Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life of JB

Pelan-pelan menghanyutkan ini ceritanya... Lanjutt suhuu. Gak sabar bagian esekesek nya
 
Part 4 - Menarik.


POV ORANG KETIGA.


Hari ini, Hari rabu.

Hari kedua dari Ospek yang sedang dilaksanakan di Kampus Universitas i. Para mahasiswa baru diminta untuk hadir pukul 06.00 pagi, lebih pagi dari hari ospek yang pertama, karena hari ini ada kesempatan untuk mengikuti seminar yang akan dibawakan oleh salah satu Ekonom terkenal di Indonesia, Sehingga para mahasiswa diminta untuk mempersiapkan diri lebih awal untuk memberi impresi yang bagus kepada ekonom yang merupakan alumni dari kampus ini juga.

Ketika para mahasiswa baru sudah mulai ramai di lapangan fakultas…. tidak jauh dari kampus itu… pada suatu kos-kosan yang bernama kosan Pondok Cemerlang, Ada satu orang mahasiswa yang masih terlelap dalam tidurnya, mungkin masih ingin menyelesaikan ending dalam mimpi yang sedang ia tekuni. Entah mimpi apa yang dirasakan olehnya, sehingga alarm dan telpon dari Emily maupun chat dari teman-teman kelompoknya tidak mampu mengalahkan nikmatnya mimpi yang sedang dialami oleh pemuda ini.

Beberapa menit kemudian, pemuda ini terbangun. Ah, nikmatnya mimpi ini, pikirnya. 

“Emily, cantik sekali dirimu dengan gaun itu. Tapi masih lebih cantik ketika kamu melepasnya perlahan.” Monolog pemuda itu.

Seperti belum tersadar bahwa ada tanggung jawab yang harus ia laksanakan puluhan menit lalu, ia dengan santai berjalan ke kamar mandi, untuk memenuhi panggilan alam, sekaligus cuci muka. Sesaat sebelum masuk kamar mandi, ponselnya berdering.

“Aneh, masih pagi-pagi udah ada aja notifikasi. kalau orang yang dituju masih tidur kan percuma. untung aku sudah bangun.” Lanjut si pemuda itu.

Ia memperhatikan ponselnya dan membaca notifikasi satu-persatu.

10 missed call dari Emily. dan juga 15 pesan dari orang yang sama dengan kata-kata yang sama. “Kamu dimana sih?”

Selain itu ada juga 20 pesan dari teman-teman di group chat kelompok ospeknya.

Akhirnya ia menyadari, ada satu kesimpulan yang bisa ia ambil saat ini.

Ia terlambat.

Lagi.



POV JEBE

“goblokk goblokk goblokk.” Teriak Jebe memaki diri sendiri.

Sekarang sudah pukul 06.20, Sedangkan mahasiswa baru diminta untuk datang pukul 06.00. Karena apel akan dimulai pukul 06.20.

Tidak ada waktu untuk bersantai-santai lagi. Semua harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan cermat. Ia langsung mandi dengan secepat mungkin, lalu bersiap membawa peralatan yang diperlukan untuk dibawa selama ospek, termasuk name tag yang sudah ia buat kemarin.

“AHH LUPA KALAU HARUS BAWA BEKAL!!” Lagi-lagi Jebe lupa akan hal-hal yang harus dia persiapkan.

“Untung masih ada roti aku beli kemaren, udahlah bawa ini aja. Laper bisa ditahan, tapi sehari nggak ngeliat emily gabisa. eh salah salah. Haus yang gabisa ditahan.” ucap jebe sambil mengambil sebotol air mineral.
.
.
.
.
.
06.40. Jebe sudah berada didepan fakultasnya, tetapi apel nampaknya sudah mau selesai, dan barisan mulai diarahkan menuju ruang auditorium untuk bersiap mengikuti seminar.

Ketika ia ingin kembali kebarisannya secepat mungkin, ada seorang yang menarik tangannya. Jebe berbalik, dan melihat seorang perempuan cantik menggunakan hijab abu-abu.

“Mau kemana kamu dek?” kata perempuan itu yang bisa jebe simpulkan adalah panitia ospek. sepertinya divisi disiplin dan keamanan.

“e-eh aku mau ke kelompokku kak, itu mau jalan sekalian ke auditorium.” Kataku

“Hahaha, bisa aja bercandanya kamu. Kamu? mau susulin temen-temen kamu? no way.” kata dia dengan nada sedikit meninggi.

“kamu itu jelas-jelas telat. jadi kamu bukan ngumpul ke auditorium, tapi ngumpul sama anak-anak komisi disiplin. Gimana? Kelihatannya juga menyenangkan bukan?” Sindirnya.


Sial. Sindirannya sangat tajam. Tapi ini memang salahku juga. Kenapa telat berangkat. Kalau tidak telat berangkat, kejadian ini gabakal terjadi. Tapi mau gimana lagi, lebih baik jalani sajalah. Pantang bagi laki-laki untuk tidak mempertanggung-jawabkan kesalahannya.

“B-baiklah kak.” kataku singkat.

Setelah itu aku mengikuti jalan perempuan ini menuju basecamp anak-anak komisi disiplin, atau disingkat Komdis.basecamp mereka terletak disalah satu ruang kelas yang belum terpakai, karena masa perkuliahan akan dimulai minggu depan. Setelah sampai, aku melihat seisi ruangan ini, tampak ada beberapa anak komdis yang sedang bersantai, ada juga yang sedang makan sarapannya. Tetapi, ada juga 3 mahasiswa baru—aku tau karena mereka mengenakan pakaian yang sama denganku, kemeja putih dan celana putih—yang sedang berdiri didepan kelas.

“dah, kamu mending gabung sana sama temen kamu yang berdiri disitu, biar pas berempat. Jadi empat serangkai deh. hihi.” Kata perempuan itu lalu pergi meninggalkan aku dan tertawa. tawa yang jahat sepertinya.

Selanjutnya aku bergabung dengan 3 mahasiswa baru yang lainnya. Setelah bergabung, kembali si perempuan itu datang kepada kami, seperti bersiap untuk memberi materi yang tidak akan kami dapatkan dalam perkuliahan normal dan tidak akan kami lupakan, sepertinya.

“Kalian ini ya, bener-bener kebangetan. Disaat ratusan teman kalian sudah datang sebelum jam 06.00, kalian dengan santainya datang telat, BAHKAN ADA YANG DATANG SETELAH APEL SELESAI. KEREN SEKALI. TEPUK TANGAN UNTUK KALIAN.” Kalimat terakhir ia tekankan dan tujukan kepadaku. pasti. Selain itu ia tepuk tangan dengan kencang, dan diikuti oleh anggota komdis yang lainnya yang menambah rasa malu kami hingga titik batas kami.

Sejenak, keheningan terjadi. Sepertinya para panitia menunggu respon dari kami. Tapi aku melihat bahwa temanku semua menunduk. Tidak bisa kalau gini terus. Mau gamau harus ada yang membuka omongan. Lebih baik aku saja, karena aku yang telatnya paling parah, pikirku.

“Ma-maafin kami semua kak! kami tahu kami salah, dan kami gaakan mengulanginya lagi kak!” Kataku kepada panitia itu. Kalau diam terus, akan menambah runyam masalah ini, jadi lebih baik minta maaf dari sekarang saja. Karena minta maaf itu tidak pernah salah.

“Tentu saja kami akan memaafkan kalian. Tapi ingat, kalian berempat akan kami awasi terus menerus, terutama kamu!” kata dia kembali sambil melihatku.

“B-baik kak siap! kami gaakan mengulanginya lagi.”

“Yaudah sana. kalian balik ke auditorium, tapi kami ga tanggung ya, kalau kalian mungkin jadi pusat perhatian disana. Ingat baik-baik. Aku, Gaby, Wakil kepala Komdis, akan selalu mengawasi kalian! Sekarang bubar!” kata dia mengakhiri wejangannya yang membuatku jera dan gamau lagi untuk telat.


Akhirnya kami berempat keluar dari kelas, dan langsung saja berjalan menuju auditorium yang berada di ujung lorong gedung.

“Bro, terimakasih banget ya tadi kamu udah mau buka pembicaraan, jujur aku gaberani tadi karena udah takut. Ka Gaby itu sudah terkenal akan kegarangannya ke mahasiswa baru. Dia nggak main verbal yang kasar, tapi sindirannya maut bro.” Kata satu mahasiswa yang juga telat

“Ohh gitu ya, aku bener-bener gatau sih, tapi kita minta maaf tadi merupakan hal yang tepat.” kataku

“bener banget bro, aku setuju.” Kata mahasiswa lainnya

“Jangan bener-bener aja kamu cuk.” kata mahasiswa lainnya yang mengeplak kepala si pemuda sebelumnya.

Bingung gak? ts sih bingung. jadi lanjut aja.

“Oh iya, kita belum kenalan. Namaku Juan Bagaskara, panggil aja Juan atau Jebe.” kataku kepada mereka semua.

“salam kenal bro, aku irsyandi Darmawan, bisa dipanggil darma.”

“Halo bro, aku Fadhel Prasetya. Panggil aja Fadhel.” lanjut fadhel.

“kenalkan, my name is Aldianto wisesa. You can call me Aldi.” Kata aldi.

“Gausah sok-sokan inggris kamu cuk.” kata fadhel kembali mengeplak kepala aldi. Sepertinya mereka sudah berteman cukup lama.

“Jurusan kalian dari mana?” kataku kepada mereka.

“Manajemen!!!” teriak mereka serempak.

“Aduh, pusing-pusing.” Kataku.

“ehh kenapa kamu bro?” kata darma

“Pusing lah aku, satu jurusan sama kamu, empat tahun lagi? bisa-bisa kita hancur sama ka Gaby.”

“HAHAHHAHAHHAHAHA.” tawa mereka berbarengan. Aku pun ikut tertawa. Sepertinya mereka bisa menjadi sahabatku.

“yaudah yuk ah masuk ke auditorium, ini udah 07.25. Acara kurang lebih udah stengah jam jalan.”

Kamipun bergegas menuju kedalam auditorium. Semoga tidak ada kejutan lagi yang menunggu.
.
.
.
.
“Nah, kalau gitu, sebagai pembuka, saya mau tanya kepada salah satu dari kalian.” Terdengar suara samar dibalik pintu auditorium, yang kini Jebe dan 3 orang temannya sedang berada dibalik pintu untuk masuk kedalam auditorium.

Saat pintu dibuka…..

Suasana hening, sangat hening.

Perlahan, semua mata mulai tertuju kepada Jebe yang membuka pintu, disusul oleh Darma, Fadhel, dan Aldi.

“NAHH KEBETULAN BANGET, Sepertinya ada volunteer yang ingin menjadi penjawab dari pertanyaan pertanyaan saya, hehehe.” Kata seorang wanita yang menjadi pembicara pada seminar kali ini, yang tak lain adalah Ibu Ani, seorang Ekonom yang terkenal di Indonesia.

“Ya, kamu yang gondrong itu siapa namanya?” Kata ibu Ani sambil menunjuk diriku.

“S-saya bu?” Keringat mulai membasahi diriku. Badanku rasanya lumpuh, tidak mampu untuk beranjak 1 centimeter pun.

“Iyalah kamu. Soalnya Ibu liat kayanya kamu ingin ditanya banget ya? hehehe.” Tawa Ibu itu yang diikuti oleh sebagian mahasiswa baru lainnya.

Mati aku. Mampus. Hari kedua ospek rasanya udah kayak lagi sidang skripsi tapi dosen pengujinya galak.

Akhirnya akupun mencari tempat duduk terlebih dahulu, bersama ketiga temanku tadi. Setelah duduk dan bersiap…

“Udah siap kamu ibu tanya?”

“siap ga siap, saya harus siap bu.”Kataku membalas.

“Bagus, ibu suka jawaban kamu.”

“Okay, saya mau bertanya. sebelumnya, siapa namamu nak?” Lanjut Ibu Ani.

“Nama saya Juan bu, Juan Bagaskara.”

“Oke Juan, Saya mau nanya kamu gapapa kan? sedikit aja kok hehe.”

“I-iyaa bu, nggak apa-apa.” Kataku mengiyakan. Padahal mah panik. Terlihat teman-teman kelompokku sedang melihatku. Entah tatapan apa yang mereka berikan, tatapan iba, ataukah tatapan ‘rasain, makanya jangan telat’. Entahlah

“Ibu mau tanya, kamu masuk sini dari jalur mana?” Tanyanya.

“Saya jalur SBMPTN, Bu.” jawabku.

“Jurusan kamu apa?”

“Manajemen Bu.”

“Kenapa kamu memilih Manajemen? Apa yang kamu sudah ketahui tentang jurusan kamu, manajemen ini?

waduh. bagaimana ini? coba ingat-ingat apa yang Kak Juli udah kasih tau sama kamu.

“Ekhem. Alasan saya memilih Manajemen adalah, karena ini merupakan jurusan yang bagus, bu. Selain itu, menurut saya jurusan ini fleksibel. Meskipun nantinya misalnya saya tidak bekerja di sektor ekonomi, Orang-orang lulusan Manajemen masih dibutuhkan diberbagai bidang. Dan harapan saya, dengan saya kuliah di Jurusan Manajemen ini, saya ingin ilmu yang saya miliki ini kelak dapat menolong saya sendiri nantinya. Karena kita tidak bisa bergantung selamanya kepada orang lain. Terkadang kita harus mengambil keputusan sendiri, kita pertimbangkan sendiri baik buruknya keputusan yang akan kita ambil, dan kita tidak bisa meminta saran dan pendapat dari orang lain. Jadi saya rasa, dengan belajar di Fakultas Ekonomi ini. Saya bisa membuat keputusan saya sendiri, dan berharap tidak menyesal dengan keputusan tersebut.” Jawabku dengan semua yang kutahu.

“Selain itu, mengenai jurusan manajemen ini, setau saya jurusan ini mempunyai beberapa peminatan yang nantinya bisa kita pilih. Apakah fokus kita kepada Manajemen Keuangan, Manajemen Sumber daya Manusia, Manajemen Marketing,Atau Manajemen Operasional.” Jawabku mengakhiri.

Satu ruangan itu diam. Kembali, hening kurasakan. Apakah jawabanku salah ya? Sepertinya nggak deh, jawabanku normal-normal saja.

“Jawaban yang menarik. Bagus, bagus. Jawabanmu bagus. saya suka. Oh iya, Jika nanti waktunya sudah tiba dimana kamu akan menjalani sidang untuk kelulusan kamu, saya pastikan saya akan menjadi salah satu dosen pengujimu. Saya ingin tau bagaimana kamu disini selama empat tahun. Terima kasih atas jawabannya ya, juan.” Kata dia menutup

WAH WAH WAH. KULIAH SAJA BELUM DIMULAI. TAPI SUDAH DAPAT ULTIMATUM KALAU SIDANGKU AKAN DIUJI OLEH SALAH SATU EKONOM TERKENAL INDONESIA. Aku gatau harus bersedih atau bersyukur.

Ruangan ini masih diam, tapi… darma, Fadhel, dan Aldi secara berbarengan melakukan tepuk tangan yang cukup kencang, dan perlahan diikuti oleh mahasiswa yang lain hingga akhirnya semua ikut tepuk tangan atas sesi QnA antara diriku dengan Ibu Ani. Kalau dipikir kembali, keren juga ya. hehehe.

Akhirnya acara seminar tersebut kembali dilanjutkan oleh beliau. Pemaparan demi pemaparan dia lakukan dengan bagus. meskipun materi yang diberikan cukup padat, tetapi dengan pembawaannya yang baik, mahasiswa tetap enjoy dengan materi yang Ia berikan hingga selesai. Selain itu ia menyempatkan untuk berfoto bersama dengan kami angkatan 20xx.

Setelah Seminar selesai pada pukul 10.00, acara dilanjutkan dengan sesi safari fakultas, atau istilahnya keliling fakultas yang dipandu oleh kedua mentor kami. Para mentor sebelumnya tidak mengikuti sesi seminar, dan menunggu di ruangan khusus panitia.

Kami akhirnya kembali diarahkan untuk berkumpul per kelompok lagi. Aku akhirnya berkumpul dengan kelompokku lagi. Apakah mereka kecewa? apakah mereka menyesal memilih ketua kelompok yang mempunyai nama tengah ‘lalai’ ini? Sepertinya aku kembali harus meminta maaf atas kelalaianku ini. Karena bagaimanapun juga aku ketuanya. Aku kepalanya. Apa yang terjadi jika dalam suatu kelompok, tapi tidak mempunyai kelapa, eh kepala?

Setelah kembali berkumpul dengan teman-teman kelompokku…

“JEBEEEE.”

“Jebe, kok kamu bisa-bisanya telaat sihh.”

"Emang keren kamu be. besok lagi yah. keep it up!.”

Aku hanya bisa senyum dan geleng-geleng kepala aja menanggapi berbagai respon, dan sindiran yang menusuk ini.

“Maafin aku ya teman-temanku yang keren-keren ini. Karena satu dan lain hal ( ya, karena mimpi bersama emily yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. ), aku sampai terlambat untuk ospek ini. Sekali lagi maaf ya temen-temen.

“Aduh-aduh, jebe, jebe. Kamu udah kayak Emily aja dulu pas masih mahasiswa baru, dia juga tel- Hngngggghhhh.” Omongan Kak adit terhenti karena sudah ditutup duluan indra untuk bersuaranya oleh emily.

“N-ngga kok nggaa, adit emang suka becanda aja. Iyakann dit, becanda doang kan tadi? Hihihi.” Tawa dari emily, sementara kedua tangannya aktif menutup mulut Ka adit, dan juga mencubit perutnya. Sadis sekali perempuan ini.

“I-iyaaa tadi becanda aja kok. Emily ini orangnya rajin. Sangat cocok buat jadi mentor kalian. Suer. Gaboong.” Kali ini Ka adit berusaha memuji Emily sebaik mungkin.

Kami semua hanya tertawa saja melihat kelakuan kedua mentor kami. Tentu saja hal-hal seperti ini dapat meningkatkan rasa keakraban kami dan semakin mengurangi rasa awkward antara satu dengan yang lainnya.

“Yaudah, karena semua udah berkumpul lagi. Yuk kita mulai safari Fakultasnya!” Kata Emily yang diikuti oleh anggukan kami semua. Yosshh, sepertinya ini akan menyenangkan, bisa berkeliling fakultas. Kali aja ada yang bisa dilihat-lihat hehe.

Akhirnya kami semua memulai sebuah perjalanan panjang yang sarat akan makna. Engga kok, engga. Engga selebay itu. Tapi emang bermakna kok.

Safari kami diawali dengan datang kepada gedung dekanat fakultas, dimana ruangan Dekan dan ruangan para dosen berada di bangunan ini. Terdiri dari 3 lantai, dan dilengkapi dengan fasilitas lift. Keren. Selain itu ada ruangan konferensi dan ruangan yang biasa digunakan untuk berbagai kegiatan seperti seminar, atau kuliah umum. Selain itu disini juga merupakan tempat untuk pengurusan administrasi yang berhubungan dengan akademik, maupun melakukan perizinan untuk meminjam ruangan misalnya.

Setelah selesai di gedung Dekanat, tempat selanjutnya adalah menuju gedung SC atau student centre. Gedung ini berada ditengah Fakultas, dan terdiri dari berbagai ruangan yang dijadikan ruang sekretariat bagi BEM Fakultas, dan juga Himpunan tiap-tiap jurusan. Terdiri dari dua lantai, dan dilantai dua merupakan ruang kelas yang luas, bisa dipakai untuk kuliah dengan jumlah mahasiswa yang banyak.

Usai mengunjungi gedung SC, kami kembali melanjutkan safari ini ke Perpustakaan Fakultas yang berada di seberang gedung SC. Perpustakaan ini terdiri dari 4 lantai, dan terdapat pula lantai Basement. Lantai Basement digunakan mahasiswa untuk mengerjakan tugas, Lantai satu dan dua untuk meminjam buku. Lantai tiga dan empat dikhususkan bagi para mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi, karena berbagai jurnal ilmiah tersedia dilantai itu.

Safari pun dilanjutkan menuju tempat terbaik untuk melepas penat setelah padatnya kuliah, konon katanya. Tempat ini adalah KaFE, atau kantin FE. Bukan Kafe pada umumnya, tapi tetaplah kafe, karena ini adalah KaFE. Asu ngomong opo kowe? Kantin ini berada diposisi belakang kampus, karena sudah berbatasan dengan danau yang ada dikampus ini. Kantin ini terdiri dari dua lantai juga, dan berisi berbagai jajanan dan juga makanan yang pastinya menggugah selera para mahasiswa. Selain itu, persis disamping Kantin ini, ada ruangan khusus yang disiapkan bagi mahasiswa maupun staf-staf fakultas yang merokok, yaitu Smokar atau smoking area. Sebuah ruangan kecil, berukuran 3x2 Meter tanpa pintu, untuk mengeluarkan asap rokok. Iyalah. Kalau ada pintu, apa tidak sesak nafas semuanya yang merokok disitu?

“Suatu saat smokar akan kukunjungi.” Gumamku.

Aku bukanlah orang yang aktif merokok, tapi bukan berarti aku tidak merokok. Aku hanya merokok jika ada suatu momen tertentu, biasanya cenderung kalau sedang ada masalah yang cukup berat. Terkadang, nikotin yang kuhisap dalam-dalam itu, dapat membantuku menjernihkan pikiranku. Aku tidak tau dengan kalian, tapi kalau mau coba, ya coba saja.
.
.
.
Akhirnya kami semua memutuskan untuk makan terlebih dahulu di KaFE. Berbagai pilihan makanan yang dapat kami pilih, membuat kami bingung makanan apa yang harus kami beli. Dari Nasi uduk, sampai steak pun ada disini. Akhirnya satu-persatu kami berkeliling dahulu untuk memutuskan apa yang akan kami beli. Sampai akhirnya pilihanku tertuju kepada makanan yang akan kusukai dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun. Nasi goreng. Mantap.

“Mang, Nasi goreng ayam satu ya. Tambahin telur dadar. Sedeng aja gausah terlalu pedes.”

“Siaap mas, ditunggu yo. YOO NASI GORENG NASI GORENG YOOOO.” Teriak Mamang nasi goreng yang membangkitkan semangat dia sendiri. Atau untuk menarik mahasiswa baru ini untuk membeli nasi gorengnya.

Sudah membeli nasi goreng, tinggal satu hal lagi yang harus dipenuhi. Tidak lain dan tidak bukan, es teh manis. Kebetulan disamping penjual nasi goreng ada ibu-ibu yang berjualan minuman.

“Buu, es teh manisnya satu ya.”

“siap mas.”

Setelah menyantap nasi goreng dengan es teh manis sebagai pasangan yang tidak bisa dipisahkan, begitupun dengan teman-teman yang lain sudah makan, kami kembali melanjutkan safari fakultas ini.

Selanjutnya adalah tempat terakhir, yaitu Gedung kelas, yang terdiri dari Gedung A dan B. Jarak Gedung ini cukup berjauhan, karena dipisahkan oleh gedung SC yang berada ditengah. Satu gedung terdiri dari 3 Lantai, dengan jumlah kelas per lantainya bisa mencapai 15 kelas. Tiap kelas juga dilengkapi dengan Papan tulis, proyektor dan juga komputer untuk memudahkan dosen untuk memberikan materi perkuliahan.

Setelah semua tempat-tempat telah dijelaskan oleh mentor, kami kembali berkumpul di ruang auditorium untuk mendapat pengarahan lanjut oleh panitia divisi acara.

“Oke temen-temen, jadi besok adalah hari terakhir ospek kalian. Dan sebagai penutup, tiap kelompok harus membawakan sesuatu sebagai pengisi acara ini. Jadi, ya dari kalian, oleh kalian, dan untuk kalian juga. Tolong dipersiapkan dengan baik ya.”
.
.
.
Setelah penjelasan dari divisi acara itu, kami diberi sedikit tugas—lebih kearah evaluasi/ujian—untuk menjawab beberapa pertanyaan seputar fakultas ini. Untung saja tadi selama safari aku cukup menyimak penjelasan dari Ka adit dan Emily, ya terutama itung-itung bisa menatap emily yang kian hari kian cantik itu. Haduh, gagal fokus.

Selain itu kami juga diminta membuat essay tentang hari-hari kalian di fakultas ini, bersama para mentor dan teman kelompok. Dan menuliskan apa saja yang sudah kamu ketahui tentang fakultas ini, dan seberapa nyaman diri kita dengan suasana disini.

Tugas sudah kami selesaikan dan dikumpulkan, lalu kami diarahkan kembali kelapangan untuk melaksanakan apel sore. Kali ini apel dipimpin oleh Ka Gaby, Perempuan yang tadi pagi sudah memberiku wejangan yang sangat berharga. Setelah Apel selesai, kami pun dibubarkan untuk pulang kerumah masing-masing.
.
.
.
Disaat aku sedang berjalan menuju kosanku setelah pulang dari ospek fakultas tadi, aku mampir ke warkop, untuk memesan minum, karena aku cukup haus. Tak lupa aku mencomot satu tempe goreng untuk sedikit mengganjal perut sebelum makan beneran nanti malam. Saat sedang asyik mengunyah tempe itu, aku mendengar beberapa orang yang berada diwarkop ini berbisik-bisik, entah apa yang mereka perbincangkan, tetapi sesekali mereka melihat kearahku. Aku tidak terlalu menghiraukannya, karena kami saling tidak kenal, mungkin kebetulan saja die melihat kearahku, mungkin karena nikmatnya tempe yang sedang kumakan ini, dan kebetulan tempe terakhir yang ada, selain bakwan dan tahu isi yang masih ada beberapa. Setelah dirasa cukup untuk makan dan minum, aku bergegas untuk kembali kekosanku, ingin segera merebahkan diri.
.
.
Saat aku sudah berjalan cukup jauh dari warkop itu, dan melewati jalan yang cukup sepi, ada orang yang memanggilku—tidak dengan namaku, tapi cukup yakin kalau itu ditujukan kepadaku karena tidak ada orang lain yang sedang lewat di gang itu.

“Hey anak muda.” Sudah yang ketiga kali orang itu memanggilku seperti itu.

Akhirnya aku membalikkan badan, dan melihat ada sekitar 5 orang, 3 diantaranya adalah yang kutemui di warkop tadi. Apakah ini perkara tempe tadi ya? Sebegitu inginnya kah dia akan tempe sampai dia rela mengikutiku. Lalu mau apa dia? Apakah mau memarahiku karena memakan tempe itu. Keterlaluan jika itu kasusnya.

“Ada apa ya, mas?” tanyaku dengan sopan.

Perlahan, aku mulai memperhatikan mereka satu-persatu. Dari pakaiannya, aku bisa pastikan bahwa mereka juga maba sepertiku. Tapi ada satu orang yang berdiri paling belakang, yang memiliki gerak-gerik mencurigakan. Entah mengapa aku menyimpulkan seperti itu. Feelingku gabagus ama itu bocah satu.

“Bangsat, kamu yang makan tempe di warkop tadi kan?” tanya orang itu kembali.

Bajingan. Jadi ini beneran masalah tempe? Masa karena tempe orang bisa semarah itu sih? Serius ini?

“I-iya mas, kenapa ya?” tanyaku kembali.

Lalu mereka kembali berbisik-bisik sambil sesekali menunjukku yang berjarak kurang lebih lima meter dari mereka.

“Oh, jadi kamu itu temannya Emily ya?” Kata orang yang baru saja kucurigai tadi sambil maju kedepan meninggalkan temannya dibelakang.

Tunggu-tunggu. Kok dia kenal emily? Dan kok dia tau kalau aku temannya? Siapakah dia? Apakah dia temannya emily juga? ATAU JANGAN-JANGAN?

“kamu mungkin nggak tau aku, tapi aku tau siapa kamu. Aku Cuma mau bilang, jangan dekati Emily, karena dia itu milikku. Hahahahah” ucap kembali orang itu lalu tertawa.

by the way, aku Ryan, calon pacarnya emily.”

Bangsat. Beberapa katanya sukses membangkitkan emosiku. Jadi ini orangnya, ryan si predator seks yang sempat melecehkan Emily minggu lalu. Brengsek.

Tapi aku harus menjaga emosiku. Kalaupun ini akan diselesaikan dengan cara itu, biar mereka yang mengawalinya. Tahan emosimu be, sedikit lagi.

“Oh, jadi kamu yang namanya ryan. Serius kamu calon pacarnya emily. Dengan apa yang kamu lakukan terhadap dia minggu lalu, pantaskah kamu menyebut dirimu calon pacarnya? Wow!” kataku yang coba memancing reaksinya.

“Bangsat!! Maksudmu apa ngomong gitu? Emang aku ngapain sama Emily? Seingatku kami hanya berbicara sebentar saja. Lalu aku hanya sedikit mengelus kulitnya yang mulus itu kok.”

Masih sempat-sempatnya dia berbohong. Sialan.

“Dah aku peringatkan sekali lagi, jangan coba-coba untuk mendekati Emily, karena aku tau jika kamu sedang bersamanya atau tidak. Aku punya mata dimana-mana.” Lanjut ryan.

“Lalu bagaimana jika aku menolak permintaanmu itu? Emily adalah mentor di ospekku, tidak mungkin kalau kami tidak akan bersama.” Balasku.

“Oke, Cuma ada satu caranya.” Ryan tampak bersiap untuk menyuruh anak buahnya untuk menyerangku.

Aku tersenyum menyeringai. Sudah lama tidak uji otot.

Pemuda pertama berlari kearahku untuk menyerangku dari depan. Aku dengan mudah menghindar kesamping, lalu memberi hook kearah perut kananya dengan kencang.

Pemuda pertama tumbang.

Melihat hal itu, Ryan menyuruh ketiga anak buahnya untuk menyerangku secara bersamaan, dari kiri, kanan, dan tengah.

Pemuda kedua menyerangku dari kiri, melompat dan mencoba mengarahkan kakinya menuju dadaku. Terlalu mudah. Aku menangkap kakinya itu, lalu memutarnya sehingga ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Cukup untuk membuat dia mengaduh untuk sementara. Lalu serangan selanjutnya dari tengah menggunakan jab yang tidak terarah, hanya berusaha menyerang sekenanya, tentu saja dapat aku tangkap dengan mudah. Selagi aku menahan tangan sang pemuda kedua, pemuda ketiga sudah mengarahkan kepalannya menuju perutku dan sukses mengenainya. Aku mundur dan melepas tanganku yang sedang menahan tangan pemuda kedua.

Sial. Ini akibat aku sudah jarang berlatih.

Pemuda kedua dan ketiga ini kembali berusaha menyerangku, tapi aku tidak mau menunggu mereka, aku langsung menghadiahi mereka dengan satu hook keras keperutnya pemuda kedua, lalu mundur selangkah untuk menghindar dari tinjuan pemuda ketiga, lalu kulanjutkan dengan spinning kick yang sukses mengenai wajah sang pemuda ketiga.

Mereka berdua tumbang.

Ryan yang melihat ini menjadi terbakar emosi. Dia berlari kearahku sambil mengumpulkan tenaganya pada tangan kananya yang sudah mengambil ancang-ancang untuk meninjuku. Tapi sudah terlambat. Lututku sudah menyapa dagunya yang menyebabkan ryan terlempar kebelakang dan jatuh terlentang. Darah mulai keluar dari bibirnya.

“Aku tidak suka dengan caramu mencoba mendekati Emily dengan cara itu. Jika kamu memang ingin mendekatinya, dekati ia dengan cara yang gentle, bukan dengan cara itu. Apalagi kamu sampai menyentuh bagian-bagian yang terlarang untuk kamu sentuh. Itu namanya B A J I N G A N. Sampai sini paham? Kalau belum biar aku ulang nih.” Kataku dengan aba-aba ingin menyerang.

“S-sudah cukup! Awas kamu ya, jangan kamu kira masalah kita berhenti disini. Justru ini adalah awal dari sesuatu yang lebih buruk, dan kamu sendiri yang menyebabkan hal ini. Tunggu saja!” Kata ryan sambil pergi meninggalkanku dan teman-temannya yang sudah mulai bangun ikut pergi.

Huft. Masalah apalagi yang akan kuhadapi kali ini. Akhirnya aku kembali melanjutkan perjalananku ke kosan yang terhenti karena ada acara MMA dadakan ini. Tapi aku tidak sadar, bahwa ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi apa yang sudah terjadi. Ia melihat betul apa yang sudah kulakukan tadi terhadap lima orang yang kulawan semua.
.
.
.
Malam harinya, aku sedang telponan dengan ibuku dan keluargaku.

“Gimana nak hari kedua ospeknya? Lancar?” tanya ibuku.

“Lancar bu, aman kok.”

“Kamu telat ya tadi?”

Loh kok ibu tau?

“K-kok ibu ta-tau kalo aku telat?” tanyaku penasaran.

“Iyalah tau, kan ibu dikasih tau em- emm maksud ibu, ibu punya feeling kamu bakal telat. Gitu aja.”

Hebat sekali memang ibuku ini. Bahkan anaknya yang berada dikota lain saja, bisa ia tahu kalau telat.

“iyaa bu tadi aku telat bangunnya, jadi telat juga deh dateng ke ospeknya.”

“aduh nak, lain kali jangan telat ya. Kebiasaanmu itu lho, kurang-kurangin lah.”

“iiyaa bu.”

“Kamu lagi gaada masalah kan?”

Pertanyaan ibu kembali seolah-olah ia tau apa saja yang terjadi dalam hidupku.

“Ngga. Ngga ada masalah kok.” Ucapku

Lebih baik aku tidak membicarakan terkait perkelahianku tadi.

“Yaudah, kalau gitu, yang penting kamu baik-baik disana ya. Jaga diri. Ingat, jangan mengedepankan emosimu. Itu hanya memperburuk keadaan. Berpikirlah dengan kepala dingin. Tapi, jika memang sudah kejadian, yang sudah pasti ibu nggak mau kejadian, kamu sudah tau kan apa yang harus dilakukan?”

“Baik bu, aku paham.”

“yaudah, ibu mau makan dulu sama yang lain. Baik-baik yaa. Dadah.”

“Dah ibu.” Kataku mengakhiri pembicaraan.
.
.
.
.
Benar benar hari yang panjang dan melelahkan. Tapi sudah lama tidak kurasakan hal ini, ketika kepalan tanganku dan lututku bertegur sapa dengan orang lain.

Tapi, hari ini merupakan hari yang menarik.

Kira kira apa yang akan terjadi esok hari ya?



Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Selamat malam para suhu-suhu dan pembaca sekalian.

Di malam minggu ini, updet 1 part dulu ya.

Dan minggu depan sepertinya ts akan cukup disibukkan rl sehingga mungkin penulisan akan sedikit terhambat.

tapi semoga tetap bisa upload 2 part perminggu.

Btw ada satu orang baru lagi.. kira-kira jadi apa ya dia? hehe.

Jika ada kritik dan saran akan sangat saya terima, agar penulisan cerita bisa lebih bagus lagi.

Selamat menikmati.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd