Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG LA GRANDE STORIA

La Grande Storia 2 : Penak? Ora!

*Kringggg...kringgg...kringgg!!

Nada panggilan masuk berbunyi nyaring saat aku hendak menghampiri mbak Dian.

"Siapa Lan?", tanya mbak Dian saat aku melihat hp ku.

"Vivi mbak..", jawabku.

"Ya halo, kenapa Vi?", tanyaku.

Terlihat mbak Dian kembali membetulkan posisi tali bra dan tanktopnya.

"Walah, terus piye? Ya wis aku kesana", kembali aku menjawab Vivi.

"Kenapa Lan?", tanya mbak Dian sesaat setelah aku nenutup telepon.

"Nggg.., ini mbak, listrik kedai mati. Kayaknya ada yang korslet. Tadi Vivi bilang ada suara pletekk terus mati listrik", jelasku.

"Oh gitu, yaudah kamu buru kesana", timpal mbak Dian.

Sial.
Suasana tiba-tiba menjadi kaku.

"Tapi mbak Dian gimana?", tanyaku.

"Gapapa Lan, hehehe..", mbak Dian tersenyum kecut.

"Maaf ya mbak..", ucapku kemudian.

"Ihh apaan deh, ga salah kok kamu", timpal mbak Dian.

Akupun segera pamit dari kontrakan mbak Dian, dan menuju kedai dengan perasaan yang embuh, yang entah.
Mungkin ini cara Tuhan menyelamatkanku dari persetubuhan demgan mbak Dian.
Aman Ndol mamasmu, bhehehe.

Sampai di kedai aku mengecek kondisi yang terjadi.
Ketemu, ada kabel terkelupas dan antara plus dan min nempel.
Kuberesi masalah tersebut dan kedai berjalan normal kembali.

Kuberi laporan ke mbak Dian kalo semua aman.
Dan sisa hariku sampe pulang kuhabiskan di kedai satu dan sesekali chat dengan Cendol.

***
Keesokan harinya

"Masih tidur?"
"Ntar jmpt di kampus jam 10"
"mmuah"
"aws telat"

Terdapat beberapa pesan dari Cendol saat aku bangun tidur.
Kulihat jam, blaikkkk...! jam setengah 10.
Mampus!

Kubergegas mandi.
Pas balik dari kamar mandi lewat ruang makan kubuka tutup makanan di meja makan sudah tersaji masakan ibuk, pasti masak sebelum berangkat ke pasar.
Menggugah selera!

Alamakkk Cendol!
Teringat itu aku buru-buru ganti pakaian dan meluncur ke kampus Cendol.
Jam 10 lewat dikit aku uda nyampe kampusnya, belum terlihat Cendol di tempat yang dijadikan janjian buat ketemu.
Slameeeeettttt, bhehehe.

Tak lama di kejauhan terlihat Cendol berjalan bergerombol dengan teman kampusnya.
Dia lalu memisahkan diri dan berjalan ke arahku.

"Kerupuuuuukk!", panggilnya sambil dada-dada -__-.

"Udah lama Puk?", tanya Cendol begitu sampai di depanku

"Belom, malah hampir telat", jawabku.

""Kenapa emang?"

"Kesiangan, bhehehe.."

"Wuuu, kebo!"

"Yee, ga sengaja kali Ndol.."

Aku menyerahkan helm ke Cendol dan tanpa basa basi dia langsung nyemplak ke boncengan.

"Yukk cuss..", kata Cendol sambil menepuk bahuku.

"Kita kemana nih? Kamu wis makan belum?", tanyaku sambil ngegas motor.

"Ya pulang ke kosan. Belum laper sih Puk..", jawab Cendol.

Beberapa ratus meter neninggalkan kampus, Cendol mulai nerapatkan duduknya.
Memeluk pinggangku.
Syahdu, bhehehe.

Tiba-tiba..

"Upuk tayang, dedek emesh lapel...", rajuk Cendol mulai kumat ngomong dicadel-cadelinnya dari belakang.

"Hedeh, tadi bilang ndak..", jawabku.

"Tadi enggak tapi sekarang laper Puk, ntar kalo laper tingkat kesemokan gue luntur, lo berpaling, lo cari cewek laen, lo..."

*Ciiittttt!

Aku sedikit mengerem mendadak motorku saat Cendol ceramah.
Tubuhnya otomatis melorot ke depan dan sepasang toketnya tanpa ampun menumbuk punggungku.
Otomatis juga hukuman langsung aku terima seketika itu dari Cendol.

"Wattttaaaaaa....", teriakku saat cubitan pedes mampir di pinggangku.

"Rasain lo!", kata Cendol bengis.

"Duuhh Ndol, wis hop lepas cubitanmu, sakittt..", aku meringis sambil tetap konsen memacu motorku.

"Kita makan di rumah aja ya, tadi ibu masak oseng-oseng lompong..", lanjutku.

"He? Apa itu lompong Puk?", tanya Cendol penasaran sambil melepas cubitannya.

"Bhehehe..", cengirku melihat Cendol penasaran.

Tak lama akhirnya sampelah kami di rumahku.
Setelah sebentar melepas capek di ruang depan, kuajak Cendol ke ruang makan.

"Yuk makan...", ajakku.

"Puk, lompong paan sik? temennya kepompong bukan sik", tanya Cendol oon seraya berdiri dan berjalan mengikutiku.

"Bhahahaha, bukan! Ntar liat sendiri deh..", jawabku singkat.

"Oww kayak gini bentuknya..", komen Cendol begitu liat sayur itu di meja makan.

Kamipun duduk berseberangan dan mrmgambil nasi sesuai porsi masing-masing.

"Wiiii.., enak Puk ternyata ya lompong itu. Masakan ibu juga top!", puji Cendol begitu suapan pertama masuk mulutnya.

"Yooikk..", kataku singkat sambil kraauuukkk menggigit kerupuk yang selalu tersedia di meja makan.

"Emang pantes lo gue panggil Kerupuk", ledek Cendol.

"Yo biar to, oposih...", sungutku.

"Puk...", panggil Cendol.

"Hmmm...", jawabku bergumam.

"Haak...", jawab Cendol sambil membuka mulutnya.

"Wooo, manja!", kataku yang mau tak mau nurutin maunya Cendol juga.

"Biarin sih, ama pacar sendiri ini", jawab Cendol enteng sambil mengunyah suapanku.

Kamipun makan sambil ngobrol ringan dan becanda.
Setelah kelar makan Cendol lalu mencuci piring sedang aku ke ruang tengah, ke depan tivi.

"Puuuk, minum apa lo?", teriak Cendol dari ruang makan.

"Kopiiii.., jgn manis-manis!", jawabku teriak juga bhehehe.

"Nih..", kata Cendol seraya menyodorkan segelas air putih beberapa saat setelah aku menyalakan tivi.

"Hlaaa, katanya kopi tadi", tanyaku sambil duduk di sofa depan tipi seraya meminum air putih yang dikasih Cendol.

"Gak! Elo tu ya kopi mulu, pagi siang malem. Ga sehat!", berondong Cendol.

"Galak! Ngapa tadi pake nanya kalo ndak dibikinin juga..", runtukku.

"Apa lo bilang barusan?"

"Galak"

"Apa???"

"Cantik.."

"Hehehe, emang.."

"&**'::&$&#~`£..."

Piye? Nyebelin sekaligus nggemesin to kalo kayak gitu.
Cendolpun beringsut duduk di sampingku.

"Tumben ga ngerokok lo Puk abis makan?", tanya Cendol.

"Abis, lupa beli. Dirokok aja ye bentar lagi", jawabku sambil nyengir.

"Cabul!", seringai Cendol.

Kamipun duduk sampingan sambil nonton FTV yang uda mulai rampung.

"Cieehhh, romantis ya Puk itu..", seloroh Cendol saat melihat adegan pelukan cowok cewek pmeran utama di akhir film.

"Ah biasa aja...", gumamku sambil memindah channel tivi.

"Kampret! Rusuh bener si lo Puk!", teriak Cendol berusaha merebut remote tivi dariku.

"Emoh, beli sendiri sana di toko besi", kataku sambil menjauhkan remote dari jangkauan Cendol.

"Manada remote di toko besi woy! Siniin buruuu...", sanggah Cendol ngunyel-unyel tubuhku demi meraih remote tivi.

Kamipun rebutan remote kayak anak kecil.. -___-.

"Hiiiihh, cipok juga nih lama-lama", kesal Cendol setelah gagal mendapatkan remote.

"Mmmmmhhhhh.....", bibirnya melumat bibirku.

Awalnya bibirnya melumat dengan asal, setelah aku mulai membalas lumatannya kini perlahan menjadi bibir kami jadi saling memagut dengan lembut.
Saling lumat.
Saling kecup.
Remote tivi aku letakkan begitu saja, entah acara apa yang sedang tayang kami tidak memperdulikan lagi.
Tubuhnya bergerak naik ke pangkuanku, tangannya merangkul leherku.
Bibir kami masih saling membelit,beradu lidah.

"Mmmmhhh...", desah Cendol saat tanganku menyusup ke balik kemejanya mengelus perutnya.

Setelah kehabisan nafas kami melepas pagutan.

"Ibu pulang jam berapa?", tanya Cendol sambil memperhatianku yang mulai melepas kancing kemejanya dari bawah.

"Jam duaan biasanya...", jawabku sambil terus mempereteli kancing kemejanya.

"Pantesan tangan lo canggih bener..", kata Cendol sambik melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 12.12.

Kuloloskan kemeja itu dari tubuhnya, tubuh atasnya kini hanya tertutupi bra biru donker.
Bibir kami kembali saling lumat, tanganku mrnjalar mengelus perut dan punggungnya.
Tangan Cendol menurunkan tali branya kiri dan kanan tanpa melepas bibir kami yang semakin panas saling serang.
Branya mrluncur ke bawah ke pinggang dimana tanganku disitu, tanpa di perintah akupun langsung membukaka kaitan bra nya dan menyingkirkannya.
Sepasang toket itu kini tanpa halangan apapun.

Mengetahui itu aku melepas bibirku, berpindah ke lehernya.
Aku jilat lehernya, Cendol memberiku akses dengan mendongakkan kepalanya.

"Aaaahhhhh...", lenguhnya saat lehernya terkena sapuan lidahku dan tanganku meremas lembut bongkahan toketnya.

Jilatanku semakin turun ke dadanya.
Terlihat merah bekas cupanganku kemaren.
Lalu ku kecup bekas cupanganku itu dengan lembut sambil kedua tanganku meremas toketnya.
Cendol meremas rambutku menerima perlakuanku.

"Ugggghhhh...", lenguhnya.

"Ulah lo tuh..", lanjut Cendol saat aku menghentikan sejenak kecupanku dan memperhatikan bekas cupang toket ranumnya.

"Bhehehe, yang satunya juga ya biar adil..", jawabku.

"Isshhh, ughhhhh...", lenguh Cendol saat aku kembali nyungsep ke toketnya.

Puting mungilnya telah mencuat indah, tapi belum aku jamah.
Aku terus mengecup seputaran putingnya.
Tak segera mendapat jilatan, tubuh Cendol blingsatan.
Tangannya menuntun kepalaku untuk mulutku segera mendarat ke putingnya

"Puting Puk, mhhhhhhh.., gatal banget dari kemaren setelah lo susu..", kata Cendol parau.

Tubuhnya bergetar, melenting saat mulutku nengulum puting kanannya.

"Ssssshhhh, ahhhh...", bibirnya mendesis.

Setelah cukup basah, aku pindah mengulum puting kirinya, jariku memilin puting kanannya dengan perlahan.
Kulakukan bergantian berulang.
Erangan dan desahan kami bersaing dengan suara tivi.

Nafsu semakin menderu.
Birahi semakin meninggi.
Kontolku yang semakin menegang butuh pembebasan, tanganku segera meraih kaitan celana Cendol sambil terus bibirku tak henti menikmati toket Cendol.

Cendol sepertinya mengerti.
Dia turun dari pangkuanku, lalu duduk bersandar pada sofa.
Wajahnya memerah, nafasnya berat.
Setelah kebuka kaitan celana panjangnya, kini resletingnya aku turunkan.
Aku raih ujung atas celananya, Cendol mengangkat pantatnya saat aku menarik turun celananya.
Tubuh mulusnya kini tergeletak pasrah hanya berbalut CD berwarna senada branya.

Aku yang merasakan sesak di selangkanganku lalu turut melepas celana panjangku.
Kepala kontolku terlihat menyembul dari ujung atas CD ku yang tak mampu menampungnya dalam posisi tegang.
Aku beringsut berlutut di bawah sofa diantara kaki Cendol yang menanti apa selanjutnya yang akan aku perbuat.

Kuangkat kaki Cendol, aku cium betis mulusnya.
Ciumanku semakin keatas menuju paha dalamnya.

"Mmmmhhh..", desah Cendol.

Aku raih CD Cendol dan sekali lagi dia pasrah membantuku meloloskan CDnya.
Tubuhnya kini polos tanpa sehelai pun benang menutupinya.
Aku terpana, menikmati pemandangan surga ini.
Segera aku raih paha Cendol dan memposisikan pinggulnta dinujung sofa.
Perlahan aku kangkangkan pahanya.

Damn!
Memek brrwarna kemerahan yang terlihat lembab itu ikut merekah, basah.
Kembali kujilati paha dalam Cendol semakin ke atas ke pangkal pahanya.
Aroma khas memek semakin membuat nafsuku menggelegak.
Cendol hanya bisa mencengkeram rambutku semakin keras.
Ughhhh..

Ku pegang lutut dalam Cendol dalam posisi dia ngangkang.
Ku jilat bibir memeknya.
Ku kecup lubang memeknya.
Tubuh Cendol menggeliat, menggelinjang menerima rangsanganku.

"Sssshhhhh mmmhhh..", desah Cendol.

Kutelusuri belahan memeknya dengan lidahku.
Dari bawah naik ke atas menuju itilnya.
Kuulangi beberapa kali lalu lidahku memutari itilnya.
Cendol memekik nikmat.
Ku sentil-sentil itilnya dengan lidahku, ku lirik ke atas melihat ekspresi Cendol.
Dia menggigit bibir bawahnya sambil mendesis, tangannya memrgang kapalaku sesekali menjambak rambutku.
Matanya sayu memandang selangkangannya aku nikmati.
Pandangan kami bertemu, ahhhh...
Kusedot kuat itilnya, membuat Cendol melenguh melepas gigitan bibir bawahnya.
Tak tahan melihat bibirnya yang seksi dengan desisnya yang makin bikin suasana panas, aku lepas kakinya, aku bangkit ke atas ku lumat bibirnya.

"Mmmmmmhhh..", desah kami berdua.

Sesaat kemudian aku lepas kulumanku, aku suruh Cendol mengulum jari tengahku.
Setelah basah kugunakan jari tengahku mengusap belahan memek Cendol yang basah.
Kemudian kuputari itilnya dengan jari tengahku.
Aku kulum putingnya bergantian.

"Milaaaan....", racau Cendol.

Terus kugelitik itilnya dan kumainkan lidahku di putingnya.
Tak lama tubuhnya menegang, tangannta mencengkeram rambutku kencang membenamkan mukaku ke toketnya.

"Kluaaaarrr.....", pekik Cendol.

Tubuhnya sedikit melenting, pahanya berusaha mengatup tapi tertahan tanganku.
Lalu dia menghempaskan tubuhnya, matanya terpejam.
Tanganku terasa hangat dan basah di selangkangannya.
Ku usap perlahan permukaan memeknya dengan empat jariku.
Ku kecup keningnya, lalu Cendol membuka matanya.

"Mmmm...", Cendol bergumam lirih seraya tersipu.

"Kamu cantiknya nambah tujuhbelas kali lipat deh Ndol kalo lagi gini", kataku.

"Apaan sii...", saut Cendol dengan senyum malu-malu sambil mendorong dadaku untuk duduk disebelahnya.

"Gantian ya Puk..", lanjut Cendol seraya bangkit dan bersimpuh di depan selangkanganku.

Cendol lalu menarik CD ku ke bawah, seperti Cendol akupun membantunya dengan mengangkat pinggulku agar mudah lolos CD ku.
Telanjang sudah bawahanku, aku duduk setengah tiduran bersandar di sofa dengan kaki ngangkang menjuntai ke lantai dan Cendol ada tepat di depan kontolku yang masih tegang.

Di raihnya kontolku, wajahnya mendekat.
Cupp.., dikecup kepala kontolku.

"Aaaaaahhh..", aku tak ayal mendesah.

Rasa hangat segera menjalar di batang kontolku setelah perlahan kontolku mulai dikulum Cendol.

Cendol sebisa mungkin memasukkan kontolku ke dalam mulutnya dalam-dalam lalu mengurutnya keluar pelan.

"Uggggghhhh..", aku melenguh panjang.

Asli pwenak tenan.
Kuraih rambut Cendol yang tergerai, dan menyatukan dengan tanganku di kepalanya yang turun naik mengulum kontolku.

"Ssssshhhhh.., aaaahhhh", aku makin blingsatan dengan kuluman Cendol yang makin basah.

Batang kontolku basah liurnya, ahh.
Lidahnya terus bermain di batang kontolku, memutar saat kontolku tenggelam di mulutnya.
Tangan Cendolrak tinggal diam, merayap ke atas, mengusap perutku.

Aku lepas peganganku di rambutnya, aku remas jemarinya.

"Ahhhh, Ndoll memek..", racauku.

Cendol melirik ke atas menatapku, lalu dua melepas kulumannya dan merayap ke atas.
Kontolku menggesek toketnya, perutnya, dan akhirnya Cendol duduk bersimpuh mengangkangi kontolku.

"Ahhhhhhhh...", kami mendesah bersamaan.

Ya, pertemuan kontol dengan memek terlalu sukar buat digambarkan rasanya dengan kata.
Nikmat, mungkin satu-satunya ungkapan yang bisa menggambarkannya.

Batang kontolku kini berada di belahan memek Cendol.
Rasa nikmat langsung menjalar di seluruh batang kontolku.

"Kontrol tapi ya Puk..", kata Cendol.

Aku cuma mrnganggukkan kepalaku tanda setuju dan melepas tshirtku.
Kini kami sama-sama bugil.
Dia mulai menggerakkan pinggulnya, tangannya pegangan di pundakku.
Rasa hangat, geli ngeblend menjadi satu.
Tanganku meremas lembut toketnya, memilin putingnya di tengah ayunan pinggul Cendol menggesek memek di kontolku.

Tak butuh waktu lama untuk membuat selangkangan kami menjadi semakin basah dan licin.
Terlihat senyum Cendol tersungging melihatku keenakan digoyang dia, seperti ada kepuasan saat diaberhasil membuatku cuma bisa mendesah dan berdesis nikmat.

Selangkangan yang semakin becek membuat rasa nikmat melesat cepat menuju puncak.
Kugantikan tanganku dengan mulutku untuk menikmati toket Cendol.

"Awwwwhh..", seru Cendol saat ku gigit pelan putingnya.

"Ugghhhh..", lenguhku sambil tangaku nenekan pinggul Cendol ke bawah.

Cendol paham, dia semakin nenekan pinfgulnya sambil goyang sehingga kontolku semakin tergencet di belahan memeknya.

Aaaghhh, rasa itu tiba.
Aku memeluk erat tubuh Cendol.

"Kluaaaarrr..!", erangku.

Cendol merangkul leherku, tubuh kami semakin menyatu, dia terus bergoyang.

Pejuhku tumpah diantara erat pelukan kami.
Muka Cendol terbenam di leherku, pinggulnya masih bergerak, dia menuju puncaknya lagi.
Aku remas pantatnya.

"Milaaaannnn! Aku lagiihhh", erang Cendol.

Kami terhempas lemas ke sofa dengan tubuh sedikit berkeringat.
Nafas kami memburu.
Kami membiarkan selangkangan kami tetap menyatu, entah seperti apa bentuknya sekarang.
Kami berpelukan menikmati sisa 'persetubuhan' ini dalam diam.
Kukecup leher Cendol pelan tanpa suara.

Hening.

"Makasih Ndol..", ucapku memecah keheningan setelah beberapa saat.

"Apaan sih..", jawab Cendol seraya melepas pelukannya.

Wajahnya bersemu merah, tersipu saat aku menatapnya.
Serta merta Cendol meraupkan telapak tangannya ke mukaku.

"Issshh, jangan liat gue seperti itu, malu...", kata Cendol.

"Bhehehe...", ketawaku geli melihat tingkah Cendol.

"Sayang elo Puk...", lirih Cendol sambil membenamkan mukanya di leherku dan mengecup ngecup lembut leherku.

"Mmmhh, iyaa. Enak juga kok aku..", jawabku sekenanya sambil mengelus punggungnya.

"Hiiiiihhh..!!", geram Cendol spontan langsung menggigit leherku.

"Kyaaaaaa..!!!!!", teriakku.

"Iyaa iyaaa, aku juga sayang kamu. Banget.", lanjutku.

"Gitu dong.., resek banget si jadi orang." , kata Cendol setelah mendengar jawabanku.

"Sakit Ndol...", keluhku.

Cendol mengangkat kepalanya, lalu menatapku.

"Penak?", tanya Cendol

"Ora!", jawabku tegas.

"Hehehe...", kekeh Cendol.

Cendol lalu mengecup bibirku ringan dan kembali menenggelamkan tubuhnya ke pelukanku.
 
Sayang tuh mbak Dian kemtang......
 
Petting ceritanya nih...
Krupuk n cendol..?
Atawa ML...?
 
Cuma petting doang ya cendol sm kerupuk.?kasihan mbak diannya kentang..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
salah satu cerita terbaik nih :D
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd