Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Laila

Libur tlah usai. Sesuai janji, ini apdet dari mbah. Mohon maaf jika setelah ini agak lambat apdetnya. Mbah lagi stag neh. Ga tau kenapa susah cari ide :(
Tapi ya sudahlah. Ini aja dulu

***​

Laila melirik jam dinding di ruang tengah, hampir jam 4 sore. Setengah jam sudah dia menyibukan diri menyiapkan makan untuk Ran yang masih terlelap di sofa, di ruang tengah. Hanya suara dari TV serta derasnya hujan di luar yang menemani keasikannya memasak.

Hujan kedua di hari itu, jauh lebih deras dibandingkan yang pertama turun, saat Ran penuh birahi menghujam liang kenikmatannya.

Memang seks pertamanya itu tak seperti yang pernah dia bayangkan, akan terjadi di malam pertama pernikahan, namun gadis itu tak terlalu menyesalinya. Meski sakit diawal, tapi kenikmatan yang dia rasakan setelahnya sangat luar biasa, melebihi kenikmatan permainan lidah, mulut, dan jemari pria itu di memeknya.

Sesaat Laila berjenjit merasakan sedikit rasa sakit dari kemaluannya yang rupanya masih tersisa. Dia menyoba untuk tak mempedulikan dan kembali sibuk.

"Sibuk aja," sapa sebuah suara dari arah tangga.

Laila menoleh, tersenyum menyapa Ran yang rupanya sudah bangun dan kini menghampirinya. Tak lama kekasihnya itu berada di belakangnya, langsung memeluknya dari belakang.

"Masak apa sih?" tanya Ran melongok dari belakang pundak Laila untuk melihat.

Laila pun bergelinjang geli, protes dengan nada manja saat Ran dengan nakal meremas payudaranya, merasakan kemaluan sang kekasih yang kembali mengeras, dan menempel erat pada belahan pantatnya.

Laila memang saat itu memasak tanpa mengenakan apapun menutupi keindahan tubuhnya kecuali jilbab hitam yang masih melekat di kepala. Jaket serta pakaiannya, yang tertinggal di taman belakang dan teras basah, oleh hujan yang turun saat mereka bercinta.

Sejujurnya dia bisa saja memakai salah satu kaus milik Ran, tapi dia suka bertelanjang ria seperti ini, merasa seksi dan bergairah. Lagipula di rumah itu hanya ada mereka berdua.

"Aahhh kakak... udah ah... duduk dulu sana. Biar aku masak dulu, abis itu kita makan bareng. Kakak belom makan dari pagi kan," perintah Laila pada Ran yang semakin iseng membelai kemaluannya.

Ran tertawa, tanpa protes melepas Laila dan berjalan menuju ruang tengah. Dia memang sudah merasa lapar. Tak lama dia pun sibuk menonton TV sambil menunggu Laila.

Usai menyantap makanan, keduanya kembali ke ruang tengah untuk bercengkerama sembari menonton TV. Laila memutuskan untuk menginap karena seluruh pakaiannya masih basah dalam mesin cuci milik Ran sedang dia tak punya baju ganti untuk pulang ke kost.

Usai makan, keduanya menghabiskan sisa sore dengan menonton salah satu koleksi film Ran, duduk berdampingan di sofa sembari berangkulan hingga malam datang menjelang sedang di luar sana hujan masih turun membawa angin yang membuat udara semakin dingin.

Laila sudah tak mampu lagi mengikuti jalan cerita menjelang pertengahan film. Bagaimana mungkin jika sejak awal mereka menonton, Ran sudah mulai nakal menjamah tubuhnya, berujung pada telunjuk serta jari tengahnya yang mengobok-obok memek Laila hingga gadis itu mengalami orgasme.

"Sekarang giliran Laila," goda gadis itu usai orgasmenya mereda.

Tentu saja Ran tak menolak. Dia kemudian bersandar pada punggung sofa dan membiarkan tangan kanan Laila meraih batang kontolnya dan memberi remasan lembut, yang membuatnya mendesah keenakan.

Selama beberapa saat, Laila terus memberi handjob. Tak lama gadis itu mengubah posisi duduk, miring menghadap Ran dengan tangan kiri bersandar di perut duda calon suaminya. Kemudian wajahnya maju mendekat dan segera bibirnya memagut dengan mesra.


"Kita pindah ke kamar yuk," tawar Ran berbisik setelah Laila melepaskab bibirnya.

"Tapi gendong ya," pinta Laila manja.

Ran tersenyum. Kedua tangannya lalu menyusup ke bawah tubuh Laila dan hup..sang gadis berada dalam bopongan. Tanpa repot-repot mematikan TV, Ran menggendong calon istrinya itu menuju kamar.

Di kamar, Ran mendudukan Laila di kaki ranjang, berhati-hati agar tak menjatuhkan sang kekasih. Pria itu kemudian bergeser, berdiri di depan Laila, menatap mata calon isterinya yang mendongak memandanginya.

Laila mengenali tatapan itu, ada birahi di sana, dan sebuah permohonan. Dia pun tersenyum, mengerti apa yang Ran inginkan. Maka gadis itu segera mengulurkan tangan untuk menggenggam batang kemaluan sang kekasih, bersamaan dengan itu wajahnya ikut maju, dan kontol perkasa Ran pun menghilang dalam kulumannya.

Sungguh luar biasa, puji Ran dalam benaknya. Begitu cepat Laila belajar dan beradaptasi dengan kontolnya, sangat lihai. Tiap jilatan, kuluman, dan hisapan yang gadis itu berikan terasa tepat menyentuh bagian tersensitif di batangnya. Sang kekasih bahkan tanpa ragu memasukan seluruh kemaluannya dalam mulut, menyentuh hingga rongga tenggorokan, deepthroath.

Jika ini terus berlangsung, bukan mustahil dia akan mengalami orgasme dalam sepongan Laila, pikir Ran. Namun dia tak menginginkan hal itu terjadi, dia masih ingin merasakan kehangatan vagina kekasihnya. Maka dia memintanya berhenti.

Laila melakukannya. Dia lalu beringsut semakin naik ke kepala ranjang dan membaringkan diri terlentang. Ran merangkak menyusul, langsung memposisikan diri di antara kaki kekasihnya yang menyiku dengan paha mengangkang lebar, bersiap menerima kontolnya. Dengan menggenggam batangnya sendiri, pria itu pun mulai mengarahkan.

"Uuggghhh..." erang keduanya berbarengan begitu kepala kontol Ran melesak.


Masih sempit dan terasa seret. Wajar saja, ini pengalaman kedua bagi Laila. Selain itu, kemaluan gadis itu rupanya sudah tak sebasah seperti beberapa waktu lalu.

Tak masalah, Ran hanya perlu kembali merangsang Laila. Berpikir seperti itu, dia mencabut kontolnya lalu menungging dengan kepala mengarah pada selangkangan sang gadis.

Slurp... lidah Ran menyapu belahan memek Laila yang kemudian tersentak oleh jilatan pria itu. "Uuhhh..kakak..geli..," erangnya.

Ran terus menjilat. Tak puas, dia membuka belahan Laila dengan jemarinya lali melahapnya dengan buas. Sesekali ujung lidahnya bermain dengan kelentit sang kekasih, menambahkan rangsangan dengan hisapan kecil.

Tak cukup sampai di situ, Ran menyusupkan telunjuk dan jari tengahnya mengobok-obok vagina Laila, membuatnya kian belingsatan dan menjerit nikmat hingga kembali mengalami orgasme. Kali ini Ran telah siap, dihisap dan ditelannya seluruh cairan yang keluar dengan buas.

Puas, Ran menegakan badan, sedikit bergeser menyesuaikan posisi. Tangan kanannya menggenggam erat batangnya, sedang yang kiri berpegangan pada lutut Laila, lalu mulai mengarahkan.

Slept... kembali kepala kontolnya melesak diiringi erangan Laila. Masih terasa sempit tapi tak seseret sebelumnya. Ran pun mendorong lagi, hampir ⅓ masuk. "Masih sakit sayang?" tanya dia khawatir, berhenti bergerak saat melihat sang kekasih mengerenyit sembari menggigit bibir bawahnya.

"Sedikit. nggak apa-apa kak. Enak koq. Terusin," jawab Laila.

Meski Ragu dan takut menyakiti Laila, Ran kembali mendorong lalu berhenti lagi. Sudah mentok, padahal kontolnya belum sepenuhnya masuk. Dia tak terkejut karena telah mengetahui hal itu dari seks pertama mereka.

"Pelan-pelan kak," iba Laila.

Ran paham, tanpa Laila perlu meminta dia mengerti itu. Pria itu pun menarik, sepelan dan selembut mungkin.

Laila mengerenyit dan kembali menggigit bibir bawahnya. Merasakan batang Ran bergesekan dengan dinding vaginanya, perih namun sangat nikmat. Tanpa sadar dia bereaksi dengan mengencangkan otot-otot di bawah perutnya yang membuat vaginanya berkontraksi, semakin menjepit, kontol Ran, dan tak ayal menambah kenikmatan yang mereka rasakan.

"Uuhhhh..." erang Laila.

Ran telah mencabut kontolnya. Seketika ada rasa hilang dari dalam vaginanya, seakan-akan tak rela batang pria itu terlepas. Namun perasaan itu hanya sesaat karena Ran sekali lagi melesakan kontolnya.

Ran mengulangi gerakan yang sama berulang kali, menarik lepas lalu kembali melesakan kontolnya, sama seperti di awal pria itu merobek keperawanannya. Seperti sebelumnya juga, tiap kali rasa perih yang Laila rasakan berkurang lalu menghilang, sebaliknya kenikmatan gesekan batang Ran pada vaginanya terus bertambah.

Seiring memek Laila yang juga semakin basah dan licin. Ran tak lagi menarik hingga kontolnya terlepas namun tetap membiarkan sebagian ujungnya dalam jepitan vagina sebelum kembali melesakan.Secara pasti, pria itu kemudian mempercepat tempo sodokannya.

Sungguh indah gadis ini, puji Ran dalam benaknya. Tersenyum dia terus memandangi Laila, menyaksikan tubuh sang kekasih terguncang-guncang dengan sepasang payudaranya yang bergoyang seirama dengan sodokannya. Gemas, pria itu mengulurkan kedua tangan dan dengan segera meremas bukit montok itu lalu memilin puting kecilnya.

"Oohhh kakak... ampuuunnn... enak banget..." Laila pun meracau dalam jeritan.

Sakit, geli, dan enak bercampur aduk, memberi sensasi tersendiri yang membuat gadis itu kian belingsatan. Tak tahan lagi, secara naluri dia berusaha menarik tangan Ran dari payudaranya.

Sayangnya Ran lebih cepat, kedua tangannya menangkap tangan Laila, mengangkat ke atas kepala, dan menahannya. Pria itu lalu membungkuk, wajahnya maju lalu dengan buas menjilati dan menghisap payudara gadis itu bergantian.

"Aakkhhhh kakak!!" jerit Laila tak tahan dengan siksaan kenikmatan itu.

"Aammpuun kaaakk... ooohhh geli... enak... uuuhhhh," racaunya mengiba.

Tentu saja Ran tak memberi ampun. Dengan tangan kanannya tetap menahan tangan Laila, dia menjangkau sisi payudara gadis berjilbab itu yang bebas dari hisapan mulutnya dan mulai memilin puting sang kekasih.

Ran semakin beringas. Tak hanya payudara Laila, mulut pria itu tak lama bergerak ke samping dan mulai menjilati dan menghisap ketiaknya. Laila pun semakin menjerit nikmat hingga akhirnya orgasmenya meledak.

"Aaahhh... aaahhh... aaahhh..." megap-megap Laila berusaha mengatur nafas saat akhirnya Ran melepaskan tangannya dan menghentikan aksinya meski pinggul dan pantat tetap bergerak pelan menyodokan kontolnya.

"Uuhhh... kakak jahat..." rajuk Laila cemberut di sela desahan.

"Tapi enak kan?" goda Ran lalu menghentakan kontolnya sedikit keras.

"Aakkkhhh... enak sih... tapi tetep aja nyiksa," ujarnya sedikit tersenyum.

"Masih kuat nggak?" tanya Ran dijawab Laila dengan anggukan.

Dengan jawaban itu, Ran pun menyabut kontolnya, kemudian meminta Laila berbalik, menungging dengan pantat menghadap padanya. "Rapetin kaki kamu La," perintahnya lagi.

Laila mematuhi lalu bersiap. Sedikit mengangkat pantatnya kemudian menunduk dan meletakan kepala di antara kedua tangannya yang menyiku.

"Uuhhh..."

Kepala kontol Ran pun kembali melesak dan tak lama Laila dapat merasakan vaginanya dipenuhi batang kemaluan sang kekasih, enak sekali. Tapi kenikmatan sesungguhnya baru akan dimulai lagi.

Segera setelah kontolnya melesak, Ran langsung menarik dan menyodok dengan tempo cepat. Kedua tangannya pun tak berdiam diri, dengan gemas meremas kedua bongkah pantat Laila, sesekali dia menampar kecil pantat itu.

Menit demi menit berlalu dan Laila kembali orgasme dalam posisi doggy. Lemas oleh deraan kenikmatan, gadis itu akhirnya ambruk tertelungkup. Tak lagi dia mampu menjerit, hanya bisa mengerang terengah-engah dalam tindihan tubuh Ran yang terus menggenjot vaginanya.

"Laa... aku mo keluar," ujar Ran terengah-engah.

Laila hanya mengerang, tak punya tenaga untuk menjawab. Dia biarkan Ran mempercepat genjotan, menikmati tiap sodokan pria itu hingga akhirnya, diawali oleh erangan, memancarlah sperma sang kekasih memenuhi vaginanya, dan mungkin mengisi hingga rahimnya.​

***​
 
Terima kasih updatenya suhu. Selalu menarik di setiap episodenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd