Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life and Slavery of Widya

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Siksa Widya nya Hu, tp jgn dirusak memek, anal & puting nya.
Bikin sakit tp nikmat kayak di film2x bdsm...

Atau kalo mau lbh extrime lg siksaan nya kayak di film quicksnake..., itu siksaan nya sadis bgt, tp si cewek msh bs nikmatin & organ tubuhnya engga rusak, palingan luka kena cambuk, burn pake api lilin putingnya tp engga sampe gosong, memeknya diolesi cabe trs dirangsang sampe orgasme.
Itu film jadul tp keren bdsm nya...

Hahaha, bole bole bole...
 
Part 16

Widya terdiam terpaku di atas ranjang, selangkangannya sudah terbuka dengan bebas. Menunjukan daerah intim yang selama ini, walaupun tidak tertutupi secara sempurna, tapi berada di balik lindungan dari chastity belt yang membelenggunya. Barry, sosok kakak sepupu yang selama ini ia hormati ternyata mempunyai nafsu kepadanya. Ia juga yang membuka sebuah gembok kecil di chastity belt Widya. Ia membukanya dengan sebuah kunci yang ia dapatkan dari rekan perwira di Gestapo.

Barry nampak terkesima melihat daerah intim tubuh Widya. Warna daerah kemaluan dan dubur Widya sedikit lebih berbeda dari warna kulit gadis itu yang putih bersih. Warnanya coklat muda ke arah pink. Sangat amat menggairahkan bagi Barry. Kemaluan Widya nampak masih mengatup dengan rapat. Begitu juga dengan lubang duburnya yang seperti hanya nampak sebuah titik.

Dengan perlahan, Barry membelai kemaluan Widya dan menarik labianya ke dua sisi yang berlawanan. Mulut vagina Widya-pun membuka seperti buah yang dibuka kulitnya. Aroma yang wangi dan warna merah mudah segar segera terlihat. Entah mengapa aroma kemaluan Widya sungguh sangat wangi, berbeda dengan aroma kewanitaan kebanyakan wanita.

c3d2621237937604.jpg

Widya​

Bagian dalam vagina Widya nampak begitu rapat. Tanda bahwa ia memang masih perawan. Bentuknya-pun luar biasa indah, Barry sendiri sebagai dokter baru pertama kali melihat vagina seindah ini. Benar-benar bersih dan menggairahkan, sebuah mahakarya tersendiri dari sang pencipta.

Barry mulai membelai-belai vagina itu dengan jari-jemarinya. Ia belai lembut bibir kemaluan Widya sambil mencari kelentit gadis itu yang tersembunyi.

Widya ingin melawan, tapi entah mengapa ia tak berani. Ia ingin memberontak, namun ia kembali teringat mama-nya yang sekarang terbaring lemah di rumah sakit. Barry, walaupun tidak secara langsung, ia mengancam Widya untuk menurutinya. Atau ia tak mau merawat Liana, mama Widya.

“Kamu sungguh cantik Wid. Aku tak menyangka kamu secantik ini.” Kata Barry.

Ia kecup kembali bibir Widya, kali ini lidah Barry masuk ke dalam mulutnya. Lidah mereka berdua saling bertautan satu sama lain, seperti seorang kekasih yang dimadu asmara.

“Ugggghhh.” Rintih Widya.

Barry menemukan titik kenikmatan Widya di bagian atas bibir kemaluannya. Seketika itu tubuh Widya menggeliat, seperti cacing yang disengat listrik. Widya memang kecewa terhadap Barry, mengapa ia sampai setega itu kepada dirinya. Padahal Widya mengganggap Barry sebagai seorang kakak. Kakak yang selama ini ia hormati dan selalu ia anggap sebagai orang baik. Namun sejauh ini, perlakuan Barry kepadanya begitu lembut. Tidak seperti anggota Gestapo yang pernah mengerjai-nya. Mereka hanya mengganggap Widya sebagai pemuas nafsu, atau lebih parah lagi, mereka hanya mengganggap Widya sebagai onggokan daging semata.

Sambil menciumi bibir Widya, Barry terus membelai-belai kemaluan gadis itu. Membuat Widya semakin lama semakin mengeliat tidak karuan. Sesekali, jari-jemari Barry sedikit masuk ke lubang vagina Widya. Ia masukan jari itu tidak begitu dalam, namun cukup untuk menambah rangsangan kepada gadis itu.

“Hmmmmphhh, emmmmpphhh!” Jerit Widya menahan rasa nikmat.

Dengan lembut, Barry menghisap puting susu Widya. Puting dengan aorela yang cukup mungil itu nampak sudah tegang. Walaupun ia menolak, rupanya Widya cukup terangsang juga dengan permainan Barry. Dan puting susu Widya rupanya adalah salah satu titik lemah gadis itu. Setiap kali Barry menghisapinya dengan lembut, gadis itu berkelenjotan bukan main.

aabaf71237943374.jpg

“Gimana, enak kan Wid?” Tanya Barry.

Widya tidak menjawab, ia hanya menggigit bibirnya dengan tatapan nanar.

“Tanganmu, kocokin dong.” Kata Barry sambil menuntun tangan Widya untuk mengocok batang kemaluannya.

Widya menuruti Barry, mereka sekilas seperti sepasang kekasih yang diadu asmara. Tak ada yang menyangka jika Barry sedang memperkosa Widya.

Di luar, awan mendung yang sedari tadi menggelayut kini sudah berubah menjadi hujan. Sebuah hujan yang cukup deras di pagi hari ini. Hujan yang menemani pergumulan dua anak manusia yang sejatinya adalah pemerkosaan.

Barry seperti sungguh ingin menikmati tubuh Widya seutuhnya. Dengan lidah, ia sapu tubuh Widya dari wajah hingga ke perut, bahkan ketiak gadis itupun tak luput dari sapuan Barry. Ia melakukannya sambil terus merangsangi kemaluan Widya dengan jari-jarinya. Kemaluan Widya-pun sekarang sudah banjir bukan main. Dan tubuhnya terus-menerus menggeliat.

Widya sendiri tak mengerti, mengapa ia benar-benar pasrah menerima rangsangan demi rangsangan Barry. Apakah ia benar-benar menikmati permainan Barry?

Sapuan lidah Barry semakin turun dan semakin turun, dan sampailah ia pada selangkangan Widya. Awalnya Barry menciumi kedua paha bagian dalam Widya, lalu daerah lipatan antara paha dan kaki gadis itu. Widya berdesir, merasakan nikmat yang begitu hebat. Namun rupanya nikmat yang ia rasakan belum seberapa.

“Wid, meki-mu harum banget. Aku suka.” Kata Barry.

Widya tak tahu bagaimana harumnya sebuah vagina. Yang ia tahu, aroma kewanitaan seseorang yang seperti itu baunya. Entah bagi Barry, mungkin ia merasakan sebuah sensasi tersendiri ketika mencium aroma kemaluan Widya.

“Aku jilat ya.” Tambah Barry lagi.

Tubuh Widya berdesir dan merinding ketika lidah Barry menyapu kemaluannya. Padahal, Barry baru melakukannya sekali.

“Gimana Wid, kamu suka?” Tanya Barry.

Widya hanya menggangguk lemah dengan tatapan sayu ke arah Barry.

Barry nampak senang dengan jawaban Widya. Ia pun tersenyum dan melanjutkan jilatan lidahnya di kemaluan gadis itu.

Kemaluan Widya yang bersih dan wangi itu benar-benar membuat Barry ingin menelannya mentah-mentah. Barry sendiri beberapa kali bercinta dengan mantan-mantan pacarnya. Namun dari tiga mantan pacarnya, tak ada yang mempunyai vagina seindah dan sewangi milik Widya. Barry benar-benar merasa puas bisa menikmati vagina sebaik ini.

Slurrrphhh!! Barry menghisap cairan kewanitaan Widya yang mengalir begitu deras.

“Huuuggghhhhh Ugggghhhh!!!” Jerit Widya. Ia merasakan nikmat yang sangat dalam ketika vaginanya dihisap oleh Barry. Sungguh sensasi yang membuatnya mabuk kepayang.

Barry terus menyedoti kemaluan Widya, bahkan sesekali ia juga memasukan lidahnya ke sana. Vagina Widya sungguh sempit, sehingga lidah Barry begitu kesulitan untuk masuk lebih dalam lagi. Sungguh vagina kualitas nomor wahid.

“Kak Barry, Widya, ugggh, Widya ingin pipis.” Kata gadis itu.

Meskipun bisa dikatakan ini pemerkosaan, namun Widya sama sekali tak mampu melawan rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Mendengar Widya hendak mencapai puncaknya, Barry semakin merangsangi kemaluan gadis itu. Ia beralih dari mulut kembali ke jarinya, agar ia dapat merangsangi vagina Widya secara lebih cepat. Tubuh mungil Widya semakin berkelenjotan bukan main.

“Udah kak, udah, Widya mau pipis. Kak Barry, udah!” Jerit Widya sambil tubuhnya mengeliat2.

Tak lama kemudian, Widyapun mengalami orgasme. Tubuh mungil gadis itu tersentak-sentak bukan main dan dari kemaluannya memuncrat cairan orgasme yang begitu banyak. Seluruh otot tubuh Widya menegang, bahkan punggungnya sampai tertekuk menahan rasa nikmat. Semprotan cairan orgasme Widya menyembur cukup deras hingga membasahi sprei kasur di bawah tubuhnya.

Widya mengalami orgasme cukup lama. Tubuhnya masih tersentak-sentak kecil hingga beberapa detik setelah ia mencapai puncak. Payudara Widya ikut bergetar-getar mengikuti irama sentakan tubuhnya. Bagi Barry, itu adalah pemandangan yang sangat menggairahkan.

Widya memang pernah beberapa kali orgasme ketika dipaksa melayani nafsu pria-pria bejat. Namun tak ada orgasme yang senikmat ini. Ia benar-benar menikmati diperlakukan dengan lembut oleh Barry. Barry sendiri rupanya cukup mampu memberi kenikmatan maksimal kepada Widya.

Sesaat, Barry membiarkan Widya untuk beristirahat. Tubuh telanjang gadis SMA itu tengah telentang lemah di atas ranjang. Seluruh pori-pori tubuhnya mengeluarkan keringat, padahal pagi ini hujan deras turun di luar sana, membuat udara terasa amat sangat dingin.

“Widya, sekarang giliranku ya.” Kata Barry setelah ia rasa Widya sudah cukup beristirahat.

Batang kemaluan Barry yang sudah tegang maksimal itu diarahkannya ke bibir vagina Widya.

“Siap-siap ya Wid.” Kata Barry.

Widya tak tahu harus bersikap apa. Ia pasrah, tubuhnya kaku tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya ingin berkorban demi ibunya. Barangkali dengan menukar keperawanannya, ibunya dapat mendapatkan pelayanan maksimal di rumah sakit.

Barry melebarkan kedua kaki Widya, dan kepala kemaluannya kini sudah berada di ambang bibir vagina Widya. Tanpa Widya sadari, dia menangis, menangis dengan hebat. Ia tahu keperawanannya seharusnya diberikan kepada orang yang ia cintai. Orang yang akan menjadi suaminya kelak. Barry mungkin pilihan lebih baik daripada keperawanannya direnggut orang yang sama sekali tidak ia kenal. Entah itu anggota Gestapo atau entah siapa itu. Tapi tetap saja, Barry bukanlah orang yang Widya cintai.

Melihat Widya menangis, hati Barry perlahan-lahan luluh. Entah mengapa tiba-tiba gambaran Widya semasa kecil kembali ke ingatan dokter muda itu. Ia ingat ketika mereka berdua bermain-main di halaman rumah Widya bersama kedua orang tua Widya dan orang tuanya. Widya bahkan mengganggap Barry seperti kakak sendiri. Kakak yang tidak pernah Widya miliki.

Kemaluan Barry yang tadi tegang perlahan melemah. Nafsu dokter muda itupun memudar.

‘Aku bukan orang jahat, dan aku tak mau dikenang sebagai orang jahat.’ Kata Barry di dalam hati.

Barry-pun bangkit dan mengambil pakaian untuk Widya kenakan kembali.

“Widya, maafkan aku. Tidak seharusnya aku berbuat seperti ini.” Kata Barry. “Pakailah pakaian ini.” Tambahnya.

Widya yang masih shock mengambil baju itu untuk menutup tubuhnya.

“Aku janji, aku akan merawat tante Liana hingga ia sembuh. Aku tak akan menuntut apapun darimu.” Kata Barry. “Maafkan aku Wid, aku bukan kakak yang baik bagimu. Entah apa yang bisa menebus kesalahanku ini. Barangkali tak ada.”

Widya tampak mulai mengerti, ia hapus air mata di pipinya. “Yang penting Kak Barry berjanji merawat mama.” Kata Widya lemah.

Barry menggangguk, “Aku berjanji.”
 
Terakhir diubah:
Untung Barry masih sempat sadar jadi prewinya Widya masih aman :dance::baris:
 
Lanjut Hu...
Drpd prewi nya diambil Gestapo msh mending diambil Barry dulu, abis itu br digilir gestapo...
 
Pengen tau kisah Babe nya widya, Jangan2 suruh budak Nafsu Tante2.. Penyiksaan yang nikmat:adek::adek::baris:
 
Nice drama.... Good job, bro... Love it
 
Lanjut Hu...
Widya nya digarap...
Trs temen nya Widya nya jg ada yg dijdin budak lg, trs digangbang bareng Widya nya.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lanjut Hu, Widya nya digarap, trs disiksa puting, klit nya sampe orgasme
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd