Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kumpulan cerita

nano123

Semprot Lover
Daftar
25 Jan 2016
Post
220
Like diterima
145
Bimabet
Maaf para suhu semua
Ane newbie buat thread ni .
Maaf kalau cp tetangga sebelah

Aku lahir dari keluarga yang sederhana, di sebuah desa yang masih dipenuhi persawahaan dan semak belukar. Aku anak pertama dari duabersaudara, selisih usiaku dengan adikku kurang lebih sekitar tiga tahun. Kami tak punya rumah sendiri, sehari-hari kami hanya tinggal di gubuk kecil milik tetangga. Tapi saat ayah pergi ke kota besar untuk mencoba merubah nasib sebagai pedagang nasi goreng, kami dititipkan di rumah nenek yang ada di kampung sebelah. Saat itu aku kelas tiga SD.
Sehari-hari, aku biasanya membantu kakek. Kakek mempunyai ladang yang meski tak begitu besar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Ladang itu sebagian dia jadikan tempat memelihara ikan, dan sebagian lagi ia jadikan tempat bercocok tanam segala macam jenis sayuran, mulai dari kol, sawi, bawang merah, kacang panjang, tomat, bahkan cabe. Kampung kami memang sangat sepi, saat itu belum ada listrik.Di pertengahan kelas lima SD, nenek meninggal. Hal itu sempat membuat keluarga kami shock, khususnya kakek, dia tak menyangka akan ditinggal oleh nenek secara mendadak. Kakek sempat murung dan berubah jadi pendiam selamabeberapa bulan. Aku sempat sedih juga karena kehilangan tempat main dan panutan kalau lagi ada masalah di sekolah. Ibu yang merasa iba pada kakek akhirnya berusaha menjodohkan kakek dengan seorang perempuan, sebut saja mbak Darsih, seorang wanita parobaya yang masih kelihatan cantik di usianya yang sudah lewat 30 tahun.Perkenalan ibu dengan mbak Darsih terjadi saat wanita itu ingin membeli ikan milik kakek untuk acara hajatan ultah putra sulungnya. Mengetahui kalau mbak Darsih adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya -sama dengan kakek yang ditinggal mati oleh nenek- ibu berusaha menjodohkan mereka. Dan di luar dugaan, mbak Darsih menerimanya, padahal selisih usia merekasekitar 30 tahun. Mungkin karena melihat kakek yang masih kelihatan gagah di usianya yang sudah lanjut, mbak Darsih jadi kesengsem. Kakek memang masih kelihatan berotot dan awet muda meski kulitnya agak sedikit gelap, itu akibat kebiasaannya bekerja keras di ladang setiap hari.Begitulah, sekitar tujuh bulan setelah ditinggal oleh nenek, kakek menikah lagi. Mbak Darsih yang dulunya tinggal di desa sebelah, setelah menikah dengan kakek, sepakat untuk tinggal bersama kami. Dia membawa serta dua orang anaknya yang masih kecil-kecil. Mbak Darsih ternyata orangnya baik, diapun secara ekonomi sangat mapan, jauh dibanding kakek, hingga tak jarang akhirnya sering membantu keuangan keluarga kami, khususnya ibuku yang memang tak tentu mendapat kiriman dari ayah. Mbak Darsih mempunyai beberapa rumah peninggalan almarhum suaminya yang dia kontrakkan.Sebagai rasa terima kasih, aku berusaha tidak menolak jika disuruh apapun olehnya, karena kadang mbak Darsih juga memberiku upah, meski kadang aku haruspergi melintasi kampung lain untuk berbelanja memenuhi permintaannya.Sifat lain dari mbak Darsih yang aku suka, dia bukan tipe orang yang malas. Tak jarang dia mencucikan pakaian milikku saat ibuku terlalu sibuk bekerja. Saat dia mencuci, aku sering kali membantunya menimba air, hal yang memang sudah rutin aku lakukan kalau mencuci bersama ibuku. Hal itu makin membuat mbak Darsih sayang kepadaku. Aku yang kadang suka diledek oleh teman-temanku -bahkan saudara-saudaraku- sebagai anakyang sedikit bodoh dan polos, tapi di matambak Darsih, aku adalah anak yang baik. Tapi ada satu kebiasaanku yang sering membuat ibuku marah; jika sudah tidur, aku akan sulit sekali dibangunkan. Apalagikalau baru saja terpejam, mungkin butuh satu ember air, baru aku bisa bangun.Sampai akhirnya, saat aku di akhir kelas enam SD, ayah meminta ibu untuk pindah mengikutinya. Kata ayah, usahanya sudah lumayan rame, daripada membayar orang untuk membantu, mending mengajak ibu saja. Alasan lainnya, karena ayah tak kuat kalau harus terus jauh dari ibu. Saat itu aku masih belum mengerti apa maksudnya. Ibu yang tampaknya juga merindukan ayah, akhirnya setuju.Rencana awalnya, aku dan adikku akan dibawa. Tapi kakek melarang, katanya: mending kami ditinggal dulu, karena ayah belum benar-benar mapan, sayang kalau buang-buang uang untuk biaya kami pindah sekolah. Saat itu, aku memang sudah mendaftar ke SMP di kotaku. Adikku saat itu masih kelas lima SD. Alasan kakek cukup masuk akal. Tapi adik perempuanku yang memang sangat dekatdengan ibu, tidak mau ditinggal, dia ngototuntuk ikut dengan ibu pergi ke kota menemani ayah. Akhirnya, setelah berembug cukup lama, kakek memutuskan; adikku boleh ikut ibu, sedangkan aku akan tetap di kampung bersama kakek. Aku sendiri tidak keberatan karena selama ini aku memang dekat dengan kakek. Jadilah aku berpisah dengan ibu dan adikku.Kepindahan ibu tidak membuatku merasa kehilangan karena kadang tiap bulan ibu pulang. Selain untuk menengokku, ibu juga memberi uang sekedarnya untuk kakek. Selama kepergian ibu, mbak Darsih lah yang ganti menjagaku. Dia sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Kalau dulu aku sering tidur di bale-bale, sekarang aku lebih leluasa tidur di kamar. Mbak Darsih memberiku kamar belakang yang dulu ditempati oleh ibu. Sedangkan kakek dan mbak Darsih tetap di kamar depan, bersama anak-anaknya yang masihkecil. Kamar di rumah kakek memang hanya dua, berhadap-hadapan, walau kamar kakek sedikit lebih besar.Akhirnya, aku lalui hari-hari bersama kakekdan mbak Darsih dengan penuh suka cita. Seringnya di rumah berdua membuatku dekat dengan mbak Darsih, dia pun jadi tahu dengan salah satu kebiasaan burukku.¡±Kenapa sih kamu kalau dibangunin susahsekali? Semalam mau mbak suruh pindah ke kamar karena udara dingin banget, takut kamu sakit.¡± kata mbak Darsih pada suatu hari, saat dia kesulitan membangunkanku.¡°Yah, dia mana bisa dibangunin! Ada bom meledak juga tetap ngorok,¡± sahut kakek sebelum aku sempat menjawab.Aku cuma tertawa menanggapinya.
Tak terasa, sudah satu tahun kami hidup bertiga. Kini aku sudah naik ke kelas 2 SMP. Saat itulah, untuk pertama kalinya aku mengalami mimpi basah, itu sebenarnya membuatku sangat heran dan bingung. Ingin bertanya,tapi tak tahu kepada siapa. Seiring denganitu, suaraku juga mulai berubah, membuat aku malas bermain dengan teman-teman lain. Ditambah bulu-bulu halus di bawah hidungku yang juga mulai tampak, aku makin menjadi bahan ledekan teman-temanku. Aku yang awalnya anak yang jarang suka bermain, sekarang jadi makin malas keluar. Paling hanya ke sawah tak jauh dari rumahku, itupun kalau pas musim layangan saja. Selebihnya, aku lebih suka melihat kakek berkebun atau memberi makan ikan.Biasanya, setelah adzan maghrib berkumandang, kampung kami menjadi sepi. Kegelapan terlihat dimana-mana, hanya lampu-lampu minyak yang menyala,atau kadang juga petromak yang menjadi penerang bagi warga kampung yang letak rumahnyapun tak begitu berdekatan. Hanya masjid yang biasanya ramai hinggasekitar jam tujuh malam. Setelah itu, desa kami benar-benar sepi dan kebanyakan penghuninya langsung terlelap dalam mimpi.Di pertengahan kelas dua, kulihat kakek suka mulai merasa kelelahan, mungkin karena usianya yang makin merambat senja. Aku memang kadang suka diminta kakek, atau bahkan mbak Darsih, untuk memijat mereka. Tapi di saat itu, hampir seminggu sekali kakek menyuruhku melakukannya. Aku pun kadang meminta pertolongan mbak Darsih, terutama jika aku ingin dikerok. Mbak Darsih memang kadang melakukan itu jika aku masuk angin.Pagi itu, kulihat kakek tidak ke ladang. ¡°Sakit lagi ya, mbak?¡± tanyaku.¡±Ah, biasa. Memang harus istirahat dulu. Seminggu lalu baru kuras kolam, eh kemarin malah tanam tomat.¡± katanya. Kulihat mbak Darsih menatapku penuh arti, saat itu aku sedang menimba air hanya dengan bercelana dalam saja. Aku tak merasa aneh karena aku sudah sering melakukan itu. Dan selama ini tidak pernah ada masalah.Hingga suatu hari, secara tak sengaja, handuk yang kupakai untuk melilit tubuhku jatuh saat aku sedang asyik menimba, padahal saat itu aku sedang tidak memakai celana dalam, hingga terlihatlah burung mudaku di depan mata mbak Darsih. Dia tertawa cekikikan saat melihatnya, ¡±Cepetan ditutup, nanti burungnya kabur lho!¡± dia berkata sambil melengos ke samping.
 
Aku yang tak merasa risih sama sekali, hanya bersikap biasa saja. ¡±Iya, mbak.¡± kuraih handukku dan kusampirkan lagi ke pinggangku. Kuteruskan lagi menimba air. Di pikiranku; karena saat SD dulu mbak Darsih sering memandikanku jika ibu lagi repot, tentunya dia sudah sering melihat tubuh telanjangku, jadi buat apa malu. Akutak pernah menyangka, kalau peristiwa sore itu ternyata begitu berkesan bagi mbak Darsih.Sampai kemudian, saat itu aku baru saja menyelesaikan ujian akhir kelas dua SMP, usiaku mungkin sekitar 14 tahun. Hari itu, kakek lagi pergi ke kota untuk membeli benih. Jam tujuh malam, saat mbak Darsihmasih asyik mendengarkan radio, aku sudah terlelap. Tidak seperti biasa, malam itu aku bermimpi. Mimpi yang sangat aku nantikan. Mimpi basah. Tapi entah, malamitu mimpiku terasa begitu nyata. Aku merasa kontolku memasuki lubang yang sangat hangat. Enaaak sekali! hingga tak lama kemudian, aku pun mengejang. Saat itu aku merasa ada orang duduk diatas pangkuanku, tapi dasar aku kalau tidur lelap sekali, aku tidak bisa mengetahui itu beneran atau cuma mimpi.Paginya, aku langsung memeriksa celanaku. Heran, tak ada kerak kering bekas air maniku, hal yang biasanya aku temukan jika habis bermimpi basah. Yang membuatku makin bingung, mimpiku sepertinya terasa sangat nyata. Nikmatnyaberkali-kali lipat daripada biasanya. Aku ingin mengulanginya lagi.Dan keberuntungan membuatku merasakannya tak lama kemudian. Tepatnya kurang dari dua minggu sejak mimpiku yang pertama. Tapi kali ini aku agak sedikit sadar karena aku memang belum benar-benar terlelap. Kembali kurasakan seperti ada orang duduk di ataspinggangku, tapi penyakit lelapku membuatku tak bisa membuka mata. Aku hanya bisa menikmati rasa nikmat yang menjalar cepat di batang kontolku, rasa hangat dan geli seperti dipijit-pijit oleh benda yang sangat lembek dan empuk, membuatku meringis dan merintih dalam tidur. Cukup lama aku menikmatinya, sampai akhirnya aku mengejang tak lama kemudian. Sebenarnya aku tak ingin rasa itu cepat berakhir, tapi mau bagaimana lagi, kutahan sekuat apapun, aku tetap tidak bisa mencegah rasa nikmatnya. Terpaksa kubiarkan spermaku menyemburkeluar sebelum aku kembali terlelap beberapa detik kemudian.Hal itu terus berlangsung selama beberapa minggu berikutnya. Meski cukupmenggangu pikiranku, tapi jujur, aku sangat menikmatinya. Mimpi itu terasa nyata sekali, seperti aku benar-benar melakukannya. Sampai akhirnya, kembali kakek harus pergi ke kota untuk membeli bibit. ¡°Besok senin, pagi-pagi aku sudah pulang.¡± katanya kepada mbak Darsih. Dia lalu menoleh kepadaku. ¡°Kamu istirahat aja, besok kan sekolah.¡± katanya. Ya, saat itu badanku memang sedikit kurang enak. Sepertinya masuk angin.Kakek menyuruh mbak Darsih untuk mengerokiku, tapi aku tidak mau. ¡±Bentar juga enakan sendiri.¡± kataku.Tapi sorenya, saat aku masih meringkuk dikamar dengan badan lemas, mbak Darsih menghampiriku. ¡°Sini, kukerok aja. Kamu juga nggak usah mandi dulu, takut nanti tambah parah.¡± katanya.Aku hanya diam dan tetap berbaring tengkurap. Mbak Darsih kemudian mengangkat kaosku. Sambil mengurut punggungku dengan uang koin, dia berkata. ¡°Kamu tuh udah gede, kalau mandi tutup pintunya, jangan seenaknya gitu, apa nggak malu?¡± tanyanya.¡°Malu sama siapa, mbak? Kan nggak ada orang, paling cuma kakek.¡± kataku.¡°Iya, tapi kali aja ada tetangga yang datang.¡± kata mbak Darsih. ¡±Ah, nggak merah. Kamu mungkin telat makan aja, jadinya kembung. Makanya jangan telat makan.¡± dia menasehati dan akhirnya memijat punggungku.Setelah punggung selesai, ia kemudian menyuruhku berbalik. ¡±Biar kupijat dada sama perutmu.¡± katanya.Kubalikkan badan. Aku mulai merasa geli saat mbak Darsih perlahan mengurut perutku. Tanpa sadar, kontolku mulai bergerak menegang.¡±Kamu tuh yang bener kalau pake celana. Celana rusak masih aja di pake.¡± katanya. Aku saat itu memang memakai celana bekas SD-ku dulu yang bagian resletingnya sudah rusak, hingga menampakkan sedikit kulit batang penisku.Saat mbak Darsih memijat bagian bawah perutku, kontolku makin tak karuan tegangnya, mbak Darsih hanya tersenyum saat melihatnya. ¡±Ih, tuh kan, saking sempitnya sampe nonjol gitu.¡± katanya dengan halus. ¡±Kayaknya sesak banget ya?¡± tanya mbak Darsih.Aku kira dia membicarakan celanaku, jadi aku menyahut enteng saja. ¡±Iya, mbak.¡± jawabku.¡±Dibuang saja,¡± kata mbak Darsih.¡±Dibuang gimana, mbak?¡± kataku tak mengerti.Tidak menjawab, perlahan mbak Darsih memijat pangkal pahaku. Dan entah sengaja atau tidak, dia berkali-kali menyenggol bagian selangkanganku. ¡±Ih, bener. Sesak banget! Kayaknya pengen dikeluarin tuh.¡± katanya.¡±Dikeluarin?¡± aku semakin tak mengerti.¡±Bener-bener harus dibuang, hehe.¡± sahut mbak Darsih sambil terkikik.¡°Terserah ah, gimana enaknya mbak aja.¡± jawabku pada akhirnya. Pasrah, percaya sepenuhnya kepadanya.¡°Iya, tapi kamu jangan bilang-bilang kakek ya?¡± bisiknya.¡°Iya, mbak, masa mau bilang kakek,¡± kataku mengangguk, masih berfikir dan tak mengerti apa yang ia maksudkan.¡±Ehm¡* sekarang, tutup muka kamu dengan bantal.¡± kata mbak Darsih kemudian.Aku menurut, walau sedikit heran. Masa lepas celana aja harus pakai tutup muka segala? Tapi aku tetap melakukannya. ¡°Gini ya, mbak?¡± kutindihkan bantal ke mukaku hingga aku tidak bisa melihat apa-apa.¡±Aku buang semuanya ya?¡± kata mbak Darsih.Aku masih tak mengerti, tapi aku tetap menjawab, ¡±Terserah, mbak.¡±
 
Akhirnya kurasakancelanaku ditarik ke bawah. Dan tidak cumacelana pendek, kurasakan celana dalamkupun ikut ia tarik hingga terlepas semuanya. Sungguh, aku merasa kikuk, malu, dan agak risih telanjang di depan mbak Darsih. ”Mungkin mbak mau mengganti semuanya karena aku nggak mandi,” bisikku dalam hati untuk menenangkan pikiranku yang mulai bergejolak. Di bawah, kontolku yang sudahmenegang kini makin mengacung tegak ke atas saat tangan mbak Darsih mulai merabanya, memperlihatkan segala kejantanan dan kekuatannya.”Ih, keras amat” katanya sambil mulai mengocok pelan. Rasa geli dan nikmat langsung kurasakan, aku tidak sanggup untuk menolak. Apalagi saat tak lama kemudian, kurasakan tubuh montok milik mbak Darsih mulai mengangkangiku, membuatku makin terbuai dan terpesona. Batang kontolku kini tepat menempel ke belahan vaginanya. Bahkan sesaat kemudian, kurasakan ujung kontolku perlahan menembus, memasuki belahan dagingnya yang sangat hangat, yang mengingatkanku akan nikmat mimpi basahku beberapa minggu terakhir. Sungguh, seperti ini rasanya, sangat mirip sekali!”Kamu diam saja, jangan dibuka bantalnya!” mbak Darsih berkata sambil terus menekan pinggulnya ke bawah. Dinding vaginanya yang lembek dan lengket semakin menggerogoti batang kontolku. Ya Tuhan, apa mbak Darsih sedang menyetubuhiku? Tanyaku dalam hati, namun tidak bisa menolak. Begitu nikmat rasa ini hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa diam danmenikmati apapun yang ia berikan.Di sela-sela kebingunganku, perlahan tapi pasti, kontolku semakin masuk ke dalam, menghunjam dan menembus memek mulus mbak Darsih, bahkan kini sudah mentok di mulut rahimnya. Kontolku kini sudah menancap sepenuhnya, mengisi rongga memek mbak Darsih yang kurasa sangat sempit dan legit. Aku hanya bisa menutup mata dan menyembunyikan mukaku di balik bantal saat perlahan mbakDarsih mulai menggerakkan badannya naik turun. Goyangannya itu membuat alatkelamin kami yang saling bertaut erat mulai bergesekan pelan. Rasanya sungguh nikmat sekali. Kudengar nafas mbak Darsih semakin berat dan tak teratur, membuatku semakin tak kuasa menahan gejolak. Akhirnya akupun mengejang. Perlahan cairan hangat keluar dari kontolku, menyemprot deras di liang memek mbak Darsih, yang dibalas olehnyadengan denyutan nikmat dinding-dinding rahimnya.Setelah muncrat semuanya, barulah mbak Darsih melepaskan himpitannya dan merapikan kembali celanaku. Kontolku yang basah oleh cairan kental, ia lap dengan menggunakan kain lembut. Kutebak itu adalah celana dalamnya. “Udah, boleh dibuka sekarang.” kata mbak Darsih kemudian. ”Sudah nggak sesak lagikan?” tanyanya sambil tersenyum.Aku hanya diam, tidak tahu harus berkata apa. Persetubuhan pertamaku dengan mbak Darsih membuatku kehilangan kata-kata. Tapi, benarkah ini yang pertama? Setelah merapikan kembali pakaiannya, kuperhatikan mbak Darsih yang melangkah pergi meninggalkan kamarku.Keesokan harinya, kakek masih belum kembali. Di sekolah, aku jadi sering melamun, membayangkan apa yang telah aku dan mbak Darsih lakukan kemarin. Aku tahu bahwa itu terlarang dan tidak boleh, tapi entahlah, aku menyukainya. Dan aku tidak ingin berhenti, aku ingin mengulanginya lagi kalau ada kesempatan. Sepertinya aku telah ketagihan dan merindukan memek mbak Darsih. Aku telah dewasa sebelum waktunya.Pulang sekolah, meski lagi konak berat, aku cuma tiduran di kamar. Aku tidak berani mendekati mbak Darsih yang sedang asyik nonton teve di ruang tengah.Aku sedang mengusap-usap batang kontolku yang sudah tegang saat dia menyapaku dari pintu kamar.“Kamu sakit?” tanya mbak Darsih yang tahu-tahu sudah berada disana.”Nggak, mbak.” kataku salah tingkah karena sudah dipergoki seperti itu.”Kok di kamar aja,” kata mbak Darsih sambil tersenyum.Aku hanya diam, tak tahu harus memberikan jawaban apa.”Apa sesak lagi?” dia bertanya lagi, matanya menatap penuh pengertian.”Ah, nggak juga, mbak.” kilahku untuk menutupi rasa malu, untungnya saat itu aku juga mengenakan celana longgar yang sedikit banyak bisa menyembunyikan tonjolan penisku.“Ya udah, sini perutnya mbak minyakin biar nggak masuk angin lagi.” katanya, dantanpa disuruh, dia pun meminyaki perutku,lalu memijatnya perlahan. Hal itu kembali membuat kontolku terbangun.”Ih, dari luar memang nggak kelihatan, tapidalamnya kelihatan sesak tuh,” mbak Darsih menunjuk daerah kontolku yang perlahan-lahan berubah menjadi semakin munjung.“Ehm, iya kali, mbak.” kataku pasrah karena aku memang tidak bisa menutupinya lagi.”Tegang ya?” bisik mbak Darsih sedikit genit.”Iya, kenapa ya, mbok?” kataku polos.“Nggak apa-apa, normal.” katanya sambil dengan tangan mulai mengusap-usap perlahan. Aku mulai merasa nikmat di batang kontolku akibat belaiannya. ”Mau dibuang?” tawarnya.”Jangan, mbak, sayang.” kataku bodoh.”Nggak apa, nanti juga ada gantinya.” ia tersenyum.Aku terdiam, berusaha mencerna ucapannya. “Ehm, terserah mbak aja deh.” kataku pada akhirnya.Kembali mbak Darsih menutup mukaku dengan bantal. Dan perlahan, kembali kurasakan nikmat menjalari batang kontolku saat dia menduduki dan menjepitbatang kontolku di belahan lubang vaginanya.“Mbak, kalau kakek pulang bagaimana?” tanyaku sambil merintih keenakan menikmati genjotannya.”Tenang saja, nanti juga gedor pintu.” jawab mbak Darsih. Kurasakan goyangannya menjadi semakin cepat sekarang.”Mbak, maksud mbak sesek itu apa?” tanyaku dengan tangan berpegangan erat pada sprei, berusaha menahan desakan nikmat dari batang penisku agar tidak cepat memancar keluar.
 
Ah, kamu pura-pura nggak tahu ya?¡± kata mbak Darsih.¡±Beneran, mbak.¡± sahutku masih dengan muka tertutup bantal. Tidak bisa kuketahuibagaimana raut muka mbak Darsih sekarang, tepai dari erangan dan rintihannya, sepertinya dia merasa nikmat sekali, sama seperti yang aku rasakan sekarang.¡±Maksud mbak, ininya kamu sudah penuh.¡± katanya sambil meraba biji pelirku.¡°Oh, kirain celanaku yang sesek.¡± kataku baru mengerti. Saat itulah mbak Darsih tersadar, ternyata kami telah salah paham.Dia langsung menghentikan gerakannya diatas kontolku. ¡±Mbak, kenapa?¡± tanyaku bingung, tak ingin kenikmatan ini terputus di tengah jalan.¡±Aduh, gimana dong?¡± kata mbak Darsih sedikit panik. ¡±Maaf ya, kukira kamu mengerti¡*¡± dia sudah akan mencabut vaginanya, tapi segera kutahan pinggulnya.¡°Nggak apa-apa, mbak. Aku nggak akan cerita sama kakek.¡± kataku menenangkan.Mbak Darsih terdiam, seperti masih berusaha mencerna kata-kataku. ¡±Beneranya?¡± ia bertanya memastikan.¡±Iya, mbak. Asal mbak mau beginian terus sama aku.¡± kataku dari balik bantal. Selama dia tidak menyuruh, aku akan tetap bersembunyi.¡°Baiklah, mbak juga sudah tanggung. Mbak pinjam sebentar inimu ya?¡± katanya sambil memegangi penisku yang kini cuma kepalanya saja yang masih menancap.¡±Iya, mbak.¡± sahutku dengan senang hati.Akhirnya mbak Darsih pun melanjutkan gerakan naik turunnya di atas batang kontolku, hingga tak lama kemudian, aku kembali memuntahkan cairan kental ke dalam memeknya.¡±Terima kasih ya,¡± dia mencium pipiku dankembali merapikan pakiannya.¡±Sama-sama, mbak.¡± Aku yang kelelahan, dengan tetap telanjang, terlelap tak lama kemudian.Sejak itu, sesekali, jika mbak Darsih lagi pingin, dia suka berbisik; ¡±Boleh pinjam nggak?¡± Atau jika aku yang pingin, aku terkadang berkata, ¡±Mbak, kayaknya sesek.¡± itulah kode yang kami sepakati.Begitulah, hubungan terlarang kami terus terjalan. Bahkan kami seakan tak peduli tempat dan waktu, jika hasrat kami sudah tak terbendung, kami selalu berusaha menuntaskannya, kapanpun dan dimanapun. Bahkan pernah, di malam hari,mbak Darsih masuk ke kamarku dan naik ke atas tubuhku, padahal saat itu kakek lagi ada di rumah. Nekat sekali dia, tapi aku juga tidak bisa menolak karena aku tahu kalau kakek sudah terlelap.Yang lebih gila, pernah kusetubuhi mbak Darsih di gubuk tengah ladang saat ia tengah mengantarkan makanan buat kakek. Sementara kakek mencangkul untuk membuat bedengan, kutindih istrinya yang masih nikmat dan cantik itu hanya dengan beralaskan tikar lusuh. Kakek sama sekali tidak curiga karena matanya memang sudah sangat rabun, ia tidak bisa melihat jelas ke gubuk dimana kami berada.Sering juga saat kakek nonton teve di ruang tengah, kuseret mbak Darsih ke dapur. Hanya dengan bertumpu pada meja, kutusuk tubuh sintalnya dari belakang. Mbak Darsih berusaha menutupi mulutnya dengan tangan agar rintihan dan teriakannya tidak sampai terdengar oleh kakek. Tapi aku yakin itu tidak akan terjadi karena kakek juga sedikittuli.Tapi selama kami bercinta dan bersetubuh, aku dan mbak Darsih tidak pernah melakukan kontak lain selain pertautan alat kelamin kami. Aku tak pernah mencium bibirnya, juga meraba tubuh sintalnya. Paling banter aku cuma sedikit memeluknya kalau sudah konak banget. Jika lagi pingin, aku biasanya langsung menusukkan kontolku ke memek mbak Darsih tanpa melakukan foreplay atau pemanasan terlebih dahulu. Gairah kami yang meluap-luap sudah cukup untuk membuat memek mbak Darsih jadi basah dan lengket.Jika mbak Darsih yang pingin, biasanya dia meremas-remas dulu batang penisku, baru memasukkannya ke dalam lubang kenikmatannya. Sesekali aku memang kadang meremas payudara montok milik mbak Darsih disela-sela genjotan kontolku, tapi tak pernah lebih dari itu. Bahkan melihat bagaimana warna dan bentuknya saja, aku juga tidak pernah. Bagiku yang penting kontolku bertemu dengan memeknya, itu sudah lebih dari cukup.Sungguh, walau diperlakukan begitu, aku tetap puas. Begitu juga dengan mbak Darsih. Jika aku datang, menusukkan kontolku, dan pergi meninggalkannya jika sudah usai, baginya itu sudah merupakan hal yang paling nikmat. Rupanya setelah hampir setahun tak pernah merasakan kepuasan dari kakek, ia jadi gampangan seperti itu. Tapi untungnya ada aku yang siap memuaskannya sewaktu-waktu, hingga disela-sela kesepiannya, dan kesepian di kampungku, mbak Darsih tetap bisa meraih kenikmatan ragawi dan berpacu di malam-malam gelap dan sunyi bersamaku.
TAMAT


Maaf newbie hina ini hanya untuk menghibur para suhu di sini
 
Judul tritnya kumpulan cerita. Tp isinya cuma 1...
 
Page 2 bakal update cerita lain
Maafkan newbie yg hina ini
Jadi yang pakai hp kaga cape nntinya
 
Update 2

Judul : AKU DIRUMAH NENEKKU

Usai tamat SMP aku diminta tinggal di rumah nenek. Untuk mencapai rumah nenek, kami harus menempuh perjalanan 7 jam perjalanan bus. Sebuah tempat yang sunyi dan aku harus naik sepeda ke sekolah di SMA di ibukota kecamatan. Sebenarnya aku sedih, karena aku disekolahkan di tenmpat nenek dengan dua alasan. Pertama karenakakek baru saja meninggal dan aku harus menemani nenek, sebagai hukuman bagikenakalanku. Dari pada tak sekolah lagi, akhirnya aku mengikuti kehendak ayah dan ibuku untuk tinggal di rumah nenek, ibu dari mamaku.Sebenarnya nenekku sangat memanjakanku, karena aku cucu tertuanya. Setelah mendaftar ke sebuah sekolah, aku harus tinggal di rumah nenek berkisar 11 hari lagi sebelum masuk sekolah. Aku pun menemani nenek ke kebun dan sebelum pulang, kami selalu mandi di sungai kecil. Airnya bening dan sejuk. Sementara nenek mencuci pakaian beberapa potong sore itu, aku masih sempat bermain mencari udang kecil di sungai dan menangguk ikan kecil di tepian. Usai mencuci pakaian nenek membuka semua pakaiannya di hadapanku, sampai bugil dan dia mulai mandi di ujung ladang. Mungkin nenek memikir aku masih kanak-kanak dan dia t ak malu mandi bertelanjang, padahal usiaku sudah 15 tahun, serta walau beberapa lembar bulu-bulu di pangkal kemaluanku mulai tumbuh."Sini kami mandi juga, biar aku sabuni," nenek memanggilku. Aku m elihat teteknya menjuntai. Tubuh nenekku walau sudah berusia 52 tahun, masih kelihatan padat. Dia seorang dukyun beranakdi desa itu dan ahli dalam membuat jejamuan. Aku pun telanjang, lalu nenek memandikanku, seperti biasanya, setiap kali mandi bersama. Tubuhku disabuni dan aku pun mencelupkan tubuhku ke dalam air yang dalamnya hanya sedengkul orang dewasa. Lebar sungai taklebih dari dua meter saja, dengan kerikil dan pasir yang bersih.Seusai mandi, kami memakai handuk bersih, lalu pulang ke rumah. Nenek menjujung satyuran di kepalanya serta menenteng cucian sedang aku memikul kayu-layu ranting untuk kebutuhan memasak. Kami berjalan menuju rumah. Kami tiba sebelum mahgrib tiba. Cepat nenek menyiapkan makanan malam kami, sembari melaksanakan shalat mahgrib. Tidak seperti t ahun lalu, kami harusmemasang lampu minyak, karean listruik belum masuk. Tapi kedatanganku kali ini, listrik sudah masuk, hingga tak perlu repot lagi memasang lampu mintyak tanah.Segarnya udara desa membuat makanku lahap, terlebih telah letih nmembantu nenek di ladang serta berendam di air sungai sebelum pualng. Baru saja pukul delapan malam, mataku sudah mengantuk. Aku memakai kain sarung untuk tidur dan nenek sudha menyiapkan tempat tidur kami. Seperti biasa, kemanjaanku jika ke rumah nenek, aku selalu tidur dengannya, dan kakek selalu saja mengungsi untuk tidur. Malam ini walau ibuku sudah menyiapkan sebuah kamar lengkap dengan tempat tidurnya serta sebuah meja kecil untuk tempatku belajar, nenek tetap saja memintaku untuk tidur bersamanya. Akhirnya aku tidur dengan nenek di atas ranjang yang biasa aku tiduri setiap kali aku ke desa.Tengah malam, aku kedinginan. Kecika aku kecil, biasanya aku dibawa nenek ke dalam kain sarungnya, kemudian kami ditindih dalam satu selimut tebal, agar aku hangat. Kali ini,justru aku yang memasuki kain sarung nenek. Kubuka kain sarung nenek dan aku masuk ke dalamnya. Saat nenek terbangun waktu aku memasuki kain saruingnya, dia hanya tersenyu saja.
 
"Dingin..." sapanya. Nenek malah melebarkan akin sarungnya agak aku bisa masuk ke dalamnya menjadi satuy kain sarung dengannya. Kemudian nenek menindih tubuh kami dengan selimut tebal. Aku merasa hanya. Saat aku mau memperbaiki sarungku, tangankiu tang kuturunkan ke bawah, menyentuh bulu-buu du selangkangan nenek. Ternyata sejak dulu nenek tak pernah memakai celana dalam kalau tidur. Tiba-tiba burungku mengeras. Nenek terus memelukku, agar aku hangat.Otakku mulai berpikir keras, bagaimana agar kain sarungku sendiri bisa kulorotkan. Dengan demikian burungku akan berhadapan langsung dengan Anu-nya nenek.Perlahan kulepas gulungan kain sarungku dan aku melorotkannya ke bawah dengan hati-hati dengan kedua kakiku. Sampai kemudian aku merasakan kulit perutku dan perut nenek mulaibersentuhan. Saat tangan nenek mau membetulkankain sarungku aku langsung memeluk nenek kuat-kuat. Nenek mengira, aku benar- benar kedinginan. Makin lama, sarungku makin kebawah dan akhirnya terlepas dari tubuhku. KUmasukkan sebelah kakiku ke antara kedua kaki nenek. Pahaku sudah menrasakan gesekan halus bulu-bulu yang ada di pangkal paha nenek. Burungku sudah mengeras dan berdiri tegak, sudah berada di antara kedua paha nenek."Hmmmm...." nenek mendehem. Aku tak perduli, Nafsuku sudah benar-benar tak bisa aku kontrol. BYUkankah aku cucu kesayangan nenek. Aku yakin,nenek tidajk akan melaporkan aku kepada siapapun. Aku mengelus pantat nenek dan kembali nenek mendehem. Dengan sebuah gerakan yang cepat, aku menaiki tubuh nenek dan keduakakiku sudah berada di antara kedua kakinya. Aku arahkan dengan sebelah tanganku ujung burungku ke Anu nenek. Aku merasakan ujung mulut burungku sudah menempel di tempat yang lembab dan hangat. Saat itu, nenek berusaha menolak diriku. Apakah burungku terlalu kcil atau Anu nenek yang sudah basah atau entah apa namanya, tau-tau burungku sudah berada di dalam lubang Anu nenek."Hmmm..." nenek kembali mendehem. Aku pun mulai secara reflek memompa tubuh nenek, sepertiyang selalu kami saksikan dalam BF denganteman-teman. Terus menerus tubuh nenek aku pompa. Selimut tebal yang menindih tubuh kami sudah terlepas dari tubuh kami ke lantai. Demikian juga kain sarung nenek, sudah melorot ke bawah. AKu berusaha melepaskan kain sarung itu bisa lepas dari tubuh kami. Akhirnya dengan tangan dan kakiku, kain sarung itu, lepas juga dari tubuh kami, hingga kami sudah setengah telanjang.Kulihat mata nenekku masih tertutup. Aku memeluknya dan terus menggenjotnya dari dari atas. Sampai akhirnya kedua kaki nenek mengangkang lebar dan aku mendengarkan nafasnya memburu. Aku memeluknya dan terus memompanya. AKu semakin tak tahan dan mempercepat genjotanku pada lubang nenek. Aku merasakan, kedua tangan nenek memelukku dari bawah dan aku merasakan dengusan nafasnya di leherku."Ahhh...." aku melepaskan spermaku beberapa kali ke dalam lubang nenek. Kutekan tubuhnya dan aku memeluknya kuat. Sebaliknya aku merasakan nenek balas memelukku dari bawah pada tubuhku, Walau spermaku sudah habis kutumpahkan, nenek masih memelukku dan nafasnya mendengus-dengus dan kemudian perlahan pelukannya melemah.Burungku mengecil dan meluncur keluar dari lubang nenek. Aku turun dari tubuh nenek dan terbaring di sisinya.
 
TIba-tiba nenek menarik kembali selimut dan menutupi kedua tubuh kami, tanpa kain sarung."Ayo... bangun..." mandi dulu, biar sarapan," kata nenek membangunkanku yang terlambat bagun. Saat aku terbangun, nenek sudah keluar dari kamar.Kubuka selimut dan aku terkejut, kenapa aku tidak memakai kain sarung. Aku baru teringat kembali apa yabng terjadi tadi malam. Aku tersenyum sendiri. Aku langsung ke belakang rumah dan menimba air dari sumur, memenuhi beberapa ember, baru aku mandi. Nenek sudah siap memasak sarapan dan sudah terhidng di atas meja makan. Kulihat nenek sudah siap sarapan dari piring bekas yang ada di atas meja.Usai makan, aku tidak melihat lagi nenek di rumah. Pasti sudah ke ladang, pikirku. Aku menutup dan mengunci rumah, aku menyusulnya ke ladang. Aku mendekati nenek dan membantunya bekerja. Kami bercerita, kalau sebentar lagi buah manggis akan matang dan bisa di jual ke pasar. Mungkin minggu depan kami sudah bisa menjualnya. Nenek berjanji akan membelikan aku sepatu batu, Aku senang sekali. Siangnya, kami makan di gubuk ladang yang dari rumah hanya berkisar 300 meter saja. Sorena sebelum kembali ke rumah, kami mandi lagi di sungai seperti kemarin dan nenek tetap mandi telanjang, setelah itu dia memandikanku dan menyabuni tubuhku. Malamnya kami tdiru bersama lagi dan demikian untuk seterusnya.Malam ke empat di rumah nenek, entah kenapa, tiba-tiba nafsuku bangkit lagi. Aku tidak memasuki sarung nenek, melainkan, aku menurunkan sarung nenek sampai lepas daritubuhnya. Saat aku menurunkan sarung nenek, nenek hanya mendehem saja dan berusaha menahan kain sarungnya jangan sampai turun. Tanganku lebih kuat danlebih cepat, hingga sarung nenek sudah lepas dari tubuhnya. Kubuang sarung itu ke lantai. Nenek pun membelakangi tubuhku, dia tidur miring. Aku melepas kain sarungku pula serta semua yang melekat di tubuhku. Setelah itu, aku memeluk nenekdan meraba-raba bulu- bulu yang ada di bawah pusatnya. Nenek hanya mendehem dan berusaha agar tanganku tidak merabanya. Tapi jari tanganku bahkan sudah memasuki lubang lembab dan hangat itu. Aku permainkan jariku di lubang nenek. Sebelah tanganku melepaskan pakaian nenek bagian atas. Nenek tetap meniolak dengan tangannya.Kutelentangkan nenek dan kukangkangkan kedua kakinya dan aku berada di antara kedua kakinya, lalu aku mengarahkan burungku ke lubang lembab beraroma khas itu. Clup, burungku sudah memasukinya. Aku menindih tubuh nenek dengan matanya yang terpejam. Seperti kodok, aku mulai membuka pakaian atas nenek. Walau nenek berusaha melawan, tapi akhirnya, pakaian itu le4pasjuga dan kami sama-sama bugil. Tetek nenek yang besar berwarna coklat dengan pentilnya berwarna hitam, langsung aku sedot-sedot. Aku mulai mengenjor nenek dari atas. Butungku yang besarnya biasa saja, tetap keras, ketika aku semakin cepat menggenjotnya."Ah... akh..." nenek mendesah dan menggerak-gerakkan pantatnya dari bawah. Kami berpelukan dan terus saling menggoyang sampai akhirnya aku berbisik ke telingan nenek."Nek... aku mau keluaaaaarrrr..."Nenek diam saja dan terus menggoyang-goyangkantubuhnya dari bawah dengan nafasnya yang memburu serta memelukku kuat. Kami berpelukan, makin lama makin kuat. Aku tak mampu menahan ledakan dari dalam tubuhku dan aku memuncratkanspermaku beberapa kali dan nenek tetap memelukku dengan kuat. Kemuduian kami tertidur pulas.Pulang dari pasar, nenek benar-bvenar membelikan aku sepatu baru untuk sekolah, juga pakaian dan aku meminta jacket. Banyak kebutuhanku yang dibelikan nenek. Orang- orang desa mulai angkat suara membuat nenek bangga."Wah... borong semua untuk cucu ya. Enak punya cucu, uang habis gak terasa..." ocehan tetangga. Nenekku senyum dan bangga.Beberapa malam kami tidak melakukannya. Setiap kami melakukannya, kami tak pernah menyinggung sedikit pun apa yang telah kami lakukan pada malam harinya. Kami hanya cerita yang lain, bahkan seakan tidak pernah terjadi apa-apa pada diri kami.Karean letihnya begitu usai makan malam, aku langsung minta diri untuk tidur. Aku merasa diriku melayang- layang di udara entah dimana dan mau kemana. Aku merasa sangat nikmat. Saat aku sadardan membuka mataku, burungku sudah berada dalam kuluman mulut nenekku. Sampai akhirnya burungku keras sekali. Aku mengelinjang. Aku merasa tubuhku, ternyata tubuhku sudah telanjang bulat, Saat kuintip dari sebelah mataku, nenek juga sudah telanjang bulat.Nenek naik mengangkangi tubuhku. DItangkapnya burungku dan dicelupkannya ke dalam lubangnya. Kedau tangannya berada di sisi dadaku, Dengkulnyajuga berada di sisi tubuhku. Aku merasa nenek menekan tubuhnya kuat-kuat dan burungku terbenam habis dalam lubangnya.Tak lama kemudian nenek memutar-mutar pantatnya, membuat burungku terasa dipelintir-pelintir di dalam lubangnya. Aku pun menggelinjang. Tapi seperti kebiasaan kami, antara aku dan enenk saat bersetubuh, tidak pernah mengeluarkan kata- kata, kecuali ah... ssstttt dan hanya satu kata saja. Kami sudah saling mengerti.Nenek menekankann teteknya ke dadaku. Daging kenyal itu membuatku sangat bergairan dan aku memeluknya dengan kuat. Nenek mengecup bibirkudan menjulurkan lidahnya ke mulutku. Leherku dijilatinya dan nenek menecup di bagian- bagian tubuhku. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dan kami saling memeluk kuat dan mendesah, lalu aku melepaskan spermaku dalam lubang nenek. Nenekpun melemah dan emnindih tubuhku dengan dengusan nafas memburu.Kami pun tertidur seperti biasa sampai pagi....
TAMAT

Salam Nano123
Selamat membaca
 
Mas Nano123 .... ceritanya bagus. Lanjut lagi yaa, biar jejeg dg judulnya Kumpulan Cerita.
 
Update 3

Ketika aku waktu kecil

Part 1
Semenjak kecil aku ikut dengan nenekku yang seorang kepala sekolah di sebuah SDdi desaku. Ibuku sedang jadi TKW di Malaysia dan bapakku merantau ke Jakarta.Jadilah aku tumbuh menjadi anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tua.Aku lebih mengenal Yu Sam, pembantuku, daripada mereka, dan juga nenekku yang begitu disibukkan dengan kegiatan sekolah dan organisasi, sehingga meninggalkan aku hidup dengan seorang pembantu.Yu Sam adalah seorang wanita setengah baya yang sudah mengabdi di keluargaku jauh sebelum aku lahir, merupakan generasi kedua setelah dahulu orang tuanya juga menjadi pembantu di keluargaku.Dulu sekali Yu Sam pernah punya suami, tapi kemudian ketika wabah demam berdarah melanda desa kami, suami YU Sam adalah satu korban yang tidak berhasil diselamatkan. Jadilah Yu Sam janda dengan seorang anak yang lebih memilih pulang ke kampungnya di kaki bukit dan menjadi seorang petani, meninggalkan Yu Sam sendiri mengurus keluargaku.Suatu waktu, sekitar 3 bulan setelah aku disunat, aku digigit oleh Tengu. Seekor hewan kecil yang menghisap darahku dan menempel ketat di tititku sehingga aku dihinggapi rasa gatal yang luar biasa dan tak berdaya, karena tengu itu memilih tempat di bagian bawah burungku yang tak terlihat oleh mataku.Pasrah dan tak berdaya, akupun memanggil Yu Sam."YU...."Yu Sam tergopoh-gopoh kekamarku dan terkejut setengah mati saat melihatku terbaring tanpa celana di kasur dengan tangan sibuk menggaruk burungku yang bebas."Ealah...kenapa den bagus...kok telanjang begitu....lagi ngapain to...."Katanya sambil membuang mukanya dari tubuhku. Namun aku masih bisa melihat sudut matanya mengerling burungku dan mukanya memerah menahan rasa malu."Aku digigit tengu yu. Gak bisa lepas..***telbanget..."Kataku terbata-bata....Dengan bingung Yu Sar berpikir. Hingga insting keibuannya akhirnya membuat dia menaiki kasur dan mulai memeriksa burung 'Den Kecil'nya.
 
Part 2
Oalah...."Aku tidak tahu maksudnya, karena setelah melihat sebentar kondisiku,dia lalu bangkit dan keluar kamar."Loh Yu, mau kemana?" Tanyaku dengan bingung."Sebentar den..." Katanya sambil berlalu.Dia datang lag tak lama kemudian membawa sebuah ijuk kecil, dan segera menghampiriku diatas kasur."Sini Yu Sam cungkil pake ini tengunya." Katanya sambil mengulum senyum.Aku pasrah saja ketika Yu Sam mulai mengutak-atik burungku.Ada sedikit rasa berdesir karena saat Yu Sam berlutut di sampingku, kebayanya sedikit terbuka dan memperlihatkan daging payudaranya yang montok.Yu Sam seolah tahu dan melirik ke arah mataku yang berlarian ke arah dadanya."Ngeliat apa to den, ko sampai burungnya ikut bangun begini...." Kata dia sambil tersenyum.Aku jadi gelagapan, melirik burungku yang perlahan membesar, dan menyeringai malu."Liat Yu Sam." Jawabku polos.Yu Sam melirik posisi dadanya dan mengangguk mengerti."Ya udah liatin aja terus ya, semakin tegang semakin gampang dicungkulnya den." Katanya, memperbaiki posisinya sehingga dadanya seperti hendak tumpah dibuatnya.Aku cuma menarik napas panjang. Dan benar saja, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, burungku langsung tegang dengan maksinal."Dah...."Kata Yu Sam, setelah berhasil menjalankan tugasnya, bengkit dan menatap wajahku.Anehnya, kedua tangannya masih erat menggenggam burungku."Dah kena tengunya den. Masih gatal gak......?" Katnya sambil mengelus-elus burungku.Sambil bergetar oleh perbuatannya aku mengangguk."Sedikit yu, tapi kalo diusap-usap seperti itu jadi agak mendingan." Jawabku serak.Yu Sam tersenyum.Kalo diusap-usap terus begini nanti keluar gimana?" Tanyanya, sedikit memancing.Aku mengerutkan keningku."Keluar apanya Yu?"Yu Sam tertawa kecil."Keluar itunya....." Katanya sambil makin cepat mengelus, dan mengocok burungku.Walaupun aku mau mengucap katam suaraku seperti tercekat di tenggorokan.Seperti terbang rasanya aku dibuai oleh sentuhan Yu Sam sehingga tanpa dapat ditahan lagi...."Akh....." Aku mengangkat sedikit bokongku dan air maniku bermuncratan keluar, menyemprot Yu Sam, mengenai wajahnya, dan sebagian mengalir ditangannya."Akh....ya ampun yu....Enal banget...." Kataku sambil terengah-engah mengalami orgasme pertamaku ditangan seorang wanita.Muka Yu Sam semakinmerah padam, mungkin oleh nafsu atau juga oleh malu.Kemudian dia bangkit, menghampiri pintu dan menguncinya dari dalam."Masih ada yang lebih enak den." Ucapnya sambil menghampiriku lagi dengan masih mengulum senyum misteriusnya.Aku tak berdaya. Burungku masih berdenyut sisa orgasme tadi namun fantasy yang ditebar Yu Sam seperti sebuah viagra yang sangat kuat, yang membuat burungku emoh tidur lagi, dan masih tegak menjulang ke angkasa.Yu Sam kembali naik ke kasurku dan menaiki perutku, bersangga pada kedua lututnya.Aku terbata saat dia dengan taktis membuka kebayanya. Sret-set-sret.....dalam tiga gerakan kebaya itu sudah terjatuh kebelakang menutupi burungku, dan memperlihatkan dada montok yang tadi jadi biang kerok semua ini dimulai."Den, pernah liat perempuan telanjang?" Dari getaran suaranya, aku bisa merasakankalau Yu Sam sudah nafsu berat ingin dituntaskan.Aku mencoba mengingat-ingat. Dan menggeleng.Yu Sam tersenyum sambil melepas kaitan bH-nya.Aku disuguhi pemandangan yang selama tiga belas tahun tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dan bagiku saat itu, itulah pemandangan terindah yang pernah aku lihat.Mungkin payudara Yu Sam tidak terlalu besar, tapi untuk seusia dia yang menginjak kepala 3, daerah itu masih tampak mengesankan.
 
Part 3
Yu Sam mengangkat pantatnya dan melepas celana dalamnya. Payudaranya berayun saat dia melakukan semua itu danaku makin tak karuan.oh selama hidupku aku adalah seorang anak yang lugu, yang membayangkan mencium perempuan aja nggak berani, dan hari ini terima kasihku untuk tengu sialan yang menggigitku, aku akan segera merasakan seorang wanita secara utuh.Yu Sam membalikkan badan memunggungiku, sedikit berlutut diatasku,dan selanjutnya yang kurasakan adalah sebuah kehangatan yang menyelimuti burungku.Yu Sam mengoralku. Aku hanya memejamkan mata, mencoba berfikir bahwa ini semua hanya sebuah mimpi. Tapi kuluman, jilatan, dan sedotan yang aku rasakan di burungku terlalu mencekamsehingga aku melayang, menikmati semuanya dengan mulut setengah ternganga dalam sentuhan-sentuhan yangmenjalari setiap inchi kelelakianku.Dan tak butuh waktu lama, badai orgasme segera melandaku kembali."YU.....Akh......." Keluar juga suaraku.Aku mengangkat kepalaku sejenak sebelum kemudian kembali terhempas dalam semprotan-semprotan cintaku yang langsung membasahi kerongkongan Yu Sam.Aku terpejam sesaat, tak peduli Yu Sam masih berkutat dengan jilatannya yang tak kunjung reda mengulas seluruh permukaan burungku.Aku benar-benar dihabisi siang itu. Oleh Yu Sam, pembantu setiaku.Anehnya Yu Sam masih terus mengulum burungku yang mulai mengecil kelelahan. Aku membuka mata, mencoba menahan geli yang masih tersisa akibat orgasmeku barusan dan terpukau ketika menyaksikan apa yang terhidang dihadapanku.Sebuah gugusan pantat yang montok, dan belahan daging diantara paha Yu Sam yang kulihat seperti merekah dan berlendir,tepat dibawah daguku.Sebagai penghargaan atas perbuatannya, akupun menarik pantat itu agar makin mendekati mukaku dan mencoba mencium bongkah kewanitaan Yu Sam."Emmmh...." Yu Sam sedikit mendesah ketika bibirku tiba di bibir bawahnya.Rasanya sedikit asin dan aneh di mulutku, tapi sudah kepalang tanggung akupun menjilatnya sekalian.Yu Sam melenguh sambil mengencangkanotot pantatnya. Aku terus menjilatnya, menit demi menit, menemukan sensasi baru dalam erangan demi erangan Yu Samdan ajaib, Aku pun ON lagi.Yu Sam tak menyia-nyiakan kesempatan ini, dan segera berbalik menghadapku."Den....maafkan Yu Sam, tapi sudah terlalu lama Yu Sam tidak pernah merasakan ini jadi Yu Sam tak dapat mengendalikan diri lagi."Sambil berkata begitu Yu Sam mengarahkan kepala burungku ke vaginanya dan pelan-pelan menurunkan pantatnya."mmmmmh....." Yu Sam seperti mengerang, memejamkan mata dan begitumenghayati setiap inci penetrasi ini.Aku merasakan burungku seperti tenggelam dalam sebuah gulungan sutra yang hangat dan berdenyut, dan sambil menatap burungku yang pelan-pelan lenyap kedalam vaginanya, aku menghela napas.Yu Sam mulai memacu tubuhnya dengan lembut dan konstan."Den.....maafin Yu Sam....sssssh.....ahhhh...." Yu Sam meracau dalam desahannya.Aku tak menjawab. Aku sedang berada dalam sebuah kondisi dimana seolah-olah rohku melayang-layang diluar jasadku dan aku tak kuasa berbuat apapun......"Yu....."Kataku pada akhirnya." Enaaaak........"
 
Part 4

Yu Sam makin mempercepat goyangannya, membuatku makin merem-melek oleh semua gesekan dan empotan vaginanya yang makin basah kuyup melumat burungku."Den......Yu Sam juga enaaak banget den.....ahhh......Yu Sam nggak kuat........"Yu Sam mengerang tak terkendali. Dia membenamkan burungku sedalam-dalamnya dan bergetar seperti mengalami sebuah trance.Dinding vaginanya berdenyut-denyut cepat, mengejang, menegang, seolah inginmelumat burungku dan sambil tersengal dia mendesah panjang."Aaaaaah....Den.........." Yu Sam orgasme.Dia berhenti sesaat. Memejamkan matanya menghayati setiap ledakan elektrik yang menerpa seluruh syaraf di tubuhnya dan membuatnya terlihat sangatseksi bagiku. Begitu memukau rasanya mendapati burung kecilku mampu memuaskan seorang wanita dewasa macam Yu Sam.Aku menatapnya nanar. Menyaksikan wanita yang dulu sering mengganti popokku, yang sering menyuapiku, menidurkanku, sekarang sedang meregang kenikmatan diatasku dalam sebuah persetubuhan yang melelahkan.Aku membiarkan dia dengan orgasmenya dan menunggu.Beberapa saat kemudian, tersadar dari dera kenikmatannya, Yu Sam menunduk kearahku dan tersenyum."Makasih ya den, Yu Sam dah merasa lega sekarang." Katanya sambil kembali menggoyang pinggulnya."Sekarang giliran aden, ayo, keluarkan semuanya di dalam Yu Sam, Yu Sam ingin merasakan semprotan perjaka aden dalamtubuh Yu Sam." Bisiknya sambil mempercepat tempo permainan.Aku cuma termangu, menatap perempuan ini berpacu diatasku dengan payudara berguncang-guncang dan keringat melelehdi sekujur tubuhnya.Terima kasih Yu Sam, atas semua yang telah kau berikan padaku, dan terima kasihtelah mengajarkan banyak hal kepadaku. Termasuk yang satu ini.Tanpa suara aku menggapai orgasme ketigaku.Yu Sam terengah-engah menghentikan aksinya. menatapku yang tanpa daya berkejat-kejat dibawahnya, dan dengan perlahan menhempaskan tubuhnya menindihku.Dia menciumku. Mencium bibirku dengan segenap jiwanya hingga bisa kulihat dia menitikkan air matanya dan terus menciumku.Aku membiarkan dia tetap diatasku sampai burungku mengecil dan keluar dengan sendirinya dari pelukan vaginanya,menghela napas panjang dan memejamkan mataku.Setelah sebuah pergumulan panjang dengan kenikmatan, akupun tertidur kecapekan.Itulah pengalamanku bercinta untuk pertama kalinya. Dan itu adalah pengalamanku yang paling fantastis. Setelah hari itu aku masih sempat bercintadengan Yu Sam beberapa kali, tapi tidak pernah se intens hari itu.Dan beberapa bulan kemudian Yu Sam pulang kampung dengan alasan rindu dengan anaknya dan semenjak itu tidak pernah lagi kembali.
TAMAT
 
wah kalau ini tidak copas berarti si agan punya bakat nulis :beer: imajinasinya oke juga ;)
 
mantab abis gan..
 
Bimabet
Pusing gan bacanya :pusing::pusing::pusing:
dirapiin dulu teksnya, dibikin paragraf gt gan jd enak bacanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd