Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT LELAWAH (racebannon)

udah lama juga nih ga baca cerita misteri.....mantap lanjut suhu.
 
lelawa10.jpg



LELAWAH – PART 4

------------------------------

img_1110.jpg

“Lo kenapa?” Razi menegur Shenny yang sedang menunggu kopi pesanannya jadi.
“Gue? Kenapa emang?”

Mereka sedang menunggu keberangkatan mereka dari Bali ke Jakarta. Mereka sedang ada di area boarding dan Shenny sedang sendirian di coffee shop kemahalan itu, menunggu pesanannya.

“Kok kayak agak pucet dan lemes gitu?”
“Kurang tidur kali, semalem gue susah tidur banget… Mimpi buruk ga enak” dengus Shenny sambil menatap ke barista yang sedang bekerja.
“Dan kacamata item itu gak pernah lepas dari mata lo dari kemaren….” Razi menatap ke arah Shenny yang memang agak terlihat kurang sehat.

“Kan udah gue bilang. Silau banget Bali”
“Ini indoor lho… Setau gue yang pake kacamata item di area indoor itu cuman dua… Orang buta sama orang ngehe” canda Razi, di tengah kekhawatirannya kepada Shenny.

“Atas nama Seni?”
“Saya Mbak"
“Silahkan”
“Makasih….”

Shenny tidak menghiraukan candaan Razi dan dia langsung mengambil sebungkus gula, mencampurkannya ke kopi panas yang ia pesan, dan memberi isyarat ke Razi, kalau urusannya di coffee shop sudah beres. Dan dia menatap ke arah gelas plastik yang bertuliskan namanya itu. Lagi-lagi salah nama. Memang begitu kalau punya nama dengan ejaan yang tak umum. Harusnya ditulis Shenny, tapi malah “Seni” yang tertulis.

Razi dan Shenny berjalan ke arah kumpulan bangku, bergabung dengan yang lainnya. Mereka berlima terdiam, mungkin mereka semua punya pikiran masing-masing soal dua kejadian di Bali yang menggangu. Dan keduanya sama, dua ibu-ibu yang histeris, ke arah Shenny dan Razi.

Shenny duduk di salah satu bangku dekat situ dan Razi duduk di sebelahnya. Dengan pelan, Shenny menyeruput kopinya, diam sejenak, lalu mencoba membuka kacamata hitamnya. Matanya tertutup, mencoba membatasi cahaya yang masuk.

“Ah” Shenny memakai kacamata hitamnya lagi, tak kuat dengan silau cahaya di matanya.
“Emang silau gitu?”
“Gitu deh” kesal Shenny, pada bercandaan Razi tadi. Rasanya memang kurang sensitif, karena Shenny benar-benar tersiksa dengan cahaya yang masuk ke matanya.

“Sorry Shen..”
“Iya gapapa”
“Gue becanda supaya gak gimana-gimana banget, yah… Mungkin itu juga supaya lo gak khawatir-khawatir amat sama mata”
“Gapapa….” Shenny diam, merogoh tasnya dan mengeluarkan handphonenya.

“Itu, mungkin sampe ke Jakarta lo bisa….”

“Iya tau…. Ke dokter mata kan, iya, bakal… Mungkin gue kenapa-napa” nada bicara Shenny tampak kesal. Dia ingat kejadian semalam, dimana dia terjongkok di kamar mandi karena tidak tahan akan bunyi-bunyian ramai yang mendadak timbul di telinganya. Bahasa bercampur aduk di sana. Logat tercampur aduk. Rasanya dia seperti bisa mendengar semua orang bicara dalam waktu yang bersamaan, di tempat yang sepi. Dan bukan hanya itu, penglihatannya memburam parah semalam. Dia tidak ingin membicarakan itu panjang-panjang ke orang lain. Dia mau segera ke dokter mata, mungkin besok.

“Sekali lagi sorry ya” bisik Razi ke Shenny.
“Iya…. Nevermind”

Shenny menggelengkan kepalanya. Dasar cowok. Kenapa selalu gak sensitif sih? Dia menutup matanya, mengenggam gelas yang berisi kopi itu, sambil membayangkan dia besok ada di dokter mata, memeriksakan keanehan silau berlebih ini, mendapatkan perawatan, tetes mata, dan kemudian bisa sembuh dengan tenang.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

slide210.jpg

“Jadi gimana dok?” Shenny tampak khawatir, sambil memainkan kacamata hitam di tangannya. Dia menatap ke arah dokter yang berkerut jidatnya itu, padahal dokternya masih muda.

“Ini aneh”
“Aneh kenapa?”
“Gak ada apa-apa”
“Masa?”

Shenny melongo, sambil membuat ekspresi muka yang aneh, melihat kesimpulan si dokter. Sudah tiga hari matanya silau tak menentu, sehingga jika di luar rumah atau di tempat terang, mau tak mau dia harus menggunakan kacamata hitam. Tadi di kantor pun, dia berusaha untuk tidak kesilauan dengan keras, karena akan aneh jika kamu memakai kacamata hitam di kantor.

Bahkan, dia sudah meredupkan layar komputernya dengan maksimal. Semuanya menyiksa. Ruangan terlihat begitu terang, sampai matanya lelah dan sakit.

“Masa gak ada apa-apa banget gitu dok? Ini aneh lho”
“Memang aneh… Paling saya kasih kamu rujukan buat tes darah ya, siapa tau bukan dari matanya, tapi ada virus atau infeksi di bagian syaraf mata, atau malah mungkin ada kelainan di otak. Kita kan ngeliat sensasi gelap terang, selain dari jumlah cahaya yang dibolehin masuk sama pupil, kan juga diatur di sini” sang dokter menunjuk ke arah kepalanya. Otak maksudnya.

“Hmm….”

“Yang penting ini harus segera dites darah ya, ntar kasih liat ke saya, atau kalau mau, saya langsung rujuk ke penyakit dalam…. Soalnya kalo dari matanya sendiri, gak ada masalah apa-apa….
“Iya…”

“Nah ini surat buat tes darahnya….” Sang dokter menyerahkan kertas yang isinya ini dan itu.
“Makasih dokter”
“Saran saya juga, mata capek jangan diforsir liat layar komputer atau layar handphone ya, kurangin begadang juga….”

“Oke”

“Yaudah, sekarang ke meja depan ya, udah beres kok”
“Oke, makasih dokter…”

Shenny menundukkan kepalanya ke arah dokter, lalu dia bangkit dari kursi dan keluar ruangan. Matahari sudah terbenam rupanya. Dia yang masih kesilauan karena cahaya di dalam ruang tunggu, memakai kacamata hitamnya lagi. Dia menghampiri kakaknya yang sedang menunggunya.

“Mas”
“Gimana kata dokter?”
“Gak ada apa-apa”
“Gak ada apa-apa gimana maksudnya?” bingung Sandi, yang memperhatikan adiknya yang berkaca mata hitam itu.

“Mataku gak kenapa-napa… Pas diperiksa juga ga ada yang aneh dia bilang… Cuman aku disuruh tes darah, siapa tau ada infeksi syaraf atau bla-bla-bla lainnya lah, gak ngerti” Shenny mendengus kesal, sambil menatap ke arah front office, untuk kemudian membayar jasa dokter tadi.

“Kasian banget kamu…. Besok pagi sebelom ngantor tes darah ya? Aku anterin, sekalian aku ada kerjaan pagi-pagi”

“Boleh” kesal Shenny, bersungut-sungut..
“Bayar dulu gih, abis itu kita jemput Katy, terus makan sama Papa Mama, mudah-mudahan sih mereka belom nyampe tempat makannya ya?” senyum Sandi ke arah adiknya yang tampak kesal karena masalah medisnya belum tuntas hari itu juga.

“Iya” Jawab Shenny pelan sambil merayap malas ke arah front office, untuk menyelesaikan urusannya di sini.

------------------------------

yolo-i10.jpg

“Kasian banget” komentar sang ibu saat mendengar penjelasan Shenny.
“Mesti diurusin sampe tuntas ya, jangan sampe kelewat-lewat tes darah atau ntar kalau ada obat, harus rajin minumnya” sang ayah menggelengkan kepalanya sambil menatap ke wajah Shenny yang terlihat gusar.

Di restoran ini, karena sudah malam dan suasananya remang, dia tidak perlu menggunakan kacamata hitam. Semuanya baik-baik saja untuknya. Untuk sejenak, dia bisa menikmati suasana keluarga seperti ini di luar rumah.

“Besok aku anterin kok buat tes darahnya” Sandi bersuara. Pacarnya, Katy ada di sebelahnya, di meja yang isinya lima orang itu.

“Dari Bali kecapekan kali kamu….” sambung sang ayah.
“Kecapekan gak bikin mata jadi kesilauan, Pa” jawab Shenny, fokus ke makanannya. Entah kenapa rasa makanan yang biasanya enak di mulutnya itu jadi tidak nyaman.

“Kan bisa aja, pupil matanya jadi telat buka nutup”
“Kata dokter gak gitu” Shenny menarik napasnya dan menghentikan makannya sebentar. “Liat entar aja abis tes darah”

“Iya sayang… Ntar malem jangan begadang ya, tidur cepet” senyum ibu mereka, menimpali Shenny yang tampaknya gusar. Shenny jarang sakit, dan pola hidupnya juga tidak neko-neko. Begadang memang agak sering, tapi makanan yang dikonsumsi tak pernah berlebihan, dan dia juga tidak pernah minum minuman keras atau menggunakan narkoba jenis apapun. Seminggu sekali ia olahraga, dan dia juga tidak memiliki penyakit bawaan.

Dan Shenny tidak menjawab siapapun.

“Babe…” Katy menyenggol lengan Sandi dengan aneh.
“Kenapa?”
“Shenny kenapa”

“Shen, kenapa kamu nak?” Sang ayah bingung, menghentikan kegiatan makannya. Shenny tampak terpaku, sulit untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Sekeras apapun dia mencoba, tangannya tetap diam, kaku, tak bisa bergerak.

“Shen” Sang kakak menepuk bahu Shenny, dan hasilnya malah gawat.

“AAAAAAAARRRRGGHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!” Shenny berteriak dengan sangat kencang, sendok di tangannya jatuh, makanan tumpah dan dia mendadak kejang-kejang, jatuh ke lantai.

“Shenny!” Sang ibu kaget, terkesiap, terpaku. Sandi dan ayahnya langsung bergerak cepat menolong Shenny yang terjatuh.

Shenny kejang-kejang, badannya kaku, dan tangannya berusaha untuk menutup telinganya.

“AAAHHH!!! BERISIK!!! BERISIK BANGET!!!” Dia histeris di restoran yang tenang itu.

“Panggil!!! Cepetan!!!” teriak Sandi ke Katy yang terpaku kengerian.
“Panggil apa??”
“AMBULANS!!!”

Katy dengan gemetaran mengambil handphonenya dan dia bingung, rumah sakit mana yang harus dia panggil? Dengan gugup dia langsung menelpon nomer pertama yang muncul di laman pencarian, dan dia langsung meminta ambulans untuk datang ke restoran itu.

Shenny meringkuk, badannya gemetar, dia berusaha menutup telinganya, menghindarkan dirinya dari bising yang tak ada itu. Rasanya sama seperti ketika dia sehabis mandi di Bali dua hari yang lalu, tapi sekarang lebih parah. Rasanya lebih berisik. Dia bisa mendengar kalimat-kalimat itu dan isi kepalanya dipenuhi dengan semua kata-kata yang tidak bisa dicerna.

“BERISIKK!!! BERHENTI NGOMONG!!!” Shenny meracau dengan gila di lantai, seluruh restoran seperti terhenti waktunya. Sandi berusaha memeluk adiknya, menenangkannya, dan ketika dia berhasil menyentuh bahu Shenny yang kaku, kengerian mendadak terpancar di wajah Sandi.

Dengan ekspresi muka yang tegang dan pucat, Shenny menatapnya dengan mata yang hitam sempurna.

------------------------------

1310710.jpg

“Guys?” Razi masuk ke dalam ruang tunggu UGD, menemukan Katy dan Asrul di sana. Mereka duduk di sana, Katy dengan muka tegang dan pucatnya, Asrul dengan muka dinginnya.

“Hei” Katy menyapa Razi yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam.
“Shenny di mana?”
“Di dalem, jangan masuk dulu” jawab Katy.

“Kenapa dia? Yang Sandi tulis tadi di grup bener??” Razi tampak panik, dia berdiri di depan Katy.
“Iya….”
“Anjir……”

“Matanya, Zi, bisa item semua gitu….. Lo harus liat muka Sandi pas kejadian itu. Bener-bener ngeri rasanya.
“Dan ditambah, katanya dia denger suara-suara…. Padahal tempatnya sepi” Asrul menyambungkan kalimat Katy, dari informasi yang dia dapatkan dari sepasang kekasih itu.

“Apaan sih ini?” Razi duduk di sebelah Katy, dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
“Ga tau” Katy menggelengkan kepalanya, tanda kebingungan.

“Ah, ada Razi” Ayahnya Sandi dan Shenny keluar dari dalam ruangan unit gawat darurat, menuju ke arah teman-teman Shenny yang menunggu.

“Halo Om.. Shenny gimana?”

“Iya, tadi kejang dan histeris, jadi tadi terpaksa disuntik penenang dan sekarang udah tidur…..”
“Turut sedih Om…”
“Makasih….. Ini lagi nunggu tes darah, mau coba diliat dulu, kenapa-kenapanya…..”

“Belum masuk kamar ya Om?” tanya Katy dengan gugupnya.
“Nanti, masuk kamar diputusinnya nanti, gak tau dirawat apa enggak, tapi tadi dokter jaga bilang, butuh observasi memang……..”

Asrul menatap ke arah Razi dan Katy, ganti-gantian. Sepertinya ada hal lain yang harus dipikirkan dan diingat-ingat. Pelan-pelan, bulu kuduk Razi berdiri, dia merinding, ingat akan dua kejadian aneh di Bali kemarin. Malam hari, menjelang tengah malam saat perjalanan pulang ke Ubud, yaitu ibu-ibu warteg yang mendadak histeris, setelah melihat Razi dan Shenny di bawah pohon tua itu. Dan yang satu lagi, di Desa Bengkala, desa bisu tuli, ketika seorang nenek sepuh secara histeris menunjuk-nunjuk Shenny dan kabur dari Shenny.

Pasti ada yang salah, tapi setidaknya, dalam hati, semuanya berharap, kalau ini semua hasil medis semata.

“Jadi…. tunggu hasil tes darah ya?” Razi menghembuskan napas panjang-panjang.
“Iya, selesainya dalam beberapa jam lagi katanya… Om tadi minta supaya diliatin ke kita dulu, mau Om kirim juga hasilnya ke temen Om yang dokter… Supaya ada pembanding aja, biar makin banyak yang bisa ngasih pendapat Shenny kenapa” jawab sang ayah panjang lebar.

“Iya”
“Katy kalo mau pulang, pulang dulu aja, ini udah jam segini” sambung sang Ayah.
“Gak papa Om, kita tungguin aja… Khawatir soalnya” Katy menatap ke arah Asrul dan Razi bergantian. Dia menjawab omongan syahnya Sandi dan Shenny tanpa melihat matanya. Banyak spekulasi bermain di dalam kepala Katy. Kekhawatirannya sejak dari Bali agak terbukti dan dia merasa ngeri karenanya.

“Oke kalo gitu, Om masuk lagi ya, kasian Tante, dia masih ketakutan liat Shenny kayak gitu tadi….”
“Iya”

Sang ayah kembali ke dalam. Razi, Katy dan Asrul menatap punggungnya, tentunya dengan sensasi merinding di punggung mereka.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

“Razi” bisik Sandi, Razi kaget, bangun dari tidurnya. Dia melihat ke arah jam tangannya. Jam 4 pagi. “Kita ngobrol di luar” bisiknya lagi.

Razi berusaha bangun dari tidurnya yang tak nyaman di kursi tunggu UGD. Dia menatap ke arah Asrul dan Katy yang sudah berdiri dan siap-siap keluar. Mereka berempat lantas bergegas di tengah cahaya lampu yang aneh di UGD itu.

Mereka menuju parkiran dan tanpa mengindahkan peraturan rumah sakit, Asrul langsung membakar rokoknya. Mereka menuju ke arah mobil Sandi yang sedang diparkir di tengah sepi.

“Baca” Sandi memberikan kertas hasil test darah Shenny ke Razi.
“Oke” jawab Razi sambil membukanya.

Asrul, Katy dan Sandi menatap ke arah Razi yang membaca hasil test darah Shenny. Tapi, makin dibaca, muka Razi makin berkerut. Dia merasa tolol karenanya.

“Apa ini?”
“Menurut lo?”
“Kenapa semua hasilnya masuk dalam batas wajar semua?”

“Fungsi hati normal…. Asam lambung juga katanya normal….. Gak ada indikasi infeksi…. Fungsi Ginjal normal…” jawab Sandi.

“Aneh banget”

“Besok pagi katanya mau di rontgen, liat ada apa gak di paru-paru… Tapi tebakan gue….”
“Gak ada apa-apa?” potong Razi, sambil menatap ke arah Sandi yang tampaknya begitu stress dan frustasi.

“Menurut lo, ada kaitannya sama Bali?” lanjut Sandi dengan muka kelelahan.
“Shit”
“Ya kan, dua kali kejadian di sana aneh, terus sekarang gini”

“Gak make sense” Asrul akhirnya bersuara.
“Maksudnya apa?” Sandi menatap Asrul dengan muka kaget, karena temannya bicara seperti itu.

“Kalo lo berkesimpulan dia kesurupan, atau kesambet apa, mesti diinget-inget lagi, yang namanya kesurupan itu biasanya on the spot dan itu adalah hasil dari histeria…. Gak mungkin kayak gini”

“Asrul…. Kok ngomong gitu” Katy bingung sambil menatap raut muka Sandi yang tadinya terlihat lelah, berubah jadi marah.

“Kenyataannya emang gitu… Studi-studi kedokteran dan psikologi soal kesurupan, dan dari pengalaman gue liat beberapa orang kesurupan…. It’s a form of histeria, ditambah sedikit bumbu dari urban legend…. Gak kayak deskripsi elo sama Shenny tadi..”

“Bangsat” Sandi menunjuk muka Asrul. “Adek gue kayak tadi sehabis balik dari Bali, dan lo masih bisa ngomong kayak gitu? Lo gak liat apa kejadian di jalan dan di Bengkala?”

“Gak usah marah-marah, lo marah gak bakal bikin adek lo baikan”
“Tai!”
“Babe!”

Katy menahan gerakan Sandi yang terlihat emosi ke arah Asrul. Tampaknya Sandi sedang kesal dengan segala kelogisan dan ketenangan Asrul.

“Sandi… Gue juga khawatir… Tapi menurut gue, mending kita tunggu besok, hasil rontgen, kalau perlu malah MRI, biar ketauan kenapa….” sambung Asrul.

“Ini gak wajar!”
“Gak ada sakit yang wajar”

“Adek gue kenapa? Dia hidup biasa-biasa aja, dan setelah kejadian aneh di Bali, dia kayak gini… Penjelasan apa yang lebih make sense daripada kesurupan??”

“Penyakit itu gak jelas, San… Kayak ditabrak mobil, gak tau kapan, dan gak tau kenapa…. Sori kalo gue ngomong gini, tapi kalo lo mikir adek lo kesurupan, kayaknya malah jadi beban pikiran tambahan ke Shenny” Asrul mengisap rokoknya dalam-dalam sambil menatap Sandi dengan serius.

“Peduli amat… Gue bakal kontak kenalan gue orang pinter yang jago masalah ginian, besok gue bawa ke sini”
“Itu bakal ngeganggu istirahat adek lo kan? Udah gitu bakal ngomong apa orang tua lo?” balas Asrul.

“Hello… Guys… Bisa tenang sedikit?” Razi memotong mereka berdua. Asrul dan Sandi kemudian menatap ke arah Razi. “Dua-duanya bisa aja bener, besok orang pinter dateng, ya dateng aja…. Shenny juga pasti ngerti, karena kejadian di bali, dua hal itu, kesannya memang aneh. Dua ibu-ibu itu ngeri ngeliat Shenny kayak ngeliat setan, tapi itu juga mungkin bukan karena kesurupan…. Gue gak bisa jelasin, tapi kita liat, dari medis kayak apa, dari sisi yang laen kayak apa……”

Sandi menarik napas panjang dan dia menatap Asrul, masih dengan tatapan marah.

“Coba aja adek lo yang kayak gini, pasti lo bakal ngelakuin hal yang sama” bisik Sandi dengan nada kesal.
“Engga. Gue bakal temenin dia di rumah sakit sampe dia sembuh dan cari tahu apapun lewat dokter-dokter terbaik” jawab Asrul. “Tapi maaf, omongan gue mungkin bikin lo sakit hati…. Tapi itu cara gue…. Sorry”

“Terserah. Besok gue tetep bawa orang pinter”
“Gak akan ada gunanya”

“Guys? Yang penting dicoba kan? Gak ada salahnya… Berhasil gak berhasil gak ada ruginya, oke?” Razi berusaha menengahi, walau suasana hatinya kacau. Manusia favoritnya, Shenny, sedang tertimpa hal aneh yang tak bisa dijelaskan.

“Sekarang kita masuk lagi, atau kalau masih mau ngobrol, jangan pake otot dan emosi, please?” senyum Razi sambil mendekat ke Sandi dan memeluk bahu sahabatnya.

“Iya” balas Sandi, berusaha menurunkan tingkat kemarahannya.

“Kita doain Shenny yang terbaik ya babe….” bisik Katy, sambil memeluk tangan pacarnya.

“Iya” Sandi mengulang jawabannya. Dan empat orang yang tidak tahu apa-apa itu, berdiri terpaku di parkiran yang sepi. Asap rokok Arsul membumbung tinggi.

Dalam hati mereka berharap, mudah-mudahan perkiraan mereka semua salah. Terutama soal kejadian aneh di Bali. Shenny akan cepat sembuh, akan cepat baik lagi dan penyebab dia seperti itu ketahuan. Ya kan?

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST:

Razi (26) - Seorang Freelance Photographer, Bersama temannya, Sandi, dia membuat channel youtube yang membahas tentang misteri-misteri di Indonesia

Sandi (26) - Motion Graphic Artist, co-founder sebuah channel youtube bersama Razi.

Shenny (23) - Interior Designer, adiknya Sandi. Love Interest Razi.

Katherine / Katy (26) - Pacarnya Sandi

Asrul (30) - Sepupu Razi. Seorang yang skeptis dan cerdas, tetapi terlalu sinis dalam bersosialisasi.
 
Updatenya selingan sama okasan ya hu?

Seriously kok malah makin penasaran ya sama Ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd