Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lorem Ipsum Dolor Sit Amet (All I Wanna do is Keep on Loving You) END

Status
Please reply by conversation.
gw setuju sisca, alasannya jarang muncul jadi tokoh di cerita, entah itu jadi figuran atau bahkan main character dalam oneshot aja kayaknya blom pernah.. padahal member sepuh yg suaranya ok tu
Setuju hu... Sisca lah hehehe....

sama sih, aku juga mikirnya gitu, tapi...

Kalo mba' paw emang mantep
Pokonya yg tembem itu mantep
Yg tembem ga hrs pipi lho
Bagian lain kalo mau tembem jg bole, hehehe
:pandaketawa::pandajahat::panlok2::pandajahat::pandaketawa::panlok2:
Mpaw moaw mpaw mpaw

pokonya mah yang tebel-tebel itu enak yah kak

:pandaketawa::pandajahat: :pandajahat: :pandaketawa:

Nadila minum seteguk langsung mabok? Apa sebotol? Wkwkwk

kakpaw gabisa minum kak :kacau:

nah tuh ada yang jawab, kakpaw gabisa minum katanya, minum segelas aja bisa oleng langsung
:pandaketawa:

gapapa kan jadi ena :konak:

yang penting ena
:konak:

Penggambaran maboknya dapet banget haha. Emang ada nih model cewek yang maboknya rese begini

resenya ena yah kak, jadi biarin aja deh, sering-sering kalo bisa
:pandaketawa:

Jan Jan, katanya gak mau gasak pas kobam, tapi tetep aja disikat, pecah tel000r dong

yah kak kalo dipaksa kaya gitu mah gimana mau nolak, janu hanya lelaki biasa, yang otaknya juga ga jauh dari mobil sama selangkangan

lanjutkan terusss huu
Eh pasang patok dulu ah, tapi patoknya di mana ya
Matokin duluu
Menarik.......

siap kaka, semoga terhibur, semoga bisa cepet ada lagi terusannya
 
kesamaan nama tokoh emang tidak disengaja, tapi dikerubuti oleh ciwik ciwik cakep ya hal biasa bukan?
ngomong apa toh owe, alias update mana update, tida update raket melayang. :army:
 
Episode 03

Trip Down Memory Lane




Setelah kembali berjibaku dengan lecture yang agak menggunyam. Akhirnya waktu yang ditunggu telah tiba, Perkuliahan semester ini telah berakhir, dimana UAS sudah menunggu kami di pekan depan. Ingin rasanya aku merebahkan diri di ranjangku yang nyaman, setelah malam kemarin aku tidur di sofa rumah Nadila yang cukup keras.

Ah iya, gimana dengan kabar Nadila ya? Pesanku masih belum ia baca. Ah sudahlah, untuk saat ini aku pulang saja dahulu. Aku bergegas menuju area belakang kampus, dimana mobilku terparkir. Langsung kupacu mobil meninggalkan tempat ini, mencoba membelah kemacetan ibukota.

Langit petang semakin berubah warna menjadi nila ketika gerbang depan rumahku tertutup secara otomatis. Terlihat Chrysler 300S milik Ayah sedang dicuci oleh Pak Soran, supir keluarga kami. Di hari jumat memang Ayah pulang lebih cepat dari biasanya. Kuparkirkan mobilku di samping mobil yang sedang dibersihkan tersebut, lalu kusapa beliau. Pak Soran pun membalas sapaanku dengan tersenyum.

“Mau sekalian dicuciin Kang mobilnya?” tawar Pak Soran.

“Boleh Pak kalo nggak ngerepotin,” jawabku memberikan kunci mobil kepadanya. Akupun kemudian masuk kedalam rumah. Seperti biasa, didalam rumah ketika mulai petang sebelum akhir pekan, Ayah pasti berada di depan TV, menonton pertandingan ECB melalui saluran berbayar.

“Aku pulang Pah,” sapaku kepada Ayah.

“Mmm…” jawab Ayah singkat, seperti tidak menghiraukan diriku. Memang ketika menonton kriket Ayah sangat khusyu, benar-benar tidak bisa diganggu gugat.

“Aku nggak liat mobil Mamah, pergi?” tanyaku sembari menoleh ke berbagai sudut ruangan. Mbak Yani tersenyum kearahku saat aku menoleh kearah counter yang ada di depan ruang makan.

“Mmm…” kembali Ayah hanya menggumam menjawab pertanyaanku. Namun kali ini Ia sedikit mengangguk. Benar juga, Aku tidak melihat Defender milik Ibu tadi. Mungkin beliau sedang berbelanja bersama Hendra dan Anggi, karena batang hidung kedua bocah tersebut sama-sama tidak bisa aku temukan keberadaannya.

Tidak ada yang bisa kukerjakan akhirnya diriku pergi menuju kamar di lantai 3. Setelah selesai membersihkan tubuh, kurebahkan tubuh yang sudah mulai terasa pegal ini ke atas ranjang. Musik yang mengalun dari laptop menemani istirahatku berbaring sembari memainkan handphone. Akupun terhanyut mengobrol via chat dengan beberapa temanku yang sekarang sudah masuk ke tim Senior Arsenal. Kalau saja aku masih ada di sana, mungkin aku juga mengikuti jejak mereka, bersama bahu membahu membangkitkan kembali Arsenal ke tempat yang semestinya, papan atas. Hanya saja, aku yang akhirnya memutuskan untuk mengambil kewarganegaraan Indonesia, menutup jalanku untuk bermain di pentas tertinggi tanah Inggris tersebut. Sebenarnya aku bisa saja menandatangi kontrak profesional bersama tim utama Arsenal, yang memang sudah mereka tawarkan kepadaku. Hanya saja memang ijin kerja pesepakbola profesional di ranah inggris bagi pemain bola dari dunia ketiga cukup sulit untuk didapat, terutama rangking Indonesia di FIFA tidak cukup baik.

Kembali aku mengecek pesanku yang tadi kukirim kepada Nadila. Masih sama, pesanku masih belum Ia baca. Kuletakkan handphone tersebut keatas meja. Aku beranjak turun dari ranjang, untuk kemudian pergi ke ruang makan. Perutku mulai meminta jatahnya, setelah menunggu dari siang untuk diisi kembali.

Hingar bingar sudah terdengar saat aku mulai mendekati ruang makan. Sepertinya Ibu dan adik-adikku sudah pulang. Benar saja, ruang makan terlihat penuh dan ramai. Hampir semua orang yang berada diruangan tersebut menoleh ke arahku, termasuk gadis yang sudah lama tidak aku temui.



“Made?”

Wajah gadis itu langsung mengernyit saat kusebut nama panggilannya sewaktu kecil.

“Iiiih Kak Janu, udah dibilangin sekarang panggilanku Aurel,” jawab gadis tersebut. Ya, gadis yang berada di meja makan bersama keluargaku ini adalah Aurel, salah satu sepupu jauhku yang sekarang kembali menetap di daerah ibukota. Kenapa kusebut jauh? Karena memang keturunannya cukup jauh, dia adalah anak dari tanteku, yang dimana tanteku itu merupakan anak dari adik kakekku. Tanteku itu kemudian menikah dengan pria asal Bali dan akhirnya melahirkan dirinya, Ni Made Ayu Vania Aurellia. Meski garis keturunan nya cukup jauh, Ia akrab sekali dengan keluargaku. Hampir setiap tahun ketika keluarga besar kami bertemu di Bandung, Ia selalu ada disetiap pertemuan, dan selalu berada di dekatku.

“Udah lama ya nggak ketemu, Aku kira kamu udah lupa, kok bisa ada disini?” cerocosku bertanya kepada Aurel sembari mengambil tempat duduk disebelahnya. Aku senang sekali dapat bertemu kembali dengannya. Terakhir kali kami bertemu sepertinya 6 bulan yang lalu, saat acara pertemuan keluarga besar Hadiwinata di Bandung.

“Hehehe, Kak Janu kangen yah sama Aku? Kebetulan aja tadi waktu beres kegiatan, aku ketemu tante Karen pas lagi nyari makan,” jawab Aurel.

“Iya, padahal sekarang tinggalnya sudah dekat, tapi susah banget ketemunya. Ya udah Mama ajak aja kesini waktu tadi ketemu di supermarket,” ucap Ibuku kemudian.

“Iya maaf tante, Kak Janu, tahun ini aku lagi sibuk-sibuknya di jeketi, maklum artis baru lagi naik daun,” jawab Aurel sembari terkekeh.

“Masa? Kok Aku nggak pernah liat kamu ada di TV?” tanyaku kembali menggodanya.

“Ya kamu nontonnya bola terus sih, mana ada aku disana,” jawab Aurel dengan nada sedikit ketus. Wajahnya yang seperti menggerutu itu benar-benar terlihat lucu, membuat kami semua yang berada di ruangan itu tertawa.

“Sudah, kita makan dulu. Jangan digoda terus itu Aurelnya Jan,” ucap ayahku. Seperti diberi komando, kamipun akhirnya mulai menyantap makanan yang tersaji di meja. Kehadiran Aurel seperti biasa menambah keceriaan di keluarga kami. Belum lagi Anggi yang memang sangat akrab dengan dirinya.

Selepas makan malam, seperti biasa ayahku kembali menonton pertandingan kriket di TV ditemani ibu. Hendra juga sepertinya sudah fokus dengan fortnitenya. Aurel yang akhirnya menginap di rumah kami pun sepertinya sudah berada di dalam kamar bersama Anggi. Lelah yang sedari tadi menghinggapi kini mulai menguasai tubuhku saat aku kembali merebahkan tubuhku di ranjang.

.

.

.

Aku tiba-tiba membuka mata. Sepertinya aku tadi ketiduran. Sama seperti kemarin di rumah Nadila, aku terbangun setelah lewat tengah malam. Bedanya kali ini saat aku terbangun, seperti ada sensasi aneh terasa di area selangkanganku. Penisku terasa hangat dan basah. Kutemukan sepasang mata yang melirik nakal ke arahku saat aku mendelik ke arah selangkangan.



“Aurel?”

“Mmmhhh… Mmmmhhh… Sslllrrpp…”

“Hehehe…”

Aurel cengengesan saat mata kami bertemu. Lalu ia kembali fokus menikmati penisku. Lidahnya yang basah dan hangat kemudian menyapu batang kemaluanku dari pangkal hingga kepalanya, sebelum kembali membenamkan penis tersebut kembali kedalam mulutnya.

“Aahh Rel…”

Desahanku tak tertahan saat Aurel mulai mengocok batang kejantananku dengan mulutnya. Kedua tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya, saat kepalanya bergerak naik turun. Kuangkat tubuh atasku lalu kusenderkan punggungku kepada tumpukan bantal agar aku dapat melihat aksinya melayani penisku. Kusibakkan rambutnya ke atas telinganya, mencoba melihat wajahnya yang terlihat sangat seksi. Kembali Ia melirik kearahku dengan tatapan menggoda. Sambil menarik turun atasnya, dihisapnya kuat saat hanya kepala penisku yang ada di dalam mulutnya.

“Ssssrrppppuuaahhh…”

Kulumannya terhadap penisku tiba-tiba terlepas. Iapun kembali mengangkat tubuh atasnya, menungging menghadapku sembari mengocok penis yang berlumuran liur tersebut. Kulit tangannya yang halus memberikan sensasi nikmat disetiap gesekannya, membuat diriku menutup mata. Kemudian wajahnya mendekat kearahku, mencium ringan dagu hingga pipi sebelum akhirnya menjilati area telingaku. Kenikmatan yang Ia berikan hanya bisa membuatku melenguh sembari menutup mataku.

“Duuh kaya yang nikmat banget Kak,” goda Aurel berbisik di telingaku. Diremas-remasnya penisku sebelum kembali ia menservis penisku dengan mulutnya. Sambil digenggam diciumnya penis tersebut, sebelum akhirnya ia masukkan kembali penis itu kedalam mulutnya, perlahan hingga seluruh penisku masuk kedalam mulutnya. Kepala penisku seperti masuk hingga menyentuh tenggorokannya. Damn, Aurel men-deepthroat penisku. Hal baru yang belum pernah Ia lakukan kepadaku. Cukup lama Ia lakukan hal tersebut hingga Ia tersedak.

“Uhuukk… Uhuukk…” Aurel terbatuk-batuk saat penisku terlepas dari mulutnya. Matanya sedikit berkaca-kaca.

You’re mental! darimana kamu belajar hal itu Rel? enak banget rasanya,” pujiku kepadanya.

“Ga perlu tau deh Lu Kak, yang penting Kakak enak kan? Tapi kuat banget ga keluar-keluar ya?” ucapnya sembari meremas gemas penisku.

“Kalau pake mulut nggak akan bisa Rel,” ujarku dengan nada menantang. Aurel yang kemudian mengerti hanya menyeringai kemudian naik keatas pahaku. Entah kapan namun sepertinya ia telah berhasil melepas celanaku. Kudapat merasakan kulit pahanya yang halus bergesekan langsung dengan kulit pahaku, ternyata di tubuh bawahnya ia juga tidak mengenakan apapun. Dengan tatapan menggoda Ia lucuti piyama yang ia kenakan. Satu persatu kancing piyamanya Ia lepas, perlahan namun pasti tubuh yang kencang berisi berlapis kulit eksotisnya tersaji polos didepan mataku. Buah dadanya yang tidak terlalu besar namun pas dengan tubuhnya terlihat menggairahkan.

“Ccupphh… Mmmhhh…”

Aurel yang sekarang berada di atas tubuhku kemudian mencumbu bibirku mesra. Dikulumnya bibir atas dan bawahku secara bergantian hingga liur kami bercampur diatas bibirku yang belepotan. Sensasi yang ditimbulkan akibat beradunya gigiku dengan kawat giginya memberikan pengalaman yang unik saat kami saling memagut. Sambil berpegangan kepada pundakku, diarahkannya penisku untuk masuk ke dalam vaginanya. Aurel terlihat memejamkan mata ketika penisku mulai menjejali liang peranakannya yang sudah cukup basah.

“Aahhh…”

Terlihat matanya memutih saat penisku masuk seutuhnya kedalam vagina miliknya. Mulutnya menganga. Tak lama wajahnya terlihat sedikit meringis. Aurel hanya diam sambil menopangkan kedua tangannya di pundakku.

“Makin gede ya kak rasanya,” lirih Aurel. Tak berbeda dengan yang aku rasakan, entah kenapa rasanya lebih menjepit dibanding 6 bulan lalu, saat terakhir kali kami melakukannya di Bandung.

“Jadinya mau diam aja ini?” ujarku sembari menggerakkan pinggulku. Aurel yang masih belum begitu beradaptasi dengan penis yang tertancap penuh di vaginanya kemudian menengadah sembari mengerang.

“Nggak sabaran amat sih Lo Kak!?!” protes Aurel sembari memukul pahaku. Wajahnya terlihat galak menatap diriku. “Udah sekarang Kaka diem aja, biar Gue yang gerak.”

Perlahan tapi pasti, Aurel yang berada di atas pangkuanku mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Fuck, goyangan dari pinggulnya sungguh memanjakan penisku yang berada didalam vaginanya, mengaduk liang kewanitaan tersebut. Dinding vaginanya yang hangat serta basah seperti menyedot-nyedot penisku, memberikan kenikmatan yang sulit diungkapkan.

“Mmmhhh… Itu tangan Lo mau nganggur aja kak?” goda Aurel sembari meremas payudaranya. Pandangannya yang sangat menggoda sekaligus perkataannya tersebut menyiratkan perintah kepadaku, yang langsung kuturuti segera. Payudaranya yang bergoyang menggemaskan dihadapanku langsung kuremas, membuat Aurel mendesis cukup kencang. Panik ada yang mendengar, kututup mulutnya dengan tangan kananku.

“Ssshhh… Mmmm… Ssslllrppp…”

Namun reaksinya sungguh diluar dugaan. Aurel lantas memegang tangan kananku dengan tangan kirinya, kemudian Ia kulum jari-jariku. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk meremas-remas payudaranya sendiri. Damn, she’s really good at it. Melihatnya sebinal ini membuat birahiku seakan memuncak. Kulepaskan kuluman tanganku dari mulutnya. Kugenggam pinggangnya yang berada diatasku, kemudian kuturunkan tubuhku agar terlentang dibawahnya. Kuangkat sedikit tubuh sintalnya hingga ia menopang ke Kasur dengan kedua tanganynya, lalu kupompa vaginanya dengan kecepatan tinggi.

PLAK! PLAK! PLAK! PLAK!

“Aaahhh… Aaahhh… Kak Jaaan…”

“Mmmmhhh… Reeel…”

Bunyi tumbukan antara selangkangan kami mengalun merdu seirama dengan deru desah yang keluar dari mulut kami. Keringat mulai bercucuran dari tubuhnya, bercampur dengan peluh diatas tubuhku. Bunyi dari nafas kami bersahutan saling memburu. Wajah Aurel terlihat meringis, mulutnya menganga, menahan kenikmatan yang terus mendera tubuhnya. Vaginanya pun terasa lebih basah, serta mulai memijat-mijat penisku. Akupun lantas menambah kecepatan sodokanku, mencoba menggaruk setiap sudut liang peranakannya.

“Aaahh… Kak… Akhu… Aaahhh… enaaakk… Aaahhh…”

“Kaak… Enaakk… Aaahh… Ahhh… AAAAAHH!!!!”

Aurel mendesah hebat. Kuhujamkan penisku dalam-dalam ke liang vaginanya. Tubuh bawahnya mengejan. Punggungnya terasa menegang diatasku. Bibir bawahnya ia gigit dengan gemas, disaat matanya setengah tertutup, yang hanya memperlihatnya putih matanya. Cairan dari vaginanya pun terasa merembes hingga ke pahaku. Tak lama kemudian tubuhnya ambruk menempel diatasku. Payudanya bergesekan naik turun seirama dengan tarikan nafasnya.

“Gila lo kak… enak banget…” lirih Aurel sangat dekat di telingaku. Tatapannya nanar dibalik rambutnya yang lepek berantakan. Senyum kepuasan tergurat diwajahnya yang sungguh sangat eksotis tersebut.

“Berisik kamu Rel, kalo orangtuaku dengar gimana?” kataku kepada Aurel. Ia yang baru menyadari hal tersebut lantas bangkit, kemudian menutup mulutnya dengan wajah tercengang, kemudian Ia berkata, “Aku lupa kak, gimana dong?”

Sambil terkekeh akupun berkata kepada Aurel sambil mengelus rambutnya, “Tenang Rel, di lantai tiga nggak ada kamar lagi selain kamarku.” Mendengar penjelasanku tersebut, wajahnya berubah menjadi lebih tenang.

Penisku yang masih bersarang didalam vaginanya masih belum terpuaskan. Akupun kemudian menggerakkan pinggulku, menyebabkan Aurel kembali mengerang kecil.

“Aku belum loh Rel,” kataku kepadanya.

“Emang yang bilang udahan siapa kak?” ujar Aurel seraya bangkit dari tubuhku. Staminanya dalam melakukan aktifitas fisik memang kuakui sangat hebat. Mungkin dirinya sering mengikuti latihan demi meningkatkan kemampuan fisiknya, karena memang pekerjaannya menuntut seperti itu.

PLOP!

Penisku yang mengacung tegak lantas keluar dari sarang miliknya. Sambil menatapku nakal, Aurel memunggungiku kemudian menungging, memperlihatkan pantatnya yang sangat kencang. Pemandangan yang sungguh sangat indah, membuatku tidak bosan melihat hal tersebut. Tanpa menunggu aba-aba dari dirinya, kugenggam pinggangnya, kemudian kuarahkan penisku untuk kembali masuk kedalam vaginanya. Aurel sedikit mengerang saat penisku menyeruak kedalam liang vaginanya yang sudah mulai beradaptasi dengan benda asing milikku.

“Are you ready Rel?”

“Anytime darl, I’ll give you all-night to do that.”


Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang cukup panjang, serta menggairahkan bagi kami berdua.

.

.

.

“Waktu kalian ujian sudah selesai. Dimohon untuk mengumpulkan kertas jawaban kalian kedepan dan silahkan untuk meninggalkan ruang kelas.”

Ruangan kelas pun berangsur-angsur sepi seiring dengan selesainya para mahasiswa mengerjakan UAS mereka. Pekan UAS di jurusan kami pun akhirnya selesai. Sekarang yang bisa para mahasiswa lakukan menunggu hanyalah berharap nilai yang keluar sesuai dengan apa yang kami harapkan. Yang jelas, kewajibanku di semester ini sudah selesai.

Saat akan meninggalkan kelas, di pintu ruangan tak sengaja aku berpapasan dengan Nadila. Dirinya yang kaget melihat diriku hanya menundukkan kepala. Bersama kedua temannya kemudian Ia pergi meninggalkan kelas menuju arah kantin utama. Entah kenapa, Ia seperti menghindariku selama sepekan ini. Jangankan untuk berbicara, bertatapan muka pun Ia seperti segan. Pesan tempo hari pun Ia balas seperlunya, seperti biasa.

Sepertinya ada yang Ia coba sembunyikan dariku. sikapnya selama 1 minggu ini cukup mendistraksi pikiranku. Tak mau berlarut memikirkan hal tersebut, aku melangkah pergi menuju kantin belakang. Aku harus mengisi tenagaku sebelum nanti aku pergi ke lapangan sepakbola di kompleks olahraga GBK. Bukan stadion utamanya, namun Stadion Madya yang berada di dalam kompleks olahraga tersebut. Aku diajak oleh Akmal, teman sekelasku untuk mengikuti pertandingan sepakbola antar kampus setelah Ia diberitahu oleh Rani, pacarnya bahwa diriku merupakan lulusan akademi Arsenal. Ajakan untuk kembali mengasah si kulit bundar sepertinya tak bisa kutolak. Aku sendiri merindukan kembali berada di lapangan hijau, setelah mungkin lebih dari satu tahun aku hampir tidak pernah menjejakan kakiku di tempat tersebut.

TING!

Sebuah pesan masuk kedalam handphone ku.

Vania Aurellia

“Ntar mlem jd kan ka? G usah takut, nanti lu tanya aj sama security gmana cara applyny”


“Iya nanti beres dari lapangan aku usahain kesana, deket kan Mall nya dengan GBK?”

“Sbelahnya bngt ka”

“gw tunggu y. Awas lu ye ka klo g dtng!!!!”

“jgn tlat!!!”


Nada ancaman yang seperti biasa ia lontarkan dalam pesannya hanya bisa membuat aku tersenyum kecil. Aku sempat bertukar nomor dengannya setelah aku mengantar dirinya pulang dari rumahku ke tempat kostnya. Hal yang seharusnya aku lakukan semenjak dahulu ketika aku mulai tinggal di Jakarta.

Hampir setiap hari aku bertukar pesan kepada dirinya. I mean, Aurel is a good fellow to be hang out with. Aku juga baru mengetahui dirinya merupakan seorang idol. Entah apa maksudnya, namun katanya ia memiliki fans dan secara regular melakukan pertunjukan. Selain itu Ia ternyata memiliki grup akustik yang katanya sudah cukup terkenal. Malam nanti, ia mengajakku untuk menonton pertunjukan regulernya di sebuah mall di daerah Senayan.

Setelah selesai makan dan beristirahat, akupun langsung meninggalkan kampus menuju tempat pertandingan. Tidak sulit memang karena tempat pertandingan tersebut berada di daerah yang cukup mudah diakses. Sesampainya di kompleks olahraga Senayan, akupun langsung bergabung dengan tim kampusku.

.

.

.

Pertandingan pertama memang selalu menyulitkan. Aku yang sudah lama tidak bermain sepakbola cukup kesulitan beradaptasi dengan tim. Namun untungnya dalam tim kampusku tersebut terdapat juga jebolan dari akademi tim kenamaan ibukota, Daffa. Dirinya yang berposisi sebagai winger dengan mudah menyambut umpan panjang dari diriku, yang berposisi sebagai gelandang bertahan. Selain Daffa, Om Alfiansyah yang berposisi sebagai kiper sangat baik dalam mengkordinasikan pertahanan empat bek dibelakangku. Beliau merupakan mantan kiper tim kota kembang yang pensiun dini dikarenakan cedera serius yang pernah Ia dapatkan beberapa tahun lalu. Sekarang beliau bekerja di salah satu BUMN perminyakan dan sedang dikuliahkan oleh perusahaan tersebut. Umur beliau cukup jauh dari kami, namun karena dirinya saat ini berstatus mahasiswa, maka beliau masih diperbolehkan untuk mewakili kampus dalam Liga antar kampus yang sedang bergulir saat ini.

Jam menunjuk pukul 17.45 saat pertandingan selesai. Akupun langsung membersihkan diri di dalam ruang loker, untuk setelahnya langsung menuju Mall yang tadi aku lewati sebelumnya. Setelah pamit kepada anggota tim, aku langsung memesan ojeg online, karena memang mobilku sebelumnya sudah ku parkir di Mall tersebut. Meski jaraknya memang tanggung, namun sepertinya menggunakan kendaraan akan lebih cepat sampai daripada berjalan kaki.

Sudah cukup banyak orang yang berkumpul saat aku sampai di depan JKT48 Theater, kalo tidak salah itulah nama yang disampaikan oleh Aurel kepadaku. Sesuai arahan dari Aurel, aku bertanya kepada sekuriti yang berjaga di depan. Aku lantas diarahkan ke sebuah booth yang berada dibawah layar televisi oleh bapak tersebut. Setelah mengatakan bahwa aku pertama kali menonton teater, staf yang berada di booth itu langsung sigap melayaniku. Staf yang biasa disebut JOT tersebut meminta kartu identitas, yang selanjutnya dia gunakan untuk membuat akun untuk diriku. Akun tersebut bisa digunakan olehku untuk selanjutnya apabila aku ingin menonton kembali pertunjukan dari JKT48. Setelah selesai akupun kembali menunggu sembari melihat-lihat di sekeliling teater yang sudah semakin ramai dengan orang-orang.

Belum banyak aku melihat-lihat, seseorang muncul dari dalam lorong sembari membawa megaphone. Orang-orang yang berada disekitarku kemudian berbaris sesuai arahan dari orang tersebut. Aku sendiri yang merupakan bagian dari Invitation diberi barisan khusus. Selain diriku, ada sekitar tiga orang lagi yang berada di barisanku. Selang berapa lama akhirnya aku diminta untuk masuk terlebih dahulu, setelah sebelumnya leherku diberi tanda seperti cap. Akupun masuk kedalam lorong hingga bertemu pintu, sepertinya ini pintu dari teaternya.

Akupun diarahkan untuk duduk di barisan yang sudah ditentukan sebelumnya. Terlihat beberapa orang yang masuk setelahku sangat antusias hingga berlarian untuk mendapatkan posisi duduk paling depan. Tak lama kemudian semua kursi di ruangan ini terisi penuh, bahkan di belakang ada yang sampai harus berdiri. Wah, sepertinya grup Aurel cukup terkenal juga ya.

SELAMAT MALAM SEMUANYA!!!”

Suara seorang perempuan yang sepertinya berasal dari balik panggung tiba-tiba terdengar. Sepertinya itu merupakan pengumuman bahwa pertunjukan ini akan segera dimulai. Para penonton yang berada disekitarku memberikan reaksi yang beragam saat sang pemberi pengumuman tersebut terus berbicara. Ada yang hikmad mendengarkan, ada pula yang berteriak, sepertinya meneriakkan nama dari perempuan tersebut. Tak lama setelah suara dari perempuan itu berhenti, lampu pun mulai padam.

J! K! T! FOURTY EIGHT!”

“A Live that you never see before!!”


Sorak sorai dari penonton langsung menggema di dalam ruangan ini setelah mendengar lagu Intro tersebut. Sangat ramai sekali, aku cukup terkaget dengan reaksi para penonton, ini seperti aku menonton konser Radiohead beberapa tahun lalu di Watford. Tak lama setelah lagu opening tersebut usai, Gadis-gadis yang membawa peralatan marching band bermunculan dari belakang panggung. Tak terkecuali Aurel yang langsung tersenyum saat melihat ke arahku. Berbeda dengan gadis yang lain, Ia tidak memegang alat musik. Ia hanya menari sembari sesekali menyanyi. Hampir semua yang berada di atas panggung secara bergantian melihat kearahku. Aku cukup menikmati pertunjukan yang disajikan, sampai mataku bertemu pandang dengan matanya.

Nadila?”

.

.

tbc
 
yeeeeey

akhirnya aku bisa update juga, ditengah-tengah mati listrik dan kesulitan jaringan.

ngomong apa lagi yah? ya udah deh semoga terhibur dengan updatean kali ini. gitu aja

oh iya satu lagi, saran dan perbaikan dari para suhu semua sangat dinantikan
 
Waduuh... Orel nih
Summon dulu ah..

Babi - Anjing - Burung - Monyet - Domba
KUCHIYOSE NO JUTSU

@SundayTheSix

Waktu dan tempat saya persilahkan..
 
Habis nadila lanjut awrel, sungguh pilihan yg tepat hu selain mpris, meme, cindy, julie, kalala, biyel, memang mantap team j hehe
:pandaketawa: :pandaketawa:
 
Wahaha, satu lagi sodara member yang nggak apa itu theater kayaknya udah sering dipake, ya nggak apa-apa sih tapi mungkin saya lebih suka sodara member yang fans atau pun mantan fans kayak kak Jerry di cerita sebelah lebih menarik aja gitu menurut saya. Hm...kalo soal mobil kayaknya nggak perlu lagi dah hu ditambahin ke cerita karna di part satu sudah ketauan kalo Janu orang kaya jadi mau masukin mobil2 mewah kayaknya terlalu overkill, juga buat saya yang bukan pecinta mobil malah bingung ngebayangin bentukan mobilnya. Kalo tentang orel sih pasti lebih menarik kalo diceritain awalnya gimana bisa jadi patner seksnya janu, kayak si niel sama eril dicerita sebelah hu, pasti keren.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd