hal yang serupa dengannya sambil saya angkat badannya sedikit menggendong.
Uhhh.. Penis saya terasa diisap.. diemut dan dipijat oleh vaginanya dan serasa akan lepas ditelannya.
Kami berdua mengerang dalam ciuman. Liur kami berdua bercampur baur tak terkira. Lidah kami berdua serasa ingin membelit satu sama lain.
Kami berdua sudah tidak menghiraukan apakah teriakan kami berdua terdengar sampai ke luar ruangan.
Rasanya tak terkatakan walau ditulis berhelai-helai kertas. Hanya kami berdua saja yang bisa merasakannya.
Setelah beberapa lama, penis saya masih tertancap di dalam vaginanya.. kami berdua mulai melonggarkan pelukan itu..
Kami berdua saling bertatapan. Kami berdua tersenyum sambil diselingi dengan beberapa ciuman kecil.
"Gus kamu hebat, Yuyun sampe berapakali pengan pipis..” katanya di sela-sela ciuman kami.
"Kamu juga hebat, memek kamu tau aja kesenangan penis saya.." kataku balas memuji.
"Gus, yang terakhir tadi .. itu paling enak, bener..” katanya.
"Iya saya juga ngrasa gitu. Nih.. liat kontol saya masih di dalem memek Yuyun..” kataku sambil memperhatikan penis saya.
"Gus jangan dicabut ya.. masih nikmat..” katanya sambil tersenyum.
"Udah ah, takut kondomnya bocor kelamaan di dalem..” jawabku.
"Emangnya bisa bocor Gus..?” Kata Yuyun bertanya penasaran.
"Bisa kali, kalo bocor ntar kamu hamil loh.. mau kamu hamil..?” Tanyaku.
"Saya ga mau ah, tapi kalo bikinnya saya mau banget..” jawabnya sambil melirik padaku.
"Sama dong..” kataku sambil menciumnya.
Kami berdua berjalan menuju kamar mandi dalam keadaan bugil. Terlebih dahulu saya buang kondom itu di tempat sampah dapur.
Lalu kami berdua mandi bersama yang tentu saja diselingi dengan gerakan-gerakan nakal.
Setelah kami kaluar dari kamar mandi dan akan menuju kamar Yuyun..
Plass..! Kami berdua terkejut oleh keberadaan Teh Endang.. yang ternyata sedaritadi berdiri menyaksikan kami berdua dalam keadaan bugil.
"Apa yang kalian lakukan berdua..!?” Hardiknya sedikit membentak.
Kami berdua tidak menjawab sepatah katapun karena kami sudah tertangkap basah.
"Yuyun.. sana kamu ke kamar kamu..!” Perintahnya kepada Yuyun.
Yuyun berlari kecil sambil menutupi badannya langsung menuju kamarnya.
Teh Endang memandangku dengan pandangan sinis. Ia memandangi badan saya dari ujung rambut ke ujung kaki.
Memang badan saya atletis.. maklum.. saya rajin fitness.
Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Teh Endang langsung mengarahkan ciumannya ke arah bibir saya.
Tangannya meremas kedua pantat saya. Ciumannya sangat ganas dan liar.
Kaget juga saya mendapat perlakuan itu.. namun langsung sedikit senang. Ternyata saya tidak dimarahi seperti yang telah saya bayangkan sebelumnya. Maka secara spontan saya membalasnya dengan liar pula.
Pada waktu tangan saya hendak menyusup ke arah payudaranya dia menepis tangan saya.
"Gus masa cuma si Yuyun doang yang kebagian, Endang juga mau..” katanya sambil memegang penis saya yang daritadi sudah berdiri.
"Belum apa-apa udah mau pegang punyaku, kamu nakal Gus..” katanya sambil tersenyum padaku.
"Abis Teh Endang duluan sih.. tuh liat punya saya sampe bediri gini..” kataku.
"Gus ayo ke kamar Endang aja, malu kalo ada si Yuyun..” katanya sambil menggandeng tanganku menuju kamarnya.
Setelah sampai kamar Teh Endang, ia menyuruhku untuk melepaskan pakaiannya.
"Gus kamu bukain baju Endang ya, ga usah malu-malu, BH dengan celana dalamnya juga ya.. sampe Endang telanjang.. kaya kamu..” katanya sambil tertawa kecil padaku.
Saya langsung membukai pakaian Teh Endang. Pertama kemejanya.. roknya.. lalu terlihat BH berisi bungkah payudara yang menantang..
Plus celana dalam yang menutupi gundukan vaginanya.
Penis saya seperti ingin meledak ketika saya mencopot BH dan celana dalamnya.
Terlihatlah payudara yang seksi dan vaginanya yang mulus tanpa bulu.
Ternyata Teh Endang rajin mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya. Belahan vaginanya terlihat jelas membagi dua kedua pahanya.
Lalu dengan jalan yang dibuat-buat, Teh Endang melangkah ke kasurnya dan langsung berbaring sambil mengangkangkan kedua pahanya.
Wahh.. kini terlihat jelas vaginanya terbelah dan terlihat bibir bagian dalamnya tentu saja klitorisnya.
Secara tidak sengaja saya memperhatikan sekitar ruangan kamar itu..
Ternyata di meja riasnya terdapat beberapa penis mainan dari karet yang membuat saya tertegun sejenak.
"Gus kamu mau liatin kamar Endang aja atau mau sama Endang..?” Katanya yang membuat aku sadar sejenak.
"Masa' body Endang dianggurin sih..? Kamu ga mau sama ini..?” lanjutnya sambil menggosok-gosok vaginanya.
"Ayo Gus buat Endang puas.. masa' si Yuyun dikasih tapi Endang nggak..?” Rayunya kian vulgar.
"Cepet Gus..” katanya. Terlihat vaginannya sudah mulai basah karena gosokannya sendiri.
"Teh Endang, siap ya..” kataku sambil menindih badannya.
Kami berdua langsung berciuman dengan liar.. Tangan kami masing-masing mencari bagian dari badan kami yang kami anggap dapat memuaskan nafsu. Lidah kami beradu dan liur kami pun sudah menyatu.
Ternyata Teh Endang memiliki ciuman yang hebat. Saya tak kuasa dibuatnya. Ia mengambil alih setiap ciuman kami.
Saya hanya bisa menggunakan tangan saya untuk menyentuh dan meremas payudaranya.. sehingga terkadang ciumannya terhenti saat saya tangan saya bergelut dengan puting payudaranya.
"Ehhmm.. yaahh.. ssiipp.. truss.. Gus.. ayo.. ter.. rus.. remes.. yang.. kenceng.. dua.. duanya.. jugaa.. ehhmm.. oohh..” desahnya di sela ciumannya.
Ciumanku terus berlanjut ke leher dan telinganya. Setiap bibir saya menyentuh telinganya, badannya langsung bergelinjang.
Ternyata titik rangsangannya terbesar ada di sana.
"Gus jangan di kuping terus.. gelii.. gellii.. ehhmm.. ge.. llii.. eehheemm.. aahh..” desahnya.
Lalu saya berpindah menciumi payudaranya dan sedikit menggigit putingnya."Ahh.. iyyaahh.. ahh.. iyyaahh.. iyahh.. iyyaahh.. oohh.. iyyaahh..” desahnya dan lama-lama menjadi sebuah teriakan.
"Gus Endang mau pipis.. pii.. ppiiss.. eehh.. eehh.. eehheehh.. aa..” desahnya panjang.
Ternyata Teh Endang orgasme.. badannya naik ke atas lalu dibanting ke bawah dan ini dilakukannya berkali-kali sambil berteriak.
Badan saya terdorong ke atas berkali-kali. Lalu badannya menegang dengan teriakan panjang.. sesudah itu terdiam sejenak sambil merasakan orgasmenya. Tubuhnya memerah dan banyak keringat yang keluar.
"Gus udah.. ga usah diciumi lagi.. Cepet masukin punya kamu ke memek Endang.. cepet.. cepet..” katanya sambil memeluk badanku.
Tetapi saya langsung menuju vaginanya dan menjilat permukaan vaginanya yang telah basah akibat orgasmenya tadi.
"Gus kamu ngapain..? Ooohh.. jangan..! Eeehh.. eehh.. eehhmm..” desahnya karena perlakuanku itu.
"Ka.. mmu.. jahh..hat.. Endang.. dahh.. gak.. eehh.. kuat.. ka..mmuu.. nyiksa.. eehhmm..” rintihnya terbata-bata menerima servisku di memeknya.
"Ahh nikmat.. eenn.. nakk.. ehhmm.. eehhee.. trus.. jilat.. jilat.. jilat.. jiillaat.. memek Endang..” desahnya.
Lidah saya terus memburu vagina Teh Endang. Klitorisnya saya gigit, jilat, isap dan sekali-sekali saya jepit dengan bibir saya.
"Iyahh.. heehh.. hhee.. eehhmm.. hhmm.. isep.. kacangnya.. kacang.. Endang.. trus.. oohh.. aahh.. ss.. ss.. eehhmm..” desahnya sambil menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan.
"Aaahhhhh..!!” Teriaknya panjang.. melepas nikmat yang menderanya.
Teriakan itu mengagetkan saya.. ternyata ia orgasme lagi. Cairan di vaginanya banyak sekali dan membuat sekitar bibir dan mulutku basah. Slruupp.. Langsung saya jilat sampai habis cairan itu. Terasa asin tetapi lama-kelamaan rasanya hilang.
Cakaran Teh Endang menghujam punggung dan leher saya.
Dalam hati saya berkata bahwa hari ini saya mendapat banyak sekali cakaran dari dua orang wanita.
Teh Endang lalu menarik kepala saya dan kamipun berciuman dengan lebih liar.
Tiba-tiba Teh Endang membalikkan badan saya.. sehingga dia berada di atas saya.
Melihat penis saya yang berdiri tegak, Teh Endang langsung melebarkan pahanya.. sehingga vaginanya tepat berada di atas penis saya.
Slebb.. Langsung ia mendorong vaginanya ke arah penis saya.. Blessepp..! Perlahan batang penis saya sudah hilang ditelan vaginanya.
Saya lupa memakai kondom yang tersisa dua buah lagi. Tetapi saya meyakinkan diri bahwa saya dan dia bersih.
Teh Endang menggerak-gerakan pinggulnya naik-turun dan kanan kiri.
Erghhhh.. Terasa sangat nikmat dan tak terbayangkan rasa yang saya alami.. maupun dia.
"Gus.. gimana.. ennakk.. gak.. memek.. Endang..? Eeehhmm.. eehh..” tanyanya vulgar.
Saya hanya mengangguk dan berusaha menaikkan pinggul saya agar penis saya masuk lebih dalam lagi.
Setiap gerakan kami berdua selalu dibarengi dengan bunyi seperti tepukan.. Plok.. cplok.. clpok.. cplak.. cplak..!
Kejadian itu berlangsung lama hingga Teh Endang orgasme sebanyak duakali lagi. Duakali pula penis saya disiram oleh cairan hangat di dalam vaginanya.
Lalu selang beberapa lama Teh Endang akan orgasme lagi. "Gus Endang.. mau.. pipiss.. pi.. piss.. eehh..” erangnya memberi tau.
"Bareng ya, saya juga dah mau nih..” kataku.
"Keluarin.. di.. luar.. aja.. ya..? Eehhmm..” tanyaku masih tersisa kesadaran.
"Tetehhh.. saya keluar..” kataku.
Pada saat saya hendak menarik penis saya dari kekapan liang vaginanya.. Teh Endang menjatuhkan badannya dan memeluk dengan erat sambil mencium saya.. kedua tungkai kakinya rapat merangkul kedua kaki saya.
Maka tak sanggup lagi kutahan.. croott.. crroott.. crroott..!
Sperma saya muncrat di dalam vaginanya dengan batang tertancap sempurna.. tandas di liang memek teh Endang.
Seluruh batang penis saya berada di dalam vaginanya bendenyut-denyut.. menyemprotkan isinya tanpa sisa.
Cairan kami menyatu dan banyak sekali. Terasa hangat batang penis saya.
"Gus di dalem memek Endang ada yang anget-anget.. eehh.. ennak banget rasanya.." bisiknya setelah merasakan muncratnya sperma saya di dalam vaginanya.
Langsung saya terbangun dan menarik penis saya. Plopp..! Saya kaget karena keluarnya sperma si dalam vaginanya.
Saya takut apabila Teh Endang dalam masa subur dan akibatnya, HAMIL..!
Dalam otak saya terbayang apabila Teh Endang hamil maka saya harus bertanggungjawab atas hal itu.
"Gus kamu kenapa..? Kamu nyesel main sama Endang..?” Tanyanya melihat tingkahku yang gugup.
"Teh Endang maaf ya.. tadi saya keluarnya di dalem.. Kan bisa hamil..? Maaf saya khilaf.. tapi saya akan bertanggungjawab koq..” kataku menjelaskan dengan tidak pasti.
Teh Endang hanya tersenyum dan menatapku penuh keluguan. Melihat itu saya bertambah gugup dan malu.
"Koq Teh Endang cuma senyum doang..? Ada yang salah ya..?” Tanyaku keheranan.
"Kamu emang anak yang baek.. Tapi kamu gak usah kuatir.. Endang pake KB loh..” katanya menjelaskan.
"Kamu lucu yah kalo lagi gugup.. makanya Endang ketawain kamu.. Maap ya Gus..” tambahnya lagi meledek.
Ahhh .. lega rasanya mendengar itu. Pikiran saya seperti plong dan akan meledak.
Saya baringkan badan saya karena puas atas jawaban Teh Endang dan saya terus membodohi diri sendiri sekaligus menutupi rasa malu saya.
Teh Endang menindih badan saya dan mencium dada saya yang bidang.. lalu kami berdua berciuman mesra.
Setelah beberapa saat rehat.. kami mandi bersama dan di sana kami melakukannya lagi beberapakali.
Setelah itu kami berdua makan bersama.
Teh Endang menyuruh Yuyun memasakkan hidangan nasi goreng yang menurut Teh Endang masakan Yuyun sangat enak.
Selama makan Teh Endang bercerita bahwa dia dan teman-teman sebayanya adalah hypersex.
Yang lebih gila lagi, teman-temannya rela membayar seorang gigolo untuk memuaskan nafsu mereka.
Tetapi Teh Endang tidaklah demikian.
Teh Endang lebih berhati-hati dalam memilih teman kencannya dan tidak sembarangan dibandingkan mereka.
Dan kadang-kadang teman-temannya sering mengunjungi Teh Endang atau sebaliknya dan rencananya saya akan dikenalkan pada mereka.
Beberapa hari berjalan.. saya dan Teh Endang sering melakukan hubungan intim di rumahnya untuk memuaskan nafsu kami berdua.
Kadang bila Teh Endang belum pulang, saya menunggunya sambil mendapatkan servis memuaskan dari si Yuyun.
Bermacam gaya kami lakukan dan di manapun tempatnya, di kamar, garasi, ruang tamu, kamar mandi, dapur dan tempat yang kami anggap aman.. baik dengan Teh Endang maupun Yuyun. Ahh.. sebuah pengalaman yang sangat mengejutkan namun niikmat bagiku.. (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------