Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Laila

Bagian 3
MEMASUKI minggu kedua. Ran asik dengan hape-nya sambil seperti biasa menunggu kemunculan sang gadis. Tak sadar jika yang ditunggu tiba dan langsung menghampirinya. Terkejut saat gadis itu meletakkan tas di atas meja sedikit keras, lalu duduk di kursi dan menatap pria itu dengan galak.

"Sampe kapan sih kakak bakal ngeliatin aku?" semprot sang gadis bertanya, sedikit berbisik.

Sesaat Ran tak mampu menjawab, gugup dan salah tingkah dengan tatapan galak gadis itu. "Eh iya maaf," ujarnya kemudian.

"Maaf kalo kamu nggak suka. Sumpah aku nggak bermaksud apa-apa. Aku cuma nggak bisa nahan keinginanku untuk bisa ketemu dan ngeliat kamu," beber Ran pelan, tak mampu menyembunyikan kegetiran suaranya.

"Trus?" tanya sang gadis lagi.

"Kalo kamu nggak suka, aku janji akan berhenti. Kalo kamu mau aku nggak akan muncul lagi," jawab Ran nyaris tak terdengar.

"Bukan itu maksud aku," ujar sang gadis usai menghela nafas.

"Kakak suka aku kan?" tembaknya kemudian yang membuat Ran semakin salah tingkah dan malu.

"Eh... iya... anu... iya... aku suka kamu," jawan Ran terbata-bata lalu terdiam dan menunduk.

"Ampun... cape deh," seru gadis itu karena Ran masih diam. "Nungguin kakak lama. Aku aja yang mulai. Kenalin, namaku Laila. Aku juga suka sama kakak."

Ran melongo. Terkesima dan kagum dengan keberanian gadis di depannya, malu dengan kepengecutannya sendiri. Akhirnya dia pun mengulurkan tangan menyambut uluran tangan Laila lalu memberikan senyuman terbaiknya. "Aku Ran. Aku ralat, aku bukan suka kamu. Aku jatuh cinta sama kamu," ujarnya tegas.​

***​
 
Tambahin dikit. Ntar nambah pas sahur :)
"MASUK La," ajak Ran pada Laila, yang merona saat pria itu menggodanya dengan berkata bahwa suatu hari rumah itu, toh akan jadi rumahnya juga.

Sejujurnya Laila sangat gugup, ini pertama kali dia berkunjung ke rumah Ran. Malu-malu, dia pun mengikuti Ran yang menarik tangannya pelan, masuk ke dalam rumah mewah itu, yang bahkan ruang tamunya jauh lebih besar dari kamar kost-an Laila.

"Mau minum apa La?" tanya Ran pada Laila, yang duduk di sofa panjang sembari pandangannya berkeliling ruangan, kagum dengan berbagai perabotan mahal yang mengisi rumah itu.

"Terserah kakak aja," jawab Laila singkat.

Ran pun segera beranjak ke dapur yang menyatu dengan ruang tengah, hanya dipisahkan oleh kitchen set bar. Kembali matanya berkeliling menikmati suasana rumah itu. Tak lama pria itu menghampirinya membawa minuman serta hidangan kecil.

Seiring waktu kegugupan Laila berkurang dan dia pun kian rileks, terbawa suasana obrolan serta tawa canda bersama Ran. Sikap pria terkasihnya yang selalu sopan, membuat gadis itu bisa melepaskan kekhawatiran dengan kenyataan mereka hanya berdua di rumah itu.

"Aku punya kejutan buat kamu," ujar Ran lalu memintanya menutup mata.

Berdebar-debar, Laila pun menuruti. Bertanya-tanya kejutan apa yang akan diberikan Ran.

"Kamu boleh liat sekarang," perintah Ran.

Laila membuka mata. Terkesima menatap sebuah kotak kecil, berisi sebuah cincin cantik bermata indah yang disodorkan Ran, sementara sang kekasih menatap dengan pandangan mesra.

"Aku bukan cowok romantis. Aku juga nggak pinter berkata-kata," Ran mulai berbicara lalu melanjutkan, "mungkin aku terlalu terburu-buru dan mungkin duda kaya aku nggak pantas buat kamu. Tapi dari awal aku kenal kamu, aku udah yakin cuma kamu yang aku inginkan sebagai pendampingku. Aku cinta kamu. Mau kan kamu menikah denganku?"

Tanpa mampu menahan diri, Laila pun memeluk Ran erat. Air matanya mengalir, terisak di pundak sang kekasih, tak kuasa menahan kebahagian yang membuncah dalam hati. Berbisik lirih di antara isakan, gadis itu pun menyatakan, bahwa dia juga mencintai pria itu dan bersedia menjadi istrinya.

Selama beberapa saat keduanya saling berpelukan erat sebelum akhirnya Ran melepaskan diri. Tangannya lalu terulur, memegang sisi kepala Laila, dan menghapus sisa air mata di pipi sang gadis. Keduanya pun saling berpandangan dan bertukar senyuman penuh cinta.

"Laila. Boleh nggak aku mencium kamu?" pinta Ran mesra.

Tersenyum malu oleh Ran, Laila pun memejam mata, dan sedikit membuka bibirnya menanti ciuman pertama dari sang kekasih yang selama ini selalu dia idamkan.​

***​
 
Biasanya gw gak suka cerita romantis...
Tp berhubung Hijaber nya agresif...
Not Bad Huuu....
Ditungguuu bgt ... sampe chroootttt....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd