Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Korban Pelecehan Ayah

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 1.

Sudah beberapa kali aku membalikan tubuhku di atas kasur. Rasa gelisah dan cemas tidak kunjung hilang, membuatku tidak bisa terlelap. Telingaku siaga mendengar suara-suara yang mendekat.

Suara langkah kaki akhirnya terdengar mendekat, diikuti dengan bunyi pintu kamarku yang terbuka. Tubuhku mengejang kaku, meskipun sudah mengantisipasi momen ini bermenit-menit sebelumnya. Kupeluk bantal gulingku semakin erat, berharap mendapat perlindungan darinya. Namun percuma, langkah kaki itu terus mendekat sampai tepat di tepi tempat tidurku.

Tubuhku mengejang ketika merasakan sentuhan pada pahaku. Tangan itu bergerak naik turun, mengikuti lengkungan kaki ku yang didambakan banyak perempuan lain. Bulu kuduk ku meremang dan air mataku mulai menggenang. Aku merasakan tarikan pada celana panjangku. Aku memakai setelan piyama dengan celana dan tangan panjang, sehingga celanaku sangat mudah ditarik turun. Udara segar mulai kurasakan pada kakiku, dan bahan kain menggelitik telapak kakiku saat terlepas dari kakiku seutuhnya. Aku takut setengah mati, gemetar dan merasa tidak berdaya. Hal terbaik yang ku lakukan untuk melawan hanyalah berpura-pura tidur. Pilihan untuk kabur atau teriak tertutup oleh otak ku yang berkabut. Tidak butuh waktu lama sampai celana dalamku juga ditarik lepas. Tangan kasar itu meraih pahaku dan menariknya, sehingga aku dalam posisi terlentang dengan kaki yang mengangkang. Kurasakan orang itu menjauh dari kasur, lalu terdengar bunyi tombol lampu yang diikuti dengan cahaya yang menembus kelopak mataku.

Mataku sedikit terbuka, lalu terlihatlah wajah ayahku di antara kedua pahaku. Matanya tidak memandang balik mataku, melainkan tertuju pada selangkanganku yang terekspos. Seluruh tubuhku bergetar memerintahkan kaki ku untuk menutup, sehingga bagian paling pribadi dari tubuhku bisa terhalang dari pandangan. Namun percuma, kaki ku tidak mau menuruti perintah. Jarinya menyeruak vaginaku yang basah bahkan sebelum ayahku datang. Dimainkannya isi vagina ku dan klitoris ku, sambil sesekali memasukan jarinya ke dalam lubang vaginaku. Gesekan antara jarinya dengan cairan vaginaku menimbulkan bunyi becek yang terdengar jelas di kamarku yang sunyi.

Puas bermain dengan vaginaku, tangannya mulai beralih meremasi payudaraku yang tidak berbeha. Tubuhku merespons dengan tegaknya putingku, menembus kemeja piyamaku yang tipis. Dimainkannya putingku sebentar, sebelum tangannya membuka kancing-kancing piyama ku, sehingga nampaklah kedua bongkahan dadaku yang ukurannya terlalu besar untuk tubuhku yang ramping. Tangan kirinya menjamah, memainkan, memelintir, dan meremas dada dan putingku dengan teratur, sementara jari-jari tangan kanannya memainkan vaginaku. Aku hanya bisa menggigit bibir agar tidak ada desahan yang keluar dari mulutku. Tubuhku sudah terangsang berat dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ku atur nafasku dan sekuat tenaga aku berusaha untuk tidak orgasme, namun percuma. Kenikmatan ini tidak bisa dilawan, dan menjalar dari vagina dan putingku ke seluruh tubuh ku. Tubuhku berkelojotan hebat, diikuti dengan nafasku yang cepat dan berat. Ayahku pergi begitu saja, meninggalkan ku yang telanjang mengangkang, tidak berdaya karena baru orgasme. Aku merapihkan lagi pakaianku, mengelap air mataku yang membanjir, lalu terlelap dalam kesedihan.

------------------

"Pagi pah, mah," Ujarku sambil keluar dari kamarku. Aku sudah lengkap berpakaian dengan jilbab lebar, kemeja dan rok panjang.

"Pagi sayang, sini peluk mama" ujar Ibuku hangat sambil tangannya terulur ke arah ku.

"Iih mama, Sita kan bukan anak kecil lagi." protesku, namun tetap menjatuhkan tubuhku ke pelukan ibu ku.

"Kamu mah selalu jadi bayi buat mama," pelukan ibu terasa hangat dan menentramkan.

"Pa, Sita berangkat kuliah dulu ya," kata ku sambil mencium tangan ayahku.

"Kamu hati-hati ya, sudah subuh kan?" ujar Ayahku.

"Yaudah lah Pa hehe, iya Sita pergi dulu ya, assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam" jawab ayah dan ibu serempak.

Setiap pagi, keluarga kami terlihat harmonis seperti keluarga pada umumnya. Ibuku sama sekali tidak tahu apa yang dilakukan ayahku, sebuah perbuatan yang tentunya tidak pantas dilakukan kepada anak perempuannya.

Perbuatan semalam bukanlah kali pertama perbuatan bejat ayah kepadaku. Bahkan, sejak kecil aku sudah menjadi korban pelecehan ayahku secara terus menerus. Ayah ku memiliki jam kerja yang lebih fleksibel dibandingkan ibuku, sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bersama ku. Sejak bayi sampai SMP, aku selalu dimandikan oleh ayahku. Ayahku menggosok seluruh bagian tubuhku setiap hari, melihat setiap perkembangan pada tubuhku. Dari mulai tumbuhnya payudara, bulu kemaluan, tidak ada yang bisa ditutupi dari ayahku. Bahkan sampai aku mulai mengenakan jilbab mengikuti jejak Ibuku, ayahku tidak berhenti memandikanku.

Saat masuk SMA, aku bersikeras mandi sendiri. Ini adalah pertama kali aku melawan ayahku. Akhirnya ayahku mengijinkan aku mandi sendiri, dengan catatan setiap pulang sekolah aku harus langsung menanggalkan seragam sekolah dan dalamanku setelah masuk pintu rumah, dan tidak diijinkan memakai apapun lagi sampai ibu pulang. Sekitar 3 sampai 4 jam aku telanjang bulat di dalam rumah setiap harinya, namun setidaknya ayahku tidak lagi merabai tubuhku seperti ketika dia memandikan aku. Aku beraktifitas seperti biasa, mengerjakan PR, makan, membersihkan rumah, hanya saja dalam kondisi tanpa busana. Aku tidak diperbolehkan memakai baju meskipun ada tamu, sehingga bila tadinya aku berada di ruangan lain, aku harus menyelinap melewati ruang tamu menuju kamarku dan berusaha tidak terlihat. Bila aku harus memesan makanan via aplikasi online, aku diperbolehkan mengenakan jilbab dan menjulurkan kepala ku dari balik pintu rumah. Tentunya saat aku menerima barang, setengah tubuh bagian atasku dapat terlihat oleh mereka. Tanganku yang telanjang dan dadaku tercetak jelas dibalik selembar jilbab kadang mengundang pandangan nakal dari mata mereka.

Saat aku masuk kuliah, ayahku tidak lagi menyuruhku telanjang. Namun sebagai gantinya, setiap malam ayahku akan masuk ke kamarku seperti semalam dan memasturbasiku. Tidak pernah sehari pun aku dibiarkan tidak orgasme oleh ayahku. Pertama kali ayah melakukannya terhadapku, aku mengalami dua perasaan yang sangat kuat. Perasaan pertama adalah depresi karena dilecehkan ayahku sendiri. Aku menangis sepanjang hari, mengurung diri, dan tidak berdaya. Perasaan kedua adalah kenikmatan orgasme. Aku sejak kecil memang pernah dipegang-pegang oleh ayah, namun tubuhku belum bisa mengganggapnya sebagai rangsangan. Selama tiga tahun SMA ayahku tidak pernah menyentuhku, sementara reaksi biologis tubuhku terus berkembang membentukku menjadi seorang wanita dewasa yang siap untuk berkembang biak. Hormon-hormon itu meledak ketika dirangsang oleh ayahku, memberikanku orgasme yang sangat dahsyat. Aku seperti menemukan dunia baru yang tidak pernah kujelajahi sebelumnya. Hasilnya sudah bisa ditebak, aku melakukan masturbasi lagi sebanyak dua kali dengan tanganku sendiri, hanya berselang beberapa jam setelah ayahku melecehkan aku.

Lingkaran kelam ini kualami setiap hari. Dilecehkan - depresi - masturbasi. Dalam sehari, total bisa 3-4 kali aku mengalami orgasme. Satu dari ayahku dan yang lain dari tanganku sendiri. Pikiran-pikiran ini memenuhi kepala ku hari itu sehingga tidak sadar kelas terakhir kuliahku sudah selesai.

--------

Aku langsung masuk ke kamar ku sepulang kuliah. Kupandangi tubuhku di depan cermin besar yang ada di kamarku. Dengan jilbab lebar pun, dadaku masih terlihat menggunung di baliknya. Aku menelanjangi diriku kecuali jilbab. Ujung jilbabku kusampirkan di bahu agar dadaku bisa terlihat. Sungguh aku diberikan tubuh yang luar biasa indah. Kulitku putih bersih karena jarang terkena cahaya langsung. Dadaku tegak dan besar, dengan puting yang mengacung. Perutku rata dan kakiku berlekuk indah memanjang. Aku yakin tubuhku dapat menggoda siapa pun yang melihatnya.

Ironisnya, tubuh ini juga yang membuatku sengsara dan mengalami pelecehan dari ayah kandungku sendiri. Aku meremas dadaku dan kaki ku langsung lemas karena terangsang. Aku berlutut menungging sambil kedua tanganku memerah susuku seperti sapi. Ku lihat pantulan tubuhku di cermin, sungguh kontras antara kepalaku yang berjilbab dan tubuhku yang merangkak menungging di lantai . Aku merendahkan pantatku dan melakukan gerakan cebok berulang-ulang sampai tangannku licin berlendir. Aku akhirnya tidak kuat lagi menopang tubuhku dan rebah di lantai saat gelombang orgasme menerpaku.

Haruskah aku melaporkan ayahku dan minta pertolongan? Pikiran ini sudah berkali-kali melintas di kepalaku. Namun, ada beberapa hal yang membuatku mengurungkan niatku. Pertama, ayahku adalah ayah yang sangat baik. Dia menafkahi keluarga, mencintai ibu, ramah dengan tetangga, dan cukup terpandang di lingkungannya. Dia juga sangat sayang kepadaku dan membinaku dengan baik, memberikanku nasehat yang sangat bijak. Hanya ada satu waktu dimana ayahku menjadi orang yang sama sekali berbeda, yaitu ketika melecehkanku: memandikanku saat kecil, menelanjangiku saat SMA, dan membuatku orgasme di waktu sekarang. Tidak pernah sekalipun ayahku menyentuh bagian privasi tubuhku di luar waktu tersebut. Ayahku juga tidak pernah mengungkit atau menyinggung tentang pelecehan itu. Mudahnya, ayahku seperti dua orang yang berbeda dengan memori yang tidak saling menyilang.

Alasan kedua, ayahku terlihat aneh saat melecehkanku. Tidak pernah sekalipun ayah berbicara ataupun menunjukan tanda-tanda bahwa aku anaknya di waktu-waktu tersebut. Aku merasa seperti berhadapan dengan mesin yang tidak bisa dihentikan. Aku mulai berpikir apakah ayahku memiliki dua kepribadian? Aku ingin menanyakan hal ini dengan ayahku di waktu normal, namun nyaliku belum terkumpul sampai saat ini.

Suara ibuku membuatku terlonjak dari lantai. Cepat-cepat aku berpakaian bersiap keluar untuk menyambut ibuku. Saat itu mataku menangkap bayangan koper di sudut kamarku.

Aku menghela nafas.

Hampir saja lupa, besok aku akan pergi selama seminggu bersama teman-teman kuliahku. Menginap bersama dan tidur bersama. Tentu ini berarti aku akan terlepas dari ayahku, tetapi juga berarti aku tidak akan bisa masturbasi karena tidur beramai-ramai. Perasaanku bercampur aduk antara senang, sedih, cemas, dan kesepian. Kesepian? Mengapa aku merasa kesepian? Dengan bingung aku melangkah keluar dari kamar tidurku.

Bersambung
Mantulllllllllllll
 
mantap ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd