-------------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------------
Cerita 227 – Cuma Ingin Membantu..!?
Neng Ana
Ketika aku menikah dua tahun yang lalu, rasanya dunia ini hanya milikku seorang.
Betapa tidak.. aku mendapatkan seorang pria yang menjadi impian semua wanita di seluruh kampungku.
Aku menjadi istri seorang penjabat di kota kaya raya.
Bayangkan saja.. suamiku memiliki puluhan hektar tanah di kampungku.. sebelum Ruko-Ruko dikontrakkan.
Tidak hanya di tempat kampungku.. tetapi ada juga di daerah daerah lainnya.
Sudah terbayang di benakku setiap hari aku tinggal di rumah besar dan mewah..
–setidaknya untuk ukuran di kampungku..– Naik mobil bagus keluaran terbaru.
Pada awalnya hari-hariku sebagai istrinya memang membahagiakan dan membanggakan.
Teman-teman gadisku banyak yang iri dengan kehidupanku yang serba enak.
Meski aku sendiri tidak yakin dengan kebahagian yang kurasakan saat itu.
Hati kecilku sering dipenuhi oleh kekhawatiran yang sewaktu-waktu akan membuat hidupku jatuh merana.
Aku sebenarnya bukanlah satusatunya wanita pendamping suamiku. Ia sudah beristri dengan beberapa anak.
Mereka tinggal jauh di kota besar dan sama sekali tak pernah tau akan keberadaanku sebagai madunya.
Ketika menikah pun aku sudah tau akan statusnya ini.
Aku.. entah terpaksa atau memang mencintainya, memutuskan untuk menikah dengannya.
Demikian pula dengan orangtuaku. Mereka malah sangat mengharapkan aku menjadi istrinya.
Mungkin mereka mengharapkan kehidupan kami akan berubah.. derajat kami meningkat..
dan dipandang oleh semua orang kampung bila aku sudah menjadi istrinya.
Mungkin memang sudah nasibku untuk menjadi istri kedua.. lagipula hidupku cukup bahagia dengan statusku ini.
Semua itu kurasakan setahun yang lalu. Begitu menginjak tahun kedua.. barulah aku merasakan perubahan.
Suamiku yang dulunya lebih sering berada di sisiku.. kini mulai jarang muncul di rumah.
Pertama seminggu sekali ia mengunjungiku.. kemudian sebulan.. dan terakhir aku sudah tak menghitung lagi..
entah berapa bulan sekali dia datang kepadaku untuk melepas rindu.
Aku tak berani menghubunginya. Aku takut semua itu malah akan membuat hidupku lebih merana.
Aku tak bisa membayangkan kalau istri pertamanya tau keberadaanku.
Tentunya akan marah besar dan mengadukanku ke pihak berwajib. Biarlah aku tanggung semua derita ini.
Aku tak ingin orangtuaku terbawa sengsara oleh masalah kami. Mereka sudah hidup bahagia..
memiliki rumah yang lebih besar.. sawah dan ternak-ternak piaraan pemberian suamiku.
Hari-hari yang kulalui semakin tidak menggairahkan. Aku lantas berusaha untuk menyibukkan diri..
dengan berbagai kerjaan.. agar tak merasa bosan ditinggal suami dalam waktu lama.
Tetapi semua itu tidak membuat perasaanku tenang. Justru menjadi gelisah.. terutama di malam hari.
Aku selalu termenung sendiri di ranjang sampai larut malam.. menunggu kantuk yang tak kunjung datang.
Kurasakan sprei tempat tidurku begitu dingin.. tidak seperti di hari-hari awal pernikahan kami dulu.
Sprei tempat tidurku tak pernah rapi..
Selalu saja acak-acakan dan hangat.. bekas pergulatan tubuh kami yang selalu berkeringat.
Di saat-saat seperti inilah aku selalu merasakan kesedihan yang mendalam..
Gelisah mendambakan kehangatan seperti dulu.
Rindu akan cumbuan hangat suamiku yang sepertinya tak pernah padam.. meski usianya sudah mulai menua.
Kalau sudah terbayang semua itu.. aku menjadi semakin gelisah.
Gelisah oleh perasaanku yang menggebu-gebu. Bahkan akhir-akhir ini semakin membuat kepalaku pusing.
Membuatku uring-uringan. Marah oleh sesuatu yang aku sendiri tak mengerti.
Kegelisahan ini sering terbawa dalam impianku.
Di luar sadarku.. aku sering membayangkan cumbuan hangat suamiku.
Bagaimana panasnya kecupan bibir suamiku di sekujur tubuhku.
Aku menggelinjang setiapkali terkena sentuhan bibirnya..
Bergetar merasakan sentuhan lembut jemari tangannya di bagian tertentu tubuhku.
Aku tak mampu menahan diri. Akhirnya aku mencumbui diriku sendiri. Ya. Masturbasi jadi pilihanku.
Tanganku menggerayang ke seluruh tubuhku sambil membayangkan semua itu milik suamiku.
Pinggulku berputar liar.. mengimbangi gerakan jemari di sekitar pangkal pahaku.
Pantatku terangkat tinggi-tinggi.. menyambut desakan benda imajinasiku ke dalam diriku.
Aku melenguh dan merintih kenikmatan.. hingga akhirnya terkulai lemas di ranjang..
Kembali ke alam sadar.. bahwa semua itu merupakan kenikmatan semu.
Air mataku jatuh bercucuran.. meratapi nasibku yang tidak beruntung.
-------ooOoo-------
Pelarianku itu menjadi kebiasaan setiap menjelang tidur. Menjadi semacam keharusan. Aku ketagihan.
Sulit menghilangkan kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan bathinku.
Aku tak tau sampai kapan semua ini akan berakhir. Aku sudah bosan. Kecewa.. marah.. sedih.
Dan entah apa lagi yang ada dalam perasaanku saat ini. Semuanya bercampur aduk
Kepada siapa aku harus melampiaskan semua ini..? Suamiku..? Entah kapan ia datang lagi.
Kepada orangtua..? Apa yang bisa mereka perbuat..? Oohh.. aku hanya bisa menangisi penderitaan ini.
Aku memang gadis kampung yang tak tau keadaan.
Aku tak pernah sadar bahwa keadaanku sehari-hari menarik perhatian seseorang.
Aku baru tau kemudian.. bahwa ternyata Kang Hendi.. suami kakakku mengikuti perkembanganku sehari-hari.
Mereka memang tinggal di rumahku. Aku sengaja mengajak mereka tinggal bersama di rumahku.
Karena rumahku cukup besar untuk menampung mereka bersama anak tunggalnya yang masih Balita.
“Kenapa nggak pilih salahsatu kamar yang ada di rumah utama saja, teh..?” Tanyaku pada kakakku.
“Biar kamu bisa lebih nyaman dan ada sedikit privasi, saja. Nggak enak juga kalo bayiku sedang rewel..” alasannya.
Demikianlah. Kakakku akhirnya memilih tinggal di rumah kopel.. yang ‘menempel’ di samping rumah utama.
Tak apalah.. pikirku. Yang penting ada yang menemaniku.. daripada kesepian dan hidup seorang diri.
“Kasihan Neng Anna.. temenin aja. Biar rumah kalian yang di sana dikontrakan saja..” saran orangtuaku waktu itu.
Aku pun tak keberatan. Akhirnya mereka tinggal bersamaku.
Semuanya berjalan normal saja. Tak ada permasalahan di antara kami semua.
Sampai suatu malam.. ketika aku sedang melakukan hal rutin.. terperanjat setengah mati..
Saat kusadari ternyata aku tidak sedang bermimpi bercumbu dengan suamiku.
Sebelum sadar.. aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sekali.
Ohhhhh..!! Terasa lain dengan khayalanku selama ini.
Apalagi ketika puting payudaraku dijilat dan diisap-isap dengan penuh gairah.
Aku sampai mengerang saking nikmatnya. Rangsangan itu semakin bertambah hebat menguasai diriku.
Kecupan itu semakin menggila.. bergerak perlahan menelusuri perutku..
Terus ke bawah.. menuju lembah yang ditumbuhi semak-semak lebat di sekitar selangkanganku.
Ouwwhhhh..!! Aku hampir berteriak saking menikmatinya. Terasa sangat menggetarkan.
Ini merupakan sesuatu yang baru.. yang tak pernah dilakukan oleh suamiku.
Bahkan dalam mimpi pun aku tak pernah membayangkan sampai sejauh itu.
Di situlah aku baru tersadar. Terbangun dari mimpiku yang indah.
Kubuka mataku dan melirik ke bawah tubuhku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Mataku yang masih belum terbiasa dengan keadaan gelap dan keremangan ruangan kamar..
aku melihat sesuatu bergerak-gerak di bawah sana..
Ya.. di antara kedua belah pahaku yang telah terkangkang dan terbuka lebar.
“Aduh.. kenapa sih ini..!?” Gumamku masih setengah sadar.. sambil menjulurkan tanganku ke bawah sana.
Tanganku memegang sesuatu seperti rambut.
Kuraba-raba.. dan baru kutau bahwa itu adalah kepala seseorang. Ahhhh..!? Aku kaget.
Dengan refleks aku bangun dan merapat ke ujung ranjang sambil mencoba melihat apa terjadi.
Setelah mataku terbiasa dengan kegelapan.. atau lebih tepatnya keremangan..
Kulihat di sana ternyata seseorang tengah merayap ke atas ranjang.
Aku semakin kaget begitu kutau orang itu adalah Kang Hendi. Kakak iparku..!
Saking kagetnya.. aku berteriak sekuat tenaga. Tetapi aku tak mendengar suara teriakan itu.
Kerongkonganku serasa tersekat. Hanya mulutku saja yang terbuka, menganga lebar-lebar.
Kedua mataku melotot..
Aeakan tak percaya apa yang kulihat di hadapanku adalah Kang Hendi yang bertelanjang..
Dengan hanya mengenakan celana kolor..!!
Kang Hendi menghampiri sambil mengisyaratkan agar jangan berteriak.
Tubuhku semakin mepet ke ujung dinding. Takut.. marah dan lain sebagainya..
Bercampur aduk dalam hatiku melihat kehadirannya di kamarku.. dalam keadaan setengah telanjang seperti itu.
“K-kang..! Lagi apa..?” Hanya itu yang keluar dari mulutku..
Sementara tanganku sibuk membenahi pakaianku yang sudah tak karuan.
Aku baru sadar.. ternyata seluruh kancing baju tidurku semuanya terlepas..
Dan bagian bawahnya sudah terangkat sampai ke pinggang.
Untungnya saja celana dalamku masih terpakai rapi.. hanya dadaku saja yang telanjang.
Aku buru-buru menutupi ketelanjangan dadaku..
Karena kulihat mata Kang Hendi yang liar nampaknya tak pernah berkedip menatap ke arah sana.
Saking takutnya.. aku tak bisa ngomong apa-apa dan hanya melongo melihat Kang Hendi semakin mendekat.
Ia lalu duduk di bibir ranjang sambil meraih tanganku..
Kemudian membisikkan kata-kata rayuan.. bahwa aku ini cantik namun kurang beruntung dalam perkawinannya.
Hufffhh..!! Dadaku serasa mau meledak mendengar ucapannya.
Apa hak dia untuk mengatakan semua itu..? Aku tak butuh dengan belas kasihannya.
Kalau saja aku tidak ingat akan istrinya.. yang merupakan kakakku sendiri.. sudah kutampar mulut lancangnya itu.
Apalagi ia sudah berani-berani masuk ke dalam kamarku malam-malam begini..!!
Teringat itu aku langsung bertanya, “Ke mana Teh Mirna..?” –Nama istrinya, alias kakakku..–
“Sssttt.. tenang. Ia lagi di rumah yang di sana..” kata Kang Hendi dengan tenang.. seolah tidak bersalah.
Kurang ajar..!! Rutukku dalam hati. Pantesan berani masuk ke kamar.
Tapi kok Teh Mirna nggak ngomong-ngomong sebelumnya.
“Kok dia nggak bilang bilang mau pulang..? Tanyaku heran.
“Tadinya mau ngomong. Tapi Kang Hendi bilang nggak usah.. kasihan Neng Anna sudah tidur..
Biar nanti Akang saja yang bilangin..” jelasnya.
Dasar laki-laki kurang ajar. Istrinya dibohongi.. biar dia bebas masuk kamarku. Aku semakin marah.
Pertama ia sudah kurang ajar masuk kamarku.
Kedua.. ia berani mengkhianati istrinya yang juga kakak kandungku sendiri..!
“Akang sadar saya ini adikmu juga. Akang mau ngapain ke mari..? Cuma.. ngh.. pake gituan aja..?”
Kataku seraya melirik Kang Hendi sekilas. Aku tak berani lama-lama.. karena takut melihat tatapannya.
“Neng..” panggilnya dengan suara parau. “Akang kasihan lihat Neng Anna.
Akhir-akhir ini kelihatannya semakin menderita saja..” ucapnya kemudian.
“Akang tau dari mana saya menderita..!?” Sergahku dengan mata mendelik.
“Eh.. jangan marah ya. Itu.. nggh.. Akang.. anu..” katanya dengan ragu-ragu.
“Ada apa kang..?” Tanyaku semakin penasaran.. sambil menatap wajahnya lekat-lekat.
“Anu.. eh, Akang lihat kamu selalu kesepian.
Lama ditinggal suami.. jadi Akang hanya ingin Bantu kamu..” katanya tanpa malu-malu.
“Maksud Akang..?”
“Ini.. Akang, maaf neng.. pernah lihat Neng Anna kalau lagi tidur suka ..” ungkapnya setengah-setengah.
“Jadi Akang suka ngintip saya..!?” Tukasku semakin sewot.
Kulihat ia mengangguk lemah untuk kemudian menatapku dengan penuh gairah.
“Akang ingin menolong kamu..” bisiknya hampir tak terdengar.
Blaarr..!! Kepalaku serasa dihantam petir mendengar pengakuan dan keberaniannya mengungkapkan isi hatinya.
Sungguh kurang ajar lelaki ini. Berbicara seperti itu tanpa merasa bersalah.
Dadaku serasa sesak oleh amarah yang tak tersalurkan. Aku terdiam seribu bahasa.
Badanku serasa lemas tak bertenaga menghadapi kenyataan ini.
Aku malu sekali.. pelampiasanku selama ini diketahui orang lain.
Aku tak tau sampai sejauh mana Kang Hendi melihat rahasia di tubuhku.
Aku tak ingin membayangkannya.
Kang Hendi tidak menyerah begitu saja melihat kemarahanku.
Kebingunganku telah membuat diriku kurang waspada.
Aku tak tau sejak kapan Kang Hendi merapatkan tubuhnya kepadaku. Aku terjebak di ujung ranjang.
Sekarang tak ada jalan bagiku untuk melarikan diri.
Semuanya tertutup oleh tubuhnya yang jauh lebih besar dariku.
Aku menyembunyikan kepalaku ketika ia merangkul tubuhku.
Ehmmm..!! Tercium aroma khas lelaki tersebar dari tubuh Kang Hendi.
Aku rasakan otot-otot tubuhnya yang keras menempel di tubuhku.
Kedua tangannya yang kekar melingkar.. sehingga tubuhku yang jauh lebih mungil tertutup sudah olehnya.
Aku berontak sambil mendorong dadanya. Kang Hendi malah mempererat pelukannya.
Aku terengah-engah dibuatnya. Tenagaku sama sekali tak berarti dibanding kekuatannya.
Nampaknya usaha sia-sia belaka melawan tenaga lelaki yang sudah kesurupan ini.
“Kang inget.. saya kan adik Akang juga. Lepasin saya kang.
Saya janji nggak akan bilang sama teteh atau siapa aja..” Pintaku memelas saking putus asanya.
Hibaanku sama sekali tak dihiraukan. Kang Hendi memang sudah kerasukan.
Wajahku diciumi dengan penuh nafsu.. bahkan tangannya sudah mulai menarik-narik pakaian tidurku.
Aku berusaha menghindar dari ciuman itu sambil menahan pakaianku agr tak terbuka.
Kami berkutat saling bertahan. Kudorong tubuh Kang Hendi sekuat tenaga..
sambil terus-terusan mengingatkan dia agar menghentikan perbuatannya.
Lelaki yang sudah kerasukan ini mana bisa dicegah.. justru sebaliknya ia semakin garang.
Pakaian tidurku yang terbuat dari kain tipis tak mampu menahan kekuatan tenaganya.
Hanya dengan sekali sentakan.. brett..!! Terdengar bunyi pakaian dirobek. Aku terpekik kaget.
Pakaianku robek hingga ke pinggang dan memperlihatkan dadaku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi.
Kulihat mata Kang Hendi melotot menyaksikan buah dadaku yang montok dan kenyal..
Kini terpapar menggelantung indah dan menggairahkan di depan matanya.
Kedua tanganku dengan cepat menutupi ketelanjanganku dari tatapan liar mata lelaki itu.
Upayaku itu membuat Kang Hendi semakin beringas.
Ia seperti marah dan menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di ranjang.
Tubuhnya yang besar dan kekar itu langsung menindihku.
Nafasku sampai tersengal menahan beban di atas tubuhku.
“Kang jangan..!” Cegahku ketika ia membuka tanganku dari atas dadaku.
Kedua tanganku dicekal dan dihimpit masing-masing di sisi kepalaku.
Dadaku jadi terbuka lebar mempertontonkan keindahan buah dadaku yang menjulang tegar ke atas.
Kepalaku meronta-ronta begitu kurasakan wajahnya mendekat ke atas dadaku. Kupejamkan mataku.
Aku tak ingin menyaksikan bagian tubuhku yang tak pernah tersentuh orang lain kecuali suamiku itu..
dirambah dengan kasar oleh Kang Hendi. Aku tak rela ia menjamahnya.
Kucoba meronta di bawah himpitan tubuhnya. Sia-sia saja. Air mataku langsung menetes di pipi.
Aku tak sanggup menahan tangisku atas perbuatan tak senonoh ini.
Kulihat wajah Kang Hendi menyeringai senang melihatku tak meronta lagi.
Ia terus merayuku sambil berkata bahwa dirinya justru menolong diriku.
Ia, katanya, akan berusaha memberikan apa yang selama ini kudambakan.
“Kamu tenang aja dan nikmati. Akang janji akan pelan-pelan. Nggak kasar asal kamu jangan berontak..”
Katanya kemudian seperti merayu. Aku tak ingin mendengarkan umbaran bualan dan rayuannya.
Aku tak mau Kang Hendi mengucapkan kata-kata seperti itu, karena aku tak rela diperlakukan seperti ini.
Aku benar-benar tak berdaya di bawah kekuasaannya.
Aku hanya bisa terkulai pasrah dan terpaksa membiarkan Kang Hendi menciumi wajahku sesuka hati.
Bibirnya dengan leluasa mengulum bibirku, menjilati seluruh wajahku.
Aku hanya diam tak bergerak dengan mata terpejam.
Hatiku menjerit merasakan cumbuannya yang semakin liar..
Menggerayang ke leher dan teus turun ke atas dadaku.
Aku menahan nafas manakala bibirnya mulai menciumi kulit di seputar buah dadaku.
Lidahnya menari-nari dengan bebas menelusuri kemulusan kulit buah dadaku.
Kadang-kadang lidahnya menjentik sekali-sekali ke atas putingku.
Nggak rela.. nggak rela..!! Jeritku dalam hati. Kudengar nafasnya semakin menderu kencang.
Terdengar bunyi dan decak kecipakan mulutnya yang dengan rakus melumat seluruh payudaraku yang montok.
Seolah ingin merasakan setiap inci kekenyalannya.
Aku seakan terpana oleh cumbuannya. Hatiku bertanya-tanya. Apa yang sedang terjadi pada diriku.
Ke mana tenagaku..? Kenapa aku tidak berontak..?
Kenapa membiarkan Kang Hendi berbuat semaunya padaku..?
Aku mendengus frustrasi oleh perasaanku sendiri.
Aku benci pada diriku sendiri yang begitu mudah terpedaya oleh kelihaiannya bercumbu.
Terjadi konflik bathin dalam diriku.
Di satu sisi, aku tak ingin diriku menjadi sasaran empuk nafsu lelaki ini.
Aku adalah seorang wanita bersuami. Terpandang. Memiliki kehormatan.
Aku bukanlah wanita murahan yang dapat sesuka hati mencari kepuasan.
Tetapi di sisi lain, aku merasakan suatu desakan dalam diriku sendiri.
Suatu keinginan yang begitu kuat, meletup-letup tak terkendali. Kian lama kian kuat desakannya.
Tubuhku sampai berguncang hebat merasakan perang bathin ini.
Aku tak tau mana yang lebih kuat. Bukankah perasaan ini yang kuimpikan setiap malam..?
Tanpa sadar dari bibirku meluncur desisan dan rintihan lembut.
Meski sangat perlahan, Kang Hendi dapat mendengarnya dan merasakan perubahan yang terjadi dari tubuhku.
Ia tersenyum penuh kemenangan. Ia nampak begitu yakin bahwa aku akan menyerah kepadanya.
Bahkan kedua cekalan tangannya pada tanganku pun dilepaskan..
Kemudian dengan cepat berpindah ke atas buah dadaku untuk meremasnya.
Ia sangat yakin aku tak akan berontak meski tanganku sudah terbebas dari cekalannya.
Memang tak dapat dipungkiri keyakinan Kang Hendi ini.
Aku sendiri tidak memanfaatkan terbebasnya tanganku untuk mendorong tubuhnya dari atasku.
Aku malah menaruhnya di atas kepala Kang Hendi yang bergerak bebas di atas dadaku.
Tanganku malah meremas rambutnya, menekan kepalanya ke atas dadaku.
“Kang udah .. jangaann..!” Rintihku masih memintanya berhenti. Oh.. sungguh munafik sekali diriku..!
Mulutku terus-terusan mencegah.. namun kenyataannya aku malah mendorongnya untuk berbuat lebih jauh lagi.
Akal sehatku sudah hilang entah ke mana. Aku sudah tak ingat akan suamiku, kakakku, atau diriku sendiri.
Yang kuingat hanyalah rangsangan dahysat akibat jilatan dan kuluman bibir Kang Hendi di seputar putingku.
Tanganku menggerayang di atas punggungnya. Meraba-raba kekerasan otot-otot pejalnya.
Aku semakin terbang melayang.. membayangkan keperkasaannya.
Inikah jawaban atas semua mimpi-mimpiku selama ini..? Haruskah semua ini kulakukan..?
Meski dengan kakak iparku sendiri..? Apakah aku harus mengorbankan semuanya..?
Pengkhianatan pada suamiku..? Kakakku..? Hanya untuk memuaskan keinginanku seorang..?
Aakkhh.. tidak.. tidak..! Jeritku mengingat semua ini.
Namun apa mau dikata.. cumbuan Kang Hendi yang begitu lihai sepertinya tau persis keinginanku.
Kebutuhanku yang sudah cukup lama terkekang.
Letupan gairah wanita kesepian yang tak pernah terlampiaskan.
Peperangan dalam bathinku usai sudah.. dan aku lebih mengikuti naluri gairah birahiku.
“Akaangg..!” Jeritku lirih tak sadar memanggil namanya.. saat puting susuku disedot kuat-kuat.
Aku menggelinjang kegelian. Ohhhh..!!! Sungguh nikmat sekali isapan itu. Luar biasa.
Kurasakan selangkanganku mulai basah.. meradang.
Tubuhku menggeliat-geliat bagai ular kepanasan. Mengimbangi permainan lidah dan mulut Kang Hendi..
di buah dadaku yang terasa semakin menggelembung keras.
“Oohh Neng.. bagus sekali teteknya. Akang suka sekali.. mmpphh.. wuiihh.. montok banget..!!”
Komentar Kang Hendi.
Sebenarnya hatiku tak menerima ucapan-ucapan kotor yang keluar dari mulut Kang Hendi.
Sepertinya aku ini wanita murahan..
Yang biasa mengobral tubuhnya hanya demi kepuasan lelaki hidung belang.
Tetapi perasaan itu akhirnya tertutup oleh kemahirannya dalam mencumbu diriku.
Tubuhku sepertinya menyambut hangat setiap kecupan hangat bibirnya.
Badanku melengkung dan dadaku dibusungkan untuk mengejar kecupan bibirnya.
Nampaknya justru akulah yang menjadi agresif. Liar seperti kuda binal yang baru lepas kandang.
“Mmpphh.. Neng Anna.. kalau saja Akang dari dulu tau.
Tentunya Neng nggak perlu lagi gelisah tiap malam sendirian. Akang pasti mau nemenin semalamam..”
Celoteh Kang Hendi.. seakan tak tau betapa malunya diriku mendengar ucapan itu.
Aku sudah tak peduli lagi dengan celotehan tak senonohnya.
Aku sudah memutuskan untuk menikmati apa yang sedang kunikmati saat ini.
Kudorong kepala kang Hendi ke bawah menyusur perutku.
Aku ingin merasakan seperti saat aku bermimpi tadi.
Rupanya Kang Hendi mengerti keinginanku. Dengan nafsu menggebu-gebu, ia mulai bergerak.
Kedua tangannya menelusup ke bawah tubuhku, mencekal pinggangku.
Mengangkat pinggulku sedikit kemudian tangannya ditarik ke bawah meraih tepian celana dalamku..
kemudian memelorotkannya hingga terlepas dari kedua kakiku.
Aku mengikuti apa yang ia lakukan. Aku kini sudah terbebas. Pakaian tidurku entah sudah tercampak di mana.
Tubuhku sudah telanjang bulat, tanpa sehelai benang pun yang menghalangi.
Kulirik Kang Hendi terbelalak memandangi ketelanjanganku.
Ia seolah tak percaya dengan apa yang ada dihadapan matanya kini.
Gairahku seakan mau meletup melihat tatapan penuh pesona mata Kang Hendi.
Membuatku demikian tersanjung. Aku bangga dikarunia bentuk tubuh yang begitu indah.
Kedua dadaku membusung penuh, keras dan kenyal. Perutku ramping dan rata.
Pinggulku memiliki lekukan yang indah dan pantatku bulat penuh, menungging indah.
Kedua kakiku panjang dan ramping.
Mulai dari pahaku yang gempal dan bentuk betisku yang menggairahkan.
Mungkin kang Hendi tak pernah mengira akan keindahan tubuhku ini..
Karena memang sehari-hari aku selalu menggunakan pakaian yang tidak pernah menonjolkan lekukan tubuhku.
Aku bisa membayangkan bagaimana terkagum-kagumnya Kang Hendi melihatku dalam keadaan telanjang bulat.
“Neng.. kamu cantik sekali. Sempurna.. oohh indah sekali. Mmhh.. teteknya montok dan aakkhh.. lebat sekali..!”
Puji Kang Hendi tak henti-hentinya menatap selangkanganku yang dipenuhi bulu hitam lebat..
kontras dengan warna kulitku yang putih bersih.
Mataku melirik ke bawah melihat tonjolan keras di balik kolornya. Uugghh.. kurasakan dadaku berdegub.
Selangkanganku berdenyut.. dan semakin membasah oleh gairah.. membayangkan batang keras di balik kolornya.
Gede sekali dan panjang..! Lenguhku dalam hati sambil menahan rangsangan hebat.
“Kaanngg.. ngghh.. jangan ngeliatin aja. Khan malu..!?” Rengekku manja dengan gaya mulai bergenit-genit.
Seakan baru tersadar dari keterpesonaannya, Kang Hendi lalu mulai beraksi.
“Abisnya cantik sekali kamu sih, Neng..”
Pujinya kemudian seraya melepaskan kolornya hingga ia pun kini sama-sama telanjang.
Kulihat batang kontolnya yang keras itu meloncat keluar seperti ada pernya begitu lepas dari kungkungan kolornya.
Mengacung tegang dengan gagahnya. Aku terbelalak melihatnya. Benar saja.. besar dan panjang..!!
Kulihat otot-ototnya melingkar di sekujur batang itu.
Aku sudah tak sabar ingin merasakan kekerasannya dalam genggamanku.
Terus terang baru kali ini aku melihat kontol selain milik suamiku.
Dan apa yang dimiliki kang Hendi membuat punya suamiku seperti milik anak kecil saja.
Lagi-lagi aku membanding-bandingkan. Buru-buru pikiran itu kubuang.
Aku lebih suka menyambut kedatangan Kang Hendi menindih tubuhku lagi.
Kini aku langsung menyambut hangat ciumannya sambil merangkulnya dengan erat.
Ciuman Kang Hendi benar-benar menghanyutkan. Aku dibuatnya bergairah.
Apalagi kurasakan gesekan kontol yang keras di atas perutku semakin membuat gairahku meledak-ledak.
Kang Hendi lalu kembali menciumi buah dadaku. Kali ini kusodorkan dengan sepenuh hati.
Kurasakan isapan dan remasannya dengan penuh kenikmatan. Tanganku mulai berani lebih nakal.
Menggerayang ke sekujur tubuhnya, bergerak perlahan namun pasti ke arah batangnya.
Hatiku berdesir kencang merasakan batang nan keras itu dalam genggamanku.
Kutelusuri mulai dari ujung sampai pangkalnya.
Jemariku menarinari lincah menelusuri urat-urat yang melingkar di sekujur batangnya.
Clokk.. clokk.. clokkk.. clokk..!! Kukocok perlahan dari atas ke bawah dan sebaliknya. "Errgghh.."
Terdengar Kang Hendi melenguh perlahan. Kuingin ia merasakan kenikmatan yang kuberikan.
Ujung jariku menggelitik moncongnya yang sudah licin oleh cairannya.
Lagi-lagi Kang Hendi melenguh. Kali ini lebih keras. "Argghhh..!!"
Tiba-tiba saja ia membalikkan tubuhnya. Kepalanya persis berada di atas selangkanganku..
sementara miliknya persis di atas wajahku.
Kulihat batangnya bergelantungan, ujungnya menggesek-gesek mulutku.
Entah dari mana keberanianku muncul, mulutku langsung menangkap kontolnya. Kukulum pelan-pelan.
Sesungguhnya aku tak pernah melakukan hal ini kepada suamiku sebelumnya.
Aku tak mengerti kenapa aku bisa berubah menjadi binal..
tak ada bedanya dengan perempuan-perempuan nakal di jalanan.
Namun aku tak peduli. Aku ingin merasakan kebebasan yang sebenar-benarnya.
Kuingin semua naluriku melampiaskan fantasifantasi liar yang ada dalam diriku.
Kuingin menikmati semuanya.
Kang Hendi tak mau kalah. Lidahnya menjulur menelusuri garis memanjang bibir kemaluanku.
Aku terkejut seperti terkena listrik. Tubuhku bergetar. Kurasakan darahku berdesir kemanamana.
Lidah Kang Hendi bermain lincah. Menjilat, menusuk-nusuk, menerobos rongga rahimku.
Aku seperti melayang-layang di atas awan. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa selama hidupku.
Aku tak pernah merasakan dijilati seperti itu sebelumnya. Nikmatnya sungguh tak terkira.
Pinggulku tak bisa diam, mengikuti ke mana jilatan lidah Kang Hendi berada dan mengarah.
Tubuhku seperti dialiri listrik berkekuatan tinggi. Gemetar menahan desakan kuat dalam tubuhku.
Rasanya aku tak tahan menerima kenikmatan ini. Perutku mengejang.
Kakiku merapat, menjepit kepala Kang Hendi.
Seluruh otot-ototku menegang. Jantungku serasa berhenti.
Aku berkutat sekuat tenaga sampai akhirnya aku tak mampu lagi..
Kemudian langsung melepaskannya diiringi jeritan lirih dan panjang.
Tubuhku menghentak berkali-kali mengikuti semburan cairan hangat dari dalam liang memekku.
Aku terhempas di atas ranjang dengan tubuh lunglai tak bertenaga.
Puncak kenikmatan yang kucapai kali ini sungguh luar biasa dan dahsyat.
Aku merasa telah terbebas dari sesuatu yang sangat menyesakan dada selama ini.
“Oohh.. Kaanngg.. ngghh.. enak sekali..!” Rintihku tak kuasa menahan diri.
Aku sendiri tak sadar dengan apa yang kuucapkan.
Sungguh memalukan sekali pengakuan atas kenikmatan yang kurasakan saat itu.
Aku tak ingin Kang Hendi menilai rendah diriku. Aku tak ingin ia tau aku sangat menikmati cumbuannya.
Kulihat Kang Hendi tersenyum di bawah sana. Ia merasa sudah mendapatkan kemenangan atas diriku.
Ia bangga dengan kehebatannya bercinta.. hingga mampu membuatku orgasme lebih dulu.
Aku tak bisa berbuat banyak.. karena harus kuakui bahwa diriku sangat membutuhkannya saat ini.
Membutuhkan apa yang sedang kugenggam dalam tanganku.
Benda yang tentunya akn memberikan kenikmatan yang lebih dari yang kudapatkan barusan.
Tanpa sadar jemariku meremas-remas kembali batang kontolnya.
Kukocok perlahan dan kumasukkan ke dalam mulutku. Kukulum dan kujilat-jilat.
Kurasakan Kang Hendi meregang, merintih kenikmatan. Aku tersenyum melihatnya seperti itu.
Aku ingin ia merasakan kenikmatan pula. Kenikmatan yang akan membuatnya memohon-mohon padaku.
Kulumanku semakin panas. Lidahku melata-lata liar di sekujur batangnya.
Aku bertekad untuk mengeluarkan air maninya secepat mungkin.
Terdengar suara selomotan mulutku. Kang Hendi merintih-rintih keenakan.
Rasain..!! Rutukku dalam hati.. dan mulai tak sabar ingin melihat air maninya menyembur keluar.
Di atas tubuhku.. Kang Hendi menggerakan pinggulnya seolah sedang bersenggama..
Hanya saja saat itu kontolnya menancap dalam mulutku. Kuisap.. kusedot kuat-kuat. Ia masih bertahan.
Aku kembali berusaha tetapi nampaknya ia belum memperlihatkan tanda-tanda. Aku sudah mulai kecapaian.
Mulutku terasa kaku. Sementara gairahku mulai bangkit kembali.
Liang memekku sudah mulai mengembang dan basah kembali..
Sedangkan kontol Kang Hendi masih tegang dan gagah perkasa. Bahkan terasa lebih keras.
“Udah Neng. Ganti posisi aja..”
kata Kang Hendi kemudian seraya membalikkan tubuhnya dalam posisi umumnya bersetubuh.
Kang Hendi memang piawai dalam bercinta. Ia tidak langsung menancapkan kontolnya ke dalam memekku..
Tetapi digesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluanku. Ia sepertinya sengaja melakukan itu.
Kadang-kadang ditekan seperti akan dimasukkan..
Tetapi kemudian digeserkan kembali ke ujung atas bibir kemaluanku.. menyentuh kelentitku.
Kepala kontolnya digosok-gosokkan. Aku menjerit lirih saking keenakan. Ngilu, enak dan entah apa lagi rasanya.
“Kaangg.. aduuhh.. udah kang..! Sshhhhh.. mmppffhh.. ayoo kang.. masukin aja.. nggak tahan..!”
Pintaku menjerit-jerit.. kini sudah tanpa malu-malu lagi.
Aku sudah tak memikirkan lagi kehormatan diriku. Rasa gengsi atau apapun.
Yang kuinginkan sekarang adalah:
Ia segera mengisi kekosongan liang memekku dengan kontolnya yang besar dan panjang.
Ohhh..!! Aku nyaris mencapai orgasme lagi.. hanya dengan membayangkan:
Betapa nikmatnya kontol sebesar itu mengisi penuh liang memekku yang rapat.
“Udah nggak tahan ya, Neng..?” Candanya.. sehingga membuatku blingsatan menahan nafsu.
Kurang ajar sekali Kang Hendi ini.
Ia tau aku sudah dalam kendalinya.. jadi bisa mempermainkan perasaanku semau-maunya.
Aku gemas sekali melihatnya menyeringai seperti itu.
Di luar dugaannya.. aku langsung menekan pantatnya dengan kedua tanganku sekuat tenaga.
Kang Hendi sama sekali tak menyangka hal ini. Ia tak sempat menahannya.
Maka tak ayal lagi.. blesskkk..!! Batang kontolnya seketika melesak ke dalam liang memekku.
Aku segera membuka kedua kakiku lebar-lebar.. memberi jalan seleluasa mungkin bagi batang kontolnya.
Ahhhh..! Aku berteriak kegirangan dalam hati. Akhirnya.. kontol Kang Hendi berhasil masuk seluruhnya.
Meski cukup menyesakkan dan membuat liang memekku terkuak lebar-lebar.. tetapi aku puas dan lega.
Karena keinginanku tercapai sudah. Kulihat wajah Kang Hendi terbelalak tak menyangka akan perbuatanku.
Ia melirik ke bawah melihat seluruh kontolnya terbenam dalam liangku.
Aku tersenyum menyaksikannya. Ia balas tersenyum.. “Kamu nakal ya..!?” Katanya kemudian.
“Awas.. entar Akang bikin kamu mati keenakan..!” Lanjutnya sambil mendesah nikmat.
“Mau doongg..!!” Jawabku dengan genit sambil memeluk tubuh kekarnya.
Clebb.. clebb.. clebb. Crebb.. crebb.. crebb..!! Kang Hendi mulai menggerakan pinggulnya.
Pantatnya kulihat naik turun dengan teratur. Kadang-kadang digeol-geolkan..
Sehingga ujung kontolnya menyentuh seluruh relung-relung memekku.
Aku turut mengimbanginya. Pinggulku berputar penuh irama.
Bergerak patah-patah, kemudian berputar lagi. Goyangan ini timbul begitu saja dalam benakku.
Mungkin terlalu sering nonton penyanyi dangdut bergoyang di panggung.
Tetapi efeknya sungguh luar biasa..!! Kang hendi tak henti-hentinya memuji goyanganku.
Ia bilang belum pernah merasakan goyangan sehebat ini. Aku tambah bergairah.
Pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedutedutkan otot vaginaku..
Sehingga Kang Hendi merasakan batang kontolnya seperti diemut-emut.
“Akkhh Neengg.. eennaakkhh.. hebaathh..!! Uuugghh..” erangnya berulang-ulang.
Kang Hendi mempercepat irama tusukannya.
Kurasakan batang kontol besar itu keluar masuk liang memekku dengan cepatnya.
Aku lantas mengimbangi dengan cepat pula. Kuingin Kang Hendi lebih cepat keluar.
Aku ingin membuatnya KO..! Kami saling berlomba, berusaha saling ‘mengalahkan’.
Kuakui permainan Kang Hendi memang luar biasa.
Mungkin kalau aku belum sempat orgasme tadi, tentunya aku sudah keluar duluan.
Aku tersenyum melihat Kang Hendi nampak berusaha keras untuk bertahan..
Padahal sudah kurasakan tubuhnya mulai mengejang-ngejang.
Aku berpikir ia akan segera tumpah. Pinggulku meliuk-liuk liar bak kuda binal.
Demikian pula Kang Hendi, pantatnya mengaduk-aduk cepat sekali.
Semakin bertambah cepat, sudah tidak beraturan seperti tadi.
Aku terperangah.. karena tiba-tiba saja terasa aliran kencang berdesir dalam tubuhku.
Akh.. nampaknya aku sendiri tidak tahan lagi. Memekku terasa merekah semakin lebar..
Kedua ujung puting susuku mengeras, mencuat berdiri tegak.
Crlopp..!! Mulut Kang Hendi langsung menangkapnya.. menyedotnya kuat-kuat.
Menjilatinya dengan penuh nafsu. Aku membusungkan dadaku sebisa mungkin..
Dan oohh.. rasanya aku tak kuat lagi bertahan. “Kang Hendi..! Cepet keluarin juga..!!”
Teriakku sambil menekan pantatnya kuat-kuat agar mendesak selangkanganku.
Beberapa detik kemudian.. srrrr.. srrrr.. srrr.. srrrr..!! Aku segera menyemburkan cairan nikmatku.
Crott.. crott.. crott.. crott..!!
Disusul kemudian oleh semprotan cairan hangat dan kental menyirami seluruh liang memekku.
Tubuh Kang Hendi bergetar keras. Ia peluk diriku erat-erat. Aku balas memeluknya.
Kami lalu bergulingan di ranjang merasakan kenikmatan puncak permainan cinta ini dengan penuh kepuasan.
Kami merasakannya bersama-sama.
Kami sudah tidak mempedulikan tubuh kami yang sudah basah oleh peluh keringat.. bantal berjatuhan ke lantai.
Sprei berantakan tak karuan, terlepas dari ikatannya.
Eranganku.. jeritan nikmatku saling bersahutan dengan geramannya. Kedua kakiku melingkar di seputar pinggangnya.
Aku masih merasakan kedutan-kedutan batang kontol Kang Hendi dalam memekku.
Ohhhh..!! Nikmat sekali permainan gairah cinta yang penuh dengan gelora nafsu birahi ini.
Aku termenung merasakan sisa-sisa akhir kenikmatan ini. Pikiranku menerawang jauh.
Apakah aku masih bisa merasakan kehangatan ini bersama Kang Hendi..?
Apakah hanya sampai di sini saja..? Mengingat perselingkuhan ini suatu saat akan terungkap juga.
Bagaimana akibatnya..? Bagaimana perasaan kakakku..? Orangtuaku, suamiku.. dan yang lainnya..?
Akh..! Aku tak mau memikirkannya saat ini. Aku tak ingin kenikmatan ini terganggu oleh hal-hal lain.
Kuingin merasakan semuanya malam ini bersama Kang Hendi.
Lelaki yang telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta.
Dialah orang yang telah membuat lembaran baru dalam garis kehidupan masa depanku.
-------ooOoo-------
Semenjak peristiwa di malam itu ..
Aku dan Kang Hendi selalu mencari kesempatan untuk melakukannya kembali.
Ia memang seorang lelaki yang benar-benar jantan. Begitu perkasa.
Aku harus akui ia memang sangat pandai memuaskan wanita kesepian seperti diriku.
Ia selalu hadir dalam dekapanku dengan gaya permainan yang berlainan.
Aku tidak penah bosan melakukannya.. seperti selalu ada yang baru.
Salahsatu diantaranya.. yang juga merupakan gaya favoritku: Ia berdiri sambil memangku tubuhku.
Kedua kakiku melingkar di pinggangnya.. tanganku bergelayut di lehernya agar tak terjatuh.
Selangkanganku terbuka lebar dan batang kontolnya menusuk dari bawah.
Aku bergelayutan seperti dalam ayunan mengimbangi tusukan kontolnya.
Kang Hendi melakukan semua itu sambil berjalan mengelilingi kamar dan baru berhenti di depan cermin.
Saat aku menoleh ke belakang aku bisa melihat bayangan pantatku bergoyang-goyang..
Sementara batang kontolnya terlihat keluar masuk memekku. Ahhhh..!!
Sungguh asyik sekali permainan dalam gaya ini.
Namun perselingkuhanku dengan Kang Hendi berlangsung tak begitu lama.
Aku sudah sangat ketakutan semua ini suatu saat terungkap.
Makanya aku memutuskan untuk pindah dari kampungku agar tidak bertemu lagi dengannya.
Terus terang saja.. setelah kejadian itu..
Justru kemudian akulah yang sering memintanya untuk datang ke kamarku malam-malam.
Aku tak pernah bisa menahan diri. Apalagi kalau sudah melihatnya bercanda mesra dengan kakakku.
Pernah suatukali aku penasaran untuk mengintip mereka bercinta di kamarnya.
Aku kebingungan sendiri.. sampai akhirnya lari ke kamar dan melakukannya sendiri..
Merangsang diriku sendiri hingga aku mencapai kenikmatan..
Karena menunggu Kang Hendi jelas tak mungkin sebab istrinya ada di rumah.
Keadaan ini jelas tak mungkin berlangsung terus menerus.
Selain akan terungkap.. aku pun rasanya akan menderita harus bertahan seperti ini.
Dengan berat hati akhirnya aku pindah ke kota. Kujual semua hartaku, termasuk rumah tinggal.
Sawah.. dan ternak-ternak milikku untuk modal nanti di kehidupanku yang baru.
Kecuali mobil.. karena kuanggap akan sangat berguna sebagai alat transportasi untuk menunjang kegiatanku nanti. TA(. )M( .)AT
-------------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------------