Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Lembaran Yang Hilang [Rega Universe]

Selain Amanda Rein !! Siapa karakter yang kalian ingin ada di kamar tidur kalian malam ini?

  • CatWoman

  • Angel

  • Luna

  • Winry

  • Mira

  • Jessica

  • Billa

  • Melly

  • Bu Fiona

  • Kak Fanny

  • Mbak Tina

  • Oliv

  • New : Mommy

  • Kirana


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
1
NIGHTMARE





----POV WINRY----






“Love You” ucapnya sambil tersenyum menatapku.


Badannya yang lebih tinggi dariku membuatku harus mendongak untuk menatapnya. Wajahnya begitu dekat, meskipun pernah lebih dekat daripada sekarang ini. Setelah semua yang telah kami lalui dan yang telah kami lakukan bersama, kedekatan ini masih membuatku tidak nyaman. Masih membuatku salah tingkah ketika tatapan matanya yang tajam menatapku begitu dalam. Namun kadang kala, tatapan matanya itu terasa begitu nyaman. Sebuah perasaan yang begitu membahagiakan, salah satu perasaan terbaik yang pernah kurasakan selain pelukan hangat darinya.


Perasaan dekat dengan seorang yang dicintai memang terasa begitu aneh dan menyenangkan secara bersamaan. Ya, inilah cinta. Cinta membuatku bisa merasakan banyak perasaan meskipun hanya lewat tatapan matanya. Bahkan tatapan matanya pernah membuat tubuhku rela melakukan apapun perintahnya kepadaku. Seperti sharingan milik klan Uciha yang bisa menghipnotis, aku hanya bisa pasrah menerima apapun yang ingin dia lakukan kepadaku.


Di balik tembok tinggi pagar sebuah rumah mewah di ujung blok K komplek perumahan aku berdiri. Rumahku tak jauh dari sini, hanya berjarak sekitar tujuh rumah dari ujung jalan dan masih di blok yang sama dengan rumah besar dibelakangku ini. Namun kupastikan keberadaanku disini sudah cukup jauh dari rumahku. Cukup jauh agar orang-orang di rumah terutama papa tidak tahu jika aku sedang berada disini, bersandar pada sebuah tembok pagar berwarna biru berhadap hadapan dengan seorang cowok yang satu tangannya menyentuh tembok terlihat seperti sedang memojokkanku, seakan dia punya kuasa akan diriku.


Posisi kami berdua seperti ini terlihat begitu romantis, aku hanya berharap posisi ini tidak berubah menjadi lebih erotis. Tetapi wajahnya yang semakin dekat dengan wajahku membuatku semakin pesimis. Karena dia sudah terbiasa tiba-tiba mencium bibirku tanpa terlebih dulu meminta persetujuan dariku. Dia masih menatapku, seorang cowok yang baru saja mengucapkan kata cinta untukku. Namun,


“Kamu sudah mengatakannya lima kali Senior” Balasku kepadanya.


“Kalau gitu, aku akan mengatakannya kepada cewek lain saja” Ucapnya dengan begitu mudahnya.


“Ya sudah sana!" seruku" Katakan kepada semua cewek cewek cantik yang selalu nempel dilenganmu" kemudian memalingkan wajahku kesamping. Dia pasti bisa melihat wajahku yang sedang cemberut.


Aku tau dia sedang menggodaku. Dia pernah mengatakan kalau dia merasa senang dan bahagia jika berhasil membuatku cemburu. Katanya, itu tandanya aku sangat mencintainya dan takut kehilangan dia.


Minggu lalu aku tak sengaja melihat dia duduk diapit dua cewek disamping tubuhnya ketika dia sedang rapat di organisasi. Kedua cewek itu memang selalu kulihat bersamanya saat organisasi mengadakan acara. Namun apa yang kulihat minggu lalu membuatku geram, kedua wanita itu terlihat begitu centil dan kegatelan duduk disebelahnya. Bahkan dengan jelas kulihat cewek itu sengaja menggesekkan payudaranya yang besar di lengannya.


Aaahhhhh !! ingin rasanya kulabrak mereka. Padahal dia sudah memperkenalkanku sebagai ceweknya kepada semua anggota organisasi. Semunya juga sudah tau kalau aku adalah ceweknya, karena kami selalu terlihat bersama-sama. Namun saat itu Mira sekuat tenaga menahan emosiku dan berusaha menenangkanku. Memang sudah resiko punya cowok yang begitu populer, pasti banyak fansnya dan banyak yang deketin. Bahkan Mira sangat iri denganku. Apalagi dia termasuk cowok yang sangat aktif di organisasi. Semua cewek pasti gatel ingin mendekatinya dan menunggu kesempatan untuk dilirik olehnya. Termasuk cewek cewek yang cantik, tinggi, dan sexy yang ada di organisasi itu. Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. pfttt.


"kamu masih marah? ” tanya dia "kamu boleh percaya dengan apa yang kamu lihat minggu lalu, tapi aku ingin kamu percaya dengan apa yang kamu yakini selama ini, bahwa Aku hanya milikmu sayang, hatiku ini seluruhnya milikmu dan hanya untukmu. ”


Kembali kutatap wajahnya. Senyum diwajahnya kulihat semakin lebar. Kemudian dia mengusap rambut diatas kepalaku.


Dia selalu melakukan itu, dan aku selalu membenci saat dia melakukannya. Karena membuat rambut pendekku terlihat berantakan dan acak-acakan. Kalau rambut pendek Yui Hirasawa salah satu tokoh favoritnya di serial K-On! berantakan, dia masih akan terlihat imut. Sedangkan jika rambutku yang acak-acakan, aku akan terlihat seperti Samara, sosok hantu menyeramkan di film hororr populer The Rings dengan rambut lusuh yang menutupi wajahnya.


Aku sempat marah kepadanya setelah apa yang kulihat minggu lalu. Tapi Aku percaya dengan kesungguhannya mencintaiku. Benar yang dikatakannya, Aku marah karena aku mencintainya, aku cemburu karena aku takut kehilangan dia. Dan aku tidak ingin merasakan kehilangan lagi setelah mama pergi meninggalkanku untuk selamanya.


TINN! TINN! TIIINNNNN!


Suara klakson mobil mengagetkan kami berdua. Mobil itu cukup dekat dengan kami. Mobil itu sudah sejak tadi parkir di pinggir jalan sebelum tikungan menuju blok K. Kulihat dia reflek menoleh ke arah mobil yang ditumpangi teman-temannya itu, sampai dia menurunkan tangannya yang daritadi memegang tembok. Sedangkan aku tak sedikitpun berpaling dari wajahnya. Entah kenapa saat itu aku tiba-tiba memegang tangannya begitu erat. Dia menatapku lagi.



"Jangan pergi Senior!! ." ucapku

.

.

.

.






Aku terbangun. Mataku menatap langit-langit kamarku. Kemudian mematikan alarm ponsel di dekat bantalku yang suaranya terdengar begitu nyaring.


Mimpi?


A
ku duduk diatas tempat tidurku, duduk diam merenungi mimpi yang baru saja kualami. Namun aku tidak mau terlalu larut memikirkannya. Aku harus berterima kasih kepada alarm ponselku karena telah membangunkanku dari mimpi buruk. Kulihat cahaya matahari masuk melalui celah-celah tirai jendela kamarku. Semalam aku ketiduran lagi, pikirku. Terlihat dari lampu kamarku yang masih menyala. Oh Tidak.


Mataku langsung tersadar sepenuhnya setelah aku menyadari kalau aku lupa memakai celana dalamku lagi. Panik melihat tubuh telanjangku, aku reflek menoleh pintu kamar. Bukan karena aku terbiasa tidur dalam keadaan telanjang. Tetapi karena apa yang aku lakukan semalam sampai akhirnya aku ketiduran hingga lupa memakai celana dalamku lagi. Aku penasaran, apakah semua cewek seumuran denganku sering melakukan seperti yang aku lakukan semalam? Dan apakah mereka meneteskan air mata setelahnya? Atau cuma aku?.


Turun dari tempat tidurku, aku menemukan celana dalamku tergeletak dibawah tempat tidur. Kemudian aku berjalan cepat menuju pintu kamarku hanya untuk memastikan kalau semalam aku tidak lupa menguci pintu kamarku. Terkunci, lega sekali rasanya!!. Aku tidak bisa membayangkan jika papa atau kakakku melihatku tidur dalam keadaan telanjang.


Masih berdiri didepan pintu, aku menghela nafas besar melihat keadaan kamarku yang sangat berantakan. Mama tolong aku!. Kamarku lebih terlihat seperti gudang daripada sebuah kamar seorang cewek. Pakaian dan barang-barangku tergeletak di mana-mana. Sneakers favoritku yang biasanya kulihat berpasangan kini terpisah jauh, yang satu tergeletak di atas lantai yang satu berada diatas meja belajarku. Seakan mereka sedang marahan. Komik dan novel berjatuhan dibawah meja belajar. Aku juga melihat beberapa novel diatas tempat tidur. Di atas meja belajar itu juga kulihat laptopku masih menyala, masih memutar serial Clannad : after story yang semalam kutonton tapi tidak kulanjutkan karena terlalu baper sampai membuatku menangis.


Padahal dulu aku selalu rajin membersihkan kamarku sendiri sesuai keinginan mama yang memintaku untuk mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Tetapi itu hanya sementara, dari rutinitas sehari sekali membersihkan kamar, menjadi seminggu sekali, lalu berubah menjadi sebulan sekali. Dan sekarang aku lupa kapan terakhir kali aku membersihkan kamarku. Pfftt. Kulirik jam dinding, tidak akan sempat pikirku. Aku harus segera bersiap-siap karena hari ini adalah hari pertama ospek di kampus. Biarlah nanti sepulang dari kampus akan kurapikan kamarku, ucapku dalam hati. Kemudian setelah itu aku bergegas masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamarku.


Setelah selesai mandi, dengan tergesa gesa aku memakai celana dalam yang kuambil dari dalam lemari pakaian, dan memilih dengan asal bra dari dalam lemari untuk menutupi payudaraku yang bentuknya kecil, hampir rata. Jadi kalian tidak perlu susah susah membayangkan bentuk payudaraku. Kemudian kuambil Celana Jeans hitam dan kemeja putih polos yang telah kusiapkan beberapa hari yang lalu. Untungnya kampus hanya memberikan ketentuan kemeja putih dan bawahan hitam sebagai outfit kegiatan ospek. Mereka tidak mengharuskan memakai rok untuk cewek, karena aku tidak begitu suka memakainya. Aku hanya memakai rok saat memang diharuskan memakai rok. Terbayang betapa senangnya aku ketika lulus sekolah? Aku tidak perlu lagi memakai rok setiap hari.


Kulihat pantulan tubuhku di depan cermin sambil mengancingkan satu persatu kancing kemejaku sampai tato di atas dadaku tidak terlihat lagi. Kubiarkan satu kancing paling atas terbebas. Kemudian kusisir rambut pendekku yang halus dan lurus sambil memastikan pakaian yang menutupi tubuh kecilku sudah rapi. Sekarang tinggal memakai….. Kulirik laci meja belajarku melalui cermin, aku sangat ketakutan melihat laci itu, seakan disana bersembunyi monster yang sangat menyeramkan. Padahal sebenarnya laci itu adalah tempat di mana aku menyimpan segala produk kecantikan dan peralatan make up lainnya. Kudekati meja belajarku, tanganku gemetar ketika membuka lacinya. Tidak sampai kebuka seluruhnya, dengan cepat kututup kembali laci itu. Brakk!!


Aku putuskan untuk membiarkan wajahku yang mulus tampil polos apa adanya tanpa make up. Ahh, Miranda pasti marah melihatku seperti ini. Karena dia yang telah membelikan semua produk-produk kecantikan itu untukku dan kemarin dia mengingatkanku untuk memakainya. Pasti dia akan menceramahiku tentang pentingnya seorang cewek memakai make-up. Memangnya salah cewek tidak merias wajahnya? Seakan akan cewek tanpa make up itu adalah sebuah tindakan kriminal. Bagiku make up adalah hal yang paling tidak menyenangkan di dunia ini. Aku selalu tidak nyaman memakai riasan di wajahku. Membayangkan rasa lipstik di bibirku saja sudah membuatku mual. Ada perasaan aneh ketika melihat wajahku sendiri di cermin saat aku terpaksa harus memakai make up. Seperti bukan wajahku yang kulihat di cermin. Biarlah aku tampil seperti ini, lagipula Make Up tidak begitu penting untuk cewek anti sosial yang tidak punya banyak teman sepertiku.


Kuraih ponselku diatas tempat tidur dan mendapati ada satu pesan masuk yang langsung kubaca.






Pagi Maba :hati:





Aku tersenyum membaca pesan darinya. Sekarang dia pasti sudah tidur. Dengan gerakan tangan yang cepat, kubalas pesan darinya.


Setelah melihat foto mama yang ada di meja belajarku, Kemudian aku keluar dari kamarku




Ketika keluar kamar, aku mendapati Bi’ Tati berada dibalik pintu kamarku. Aku memergokinya sedang mengintip ke dalam kamarku ketika aku menutup pintu dan menguncinya. Setelah itu aku tersenyum kepadanya. Dia pasti sempat melihat kamarku yang berantakan.


“Biarkan Bibi membersihkan kamarnya eneng” ucapnya.


“eh, jangan Bi’, aku akan membersihkannya sendiri nanti. Lagipula tidak terlalu..”


“Neng !!”
Bi’ Tati memotong ucapanku “Memang mamanya neng Winry meminta agar Neng Winry tidak merepotkan orang lain. Tapi mamanya Neng Winry juga berpesan kepada Bibi untuk selalu memperhatikan Neng Winry dan menjaga eneng. ijinkan Bibi melaksankan permintaan mamanya eneng, karena jika bukan Bibi, siapa lagi yang akan peduli dengan neng Winry?”


Tidak ada. Di rumah ini tidak ada lagi yang peduli denganku salain Bi’ Tati. Di rumah ini Hanya Bi’ Tati yang masih ramah kepadaku. Hanya Bi Tati yang masih menganggap keberadaanku di rumah ini adalah nyata. Tidak seperti penghuni yang lain, mereka menganggapku seperti debu, kecil hampir tidak terlihat, yang biasanya Cuma mengotori ruangan ruangan di rumah ini.


Aku mengangguk kepadanya dan memberikan kunci kamarku kepadanya.


“Makasih Bi’ ”


“Bapak ingin bertemu dengan eneng, beliau ada di ruang makan.”
Ucapnya, aku mengangguk pelan.

Setelah itu aku menuruni anak tangga menuju lantai bawah dan langsung melangkahkan kakiku menuju ruang makan. Aku sangat tau kenapa papa ingin bertemu denganku. Sesampainya di ruang makan aku melihat papa sedang membaca koran, sebuah rutinitas yang selalu dia lakukan di pagi hari. Dia sudah bersiap berangkat ke tempatnya bekerja. Didekatnya, aku melihat sebuah amplop putih di atas meja makan persis seperti dugaanku. Jika kalian ingin tahu, Amplop itu berisi tidak lain selain uang. Uang untuk kebutuhanku selama sebulan yang rutin selalu dia berikan untukku. Hanya itu bentuk perhatiannya kepadaku. Sebuah perhatian dari seorang ayah untuk anak tirinya.


Padahal dia dulu sangat peduli denganku, apalagi saat sebelum dia menikah dengan mama. Dia sempat kuanggap pantas menikah dengan mama untuk menggantikan papa yang meninggal terlebih dahulu ketika aku kecil. Saat itu dia sangat baik kepada mama dan juga kepadaku. Tapi berubah berbalik setelah mama meninggal. Perlahan akhirnya aku tau sifat asli papa. Aku menyadari kalau dia bukan pria yang baik, aku sering memergoki dia membawa wanita yang berbeda ke rumah. Kalian tau apa yang terjadi setelahnya, aku tidak perlu menjelaskan. Mungkin itu alasan dia ditinggalkan istrinya yang dulu.


Sejak itu, aku seperti tidak dianggap lagi di keluarga ini. Seperti orang asing yang tidak lagi diharapkan kehadirannya berada di rumah ini. Aku tidak pernah lagi ngobrol lama ataupun sekedar saling menyapa dengan papa ketika kami bertemu di rumah ini. Dia akan bicara denganku ketika aku berbuat salah atau saat aku melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Dia tidak lagi mengajakku makan bersama di meja makan dengannya. Bahkan dia sama sekali tidak peduli dengan kuliahku, dia hanya memberikan uang untuk aku mendaftar kuliah. Sisanya aku yang mengurus sendiri pendaftaran kuliahku dibantu dengan Mira. Sekarang dia hanya peduli dengan anaknya sendiri, seorang cowok yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di kota sebelah.

Jika tidak karena memang aku masih membutuhkannya, aku tidak akan mau lagi menerima uang darinya. Sejujurnya aku tidak mau tinggal disini lagi.


Dengan enggan kuambil begitu saja amplop itu dan bergegas melangkah menuju depan.


Winry !!”


Baru beberapa langkah, dia memanggilku. Aku begitu terkejut, karena sudah lama aku tidak mendengar dia memanggilku atau menyebut namaku. Aku berbalik badan ke arahnya. Kulihat dia masih membaca korannya.


“Jangan lupa mencuci mobilmu, mobilmu kulihat sangat kotor.”



Astaga, hanya itu yang dia pedulikan? Dia lebih peduli dengan mobil yang dia berikan untukku dibandingkan denganku? Tanpa menjawabnya aku bergegas keluar rumah menuju mobil dan berangkat ke kampus.



Disepanjang perjalanan aku sempat meneteskan air mata,. Aku sudah tidak betah lagi, aku ingin segera pergi dari rumah itu.


Tapi kemana harus pergi? Aku tidak punya siapa siapa lagi.
Aku harus bagaimana? Aku sendirian

Aku benar-benar sendirian di dunia ini.



Mobil yang kukendarai berhenti tepat di bawah TRAFFIC LIGHT di sebuah jalan yang di juluki sebagai jalan terpanjang di dunia, sebuah candaan orang-orang di kota ini karena sesuai dengan nama jalannya yang terdiri dari nama dua benua besar. Sebuah mobil baru saja berhenti tepat di sebelah mobilku.



Seandainya kamu masih ada disini, aku tidak akan merasa sendiri di Dunia ini. kamu pasti akan menjadi orang pertama yang memintaku untuk tidak menyerah. Kamu pernah bilang tidak akan membiarkanku melaluinya sendirian. Tetapi sekarang kamu telah pergi, meninggalkanku bersama bayanganmu yang tidak mau pergi dari hatiku. Meninggalkan kenangan-kenangan indah yang kini berubah menjadi mimpi buruk yang selalu menghiasi setiap tidur malamku. Seandainya kamu menyadari betapa besarnya rasa kehilangan yang kuderita.



.

.

.

.





SEMENTARA ITU DI TEMPAT LAIN



------POV REGA------



Satu persatu bunga mawar yang kupegang berjatuhan ke tanah saat seseorang entah dari mana datangnya menabrak tubuhku. Aku langsung bisa mengenali orang itu meskipun dia sedang berlari membelakangiku.

AL ?



Alexa berlari ke tengah jalan mendatangi dan mendorong tubuh Rein kebelakang agar terhindar dari terjangan mobilnya Galih. Kemudian Alexa melihat mobil yang ditumpangi Galih berjalan sangat kencang sedang menuju ke arahnya. Namun Alexa tidak berusaha menghindar, dia hanya diam berdiri di tengah jalan kemudian menatapku.



“AL ? Pergi dari sana !!” teriakku kepadanya.

Tapi dia masih tetap diam saja. Aku ingin mendekatinya, tapi seluruh tubuhku tidak bisa digerakkan. Alexa menjulurkan tangannya mengarah kepadaku



“Rega, tolong aku !!” Ucapnya “Rega !! kenapa kamu diam saja? Tolong aku”


Sial. Kenapa denganku?. Tubuhku sangat berat. Semakin aku berusaha untuk bergerak, tubuh ini semakin berat kurasakan.

“Kenapa Rega ?? kenapa kamu tidak mau menolongku? Kamu tidak mencintaiku?”

Alexa terlihat sangat kecewa denganku. Aku sama sekali tidak bisa bergerak sampai akhirnya mobilnya Galih menabrak tubuh Alexa.


“ALEXAAAAAAAAA”


.
.

.

.

Aku langsung terbangun dari tidurku. Nafasku begitu berat dan tubuhku berkeringat hingga membuat sebagian kaos yang kupakai basah karena keringat.



Mimpi?. Aku berada di atas tempat tidur kamarku. Malam masih begitu larut. Kemudian seseorang menyalakan lampu tidur yang berada di sebelah tempat tidur.


“Sayang kamu kenapa?” Tanya Alexa disampingku “Mimpi buruk?”





Aku mengangguk sambil menatapnya. Tangan Alexa yang hangat mengusap-usap lenganku, mencoba untuk menenangkanku dan berhasil membuatku sedikit tenang. Dia pasti ikut terbangun karena mendengar teriakanku. Alexa dengan wajah cantiknya terlihat begitu khawatir melihatku. Kemudian tangan Alexa menyentuh pipiku dan mendekatkan wajahnya lalu dia mencium bibirku dengan penuh kasih sayang. Kurasakan bibirnya yang lembut memagut bibirku beberapa kali. Rasanya begitu nyaman dan membahagiakan. Alexa selalu punya cara untuk menghiburku.


”Sudah lebih tenang?” tanya Alexa setelah melepas ciumannya.


“Aku akan lebih tenang jika kamu melakukannya sekali lagi” Ucapku sambil tersenyum.



”Tidak pernah cukup hanya sekali?” Tanya Alexa sambil berpindah duduk diatas pangkuanku menghadapku. Kemudian kedua tangannya merangkul leherku, mendekatkan wajahnya dan Alexa mulai menciumku lagi.



Ciuman bibirnya yang awalanya lembut sekarang menjadi lebih bergairah. Tanpa sadar tanganku sudah bergilya di balik baju Alexa. Mengusap lembut punggungnya yang mulus sampai ke atas, aku tidak menemukan tali BrA disana. Hingga akhirnya Beberapa saat kemudian Alexa melepaskan ciumannya. Kini dia hanya diam memelukku sangat erat. Kuhentikan gerakan tanganku di balik bajunya, aku tidak akan memaksa melakukan lebih jauh lagi. Mungkin dia masih capek setelah dua kali melakukannya sebelum tidur tadi. Lalu Kubenamkan wajahku di samping lehernya. Kukecup sekejap lehernya yang putih. Kurasakan tubuhnya tak kalah hangat dengan telapak tangannya. Bisa kuhirup aroma tubuhnya yang begitu wangi.



“Apa yang terjadi di mimpimu sampai membuatmu ketakutan seperti tadi?” ucapnya tiba-tiba sambil tangannya mengusap punggungku.



“Mimpi yang sangat buruk” Ucapku sambil tetap memeluknya “Ada sebuah mobil yang menabrakmu dan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkanmu. Kupikir aku telah kehilanganmu untuk selamanya. Aku tidak mau kehilanganmu AL. untunglah semua itu hanya mimpi dan kamu masih disini menemaniku.”

“Rega. Jika mimpimu benar-benar terjadi” Ucapnya ”Kamu akan menyelamatkanku?” tanya dia setelah beberapa saat.

“Tentu” Jawabku “sekuat tenaga aku akan menjagamu. Karena aku sangat mencintaimu AL. Takkan kubiarkan hal buruk terjadi kepadamu.”



“Lalu kenapa yang terjadi adalah sebaliknya?” Ucapnya. Aku tidak mengerti apa maksud dari perkatannya.



“Apa Maksudmu?” Tanyaku

”Kenapa kamu tidak menolongku? Kenapa kamu membiarkan mobil itu menabrakku?”



Hah? . Tubuh Alexa yang sebelumnya kurasakan cukup hangat kini terasa sangat dingin seperti es. Kemudian kulepas pelakuanku. Betapa terkejutnya aku melihat wajah Alexa yang tadi terlihat cantik kini penuh darah segar mengalir dari beberapa bagian tubuhnya.



“AL? Kamu kenapa?” Ucapku, aku sangat ketakutan melihat kondisi Alexa. Tanganku gemetar memegang kedua lengannya.

“Kamu membunuhku Rega” ucapnya dengan raut wajah penuh dengan kemarahan.



“tidak AL. Aku tidak….”


“AL?”


“AL?”


.
.

.

.

.



“AAAAAAAAAAAAAALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL”



Apa yang kulihat kini berbeda lagi. Sial, bagaimana aku bisa bermimpi berlapis-lapis seperti itu?. Mimpi buruk itu datang lagi. Sambil membenarkan posisi kacamataku, mataku mengamati sekeliling. Semua orang yang menduduki deretan kursi disekitarku melihatku dengan tatapan aneh. Bahkan ada yang sengaja berdiri dari tempat duduknya agar lebih jelas melihatku. Hmm, kenapa mereka menatapku seperti itu? Kemudian kudengar mereka berbisik-bisik, tak terkecuali dengan orang yang duduk tepat di seberang tempat dudukku. Dia berbisik dengan orang di sebelahnya sambil tetap sesekali melihatku.



“Dia bukan temanku, aku tidak kenal dia” ucap seseorang yang duduk tepat disampingku dekat dengan jendela. Aku bisa melihat awan putih melalui jendela itu.

“Dia bukan temanku, aku tidak kenal dia” Dia mengatakannya lagi, memberikan penjelaskan kepada dua orang yang duduk di seberang tempat duduk kami. Dia juga berkata seperti itu kepada dua orang yang duduk dibelakang dan di depan tempat duduk kami.

“Kamu kenapa sih Dick?” Tanyaku padanya.

“Maaf, anda siapa ya?” ucapnya.



Mendegar ucapannya, langsung kudorong pelan kepalanya. Orang yang sedang berpura-pura tidak mengenalku ini namanya adalah Dicky, padahal dia adalah teman kuliahku. Selama di kampus, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama dia dan satu temanku lagi namanya Billa. Kami bertiga pasti terlihat bersama di sela-sela waktu jam kuliah. Aku mengenal Dicky sejak hari pertama ospek sekitar setahun yang lalu. Seorang remaja gaul dari ibu kota yang mencoba peruntungan kuliah di kota tempatku tinggal hanya agar bisa berpacaran dengan cewek cewek cantik dan sexy dimana dia tidak mendapatkan kesempatan itu di kota tempatnya berasal, walaupun sampai sekarang dia belum berhasil menjalin hubungan dengan siapapun. Dia pernah mengatakan kalau cita-citanya itu bakal susah terwujud jika dia terus-terusan bergaul denganku.



Jika membandingkan tingkat intelegensi, aku dan Dicky kompak sama-sama berada di tingkat kejeniusan di bawah rata-rata. Seakan akan selama dua semester kebelakang, otak kami berdua tidak mau diajak bekerja sama saat jam kuliah berlangsung. Otaknya Dicky akan bekerja maksimal hanya pada saat membicarakan atau mengendus tentang hal-hal yang berhubungan dengan cewek, anatomi tubuh wanita khususnya organ organ seksual seorang wanita. Pokoknya Yang ada di pikirannya hanya hal hal mesum dan dan tentang seks. Uang bulanan yang diberikan uang tuanya biasanya dia habiskan untuk mendatangi tempat-tempat hiburan malam atau terkadang jika uangnya sudah terkumpul banyak, dia akan memesan PSK secara online.



Pernah sekali dia terlanjur memesan lady escort kelas atas namun dia tidak sanggup membayar biaya servisnya. Wanita itu menolak untuk membatalkan pesanan Dicky dan mengancam akan melaporkan Dicky jika tidak membayar penuh meskipun tidak jadi kencan. Selanjutnya yang terjadi DIcky membawa wanita itu ke rumahku dan menyuruhku menikmati dan membayar service lady escort itu. Aku terpaksa menuruti permintaan Dicky setelah dia memohon mohon kepadaku walaupun terpaksa memangkas sebagian uang tabunganku. Namun kuakui lady escort itu memang sangat cantik dan sexy. Jadi tidak rugi membayar mahal untuk jasa service satu malam itu hihi. Untungnya malam itu di rumah tidak ada orang. Hanya ada mbak Tina.

Meskipun sama-sama di bawah rata-rata, tapi nilai IPK ku selama dua semester masih dibawah nilai nya Dicky. Nilai IP ku semester genap kemarin sangat jelek hingga membuat IPK ku terjun bebas, Sial. Hal itu tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang terjadi setahun kebelakang. Aku tidak akan membicarakan tentang itu sekarang. Yang penting aku sudah bertekad untuk berubah dan memperbaiki nilaiku, dan yang lebih terpenting memperbaiki hidupku lebih baik lagi setelah semua yang terjadi setahun belakangan ini.

“Elu tu yang kenapa? teriak-teriak ga jelas kayak orang gila” ucap Dicky “Lagian kenapa sih lu masih manggil-manggil si AL? kan lu sendiri yang bilang kalau dia tidak ikut kita balik. Emang dia mau kemana sih?”

Tiba-tiba kurasakan turbelensi ringan, hingga membuat seisi kabin pesawat yang kutumpangi ini bergetar selama beberapa saat. Oh ya. Aku, Dicky, beberapa anggota HIMA dan teman teman yang lain berada dalam pesawat yang akan membawa kami pulang ke kota tempat kami tinggal. Kami baru saja pulang usai menghadiri acara Dreamfields.


”Entahlah, aku tidak tau pasti” Jawabku “Tapi yang pasti dia tidak akan pernah kembali, lebih baik lupakan dia dan jangan pernah menyebut namanya lagi, terutama di depan kakakku” Aku tidak ingin Rein tau tentang dia.

“beneran?” tanya Dicky, Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Dicky.



“Sayang sekali, padahal kulihat dia sangat peduli denganmu” Ucapnya

Dia tidak hanya sekedar peduli denganku, dia lebih dari itu. Tapi Benarkah yang dia katakan di bandara tadi? Kalau dia tidak akan kembali lagi. Seandainya aku bisa mencegahnya untuk pergi lagi. Tetapi . Ucapannya terdengar sangat serius. Separuh hatiku berharap dia akan segera kembali secepatnya.



"BAPAK DAN IBU YANG TERHORMAT, PESAWAT AKAN MENDARAT. WAKTU SETEMPAT SEKARANG MENUNJUKKAN PUKUL 7 LEWAT 15 MENIT DI PAGI HARI. SILAHKAN MENGENAKAN SABUK PENGAMAN ANDA. PASTIKAN JENDELA DI SAMPING ANDA TETAP DALAM KEADAAN TERBUKA. LAPTOP DAN ALAT ELEKTRONIK LAINNYA KAMI MOHON UNTUK DIMATIKAN SEKARANG. TERIMAKASIH"



Seperti itu bunyi pengumuman yang kudengar. Kami semua yang berada di dalam pesawat pun mengikuti arahan flight attendants tersebut. Aku dan teman teman anggota HIMA yang lain memang sengaja memilih penerbangan pertama karena ada beberapa anggota HIMA senior setelah mendarat nanti harus segera bergegas ke kampus untuk ikut mengawal kegiatan ospek mahasiswa baru di hari pertama.

Setelah turun dari pesawat, aku dan Dicky berjalan beriringan bersama teman teman yang lain menuju pintu keluar Bandara. Kulihat mereka masih ada yang mengantuk dan terlihat enggan menarik kopernya. Suasana bandara sudah sibuk meskipun masih sangat pagi sekali. Saat sedang berjalan itulah seseorang mendorong tubuhku dari belakang dengan cukup keras. Sepertinya dia sengaja melakukan itu. Tubuhku langsung terpental ke depan dan terjatuh ke lantai bandara karena kuatnya dorongan. Sampai membuat kacamatku terlepas dan terjatuh. Meskipun pandanganku terbatas karena kacamataku yang terlepas, tetapi aku tau siapa yang mendorongku. Dia adalah BENI, wakil ketua HIMA. Aku bisa mengetahuinya dari tubuhnya yang tinggi dan besar, itu sebabnya dia dijuluki BIG BEN, seperti nama menara jam raksasa di kota london. Aku melihatnya berjalan santai bersama anggota HIMA yang lain tanpa sedikitpun merasa bersalah setalah sengaja mendorongku sampai aku terjatuh.

Dan satu-satunya alasan kenapa Beni seperti itu kepadaku adalah seseorang yang baru saja mengenakan kacamata di wajahku ini.





“Rega kamu gapapa?” Tanya dia



Namanya adalah LUNA. Seorang Cewek yang sangat cantik seperti boneka barbie dengan tubuhnya yang sempurna, warna mata yang begitu indah, bulu mata lentiknya, semua cowok di kampus pasti kenal dengannya dan tergila-gila dengan kecantikannya termasuk aku. Tinggi badanya bisa dibilang cukup tinggi untuk seorang cewek, hampir menyamai tinggi badanku dan sama seperti Rein dan juga Alexa. Luna memiliki rambut lurus panjang dan sedikit bergelombang di bagian bawahnya yang terlihat begitu indah dan dicat berwarna coklat seperti gaya rambut cewek kekinian. Dengan status sosial yang tinggi, kecerdasan diatas rata-rata serta multi talent menjadi latar belakang yang sempurna bagi kecantikan fisiknya yang juga empurna. Semua hal yang dia punya itu membuatnya begitu mudah untuk dikagumi semua cowok di kampus. Luna adalah salah satu wanita di kampus yang ku puja puja kecantikannya selain wali dosenku, Bu Fiona.



“Hellooooo ! Rega??” Seru Luna. Sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajahku



“Eh. Iya Lun, kenapa?” Sial. Dia memergokiku sedang melamun.


“Sepertinya kamu baik-baik saja” ucapnya lalu tersenyum dan membantuku berdiri.



Kemudian Luna mengapit lenganku dan mengajakku berjalan bersamanya, Meninggalkan Dicky di belakangku yang sedang geleng-geleng melihatku digandeng Luna.



“Mulai sekarang Beni akan terus mengganggumu” ucap Luna

”Resiko yang sepadan” balasku, kemudian tersenyum kepadanya.



Beni kesal denganku setelah melihat apa yang aku lakukan bersama Luna semalam. Karena seperti yang kukatakan tadi bahwa semua semua cowok di kampus tergila-gila dengan Luna, termasuk Beni. Dan apa yang aku lakukan semalam bersama Luna pasti membuatnya sangat marah.

”Kamu memang penuh kejutan Rega” Ucapnya, kami saling berpandangan sambil tetap berjalan menuju pintu keluar bandara.

Setelah beberapa hari ini bersamanya, seharusnya aku yang berkata seperti itu kepadanya. Luna yang selama ini kukenal anggun dan sopan ternyata memiliki sisi lain yang begitu liar dan nakal. Malam itu dia berhasil mengejutkanku dengan aksinya.



“Aku tau apa yang sedang kamu pikirkan” ucapnya tiba-tiba. “Kamu sedang memikirkan malam itu”



”Eh, bagaimana kamu bisa tau?” tanyaku. Segampang itukah cewek mengetahui apa yang ada dipikiran cowok? ataukah Luna memang mempunyai kekuatan telepati yang bisa membaca pikiran seseorang?.



“Haruskah aku khawatir kamu akan menceritakan tentang malam itu kepada teman-temanmu?” tanya dia “Kepada temanmu yang sedang memperhatikan kita dari belakang itu”

“aku tidak akan mengatakannya kepada siapapun, apa yang terjadi disana tetap berada disana, tidak akan ada yang tau” ucapku meyakinkannya. Walaupun sebenarnya ada seseorang yang tau apa yang kami lakukan malam itu.



Kemudian Luna berhenti berjalan, membuatku juga menghentikan langkahku Dia menatapku lagi. Tangannya masih mengapit lenganku.

“Aku percaya kamu” ucapnya. “tapi aku sedikit kecewa dengan apa yang kamu katakan barusan”

“Hah? Ucapanku yang mana?” tanyaku



”Tentang apa yang terjadi disana tetap berada disana” ucapnya kemudian tersenyum dengan senyuman yang penuh arti. Eh. Apa maksud perkataannya itu?. Kenapa aku tidak mengerti dengan ucapanku sendiri.



“By the way. Mau bareng pulang? Kamu tidak bawa mobil kan?” ajak Luna.


“Seingatku, Kamu juga tidak membawa mobil kan?”

“Tuh sudah ada yang menjemputku.” Ucapnya sambil menunjuk seseorang berpenampilan rapi yang sedang berjalan mendekati kami. Seorang pria dewasa, yang kutebak adalah seorang sopir.


“Ah tidak Lun, makasih. Biar nanti aku pulang bersama Dicky. Lagipula kamu harus segera bergegas ke kampus.”

“baiklah, kalau gitu sampai ketemu lagi hari rabu. Bye Regaaaa”

Akhirnya dia melepaskan tanganku. Sayang sekali. Padahal aku sudah mulai terbiasa dengan tangannya yang mulus hihi. Kulihat Luna berjalan bersama sopir pribadinya itu mendahuluiku.

“ati-ati lu dengan Luna.” Ucap Dicky sambil menyerahkan tas ranselku yang tadi terjatuh.

“Kenapa?”

“Kalau begini terus, kamu bisa bahagia” ucapnya. Aku sedikit terkejut dengan ucapannya. Aku dan Dicky masih terdiam memandang Luna yang sedang berjalan bagaikan bidadari yang akan segera pergi menuju kahyangan setelah memberikan kehangatan dan cinta di atas muka bumi.


Bahagia karena wanita?. Sudah lama aku tidak merasakan hal itu. Beberapa hari yang lalu Seseorang memintaku untuk membuka hatiku lagi, memulai suatu hubungan dari awal lagi, meskipun akan terasa sangat berat setelah pernah merasakan kehilangan yang begitu dalam, tetapi dia menyuruhku untuk belajar mencintai lagi. Tapi siapa? Tidak semudah itu, Bukankah cinta itu butuh alasan?.

Aku masih melihat Luna berjalan sampai akhirnya sosoknya menghilang diantara kerumunan orang-orang di bandara.

Dia juga memintaku untuk tidak terburu-buru untuk belajar mencintai lagi, katanya cinta akan datang dengan sendirinya saat aku membuka hatiku. Dan dia menambahkan kalau pada akhirnya aku akan menemukan alasan untuk mencintai.

“Apa gue pernah bilang kalau lu itu cowok yang sangat beruntung bisa dekat dengan cewek cewek cantik dan hot?” Tanya Dicky, kami melanjutkan berjalan lagi menuju pintu keluar bandara.


“Kamu sering mengatakannya.”


“Bahkan lu punya kakak yang body nya seperti bintang majalah dewasa dengan tetek ukuran dewa” imbuhnya. “mujur banget banget nasib lu cui” Aku hanya tersenyum mendengar Dicky yang iri dengan kedekatanku dengan cewek cewek cantik.

“Nanti ke kampus yuk?” ajak Dicky.

“Ngapain?” tanyaku “Kita kan di suruh datang di hari ketiga”


Beberapa kali aku menyebutkan tentang HIMA. Di kampus, Aku dan Dicky tergabung dalam Organisasi Himpunan Mahasiswa atau HIMA prodi Manajemen. Termasuk Beni dan Luna, mereka satu tingkat di atasku. Sebenarnya awal mula aku tergabung dalam organisasi karena aku dipaksa para senior senior HIMA terutama anggota cewek ceweknya agar aku ikut bergabung ke dalam organisasi. Sedangkan Dicky dari awal memang sudah niat untuk gabung HIMA setelah tau kalau anggota-anggota ceweknya cantik cantik dan sexy. Dan pada penerimaan mahasiswa baru tahun ini, beberapa anggota yang masih tergolong baru ditugaskan mengawal kegiatan ospek mahasiswa baru di hari ketiga, termasuk aku dan Dicky.


“semester baru adalah sebuah kesempatan baru untuk kita” Ucap Dicky sambil mengepalkan tangannya “Kesenangan sejati menanti kita dikampus. pasti banyak maba yang berparas cantik bertebaran di sana, cewek cewek polos yang baru saja selesai dalam masa pertumbuhan, cewek-cewek dengan senyuman tak berdosa di wajah manisnya, dan Buah dada yang sudah matang dan siap untuk dipetik, kita harus bergerak cepat bersaing dengan yang lain. Jika beruntung malam ini kita akan ngentot dengan salah satu dari mereka. hahaha”


“Tidak tertarik. Pergilah sendiri, aku mau pulang saja. capek” Ucapku


“Memang Sia-sia mengajak orang yang sudah berpacaran dengan cewek secantik Luna. Oiya, emang lu nggak mau nemenin Luna?” tanya dia.

“Aku tidak berpacaran dengan Luna” jawabku datar atas pernyatannya yang ngasal.


“Jika kalian tidak berpacaran, lalu semalam itu apa namanya? Hah? Lalu yang barusan tadi apa?”


“Pokoknya aku dan Luna tidak berpacaran” sebenarnya aku juga tidak tau kenapa Luna bisa seperti itu denganku. Apakah dia? Ah tidak mungkin. Terlepas dari alasan Luna seperti itu, ternyata Luna adalah sosok cewek yang menyenangkan, tidak seperti yang kubayangkan selama ini.


“Ayolah bray. Sebagai temenlu selama setahun ini, temenin gue ke kampus ya?. Meskipun gak pinter, tapi Elu itu populer di kampus. Pasti banyak Maba yang pengen tidur dengan elo. Ntar lu kenalin mereka ke gue. Oke? Dapet sisa sisa dari elu juga gapapa dah”


“Nope, usahalah sendiri. Good Luck!!”


Dicky kelihatan kecewa. Seperrtinya Dicky sudah menyerah memaksaku untuk datang ke kampus. Tiba-tiba wajahnya terlihat sangat suram. Dia hanya berjalan pelan, menunduk merenungi nasibnya sambil menggerutu.

“Gue pikir saat masuk kuliah setahun yang lalu gue akan mudah mendapatkan pacar, tidur ditemani cewek cewek kampus bertetek besar setiap hari. Kenapa gue masih jomblo? Huaaaa. Hidup ini memang sangat berat dan tidak adil.”gerutunya di belakangku,

Bagaiamana dia bisa punya pacar jika otaknya masih omes seperti itu. Ketika kami berdua hampir sampai di pintu keluar bandara. Aku melihat seseorang yang kukenal tepat di pintu keluar Bandara. Dia berdiri menyilangkan lengannya dibawah payudaranya yang besar itu. Orang itu menatapku dengan tatapan mata yang sangat tajam dan menyeramkan. mengetahui keberadaanya membuatku menghentikan langkah sampai Dicky menabrak tubuhku.

“Dick temenin aku !” Ucapku pada Dicky. Mataku masih memandang orang itu.


“Ke kampus?” tanya Diacky.


“temani aku bertemu dia”





Dia adalah Amanda Rein. Kenapa dia ada disini?. Asal kalian tahu, hubunganku dengan kakakku itu belakangan ini sedang tidak baik. Berawal dari keputusan Rein tinggal di asrama mahasiswa dua tahun yang lalu, dia hampir tidak punya waktu untukku. Ditambah dia juga aktif di sebuah organisasi di kampusnya, Rein hampir tidak pernah pulang lagi. Apalagi sejak Papa dan Bunda harus berangkat ke Korea. Tak ayal aku seorang diri kesepian di rumah sebesar itu hanya ditemani keheningan. Dan kesendirian perlahan membuat pikiranku sesak akan rasa rindu, kehilangan serta bercampur dengan rasa bersalahku kepada seseorang yang kini telah pergi. Kesendirian membuatku sangat menderita dan Rein tidak ada untukku saat aku membutuhkannya. Rein hanya memikirkan tentang kuliahnya, tak sedikitpun ada waktu untukku. Saat itu aku sangat marah dan kecewa kepada Rein dan menganggap kalau dia sudah tidak peduli lagi denganku.


Renggangnya hubunganku dengan Rein tidak semuanya diakibatkan karena dia tidak ada waktu untukku. Kesendirian dan rasa kehilangan membuatku terpaksa melakukan segala hal agar aku bisa lupa dengan penderitaanku. Aku rela melakukan apa saja agar terbebas dari rasa sakit yang sering datang di malam-malamku. Dan tidak semua yang kulakukan itu adalah perbuatan yang baik. Aku semakin terjerumus dalam kegelapan saat bertemu dengan teman-teman baru di awal kuliah. Rein yang tahu tentang itu sangat marah besar kepadaku. Akhirnya dia sering pulang ke rumah hanya untuk memastikan keadaanku, tapi semua sudah terlambat. Bukannya semakin membaik, hubunganku dengan dia semakin meruncing. Kami sering terlibat dalam pertengkaran. Dia sempat melarangku untuk bertemu dengan teman-teman baruku lagi. Bahkan sebenarnya Rein tidak mengijinkanku untuk berangkat beberapa hari yang lalu.


Tetapi sekarang aku sudah sadar bahwa selama ini aku egois dan hanya mementingkan diriku sendiri. Harusnya dari dulu aku menyadari kalau Rein juga punya kehidupannya sendiri, dunianya sendiri, dia juga punya hal-hal lain yang harus dia pedulikan selain menghabiskan tenaga dan pikirannya untukku. Aku semakin sadar kalau selama ini aku hanya menjadi beban hidupnya. Aku semakin membebaninya saat aku tidak lagi menjadi diriku sendiri. Dia pasti sangat sedih melihatku menjadi seorang monster. Akhirnya aku sadar, alasan dia sering-sering marah dan ngomel kepadaku itu agar aku tidak jatuh semakin dalam ke dalam dunia gelap. Agar kehidupanku tidak semakin hancur karena ulahku sendiri. Aku sudah berjanji untuk merubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Dan pertama kali yang harus kulakukan adalah berdamai dengan Rein.

“Kakakmu memang cantik dan sexy, tapi nyeremin kalau sedang marah. Sampai sekarang gue masih gak menyangka kalau cewek secantik kakakmu itu bisa membuatmu harus dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari . Gak mau ah. Takut gua.” Ucap Dicky “gua duluan ya bro.”

Dalam hitungan detik Dicky sudah berada jauh dari tempatku berdiri. Dia sangat ketakutan saat Rein berjalan mendekatiku. Rein sudah semakin dekat. Aku pasarah jika Rein ngomel dan memarahiku di hadapan semu orang yang ada di bandara ini. Aku janji tidak akan membantahnnya. Aku juga siap jika dia membuatku sampai harus dirawat di Rumah Sakit lagi. Saat dia semakin dekat, aku tidak berani menatap wajahnya. Tetapi yang kutakutkan tidak terjadi. Ketika dia sudah tepat dihadapanku, dia malah memelukku. Aku sangat terkejut dengan apa yang dia lakukan. Rein memelukku sangat erat. Sudah sangat lama sekali sejak terakhir kali dia memelukku seperti ini.


“Kamu bersenang-senang disana?” tanya dia padaku.


“i…iya” jawabku dengan terbata.

Aku pun membalas pelukannya. Menempelkan wajahku ke wajahnya. Mengusap lembut punggungnya, dan menghirup aroma segar yang tercium dari tubuhnya. Sudah sangat lama aku tidak merasakan aroma tubuhnya.


“Ayo pulang” ucapnya setelah pelukan kami terlepas “Aku sudah memasak makanan favoritmu” Ucapnya lalu tersenyum menatapku. Sama sekali tidak kutemukan ekpresi marah di wajahnya. tidak seperti dugaanku sebelumnya.


Setelah itu aku dan Rein sudah berada di dalam mobilnya. Rein berada dibalik kemudi, sesekali dia menatapku seolah ingin mengatakan sesuatu. Aku juga masih tidak tau harus berkata apa kepadanya, munbkin aku harus minta maaf terlebih dahulu.

“Dek” akhirnya dia berusara lebih dulu “maafkan aku kalau selama ini selalu memarahimu, membentakmu, aku juga berutang maaf setelah apa yang aku lakukan padamu di acara reuni itu. Saat itu aku sangat berlebihan,” Ucapnya sambil tetap fokus menyetir.


“Kamu tidak perlu meminta maaf Rein, aku yang salah. Aku sudah menyakiti perasaanmu dengan segala perbuatanku, aku yang harusnya minta maaf kepadamu. Aku minta maaf atas segala yang kuperbuat kepadamu atau kepada diriku sendiri. Aku janji akan berubah menjadi lebih baik lagi dan aku janji tidak akan membuatmu menangis karena aku lagi, aku tidak akan membantahmu lagi, mulai sekarang aku akan menuruti segala perkataanmu. Karena sekarang aku sadar, kamu marah kepadaku dan keras kepadaku karena kamu ingin menjagaku, karena kamu peduli dan menyayangiku dan juga tidak ingin terjadi hal yang buruk kepadaku ”


“Kita sama sama tau kalau kamu seperti itu karena ulah temanmu itu. tapi Aku sangat senang mendengarnya, Aku akan selalu menyayangimu Dek, meskipun terkadang kamu sangat menyebalkan“ Ucapnya, kulihat senyum tipis di bibirnya ketika aku menatapnya.


“Setelah ini aku akan berusaha selalu ada untukmu. Meskipun aku tidak akan untukmu setiap hari. Tapi aku akan mencoba unuk melakukannya” ucapnya.


“Kamu tidak harus melakukannya, aku gapapa kok, janji aku tidak akan seperti dulu lagi. Lebih baik Kamu fokus ke kuliahmu yang hanya tinggal beberapa semester lagi”

“Aku masih kakakmu Dek, meskipun bukan kakak kandung. tidak seharusnya aku meninggalkanmu begitu saja seperti kemarin. Aku sudah membicarakan tentang masalahmu ke Papa dan Bunda”


Ucapan Rein membuatku reflek untuk menatap lagi wajahnya.

“Apa yang kamu katakan kepada mereka?” Tanyaku


“Jangan khawatir, aku hanya mengatakan apa yang perlu mereka dengar. Aku tidak tega mengatakan ke Bunda tentang apa yang terjadi padamu selama ini, tak bisa membayangkan betapa sedihnya bunda jika sampai tahu.”

Syukurlah, aku sangat lega mendengarnya. Bunda pasti marah dan kecewa dan marah kepadaku jika tau yang sebenarnya terjadi kepadaku.


“Aku katakan kepada mereka tentang kamu selama ini merasa kesepian sendirian di rumah, dan aku meminta pendapat mereka tentang bagaiamana jika kamu tinggal di suatu tempat bersama teman-temanmu yang lain agar kamu tidak merasa kesepian lagi. Mereka setuju dengan saranku. ”


Hah? Aku sangat terkejut dengan apa yang dia katakan. Bagaimana mungkin dia mempunyai ide seperti itu? bukankah selama ini dia malah melarangku dan mati-matian mencegahku bergaul dengan teman-teman kuliahku.


”Kamu pasti merasa aneh mendengar ideku ini, padahal selama ini aku mengekangmu, berusaha menjauhkanmu dari segala hal yang merusak dirimu termasuk menjauhkanmu dari temanmu,, tapi akhirnya aku sadar jika aku terlalu berlebihan melakukannya, aku malah membuat luka dihatimu semakin dalam, hal itu hanya akan membuatmu semakin berontak hingga akhirnya kamu tidak bisa mengontrol dirimu sendiri, tidak seharusnya aku egois berusaha melindungimu dengan cara membatasi kebebasanmu dek, harusnya aku bisa lebih percaya denganmu,”


Tak kusangka Rein memikirkan hal itu, tapi ”Áku sudah tidak memerlukannya lagi Rein, sekarang aku hanya ingin menjalani hidupku dengan baiik, memperbaiki nilai IPK ku, aku janji tidak akan berbuat hal buruk lagi”


“Keputusan ada ditanganmu, Sebaiknya kamu pikirkan sekali lagi, malahan papa sudah mencarikan rumah tak jauh dari kampusmu, kebetulan rekan bisnis papa punya rumah di daerah sana yang sedang disewakan, gunakan rumah itu untuk kamu tinggali bersama teman-temanmu, aku harap kamu bisa memilih dengan baik teman-temanmu yang akan tinggal bersamamu disana sampai kamu lulus nanti”


Tinggal bersama teman-temanku? Siapa? Teman-teman yang selama setahun ini selalu bersamaku? Dicky dan Billa? Atau aku harus mencari teman baru yang lain? Seorang teman yang tidak akan menjerumuskanku ke dunia gelap lagi. Entahlah aku tidak harus memikirkannya sekarang. Yang penting Rein sudah percaya denganku lagi. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kakakku lagi.


“terima kasih…. Kak, aku akan memikirkannya!” ucapku tidak berani menatap wajahnya karena malu memanggilnya kakak.


“Please jangan membuatku menyesali keputusanku ini. aku tidak ingin melihatmu menderita seperti kemarin lagi. Alexa juga pasti sedih melihatmu seperti itu. iya kan Dek?” Ucapnya.

Sial, kenapa Rein menyebut nama Alexa. “Jangan membicarakan tentang Alexa, aku sedang tidak ingin bicara tentang dia” ucapku datar. Mataku masih memandang ke jalanan kota yang macet di pagi hari ini.

“Kenapa?” tanya Rein lagi

“Karena aku tidak ingin merasakan apapun lagi tentang Alexa. Semua yang telah terjadi kepadaku itu karena dia, semua perbuatan yang aku lakukan selama ini kulakukan karena dia ”


Alexa membuatku mengerti arti rasa rindu. Rindu akan sosoknya, wajahnya, senyumnya dan cintanya untukku. Saat itu Rasa rindu kepadanya membuatku sangat menderita karena rasa rinduku itu tidak pernah sampai kepadanya. Rasa rindu yang tak tersampaikan kepada Alexa membuatku mengerti tentang arti rasa kehilangan untuk pertama kalinya. Rasa kehilangan membuatku selalu menangis diam-diam di malam hari. Rasa Rindu dan rasa Kehilangan akan sosok Alexa itu sangat membelengguku. Aku telah melakukan segala cara untuk melepas belenggu yang sangat menyakitkan itu. Dan itu yang menjadi awal mula aku terjerat dan menjadi budak kegelapan, merubahku menjadi seorang monster.


Mobilnya Rein berhenti pada sebuah TRAFFIC LIGHT, sebuah mobil sudah terlebih dulu berhenti. Rein menggunakan kesempatan ini untuk mengusap tanganku.


“Tapi kita harus tetap membicarakan tentang ALexa, kita tidak bisa berhenti mengingatnya , atau berhenti mencintainya” Ucap Rein “Karena sampai kapan pun Alexa akan selalu mencintaimu, menyayangimu, menyayangi kita berdua meskipun dia sudah tidak bersama kita. Kita harus tetap menghidupkannya di dalam hati kita. Di dalam setiap doa kita.”

Pikiranku menerawang jauh setelah mendengar apa yang dikatakan Rein.


Seandainya….



-----POV WINRY:

Seandainya kamu masih ada disini, aku tidak akan merasa sendiri di Dunia ini. kamu pasti akan menjadi orang pertama yang memintaku untuk tidak menyerah. Kamu pernah bilang tidak akan membiarkanku melaluinya sendirian. Tetapi sekarang kamu telah pergi, meninggalkanku bersama bayanganmu yang tidak mau pergi dari hatiku. Meninggalkan kenangan-kenangan indah yang kini berubah menjadi mimpi buruk yang selalu menghiasi setiap tidur malamku. Seandainya kamu menyadai betapa besarnya rasa kehilangan yang kuderita.



Tanpamu…


-----POV REGA:

Tanpamu aku seperti terombing-ambing di tengah lautan. Aku tidak tahu lagi arus mana yang harus kuikuti. Aku sempat mencoba lari dari kenyataan yang menakutkan ini, kenyataan bahwa kamu tidak lagi bersamaku. Tetapi lari ke dalam kegelapan pun tidak bisa membuatku menghindari kenyataan pahit ini. Seandainya kamu tahu betapa aku sangat mengharapkan kehadiranmu disini.


Kini…


-----POV WINRY:

Kini aku harus melalui semuanya sendiri. Entah sampai kapan aku bisa bertahan tanpa hadirmu dalam cerita panjang tak berujung ini. Sampai sekarang pun Aku masih tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan sejauh ini. Tetapi aku sudah berjanji tidak akan lagi menangisi kepergianmu.


-----POV REGA:

Sudah cukup aku membasahi jalan-jalan kota ini dengan air mata karena kehilanganmu. Aku akan melalui hari hariku kedepan tanpamu, aku akan melakukannya meski tanpa kehadiranmu lagi.


Dan sekarang….


-----POV REGA & WINRY:

Aku akan belajar mencintai lagi tanpa dirimu.


.

.

.

.



-----POV WINRY:


Mobilku berjalan lagi setelah Lampu lalu lintas itu berganti menjadi hijau. Kulajukan mobilku lebih cepat daripada sebelumnya. Miranda sudah mengabari lewat pesan kalau dia sudah sampai di kampus dan dia sudah menungguku. Rumahnya Miranda tidak jauh dari kampus, seharusnya dia tidak perlu naik mobil.


Setibanya di kampus aku di sambut oleh keramaian mahasiswa baru lainnya yang berpakaian sama denganku yang berkeliaran di luar kampus maupun di dalam. Ternyata masih banyak yang mendaftar untuk kuliah di kampus ini setelah tragedi yang menimpa salah satu mahasiswi kampus ini setahun yang lalu. Ketika sudah menemukan tempat parkir untuk mobilku, aku berjalan menuju tempat di mana Miranda sudah menungguku. Itu dia !!.


Aku melihat Miranda duduk di deretan tempat duduk panjang bersama mahasiswa baru yang lain. Dia menyadari kedatanganku, kemudian berdiri dan menghampiriku.





Saat kami berdua bertemu. Aku langsung memeluknya begitu erat, Mira sangat kaget dengan aksiku yang tiba tiba. Untungnya masih ada sahabat baikku yang menemaniku. Kuluapkan semua emosi yang kupendam di dalam hatiku dengan cara memeluknya.


“heeeehh. Kamu ngapain sih Win?” Ucap Mira sambil berusaha melepaskan pelukanku.


“uhmm aku hanya Senang melihatmu pagi ini Mir” Ucapku padanya setelah melepaskan pelukanku, kemudian aku hanya tersenyum padanya. Sedangkan dia masih bingung denganku yang tiba-tiba memeluknya.


.
.

.

.



------POV REGA------


Sesampainya di rumah aku bergegas munuju kamarku untuk segera mandi. Aku harus cepat karena Rein sudah menungguku di ruang makan, dia sudah memasak sesuatu untukku dan akan menemaniku sarapan, Senang sekali rasanya semua akan kembali seperti yang dulu lagi.

Ketika aku memasukkan tas dan barang-barangku ke dalam lemari, aku tidak sengaja menjatuhkan sesuatu dari dalam lemari. Benda itu jatuh begitu saja ke lantai.






BERSAMBUNG


NEXT CHAPTER : 2. CEWEK DI BALIK TOPENG
(Coming Soon)

Hari ini tepat tanggal 15 Februari. Tersenyumlah untuk Alexa :)
baca kembali.. sambil menunggu "blood" ...
sehat terus suhu @Emox
kangen Meta :(( kapan muncul yaaa
 
SAMBUNGAN DARI ATAS

.

.

.

.

TIIIINNNNNN TIINNNNNN


Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun saat mendengar klakson mobil dari depan rumah.

Rein? Dia pulang?

Setelah mendengar suara klakson mobil itu, dengan antusias aku beranjak dari meja belajarku dan melihat siapa yang datang melalui jendela kamarku yang menghadap ke halaman depan. Kulihat sebuah mobil yang tidak kukenal baru saja masuk ke dalam halaman rumah setelah Mbak Tina membuka pagar untuk mobil itu. Sudah jelas itu bukan mobilnya Rein, lalu siapa yang datang bersama mobil itu?. Seseorang baru saja keluar dari dalam mobil itu lalu menatap jendela kamarku yang ada di lantai dua, mungkin dia bisa melihatku yang juga sedang melihatnya.

Hahh? Dia kan??

Meskipun langit sudah gelap, aku bisa melihat dengan jelas siapa yang datang bersama mobil itu. Ternyata tidak seperti yang kupikirkan. Bukan Rein yang datang, melainkan dia adalah

Kak Fanny?



Kak Fanny yang melihatku kemudian melambaikan tanganya ke arahku. Tanpa berlama-lama, aku segera keluar dari kamarku dan menuju ke halaman depan sambil bertanya-tanya dalam hati kenapa Kak Fanny datang kesini. Saat menuju keluar rumah, aku berpapasan dengan Mbak Tina dan dia memberi tahu kalau ada seseorang yang mencariku.

“Haii Rega!” sapa Kak Fanny ketika melihatku keluar dari dalam rumah dan berjalan mendekatinya yang sedang bersandar pada pintu mobilnya.

Kemudian dia mendekatiku dan memelukku. Menempelkan payudaranya yang gede itu di dadaku. Hampir tidak ada yang berubah dari Kak Fanny, tetap cantik dan mempesona seperti terakhir kali aku melihatnya. Kecuali dia sekarang lebih terlihat langsing. Dulu badannya agak sedikit chubby, kini badannya langsing seperti Kak Neta.

”Sudah lamaaaaaaaa banget aku tidak melihatmu, kamu agak tinggian sekarang” ucapnya setelah melepas pelukannya dengan kedua tangannya masih memegang lenganku.

”Tidak selama itu juga kali Kak, baru dua bulan yang lalu kalian para guru PPL selesai mengajar di sekolah” jawabku.

”Oh yah?. hmm Rasanya uda kayak lama banget”

Mungkin dia merasa seperti itu karena setelah kepergian Alexa, aku hampir tidak pernah lagi berhubungan dengan dia ataupun Kak Neta sampai dengan masa tugas mereka mengajar di sekolah berakhir bersamaan dengan kenaikan kelas. Atau lebih tepatnya aku menghindari mereka, tidak hanya mereka yang kuhindari, aku menghindari hampir semua orang kecuali teman-teman dekatku. Itu karena aku tidak suka dengan cara mereka menatapku setelah peristiwa pahit itu. Bicara tentang kak Neta, aku berusaha melirik mobilnya Kak Fanny, mencoba mencari sosoknya di dalam mobil. Tapi tidak kutemukan, tidak ada orang lain di mobil itu.

“Nyariin Naredta?” Tanya Kak Fanny setelah memergokiku sedang melirik mobilnya.

Aku mengangguk, kukira dia datang bersama kak Neta. Karena mereka selalu terlihat bersama-sama. Malahan mereka berdua itu sepasang kekasih sesama jenis atau lesbi.

“Aku sendirian, Neta tidak tau kalau aku kesini, dan sebaiknya jangan kasih tau dia kalau aku datang menemuimu malam ini. Awas ya kalau sampai kamu bilang ke Neta!!” Ancamnya padaku.

Aku mengangguk lagi. Meskipun aku tidak tahu alasan mengapa Kak Fanny ingin merahasiakan kedatangannya kesini kepada Kak Neta. Aku tidak peduli akan hal itu. Lagipula sudah lama juga aku dan Kak neta tidak berkomunikasi.

“lalu ada apa kesini kak?” tanyaku padanya. Dia tersenyum.

”Kamu nggak ada acara kan malam ini? !I Aku akan mengajakmu bersenang-senang, malam ini kita party! Clubbing..” ajak Kak Fanny.

“Clubbing?? Kamu datang jauh-jauh dari kota sebelah untuk mengajakku Clubbing? Maaf aku nggak bisa” jawabku singkat tanpa berbasa basi.

“Kenapa sih?”Tanya kak Fanny dengan nada kecewa “Aku datang jauh-jauh dari kota sebelah tidak untuk kamu tolak. Kamu harus menemaniku datang ke acara itu”

Ternyata dia hanya membutuhkan seseorang untuk menemaninya. Kenapa dia tidak mengajak Kak Neta? Seingatku selain memadu kasih dengan Kak Neta, Kak Fanny juga punya cowok, kenapa dia tidak mengajak cowoknya? Atau teman-temannya yang lain di kota sebelah. Kenapa harus mengajakku?. Sebenarnya malam ini aku pun membutuhkan seorang teman, tapi aku tidak bisa begitu saja menerima ajakannya, lagi pula aku masih terasa asing dengan clubbing, party, dugem dan yang lainnya. Meskipun aku sering mendengar teman-teman di sekolah sering membicarakan aktifitas dunia malam itu.

“Maaf Kak, aku nggak bisa. ada PR yang harus segera kuselesaikan”
Jawabku

Rega sayang, kamu tau ini malam minggu kan?” tanya dia

Iya tau, emang kenapa?”

“malam minggu ngerjain tugas? Are you serious? Ngerjainnya besok saja, pokoknya kamu harus ikut denganku”


Aku hampir tak percaya ada seorang calon guru yang menyuruh menunda nunda mengerjakan tugas sekolah. Bahkan seharusnya seorang guru tidak mengajarkan muridnya untuk datang ke tempat-tempat clubbing.

Ayo berangkat, keburu acaranya dimulai” ucap Kak Fanny sambil menarik tanganku. Namun kutahan tarikan tangannya.

Tunggu Kak tunggu” Ucapku sambil menahan tarikan tangannya “sebenarnya……. Rein akan marah jika aku tidak ada dirumah sebelum jam 9 malam” mendengar ucapanku, Kak Fanny berhenti menarik tanganku.

“Oh My God!” Ucap Kak Fanny sambil menghela nafas besar “Rein? Kakakmu yang selalu terlihat jutek itu?” Tanya dia. Aku mengangguk.

“Dia di dalam rumah? Aku akan minta ijin kepadanya,, Oh God, aku tidak percaya harus meminta ijin pada kakakmu yang usianya lebih muda dariku hanya untuk mengajakmu keluar” ucap Kak Fanny

“Tidak ada siapa-siapa di dalam rumah. Untuk sementara Rein tidak tinggal disini, dia tinggal di asrama mahasiswa di kampusnya”

“Naaahh? Jadi ngga ada masalah lagi kan? Ayo berangkat seakarang”
Ucap Kak Fanny kemudian menarik tanganku lagi. Tapi aku masih menahannya.

“Tapi kak !! Rein pasti marah jika tau aku datang ke tempat seperti itu”

“Yaudah Jangan di kasih tau, bilang aja kamu ke mana gitu kek”
Ucap Kak Fanny, dia kelihatan sudah sangat kesal dengan penolakanku. Tapi aku masih berusaha untuk menolak ajakannya. Karena Rein pasti sangat marah besar jika tau aku pergi ke tempat seperti itu. Aku menggelengkan kepalaku ke arah kak Fanny.

Kemudian kak Fanny melepaskan tanganku, dan berjalan ke belakang mobil SUV warna hitam miliknya, membuka pintu belakang mobil itu dan mengeluarkan sebuah koper besar dari dalam mobilnya. Lalu berjalan lagi ke arahku.

“Kalau memang kamu menolak menemaniku, aku yang akan menemanimu disini sampai besok malam” ucap Kak Fanny lalu dia melewatiku dan berjalan begitu saja ke dalam rumah sambil menarik kopernya.

Hahhh? aku terkejut dengan ucapannya. Dia akan tinggal disini sampai besok malam? Sial. Bagaimana kalau besok pagi Rein pulang? Noooooooooooo. Rein pasti kaget dan sangat marah besar melihat kak Fanny ada didalam rumah. Karena Rein itu tidak suka aku dekat-dekat dengan guru-guru PPL.

“tunggu Kak tunggu, baiklah aku akan menemanimu” cegahku sambil mendekati kak Fanny yang sudah hampir masuk ke dalam rumah. Mendengar ucapanku, kak Fanny berhenti berjalan dan membalikkan badannya dan berjalan ke arahku kemudian tersenyum penuh dengan kemenangan.

“Good Boy! Kamu tidak akan menyesal ikut denganku, karena malam ini kita akan bersenang-senang di sana,” ucapnya sambil mengelus dadaku, “Setelah itu, kita akan bersenang-senang berdua” bisiknya di telingaku, dengan nada bicara yang menggoda.

“Let’s Go!!” Ajaknya kini merangkul lenganku agar aku berjalan bersamanya menuju mobilnya. tapi lagi-lagi aku menahannya.

“Tunggu dulu Kak..” cegahku.

Astaga !!! Apa lagi sih?” ketusnya dengan nada tinggi.

aku mau ganti baju dulu! Masa’ aku datang kesana dengan kaos dan celana pendek seperti ini?”

”tidak perlu ganti baju, aku sudah membawakan kostum yang pas untukmu, sebaiknya kita berangkat sekarang atau aku bisa emosi lama-lama berada disini”
Jawab Kak Fanny sambil menarik dengan kuat tanganku. Aku pun pasrah waktu dia menyuruhku masuk ke dalam mobil. Kemudian kami pergi dari rumah. Aku baru tersadar kalau aku juga lupa membawa serta ponselku. Sial. Aku berharap Mbak Tina tidak mengadu pada Rein jika aku pergi malam-malam dari rumah bersama dengan sorang cewek, kulirik kak Fanny yang sedang berusaha fokus menyetir mobil. ah bukan !! tapi seorang wanita.

“kakakamu itu sering melarangmu keluar?” tanya Kak Fanny “dan kamu mematuhinya meskipun dia tidak ada di rumah?”

Rein memang lebih protektif kepadaku semenjak Alexa……...” kuhentikan ucapanku sesaat “Apalagi sekarang orang tua kami berada di luar negeri. Meskipun Rein tidak tinggal di rumah, dia selalu mengawasiku, melarangku pergi terlalu jauh dari rumah, ataupun pulang terlalu malam. Padahal aku bukan anak kecil lagi” jawabku

“Kakakmu memang sangat unik, padahal dia bukan saudara kandungmu. tapi kamu tau kan alasan dia memproteksimu itu karena dia sangat menyayangimu meskipun mungkin kadang dia sangat cerewet saat melakukannya. Aku pun akan melakukan hal yang sama jika punya adik seperti kamu. Kamu harus bisa lebih memahaminya, dia berusaha menggantikan tugas melindungi dan menjagamu ketika orang tua kalian pergi”

Tidak ada yang salah dengan ucapan Kak Fanny, Rein lebih memproteksi diriku karena dia sangat peduli denganku. Bagiku Rein memang lebih dari sekedar seorang kakak, dia bisa jadi seorang ayah, ibu, teman, sahabat dan kekasih. Ahhh, aku jadi sedikit merindukannya. Sudah hampir dua minggu dia tidak pulang.

“kita sudah sampai” Seru kak Fanny, saat mobilnya berbelok masuk ke dalam area sebuah gedung di pusat kota.

Hahh? Disini? Aku masih takjub dengan tingginya gedung yang akan kami datangi. Adit pernah bercerita bahwa gedung ini sangat terkenal di kota ini sebagai tujuan para pemburu hiburan dunia malam. Selain menyediakan kamar untuk menginap, di gedung ini juga terdapat night club, bar, lounge & café, tempat karaoke, spa dan lain sebagainya. Adit juga bilang, ditempat ini mereka menyajikan Ladies Escort lokal maupun internasional.

“malam ini kita akan clubbing disini dan menginap disini juga, aku sudah memesan kamar untuk kita berdua” Ucap kak Fanny setelah keluar dari mobil, Menginap? Sial malah jadi ribet begini sih. Bagaimana aku menjelaskan kepada Rein jika dia tahu kalau aku tidak tidur di rumah. Aku harus memikirkan alasan yang tepat agar Rein tidak marah.

Tak berselang lama, seorang petugas valet membawa mobilnya kak Fanny menjauhi kami. Setelah itu Kak Fanny mengajakku ke lobby dan menyuruh menunggunya di tempat duduk didalam lobby. Sambil menunggu diatas sofa bulat yang empuk tanpa sandaran, aku melihat banyak pengunjung lalu lalang masuk dan keluar, mataku sampai melotot ketika melihat wanita-wanita dengan tubuh super seksi dengan pakaian yang minim. Gila. Kemudian lewat sepasang cowok cewek dengan pakaian glamour. Mereka saling berdekatan dengan rapat. Ceweknya memakai gaun dengan bagian dadanya yang terbuka cukup rendah. Lalu tangan cowoknya meluncur di punggung cewek itu dan kulihat baru saja meremas pantat cewek itu sambil tetap berjalan menuju lift.

”Kita ke kamar untuk ganti baju dulu.” Ajak kak Fanny.

Lift yang kami tumpangi berhenti di lantai 15. Kemudian kami berjalan melewati deretan pintu pintu kamar sepanjang lorong sambil kak Fanny menarik koper miliknya. Kak Fanny menemukan kamar untuk kami, lalu menempelkan sebuah kartu di bawah gagang pintu kamar tersebut. Dan pintu itu bisa terbuka setelahnya.

Setelah masuk ke dalam kamar berukuran standard ini, Kak Fanny menaruh kopernya begitu saja di lantai. Kemudian dia mengambil tas karton dari dalam kopernya dan dia berikan kepadaku.

“lepas pakaianmu !! pakai ini !” ucapnya.

Ternyata isi tas yang dia berikan padaku berisi setelan pakaian atasan bawahan serba hitam. Di dalam kantong tas itu juga terdapat sebuah topeng dan sebuah topi bulat berwana hitam serta sepasang sepatu boot yang juga berwarna hitam. Apa-apaan ini? Apa yang dimaksud kak Fanny dengan kostum untukku itu ternyata benar-benar sebuah kostum.

“Kenapa Aku harus memakai pakaian seperti ini? aku tidak mau memakainya” protesku pada Kak Fanny. Sambil masih melihat pakaian yang harus kupakai, sial, bahkan ada kain panjang seperti sayap di bagian belakang pakaian.

“Kita itu akan menghadiri pesta kostum. Halloween Party. Kamu tau kan ini tanggal berapa? Semua orang yang datang harus memakai kostum” ucap Kak Fanny, Halloween? Bukankah seharusnya dirayakan tanggal 31 oktober? Mungkin karena sekarang malam minggu jadi dirayakan sekarang. eh? Saat itu aku baru menyadari jika Kak Fanny sedang berusaha melepaskan pakainnya di hadapanku.



Seakan merasa tidak ada orang lain yang melihat, Tanpa ragu kak Fanny melepas satu persatu bajunya, dan melemparkannya begitu saja di atas ranjang. Yang tersisa hanyalah stocking transparan berwarna putih yang tidak bisa menutupi bagian bawah tubuhnya. Aku bisa melihat kulit pantatnya yang mengkilap serta garis pantatnya yang menegaskan betapa bulatnya bokong Kak Fanny. Kemudian Kak Fanny berbalik menghadapku, menatapku dengan tatapan yang menggoda. Darahku semakin berdesir melihat bagian depan tubuhnya.Lekukan tubuh kak Fanny sungguh indah. Meskipun aku sudah pernah melihatnya dan merasakan tubuhnya, tetap saja pemandangan ini berhasil membuat celanaku menyempit.

Aku sampai dibuat melongo sesaat ketika melihat kedua payudara Kak Fanny yang gede dan padat dengan ujung putingnya yang imut dan menggemaskan. Sial. Hanya melihatnya saja sudah membuatku sangat bergairah, apalagi jika menyentuhnya, ahhh ingin rasanya memegang lembut payudara bulat kak Fanny. Ketika aku ingin melihat area kewanitaannya, Kak Fanny keburu duduk diatas lantai dan berusaha mencari sesuatau di dalam kopernya.



Mungkin dia sedang mengambil pakaian yang akan dia pakai. Aku jadi penasaran kostum seperti apa yang akan dia kenakan. Besar payudara kak Fanny masih memenuhi pandanganku. Goyangan payudaranya ketika kak Fanny menunduk membuatku semakin melongo. Tiba-tiba kak Fanny menolehku.

”Malah diem ! Butuh bantuan melepas bajumu?” tanya kak Fanny

eh, enggak ini aku %$#&@^$!^&@*#&!” sial. Karena terlalu asik melihat pauyudara Kak Fanny dari samping, aku jadi salah tingkah dan tidak mengerti apa yang kuucapkan. Aku pun segera membawa pakaian yang diberikan kak Fanny menuju kamar mandi karena Aku masih malu membuka pakaian di hadapannya. Kucoba menghilangkan bayangan pemandangan indah tubuh Kak fanny dari kepalaku.

Setelah mengganti pakaian, kulihat diriku pada cermin di dalam kamar mandi. Aku baru menyadari kostum yang kupakai adalah kostum milik Zorro, pendekar pedang dari Meksiko. Namun pakaian berbahan kulit ini terasa tidak nyaman kupakai. Sangat ketat apalagi dibagian selangkangan. Kemudian aku mencoba memakai topi bulat dan melihatnya di cermin, aku semakin terlihat seperti orang bodoh memakai topi ini. Kulepas kembali topi itu dan aku keluar dari dalam kamar. Dan aku melihat kak Fanny sudah bersiap dengan kostumnya. Kostum apa itu yang dia pakai?



Kak Fanny yang melihatku keluar dari kamar mandi langsung menghampiriku dan mengamati kostumku, sedangkan aku masih tidak bisa move on memandang bulatnya payudara kak Fanny meskipun kini telah tertutupi kostum yang dia kenakan. Namun aku masih bisa melihat sebagian dari payudara Kak fanny yang mengkilap tidak tertupi kain. Aku juga bisa melihat bagian putingnya yang menonjol di balik pakaiannya, dia tidak memakai bra. Aku yakin, dengan pakaian seperti itu semua orang bisa melihat dengan jelas payudara Kak Fanny ketika dia menunduk.

“Syukurlah pas dengan ukuran tubuhmu, kecuali ini.” ucap Kak Fanny sambil mengusap perutku “kamu harus mulai nge-gym biar perutmu tidak semakin buncit”

Nge-gym? Ah Rein juga pernah mengatakan hal yang sama. Rein juga menyuruhku untuk lebih sering berolahraga dan kalau perlu mendaftar di sebuah tempat gym.

“Bagaimana menurutmu kostumku?” tanya dia

“memangnya itu kostum apa?”

“Aku sedang menjadi seorang pilot”
ucap Kak Fanny kemudian tersenyum “apa yang kamu pikirkan melihatku berpakaian seperti ini? hmm?” tanya Kak Fanny antusias.

“Dengan pakaian seperti itu. Kamu akan memancing semua cowok untuk melirikmu, dan memancing nafsu mereka” Ucapku. Kak Fanny memang terlihat sangat seksi.

“hahaha !! jadi kamu nafsu melihatku seperti ini? kamu sange? Iya?”

Sial. Aku harus mengakui daritadi aku sudah sangat bergairah melihat tubuh Kak Fanny. Penisku selalu berdiri dibalik celana kostum yang ketat ini saat melihat pemandangan tubuh Kak Fanny yang indah. Membuat bagian selangkanganku terlihat menonjol. Apalagi saat ini Kak Fanny sedang mengusap bagian itu.

“sabar ya Dek” Ucapnya dengan wajahnya mendekat di wajahku sambil masih mengusap selangkanganku “Nanti setelah pesta selesai, kamu bisa melampiaskan nafsumu” ucapanya kepadaku kemudian menuju cermin untuk merias mukanya agar lebih on.



Apa tidak bisa melakukannya sekarang? tanyaku dalam hati. Penisku sudah berontak meminta untuk segera dipuaskan. Astaga apa yang aku pikirkan. Pasti ini karena sudah lama sekali aku tidak menyalurkan gairahku. Aku bahkan lupa terakhir kali bercinta dengan siapa.Rein? Amel? Atau mungkin Ressa?. Aku harus berusaha mengontrol nafsuku.

“Kamu lupa memakai topengmu?” tanya Kak Fanny Sambil memegang topeng warna hitam yang seharusnya kupakai.

“Aku tidak mau memakainya, aku kan pake kacamata” jawabku. Mendengar ucapanku Kak Fanny menghampiriku dan melepas kacamataku dan berusaha memasang topeng itu di wajahku.

“Zorro selalu memakai topengnya saat beraksi. kamu harus tetap memakainya” ucapnya sambil mengikat tali topeng di belakang kepalaku. Wajahnya sangat dekat sekali, bibirnya yang merah merekah itu sangat menggoda untuk digigit.

“Kenapa tidak sekalian memberiku sebuah pedang” Protesku kepada Kak fanny.

“Kamu tidak akan diijinkan masuk kesini dengan membawa senjata tajam” ucapnya.

Beberapa saat kemudian Kak Fanny mengajakku keluar kamar dan memasuki lift menuju lantai teratas gedung ini yang dijadikan sebagai tempat dugem. Tapi kami berdua harus berhenti di lantai 40 dan berganti lift lain untuk menuju ke atas. Karena lantai 40 sampai ke atas adalah tempat yang dikhususkan untuk berbagai tempat hiburan malam yang tadi sudah aku sebutkan. Sedangkan lantai 40 ke bawah dijadikan untuk hotel dan apartemen. Setiap pintu lift di lantai 40 ini dijaga oleh seseorang, mereka yang akan mengawal kami dan memastikan kami untuk turun di lantai yang sudah Kak Fanny daftarkan di Lobby. Mereka sangat ketat, bahkan Sebelum memasuki lift, segala bawang barang bawaan kami juga diperiksa oleh mereka. Katanya sih dilarang membawa kamera di tempat ini.

Kami berdua akhirnya sampai di lantai 52 yang merupakan lantai paling tinggi di gedung ini. Begitu keluar dari lift dentuman suara musik DJ terdengar dari segala arah. Suasana di dalam begitu redup, penerangan hanya berasal dari lampu neon panjang warna warni di langit-langit ruangan. Banyak sekali pengunjung yang datang, Aku dan Kak Fanny harus mengantri untuk masuk ke dalam ruangan utama. Dia atas pintu ruangan itu terdapat tulisan nama tempat ini SKY HIGH, tulisan itu sangat mencolok dan bersinar terang di tempat seredup ini. SKY HIGH merupakan tempat clubbing paling hits di kota ini, aku jadi penasaran apakah Rein pernah kesini? Aku pernah melihatnya keluar malam untuk mengunjungi tempat-tempat seperti ini, dan dia selalu pulang dengan aroma alkohol di tubuhnya. Atau mungkin dia sedang berada disini?,Ahh untung aku sedang memakai topeng.

Kulihat semua orang yang sedang mengantri memakai kostum eksentrik andalan mereka mulai dari kostum karakter pada komik dan serial anime, sampai dengan karakter superhero dan star wars. Aku juga melihat beberapa wanita memakai kostum seksi seperti model majalah playboy dengan riasan telinga kelinci panjang di kepalanya dan kostum kostum karakter cewek anime yang sangat minim. bahkan ada yang memakai kostum aneh yang tidak aku ketahui namanya.

”Bukankah ini seharusnya halloween party? aku tidak melihat orang memakai kostum hantu” tanyaku pada kak Fanny yang berdiri berdekatan di depanku. Meskipun tadi aku melihat ada yang memakai kostum penyihir, tetapi sama sekali tidak menyeramkan. Karena orang itu memakai kostum penyihir ala film Harry Potter lengkap dengan sapu lidinya yang panjang.

“sekarang perayaan halloween sudah tidak seseram dulu Dek, jaman sudah berganti, Perayaan Halloween kini lebih ke merakayan ekspresi diri”

Ekspresi diri?
Mungkin maksudnya Kak fanny adalah orang-orang mengekspresikan diri mereka melalui kostum yang mereka kenakan. Antrian didepan kami sudah mulai berkurang, hanya menyisahkan beberapa orang lagi dan kami akan bisa segera masuk ke dalam ruangan. Namun di belakangku antrian masih sangat panjang. Semakin dekat dengan pintu masuk, suara musik DJ terdengar semakin keras disertai sorak sorai riuh suara pengunjung. Di samping pintu ruangan yang dijaga beberapa orang dengan berbadan tegap dan besar terdapat sebuah aturan-aturan untuk para pengunjung, Aku tidak bisa membacanya karena aku tidak memakai kacamataku. Tetapi aku ingat apa yang dikatakan Adit tentang salah satu aturan pengunjung klub malam.

“kak, Aku masih belum 18 belas tahun. Aku tidak boleh masuk ke dalam sana kan? Sebaiknya aku menunggu di kamar saja” Bisikku kepada Kak Fanny

bukannya Tadi kamu bilang kalau kamu bukan anak kecil lagi?.” Ucapnya sambil berbalik badan menatapku. Seketika aku menyesal pernah berkata seperti itu kepadanya.

Jangan khawatir, di tempat ini peraturan mengenai batasan umur itu hanya sebuah formalitas, jaga-jaga jika ada razia” bisiknya.

Aku sedikit lega dan semakin berdebar mendengar penjelasan kak Fanny. Selain karena suara musik DJ yang sangat bising,jantungku berdebar juga karena ini pertama kalinya aku mendatangi tempat yang terkenal dengan kehidupan malam yang bebas, minuman keras hingga drugs. Setelah memperlihatkan tiket masuk kepada penjaga pintu, kami berdua langsung masuk ke dalam ruangan.

Aku langsung tercengang dengan suasana di dalam ruangan. Ruangannya begitu luas dan besar, mungkin tempat ini bisa menampung sekitar 2000 orang. Tempat ini desainnya mirip sebuah Amphitheater dengan sebuah panggung megah di salah satu sisi ruangan. Di depan panggung itu adalah tempat titik berkumpulnya orang-orang yang sedang asik menggoyangkan badan mereka mengikuti dentuman musik yang di sajikan oleh seorang DJ berparas bule di atas panggung. Di atas panggung itu juga beberapa wanita berpakaian berkostum ala-ala suster Rumah Sakit sedang menari secara erotis. Penari-penari seksi itu lebih terlihat sedang memakai lingerie daripada memakai sebuah kostum.

Tepat di tengah tengah titik berkumpulnya orang orang itu terdapat sebuah Bar Counter berbentuk lingkaran dengan sebuah lemari kaca atau display yang memajang berbagai botol minuman keras serta tidak lupa beberapa bartender yang sedang bertugas melayani para clubbers dari dalam lingkaran besar counter itu. Selain di depan panggung, pengunjung juga terlihat memenuhi tempat duduk berbentuk sofa yang berada di sepanjang sisi kanan dan kiri ruangan dengan sekat sebagai pemisah dengan kapasitas yang berbeda. Ada yang hanya cukup untuk sekitar enam orang ada juga yang berkapasitas untuk sekitar dua puluh orang. Fasilitas tempat duduk sofa itu tersedia cukup banyak dan dibuat secara bertingkat seperti selasar atau balkon di dalam ruangan. Aku menghitung ada 3 tingkat balkon di sisi kanan dan kiri ruangan yang sudah penuh dengan pengunjung.

Namun anehnya tidak ada satupun lampu yang menyala terang di tempat seluas ini. Hanya lampu sorot yang menembakkan beraneka warna ke segala arah secara tidak beraturan. Kak Fanny mengajakku naik ke selasar tingkat kedua untuk bertemu dengan teman-temannya, kata Kak Fanny disana teman-temannya sudah open table. Aku jadi bertanya lagi di dalam diriku. Kenapa kak Fanny memintaku untuk menemaninya datang ke tempat ini jika disini sudah ada teman-temannya? Sesampainya di salah satu satu tempat duduk sofa berkapasitas untuk dua puluh orang itu kami disambut teman-teman kak Fanny yang kebanyakan adalah cowok, dengan kak Fanny total ceweknya hanya ada empat sisanya adalah cowok. Kak Fanny mengenalkanku sebagai temannya dari kota sebelah. Aku tidak akan mengenalkan satu persatu teman-teman kak Fanny kepada kalian, karena tidak ada satupun dari mereka yang menarik. Bahkan ketiga cewek itu tidak secantik dan seksi seperti Kak Fanny.

Setelah berbincang bincang beberapa saat, Kak Fanny memesan sebotol Martell VSOP kepada seorang waitress, yang kemudian disambut sorakan teman- teman kak Fanny. Aku tidak mengerti kenapa mereka begitu heboh setelah kak Fanny menyebutkan apa yang ingin dia pesan.

“ada yang bener-bener ingin mabuk malam ini” seru salah seorang teman kak Fanny. Disambut tawa teman-temannya yang lain.

“Uhmm, berikan dia segelas lemonade” ucap Kak Fanny kepada Waitress itu sambil melihat ke arahku. Teman-teman Kak Fanny langsung terdiam sambil menatapku aneh. Sebenarnya Aku sedikit lega Kak Fanny tidak memesankan minuman beralkohol untukku tapi rasanya memang aneh karena biasanya orang yang datang ke klub malam itu selalu diamsusikan dengan minum minuman beralkohol.

“Dia sedang sakit keras, dia tidak boleh merokok dan tidak boleh menyentuh minuman alkohol lagi” jelas kak Fanny pada teman-temannya.

ya kan?” tanya kak Fanny meminta persetujuanku.

”ii..iya” jawabku tanpa menjelaskan maksud perkataan Kak Fanny

Apa tidak ada alasan lain selain sakit keras? Pftttt. Ternyata ada untungnya memakai topeng, Bisa menghindarkanku dari suasana akward suatu saat nanti ketika bertemu salah satu dari mereka.

Beberapa menit setelah pesanan kami datang, Kak Fanny masih asik berbincang-bincang dan bercanda dengan teman-temannya. Sedangkan aku duduk diam di ujung sofa tidak tau apa yang harus aku lakukan atau tidak tau apa yang harus aku bicarakan dengan teman-temannya kak Fanny. Tak ayal sepanjang hampir tiga puluh menit aku hanya memperhatikan kak Fanny yang sedang mengobrol bersama teman-temannya. Aku juga memperhatikan teman-teman kak Fanny yang cowok sedang menikmati pemandangan tubuh Kak Fanny yang indah dengan wajah mesum di wajah mereka. Seperti sebuah gerombolan serigala yang sedang menunggu kesempatan untuk menerkam mangsanya.

Setelah itu terdengar suara sirine yang sangat keras dan panjang yang disambut riuh suara seluruh pengunjung terutama yang berada di depan panggung. Semua yang ada di sofa berdiri mendekati pagar di ujung selasar dan kompak melihat ke arah lantai bawah. Asap tebal muncul di atas panggung setelah suara sirine itu berhenti. Lalu terdengar musik elektronik yang lebih agresif daripada sebelumnya, musik itu terdengar begitu emosional, semangat tapi juga happy, semuanya menjadi satu dalam sebuah dentuman yang sangat keras. Suatu hari baru kuketahui kalau musik yang terdengar adalah bergenre music trance. Bersamaan dengan musik itu dimulai, beberapa penari sedang menari erotis di atas panggung mempertunjukan tarian mereka yang vulgar. Para penari itu hanya memakai bra dan celana dalam bahkan satu diantara mereka tidak memakai bra. Hanya sticker berbentuk bintang menutupi bagian tiap putingnya. Payudara wanita itu terlihat sangat jelas bergoyang ke atas ke bawah mengikuti goyangan tubuhnya.

Seolah terpengaruh dengan suasana, Kak Fanny dan teman temannya memutuskan untuk turun ke bawah.

“jangan kemana-mana” perintah Kak Fanny kepadaku.

Malam semakin larut, kulihat suasana semakin panas di bawah sana. Aku masih memperhatikan dari balkon tempat yang telah di pesan Kak Fanny dan teman-temannya. Meskipun sudah satu jam lebih semenjak suara sirine tadi terdengar, orang-orang masih bersemangat menggoyangkan tubuh mereka mengikuti irama musik di bawah sorotan sinar lampu warna warni dari segala arah. Tidak sedikitpun mereka terlihat lelah, mereka terlihat seperti orang yang sedang kesurupan.

Di bawah sana benar-benar semakin panas, Ke mana pun aku memandang, aku selalu menemukan sepasang cowok cewek sedang bercumbu di antara himpitan orang-orang yang sedang bergoyang. Tak terkecuali dengan Kak Fanny, dia sedang diapit dua temannya yang cowok di depan dan dibelakang tubuhnya. Kak Fanny hanya diam saja ketika tangan tangan nakal kedua temannya meraba-raba tubuhnya yang sangat menggoda itu. Beberapa kali kulihat salah satu dari temannya itu sengaja meremas payudara kak Fanny yang gede itu dari belakang dan teman di depannya sedang asik meraba paha dan pantat kak Fanny didalam rok pendek yang dia kenakan sedangkan tangan satunya mencoba menurunkan bagian atas pakaian kak Fanny dari pundaknya.

Bukannya menghentikan aksi temannya itu, Kak Fanny malah terlihat ceria dan bahagia dengan satu tangannya dijulurkan ke atas sambil tetap bergoyang mengikuti dentuman musik. Kurasa kak fanny sangat menikmati sentuhan sentuhan dari para cowok mesum itu. Kini satu temannya yang dibelakang sedang asik mencumbu leher kak Fanny dari belakang dengan tanganya yang sudah berada di balik pakaian kak Fanny yang terbuka. Cowok itu pasti lagi keenakan memegang payudara Kak Fanny yang sedang tidak memakai Bra. Begitu juga dengan kak Fanny yang kulihat terpejam menikmati cumbuan temannya. Beberapa detik kemudian Kak Fanny melihat ke arahku, dia memergoki aku yang sedang memperhatikannya dan kedua cowok mesum yang sedang bermain main dengan tubuhnya. Aku langsung berusaha memalingkan pandanganku darinya ke tempat lain, ke arah sekolompok orang lain yang masih berjoget dan bercumbu. Aku bertanya-tanya dalam diriku, apa yang ada di pikiran kak Fanny membiarkan kedua temannya melakukan seperti itu kepadanya. Mungkinkah pengaruh alkohol? Ataukah memang seperti ini pergaulan kak Fanny dan Kak Neta yang begitu bebas?. Entahlah, yang jelas aku tidak bisa tiba-tiba menjadi sok suci menghakimi apa yang kak Fanny sedang lakukan.

Pada saat aku mengalihkan pandanganku ke depan, ke arah selasar atau balkon yang ada di sisi lain ruangan ini. Disana aku melihat seseorang yang sangat familiar, dia juga sedang menatapku dari sana.



Alexa?

Aku melihat Alexa diantara kerumunan orang orang yang sedang mengamati suasana di depan panggung, sama seperti yang aku lakukan daritadi.

“Rega?”

Saat berusaha memastikan apa yang aku lihat, seseorang tiba-tiba memegang lenganku dari belakang. Reflek aku menoleh ke samping dan ternyata kak Fanny.

“Aku memanggilmu daritadi!” ucap kak Fanny.

Sedetik kemudian aku melihat lagi ke depan, pandanganku tertuju ke arah tempat dimana tadi kulihat Alexa. Tetapi sosoknya sudah tidak ada disana. Aku mencoba melihat sepanjang selasar itu, tapi tetap tidak kutemukan dirinya.

“Rega ! Kamu kenapa Dek?” tanya kak Fanny heran setelah melihatku seperti sedang kebingungan.

“aku melihat Alexa” ucapku.

Mendengar ucapanku, Kak Fanny mendekatkan tubuhnya ke tubuhku kemudian merangkulkan lengannya di badanku. Dan kepalanya disandarkan di pundakku sambil tetap berdiri di balik pagar pembatas selasar.

“Dekk !! Orang-orang akan selalu datang dan pergi. Tak peduli sebentar ataupun lama mereka hadir di kehidupanmu, mereka adalah orang-orang yang yang telah menuliskan cerita di dalam dihatimu, Ketika kamu sedang mengingat kenangan-kenangan bersama Alexa. Kamu membuka kembali lembaran-lembaran kenangan yang telah Alexa tuliskan di dalam hatimu. Seketika Alexa hadir dan setia menemani lamunanmu. Membuatmu semakin larut dalam kerinduan, itu sebabnya kamu merasa sedang melihatnya” ucap Kak Fanny “Aku tau ini masih sangat sulit bagimu”

“Benarkah kamu tahu rasanya Kak? Kamu tahu rasanya setiap malam memikirkan kenapa harus Alexa yang pergi? Kenapa bukan orang lain?”

“Setiap orang pernah merasakan kehilangan. Tapi Kamu tidak harus merasakannya selamanya”
Ucap Kak Fanny sambil mengusap-usap lenganku.

“Setiap orang memang pernah merasakan kehilangan, tapi rasa kehilangan tiap orang tidaklah sama. Aku telah kehilangan kebahagiaanku, rasanya seperti ada sebagian dari diriku yang hilang, dan aku hanya bisa menangisi sisa sisa keberadaannya, menangisi kenangan yang telah banyak Alexa berikan untukku di waktu kebersamaan kami yang sangat singkat”

Seketika Kak Fanny memelukku dengan sangat erat. Seolah memahami apa yang sedang aku rasakan. Aku berusaha sekuat mungkin tidak menangis didepan Kak Fanny. Kusambut pelukannya, melingkarkan kedua lenganku di tubuhnya.

“Alexa tidak akan pernah kembali. Kamu harus bisa melaluinya, karena semakin hari akan semakin sulit jika kamu masih belum bisa merelakannya, tidak ada yang bisa membuat alexa kembali.” Ucap kak Fanny sambil masih memelukku.

Jauh didalam hatiku aku tau kalau Alexa tidak akan pernah kembali. Tapi aku tidak akan berhenti memanggil namanya di dalam hatiku. Dan aku tidak akan berhenti merindukannya meskipun itu menyakitkan.

“Kembalilah ke kamar” ucap kak Fanny sambil melepas pelukannya “Aku akan menyusulmu satu jam lagi”

Aku hanya mengangguk saja, aku tidak tau kenapa dia memintaku kembali ke kamar. Mungkinkah dia tidak ingin aku melihat kegiatan dia dan teman-temannya itu. Atau dia menyadari kalau tidak baik bagiku lama-lama di tempat ini. Kemudian Kak Fanny pergi sambil membawa botol minuman di atas meja. Setelah itu aku pergi dari sofa tapi tidak untuk kembali ke kamar seperti permintaan kak Fanny. Aku pergi menuju selasar di sisi yang lain, tempat dimana tadi aku melihat sosok Alexa. Entah apa yang aku pikirkan atau apa yang aku harapkan saat sampai disana nanti.

Untuk menuju ke tempat itu ternyata butuh perjuangan. Setelah menuruni anak tangga, aku harus berdesakan diantara himpitan para pengunjung yang masih asik berjoget. Bau asap rokok, alkohol dan parfum bercampur menjadi satu. Campuran aroma-aroma itu Membuatku mual saat berusaha keluar dari kerumunan orang-orang itu.Tak terhitung berapa kali aku harus bersenggolan dan bergesekan dengan tubuh manusia termasuk beberapa kali tidak sengaja menyenggol dan menyentuh payudara wanita. Bahkan ada seorang wanita dewasa yang sudah sangat mabuk tiba-tiba saja memelukku.

Setelah berhasil lolos dari kerumunan orang-orang itu aku menaiki tangga dua kali menuju salah satu balkon yang tadi kulihat ada sosok Alexa. Tetapi tidak kutemukan Alexa disana, hanya beberapa orang yang masih setia duduk di sofa panjang itu ditemani gelak tawa dan gelas di tangan mereka. Dan sepasang muda mudi di pojokan sofa sedang asik berciuman. Sudah pasti yang kulihat tadi hanyalah bayanganku saja, tapi aku ingin melihatnya lagi, meskipun hanya sebatas bayangan.

Saat aku kembali menuju tangga untuk turun, aku penasaran dengan apa yang ada selasar tingkat ketiga atau tingkat paling tinggi. Berbeda dengan selasar tingkat satu dan dua, di tingkat ketiga itu terdapat beberapa ruangan tertutup berbentuk persegi panjang seluas lima belas meter dengan pintu di masing-masing ruangannya. Sedangkan jika dilihat dari lantai dasar, sisi luar dinding ruangan itu terbuat dari kaca cermin. Aku menduga jika itu adalah cermin dua arah. Jadi orang yang ada di dalam ruangan-ruangan itu masih bisa melihat suasana di bawah tapi orang yang dari bawah tidak bisa melihat suasana di dalam ruangan itu.

Dengan rasa penasaran yang tinggi aku memutuskan untuk naik ke atas lagi, di tengah-tengah anak tangga ada dua orang petugas kebersihan sedang membersihkan beberapa anak tangga yang kotor karena muntahan pengunjung. Aku meminta ijin mereka untuk melewati anak tangga, tapi mereka menanggapiku dingin. Sesampainya di selasar tingkat ketiga aku berdiri mematung di anak tangga paling atas sambil mengamati keadaan. Aku hitung ada lima ruangan di sepanjang selasar ini dengan tempat toilet di ujung selasar. Memang terdapat toilet di setiap ujung selasar tingkat satu maupun dua. Ruangan-ruangan itu pintunya tertutup semua. Tak lama kemudian satu orang cowok dan dua wanita berparas bule timur tengah berjalan menaiki anak tangga. Mereka baru saja melewatiku tanpa melirikku atau menyapaku dan segera masuk ke dalam salah satu ruangan itu.

Tidak banyak hal yang bisa aku amati selain ruangan-ruangan yang tertutup. Mungkin ruangan itu memang diikhususkan untuk pengunjung yang menginginkan suasana yang lebih private. Kuputuskan untuk segera turun lagi dan untuk menuju ke kamar hotel. Namun ketika akan menuruni tangga, dua petugas kebersihan berwajah dingin itu masih sibuk membersihkan anak tangga. Tidak ingin mengganggu pekerjaan mereka, aku putuskan untuk menunggu. Saat menunggu itulah aku melihat sebuah pintu tak jauh dari tangga dengan tulisan ‘EXIT’ menyala di atasnya. Aku berpikir itu pasti tangga darurat yang mungkin bisa kupakai untuk turun atau bahkan bisa langsung keluar dari club. Dan benar saja, di balik pintu itu adalah jalan keluar lain menuju ke lantai dasar dengan anak tangga yang terbuat dari beton. Akhirnya aku bisa melihat sebuah lampu yang sangat terang sinarnya. Sangat kontras dengan suasana di luar pintu yang sangat temaram.

Saat aku akan menuruni anak tangga, aku melihat anak tangga lain menuju ke atas. Bukannya ini sudah lantai paling atas? Tanyaku dalam hati. Rasa penasaran lagi-lagi membawa langkah kakiku untuk menaiki anak tanga menuju ke atas. Semakin ke atas suasana semakin gelap, dan anak tangga ini seperti tidak ada habisnya hingga akhirnya aku sampai di anak tangga paling atas ketika sebuah pintu yang sedikit terbuka menghalangi jalanku.

Ketika pintu itu kubuka, angin kencang hampir meniup jatuh topi bulat diatas kepalaku. Ternyata aku berada di atap gedung pencakar langit ini. kulangkahkan kaki beberapa langkah menikmati udara segar pertama kalinya sejak beberapa jam yang lalu. Rasanya seperti bertemu oksigen setelah terlalu lama menyelam di dalam air. Ah segarnya, ucapku dalam hati. Suara musikk DJ yang keras dan gaduh kini sudah tidak terdengar lagi. Sambil tetap melangkahkan kaki menuju tepian atap, aku mengamati langit malam ini yang sangat cerah hingga gugusan bintang-bintang di angkasa yang indah terlihat jelas seperti sedang memayungiku.

Saat sudah sampai di tepian atap gedung yang berupa tembok bata setinggi satu meter, terlihat juga pemandangan indah lampu gedung gedung ibu kota tak kalah cantiknya dengan pemandangan indah bintang-bintang di atas. Timbul rasa takut dan ngeri saat melihat ke bawah, karena gedung ini sangatlah tinggi. Sedikit terlintas membayangkan bagaimana rasanya jatuh dari ketinggian seperti ini. Sambil terpejam kuhirup udara segar ini dalam-dalam.

Beberapa saat kemudian aku berpikir untuk segera kembali ke dalam gedung, takutnya Kak Fanny sudah kembali ke kamar dan mendapati aku tidak ada disana. Namun aku sedikit meragukan kak fanny akan segera kembali ke kamar Hotel, karena kulihat dia sangat menikmati suasana dan menikmati sentuhan teman-temannya. Ketika aku berjalan menuju pintu yang tadi kulewati, aku melihat sesuatu di tepian atap gedung di sisi yang lain. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas tanpa kacamataku. Terlihat seperti seseorang sedang duduk di atas tembok tepian atap gedung itu. Rasa penasaran kembali membuatku merasa untuk mendekati apapun yang sedang kulihat itu. Mungkinkah benar-benar orang? Atau.. hantu? Aku hanya melihat sosok hitam dari kejauhan. Seketika tubuhku merinding memikirkannya, Apalagi sekarang sudah lewat tengah malam.

Ketika sudah mendekati sosok itu, ketakutanku atas kemungkinan melihat hantu langsung sirna. Ternyata memang benar-benar seseorang yang sedang duduk diatas tembok tepian atap gedung sambil melihat ke angkasa.

Apa yang sedang dia lakukan dengan duduk disana? Apakah dia bermaksud untuk melompat dari atas gedung? Tanyaku dalam hati.

“Hey. Apa yang kamu lakukan disana?” tanyaku pada orang itu. jarakku dengan orang itu kini hanya sekitar tiga meter dibelakangnya.

Orang itu menoleh ke arahku setelah mendengar pertanyaanku. Cukup lama dia menatapku namun tidak bereaksi apa-apa, dan kembali melihat ke langit malam. Ternyata orang itu adalah seorang cewek yang juga sedang memakai kostum serba hitam mulai dari atasan hingga bawahan, sebagian wajahnya tertutup topeng yang sedang dia kenakan. Bahkan topengnya itu menutupi sebagian besar kepalanya. Aku bisa mengatakan kalau dia adalah seorang cewek dari rambut panjang yang terurai di bawah penutup kepalanya. Kecuali dia itu cowok yang sedang memakai rambut palsu. Aku belum bisa memastikannya. Sepertinya dia memakai kostum ala catwoman. Dan sudah kupastikan, sama sepertiku dia salah satu pengunjung Sky High yang juga sedang merayakan haloween Party.

“Hey. Kamu baik-baik saja?”
tanyaku lagi

“pergilah, jangan mendekat” ucapnya datar tanpa menolehku. Terdengar dari suaranya, ternyata dia benar-benar seorang cewek, meskipun nada bicaranya terdengar aneh. Tapi dari cara dia mengusirku, kemungkinan memang dia akan melompat dari gedung ini. Sial.. aku harus mencegahnya.

“lebih baik kamu turun sekarang” ucapku sambil mendekatinya dengan perlahan, aku takut dia panik saat aku mendekat dan malah memutuskan untuk melompat.

“Pergi !!” Perintahnya. dia menolehku lagi.

“Ayolah, pegang tanganku !” Aku semakin mendekatinya sambil menjulurkan tanganku ke arahnya. Aku tidak akan gegabah tapi aku juga harus bersiap diri untuk segera menangkapnya jika dia memang akan melompat.

“Turunlah dari sana sekarang, kita bicarakan baik-baik”

“Go Away !! aku akan melompat jika kamu tetap mendekat”
Ancamnya. Seketika aku menghentikan langkahku.

“kenapa kamu sangat peduli denganku? kamu tidak mengenalku!” ucapnya

“Bukankah sejak kecil orang tua kita mengajarkan untuk saling tolong menolong, meskipun kepada orang yang tidak kita kenal” jawabku. Sebenarnya aku tidak ingin lagi melihat orang lain meninggal tepat dihadapanku.

“sayangnya orang tuaku tidak pernah mengajarkanku hal itu. Karena sejak kecil aku tidak punya orang tua.” Ucapnya “Anyway, jika aku melompat, maukah kamu melompat bersamaku?” tanya dia.

“Hahh? Tidak terima kasih. Aku tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu” jawabku. Dia benar-benar gila mengajakku melompat bersamanya. Dia pasti mabuk, meskipun aku tidak pernah minum minum, tapi aku tahu alkohol bisa membuat orang tidak berpikir secara rasional.

“Sayang sekali” ucapnya terdengar kecewa “Jack pasti akan rela melakukannya” ucapnya

“siapa itu Jack? Temanmu?” tanyaku. Aku melihat sekeliling, tidak ada seorangpun di atap ini kecuali kami berdua. Atau jangan-jangan orang yang dimaksud itu sudah terlebih dahulu melompat?

“Kamu tidak kenal Jack? Titanic? Leonardo DiCaprio?” ucapnya sambil turun dari tepian tembok itu.



Astaga, jadi dari tadi dia sedang menirukan adegan film Titanic ketika Jack berusaha meyakinkan Rose untuk tidak melompat dari kapal.

“jadi daritadi kamu hanya bercanda?”

“hahaha, kamu pikir aku benar-benar akan melompat? Jika aku memang berencana untuk melompat, aku pasti sudah melakukannya daritadi. Lagipula ada cara yang lebih baik kok untuk pergi dari dunia ini selain melompat dari ketinggian seperti ini”
ucapnya sambil masih tertawa puas setelah merasa berhasil mengerjaiku.

“gak lucu. Lalu ngapain daritadi kamu duduk disana? Bukankah itu sangat berbahaya, apalagi untuk seorang cewek sepertimu” Dia sangat berani melawan rasa takutnya akan ketinggian dengan duduk di tepian seperti tadi.

Mendengar ucapanku kemudian dia berjalan mendekatiku. Dan berdiri tepat dihadapanku lalu menatapku tajam. Tubuhnya cukup tinggi, hampir menyamai tinggi badanku. Dari dekat seperti ini, aku bisa melihat jelas lekukan tubunya yang langsing cenderung kecil. Kedua lengan dan betisnya juga begitu kecil. Aku juga bisa melihat sebagian lekukan kedua payudaranya yang tidak begitu besar dibalik kostumnya yang terbuka sampai area dada. Melihat fisiknya, mengingatkanku akan Alexa.

“Tahukah kamu kalau beberapa cewek suka dengan hal-hal yang berbahaya” ucapnya lirih tepat dihadapanku sambil tersenyum penuh makna.

“Jadi kamu tipe cewek yang suka dengan hal berbahaya?” tanyaku. Senyumnya semakin lebar. Lalu mendekatkan wajahnya kewajahku.

“Aku ingin kamu sendiri yang mencari tau jawabannya, aku yakin kamu akan terkejut saat mengetahuinya” bisiknya kepadaku. Aku bisa merasakan aroma alkohol yang keluar dari mulutnya. Lalu dia berjalan menjauhiku menuju tembok tepian atap itu lagi.

“Sebenarnya alasanku daritadi duduk disini adalah untuk menghitung bintang-bintang itu, sampai akhirnya kamu datang mengganggu hitunganku” ucapnya sambil melihat ke langit “Dulu waktu kecil aku pernah berhasil menghitung sampai dengan 1.237 bintang”

“Gila !! Kamu bisa berhasil menghitung sebanyak itu?”
tanyaku. Dulu ketika aku kecil juga pernah berusaha menghitung bintang bintang di langit, tapi tidak pernah sampai sebanyak itu.

“Ya. Aku bisa mendapatkan sebanyak itu karena tidak ada orang tua yang menyuruhku untuk tidak tidur terlalu malam” kenanngnya, sambil melihat ke langit.

“Lihatlah semua bintang-bintang itu !! mereka semua punya tata suryanya masing-masing” Ucapnya. “Memandang mereka terkadang membuatku bertanya kenapa kita datang ke planet ini?”

“Kita datang ke Planet ini ya untuk hidup”
jawabku ngasal sambil melihat ke langit. Lagipula pertanyaannya itu aneh. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal itu.

“Untuk hidup ya?” tanya dia “Bagiku hidup itu seperti sebuah game (permainan) yang harus selalu kumenangkan. Karena jika tidak, kehidupan lah yang akan mempermainkanku”

“anyway, pesta yang sangat meriah didalam sana. Semua orang memakai kostum dan topeng mereka masing-masing. Dengan memakai topeng, mereka tidak perlu lagi berpura-pura untuk tidak menjadi dirinya sendiri” ucapnya “ Kamu datang bersama pasanganmu?”

“tidak. Aku…”

”Tentu tidak”
ucapnya memotong ucapanku “kamu tidak akan iseng jalan-jalan ke atap gedung jika kamu datang ke pesta bersama pasanganmu”

“sebenarnya aku..”
aku ingin mengatakan sesuatu tapi dia lagi-lagi memotong ucapanku

“kecuali kamu mendapati pasanganmu di dalam sana berduaan dengan cowok lain, dan kamu kesini memutuskan untuk melompat dari atas gedung hahahaha. Silahkan, aku tidak akan menahanmu !!”


Hadeeeeeehhhhh. “aku tidak akan melakukan hal gila seperti itu hanya karena cewek. Aku datang bersama temanku” ucapku. Atau mungkin itu yang harus aku lakukan agar aku bisa bertemu dengan Alexa dan menyudahi penderitaanku?.

“ohh, jadi kamu sedang tidak menjalin hubungan dengan seseorang?” tanya dia lagi.

Aku berjalan mendekatinya.Berdiri di sebelahnya kemudian menyandarkan lenganku diatas tembok tepian atap sama seperti yang dia lakukan.

“sebenarnya ada seseorang yang selalu dalam hatiku, aku selalu merindukannya setiap malam seperti ini” ucapku sambil melihat gemerlap sinar bintang-bintang di langit.



♪.. Bintang malam sampaikan padanya
♪.. Aku ingin melukis sinarmu di hatinya

♪.. Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan



“owwww.. itu antara romantis atau menyedihkan” ucapnya. “what Happened? Did you break up?” tanya dia dengan bahasa asing yang sangat fasih.

“Ya. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke luar Negeri. Padahal saat itu kami saling mencintai” ucapku. Aku tidak bisa begitu saja mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada orang-orang. Apalagi kepada orang asing.

“hm. Cinta memang tidak selamanya indah, kita tidak hidup di cerita dongeng, novel ataupun sebuah film dengan kisah cinta yang sempurna dengan ending yang bahagia. Bahkan kematian yang harus memisahakan kisah cinta Jack dan Rose” Ucapnya kepadaku. Kematian jugalah yang harus memisahkan cintaku dengan Alexa.

“kamu datang sendirian?” tanyaku padanya. Dia mengangguk.

“tapi sekarang aku disini bersamamu” ucapnya sambil tersenyum.

“Apa yang membawamu ke acara itu? Hanya ingin bersenang-senang seorang diri? Lalu kamu merasa bosan di dalam sana dan memutuskan pergi ke atap ini untuk menghitung bintang bintang di langit?” tanyaku lagi.

“Bukan seperti itu detetektif. Aku adalah seorang pengelana, aku ingin melihat dunia ini lebih jelas dengan kedua mataku sendiriUcapnya sambil melihat ke arah pemandangan gedung-gedung tinggi ibukota.

Aku hanya menganggukan kepala beberapa kali setelah mendengar penjelasannya. Meskipun sebenarnya aku tidak begitu paham dengan maksud dari perkataannya.Tapi entah kenapa aku merasa nyaman ngobrol bersama cewek ini. Padahal biasanya aku tidak pernah merasa nyaman berbincang bincang dengan orang yang baru pertama kutemui. Aku seperti merasa sudah mengenalnya sejak lama. Siapa sebenarnya cewek ini?

“Kalau kamu? Apa yang membawamu datang ke acara itu? mencari sebuah pelarian?” tanya dia tiba tiba “Seperti apa yang kamu cari? Cewek baik-baik yang pasti bakalan sulit mencarinya di tempat seperti itu atau kamu hanya sedang mencari cewek nakal yang bisa kamu tiduri malam ini?”

Pertanyaannya membuatku terkejut. Padahal alasan sebenarnya aku datang ke tempat seperti ini adalah karena aku dipaksa untuk menemani Kak Fanny. Kemudian aku menghadapnya yang sedang juga menghadapku.

“Tergantung jawabanmu. Cewek seperti apa kamu ini?” Tanyaku kepadanya. Mendengar pertanyaanku, bibirnya yang hitam karena lipstik itu kini merekah. Kemudian dia semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuhku sampai akhirnya tubuh kami bertemu. Aku bisa merasakan dadanya di dadaku. Dan wajah kami sangatlah dekat, bahkan kedua hidung kami yang runncing hampir bersentuhan hingga aku bisa merasakan nafasnya. Dia menatapku sangat dalam.

“Aku memiliki banyak topeng. Terkadang aku bisa menjadi cewek baik-baik yang pendiam, tapi di lain waktu aku bisa berubah menjadi cewek yang nakal dan berbahaya. Aku bisa menjadi apapun yang kamu inginkan malam ini” ucapnya.

Kepribadian ganda? Benarkah? Atau dia hanya sedang berimprovisasi dengan kostum yang dia kenakan. Setahuku catwoman memang memiliki kepribadian ganda, saat dia tidak memakai topeng dan saat dia memakainya untuk melawan orang orang jahat di kota Gotham. Kata kak Fany tadi, pesta haloween itu untuk mengekspresikan diri. Apakah memang kostum yang cewek ini gunakan adalah cerminan dari kepribadiannya?

Dan juga daritadi ucapanya terdengar seperti sedang memancingku. Siapa sebenarnya cewek ini? seperti apa wajah di balik topeng itu? apakah dia seorang wanita dewasa seperti Alexa atau Rein, atau lebih tua lagi seperti Kak Fanny dan Kak Neta, karena dia sempat bicara tentang kehidupan, cinta dan hal-hal yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Atau malah dia adalah cewek yang lebih muda dariku yang terlihat dari caranya bercanda dan bermain main denganku. Cewek ini sangat misterius.

“Coba kamu lihat bintang paling terang itu !” ucapnya tiba-tiba. Satu tangannya menunjuk ke angkasa.

Reflek aku melihat ke arah tangannya menunjuk. Aku tidak tau pasti bintang mana yang dia maksud dengan bintang yang paling terang. Karena disana begitu banyak bintang yang berkelap-kelip.

“Yang mana?” tanyaku kemudian aku menatapnya lagi.

Saat aku menatapnya itu tiba-tiba dia menempelkan bibirnya pada bibirku. Membuatku sangat terkejut dengan ciumannya yang tiba-tiba. Kulihat matanya terpejam saat dia melakukannya. Bibirnya terasa lembut di bibirku, dia melumat bibirku beberapa kali tanpa sekalipun aku membalasnya. Meskipun aku tidak bereaksi dengan ciumannya, tapi aku juga tidak berusaha melepaskan ciuman cewek ini. Malahan aku begitu menikmati ketika bibirnya ada dibibirku. Apalagi saat aku memejamkan mataku,serasa dia sedang membawaku terbang melayang dari atap gedung ini menuju bintang-bintang di langit. Bahkan aku tidak menyadari topi bulat yang kupakai jatuh ke bawah gedung. Setelah itu dia melepaskan ciumannya dan tersenyum menatapku.

“kenapa kamu menciumku?” tanyaku padanya

“Kamu selalau bertanya alasan setiap cewek yang menciummu?. Jika kamu ingin tau, itu karena aku menginginkannya. Dan aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan.” Ucapnya “Jangan-jangan itu ciuman pertamamu?“ tanya dia.

Memang itu bukan ciuman pertamaku, tapi rasanya hampir sama dengan ciuman pertamaku. karena cewek yang pertama kali menciumku yaitu Alexa juga melakukannya dengan tiba-tiba tanpa peringatan. Bahkan sesaat tadi aku merasakan kalau Alexa lah yang sedang menciumku.

“ikut aku !” Ajaknya sambil tangannya menggenggam tanganku dan menarik tubuhku. Aku pun reflek mengikutinya yang sedang berjalan menuju pintu atap gedung yang tadi kulewati.

“mau kemana?” tanyaku padanya

“Malam ini aku sedang tidak ingin menjadi cewek baik-baik. Let’s Have Sex !” ucapnya. Aku begitu terkejut dengan maksud dari ajakannya.

“Eh. Tunggu dulu !” Kutahan laju jalannya dengan mengehentikan langkahku sebelum kami berdua melewati pintu. Dia masih menggenggam lenganku.

“Apa yang kamu tunggu? Natal dan Tahun baru?”

“Waittt. What? Aku tidak merayakan Natal”
Jawabku.

“Oh My God. Kamu terdengar seperti remaja berusia enam belas tahun”

“Hahh? Aku tujuh belas tahun”

“Please. Aku sudah tidak mood untuk bercanda.”
ucapnya

Kemudian dia menarikku lagi melewati pintu dan menuruni anak tangga. Dia pikir aku bercanda dengan umurku? Emangnya dia pikir aku umur berapa? . Dia masih menggenggam telapak tanganku erat dengan tangannya yang dingin. Meskipun begitu,aku sangat menikmati genggaman tangannya saat kami berdua menuruni anak tangga.Dari belakang, entah aku masih merasa cewek ini sangatlah mirip dengan Alexa. Selain karena bentuk fisiknya, juga dari cara dia memperlakukanku.

Cewek ini masih menarik tanganku ketika kami berdua sudah keluar dari pintu tangga darurat di selasar tingkat tiga. Kemudian kami berjalan di selasar melewati ruangan-ruangan tertutup menuju ke toilet di ujung selasar. Aku terkejut saat dia mengajakku masuk ke dalam toilet cewek. Dua orang cewek yang akan keluar dari toilet menatap kami berdua dengan wajah yang datar kemudian melanjutkan langkah mereka keluar toilet seolah tidak kaget jika ada seorang cowok masuk ke dalam toilet cewek di tempat seperti ini. Ini adalah pengalaman pertamaku masuk ke dalam toilet cewek di tempat umum. Tempatnya bersih dengan penerangan yang cukup terang, tidak seperti diluar toilet yang remang-remang. Dari sini suara musik DJ yang menghentak masih terdengar sangat jelas.

Kemudian cewek ini mengajakku masuk ke dalam salah satu bilik toilet yang terbuka. Setelah mengunci pintunya dia mendorongku ke dinding bilik dan kembali mencium bibirku. Berbeda dengan ciumannya di atap tadi. Kali ini dia menciumku dengan penuh gairah. Lidahnya berusaha masuk ke dalam mulutku dan berhasil. Aku masih belum membalas ciumannya ataupun menghentikan cumbuannya. Bohong jika aku berkata tidak menikmati cumbuannya. Aku masih membiarkan dia melumat bibirku. Sesekali bibir dan lidahnya yang bsah itu itu bergerak liar di leherku. Tapi aku tetap tidak bereaksi apa-apa. Aku masih ragu untuk membalas segala rangsangannya untukku. Aku tidak pernah bercumbu atau bercinta dengan orang asing yang baru pertama kutemui. Apalagi di tempat seperti ini. Bagaimana kalau dia ini punya pasangan? Atau seorang suami? Atau lebih parah lagi, dia sedang mengidap penyakit menular?.

Saat aku masih disibukkan oleh pertanyaan pertanyaan dan kekhawatiran didalam kepalaku. Tangan cewek ini mulai mengeksplorasi tubuku dan turun mengusap penisku yang masih dilapasi celana ketat dengan bibirnya yang masih bersemangat melumat bibirku. Beberapa saat kemudian dia melepaskan ciumannya lalu menatapku sangat dalam. Mungkin dia sedang heran denganku yang sama sekali tidak bereaksi atas segala upayanya untuk merangsangku.

“Masih berusaha bertahan huh?” tanya dia.

Seolah tertantang dengan pertahananku yang masih belum jebol. Dia mulai meregangkan ikat pinggangku dan setelah itu memasukkan tangannya yang kurus ke dalam celanaku. Aku merasakan telapak tangannya yang dingin itu kini menyentuh penisku. Dengan gerakan yang cepat dia mengeluarkan penisku dari dalam celana dan mulai mengocoknya. Perlahan penisku mengeras karena gesekan telapak tangannya yang dingin.

Dia tersenyum penuh kemenangan sambil menatapku setelah mengetahui penisku lebih bisa diajak kerjasama olehnya daripada bagian tubuhku yang lain. Selanjutnya dia berlutut dihadapanku, berusaha sedikit menurunkan celanaku. Kemudian dia mengocok penisku lagi sambil menatapku dari bawah sana. Dari atas sini aku bisa melihat jelas gundukan payudaranya yang tidak begitu besar dibalik pakaiannya yang terbuka rendah. Aku tidak melihat bra disana.

“kita lihat sampai sejauh mana kamu akan bertahan” ucapnya.

“apa yang akan kamu lakukan?” tanyaku

“Bukankah sudah terlihat jelas? kamu bertanya sesuatu yang sudah kamu ketahui jawabannya”

Sial,percuma berbasa basi dengan cewek ini. Kemudian tanpa ragu dia memasukkan penisku kedalam mulutnya.



Aku bisa merasakan lidahnya yang hangat disepanjang penisku saat dia mulai memaju mundurkan kepalanya. Memberikan Sensasi yang luar biasa disana. Ini sudah berlebihan.Aku harus mengentikannya sebelum pertahananku jebol. Tapi...

“Acchhhhhh”

Sial, aku kalah, aku tidak bisa menahan diriku, tidak seharusnya aku menikmati ini. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri kalau aku begitu menikmati penisku ada didalam mulut cewek yang tidak kukenal ini. Cara dia mengulum penisku sangat luar biasa. Dia begitu hebat melakukannya. Dan cara Dia menghisap kepala penisku sambil tangannya mengocok bagian batang penisku begitu memanjakan .

“Mmuaachhhh” desahnya setiap dia mengeluarkan penisku dari dalam mulutnya.

Namun tak lama dia masukkan lagi ke dalam mulutnya yang hangat. Dia mengulangi gerakan mencium, mengocok dan menjilat penisku dari mulai ujung kepala penisku sampai dengan bagian bawah kedua bola testisku. Apalagi saat dia melorotklan celanaku sampai ke bawah. Tak jarang lidahnya yang seksi itu disapukan sampai hampir mengenai lobang anusku. Sesekali dia membiarkan penisku masuk begitu dalam di mulutnya hingga sampai ke ujung tenggorokannya. Sudah lama aku tidak ada yang melakukan teknik deepthroat pada penisku. Terakhir kali Kak Neta yang bisa melakukan teknik seperti yang ini.

“Achhhhhhhh”

“kamu menyukainya huh?”
tanya dia, kemudian mulutnya kembali beraksi memanjakan penisku.

Aku hanya menjawabnya dengan erangan nikmat dan nafasku yang berat. Dia pasti tau aku sangat menyukai tekniknya melakukan blowjob. Siapa sih di dunia ini cowok yang tidak suka di BJ sama cewek?. Apalagi cewek yang melakukannya itu hebat seakan fasih akan semua aturan-aturan memanjakan penis pria dengan mulutnya.

Hentikan !!” ucapku padanya.

Tapi dia tidak menggubrisku. Malahan dia mempercepat gerakan maju mundur mulutnya.

“Hentikan aku sudah mau keluar” Ucapku padanya

Tapi dia tetap tidak mau berhenti. Dia Makin semangat menggerakkan kepalanya sambil matanya menatapku. Seolah ingin tau ekpressi wajahku saat orgasme. Dan dia bisa langsung melihatnya ketika penisku tidak lagi bisa membendung orgasmeku di dalam mulutnya.

“Aaaaaaaaaacccchhhhhhhhhhh”

Aku mengerang panjang dalam sebuah kenikmatan yang luar biasa. Gilanya lagi. Dia menelan habis semua spermaku di dalam mulutnya. Bahkan beberapa menit kemudian setelah aku keluar dia masih menjilati penisku. Seakan dia tidak ingin membiarkan penisku istirahat.

“Kamu keluar banyak sekali. Berapa lama kamu membendung itu semua?” tanya dia

“cukup lama” jawabku, akhirnya aku mulai terbuka padanya.

“Kuakui aku terkejut dengan punyamu ini yang sangat bagus dengan ukuran yang… amazing. Sejak di atap tadi aku penasaran dimana kamu menyembunyikan pedangmu. Dan ternyata Zorro memang mempunyai pedang yang sangat panjang” ucapnya masih mengocok penisku, berusaha membuat penisku tegang maksimal lagi seperti tadi.

Aku merasa tersanjung dengan pujiannya pada penisku. Membuatku begitu percaya diri dihadapan seorang cewek.

Kemudian dia berdiri mendekati dinding bilik toilet yang lain dan menurunkan celana latex ketat yang dia pakai. Ternyata dia juga tidak memakai celana dalam. Dia kini telanjang di bagian bawah tubuhnya. Seperti dugaanku, pahanya kecil tapi berisi. Ada lekukan di pinggulnya, menguatkan kesan langsing pada dirinya. Namun yang paling menarik perhatianku adalah rambut-rambut ikal halus berwarna hitam membentuk segetiga diantara pahanya yang putih mulus. Sangat menggairahkan dan menggoda. Aku belum bisa melihat bagian memeknya karena dia sedang merapatkan kedua pahanya

“Aku ingin tau apakah pedang itu bisa digunakan untuk merobek dan menusuk sangat dalam?” tanya dia. Kemudian merentangkan kedua kakinya yang jenjang. Bagian paling intim dari dirinya akhirnya terlihat jelas. Sangat indah dan menggoda untuk dijamah. Aku kembali on setelah melihat pemandangan indah itu. Kemudian aku melepaskan celanaku seperti yang dia lakukan dan mendekatinya.

Aku sudah kalah dengan gariah yang telah mengambil alih tubuh dan pikiranku. Cewek yang daritadi kuhindari untuk tidak melakukan hal lebih jauh kepadaku kini telah berhasil membuatku ingin melakukan yang lebih jauh lagi bersamanya. Kudekati tubuhnya yang sedang bersandar di dinding bilik toilet yang sempit ini. Begitu sudah di depanya, ujung jariku menyentuh dan mengusap garis memeknya dari bawah ke atas. Pertama kalinya aku menyentuh tubuhnya langsung di bagian paling sensitif dari tubuhnya. Rasanya begitu lembut dan hangat ketika jariku mulai masuk ke dalam memeknya yang basah. Dia tersenyum penuh kemenangan. Kami berdua saling bertatap mata yang mengisyaratkan sebuah gairah yang butuh untuk segera dikeluarkan.

“kamu menginginkannya?” tanyaku padanya

“ssshhhh…. Yes. Do it baby..!!”

Tangannya meraih penisku yang sudah tegak dan siap untuk merobek dan menusuk memeknya. Tanganku yang masih berada di sekitar memeknya berpindah meraba paha kirinya yang mulus kemudian kuangkat paha dan kakinya itu. Aku posisikan tubuhnya agar penisku bisa langsung masuk ke dalam memeknya.

“achhhhhhhhhh”

Dia mendesah sambil terpejam dan mendongakkan kepalanya saat merasakan penisku merasuk ke dalam lobang memeknya yang sudah basah. Sempit. Itu yang pertama kali muncul didalam pikiranku. Luar biasa, penisku serasa disedot memeknya yang hangat. Dia masih terpejam dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Aku mengambil kesempatan untuk mencium bibirnya sambil tetap menggenjot memeknya. Bibirnya yang lembut kini bisa kurasakan lagi, bibir beraoma alkohol yang baru saja dipakai untuk mengulum penisku. Perlahan dia mulai membalas ciumanku, kami saling berpagutan. Ku gigit bibir bawahnya hingga mulutnya terbuka lebih lebar. Tak kusia siakan kesempatan ini untuk memasukkan lidahku ke dalam mulutnya dan mencari lidahnya.

Kuletakkan tanganku satunya di salah satu payudaranya. Kuremas dan kutekan sangat kuat disana. Sedangkan di bawah sana, penisku semakin gencar memborbardir memeknya dengan tempo yang sangat tinggi. Dia semakin mengerang saat aku melakukan itu, matanya daritadi terpejam dibalik topengnya. Aku yakin telah membuatnya tak berdaya karena bibirnya kutekan bibirku, payudaranya kutekan dengan tanganku dan memeknya sedang kutekan dengan penisku. Aku hanya berharap dinding bilik toilet ini tidak roboh. Rein pasti akan sangat menyukai hentakan keras penisku di memeknya, meskipun pada akhirnya dia mengeluh kesakitan setelahnya tapi dia sangat suka aku melakukan seperti ini. Bagaimana dengan cewek ini? Aku belum melihat tanda-tanda dia menghentikan aksiku.

“Lagi,, lebih kencang lagi” Pintanya.

Aku melakukan permintannya untuk menambah kecepatan goyangan pinggulku. Dinding bilik toilet sampai ikut bergoyang. Beberapa menit kemudian kami masih melakukan posisi seperti ini. Sebenarnya aku sedikit lelah melakukannya sambil berdiri dan mengangkat satu kakinya. Meskipun kakinya kecil, tapi lama-lama capek juga. Tetapi erangan dan desahan dari cewek ini membuatku masih tetap bersemangat menggenjot memeknya. Dia masih terlihat begitu liar. Meskipun dia masih memakai topeng dan atasan bajunya, dia malah semakin terlihat seksi. Tak pernah kubayangkan akan bercinta di dalam bilik toilet wanita yang sempit dengan memakai kostum seperti ini bersama cewek yang baru saja kutemui.

engghhhhh Ahhhhhh.. ahhhh”

“achhh”


Desahan kami berdua memenuhi seluruh bilik toilet yang mengisyaratkan kenikamatan yang telah kami dapatkan satu sama lain, dibarengi dengan suara becek ketika penisku keluar masuk di dalam memeknya. Dia benar-benar suah basah, entah sudah berapa kali dia orgasme namun dia masih tidak menghentikan aksiku. Beberapa kali kudengar dari luar bilik toilet suara beberapa wanita yang menyoraki kami dan kudengar juga beberapa kali pintu bilik ini diketuk seseorang. Tapi aku dan cewek ini kompak untuk tidak mempedulikannya. Kuturunakan sedikit lagi kebawah resleting bajunya dan kusingkap agar payudaranya yang kecil itu keluar dari persembunyiannya. Sambil tetap menggenjot memeknya, kujilat, kuhisap dan kugigit payudaranya yang kanan dan kiri secara adil. Aku sempat membuat tanda merah besar di salah satu payudaranya, somoga dia benar-benar tidak mempunyai psangan agar dia tidak mendapatkan masalah karena tanda merah di payudaranya itu.

Tak lama kemudian, aku merasakan jika aku sudah berada di titik akhir pencarian kenikmatan ini. Aku sudah merasakan akan segera mencapai puncak orgasme yang kuyakini akan terasa sangat nikmat. Semakin kucepat gerakan pinggulku sambil tetap waspada agar aku mencabut penisku tepat waktu agar tidak keluar di dalam memeknya. Nafasku semakin berat. Kami saling berpadangan. Kedua tangannya diarahkan ke kepalaku, dia mengusap rambutku kemudian tangannya turun ke belakang kepalaku lalu berusaha membuka ikat tali topeng yang kupakai. Dengan sekali tarikan, topengku terlepas dari wajahku. Cewek ini melihat wajahku. Seperti disambar petir, cewek ini mendorong tubuhku dengan sangat kuat setelah melihat wajahku. Aku yang tidak siap, terdorong sampai ke dinding bilik yang lain.

Kemudian dengan cepat dia memakai kembali celananya dan bergegas keluar dari bilik toilet sambil merapikan atasan bajunya tanpa berkata apa-apa kepadaku. Beberapa cewek yang sedang berada di dalam toilet melihat dia keluar dari bilik. Lalu cewek-cewek itu melirik ke dalam bilik, ke arahku yang sedang telanjang di bagian bawahku. Aku langsung berusaha menutupi penisku dengan tanganku.

“hey !! tunggu !!” aku sedikit berteriak memanggilnya dan ingin berusaha mengejarnya tapi aku masih sibuk memakai celana dalam dan celana panjangku.

Setelah memakai celanaku aku langsung berlari keluar dari toilet. Tidak kutemukan dia di sepanjang selasar tingkat tiga. Kemudian aku berlari menuju anak tangga. Saat aku akan menuruni anak tangga, aku melihatnya baru saja turun dari tangga di lantai dasar. Kemudian dia memaksa masuk ke dalam kerumunan ribuan orang-orang yang masih semangat menggoyangkan badan mereka. Aku bergegas turun menuju lantai dasar dan mencari cewek itu. Sudah pasti tidaklah mudah mencarinya diantara ribuan orang-orang ini. Sial.

Hiingga hampir satu jam lebih aku masih mencari di seluruh tempat didalam club tapi tetap belum berhasil menemukannya. Aku malah bertemu dengan kak Fanny yang terheran-heran masih melihatku berkeliaran di dalam sini. Aku sempat kembali menuju atap gedung, tapi tidak kutemukan cewek itu disana.

Hingga keesokan harinya saat aku dan Kak Fanny Check Out dari hotel, aku tidak bertemu dengan cewek itu lagi. Beberapa kali aku bertemu cewek yang bentuk fisiknya sama seperti cewek bertopeng itu. Tapi aku masih tidak yakin mereka adalah cewek yang sama.

Sebenarnya siapa cewek itu? Siapa cewek di balik topeng itu? dan yang paling menyita pikiranku adalah kenapa dia sangat terkejut setelah melihat wajahku dan pergi behitu saja meninggalkanku?

Seperti yang dikatakan Kak Fanny semalam kepadaku. Orang-orang akan selalu datang dan pergi. Meskipun cewek bertopeng itu sebentar saja hadir dalam hidupku. Tapi dia sudah menuliskan cerita di dalam hatiku.

Saat kak Fanny mengantarku pulang dia mengatakan alasan sebenarnya dia memintaku menemaninya datang ke tempat itu. Dia tidak ingin berlama-lama bersama teman-temannya, dengan datang bersamaku dia punya alasan untuk segera pergi dari tempat itu. Dia takut di gangbang teman-temannya jika terlalu lama bersama mereka. Dia juga mengatakan kalau sebenarnya kak Neta berpesan padanya untuk tidak menggangguku lagi. Kak Fanny juga mengatakan kalau kak Neta masih merasa bersalah kepada Alexa karena dia ‘main-main’ denganku dibelakang Alexa yang sangat tulus mencintaiku.



AKHIR DARI FLASHBACK

.

.

.

.







Kuambil topeng yang terjatuh itu, kemudian kutaruh kembali di dalam lemari. Setelah itu aku bergegas mandi. Setelah mandi dan berpakaian, aku segera turun menuju ruang makan sambil menikmati aroma sabun di tubuhku yang sangat segar. Sesampainya dia ruang makan, aku tidak menemukan Rein disana. Aku juga tidak mendapati makanan yang dijanjikan Rein di atas meja. Aku jadi terheran-heran. Di atas meja itu hanya terdapat sebuah piring putih dengan sebuah pesan pada selembar kertas kecil diatas piring itu.

MAKANAN UNTUKMU ADA DI KAMARKU

Seperti itu bunyi pesan di kertas itu. Aku semakin heran dengan Rein. Kenapa dikamarnya? Apakah Dia ingin aku makan di kamarnya? Dan Kenapa dia tidak memberitahuku dari tadi? Aku kan tidak perlu repot-repot turun ke lantai bawah. Pftttt,

Dengan langkah yang berat aku kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya Rein. Begitu sampai di depan kamarnya Rein, aku langsung membuka pintu kamarnya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Aku mendapati Rein sedang duduk mendekap kedua kakinya di bawah tempat tidur sedang menatap pintu kamar seolah sudah menunggu kedatanganku.



Dia hanya mengenakan Bra dan karena dia merapatkan kedua kakinya, aku masih belum bisa jelas melihat apakah dia memakai celana dalam atau malah tidak memakai bawahan sama sekali. Rein semakin membuatku kebingungan, aku sama sekali tidak melihat ada makanan di dalam kamarnya.

“mana sarapan untukku Rein?” tanyaku padanya.

Dia hanya tersenyum mendengar pertanyaanku dan kemudian membuka lebar kedua kakinya.



BERSAMBUNG

Next Chapter : 3. SHUTDOWN!
(coming soon)

Btw, cewek di balik topeng akan kembali lagi di kehidupan Rega. :matabelo:
misteri cewek di balik topeng dan kehidupan Rega dengan Winry dikategorikan sebagai salah satu 7 rahasia dunia 2021
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd