Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
Astaga Salah post :hammer:

kakak Jack emang ngepost apaan?

Nitip sendal duluh ahh

makasih kakak-kakak udah mampir, semoga terhibur yah

Update hu...

siap sedang on proses, ditunggu aja yah

pawpawpawpawpawpawpaw mana pawpaw

pawpawnya lagi sibuk ngelonin janu, kak

***
masih pada nunggu kan ya? (ngarep)
updatenya sedang berjalan, tapi aku ga bisa ngejanjiin waktu pasti updatenya kapan, cuma bisa ngomong, segera. bisi ada yang ga bisa bahasa indonesia, aku kasih pake bahasa inggris.

the updates soon will be available, please wait until further notice.
(semoga ga salah)

kalo misalnya updatenya panjang, apa masih mau dibaca, kakak-kakak semua?
 
kalo misalnya updatenya panjang, apa masih mau dibaca, kakak-kakak semua?

baca lah, tapi paling ditandain dulu kaya anda baca cerita saya wkwkwk, harus cari waktu yang senggang biar bacanya fokus
 
Episode 09

I Write Sins not Tragedies




β€œHuufftt ….”

Kuhela nafas cukup panjang saat aku sampai di basemen FX. Moodku sekarang sedang tidak baik setelah pertandingan antar kampus tadi. Aku bermain dengan buruk. Aku tidak mampu mengirimkan bola untuk memulai serangan. Jangankan mengumpan, menerima bola dengan baik pun sepertinya sulit. Marking yang dilakukan oleh pemain lawan benar-benar membuatku mati kutu. Meski akhirnya kami menang, tetap saja, aku ingin segera melupakan semua tentang pertandingan tadi.

Nadila yang kutunggui tidak juga terlihat. Sudah hampir limabelas menit aku menunggu. Seperti biasa, aku menjemputnya di FX setelah dirinya selesai melakukan pertunjukan. Namun, Nadila belum juga turun dari teater. Pesan yang tadi kukirimkan juga masih belum dia balas. Aku sendiri tak berani untuk naik, karena mungkin masih banyak fans yang berkumpul di depan teater. Aku tak ingin kejadian tempo hari terulang kembali.

Merasa bosan, aku beranjak keluar dari mobil. Kuperhatikan lingkungan sekitar, kemudian pikiranku seakan menerawang. Sudah tiga pekan berlalu, semenjak tempat ini menjadi saksi dimana pertengkaranku dan Nadila terjadi. Setelah kejadian tersebut, kami mulai mencoba untuk saling mengerti satu sama lain. Namun, sepertinya hal tersebut tidak berjalan dengan baik. Masih saja kami menemukan ketidakcocokan yang berakhir dengan sedikit keributan.

Tak lama kemudian, gadis yang kutunggu akhirnya muncul. Namun, wajahnya terlihat masam. Entah apa yang terjadi diatas sana namun sepertinya ada sesuatu yang kurang baik menimpanya.

β€œNgapain Lu nongkrong diluar mobil?” Tanyanya dengan nada ketus sembari masuk kedalam mobil tanpa menyapa atau bahkan meminta maaf telah membuatku menunggu cukup lama. Tidak ingin memicu keributan lebih lanjut, aku hanya bisa menghela nafas dan ikut masuk kedalam mobil.

β€œAda apa, Nad?” tanyaku. Namun tak digubris. Nadila hanya duduk membenamkan tubuhnya di kursi sembari menyilangkan tangan di dada. Wajahnya terlihat sangat grumpy.

β€œBaiklah, Nad, kita keluar saja terlebih dahulu dari sini. Nanti, apabila kamu sudah mau bercerita, bilang, ya?” sambungku sembari tersenyum kearahnya. Dia malah memalingkan wajah membuatku hanya bisa menggeleng melihat kelakuannya. Tak mau ambil pusing, kuarahkan mobil untuk pergi keluar dari tempat ini.



Bahkan ditengah perjalanan Nadila tidak berucap sepatah kata pun. Suasana di dalam mobil terasa dingin dan canggung, hingga akhirnya Nadila mulai berbicara ketika kami hampir sampai kedekat rumah kostnya.

β€œLu tuh, ya. Ceweknya lagi kesel bukannya ditanyain malah diem,” ketus Nadila dengan tiba-tiba.

β€œTadi aku sudah bertanya, ada apa, NAD!?” Emosiku ikut tersulut karena perkataannya tersebut. Kubalas pertanyaannya tadi dengan penekanan di akhir ucapanku.

β€œLoh, kok Lu jadi marah, sih?!” Nadila terlihat semakin sewot, sekarang dia menatap tajam kearahku. Aku menghela nafas, mencoba menenangkan diri.

β€œTadi aku sudah bertanya, Nad. Hanya saja tidak kamu jawab. Aku mencoba menunggu kamu lebih tenang lagi.” Kucoba menjawab pertanyaannya tanpa ikut emosi, dan tetap mencoba tenang. Namun Nadila tidak terlihat mengendur. Dia kembali memalingkan wajahnya.

β€œJadi cowok nggak pekaan banget sih!” Gerutunya. Kesabaranku sudah habis. Dengan kasar aku menepikan mobilku lalu menginjak rem dengan tiba-tiba hingga tubuh kami sedikit terpelanting ke depan.

β€œTempatmu sudah dekat … turun,” perintahku dingin. Nadila yang awalnya terbelalak menatap kearahku kembali emosi setelah mendengar ucapan tersebut.

β€œNggak disuruh juga Gue mau turun!” Dibantingnya pintu mobilku dengan keras, kemudian dia pergi tanpa menatap kearahku lagi. Tanpa menunggu lama, aku yang ikut kesal lalu menginjak pedal gas mobil dalam hingga mobilku melaju dengan cepat. Aku terus memacu mobilku di jalanan yang cukup sepi. Jarak yang memang tidak terlalu jauh dari tempat kostnya ke rumahku menyebabkan aku tiba dengan cepat. Kuputuskan untuk pulang saja. Tidak ada gunanya juga berkeliaran malam hari seperti ini.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat aku mulai menyantap sarapan. Sarapan yang cukup baik karena disiapkan oleh Devi, asisten rumah tangga yang dikirim ibu setiap akhir pekan untuk membereskan rumahku. Devi biasanya datang diantara hari sabtu atau minggu.

Aku sendiri belum mendengar kabar dari Nadila. Memang baru kali ini kami bertengkar hingga aku sampai meninggalkannya di pinggir jalan seperti itu. Aku sedikit khawatir. Setelah menyelesaikan makan, aku langsung mengirimkannya pesan, bertanya tentang keadaannya dan mencoba meminta maaf.

BBZZZZZ BBZZZZZ

Tak lama kusimpan, gawai yang kutaruh disamping piring bergetar. Notifikasi muncul di layar, Nadila membalas pesanku.

NADILA CINDI

β€œY” (08.25)

Pesan yang panjang menanyakan tentang kabar dan meminta maaf kepadanya, hanya dibalas dengan satu huruf yang, aku sendiri tidak tahu apa maksudnya. Fuck! Padahal aku hanya mencoba untuk perhatian kepadanya.

Ah, sudahlah, paling tidak aku tahu kalau dia masih hidup. Kututup aplikasi chat tersebut dan membuka beberapa akun media sosial milikku. Aku hanya berselancar tidak jelas karena memang tidak memiliki rencana apapun hari ini. Bosan juga rasanya.

Ting!

Sebuah notifikasi muncul dari atas layar. Ternyata Aby kembali mengirimkan pesan. Semenjak pertengkaran dengan Nadila di basemen FX juga, Aby juga menjadi semakin intens menghubungiku, baik menanyakan kabar maupun mengajakku pergi keluar. Aku sendiri tidak pernah terlalu menggubris ajakan tersebut, dan hanya kubalas seperlunya saja. Namun Aby masih saja tetap gigih mencoba membuka percakapan denganku.

GABRYELA MARCELINA

β€œPAAGGIII KAAAKK” (08.23)

β€œHari ini mau kemana kak?” (08.23)

Aku menyeringai membaca pesan tersebut. Let’s have fun, shall we? Tanpa basa-basi aku pun menelepon Aby. Bunyi gemerisik mulai terdengar saat telepon mulai tersambung.

β€œHalo, Kak Jan?” Suaranya yang lembut seketika membuatku tersenyum.

β€œHalo, Bi. Jadwalmu kosong hari ini?”

.

.

.

β€œKita mau kemana, Kak?” Tanya Aby yang sekarang sudah duduk di kursi penumpang. Senyum tersungging cukup lebar diwajahnya, matanya pun terlihat berbinar.

β€œAku ada urusan dulu sebentar, Bi. Kita ke Thamrin terlebih dahulu. Setelah itu, aku mau ajak kamu pergi agak jauh, nggak kenapa-kenapa? Itu juga kalau kamu punya waktu,” Aby mengangguk mendengar penjelasanku tersebut. Kemudian dia merangkul erat hingga payudaranya yang cukup berisi terasa menjepit lenganku.

β€œAku mau ikut Kak Janu kemana aja dah.” Digesekkannya pipi yang sedikit merona tersebut ke bahuku. Aku hanya tersenyum melihat kelakuan manjanya sambil terus mengendarai mobil.

Kami akhirnya sampai ke tempat tujuan pertama kami, sebuah dealer pabrikan mobil asal Jerman. dan baru teringat Ketika sales dealer mobil ini menghubungi tadi pagi.

β€œOh, emangnya kesini mau ngapain, Kak? Mau servis?” Tanya Aby Ketika kami sampai di depan dealer.

β€œAku ingin lihat-lihat, Bi,” jawabku singkat.

Aku sedikit tertarik dengan mobil ramah lingkungan belakangan ini. Dan mungkin memiliki satu buah mobil listrik mungkin ide yang bagus. Sekalian aku juga ingin mempunyai saloon karena Volvo 960 entah kenapa diminta kembali oleh Kakek. Namun tak apa, mungkin aku bisa menukar Volvo tersebut dengan R50 yang agak terbengkalai di pojokan garasi besar miliknya.

Setelah berbincang banyak dengan salah satu sales dari dealer tersebut, akhirnya Aku dan Aby memasuki salah satu unit yang disediakan untuk test drive.

β€œKakak masih hafal apa yang tadi dijelasin sama mas nya? Kayaknya ribet banget nih mobil,” tanya Aby saat aku mulai memegang kemudi. Petugas tadi memang menjelaskan berbagai fitur dari mobil ini, hanya saja aku juga kurang memperhatikannya.

β€œAku tak memperhatikan, Bi. Let’s just drive.” Senyap sekali, saat aku mulai menyalakan mesin mobil. Bahkan saat mobil mulai berjalan, tidak terdengar suara apapun dari bawah kap mesin.

β€œE-eh, kok maju, Kak? Udah nyala, ya? Nggak ada suaranya gini,” ujar Aby yang sedikit kaget. Aku hanya tersenyum melihatnya kebingungan. Tapi benar, mobil ini senyap sekali ketika berada di eMax Drive mode. Taka da suara sedikitpun dari balik kap mesin mobilnya. Aku mencoba mobil ini berkeliling tak jauh dari dealer. Benar-benar pengalaman yang unik. Setelah dirasa cukup, aku kembali ke dealer dan langsung disambut oleh sales yang sudah menunggu.

β€œGimana, mas? Nyaman banget, kan? Pacarnya juga pasti suka, nih.” ujar petugas tersebut terkekeh sembari menoleh kearah Aby. Aku hanya tersenyum. Malahan Aby yang seperti salah tingkah mendengar ucapan petugas itu.

β€œI’ll take it. Sudah full option, kan? Please proceed with the black one.”

β€œBaik, mas. Bisa dipinjam terlebih dahulu kartu identitasnya? Biar saya siapkan dulu dokumen-dokumennya. Sama pembayarannya mau cash atau kredit, Mas?” Tanya sales tersebut kembali.

β€œCash saja.”

Setelah menerima kartu identitasku, sales tersebut kembali masuk kedalam kantor, meninggalkan kami menunggu di lounge. Sambil duduk di sofa, aku memperhatikan sekitarku.

β€œBener juga ya kata Kak Tessa. Kak Janu itu pengabdi sedan. Perasaan pake jip lebih gagah, Kak.” Aby kembali berkomentar tentang G30 yang menjadi pilihanku.

β€œAku lebih suka yang terkesan sederhana, Bi.”

β€œYa kalo sederhana belinya Avanza aja, Kak. Mana ada BMW sederhana,” ucap Aby yang diiringi tawa kami berdua. Ditengah canda tawa kami, seorang petugas dealer dari dalam kantor kemudian datang menghampiri.

β€œTerima kasih sudah menunggu, Mas. Ini bukti pembelian sama surat-surat yang dibutuhin buat penerimaan unitnya nanti. Untuk unitnya paling cepat kami kirim senin siang. Pembayaran tanda jadinya nanti saya antar Mas ke kasir. Terima kasih juga Mas, sudah mempercayakan pembelian BMWnya ke dealer kami. Ada yang bisa dibantu lagi?” Tanya petugas tersebut.

β€œSudah, sepertinya.” Aku pun menerima seluruh dokumen yang diberikan beserta tanda pengenalku yang tadi dia pinjam untuk proses pembelian. Kami pun pergi setelah seluruh urusanku di dealer ini selesai.

β€œAbis ini, kita mau kemana, kak?” Tanya Aby sembari memasang seatbelt. β€œMakan dulu, ya? Aku lapar.” Benar juga, tak terasa waktu bergulir cukup cepat. Sekarang sudah lewat tengah hari.

β€œNanti kita makan dulu sebelum menyebrang, ya,” jawabku sembari tersenyum. Aby terlihat kebingungan mendengar jawaban tersebut.

β€œNyebrang? Emang kita mau pergi jauh, Kak? Aku nggak bawa baju ganti, nih.”

β€œYa sudah, sekarang sekalian saja kita beli baju ganti buat kamu.” Mobil pun kuarahkan menuju sebuah mall yang tidak tidak begitu jauh dari sini. Begitu sampai, restoran bernuansa jepang menjadi pilihan utama, karena memang kami sudah cukup lapar. Selesai makan siang, Aku langsung mengajak Aby pergi ke sebuah toko pakaian yang berada di dalam Mall.

β€œKamu pilih saja, Bi. Biar nanti aku yang urus.” Matanya langsung berbinar mendengar ucapan tersebut. Dia pun lantas pergi ditemani oleh petugas toko. Aku memilih untuk duduk di tempat yang disediakan, sembari mengeluarkan gawai untuk mengecek notifikasi. Tidak ada satu pesan pun dari Nadila. Baiklah, hari ini akan kupakai untuk bersenang-senang dan β€œmenikmati” Aby tanpa memikirkannya. Namun, sebagai kekasih yang baik, aku tetap mengabarkan kepada Nadila bahwa Aku ada urusan dengan Kakek dan tidak bisa dihubungi hingga besok sore.

Fokusku kembali kepada Aby yang sedang serius memilih baju, terkadang terlihat dia berdiskusi dengan petugas yang menemaninya. Aby yang terlihat menggemaskan menggunakan kacamata bulat itu sepertinya sayang apabila luput kuabadikan. Kuarahkan kamera gawaiku untuk mengambil beberapa foto darinya.



β€œIiihh Kak Janu! Aku minta temenin cari baju malah fotoin diem-diem … cium, nih!” Ujar Aby yang tersipu saat tersadar melihatku mengambil foto saat dia sedang memilih pakaian yang akan dia beli. Petugas butik yang berada disampingnya hanya tertawa kecil melihat hal tersebut.

β€œJangan lama-lama, Bi. Nanti kita bisa kemalaman menyebrangnya.”

Ya, aku akan mengajak Aby pergi ke salah satu rumah milik kakek yang berada di kepulauan seribu. Aku sendiri sudah meminta penjaga villa tersebut untuk menyiapkan segala sesuatunya.

β€œAku bingung, Kak. Ini semuanya aku suka,” ujarnya bingung. Aku yang sudah tidak sabar akhirnya bangkit dari duduk dan mendekatinya.

β€œJust take it all, Bi.” Aku mengambil pakaian yang dipegangnya beserta beberapa pakaian yang berada di gantungan. β€œSaya ambil ini semua, ya, Mbak. Tolong segera dibungkus,” pintaku kepada petugas butik yang berada di dekat kami sembari memberikan tumpukan pakaian tadi.

β€œB-baik, Mas.” Dengan sedikit gelagapan petugas tersebut menerima tumpukan pakaian dan pergi ke belakang butik. Aku pun langsung pergi ke kasir untuk membereskan pembayaran pakaian tersebut.

β€œMakasih ya, Kak. Maaf juga jadi ngerepotin.” Senyum terlihat semakin merekah di wajahnya.

β€œAku yang minta maaf, Bi. Sampai kamu harus kerepotan seperti ini karena ajakanku yang mendadak.”

Aby tidak berkata apapun lagi. Dia hanya memeluk lenganku. Kami pun pergi dari Mall setelah seluruh urusan kami selesai. Matahari mulai condong ke barat saat kami mulai mendekati daerah dermaga.

β€œEmang ada feri yang nyebrang jam segini, Kak?” Kembali, aku hanya tersenyum mendengarnya.

β€œYou’ll see.” Aku memarkirkan mobilku di sebuah hotel. Sesaat setelah turun, langsung kuhampiri sekuriti yang berada di depan hotel tersebut.

β€œSore, ada yang bisa dibantu?” Sapa sekuriti tersebut dengan ramah.

β€œSaya mau bertemu dengan Pak Hardiyanto.”

β€œAh, Pak Januar, ya? Mari, saya antar ke dermaga. Pak Yanto sudah menunggu.” Setelah memanggil penganti, sekuriti tersebut mengantar kami menyusuri hotel hingga belakang, menuju dermaga yang masih menjadi bagian dari hotel ini. Disana sudah ada seorang pria paruh baya yang menunggu kami.

β€œDatang juga, Lu, Jan. Gue kira nggak bakal jadi Lu kesini,” ujar pria tersebut sembari mengulurkan tangan.

β€œAku sudah janji, Om. Pasti aku tepati.” Kami pun berjabat tangan. β€œMaaf Om, kalau permintaanku mendadak. Tapi aku nggak tahu harus minta tolong ke siapa lagi. Biar aku sewa saja, Om. Aku tidak enak.” Sebelum berangkat pagi tadi, aku meminta tolong kepada temanku yang masih anggota klub mobil, Om Yanto, untuk menyewa kapal pesiar miliknya. Namun, Om Yanto malah memberi pinjam kapal tersebut secara gratis.

β€œLah, Lu kayak ke siapa aja, Jan. Gue malahan seneng ada yang mau make ni kapal. Kasian takut lapuk kalo dibiarin nggak pernah dipake,” ujarnya sembari terkekeh. β€œYa udah, Gue tinggal dulu, ya. Gue masih ada urusan di hotel.”

β€œSID!!” Om Yanto tiba-tiba berteriak kearah kapal yang sedang bersender di ujung dermaga.

Seseorang pun menoleh dari atas kabin kemudi atas.

β€œNtar Lu anterin mereka berdua, yak! Kalo butuh sekalian Lu temenin mereka berdua sampe balik lagi kesini. Ntar lapor aja ke si Grace Lu lembur, yak!” Sahut Om Yanto kepada pria tersebut.

β€œOke Pak!! Gue ajak si Jak ye!?” Balas pria tersebut tak kalah kencang.

β€œSerah Lu dah!!” Sahutnya kembali. β€œUdah ya, Jan. Gue balik dulu.” Setelah menjabat tanganku kembali, Om Yanto pun bergegas pergi.

Kami akhirnya naik ke atas kapal. Setelah berkordinasi dengan nahkoda, Aku dan Aby masuk kedalam kabin bawah. Perjalanan dari Ancol menuju Pulau Pari yang memakan waktu satu jam kami isi dengan beristirahat. Aby malah tertidur lelap sembari menyenderkan kepalanya di bahuku. Aku sendiri mencoba untuk tidur. Namun, hingga kami sampai di tempat tujuan, aku tetap terjaga meski hampir sepanjang perjalanan aku memejamkan mata.

β€œNggghh ….” Aby menggeliat sembari menuruni kapal. Aby terlihat setengah sadar saat mulai menjejakkan kaki ke dermaga. Aku yang khawatir Aby terjatuh kemudian menggandeng tangannya.

β€œHati-hati, Bi.” Wajahnya kembali merona. Dia kemudian memalingkan wajahnya yang tersipu.

β€œWaaahh …. Indah banget …” ucap Aby dengan tiba-tiba. Aku pun ikut menoleh kearah pandangan matanya. Benar sekali, sunset yang tersaji di depan mataku terlihat sangat indah. Sejenak kami pun hanya berdiri d dermaga, menikmati terbenamnya matahari yang kembali pulang ke peraduannya.

Gyut

Terasa tanganku digenggam dengan erat. Aku memandang kearah Aby yang sekarang sedang memandangku juga. Ah, entah kenapa senyumnya terlihat cantik sekali ….

… Aku menjadi semakin tidak sabar untuk menikmatinya.

.

.

.

Kami langsung menyantap makanan yang disiapkan oleh keluarga Pak Asep saat kami tiba di dalam villa milik kakek. Bangunan villanya sendiri tidak begitu luas, namun area privat yang berada di sekitar villa yang dimiliki kakek hampir seperdelapan luas pulau ini, bahkan di bagian belakang villa langsung menjorok ke bibir pantai pribadi yang masih masuk kedalam kawasan villa ini.

Selepas makan malam, aku mengistirahatkan tubuhku di sofa. Cukup melelahkan juga hari ini. Namun, belum lengkap rasanya jika aku tidak menikmati menu utama hari ini. Namun aku tidak melihatnya dimanapun.

Pintu balkon belakang terbuka, sepertinya Aby pergi kesana. Benar saja, di ujung balkon, terlihat Aby sedang berswafoto ria. Langsung kupeluk tubuhnya dari belakang hingga dia sedikit tersentak.

β€œAsik sekali sepertinya. Sampai aku ditinggal begitu saja,” ucapku sembari mendekatkan wajahku ke samping wajahnya.

β€œE-eh, Kak! Bikin kaget aja.” Aby yang awalnya terbelalak, sedikit mengangkat wajahnya untuk menoleh kearahku.

β€œKatanya, tadi siang kamu mau menciumku, Bi. Aku masih menunggu.” Kusodorkan pipiku kearahnya. Namun, Aby malah memegang kedua pipiku dan mengarahkan wajahku agar menghadap kepadanya.

β€œKak Janu bikin gemes, deh.” Aby memejamkan mata dan langsung mengecup bibirku. Kecupan ringan yang lama kelamaan menjadi cumbuan yang semakin dalam dan mesra. Kubalikan tubuhnya hingga kami berhadapan. Nafasnya terdengar sangat memburu saat kami terus bercumbu.

β€œAhhmm … mmmm … cccppllkk ….”

Decak ludah bercampur desah nikmat terus terdengar merdu ketika Aby dengan ganas melumat seluruh bagian bibirku. Entah kenapa, Aby terasa lebih agresif. Tanganku mulai naik dari yang awalnya memegang pinggul menuju bongkahan payudaranya. Belum sempat kuremas, Aby terbelalak. Dia pun menghentikan ciuman kami dan menahan tanganku.

β€œBentar, Kak. Aku belum mandi,” ucapnya sembari menatap mataku.

β€œTak apa, Bi. Kamu tetap terlihat cantik.” Kembali kucoba untuk mencumbu bibirnya.

β€œIiiihhh … aku yang nggak enak, Kak. Lengket kerasanya.” Sekarang Aby malah mendorong hingga pelukanku terlepas. β€œAku mandi dulu. Ya, Kak?” Tanpa menunggu jawaban, dia mulai beranjak masuk.

Aku yang sudah tidak sabar lantas menahannya. Belum sempat dia protes, kugendong tubuh mungilnya.

β€œAakk!” Aby terpekik. Aku pun mulai berjalan masuk kedalam rumah.

β€œKak Janu mau ngapain?” Tanya Aby keheranan.

β€œBaiklah kalau itu maumu, Bi. Kita mandi bersama,” ucapku. Aby yang tersipu mencoba menyembunyikan wajahnya, menunduk didalam pangkuanku. Hingga akhirnya kami sampai ke depan pintu kamar mandi. Saat kuturunkan, wajahnya masih tertunduk. Kuangkat dagunya agar dia menoleh kearahku.

β€œYou are beautiful, Bi. As always.” Aby terbelalak, namun kemudian memejamkan mata saat wajahku semakin mendekat. Bibirnya pun terlihat bergerak maju. Melihat hal tersebut, keisenganku tiba-tiba muncul. Kubiarkan dirinya terus-menerus seperti itu. Bibirnya terlihat bergerak-gerak sembari memejamkan mata. Hingga akhirnya dia membuka mata.

β€œDid you expect something, dear?” Godaku sembari tertawa kecil. Wajahnya menjadi semakin merah dan tidak berani menatapku.

β€œKakak! Iiihhh ….” Aby cemberut sembari mengembungkan pipinya. Gemas sekali. Dia pun masuk kedalam kamar mandi. Cukup lama kubiarkan dirinya, namun tidak terdengar bunyi gemericik air dari dalam sana. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, lalu Aby menjulurkan kepalanya keluar.

β€œKatanya mau mandi bareng, kak?” Tanya Aby sembari sedikit berkumut. Tanpa menunggu lama aku pun membuka seluruh pakaian dan ikut masuk kedalam kamar mandi, dimana Aby sudah menunggu tanpa busana. Pinggulnya yang cukup ramping cukup kontras dengan payudaranya yang cukup berisi. Aby sendiri seperti memelototi penisku sembari menggigit bibir bawahnya gemas.

Aby sedikit mundur saat aku berjalan mendekat. Matanya terbelalak, saat aku mulai mencium bibirnya. Dia sedikit meronta, mencoba melepaskan diri.

β€œMmmhh … aahhmmmpp … katanya mau mandi, kahhmpp?!”

Tanpa banyak bicara, kembali aku mencumbui bibirnya. Percikan air mulai membasahi tubuh kami saat keran shower kuputar. Aby yang awalnya menolak, kini mulai membalas perlakuanku. Ditengah guyuran air hangat, kami terus bercumbu, saling menyalurkan hasrat yang sudah bergejolak.

Tangannya kini terasa menggapai penisku yang masih setengah tegak. Dia mulai menggesek penisku dengan tangannya. Belaiannya yang lembut membuatku sedikit terbelalak. Aby sendiri hanya tersenyum menatapku ditengah cumbuannya, kemudian kembali menikmati bibirku. Tanganku pun tak tinggal diam. Kuraih payudaranya yang menggantung kencang, lalu kuremas perlahan.

β€œHhhmmppp … Mmhhppp … Phhhaaahhh ….”

Lenguhannya yang sedikit kencang menyebabkan cumbuan kami terlepas. Wajahnya terlihat sangat seksi terpantul dari cermin sedang menengadah sembari memejamkan mata, saat tanganku terus membuai kedua bongkahan dadanya dengan intens. Aku sendiri cukup terpuaskan dengan payudara miliknya. Cukup besar dan berisi namun tetap kencang.

Cumbuan serta hisapan mulutku kini berpindah ke area lehernya. Seluruh bagian tersebut habis aku cumbu, terutama bagian tengkuknya yang putih mulus terekspos karena rambutnya yang dicepol. Tulang selangkanya yang menonjol seksi tak luput dari hisapan dan cupanganku.

β€œAahh … jangan gituhh kaakk … nanti ada bekasnya nngghh ….”

Kuperlembut perlakuan mulutku terhadap area lehernya. Aby yang pasrah hanya bisa mengelus pipiku sembari tetap memejamkan mata, saat tanganku terus membuai payudaranya. Aby sangat menikmati perlakuanku, beberapa kali dia dengan gemas menggigit bibir bawahnya.

β€œAwwh … pelan, dong, Kak.” Aby sedikit protes saat tubuhnya terdorong hingga membentur tembok. Aku hanya tersenyum dan kembali fokus menjamah payudaranya. Kali ini, mulutku ikut bermain. Kujilati dan kukecup areolanya berputar, saat tanganku sibuk meremas dan memilin puting payudara yang satunya lagi. Aby tersentak dan terus bergerak gelisah menerima perlakuan tanggung tersebut.

β€œNggghh … Kaaakk … itunya juga dong … nnngghh ….” Matanya seperti memelas saat aku mendongak menatapnya.

β€œPuting aku kaakh … nngghh … isep-aaakkhh ….” Aby memekik saat aku akhirnya menghisap putingnya. Puting yang sudah mengeras tersebut terkadang ku kulum dan kujilati didalam mulut. Jarinya semakin kuat mencengkram bahuku. Tubuhnya terasa kaku dan menegang. Sebelum akhirnya kembali lemas setelah Aby melenguh cukup kencang. Nafasnya terdengar tak beraturan dan memburu. Sepertinya dia orgasme tadi.

Nnggghh … Aahh … kaakkhh ….”

Aby hanya pasrah dan terus mendesah saat payudaranya terus kumainkan. Tangan kananku mulai bergerak turun, menyusuri perutnya yang rata hingga sampai ke area selangkangannya. Bibir vagina Aby terasa cukup basah saat jariku mulai menggosok area tersebut.

β€œAanngghhh … Kaakkkh ….”

Aby kembali memejamkan mata sembari melenguh, saat jariku mulai masuk kedalam liang kenikmatan tersebut. Hampir seluruh titik sensitif Aby kurangsang. Tengkuk dan lehernya terus kucumbui, serta tulang selangkanya yang menonjol seksi juga terus kuhisap. Terkadang hisapanku juga pindah ke area payudaranya yang sedari tadi terus kuremas bergantian. Serta jari tengah yang menggaruk liang kewanitaannya dengan cukup cepat. Aby hanya bisa pasrah terus membelai pipiku dan meracau nikmat.

β€œAahh … iyaahh kakkkhh … terushh … enak banghett …”

β€œAwwhh … nggghhh … fuck … kaaakk … akhu ….”

β€œNNNGGGGHHHH!!!!”

Aby melenguh kencang. Pinggulnya yang sedari tadi bergerak liar seakan bertambah berat. Sepertinya kaki Aby lemas, tidak kuat menopang tubuhnya yang kembali orgasme. Dia pun terjatuh bersimpuh dihadapanku.

β€œHhhh … hhhh ….” Setiap tarikan nafasnya terdengar sangat berat. Aku yang sudah tidak tahan langsung mengacungkan penisku kearah wajahnya. Seolah mengerti, Aby mulai mengelus penisku. Penisku yang basah dan licin dengan mudah dia kocok. Lama-kelamaan kocokannya menjadi semakin nikmat dipadukan dengan gerakan mengurut.

β€œAahh … enak, Bi ….”

Kocokannya semakin lama semakin kencang. Bahkan, sekarang dia sembari mengemut testisku. Seperti tak puas, lidahnya kini menyapu batang penisku dari pangkal hingga ujung kepalanya. Lidahnya yang basah dan hangat terus menyapu sebelum akhirnya dia membenamkan kepala penisku didalam mulutnya.

Kepalanya sekarang maju mundur saat mulutnya mengocok penis. Sembari terus mengulum, jarinya yang lembut mulai meremasi testis, menimbulkan rasa geli bercampur nikmat. Terkadang kocokan mulutnya berhenti, berganti dengan hisapan yang cukup kuat hingga pipinya mengempot. Tangannya pun ikut aktif mengocok batang kemaluan yang tak masuk kemulutnya saat melakukan hisapan tersebut.

β€œSshhh … enak sekali, Bi. Kamu lihai sekali.” Mendengar pujian tersebut, senyum seperti tersungging di bibirnya yang masih terus mengulum penisku.

β€œMmmmhh … Mmmpphhaaahh …. Aku banyak liat video, Kak. Hehe …” ucap Aby sembari terkekeh. Tangannya terus mengocok penisku yang basah akibat liurnya. β€œAku pengen Kakak selalu puas sama aku.”

Dijilatnya bagian bawah penisku dari pangkal hingga kepala sebelum akhirnya penisku kembali masuk kedalam mulutnya. Decak ludah terdengar cukup kencang ketika kepala Aby bergerak maju mundur mengocok penisku yang berada di dalam mulutnya.

Cllppkk clllppkk clllppkk

β€œMmmhhh … hhhmmmpp … nnggghhh ….” Dia melepas kuluman terhadap penisku. β€œRahangku pegel, Kak. Tanganku juga. Nggak keluar-keluar, ya?” Tanya Aby sembari memegangi rahangnya. Penisku tetap ia kocok, namun sekarang menggunakan tangan kiri. Kocokannya amburadul dan tidak begitu nyaman.

β€œA-aadu … sudah, Bi.”

Aku kemudian menyuruh dirinya bangkit dan menungging bertumpu kepada tembok. Aby yang mengerti maksudku kemudian menungging dan sedikit mengangkat pantatnya. Tanpa banyak bicara kuarahkan penisku dari belakang ke mulut vaginanya. Aby sedikit mengerang saat vaginanya kugesek dengan kepala penis.

β€œNngghhh … pelan kaakk ….”

Aby mengerang saat penisku mulai masuk menjejali liang vaginanya. meski basah, vaginanya masih terasa rapat dan sulit ditembus. Aby terus mengerang aku menggerakan penisku maju-mundur, terus memaksa untuk masuk. Akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, dan dengan sekali hentakan cukup kencang, penisku terbenam sempurna hingga selangakanganku menumbuk pantatnya yang cukup semok.

β€œAaahhhnnggg ….” Lenguhnya sedikit melengking.

β€œPenuh banget kak, bentar …” lirihnya. Dengan perlahan aku mulai menggerakkan pinggulku, karena melihat Aby masih sedikit meringis. Bahkan lututnya terlihat gemetar. Sepertinya vaginanya masih belum terbiasa dijejali benda asing. Setelah beberapa kali genjotan ringan, terlihat Aby sudah mulai menikmati. Akupun menambah tempo sodokanku.

β€œNgghh … Kaakk … enak bangett … terushin ….”

Sambil terus memegangi pinggulnya, tanganku mulai menggerayangi kulitnya tubuhnya yang halus hingga akhirnya kuremasi payudaranya yang berguncang seirama dengan sodokanku. Vaginanya masih terasa seperti menghisapi penisku di setiap sodokannya, serta terasa hangat dan basah hingga menimbulkan rasa yang cukup nikmat menjalar dari penisku.

β€œAahh … lagii kakk ….”

Kedua tanganku kemudian memegangi pinggulnya. Sepertinya dia menginginkan lebih dari ini. Kupercepat dan kuperkeras sodokanku. Bahkan sekarang bunyi dari setiap tumbukan antara selangkanganku dan pantatnya terdengar cukup keras menggema di setiap sudut kamar mandi.

PLOK PLOK PLOK

β€œAahh … iyha kaakk … terusshh … aahh … fuck ….”

Penisku terus menggempur liang vaginanya dengan kencang. Payudaranya yang menggantung terus berguncang liar seirama dengan sodokan penisku. Racaunya makin lama makin tidak terkendali. Dari punggungnya yang putih terpancar kilauan dari cahaya lampu yang terbias oleh butir peluh.

β€œAhhh … kakk … enakk … teruss kakk … akhu … akh-AAAWHHHH!!!”

Tubuh bawahnya mengejan saat kutusuk penisku dalam-dalam ke vaginanya. Jemari Aby pun terlihat mengepal kuat. Vaginanya terasa berkedut memijat penis sebelum akhirnya terlepas karena tubuhnya kembali ambruk dihadapanku. Aby kembali orgasme.

β€œHhhhh … hhhh ….”

Sekarang dia duduk tak berdaya bersender kepada tembok. Terlihat tatapannya nanar menerawang. Nafasnya tersengal, tubuhnya bergerak naik-turun seirama dengan tarikan nafasnya yang berat. Bahkan tubuhnya yang tadi mulai kering sekarang kembali basah oleh keringat.

β€œMasih belum, kak?” Tanya Aby.

β€œKamu sudah lelah, Bi? Padahal tadi kamu bilang ingin selalu memuaskanku,” ucapku sembari memicingkan mata. Aby sedikit tersentak mendengar ucapanku. Sepertinya dia teringat akan ucapannya yang ingin selalu memberikan kepuasan untukku. Aby mencoba bangkit dan kembali bersimpuh dihadapan penisku. Tangannya yang terlihat lemas mulai menggapai penis dan mengocoknya. Lidahnya pun mulai kembali menjilati kepala penis.

β€œSudah, Bi.” Kuangkat tubuhnya dan kugendong menghadapku.

β€œPegangan ke leherku, Bi.” Dia mengangguk, kemudian mengalungkan tangannya ke leherku. Kubuka lebar pahanya hingga kedua pahanya tersebut bertumpu ke lenganku. Kemudian kuarahkan penisku untuk kembali masuk kedalam vaginanya.

β€œNnnggghhh kaak ….”

Lenguhnya kecil saat penisku kembali menyesaki vaginanya. kugerakan pinggulku maju mundur, menghujamkan penis untuk keluar masuk kedalam lubang yang basah dan nikmat tersebut. tubuh mungil Aby terus tersentak di setiap hujaman penis tersebut. Wajah Aby terlihat merona, nafasnya pun mulai kembali berat. Rangkulan tangannya tiba-tiba berubah menjadi lebih erat.

β€œNNNGGGHHH!!!”

Vagina Aby terasa berkedut dan menyemprotkan cairan hangat. Sepertinya dia kembali orgasme. Alih-alih berhenti, aku terus menyodok vaginanya yang terasa terus memijati penisku. Aku pun sudah diambang batas.

β€œAahhh … kaakkk … udaahhh duluu … geli banget … nnngghhh ….”

Aku tak menghiraukan permintaannya tersebut, dan malah menambah kecepatan sodokanku. Aby pun hanya bisa menggelengkan kepalanya tak karuan. Pinggulnya mulai bergerak gelisah ditengah pompaan penisku.

β€œAaahhh … Kaakkk Jaannn akuuu … NNNGGHHHH!!!”

Tubuh bawahnya kembali mengejan, vaginanya pun kembali menyemprotkan cairan hangat. Aby kembali orgasme, sepertinya lebih hebat dari sebelumnya hingga matanya memutih. Kutusukan penisku dalam sebelum akhirnya kucabut. Sambil melenguh aku pun menembakan sperma hingga menyiprati tembok.

Kuturunkan tubuh Aby yang sudah cukup lemas saat penisku sudah selesai berejakulasi. Alih-alih beristirahat, Aby malah menggenggam penisku dan mulai menjilatinya. Dikulumnya penisku, bahkan dia hisap ketika penis tersebut berada didalam mulutnya. Perbuatannya tersebut sukses membuat penisku ngilu, namun tetap terasa nikmat.

β€œUdah bersih, Kak.” Aby yang kelelahan pun langsung bersender ke tembok kamar mandi. Nafasnya benar-benar terdengar berat. Ikatan rambutnya yang mulai terlepas membuatnya terlihat kacau. Matanya memandangiku nanar.

β€œKita istirahat diatas ranjang, ya, Bi.” Aby mengangguk lemah. Kupakaikan jubah mandi ketubuhnya, lalu kugendong tubuhnya keluar kamar mandi. Senyum sayu terpancar dari wajah lelahnya, lalu matanya terpejam. Sepertinya hal tersebut pertanda selesainya pergumulan panas kami ….

… untuk saat ini.

.

.

.

Suara deburan ombak ditengah keheningan malam menemani kami ditengah temaramnya cahaya lampu balkon. Aku merebahkan diri diatas sleeper couch yang berada di balkon belakang master bedroom. Balkon ini langsung menghadap lautan. Disampingku Aby yang hanya mengenakan jubah mandi ikut berbaring, menyandarkan kepalanya didada sembari memelukku. Kubelai halus rambut Aby sembari sesekali kucium keningnya. Aby pun semakin merapatkan pelukannya, membuat dirinya nyaman berbaring diatas tubuhku.

β€œAku sayang sama Kakak.” Tiba-tiba saja Aby berkata seperti itu ditengah dekapannya. Namun dia tidak menoleh saat mengatakan hal tersebut. Tak kugubris juga perkataannya.

β€œKakak sayang nggak, sama aku?” Kali ini, dia bangkit dan menatap kearahku. Tatapannya terlihat sangat dalam, seperti mencoba menerawang apa yang dipikirkan olehku melalui mata.

β€œAku juga sayang sama kamu, Bi,” jawabku tenang.

β€œKalo gitu, kenapa nggak tinggalin aja Kak Nadila, terus jadian sama aku?” Pintanya. Matanya terlihat berkaca-kaca.

β€œAku nggak bisa, Bi. Belum.” Aby tertunduk mendengarnya.

β€œMaaf, Bi.” Aku mencoba bangkit. Kugenggam tangannya. β€œKalau saja aku bertemu denganmu lebih dulu.” Kembali kuelus ringan kepalanya.

Aby kembali mengangkat wajahnya, kemudian dia berkata. β€œNggak apa-apa, Kak. Aku mau dijadiin yang kedua buat Kakak. Aku bakalan nungguin sampe Kakak bisa lepas dari nenek sihir itu.” Aby sedikit terisak. β€œYang penting aku bisa bareng terus sama Kakak.”

Dia kemudian memeluk tubuhku. β€œAku sayang banget sama Kakak.”

β€œAku juga, Bi.” Kubalas dekapannya. Sesekali kuelus ringan rambutnya yang lembut. Cukup lama kami berpelukan, hingga tubuh kami yang hanya berbalut jubah mandi diterpa angin yang cukup kencang membuat bergidik.

β€œBrrr … dingin, Kak.”

β€œIya, Bi. Kita istirahat di dalam, ya?” Ajakku kepadanya. Namun tiba-tiba dia mencium bibirku.

β€œYakin mau istirahat aja?” Tanya Aby dengan tatapan menggoda. Kemudian dia menarikku masuk kedalam kamar. Well, adding some rounds before sleep won’t hurt, right?

.

.

.

tbc
 
liat word count kirain bakal capek bacanya dan harus ninggal jejak dulu, ternyata udah kelar aja hahahaha

saya sebagai team aby approves of this episode :jempol:
 
Akhirnya Aby baper wkwk. Makasih hu updatenya, banyak tapi engga kerasa bacanya. Tinggal nunggu aja nih Sisca Aurel garap Janu
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd