Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life and Slavery of Widya

Status
Please reply by conversation.
Btw, mungkin ada suhu atau momod sekalian yg bisa ngasih penjelasan tentang aturan umur di forum ini. Kenapa harus dibatasi umur 18 tahun? Maksudnya, ini forum memang for adult story and fantasy. Kalau mungkin foto atau video min harus 18 tahun mungkin jauh lebih masuk. Karena itu melibatkan org di dunia nyata.

Hehe, kebetulan dulu ndak ngikutin sampai terbit nya aturan tsb. Sayang aja sih, banyak story bagus yang macet terbentur itu. Apa ndak bisa diturunin dikit, misal min jadi SMA...
 
Yang SMA kayaknya pada lulus sensor juga tuh Huuu, so nyantai aja, btw ikut setuju kalau aturannya lebih di longgarin lagi,
 
nice story, favorite ane cerita yg kaya begini...
terus dilanjutkan hu, jgn smp mandek di tgh jalan...
 
Yang SMA kayaknya pada lulus sensor juga tuh Huuu, so nyantai aja, btw ikut setuju kalau aturannya lebih di longgarin lagi,

Hehe, kalau dilonggarkan dikit aja, pasti jadi lebih menarik. Sekali lagi, bukan mendukung exploitasi anak. Tp ini forum cerita, harusnya beda dengan mungkin foto igo atau video. SMA mungkin batas yg wajar...
 
Part 12

“Enak ini enak banget, ini enak banget. Girno suka, Girno suka banget.” Teriak Girno si pria idiot itu.

Kemaluannya yang besar dan dipenuhi dengan kutil itu menyodok-nyodok lubang dubur Liana secara kasar. Lubang dubur Liana yang tadinya masih perawan nampak seperti tidak muat dijejali kemaluan Girno. Bahkan ketika kemaluan Girno maju mundur, bibir dubur Liana seolah ikut tertarik keluar.

1b12771211562524.jpg

((Mulustrasi Liana Ketika Memakai Swimsuit Saat Liburan))

86c53f1211548954.jpg

((Mulustrasi Widya Dengan Pakaian Kasual))

Tanpa sadar, Liana sampai terkencing-kencing karena menahan sakit dan perih di lubang duburnya. Cairan kencing yang Liana keluarkan tidak banyak, namun seperti squirt. Hal itu membuat para budak penyiksa Liana mengira jika Liana kembali mencapai puncaknya.

“Ngecrit lagi ini cewek.”

“Emang dasar cewek murahan.”

“Jangan-jangan, dulu dia juga suka main sama budaknya.”

“Atau jangan-jangan dari dulu dia jadi budak buat budak-budaknya.”

Para budak pekerja dermaga pelabuhan itu tertawa-tawa melihat penderitaan Liana. Tubuh Liana yang cukup mungil dibandingkan dengan Girno itu hanya mampu tersentak-sentak menghadapi sodokan demi sodokan Girno. Liana bagaikan hanya onggokan daging yang terpasung diatas tanah lapang.

Girno sendiri mempunyai stamina cukup kuat. Mungkin karena akalnya tidak sehat, ia tidak dengan mudah merasa lelah. Penisnya juga masih perkasa, menghujam-hujam lubang dubur Liana yang sekarang mulai memerah karena iritasi.

“Aduh ndak tahan juga nih, aku mau pakai mulutnya ya.” Kata seorang budak laki-laki.

Budak itupun membuka celana-nya dan meminta Liana untuk mengulum kemaluannya. Kemaluan budak laki-laki itu tidak sebesar milik Girno, namun keras dan berurat khas pekerja kasar. Tapi yang paling menonjol adalah bau-nya. Entah kapan terakhir budak itu mandi dan membersihkan kemaluannya. Bau kemaluannya sungguh menyengat. Bahkan nampak kerak-kerak di sela penis tak bersunat itu.

“Tolong, jangan lagi, toll hmmmmpphhhh!!!” rintihan Liana terhenti ketika penis itu dijejalkan ke dalam mulutnya.

Tubuh Liana yang sangat amat lemah itu tak bisa berbuat apa-apa. Ia juga seharian ini baru makan sedikit, sehingga tenaganya sudah terkuras habis ketika mengangkut barang di dermaga tadi pagi.

“Hmmmmphhh!!! Hmmmpphhh!!!” Jerit Liana. Ia benar-benar tak tahan dengan bau kemaluan si budak itu. Apalgi bulu-bulu kemaluannya cukup lebat dan tak terawat. Bulu-bulu itu berkali-kali harus masuk juga ke mulut Liana.

“Emang beda, mulutnya mantan cewek baik-baik sama perek pinggir jalan.” Kata si budak.

“Wah nanti gantian.”

“Aku juga mau nyicip.”

“Nyicip mulutnya aja, ogah kalau memek ama bool-nya.”

“Iya, memeknya ama boolnya dan dijebol Girno.”

“Iya tuh, takut ketularan penyakit kulitnya. Hii serem.”

“Lha tu perek nanti bakal ketularan juga ndak?”

“Hahaha, bodo amat kalau ketularan.”

“Dia kan bekas orang kaya, mungkin masih punya duit buat beli obat.”

“Kalau ndak punya duit, biar dia ngentot ama dokter yang ngobatin dia.”

“Emang dokternya mau, kalau nanti kulitnya penyakitan kayak Girno gila itu.”

“Tau deh, bodo amat lah.”

Hancur sekali perasaan Liana mendengarkan komentar-komentar dari para budak itu. Mereka dengan seenaknya berkata, seolah tubuh Liana tidak lebih dari seonggok daging tak berguna.

“Eh katanya dia punya anak, cantik.”

“Anaknya bisa dipakai juga ndak ya, kayak ibunya.”

Sontak saja, Liana marah mendengar pernyataan budak yang kemaluannya sedang di jejal ke dalam mulutnya. Dan tanpa Liana sadari, Liana sedikit menggigit batang kemaluan budak laki-laki itu.

“Anjing, dasar perek sialan!” Kata si budak itu. Ia cabut kemaluannya dari mulut Liana dan ia tampar keras-keras pipi Liana.

Beberapa budak lain justru menertawakan temannya yang kesakitan itu. Gigitan Liana tidak membuat luka parah di batang kemaluan pria itu. Tapi jelas darah nampak di sana.

Jelas budak laki-laki itu marah besar kepada Liana. Ia ambil beberapa paku ukuran kecil dari sebuah garasi perkakas tak jauh dari tanah lapang itu. Paku-paku itu sudah lama tidak digunakan dan nampak sekali berkarat.

“Mau ngapain?” Tanya salah seorang budak.

“Aku mau kasih pelajaran ama ni perek, biar dia tau rasa.” Kata budak yang marah itu.

Si budak membetot salah satu payudara Liana dan menarik bagian puting susunya. Liana menjerit-jerit kesakitan, apalagi bersama dengan ini, lubang duburnya masih terus dihajar oleh Girno.

“Anakmu kan udah gedhe, nang mungkin punya bayi lagi kan?” Kata budak itu kepada Liana.

Liana yang pandangannya sedikit tertutupi oleh pasung kayu hanya bisa menjerit-jerit. Ia sadar, kalau budak laki-laki itu akan melakukan hal buruk kepadanya. Dan rupanya perkiraan Liana tidaklah salah.

Dengan tanpa kasihan, budak laki-laki itu menancapkan paku ke puting payudara Liana. Paku yang sudah dipenuhi karat itupun perlahan menembus kulit puting susu Liana yang sudah dibetot.

“Ahhhh, sakit, ampun, jangan, sakit!!!” Jerit Liana sambil mencoba mengelepar-lepar.

Sayang sekali, seluruh usahanya sia-sia belaka. Tubuhnya tetap terpasung di atas pasung kayu yang menahan kepala serta kedua tangannya. Di dubur Liana, Girno masih tetap menusuk-nusukan kemaluannya. Dan di payudaranya yang menggantung indah itu, seorang budak laki-laki menancapkan paku yang sudah berkarat.

Liana menjerit-jerit kesakitan seperti orang gila. Namun budak laki-laki itu tetap menusukan paku itu ke puting susu Liana hingga tembus ke sisi yang lain. Darah menetes-netes dari puting susu Liana, entah setelah ini apakah puting susu itu bisa pulih lagi.

“Ampun, jangan lagi, ampun.” tangis Widya diiringi rintihan kesakitan.

Liana merasakan perih bukan main di sekujur tubuhnya. Rasa sakit di dubur-nya belum berlalu, dan sekarang puting susunya ditusuk dengan sebuah paku. Paku itu memang tidak besar, namun bagaimanapun ukurannya jauh lebih besar daripada jarum.

“Ah, Girno mau keluar, Girno mau keluar.” Teriak Girno si gila itu.

“Tunggu, jangan keluarin di bool, keluarin di memeknya.” Teriak salah seorang budak senior wanita yang memang sedari tadi Girno patuhi perintahnya.

“Iya, Girno keluarin di memek, Girno keluarin di memek.” Katanya dengan nada suara idiotnya.

Dengan cekatan, Girno mulai menusukan kembali kemaluannya ke dalam lubang vagina Liana. Wanita itu sempat menjerit dan kembali memberontak. Tapi usahanya tentu saja sia-sia belaka.

“Biar dia bunting, bunting anaknya Girno.” Kata salah seorang budak.

“Bunting anak orang idiot, mungkin hasilnya bakal idiot juga.” Kata yang lain.

Liana menangis sejadi-jadinya, “TIdak, jangan, kalian jangan kejam seperti itu. Aku mohon jangan!!!”

“Semprot, semprot, Girno pengin semprot di dalem. Girno bikin bayi, Girno bikin bayi.” Teriak orang idiot itu.

Girno semakin mempercepat sodokannya di dalam kemaluan Liana. Dan tanpa Liana sadari, perlahan-lahan ia juga hampir mencapai puncaknya.

“Ahhhhh, Girno keluar, Girno keluar.” Teriak pria idiot itu.

Semburan-semburan cairan kental Girno mengisi seluruh relung rahim Liana. Cairan itu begitu kental dan berwarna sedikit kekuningan seperti nanah. Liana merasakan cairan sperma Girno begitu hangat. Jauh lebih hangat dari seluruh anggota Gestapo yang memperkosanya beberapa hari yang lalu.

Tak berapa lama kemudian, Lianapun mencapai puncaknya. Tubuhnya kembali bergetar hebat dan otot-ototnya menegang. Cairan-cairan squirt mengucur dari kemaluannya, bersama dengan merembes keluar cairan sperma dari Girno.

“Wah, sampai barengan tuh.” Kata seorang budak.

“Jangan-jangan mereka sebenarnya jodoh, dah nanti nikahin aja.” Kata yang lain.

“Mungkin memang dia doyan ama orang sinting kayak gitu. Dulunya aja sok kalem, sekarang sifat perek aslinya keluar.”

Harga diri Liana runtuh sudah, ia dua kali mencapai puncak ketika disetubuhi Girno. Girno memang orang gila, dan sekujur tubuhnya dipenuhi penyakit kulit. Namun Liana tak mampu memungkiri jika Girno mempunyai stamina luar biasa.

Girno dibiarkan untuk istirahat, dan bahkan beberapa budak wanita memberinya ramuan tradisional untuk memulihkan staminanya.

Sementara itu, Liana benar-benar kepayahan. Tubuhnya terasa remuk redam dan sakit. Kemaluan dan lubang duburnya menganga lebar. Dari kemaluannya, cairan putih semi kuning mengalir keluar. Sementara itu darah sesekali juga masih menetes dari payudaranya yang ditusuk dengan paku. Tapi malam baru saja tiba, dan semua ini belum berakhir.

***

Widya keluar rumah dan mencari mamanya, ia tahu jika mamanya bekerja di dermaga dan tempat itu adalah tujuan utamanya mencari. Malam sudah semakin larut dan suasana kotapun sepi. Budak seperti Widya yang harus menggunakan pakaian ala kadarnya tentu akan menjadi perhatian tersendiri bagi warga kota yang masih lewat.

“Wih lihat, cantiknya.”

“Haha, bodi-nya mantab.” Kata suara-suara sumbang di sekitar Widya.

Namun Widya mencoba untuk tidak menggubris mereka. Ia ingin fokus mencari dimana mamanya sekarang ini berada.

Jarak dari rumah Widya ke dermaga tidaklah dekat, bahkan mama Widya setiap kali berangkat harus bangun pagi-pagi sekali. Ia tahu mamanya bekerja keras untuknya, bekerja keras demi keselamatannya dan juga Widya. Jika tidak, seluruh nyawa keluar Widya akan menjadi taruhannya. Widyapun demikian, ia diwajibkan untuk tetap bersekolah dan lulus. Jika tidak mencapai target nilai kelulusan, maka seluruh keluarga Widya akan mendapat hukuman yang sampai sekarang belum jelas apa itu.

Dalam keadaan normal, lulus bagi Widya adalah sebuah pekerjaan yang mudah. Nilai akademisnya cukup tinggi selama ini, dan ia juga beberapa kali mewakili sekolah dalam berbagai ajang kejuaraan. Namun dengan keadaan yang seperti ini, mungkin cukup sulit bagi Widya untuk sekedar mengejar pelajaran di sekolah.

Widya harus berjalan jauh di malam yang gelap, entah berapa lama lagi hingga ia sampai ke dermaga. Namun tanpa Widya duga, tangannya tiba-tiba diseret ketika ia berjalan di dekat sebuah taman. Satu tangan lagi membekap mulutnya. Ia meronta, namun dekapan tangan itu begitu kuat. Entah siapa yang mendekap Widya kala itu?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd