Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Lalisa Felisha: Laporan Bos

SlingShot

Semprot Kecil
Daftar
24 Aug 2017
Post
68
Like diterima
74
Bimabet
Kisah ini Fiksi Semata, karangan TS berdasarkan imajinasi saat jam kuliah. LOL


“Lis… Lisa ayo bangun sekarang hampir jam 8” suara lembut itu membangunkan aku, setelah membuka mata dan terjaga kulihat ibuku sedang membuka gorden jedela kamarku.

“Mama kok bangunin Lisa ma ini kan hari minggu” kataku setengah terjaga. Seraya menarik kembali selimut, aku kemudian memejamkan mataku untuk kembali tidur.

“Kamu ngigau ya ini kan hari senin, ayo cepat bangun kamu udah terlambat masuk kerja” kata ibuku. Aku tersentak kaget dan kemudian bangun dan mengucek-ngucek mataku melihat ke jam dinding kamarku. Pukul 7.45 hari senin.

“Hah… kok ngga di bangunin dari tadi sih, kalo gini aku bakal terlambat sampai di kantor, belum lagi jalanan macet” protesku.

“Tadi Bi Yum udah coba bangunin kamu, kamunya aja yang nggak mau bangun-bangun. Makanya kalo tidur tu jangan larut malam ntar begini deh kejadiannya.” Ibuku menimpali.

“Iya iya” kata ku sambil berjalan ke kamar mandi kamar di kamar tidurku.

Oh ya namaku Felisha, Asteria Felisha aku berumur 24 tahun, Kalau menurut orang-orang untuk penampilan fisikku,. Bibir sensual ala bibir Menado, Mata yang agak sayu, kulit putih bersih dan tubuh yang langsing ideal. Pantatku sedikit lebih besar daripada wanita kebanyakan, membuatku malu saat masih SMU dulu. Teman-teman cowokku selalu mengejekku dengan mengatakan aku seperti ‘semut’ yang pantatnya besar. Penampilan fisikku yang hampir sempurna selalu, Untuk hal ini kalian boleh percaya boleh ngga sih. Hehehe… Aku sendiri memang orangnya easy going termasuk kedalam hal-hal yang berkaitan dengan sex. Aku pecah perawan saat kelas 1 SMU dan Sejak saat itu aku jadi ketagihan, setelah nya hampir semua pacarku mengajak ML, dan semuanya ku iyakan.

Di kamar mandi aku menghidupkan shower, mengaturnya agar suhunya sesuai dan kemudian membuka baju tidurku. Melalui cermin kutatap tubuh telanjangku dari ujung rambut hingga ujung kaki, “Felisha…Felisha… kamu memang cewek yang sempurna” kataku dalam hati aku mulai menyabuni tubuhku mulai dari wajah, lengan dan bagian dadaku, aku berhenti sejenak untuk kembali melihat ke cermin menatap kedua bukit kembarku “love you my boobs…” gumamku bangga. Dengan pelan aku mulai menyabuni bagian sensitifku itu sambil menyabuni aku sedikit meremas dan memijit payudaraku dengan lembut sehingga menimbulkan sensasi yang indah, aku memainkan jari-jariku di putingku yang sebelah kanan, sambil tangan kananku menyabuni buah dadaku sebelah kiri. Payudaraku sebenarnya ukurannya standar nasional Indonesia yaitu 34B tapi yang membuatku bangga setiap kali melihatnya adalah bentuknya yang kencang dengan puting yang berwarna coklat kemerahan, terlihat serasi dengan kulitku yang putih bersih. Menantang setiap mata yang memandangnya. Laki-laki yang tidur denganku selalu kagum dengan bentuk payudaraku ini, seakan-akan mereka tak ingin melepaskan mulutnya dari buah dadaku. Sedetik kemudian aku tersadar bahwa aku harus cepat-cepat mandi, kalu tidak aku akan terlambat pergi kekantor.

Selesai mandi dan berpakaian (hari ini aku mengunakan kemeja dengan kerah yang agak rendah,karena aku sengaja membuka dua kancing atasnya supaya nggak gerah. Agar belahan dadaku tidak terlihat aku memadukan nya dengan scarf di leherku, aku memakai rok span pendek yang agak ketat sehingga lekuk pantatku terlihat) aku menyisir, kemudian mengikat rambutku yang panjang dan berwarna hitam dengan highlight coklat. Setelah masukan semua peralatan kerja ke tas serta membawa peralatan kosmetikku, aku melengkapi busana kerjaku dengan Blazer berwarna biru, kemudian aku pun pergi ke garasi.

“Non… non Lisa mau kemana kok pakai pakaian kerja tapi kok pakai sandal” seru pak Parno tukang kebun rumahku.

“ ya…ampun” seruku sambil menepuk jidat ku. Aku bergeas ke dalam mengambil sepatu hak tinggi ku. Kemudian membawanya ke dalam mobil. Aku menyetir masih dengan menggunakan sandal.

Sesampainya dikantor dan memarkir mobil, aku bergegas memasang sepatu dan mengambil kartu nama di tempat absen sejenak aku melirik ke jam, pukul 8.40 dan menuju lift, ruangan ku dilantai 30.

“Pagi semuanya” seruku sesampainya aku diruanganku

“Pagi Lisa…, makin cantik aja hari ini” seru Herman teman sekantorku

“Lis… loe kok terlambat sih nggak biasanya, tadi malam habis dugem ya?...” kata Astrid dibarengi dengan senyum penuh arti.

“Nggak kok gue baru kena macet parah tadi, jadinya ya terlambat” kataku memberi alasan.

“udah ya say helo nya aku ada kerjaan menumpuk dari jum’at kemarin” kataku sambil berlalu ke meja kerjaku. Antara meja ku dan pegawai lain dipisahkan oleh sekat kaca.

Perusahaan tempat aku berkerja adalah perusahaan asuransi bertaraf internasional, Aku baru tiga bulan kerja di perusahaan ini. Aku bekerja segera setelah lulus kuliah. Jadi masih fresh graduate, Disini aku bekerja sebagai staff Komisaris perusahaan wilayah Indonesia.

Kak Nadia adalah seniorku di kantor orangnya cantik karena di keturunan Indo-bule berumur 27 tahun. Dengan Postur tubuh yang poporsional, kak Nadia telah lama menjadi idola di tempat kerjaku. Walaupun tertutup baju, dapat ditebak ukuran dadanya lebih besar daripada aku, tingginya sekitar 176 an melampaui tinggiku yang 170, berkulit putih bersih, dan mungkin pengalaman seks nya jauh melebihi aku. Aku heran kenapa dia tidak memilih menjadi pemain sinetron saja, kan sinetron sekarang pemain yang dicari adalah yang berwajah indo. Dia adalah orang pertama yang mengajaku ngobrol padaku hari pertama aku masuk kerja. Setelah itu kami semakin akrab.

“Lisa kamu udah buat laporan akhir kemarin nggak?” suara itu memecah konsentrasiku. Kulihat kak Nadia tersenyum dan kembali menayakan pertanyaan yang sama.

“Ini lagi diselesaikan mbak sebentar lagi jadi kok, lambat ginikan gara-gara si Dimas tu…telat ngasih datanya”. Kataku seraya berpaling ke arah Dimas dengan cemberut. Dimas membalas tatapanku dengan menyengir.

“Oh ya Lis kalo udah selesai kamu langsung kasih ke bapak aja ya diruangannya, katanya dia mau dapat penjelasan langsung dari kamu” kata kak Nadia.

“Oke deh, kakak” balasku kepada kak Nadia

Telpon di mejaku berbunyi diseberang sana aku dapat mendengar suara pak Irwan bos ku.

“Felisha laporannya udah jadi kan cepat kamu bawa kemari” kata pak Irwan

“Iya…iya…pak secepatnya akan saya bawa ke ruangan bapak” telpon ditutup kemudian aku mebereskan mejaku dan membawa laporan akhir itu ke ruangan pak Irwan. Ketika aku ingin beranjak tiba-tiba kak Nadia menghampiriku.

“Lisa kamu yang tenang ya apapun yang terjadi nantinya.” Kata kak Nadia seolah mengkhawatirkan sesuatu.

“Ah kakak ini cuma laporan biasa saja kok, nggak usah takut gitu lagi…” kataku sambil tersenyum. Aku tidak mengerti mengapa kak Nadia khawatir begitu.

Ruangan pak Irwan sedikit terpisah dari tempat kami jaraknya kira-kira 9-10 meteran, mungkin karena ruangannya yang besar. Aku mengetuk pintu beberapa kali.

“masuk” seru pak Irwan dari dalam ruangan. Aku pun masuk dan menutup pintu. Seperti kataku sebelumnya, ruang kerja pak Irwan lumayan besar di dalamnya tersedia lengkap TV,sofa, dan meja kerja dengan komputer tipe terbaru dan layar LCD. Ruangan ini juga memiliki WC sendiri. Dari jendelanya yang lebar kita dapat melihat pemandangan kota.


Pak Irwan pimpinanku adalah seorang pria berumur awal 50 an, aku sendiri tak tahu pastinya. Rambutnya sudah botak dan hanya menyisakan sedikit di bagian samping dan belakang. Dengan tinggi badan hanya sekitar 160cm kurang dan perut agak buncit (setiap melihatnya aku selalu teringat iklan rokok jaman dulu “yang muda nggak bisa dipercaya” mudahan ada yang masih ingat)

“Pak ini laporan akhirnya sudah saya selesaikan” kataku seraya meletakan file berisi laporan itu ke meja pak Irwan.

“Oh iya…silahkan duduk dik Felisha saya, pelajari dulu laporannya” kata pak Irwan. Akupun duduk dikursi berhadapan dengan pak Irwan dan meja kerjanya.

“Dik Felisha mungkin kamu bisa menjelaskan point yang ini, saya kurang mengerti” kata pak Irwan seraya menunjuk ke laporanku.

Aku berdiri dari tempat dudukku dan menghampiri pak Irwan, seraya membungkukkan badan aku pun berkata,

“Point yang ini ya pak” kata ku sambil menunjuk ke laporan itu .

“Ya point yang ini” kata pak Irwan menimpali. Selagi aku menjelaskan rupanya pandangan mata pak Irwan tidak hanya terfokus ke file laporanku saja tetapi juga ke dadaku. Tanpa ku sadari scarf yang kupakai di leher agak bergeser sehingga belahan dadaku terekspos ke mana-mana. Pak Irwan beberapa kali meneguk air liur melihat pemandangan indah itu.

“Stop, sebentar dik Felisha, saya mau ke toilet dulu” kata pak Irwan. Akupun menghentikan penjelasanku. Pak Irwan dengan teburu-buru pergi ke toilet mungkin karena ‘burungnya’ sudah memberontak ingin lepas dari sarangnya. Lima menit kemudian pak Irwan keluar dari WC pergi kearah pintu untuk menguncinya tanpa sepengetahuanku dan duduk seraya memintaku untuk melanjutkan penjelasanku. Aku tak mengubah gayaku tetap dengan membungkuk sehingga kembali memperlihatkan belahan dadaku yang indah.

Setelah beberapa saat menjelaskan, aku merasakan ada yang mengelus pantatku. Rupanya tangan pak Irwan, dia tersenyum saat aku menepis tangannya dan kembali melanjutkan penjelasanku. Rupanya itu baru permulaan tangan pak Irwan kali ini hinggap di pahaku yang putih mulus dan mulai mengelus-ngelusnya. Aku terpaksa berhenti menjelaskan laporan itu.

“Dik Felisha pantat dan pahamu oke banget ya” kata Pak Irwan. Kemudian tangannya semakin turun dan masuk kedalam rok pendekku. Tangannya semakin berani mengelus dan membelai pahaku bagian dalam hingga sampai ke pangkalnya. Disana ditekannya dua jari pada bagian tengah kemaluanku yang masih tertutup celana dalam berwana putih tipis.

“Kamu cantik sekali Felisha” katanya memuji. Aku berusaha merapatkan kakiku, tapi usahaku tak mampu menghentikan jari-jari nakal pak Irwan.

“aaahhh…” desahku saat jari-jarinya mulai bermain-main pada kemaluanku. Aku mencoba mengontrol diri

“pak.. ah…saya… tidak…bisa menjelaskan… emh…laporannya bila begini..uhh… sebaiknya bapak menghentikannya eh…ooohhh” kalimatku kuakhiri dengan desahan karena jari-jari pak Irwan menyusup kedalam CD ku, menyentuh, kemudian sedikit mengorek vaginaku. Pak Irwan rupanya tak perduli lagi dengan kata-kataku tangan kirinya malah naik dan hinggap di dada ku sebelah kanan dan mulai meremas-remasnya walaupun masih tertutup baju.

Tombolku sudah ditekan dan aku sekarang aku akan melakukan apa saja untuk memuaskan birahiku yang naik. Tanpa disuruh aku mengangkat kakiku dan meletakannya di atas sandaran kursi agar Pak Irwan lebih leluasa mempermainkan Vaginaku. Tak pernah terbayang olehku aku berani menkakangkan kakiku di hadapan bosku yang kuhormati. Pak Irwan rupanya mengerti dia menaikan rok pendekku, menyingkap dan menggeser celana dalamku ke samping, Meyibak bulu-bulunya, dan menemukan liang vaginaku yang berwarna merah merekah dengan indahnya. Dia mulai memainkan jari-jarinya di dalam sana. Dengan kedua jari tangan kanannya dia membuka lebar bibir vaginaku dan mencucukan jari tengah tangan kirinya yang membuatku sedikit tercekat “ooohhh” hanya itu yang keluar dari mulutku. Setelah jari tengahnya mengorek-ngorek vaginaku, mulutnya mulai menjilati pahaku ketika menyentuh pangkalnya kemudian dia melumat vaginaku. Kedua tangan pak Irwan kembali mengincar payudaraku yang masih tertutup. Kedua tangan itu memijit, dan meremasnya dengan agak keras aku sedikit merintih “Aaakkkhh…” jeritku. Tubuhku menggelinjang oleh sensasi permainan mulut dan tangan nya.

“mmhhh… memekmu harum banget dik, pasti rajin perawatan diri” kata pak Irwan tanpa melepaskan mulutnya dari vaginaku. Aku memang selalu membersihkan vaginaku dengan cairan pembersih agar selalu wangi dan hanya ditumbuhi bakteri baik.

Aku merasakan benda yang lunak dan basah yang mengelitik vaginaku “ oogghh…” desahku, dia rupanya sudah mulai melakukan permainan lidah. Lidahnya mulai menyeruak kedalam lubang vaginaku sesekali lidahnya menjilat dan mengelitik klitorisku menimbulkan rasa yang luar biasa. Setelah permainan lidah yang nikmat itu jarinya mulai mempermainkan klitorisku sambil menahan agar celana dalamku tetap tersingkap. Klitorisku dijepitnya dengan jari telunjuk dan ibu jari kemudian digesek-gesekan. Selanjutnya mulutnya mulai menghisap labia minoraku. Sambil menjilati vaginaku dia melepaskan tangan kirinya dari payudaraku dan menusukan jari tengahnya ke dalam vaginaku, menusuk dan mengorek-ngoreknya.

“Uuuhh…aahhh…ter…terus…” kata itu keluar dari mulutku menadakan kalau aku sudah terangsang hebat.

“Clep…clep…clep” begitulah bunyi jari pak Irwan saat memasukan jarinya di vaginaku yang sudah becek.

“ kamu cepat basah ya dik” kata pak Irwan mengomentari vaginaku yang sudah banjir kemudian melanjutkan permainannya. Aku hanya bisa memejamkan mata dan mengigit bibir bawahku untuk meresapi segala nikmat yang kurasakan. Setelah 10 menitan mataku mulai berkunang-kunang, aku menggigit bibirku dengan keras, memeggang kepala botak pak Irwan dan… “Aakkhh…” aku mencapai orgasmeku yang pertama. Kakiku lemas dengan sigap pak Irwan menahan tubuhku agar tak terjatuh. Cairan cintaku semakin banyak karena orgasme tadi dan tanpa jijik pak Irwan menyeruputnya. Aku orgasme dengan pakaian lengkap, dalam posisi berdiri. Sungguh sensasi yang luar biasa. Selama permainan tadi Pak Irwan tak pernah beranjak dari tempat duduknya kecuali pada saat menahan agar aku tidak jatuh.

Pak Irwan mendudukan aku di meja kerjanya, dia menggeser monitor LCD nya supaya ada tempat untukku untungnya meja itu cukup lebar. Seraya beranjak menuju dispenser untuk mengambil segelas air putih dan kemudian meminumnya. Dia membawa juga segelas untukku, yang segera kuminum.

“Bagimana dik Felisha bisa kita lanjutkan permainannya” pak Irwan bertanya padaku sambil tersenyum. Aku menjawabnya hanya dengan mengagguk pelan.

Aku masih duduk di meja kerja saat pak Irwan membuka kancing blazerku dilanjutkan dengan membuka kancing kemejaku, Aku mebiarkan dia sendiri yang membuka bajuku. dia tidak membuka semua kancing bajuku “biar nanti masangnya cepat” demikian dia memberi alasan. Kemudian di melepas kaitan bra-ku yang letaknya didepan, mencuatlah payudaraku yang montok dan menantang dengan puting yang berwarna coklat muda kemerahan. Sejenak pak Irwan memandangi buah dadaku dengan decak kagum. “Dadamu bagus sekali dik Felisha, kencang dan montok bentuknya masih bagus” pujinya.

Kedua tangannya mulai menjalar didadaku setelah memenuhi payudaraku dia mulai meremas dengan pelan yang diiringi desahan pendek dari mulutku. Tiba-tiba aku merasakan remasannya bertambah kencang erangan dan desahanku berubah menjadi jeritan “Aoww…Aakkhh…Sakit Pak…eengghh… hentikan !!!” kataku seraya mendorong tangannya dari payudaraku.

“Maaf dik…soalnya saya gemas melihat payudara dik Felisha, sekalian mau menguji kekencangannya” katanya sambil tertawa kecil. Aku memandanginya dengan wajah cemberut marah. Remasan brutal itu menimbulkan bekas kemerahan pada payudaraku.

Usai menyiksa payudaraku pak Irwan mulai mencumbuinya beliau melumat payudara kanan dan kiriku secara bergantian, tangannya juga ikut bermain bila payudara kananku yang dilumatnya, maka payudara kiri kebagian remasan tangannya. Putingku terasa disedot, disusul dengan gigitan ringan. Membuat benda itu semakin mengeras. Bosan melumat payudaraku satu per satu beliau menggunakan kedua tangannya untuk menyatukan kedua bukit kembarku. Ketika kedua putingku berdekatan, lidahnya mulai menyapu kedua benda itu. Rasa geli yang kurasakan tidak terkira ketika kedua putingku yang sudah mengeras terkena lidah yang hangat dan basah. Sesi ini berakhir dengan lumatan dan sedotan pak Irwan pada kedua payudaraku secara bersamaan.

Aku tak berhenti mendesah selama pak Irwan mencumbu dadaku,membuat seluruh tubuhku bergetar meresapi setiap cumbuan pak Irwan. Permainan ini kunikmati dalam posisi duduk di meja kerja pak Irwan.

Pak Irwan kemudian membaringkan aku di meja kerja, menaikan rokku sehingga pangkal pahaku terlihat. Rupanya celana dalamku lupa dirapikan sehingga sebagian vaginaku terlihat. Pak Irwan menyingkap celana dalamku dan menggesernya ke samping, membentangkan pahaku lebar-lebar,kemudian dia membuka resleting celananya mengeluarkan ‘burung’ yang dari tadi sudah sesak didalam sangkarnya. Pak Irwan menggengam benda itu dengan tangannya kemudian mengesek-gesekan penisnya dibibir vaginaku, hal ini membuat aku kegelian.

“Dik Felisha saya masukin sekarang ya, saya sudah tidak tahan...”

“uuhh…Sebentar pak” kataku seraya menutup vaginaku dengan tangan.

“Saya belum membalas perlakuan bapak terhadap memek saya, ‘Burung’ bapak juga harus merasakan mulut saya…” kataku sembari bangun, meraih penisnya dan turun dari meja. Sambil mengeggam penisnya Aku menggiringnya ke kursinya. Pak Irwan pasti mengira kalau aku adalah gadis yang minim pengalaman seks. Soalnya dari tadi aku hanya betindak pasif. Dengan tatapan nakal dan gerakan yang menggoda kuturukan badanku perlahan-lahan. Penis pak Irwan masih dalam genggamanku, diameternya lumayan besar mungkin di sudah pergi ke ‘Mak Erot’ untuk membesarkan barangnya itu. Ketika pertama melihatnya tadi pun aku sempat terkejut. Aku sempat menanyakan kenapa pak Irwan tidak menggunakan celana dalam. Rupanya CD nya sudah dilepas di WC tadi.

Yang pertama kulakukan adalah menciumi kepala penis tersebut disertai mengocoknya pelan. Lipstik pink-ku terlihat mencap bentuk bibir pada kepala penisnya. Kugerakan lidahku menelusuri pelosok batang itu kemudian kujilati pelirnya dan kuemut sejenak. Sambil melakukan oral-seks Sesekali aku menatap pak Irwan dengan tatapan yang tajam, kulihat pak Irwan merem-melek menikmati jilatanku dan duduknyapun makin tidak tenang. Tapi aku belum selesai jilatanku akhirnya sampai kembali kekepala penisnya. Aku mengerakan lidahku melingkar dan menari-nari di lubang kemihnya. Pak Irwan mendongakkan kepalanya ke langit-langit sambil meracau tak jelas. Sejenak kuemut kembali kepala Penis itu. Aku mulai membuka mulutku yang mungil. Aku berusaha membuka mulutku selebar mungkin agar barang itu dapat tertelan seluruhnya ked dalam mulutku. Setelah mulutku mulai terbiasa dengan besarnya penis itu aku mulai melakukan gerakan mengulum penis itu. Sambil tanganku memijiti pelirnya.

“'eennnggghhh....mmmhhh...oohh… dik… dik…Felisha seponganmu mantap sekali” pak Irwan memuji. Sejurus kemudian tangannya memegang kepalaku, sesekali membelai rambut panjangku yang terikat. Dan membantuku menaik-turunkan kepalaku penisnya tidak bisa masuk seluruhnya paling Cuma 3/4nya saja. Tiba-tiba tangan itu menurunkan wajahku kearah penisnya lalu ditekannya dalam-dalam sehingga penisnya masuk seluruhnya hingga mencapai dinding kerongkonganku mataku membelalak karena terkejut dan sesak. Aku tak bisa mengangkat kepalaku karena ditahan oleh pak Irwan, Aku mencoba berontak.

“ akkhhh…Eenngghh…ennngggghhhh”suara itu keluar dari mulutku karena dijejali penis pak Irwan. Sambil menggeleng-gelengkan kepala aku berusaha melepaskan penis itu dari mulutku. Aku hampir kehabisan nafas, akhirnya pak Irwan melepaskan tangannya sambil terbatuk-batuk aku mengangkat wajahku, kemudian mengambil nafas panjang.

“Bapak yang benar dong, kalau saya mati kehabisan nafas gimana?” kataku sewot. Aku sempat berpikir untuk menyudahi semua ini dan kembali keruanganku.

“Maaf ya dik Felisha, seponganmu luar bisa sih, saya jadi terbawa nafsu. Tadi itu oral seks yang paling hebat yang pernah saya rasakan” katanya menenangkanku.

Dengan gontai Aku melangkah kearah meja kerja aku melepaskan blazer dan scarfku karena gerah, menunjukan leher jenjangku. Aku masih mengenakan kemeja yang kancingnya sudah terbuka dimana-mana Bra yang masih menempel walau pengaitnya sudah dilepas. Aku kemudian berbaring. Kacanya yang dingin sedikit menurunkan suhu tubuhku. Yang kelelahan. Kakiku menjuntai ke lantai dan sedikit terbuka aku memejamkan mataku. Aku merasa ada yang mencium keningku, setelah membuka mata aku melihat wajah pak Irwan. Rupanya keadaanku yang pasrah menimbulkan iba baginya.

“kamu sudah siap dik Felisha?, bapak masukin sekarang ya”. Aku menjawabnya dengan anggukan lemah.

“Tahan ya dik, mungkin akan sedikit sakit”. Aku diam saja mendengarnya

Pak Irwan mengambil posisi dia mengangkat rok ku ke pinggang sehingga pangkal pahaku terlihat. Dia membuka lebar kedua pahaku kemudian Dia mengeser celana dalam ku kesamping. Dia mengeluarkan penisnya dari resleting celananya, dan membimbingnya menuju bibir vaginaku kemudian dia menggesek-gesekannya. Aku memejamkan mata menunggu saat-saat vaginaku dicoblosnya. Penis besar itu mulai menancap perlahan-lahan. Pertama-tama kepalanya, Aku menggigit bibirku menahan perih, kepala penis itu akhirnya masuk pak Irwan menggunakan cara tarik-ulur. Bila penisnya terhambat dia menariknya dan kemudian memasukannya lagi. Rasa sakit dan perih mulai menjalari tubuhku. Setelah masuk setengah mulailah ia memompa perlahan. Tangan pak Irwan memegang kedua kakiku dan menciuminya. Makin-lama makin cepat pak Irwan memasukan penisnya. Aku memegang pundaknya dengan satu tanganku sementara tangan satunya menahan tubuhku posisiku menjadi agak miring.

“Aakkhh… aduh…pelan-pelan pak sakitt…awww…!!” rintihku, saat ritme permainan meningkat. Rupanya pak Irwan semakin horny melihat wajah kesakitanku.

“ohhh…Sempit sekali memekmu dik Felisha, Sekarang tahan yang ini dik!!” katanya seraya menhujamkan penisnya hingga masuk semua.

“aakkhhhh…sakit…!!!” aku menjerit sambil berusaha menutup mulutku agar jeritanku tidak terdengar orang diluar. Rasa sakit mulai berganti menjadi rasa nikmat yang tak terkira, rintihanku pun berubah menjadi desahan. Aku dapat merasakan urat-urat batang penis yang mengesek dinding vaginaku. Otot-otot vaginaku yang sempit menjepit penis pak Irwan dengan kencang sehingga dia benar-benar belingsatan menahan nikmat. Aku merasakan tangan pak Irwan meremas-remas payudaraku dan memilin putingnya. Kedua tanganku kemudian kulingkarkan di leher pak Irwan untuk mendekatkan mulutnya dengan payudaraku. Pak Irwan segera menyantap hidangan itu dia melumat kedua buah dadaku menyedot serta menggigit putingnya. Aku melingkarkan kakiku di pinggang pak Irwan. Lidah pak Irwan menjalar naik ke leher jenjangku. Disitu dia memberi cupangan dan menggigit leherku seperti vampir, kemudian naik lagi dan lidahnya masuk kemulutku yang terbuka mencari lidahku. Lidahnya menyapu-nyapu langit-langit mulutku menggelitik lidahku sehingga lidah kamipun beradu dengan liar. Kami berciuman dengan dasyat. Sex memang penuh keajaiban, entah bagaimana dia bisa mencium bibirku padahal dia lebih pendek dan perutnya gendut, ah sudahlah yang penting aku menikmatinya. Aku berinisiatif melepaskan ciuman karena aku merasa sudah hampir orgasme. Rintihanku makin tak karuan tubuhku menggelinjang dengan dahsyat, aku mendesah panjang dan melingkarkan kakiku lebih erat pada pinggang pak Irwan dan akhirnya aku mencapai orgasmeku yang kedua.

“aaakkkhhh…” jeritku. Tubuhku lemas cairan cinta mengucur deras dari vaginaku. Semakin melicinkan jalan bagi penis pak Irwan. Aku lunglai dan berbaring di meja. Melihat keadaanku seperti itu pak Irwan menghentikan aktifitasnya dan mencabut penisnya, padahal dia masih belum keluar. Dia rupanya memberiku waktu istirahat

“ayo dik kita lanjutkan lagi” katanya semenit kemudian. Pak Irwan menarik lepas Cdku , dan membiarkanya menggantung di kaki kananku. Dia menggengam tanganku dan membimbingku turun dari meja, kemudian membalikan tubuhku sehingga aku sekarang tengkurap diatas meja tetapi kakiku masih menjejak ke lantai kantor. Untungnya aku masih mengenakan sepatuku sehingga kakiku tidak menggantung. Payudaraku tertekan kemeja kerja, putingku yang sensitif menempel kekaca, rasa dinginya memberikan kenikmatan tersediri. Posisiku kini menungging kearah pak Irwan. Sambil meremas pantatku dia mulai mendorongkan penisnya ke vaginaku. Dia kemudian naik ke kursi aku mencletuk dalam hati “siapa suruh pendek…”

“eemmhh…uugghh…!” desisku ketika penis yang keras itu membelah bibir kemaluanku.

Rasanya sudah tidak terlalu sakit lagi, mungkin karena vaginaku sudah terlalu becek akibat orgasme tadi. Dengan posisi seperti ini menyebabkan sodokannya lebih maksimal. Tubuhku ikut berguncang dan dadaku yang tertekan ikut bergesekan dengan meja kerjanya. Aku mendesah dan merintih dibarengi dengan degusan nafas pak Irwan. Aku mencoba mengimbangi dengan mengoyang pantatku setiap pak Irwan menyodok. Genjotannya bertambah cepat pak irwan kemudian menarik ikat rambutku, sehingga rambut panjangku tergerai. Pak Irwan mencoba menggapai payudaraku, aku mengangkat tubuhku sedikit supaya dia bisa memegang payudaraku. Kembali tangannya meremas dan memilin puting payudaraku sambil sesekali menjepit dengan jari serta mengesek-geseknya. Tanganya kembali meremas pantatku setelah itu dia menampar pantatku yang membuatku merintih lebih keras.

Rasa nikmat memuncak di selangkanganku aku pun tak kuat lagi aku semakin mempercepat goyangan pantatku hingga…

“ uuhh pak aakkhhh….!!” Aku kembali mencapai orgasme vaginaku semakin terasa banjir, namun tidak ada tanda-tanda pak Irwan akan keluar. Dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan semakin terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, Cairanku meleleh ke paha dan kakiku. Pak Irwan tidak mengehentikan aksinya, dia menarik tubuh kami mundur beberapa langkah hingga dadaku yang sebelumnya tertekan sekarang menggantung dengan bebas. Aku bertahan dengan memeggang pinggiran meja. Pak Irwan semakin mempercepat gerakannya, aku hanya bisa menggap-menggap seperti ikan di luar air, tubuhku sudah lemah tak berdaya.

“Dik Felisha… saya sudah mau…keluar” desahnya seraya mempercepat kocokannya. Aku tersentak, serta-merta aku memalingkan wajahku menatapnya.

“Jangan… uuhh… didalam pak…aku…akhh…lagi subur” aku berusaha berbicara dengan suara yang terputus-putus. Tak lama kemudian dia mencabut penisnya. Aku turun dari meja dan bersimpuh di kakinya dengan cepat dia menempelkan penisnya yang basah kebibirku, aku membuka mulutnya dan mulai mengulum sambil mengocok-ngocok penisnya dia mengerang keras sambil menjambak rambutku.

“aahh dik Feli…Felisha…!!” erangnya seraya sperma menyemprot deras ke langit-langit mulutku, disusul semprotan berikutnya yang semakin mengisi mulutku. Aku berkonsentrasi menelan dan menghisapnya berusaha agar cairan hangat dan kental itu tidak terbuang. Semakin lama semprotannya semakin mengecil, setelah semprotanya selesai benda itu mulai menyusut, sebagai sentuhan terakhir aku menjilat batang itu sampai bersih mengkilat kemudian kukeluarkan dari mulutku. Pak Irwan kembali ke kursinya dan duduk sambil nafasnya terengah-engah, kemudian dia menutup resletingnya kembali. Aku bangkit berdiri seraya tanganku menyeka sisa-sisa sperma dari sudut bibirku.

Aku sebenarnya sedikit tersinggung karena dia “memperkosa”ku hanya dengan membuka resleting celana, tanpa membuka pakaiannya. Seolah-olah tubuhku hanyalah tempatnya membuang sperma sama halnya seperti kalau dia buang air kecil di wc. Tetapi aku juga menikmati persetubuhan ini. Setelah tenagaku terkumpul kembali, aku mengambil tissue untuk membersihkan selangkanganku, memasang celana dalamku kembali, merapikan bra, kemudian merapikan baju dan rokku. Aku mengambil dan mengenakan blazerku, memasukan scraf ku kekantong blazer yang terakhir mengikat rambutku kembali. Aku menghampiri pak Irwan dan meminum air putih yang diberikannya.

“Boleh saya lanjutkan penjelasan laporannya pak?” kataku seolah-olah tak terjadi apa-apa.

“Saya rasa laporanmu sudah bagus dan nanti akan saya pelajari lebih jauh” katanya sambil tersenyum.

“Kalau begitu saya bisa kembali ke ruangan saya pak?” kataku ingin beranjak

“Sebentar dik Felisha!”

“ya pak?”

“Saya cuma mau bilang terima kasih. memekmu legit kesannya seret-seret basah…”aku hanya membalas dengan mengigit bibir.

“Terima kasih pak” kataku singkat. Aku pun keluar ruangan pak Irwan. Gang yang menghubungkan ke ruanganku tampak sepi. Aku berharap tadi tak ada yang mendengar suara pertempuranku di dalam. Dengan langkah gontai aku kembali duduk di kursiku. Sex memang melelahkan apalagi dengan masih mengenakan pakaian, tapi sensainya luar biasa.

quicky..? ah bukan kalau quicky palingan selesai 5 menit hihi..”


“Lisa lu di marahi habis-habisanya kok lunglai kaya gitu?” Tanya Astrid kepadaku.

“Ya, habis-habisan, gue sampai capek nih” jawabku tanpa melihat.

“Makanya kalau kerja itu yang benar, jangan nyantai melulu” kata Santi menimpali

“Lu udah makan belum, kekantin yuk!” Santi mengajakku seraya berdiri.

“Nngg…gue udah makan tadi, oleh itu perginya lama” dalam hati aku berkata “gila, gue udah makan jutaan sperma berprotein tinggi, mana sanggup makan lagi”. Aku kemudian beranjak ke WC. Setelah buang air kecil aku merapikan lipstikku di depan cermin WC. Tiba-tiba ada yang masuk, rupanya kak Nadia, dia menghampiriku.

“Felisha, kakak tahu perbuatan pak Irwan kepadamu tadi” aku tersentak kaget

“Kakak ngomong apa sih? Saya nggak ngerti” kataku pura-pura tidak mengerti

“Kamu tadi diperkosa pak Irwan kan, ngaku aja deh kakak tahu” katanya dengan tatapan tajam, aku membalasnya dengan anggukan.

“Maaf ya Lis kakak nggak bisa mencegahnya, pak Irwan sudah dari dulu ingin menyetubuhi kamu” kak Nadia melanjutkan.

“Dia juga sering memaksaku melakukan hubungan seks…” kata kak Nadia dengan wajah sedih.

“Jadi kakak juga?” kataku setengah terkejut (sebenarnya aku lebih terkejut kalau bandot tua itu tidak menyetuh kak Nadia). Kak Nadia mengagguk.

“Dia tidak cuma melakukan di ruangannya, di WC, di Mobil, Hotel, dia juga sering memintaku melayani relasi bisnisnya, atau memaksaku melakukan threesome”. Aku memeluk kak Nadia sambil berkata

“Aku nggak apa-apa kak, aku juga menikmatinya kok…” aku mengecup pipinya dan tersenyum manis. Kak Nadia membalas senyumku dengan mencubit pinggangku sambil tertawa kecil. Kami kembali keruangan, setelah jam pulang kantor aku mengajak kak Nadia kerumahku untuk mengenalkannya dengan ibuku. Hubungan kami menjadi lebih akrab, dan Aku sudah menggap kak Nadia sebagai kakak ku sendiri. Lagipula aku anak tunggal jadinya aku senang punya kakak sebaik kak Nadia.

Kak Nadia benar pengalaman hari itu bukan yang terakhir, aku pernah digauli pak Irwan di WC, di Lift kantor, mengoralnya di mobil dan tempat-tempat lainnya. Dia juga pernah memintaku dan kak Nadia melayaninya bersama-sama, atau melakukan pesta seks di ruangannya saat kantor sepi. Sebenarnya aku kesal dengan situasi seperti ini apalagi pak Irwan sering kasar kalau menyetubuhiku, dia memperlakukanku seperti budak seks nya, tetapi dilain pihak aku justru menikmatinya.

FIN.

Berlanjut Ke sini

Lalisa Felisha: Bersama di Ruangan Bos
 
Terakhir diubah:
Mungkin bisa diceritain juga ceritanya nadia Hu.. Penasaran soalnya punya nadia lebih gede wkwk
 
Lanjutkan irwan
Mungkin cerita lain suhu, yang ini cerita lepas satu episode aja :top:

Ijin nyimak sambil ngopi dipojokan
Silahkan hu.
Terima kasih atas ceritanya
Sama-sama suhu, smoga bisa dinikmati.
Mungkin bisa diceritain juga ceritanya nadia Hu.. Penasaran soalnya punya nadia lebih gede wkwk
bisa juga nanti di cerita lainnya hu, masih belum dapat inspirasi hehehe.
Stay tune....
siap hu
Lanjutkan bossku
di cerita lainnya ya hu, belum ada rencana dilanjutin...
Damn, Felisha is one horny slutty chick. :genit::genit::genit:
Ceritanya bagus. Ditunggu lanjutannya hu @SlingShot
makasih hu :malu:
 
Terakhir diubah:
Hmmmm nadiaaaa sini sama om biar proyek jalan'y lancar wkwkwk
 
Makasih juga sudah membaca dan Komment suhu :dance:
KaNjjuTty GanN
mungkin lain kali gan
Sebaiknya dilanjut cerita bagus kayagini
saya Belum punya ide untuk melanjutkan :malu:
Hmmmm nadiaaaa sini sama om biar proyek jalan'y lancar wkwkwk
:lol:
Yg 3s sama klien dong huuu
mungkin lain kali hu, di cerita lainnya.
Lanjut lagi gak suhu??
saya Belum ada ide hu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd