begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 591
- Like diterima
- 10.236
•••••
6. Lamunan Toni
TONI berbaring di sofa nonton televisi, tetapi pikirannya tidak konsen pada acara televisi yang ditontonnya. Toni membayangkan vagina kakaknya, Rena.
Tadi pagi Toni menemukan celana dalam Rena di kamar mandi. Toni mencium celana dalam Rena dan sensasi aroma vagina Rena yang menempel di celana dalam Rena membuat Toni mabok kepahyang dan darahnya menggelegak-gelegak meletup-letup seperti kawah lahar di puncak gunung merapi.
"Toniiii...iiii... sini bantu Mama jemurin pakaian..." panggil Ratna, Mama Toni.
Aduhhh... nih Mamah, mengganggu ajah deh... gumam Toni kesel. Kalo Toni tidak membantu mamanya, dia terancam tidak mendapat uang saku dari mamanya.
Toni malas-malasan bangun dari sofa, tetapi dia pergi juga membantu mamanya. Toni tertegun beberapa saat memandang Ratna yang masih membilas pakaian di dalam kamar mandi sebelum dia mengangkat ember yang diletakkan oleh Ratna di luar pintu kamar mandi.
Ratna hanya memakai sepotong handuk kecil menutupi tubuhnya yang sintal. Buah dada Ratna yang montok cuma putingnya saja yang tidak kelihatan oleh Toni, selebihnya bisa dilihat oleh Toni dengan bebas. Toni hampir saja menubruk Ratna kalau dia tidak mampu menguasai napsunya.
Toni hanya cukup menarik sedikit handuk Ratna, sudah membuat Ratna telanjang bulat di depan Toni. Toni sudah tidak bersemangat lagi menjemur pakaian, semangatnya sudah habis terkuras membayangkan tubuh Ratna.
Gila, aku bisa dibuat gila oleh kedua perempuan di rumah ini, batin Toni.
Selesai mandi, Ratna mengupas kentang. Tetangganya ada yang minta dibikinkan perkedel. "Mah, kok Mamah nggak mau operasi tetek?" tanya Toni sengaja mengganti kata "payudara" menjadi "tetek".
"Operasi tetek apa?" balas Ratna kaget.
"Itu...lo, yang kemarin Mamah cerita sama Tante Wahyu dan Tante Merry di depan rumah," jawab Toni memijit-mijit pundak mamanya.
"O... itu?" Ratna ingat. Kemarin mereka lagi omongin Ibu Lisye operasi memperbesar payudara. Payudara Ibu Lisye terlalu kecil, lalu diperbesar dan putingnya juga dipermak menjadi lebih menonjol, sehingga Ibu Lisye menjadi omongan para tetangganya yang kurang kerjaan.
"Tante Lisye teteknya kan kecil, jadi diperbesar, Ton. Kalo Mama, ngapain diopeasi? Tetek Mama sudah besar, lagi pula mau banyak duit buat operasi, ratusan juta..." lanjut Ratna.
Dari belakang, Toni nekat memajukan tangannya memegang payudara mamanya yang tidak dibungkus dengan BH. Jantung Toni berdebar-debar takut dibentak oleh mamanya.
Tetapi Ratna hanya berkata, "Ya... kan?"
Mama ternyata tidak memarahi aku memegang teteknya, ujar Toni senang dalam hati.
"O... iya, ya...?" balas Toni. "Boleh Toni lihat nggak, Mah?"
"Buat apa kamu lihat, kamu kan sudah nggak netek..."
Tapi Toni nekat mengangkat kaos yang dipakai mamanya. "Aduhh... aduhhh... aduhhh... Mama lagi sibuk, nih... ahh... kamu ini ada-ada aja deh..." kata Ratna terpaksa dia mengalah memberikan kaosnya dinaikkan oleh Toni.
Wuawww... seru Toni dengan mata terbuka terbelalak menyaksikan payudara mamanya yang montok menggelantung indah dengan puting yang besar berdiri mencuat. Toni seperti sedang bermimpi, tapi dia bisa merasakan bau harum tetek mamanya yang baru mandi.
Toni mengenyot pentil tetek mamanya. "Aduuhh... awww... Toniii... uugghh... pelan-pelan dong ngisepnya..." seru Ratna merasakan hisapan mulut Toni pada pentilnya seperti menyedot-nyedot rahimnya sehingga pada saat yang sama Ratna merasakan cairan vaginanya mengucur deras seperti dia sedang kencing.
Maklum sudah sekian lama payudara Ratna menganggur sejak suaminya bekerja membantu di peternakan ayam saudaranya dan pulang suaminya ke rumah tidak teratur. Suaminya pulang kadang dia lagi haid atau lagi tidak napsu... ya sudah, lewat begitu saja nggak main sex dengan suaminya.
Tiba-tiba penis Toni terlintas di pikiran Ratna. Ohh... nggak! Nggak..! Jangan...! Jangan... dia anakku... kata Ratna memberontak di dalam hatinya. Buru-buru dia mencabut puting payudaranya dari mulut Toni.
"Arrgghh... Toniii... geliii..."
"Lain kali boleh lagi ya, Mah...?" tanya Toni.
"Nggak boleh sering-sering, kamu sudah besar, nanti 'itu'mu berdiri," jawab Ratna.
"Memang sudah berdiri sejak tadi sih, Mah... nih..." Toni menunjukkan celana pendeknya pada Ratna.
Oo... glekk... Ratna menelan ludah memandang penis Toni yang berdiri tegang masih terkurung celana pendeknya. "Sudah, pergi sana... nanti pekerjaan Mama jadi gak selesai-selesai nih..." kata Ratna beralasan supaya gairahnya cepat mereda.
Tapi Ratna ditinggalkan oleh Toni malah Ratna merana kesepian sendirian dan gelisah. Gawat, kalau begini, batin Ratna. Ahh... gara-gara si Toni nih... ada-ada saja tuh anak, pakai ngisep tetek segala...
Ratna menikah pada usia yang masih cukup muda. Usia 20 tahun Ratna sudah menikah. Sedangkan suaminya berumur 30 tahun. Pada usia 22 tahun Ratna melahirkan anak yang pertama, Rena. Tiga tahun kemudian lahir Toni. Sekarang Toni sudah berumur 18 tahun, murid kelas XII SMA, sedangkan Rena berumur 21 tahun, mahasiswa fakultas hukum semester 5.
Akhirnya Ratna memanggil Toni, "Toniii... siniii..."
"Ada apa, Mah?" tanya Toni menghampiri Ratna.
"Pijitin Mama, dong..." suruh Ratna.
"Upahnya nenen ya, Mah..."
"Gampang..." jawab Ratna sambil mengupas kentang dengan pisau. Kentang yang belum dikupas kira-kira masih ada 6 atau 7 biji.
Toni memijit pundak Ratna. Toni bersemangat sekali karena sekarang dia mau netek sudah nggak usah takut lagi dengan mamanya, kapanpun bisa.
"Itumu masih berdiri, ya?" tanya Ratna tidak berapa lama pundaknya dipijit oleh Toni.
"Sudah nggak, Mah. Emangnya kenapa, Mah?"
"Kamu jangan nakal lo, ya?"
"Nakal apa sih, Mah? Pulang sekolah aku di rumah mulu..."
"Mama cuma kasih nasehat sama kamu. Mama tau kamu anak yang baik..." kata Ratna.
"Ya Mah, aku sayang sama Mamah, aku nggak bakalan nakal." jawab Toni.
"Sini Mama cium..." minta Ratna senang mendengar anaknya berkata begitu.
Bukan hanya Ratna, tetapi setiap ibu mendengar anaknya berkata begitu pasti senang. Ratna memberi kecupan pada pipi Toni.
Setelah itu Ratna memandang Toni. Ratna tersenyum. Ratna meninggalkan pisaunya di meja..., meninggalkan kentangnya yang sudah dikupas di baskom dan melupakan sejenak kesibukannya di dapur. Ratna menarik Toni ke kamar.
"Mamah mau ini," kata Ratna memegang celana Toni.
Toni tau apa yang dimaksud oleh Ratna "mau ini". Toni langsung melepaskan celana pendek dan kaosnya. Dengan telanjang Toni mencium bibir Ratna. Ratna membalas. Toni meremas selangkangan Ratna yang hangat dan sudah basah. Ratna merintih nikmat ketika memeknya ditusuk oleh kontol Toni yang keras.
Gelombang kenikmatan demi gelombang kenikmatan datang silih berganti menerjang tubuh Ratna ketika memeknya disodok kontol Toni. Sudah lama Ratna tidak bersetubuh membuat dia menjadi liar di tempat tidur bersama Toni, anaknya. Sebodoh amat, nggak ada yang tau ini, batin Ratna.
"Jangan ngomong ya? Nanti kamu cerita lagi sama teman-teman kamu," kata Ratna.
"Nggak, aku juga tau sih nggak boleh..." jawab Toni menaik-turunkan pantatnya menggenjot memek mamanya.
"Kalau sudah tau nggak boleh, kenapa kamu mau?"
"Ee... Mama sih..." jawab Toni. "Mmmhh... memek Mama enak..."
"Huss... jangan kuat-kuat ngomongnya!"
Toni merasa dirinya sangat beruntung. Dari hanya sekedar iseng, tapi sekarang dia bisa menikmati tubuh mamanya, tidak hanya dia bisa netek, tapi dia bisa ngentot dengan mamanya. Dia menusuk kontolnya dalam-dalam ke liang memek Ratna yang basah dan enak.
"Agghhh..." jerit Ratna tertahan. Sungguh nikmat ketika batang yang keras itu menusuk rahimnya, dan tergesek-gesek biji kelentitnya.
Ratna menggoyangkan pantatnya yang montok. Berputar, naik-turun sehingga membuat Toni melayang, kantong air maninya seperti diperas. "Ohh... Maahh..." jerit Toni.
"Enak?" tanya Ratna.
"Ya enak, hampir mau keluar..." jawab Toni dengan wajah meringis menahan nikmat yang teramat sangat luar biasa karena sebentar lagi air maninya akan nyemprot ke liang memek mamanya untuk pertama kalinya.
Ratna juga menunggu saatnya datang semburan air mani anaknya yang masih perjaka tulen. Toni menggenjot memek mamanya dengan lebih cepat dan bertubu-tubi. Plokk... plokk... plokkk...
"Oohhh.. ohhh... arrgghh..." teriak Toni menghisap pentil tetek mamanya kuat-kuat sembari ditekannya penisnya sedalam-dalamnya ke rongga memek Ratna. "Terimalah air maniku, istriku sayang. Ohhh... memekmu luar biasaaaaaa... Ratnaaaaaahhh.... croottt.. crroottt.. crattt... crettt... crootttt..."
Ratna menarik napas dalam-dalam menikmati semprotan lahar kental anaknya yang hangat menerobos dinding rahimnya bersatu dengan sel telurnya yang sudah menunggu dibuahi.
Ratna lupa dia sedang masa subur!
****o0o****
Malam itu menjadi malam yang paling indah bagi Ratna dan Toni. Di atas tempat tidur dia dan Toni berpelukan dengan telanjang bulat seperti pengantin baru. "Mau lagi ya sayang?" tanya Ratna.
"Hee.. hee.. mau dong, Mah... enak sih..." jawab Toni cepat.
"Nggak boleh sering-sering dong..."
"Kenapa nggak boleh sering-sering sih? Kan kita sudah suami istri?" jawab Toni.
"Kamu masih anak Mama, bukan suami-istri. Di dinding rumah kita nih banyak lubangnya. Kalau kedengaran orang gimana?" balas Ratna.
Toni meraba-raba memek Ratna. "Kalo gitu aku cium aja ya, Mah."
"Huhh... ilmu apa itu pakai cium segala? Apa kamu nggak jijik?" tanya Ratna.
Soalnya Ratna saja jijik melihat memeknya sendiri, belum lagi baunya. Hiiii...! Sudah 24 tahun menikah suaminya sendiri saja belum pernah mencium memeknya.
"Kenapa jijik? Kalau bukan punya Mamah, baru jijik..."
"Yaudah, coba kamu lihat saja..." suruh Ratna membuka lebar pahanya untuk Toni.
Toni membuka lebar dengan jarinya kedua lembar daging yang menutupi belahan memek mamanya. Jembut Ratna hanya sedikit, banyakan jembut Toni. Lalu Toni menjulurkan lidahnya menjilat belahan memek Ratna. Ratna tersentak seperti aliran listrik menyambar tubuhnya.
"Toni...! Astagaaaa... oughhhh..." Ratna menjerit tersendat.
Toni seperti mendapat mainan baru. Toni masa bodoh dengan jeritan Ratna. Dua jarinya masuk ke lubang memek Ratna mengorek rahim Ratna, sedangkan mulutnya menjilat-jilat kelentit Ratna. Ratna mana tahan?
Pantatnya menggelepar-gelepar naik-turun di tempat tidur. "Oohhh... aaahhh... ooogghh... aaahhh... aahhhh..." teriaknya membelah kesunyian malam.
Entah apa rasanya. Peredaran darah di sekujur tubuhnya seperti tidak teratur. Huuhhh...
"Sudah... Toniii...! Sudahhh... sudahh... sudahhh... Mama gak tahan..." teriak Ratna.
Jari Toni jadi basah kuyup dengan cairan memek Ratna yang berbau amis. Sewaktu Toni mencabut jarinya, lendir Ratna langsung menyembur dari lubang memeknya, cussss...
Ratna menghembuskan napasnya dengan kuat, huuhhh... gila, katanya. Tubuhnya rasanya benar-benar enteng.
"Kamu dapat ilmu begini dari mana, Ton? Ahh... kamu ini bikin tulang belulang di tubuh Mama jadi seperti mau rontok saja! Entah apalagi deh rasanya..." kata Ratna.
"Wah... Mamah ketinggalan zaman..." jawab Toni. "Itu belum seberapa..."
"Masih ada lagi?"
"Aku jilat lagi ya, Mah?"
"Terserah kamu, Mama manut aja..." jawab Ratna pasrah sepenuhnya pada Toni.
Lagi-lagi Toni menjilat memek mamanya. Kali ini Ratna bisa menguasai diri. Tapi Ratna kembali menjerit ketika lubang anusnya ditusuk oleh Toni. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali merasakannya saja. Namun yang dirasakan oleh Ratna yang enak justru bukan di anus yang dicolok-colok Toni, melainkan pada hisapan-hisapan mulut Toni di kelentitnya.
Seperti aliran listrik ribuan volt menyengat rahimnya sehingga membuat rahim Ratna kontraksi seperti menjelang mau melahirkan.
"Oohhh... oohhh... oohhh... agghhh..." rintih Ratna kembali tidak bisa menahan diri seperti tadi.
Tubuhnya kejang-kejang, nikmatnya luar biasa selangit. "Sheeiittt... aaa... aaa... aaaa..... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...." Ratna menjerit sekuat-kuatnya.
Tubuhnya kelonjotan di tempat tidur seperti mau menjelang ajal, jantungnya berdebar-debar kencang, napasnya memburu.
Toni menjebloskan kontolnya segera ke memek Ratna yang masih berdenyut-denyut orgasme. Dipompanya dengan cepat. Plokkk... pllokkk... plokkk... plokkk...
Tangan Ratna hanya bisa mencengkeram kain seprei sekuat-kuatnya ketika rahimnya disiram dengan air mani Toni. Tubuhnya mandi keringat. Lemes, lelah, capek tapi nikmat sampai ke ujung kakinya sampai lemes.
Hingga tengah malam mereka masih bertanding...
****o0o****
"Mumpung Toni belum bangun," kata Rena dalam hati selesai dia mandi masih memakai handuk dia menghidupkan kompor membuat mie instan, karena di lemari dapur tidak ada stock mie instans lagi, hanya satu-satunya.
Tiba-tiba dia dipeluk dari belakang. "Toniii...! Kurang ajar ya kamu...! Nanti aku teriak, ya?" teriak Rena.
"Jepit kontolku, setelah itu baru teriak." jawab Toni tidak takut.
"Nggak, kontolmu ngaceng, nanti muncrat ke memek aku, aku gak pakai apa-apa... lepaskan aku..."
"Nggak akan," jawab Toni mematikan kompor yang sedang menyala. "Mau lapor sama Mamah silahkan..."
Soalnya Toni punya senjata. Dua malam dia tidur dengan Ratna, entah berapa mililiter maninya sudah dia tanam di rahim Ratna sebagai investasi.
"Toniiii... nanti aku terlambat nih kuliah..." mohon Rena.
"Sebodoh...!" jawab Toni nekat sembari menyelipkan kontolnya di belahan pantat Rena.
"Oke, tapi janji ya kalau pejumu keluar jangan semprotkan di memek aku, ya." jawab Rena mengalah karena setelah dia pikir-pikir, kalau Toni mau perkosa dia, apa susahnya sih? Ujung kontol Toni tinggal 1 atau 2 sentimeter lagi sudah mencapai bibir memeknya. Tetapi Toni tidak melakukannya.
Dasar tol*l si Toni, dapat yang enak nggak mau, batin Rena.
Rena menjepit batang kontol Toni pas di selangkangannya. Toni pun memaju-mundurkan pantatnya sambil memeluk Rena dari belakang. Sekali dua kali Toni memaju-mundurkan kontolnya Rena masih bisa tahan.
Tapi detik berikutnya ketika Toni mengocok kontolnya lebih gecar, memaksa Rena membungkukkan tubuhnya sehingga pada saat yang sama Rena merasa memeknya disundul-sundul oleh kepala kontol Toni.
Tidak berapa lama kemudian, Rena pun menahan laju kontol adiknya itu di selangkangannya. "Masukin pelan-pelan, awas ya kalau sampai Mama tanya aku..."
Rena menekan kepala kontol Toni ke lubang memeknya. Sleeppp... sleeeppp... sleeppp... Toni memaju-mundurkan kontolnya di lubang memek Rena yang sempit. BLESSSS....
Toni yang belum pernah merasakan memek perawan tentu saja tidak tahu bagaimana rasanya. Saat itu dia hanya bisa membedakan memek Ratna dengan memek Rena. Memek Rena sempit menjepit kontolnya, sedangkan memek Ratna tidak, malah longgar dan becek sehingga membuat kontol Toni sering terpeleset.
Toni menarik lepas handuk Rena, dan dia juga melepaskan kaosnya sehingga kakak beradik itu telanjang bulat. Toni meremas-remas tetek Rena yang kecil. Rena merintih nikmat.
Akhirnya mereka pergi dari depan kompor, pindah ke kamar Rena. Rena berbaring di tempat tidur dengan pasrah merelakan teteknya diremas dan dihisap oleh adiknya, sedang jari Toni berjalan maju-mundur hilir-mudik di lubang sanggama kakaknya yang basah. Setelah beberapa saat, Toni lalu berpindah ke selangkangan Rena. Selangkangan Rena polos, nggak ada jembutnya. Toni tidak peduli.
Toni menjilat memek Rena. Khayalan Toni beberapa hari yang lalu terbayarkan sudah. Rena menggelinjang nikmat. "Aggg... aaggg... agghh... Toniii... agghh... agghhh... agghhh..." rintih Rena.
Lidah Toni bagaikan ular sanca meliuk masuk ke lubang memek Rena mematuk semua yang ada di sana. Rena menggepar-gelepar di tempat tidur sembari ngeremas teteknya sendiri. Dari sejak duduk di bangku SMA Rena sudah "rajin" masturbasi. Jadi dia tahu bagaimana nikmatnya ketika memeknya dioral oleh adiknya.
"Toniiii... aggghhh... agghhh... oooohhh... aa... akuhhh... sudd... suddahh... maa... maauuu... kluuu... uuarrrhh.... hhhhh..." jerit Rena dengan napas tersengal-sengal. "Aaarrrrhhgggggghhhhhh....." teriak Rena kemudian tidak mampu menguasai dirinya lebih lama lagi.
Pacarnya blo'on, sudah beberapa kali 'main sex' tapi tidak bisa membuat Rena klimaks. Hanya tubuhnya saja yang besar atletis, kalah dengan Toni yang bertubuh kecil tapi bikin ia orgasme.
Toni menusuk lubang memek Rena dengan kontolnya. Sleeppp... bluusss... argghhh... teriak Rena merasa lubang memeknya penuh dan hangat oleh kontol Toni yang sekeras batu granit.
Gila nih kontol... gumam Rena dalam hati, bisa bikin gue ketagihan nech...
Rena menggoyangkan pantatnya menemani cucukan kontol Toni pada lubang memeknya. Setiap cucukan kontol Toni, membuat Rena pengen orgasme lagi.
Demikian juga dengan Toni. Memek Rena luar biasa nikmatnya dibandingkan dengan memek Ratna yang bikin kontolnya terpeleset terus, sedangkan memek Rena bisa mencengkeram kontolnya seperti rem yang pakem.
Jadi ketika Toni menarik dan memajukan kontolnya keluar-masuk batang kontolnya yang tergesek dinding memek Rena menimbulkan rasa nikmat yang mendalam.
Rena pun sudah lupa dengan jadwal kuliahnya. Dia dan Toni berciuman mesra dengan kontol Toni yang masih maju-mundur di memeknya. Sebentar lagi air mani Toni mau keluar.
"Arrgghhh..." Toni menjerit sembari disodoknya lubang memek Rena dalam-dalam sampai Rena tersentak, "Hekkk..." keluar suara dari mulutnya sewaktu rahimnya tertekan kepala kontol Toni.
CROTTTT... SHERRRR.... CROOTTTT... CROTTTTT....
Terlambat....
"Tonii... masa sih ngucurin di dalam?" teriak Rena marah.
"Aku bertanggungjawab, takut amat sih..." jawab Toni enteng memungut pakaiannya pergi dari kamar Rena.
Rena sedikit tenang karena Toni tidak menanyakan keperawanannya. Rena bercinta dengan Toni lagi kalau dia tidak sibuk dengan kuliahnya. Mereka berjalan bersama pergi ke mall, makan di restoran Jepang, minum kopi di kedai kopi favorit dan cari tempat menginap di villa.
Toni memang menganggap Rena sebagai pacarnya, demikian pula dengan Rena. Sedangkan Ratna hanya bisa duduk terpaku di depan meja dokter kandungan yang dikunjunginya, sebab di rahimnya sudah tumbuh benih Toni selama 3 minggu. (2020)
6. Lamunan Toni
TONI berbaring di sofa nonton televisi, tetapi pikirannya tidak konsen pada acara televisi yang ditontonnya. Toni membayangkan vagina kakaknya, Rena.
Tadi pagi Toni menemukan celana dalam Rena di kamar mandi. Toni mencium celana dalam Rena dan sensasi aroma vagina Rena yang menempel di celana dalam Rena membuat Toni mabok kepahyang dan darahnya menggelegak-gelegak meletup-letup seperti kawah lahar di puncak gunung merapi.
"Toniiii...iiii... sini bantu Mama jemurin pakaian..." panggil Ratna, Mama Toni.
Aduhhh... nih Mamah, mengganggu ajah deh... gumam Toni kesel. Kalo Toni tidak membantu mamanya, dia terancam tidak mendapat uang saku dari mamanya.
Toni malas-malasan bangun dari sofa, tetapi dia pergi juga membantu mamanya. Toni tertegun beberapa saat memandang Ratna yang masih membilas pakaian di dalam kamar mandi sebelum dia mengangkat ember yang diletakkan oleh Ratna di luar pintu kamar mandi.
Ratna hanya memakai sepotong handuk kecil menutupi tubuhnya yang sintal. Buah dada Ratna yang montok cuma putingnya saja yang tidak kelihatan oleh Toni, selebihnya bisa dilihat oleh Toni dengan bebas. Toni hampir saja menubruk Ratna kalau dia tidak mampu menguasai napsunya.
Toni hanya cukup menarik sedikit handuk Ratna, sudah membuat Ratna telanjang bulat di depan Toni. Toni sudah tidak bersemangat lagi menjemur pakaian, semangatnya sudah habis terkuras membayangkan tubuh Ratna.
Gila, aku bisa dibuat gila oleh kedua perempuan di rumah ini, batin Toni.
Selesai mandi, Ratna mengupas kentang. Tetangganya ada yang minta dibikinkan perkedel. "Mah, kok Mamah nggak mau operasi tetek?" tanya Toni sengaja mengganti kata "payudara" menjadi "tetek".
"Operasi tetek apa?" balas Ratna kaget.
"Itu...lo, yang kemarin Mamah cerita sama Tante Wahyu dan Tante Merry di depan rumah," jawab Toni memijit-mijit pundak mamanya.
"O... itu?" Ratna ingat. Kemarin mereka lagi omongin Ibu Lisye operasi memperbesar payudara. Payudara Ibu Lisye terlalu kecil, lalu diperbesar dan putingnya juga dipermak menjadi lebih menonjol, sehingga Ibu Lisye menjadi omongan para tetangganya yang kurang kerjaan.
"Tante Lisye teteknya kan kecil, jadi diperbesar, Ton. Kalo Mama, ngapain diopeasi? Tetek Mama sudah besar, lagi pula mau banyak duit buat operasi, ratusan juta..." lanjut Ratna.
Dari belakang, Toni nekat memajukan tangannya memegang payudara mamanya yang tidak dibungkus dengan BH. Jantung Toni berdebar-debar takut dibentak oleh mamanya.
Tetapi Ratna hanya berkata, "Ya... kan?"
Mama ternyata tidak memarahi aku memegang teteknya, ujar Toni senang dalam hati.
"O... iya, ya...?" balas Toni. "Boleh Toni lihat nggak, Mah?"
"Buat apa kamu lihat, kamu kan sudah nggak netek..."
Tapi Toni nekat mengangkat kaos yang dipakai mamanya. "Aduhh... aduhhh... aduhhh... Mama lagi sibuk, nih... ahh... kamu ini ada-ada aja deh..." kata Ratna terpaksa dia mengalah memberikan kaosnya dinaikkan oleh Toni.
Wuawww... seru Toni dengan mata terbuka terbelalak menyaksikan payudara mamanya yang montok menggelantung indah dengan puting yang besar berdiri mencuat. Toni seperti sedang bermimpi, tapi dia bisa merasakan bau harum tetek mamanya yang baru mandi.
Toni mengenyot pentil tetek mamanya. "Aduuhh... awww... Toniii... uugghh... pelan-pelan dong ngisepnya..." seru Ratna merasakan hisapan mulut Toni pada pentilnya seperti menyedot-nyedot rahimnya sehingga pada saat yang sama Ratna merasakan cairan vaginanya mengucur deras seperti dia sedang kencing.
Maklum sudah sekian lama payudara Ratna menganggur sejak suaminya bekerja membantu di peternakan ayam saudaranya dan pulang suaminya ke rumah tidak teratur. Suaminya pulang kadang dia lagi haid atau lagi tidak napsu... ya sudah, lewat begitu saja nggak main sex dengan suaminya.
Tiba-tiba penis Toni terlintas di pikiran Ratna. Ohh... nggak! Nggak..! Jangan...! Jangan... dia anakku... kata Ratna memberontak di dalam hatinya. Buru-buru dia mencabut puting payudaranya dari mulut Toni.
"Arrgghh... Toniii... geliii..."
"Lain kali boleh lagi ya, Mah...?" tanya Toni.
"Nggak boleh sering-sering, kamu sudah besar, nanti 'itu'mu berdiri," jawab Ratna.
"Memang sudah berdiri sejak tadi sih, Mah... nih..." Toni menunjukkan celana pendeknya pada Ratna.
Oo... glekk... Ratna menelan ludah memandang penis Toni yang berdiri tegang masih terkurung celana pendeknya. "Sudah, pergi sana... nanti pekerjaan Mama jadi gak selesai-selesai nih..." kata Ratna beralasan supaya gairahnya cepat mereda.
Tapi Ratna ditinggalkan oleh Toni malah Ratna merana kesepian sendirian dan gelisah. Gawat, kalau begini, batin Ratna. Ahh... gara-gara si Toni nih... ada-ada saja tuh anak, pakai ngisep tetek segala...
Ratna menikah pada usia yang masih cukup muda. Usia 20 tahun Ratna sudah menikah. Sedangkan suaminya berumur 30 tahun. Pada usia 22 tahun Ratna melahirkan anak yang pertama, Rena. Tiga tahun kemudian lahir Toni. Sekarang Toni sudah berumur 18 tahun, murid kelas XII SMA, sedangkan Rena berumur 21 tahun, mahasiswa fakultas hukum semester 5.
Akhirnya Ratna memanggil Toni, "Toniii... siniii..."
"Ada apa, Mah?" tanya Toni menghampiri Ratna.
"Pijitin Mama, dong..." suruh Ratna.
"Upahnya nenen ya, Mah..."
"Gampang..." jawab Ratna sambil mengupas kentang dengan pisau. Kentang yang belum dikupas kira-kira masih ada 6 atau 7 biji.
Toni memijit pundak Ratna. Toni bersemangat sekali karena sekarang dia mau netek sudah nggak usah takut lagi dengan mamanya, kapanpun bisa.
"Itumu masih berdiri, ya?" tanya Ratna tidak berapa lama pundaknya dipijit oleh Toni.
"Sudah nggak, Mah. Emangnya kenapa, Mah?"
"Kamu jangan nakal lo, ya?"
"Nakal apa sih, Mah? Pulang sekolah aku di rumah mulu..."
"Mama cuma kasih nasehat sama kamu. Mama tau kamu anak yang baik..." kata Ratna.
"Ya Mah, aku sayang sama Mamah, aku nggak bakalan nakal." jawab Toni.
"Sini Mama cium..." minta Ratna senang mendengar anaknya berkata begitu.
Bukan hanya Ratna, tetapi setiap ibu mendengar anaknya berkata begitu pasti senang. Ratna memberi kecupan pada pipi Toni.
Setelah itu Ratna memandang Toni. Ratna tersenyum. Ratna meninggalkan pisaunya di meja..., meninggalkan kentangnya yang sudah dikupas di baskom dan melupakan sejenak kesibukannya di dapur. Ratna menarik Toni ke kamar.
"Mamah mau ini," kata Ratna memegang celana Toni.
Toni tau apa yang dimaksud oleh Ratna "mau ini". Toni langsung melepaskan celana pendek dan kaosnya. Dengan telanjang Toni mencium bibir Ratna. Ratna membalas. Toni meremas selangkangan Ratna yang hangat dan sudah basah. Ratna merintih nikmat ketika memeknya ditusuk oleh kontol Toni yang keras.
Gelombang kenikmatan demi gelombang kenikmatan datang silih berganti menerjang tubuh Ratna ketika memeknya disodok kontol Toni. Sudah lama Ratna tidak bersetubuh membuat dia menjadi liar di tempat tidur bersama Toni, anaknya. Sebodoh amat, nggak ada yang tau ini, batin Ratna.
"Jangan ngomong ya? Nanti kamu cerita lagi sama teman-teman kamu," kata Ratna.
"Nggak, aku juga tau sih nggak boleh..." jawab Toni menaik-turunkan pantatnya menggenjot memek mamanya.
"Kalau sudah tau nggak boleh, kenapa kamu mau?"
"Ee... Mama sih..." jawab Toni. "Mmmhh... memek Mama enak..."
"Huss... jangan kuat-kuat ngomongnya!"
Toni merasa dirinya sangat beruntung. Dari hanya sekedar iseng, tapi sekarang dia bisa menikmati tubuh mamanya, tidak hanya dia bisa netek, tapi dia bisa ngentot dengan mamanya. Dia menusuk kontolnya dalam-dalam ke liang memek Ratna yang basah dan enak.
"Agghhh..." jerit Ratna tertahan. Sungguh nikmat ketika batang yang keras itu menusuk rahimnya, dan tergesek-gesek biji kelentitnya.
Ratna menggoyangkan pantatnya yang montok. Berputar, naik-turun sehingga membuat Toni melayang, kantong air maninya seperti diperas. "Ohh... Maahh..." jerit Toni.
"Enak?" tanya Ratna.
"Ya enak, hampir mau keluar..." jawab Toni dengan wajah meringis menahan nikmat yang teramat sangat luar biasa karena sebentar lagi air maninya akan nyemprot ke liang memek mamanya untuk pertama kalinya.
Ratna juga menunggu saatnya datang semburan air mani anaknya yang masih perjaka tulen. Toni menggenjot memek mamanya dengan lebih cepat dan bertubu-tubi. Plokk... plokk... plokkk...
"Oohhh.. ohhh... arrgghh..." teriak Toni menghisap pentil tetek mamanya kuat-kuat sembari ditekannya penisnya sedalam-dalamnya ke rongga memek Ratna. "Terimalah air maniku, istriku sayang. Ohhh... memekmu luar biasaaaaaa... Ratnaaaaaahhh.... croottt.. crroottt.. crattt... crettt... crootttt..."
Ratna menarik napas dalam-dalam menikmati semprotan lahar kental anaknya yang hangat menerobos dinding rahimnya bersatu dengan sel telurnya yang sudah menunggu dibuahi.
Ratna lupa dia sedang masa subur!
****o0o****
Malam itu menjadi malam yang paling indah bagi Ratna dan Toni. Di atas tempat tidur dia dan Toni berpelukan dengan telanjang bulat seperti pengantin baru. "Mau lagi ya sayang?" tanya Ratna.
"Hee.. hee.. mau dong, Mah... enak sih..." jawab Toni cepat.
"Nggak boleh sering-sering dong..."
"Kenapa nggak boleh sering-sering sih? Kan kita sudah suami istri?" jawab Toni.
"Kamu masih anak Mama, bukan suami-istri. Di dinding rumah kita nih banyak lubangnya. Kalau kedengaran orang gimana?" balas Ratna.
Toni meraba-raba memek Ratna. "Kalo gitu aku cium aja ya, Mah."
"Huhh... ilmu apa itu pakai cium segala? Apa kamu nggak jijik?" tanya Ratna.
Soalnya Ratna saja jijik melihat memeknya sendiri, belum lagi baunya. Hiiii...! Sudah 24 tahun menikah suaminya sendiri saja belum pernah mencium memeknya.
"Kenapa jijik? Kalau bukan punya Mamah, baru jijik..."
"Yaudah, coba kamu lihat saja..." suruh Ratna membuka lebar pahanya untuk Toni.
Toni membuka lebar dengan jarinya kedua lembar daging yang menutupi belahan memek mamanya. Jembut Ratna hanya sedikit, banyakan jembut Toni. Lalu Toni menjulurkan lidahnya menjilat belahan memek Ratna. Ratna tersentak seperti aliran listrik menyambar tubuhnya.
"Toni...! Astagaaaa... oughhhh..." Ratna menjerit tersendat.
Toni seperti mendapat mainan baru. Toni masa bodoh dengan jeritan Ratna. Dua jarinya masuk ke lubang memek Ratna mengorek rahim Ratna, sedangkan mulutnya menjilat-jilat kelentit Ratna. Ratna mana tahan?
Pantatnya menggelepar-gelepar naik-turun di tempat tidur. "Oohhh... aaahhh... ooogghh... aaahhh... aahhhh..." teriaknya membelah kesunyian malam.
Entah apa rasanya. Peredaran darah di sekujur tubuhnya seperti tidak teratur. Huuhhh...
"Sudah... Toniii...! Sudahhh... sudahh... sudahhh... Mama gak tahan..." teriak Ratna.
Jari Toni jadi basah kuyup dengan cairan memek Ratna yang berbau amis. Sewaktu Toni mencabut jarinya, lendir Ratna langsung menyembur dari lubang memeknya, cussss...
Ratna menghembuskan napasnya dengan kuat, huuhhh... gila, katanya. Tubuhnya rasanya benar-benar enteng.
"Kamu dapat ilmu begini dari mana, Ton? Ahh... kamu ini bikin tulang belulang di tubuh Mama jadi seperti mau rontok saja! Entah apalagi deh rasanya..." kata Ratna.
"Wah... Mamah ketinggalan zaman..." jawab Toni. "Itu belum seberapa..."
"Masih ada lagi?"
"Aku jilat lagi ya, Mah?"
"Terserah kamu, Mama manut aja..." jawab Ratna pasrah sepenuhnya pada Toni.
Lagi-lagi Toni menjilat memek mamanya. Kali ini Ratna bisa menguasai diri. Tapi Ratna kembali menjerit ketika lubang anusnya ditusuk oleh Toni. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali merasakannya saja. Namun yang dirasakan oleh Ratna yang enak justru bukan di anus yang dicolok-colok Toni, melainkan pada hisapan-hisapan mulut Toni di kelentitnya.
Seperti aliran listrik ribuan volt menyengat rahimnya sehingga membuat rahim Ratna kontraksi seperti menjelang mau melahirkan.
"Oohhh... oohhh... oohhh... agghhh..." rintih Ratna kembali tidak bisa menahan diri seperti tadi.
Tubuhnya kejang-kejang, nikmatnya luar biasa selangit. "Sheeiittt... aaa... aaa... aaaa..... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...." Ratna menjerit sekuat-kuatnya.
Tubuhnya kelonjotan di tempat tidur seperti mau menjelang ajal, jantungnya berdebar-debar kencang, napasnya memburu.
Toni menjebloskan kontolnya segera ke memek Ratna yang masih berdenyut-denyut orgasme. Dipompanya dengan cepat. Plokkk... pllokkk... plokkk... plokkk...
Tangan Ratna hanya bisa mencengkeram kain seprei sekuat-kuatnya ketika rahimnya disiram dengan air mani Toni. Tubuhnya mandi keringat. Lemes, lelah, capek tapi nikmat sampai ke ujung kakinya sampai lemes.
Hingga tengah malam mereka masih bertanding...
****o0o****
"Mumpung Toni belum bangun," kata Rena dalam hati selesai dia mandi masih memakai handuk dia menghidupkan kompor membuat mie instan, karena di lemari dapur tidak ada stock mie instans lagi, hanya satu-satunya.
Tiba-tiba dia dipeluk dari belakang. "Toniii...! Kurang ajar ya kamu...! Nanti aku teriak, ya?" teriak Rena.
"Jepit kontolku, setelah itu baru teriak." jawab Toni tidak takut.
"Nggak, kontolmu ngaceng, nanti muncrat ke memek aku, aku gak pakai apa-apa... lepaskan aku..."
"Nggak akan," jawab Toni mematikan kompor yang sedang menyala. "Mau lapor sama Mamah silahkan..."
Soalnya Toni punya senjata. Dua malam dia tidur dengan Ratna, entah berapa mililiter maninya sudah dia tanam di rahim Ratna sebagai investasi.
"Toniiii... nanti aku terlambat nih kuliah..." mohon Rena.
"Sebodoh...!" jawab Toni nekat sembari menyelipkan kontolnya di belahan pantat Rena.
"Oke, tapi janji ya kalau pejumu keluar jangan semprotkan di memek aku, ya." jawab Rena mengalah karena setelah dia pikir-pikir, kalau Toni mau perkosa dia, apa susahnya sih? Ujung kontol Toni tinggal 1 atau 2 sentimeter lagi sudah mencapai bibir memeknya. Tetapi Toni tidak melakukannya.
Dasar tol*l si Toni, dapat yang enak nggak mau, batin Rena.
Rena menjepit batang kontol Toni pas di selangkangannya. Toni pun memaju-mundurkan pantatnya sambil memeluk Rena dari belakang. Sekali dua kali Toni memaju-mundurkan kontolnya Rena masih bisa tahan.
Tapi detik berikutnya ketika Toni mengocok kontolnya lebih gecar, memaksa Rena membungkukkan tubuhnya sehingga pada saat yang sama Rena merasa memeknya disundul-sundul oleh kepala kontol Toni.
Tidak berapa lama kemudian, Rena pun menahan laju kontol adiknya itu di selangkangannya. "Masukin pelan-pelan, awas ya kalau sampai Mama tanya aku..."
Rena menekan kepala kontol Toni ke lubang memeknya. Sleeppp... sleeeppp... sleeppp... Toni memaju-mundurkan kontolnya di lubang memek Rena yang sempit. BLESSSS....
Toni yang belum pernah merasakan memek perawan tentu saja tidak tahu bagaimana rasanya. Saat itu dia hanya bisa membedakan memek Ratna dengan memek Rena. Memek Rena sempit menjepit kontolnya, sedangkan memek Ratna tidak, malah longgar dan becek sehingga membuat kontol Toni sering terpeleset.
Toni menarik lepas handuk Rena, dan dia juga melepaskan kaosnya sehingga kakak beradik itu telanjang bulat. Toni meremas-remas tetek Rena yang kecil. Rena merintih nikmat.
Akhirnya mereka pergi dari depan kompor, pindah ke kamar Rena. Rena berbaring di tempat tidur dengan pasrah merelakan teteknya diremas dan dihisap oleh adiknya, sedang jari Toni berjalan maju-mundur hilir-mudik di lubang sanggama kakaknya yang basah. Setelah beberapa saat, Toni lalu berpindah ke selangkangan Rena. Selangkangan Rena polos, nggak ada jembutnya. Toni tidak peduli.
Toni menjilat memek Rena. Khayalan Toni beberapa hari yang lalu terbayarkan sudah. Rena menggelinjang nikmat. "Aggg... aaggg... agghh... Toniii... agghh... agghhh... agghhh..." rintih Rena.
Lidah Toni bagaikan ular sanca meliuk masuk ke lubang memek Rena mematuk semua yang ada di sana. Rena menggepar-gelepar di tempat tidur sembari ngeremas teteknya sendiri. Dari sejak duduk di bangku SMA Rena sudah "rajin" masturbasi. Jadi dia tahu bagaimana nikmatnya ketika memeknya dioral oleh adiknya.
"Toniiii... aggghhh... agghhh... oooohhh... aa... akuhhh... sudd... suddahh... maa... maauuu... kluuu... uuarrrhh.... hhhhh..." jerit Rena dengan napas tersengal-sengal. "Aaarrrrhhgggggghhhhhh....." teriak Rena kemudian tidak mampu menguasai dirinya lebih lama lagi.
Pacarnya blo'on, sudah beberapa kali 'main sex' tapi tidak bisa membuat Rena klimaks. Hanya tubuhnya saja yang besar atletis, kalah dengan Toni yang bertubuh kecil tapi bikin ia orgasme.
Toni menusuk lubang memek Rena dengan kontolnya. Sleeppp... bluusss... argghhh... teriak Rena merasa lubang memeknya penuh dan hangat oleh kontol Toni yang sekeras batu granit.
Gila nih kontol... gumam Rena dalam hati, bisa bikin gue ketagihan nech...
Rena menggoyangkan pantatnya menemani cucukan kontol Toni pada lubang memeknya. Setiap cucukan kontol Toni, membuat Rena pengen orgasme lagi.
Demikian juga dengan Toni. Memek Rena luar biasa nikmatnya dibandingkan dengan memek Ratna yang bikin kontolnya terpeleset terus, sedangkan memek Rena bisa mencengkeram kontolnya seperti rem yang pakem.
Jadi ketika Toni menarik dan memajukan kontolnya keluar-masuk batang kontolnya yang tergesek dinding memek Rena menimbulkan rasa nikmat yang mendalam.
Rena pun sudah lupa dengan jadwal kuliahnya. Dia dan Toni berciuman mesra dengan kontol Toni yang masih maju-mundur di memeknya. Sebentar lagi air mani Toni mau keluar.
"Arrgghhh..." Toni menjerit sembari disodoknya lubang memek Rena dalam-dalam sampai Rena tersentak, "Hekkk..." keluar suara dari mulutnya sewaktu rahimnya tertekan kepala kontol Toni.
CROTTTT... SHERRRR.... CROOTTTT... CROTTTTT....
Terlambat....
"Tonii... masa sih ngucurin di dalam?" teriak Rena marah.
"Aku bertanggungjawab, takut amat sih..." jawab Toni enteng memungut pakaiannya pergi dari kamar Rena.
Rena sedikit tenang karena Toni tidak menanyakan keperawanannya. Rena bercinta dengan Toni lagi kalau dia tidak sibuk dengan kuliahnya. Mereka berjalan bersama pergi ke mall, makan di restoran Jepang, minum kopi di kedai kopi favorit dan cari tempat menginap di villa.
Toni memang menganggap Rena sebagai pacarnya, demikian pula dengan Rena. Sedangkan Ratna hanya bisa duduk terpaku di depan meja dokter kandungan yang dikunjunginya, sebab di rahimnya sudah tumbuh benih Toni selama 3 minggu. (2020)