Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lust & Love (Update Part 16)

Cuma penasaran aja. Di cerita ini yang paling suhu tunggu-tunggu siapa?

  • Kalala

    Votes: 84 24,6%
  • Kak Ay

    Votes: 40 11,7%
  • Tepini

    Votes: 37 10,9%
  • Meme

    Votes: 36 10,6%
  • Chikuy (coming soon)

    Votes: 144 42,2%

  • Total voters
    341
Part 8 - Wisuda Kelopak Bunga Sakura


Aku terbangun di pagi hari yang masih cukup gelap. Saat aku membuka mata Lala masih tertidur dengan lelap sambil memelukku di sofa yang bisa dijadikan kasur ini. Melihat Lala tidur memang lucu. Matanya masih setengah terbuka. Tapi selain Lala yang memelukku dari depan, ada juga tangan yang melingkar di perutku dari belakang. Saat aku menoleh ternyata itu adalah tangan si Cimol. Sejak kapan dia pindah kesini?


Pelan-pelan aku singkirkan tangan Lala agar ia tidak bangun. Lalu aku bangkit dari tidurku sambil perlahan pula menyingkirkan tangan Brielle. Tapi dia malah terbangun.





Brielle dengan mukanya yang kucel, rambutnya yang berantakan dan mata yang masih mengantuk itu ikut bangkit dari tidurnya.





"Kamu sejak kapan pindah kesini, Mol?"


"Tadi sekitar jam duaan... Hoooaaaammmm" Brielle menguap, "Aku tuh lapar, nyari nasi goreng yang dibeli kakak semalem. Eh malah udah dimakan juga. Jahat banget."


"Salah sendiri kenapa langsung tidur. Daripada gak dimakan nantinya"


"Iya... Iya. Terus kebetulan liat yang lagi tidur sambil pelukan gitu, mesra banget. Ikutan deh."


"Yeee dasar, Cimol." Aku mencubit pipi Brielle


"Enak banget deh yang punya pacar. Biyel mau cari pacar juga ah"


"Yeee jangan! Kamutu masi kecil. Fokus aja dulu di JKT48-nya" Kini aku memainkan kedua pipinya dengan gemas.


"Ya tapi kan kakak juga pacaran" Brielle menyingkirkan tanganku dari pipinya.


"Eh Mol, kakak aja dulu waktu seumuran gak pernah tuh pacaran-pacaran. Baru sekarang ini aja. Tuh."


"Ah licik. Biyel mau cepet gede aja."


"Jangan dong. Ntar tidak menggemaskan lagi seperti sekarang" Aku kembali mencubit kedua pipi Brielle.


"Aku mah emang dari sananya gemesin. Wleeee..." Brielle bangkit, berdiri, "Aku mau mandi ah, mau siap-siap sekolah. Itu Kalala bangunin juga, Kak"


Aku menggoyangkan tubuh Lala pelan, tidak ada respon. Aku menepuk-nepuk pelan pipinya sambil memanggil-manggil namanya, tidak ada respon juga. Muncul ide jahil di kepalaku. Aku menjepit hidung Lala, menahan lajunya pernapasannya. Beberapa detik akun tahan dan..


"Haaaahhhhh..... Haaaaahhh...." Lala langsung terduduk sambil mengatur napasnya.


Aku tertawa melihat reaksi Lala yang seperti itu.


"Kak Egiiiii... Iiiiihhh" Lala tampak kesal dan melemparku dengan bantal.


"Lagian kamu susah banget dibangunin"


"Ya aku kan capek. Ih ngeselin"


Kasian juga sebenarnya. Semalam sehabis mencuci muka dia langsung tertidur pulas. Tampak kelelahan sekali setelah latihan dia harus mendengar ceritaku dan sedikit bermain-main anu denganku. Ya setidaknya permainan semalam walau hanya seperti itu bisa sedikit membebaskan pikiranku dari Viny.


Lala duduk dengan setengah tidur. Kepalanya terus menerus mengangguk-angguk.


"Ke kamar gih, sayang. Nunggu Brielle selesai mandinya disana aja. Kalo Brielle udah beres mandi kamu langsung mandi. Gih"


"Males. Ngantuk"


"Ini mau aku beresin dulu. Kamu tidurnya di kamar aja. Buru. Nanti aku buatin sarapan"


Lala menuruti perkataanku. Dia berjalan sempoyongan ke kamar.



Menyinggung Viny, ah sial. Aku jadi teringat lagi dengan dia. Kenapa dia harus muncul sekarang. Sebenarnya aku penasaran dengan kejadian semalam.


Viny tiba-tiba berlari ke arahku seraya memelukku dengan eratnya. Suara isakan terdengar, bahuku basah oleh air mata Viny.


"Vin, tolong lepasin" Ucapku datar


"Egi aku mohon dengerin penjelasan aku dulu, Gi. Kasih aku kesempatan, Gi. Aku masih sayang sama kamu. Aku terus nyari kamu. Aku gak bermak..."


"Gak perlu, Vin." Aku mendorong tubuh Viny, pelukannya terlepas.


Aku berlari menuju mobil, Viny mengejar dibelakang.


"EGIIII!!! Aku mohon, Gi. Denger aku dulu"


Aku menutup pintu mobil. Viny masih menangis sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil. Aku harus pergi. Itulah yang aku pikirkan saat itu. Aku pun segera menginjak pedal berusaha tak mempedulikan Viny yang tangisnya tampak kian menjadi. Mobilku melaju. Viny mengejar di belakang hingga beberapa meter. Mobilku sudah terlalu jauh, aku bisa melihat di spion Viny sudah menghentikan langkahnya, memanggil-manggil namaku.


Pemandangan itu sebenarnya begitu memilukan bagiku. Tapi aku berusaha tak peduli. Aku tak mau jatuh lagi ke dalam lubang yang sama. Tak ada lagi yang aku butuhkan dari dia. Aku sudah punya Lala.


Hah. Tak ada habisnya memikirkan itu. Lebih baik aku segera memasak sarapan untuk Lala dan Brielle. Aku mempersiapkan beberapa bahan. Dan mulai memasak.


Seng oseng oseng


Jadilah apalah ini namanya aku tidak tahu. Yang bentukan masakanku ini telur urak-arik yang di oseng dengan sayur sawi putih dan hijau. Aku sering membuat ini untuk makan malam sebenarnya karena aku memang jarang sarapan.


Beberapa menit kemudian Lala dan Brielle datang dengan wajah yang sudah segar. Mereka datang sambil mengendus-endus bau masakanku.


"Kok baunya enak? Masak apa, Kak?" Tanya Brielle yang kemudian duduk di hadapan meja makan bersama Lala.


"Masak sarapan ala Kak Egi"


Lala dan Brielle melihat ke mangkok berisi masakanku tadi.





"Baunya sih enak." Ucap Lala


"Tapi rasanya ancur enggak nih?" Tanya Brielle.


"Yeeee cobain aja, dulu."


Dengan sendok mereka mencicipi masakanku. Senyum pun terkembang di bibir mereka berdua.


"Ih Kak. Enak banget." Puji Brielle


Nah kan, baru tau rasa dia.


"Ini bumbunya pake apa aja,Kak? Kok enak gini" Kata Lala


"Eittttssss.... Tidak boleh. Resep eksklusif, tidak disebarkan ke mana-mana resepnya." Ucapku sambil bergaya sok iye


"Pelit dih." Lala menanggapi


"Biarin. Kalo mau makan ini lagi harus disini. Spesial"


Lala dan Brielle mengiyakan saja agar urusan cepat kelar.


"Ini makannya pake nasi atau roti nih. Terserah mau yang mana. Kak Egi mandi dulu."


Aku pun meninggalkan mereka berdua untuk bersiap ke kantor.


Setelah sarapan selesai aku pertama-tama mengantarkan Brielle ke rumah temannya untuk segera mengikuti homeschooling, setelahnya aku mengantar Lala ke kost-nya. Barulah setelah itu semua aku berangkat ke kantor dan beraktivitas seperti biasa.


Jam istirahat kantor, waktunya makan siang. Aku dan Gibran memutuskan untuk makan di warteg yang terletak di dekat kantor.


"Eh, Bran. Lu udah beli tiket konser Jeketi yang minggu depan?" Tanyaku pada Gibran yang sedang menyedot es teh manis miliknya.


"Lah kok lu tau ada konser? Tanya dia dengan tatapan menyelidik ke arahku.


"Ya kebetulan aja tau. Lu ditanya malah nanya balik"


"Iye udah beli emangnya kenapa?"


"Jual aja gih."


"Eh sianjir. Kok tiba-tiba lu nyuruh gue jual tiket. Eh, Gi. Konser ini tuh penting buat gue. Konser kelulusannya Ayana. Gue gak mungkin gak dateng."


"Siapa yang nyuruh lu gak dateng, bajang?! Gue cuma nyuruh lu jual aja tiketnya."


"Ah obrolan ini ngarah kemana si, gak ngerti gue."


"Tiket lu yang apa? Silver, Gold, apa Platinum?"


Gibran makin curiga menatapku, "Gold, emangnya kenapa sih?"


"Gue punya dua tiket platinum. Duduk paling depan. Lu mau gak?"


Egi menatapku dari atas hingga bawah "Serius lu?"


"Beneran. Sumpah."


"Mana buktinya?"


"Eh... Tapi gak ada sekarang, tiketnya nanti gue dapetnya."


"Ah tidak meyakinkan, lu. Gak ada bukti."


"Eh Bran. Kapan si gue bohong ke lu. Gak pernah anjir. Udah pokoknya nanti lu bisa nonton Ayana di depan mata."


Egi masih tampak ragu.


"Yaudah, buktiin aje lu nanti ya. Tapi tiket ini gak akan gue jual buat jaga-jaga."


"Yaudah terserah lu."


"Emang lu dapet darimana? Beli?"


"Ada deh."


"Tuh kan. Makin mencurigakan."


Aku tertawa saja, membiarkan Gibran terjebak dengan rasa penasarannya sendiri. Tiket itu padahal diberikan oleh Ayana. Semula ia bilang akan memberikanku satu tiket saja. Tapi tentunya aku akan bingung, jadi sekalian aku mintakan untuk Gibran. Ayana juga menjanjikan memberikan kursi paling depan untuk dua tiket tersebut.


***


Seminggu ini kembali menjadi minggu yang sibuk. Sampai-sampai aku tidak punya waktu sama sekali untuk bertemu Lala. Jika aku senggang, dia sibuk, jika dia senggang aku yang sibuk. Pokoknya gitu sampai hari ini tiba.


Hari ini 30 November 2019, hari konser kelulusan Ayana. Aku sudah tiba di BRP Smesco, tempat konser akan dilaksanakan. Aku menunggu Evan yang katanya masih di jalan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.


Seperempat jam kemudian Gibran datang.


"Dateng juga lu akhirnya. Masa yang mau mengantar kelulusan oshinya kalah sama gue."


"Ada urusan dulu tadi anjir. Nah, mana tiketnya?"


"Belum ada, Bran."


"Tuh, gue udah curiga emang sama lu. Bulshit lo. Dah ah mending gue nukerin tiket dulu biar dapet tempat duduk agak depanan." Gibran melengos hendak pergi.


Tiba-tiba HP-ku bergetar menandakan ada telepon masuk. Aku mengangkat telepon itu sejenak lalu menarik Gibran.


"Ayok ikut gue."


"Mau kemana anjir? Gue mau nukerin tiket nih" Gibran tampak kesal


"Kita ngambil tiket." Ucapku sambil mengangkat-angkat alisku. Entah apa tujuannya.


Gibran sepertinya percaya tidak percaya, tapi pada akhirnya nurut juga. Kami berdua ke lantai bawah yang sepi. Lalu seseorang yang menggunakan kaos seragam staf acara ini datang.


"Mas Egi, ya?" Kata orang itu.


"Iya, betul." Jawabku.


Gibran hanya memperhatikan kami berdua.


"Ini tiket titipannya." Orang itu memberikanku dua tiket platinum.


"Oh makasih ya, mas. Bilang makasih juga buat yang titipin ya."


"Waduh. Udah siap-siap orangnya. Saya juga gak tau bakal ketemu lagi apa nggak, tapi kalau sempet saya bilangin."


"Oke. Makasih"


Orang itu pun pergi meninggalkan kami.


"Eh anjir. Siapa tadi?"


"Kagak tau" Jawabku singkat


"Terus lu dapet tiket ini darimana? Orang yang nitipin itu maksudnya siapa? Gimana caranya lu... " Tanya Gibran terus menggebu-gebu


"Bawel lu ah" Aku memotong kalimat Gibran "Kalo lu nanya terus gak gue kasih juga ni tiket"


"Ya tapi kan gue penasaran, Gi"


"Entar juga selesai konser lu tau. Untuk sekarang dilarang ada pertanyaan. Kalo gue denger lu nanya soal ini. Tiketnya gak gue kasih"


Gibran terlihat menahan emosinya. Nafasnya keluar masuk dengan kasar.


"Gi. Pengen mukul deh rasanya" Ucap Gibran dengan senyum yang dipaksakan.


Aku mengelus-ngelus rambut Gibran samil tersenyum puas.


"Anak baik"


Tawaku pun pecah di atas rasa kesal Gibran..


***


Kami duduk di kursi platinum, paling depan. Gibran tampak sangat bahagia dan masih merasa tidak percaya


"Sumpah. Berkali-kali gue konser, belum pernah dapet depan banget kayak gini. Mantap lur." Katanya.


Konser pun dimulai dengan 9 orang member yang akan di wisuda datang dan melewati penonton. Mereka berpakaian layaknya orang yang benar-benar akan di wisuda.


Satu dari sembilan orang disitu adalah Viny. Ya, aku baru tau sebenarnya ketika sampai di depan gedung ini. Ternyata Viny juga ikut di wisuda. Hah. Sebenarnya dengan duduk di depan aku takut dia melihatku dan jadi terganggu. Bisa repot nantinya. Tapi ya, mau bagaimana lagi.


Untungnya yang aku takutkan tidak terjadi. Memang Viny sempat melihat ke arahku di lagu-lagu awal. Dia tampak kaget. Tapi dia melanjutkan semua penampilannya dengan baik tanpa lagi melihat sedikit pun ke arahku.


Konser ini mungkin konser yang haru bagi sebagian orang. Aku bisa melihat tidak sedikit yang menangis. Termasuk si Gibran yang duduk di sampingku ini. Saat bagian Ayana air matanya mengalir deras walau tetap sok cool.


Aku sendiri cukup menikmati walau ya sebenarnya banyak hal yang sepertinya tak kumengerti.


Lala, Brielle, dan Ayana juga sadar akan kehadiranku disini dan beberapa kali memberi eyelock.


Pertunjukan berakhir. Kami keluar dari area panggung. Gibran masih tampak sangat sedih.


"Masih sedih aja. Udahlah, Bran." Aku mengusap-usap punggung Gibran


"Ah lu sih gak ngerti sih rasanya ditinggal oshi"


"Yeeee... Bukannya enak. Kalau Ayana udah grad kan bisa lu pacarin." Aku mengangkat satu alisku sambil tersenyum


"Diiiihhh... Sorry. Gue bukan wota halu yang berkhayal jadi pacar member gitu."


Aku terkekeh saja mendengar itu.


Perut kami yang kosong meronta untuk diisi. Kami pun membeli makan di warteg yang ada di area Smesco.


Saat kami berdua sudah selesai makan dan sedang ngobrol-ngobrol. HP-ku mendapat notif pesan. Setelah membaca pesan itu aku langsung mengajak Gibran ke tempat parkir.


"Eh mau kemana, Gi? Mau pulang? Kan ini masih ada pengumuman SSK." Protes Gibran


"Udah ikut gue aja dulu. Katanya lu mau tau siapa yang ngasih kita tiket."


Aku melirik kesana kemari, mencari sosok yang tadi mengirimiku pesan.


"Oh itu dia." Aku langsung menghampiri Ayana ketika melihat dia.


Gibran mengikutiku dengan ragu.


"Egiiiiiiiii...." Ayana langsung memeluk dan mencium pipiku "Makasih ya udah mau nonton konser kelulusan gue."


"Iya. Kan tiketnya juga lu yang kasih."


Aku menengok kearah Gibran. Dia sekarang tampak kebingungan seperti orang bego.


"Oh iya, Ay. Kenalin ini temen gue, Gibran." Aku menarik Gibran untuk mendekat.


Ayana mengulurkan tangannya. Gibran dengan ragu menggapai tangan Ayana .


"Hallo, Bran. Gimana tadi? Nangis liat gue?"


"Iiii....iya"


"Santai aja kali. Kan udah biasa handshake sama gue. Gue juga inget lu kok. Apalagi Egi udah cerita cukup banyak tentang lu."


Gibran menatapku, aku hanya membalas tatapannya dengan senyuman.


"Ayana mau minta dianterin tuh. Lu mau nonton pengumuman anu apa mau anterin Ayana?"


"Bener, Ay?" Tanya Gibran pada Ayana yang dibalas anggukan.


"Anterin kemana?" Tanyanya lagi


"Ke beberapa tempat sih. Ya sekalian jalan aja kita, ini ceritanya lagi dicomblangin sama Egi."


"Eh....." Egi kembali menatapku.


"Jadi, mau gak? Apa lu mau nonton pengumuman SSK?" Ayana bertanya pada Egi


"Anu... Iya... Ayo deh."


"Yaudah. Yuk."


Ayana menarik tangan Gibran. Gibran yang masih bingung mau tidak mau nurut saja.


"Bener ternyata kata lu, Bran. Lu bukan wota halu." Kataku pada Gibran yang sedang berjalan bersama Ayana.


Gibran menoleh memberikan jari tengahnya padaku, namun jari tengah itu ia ganti dengan love sign ala-ala Korea dengan ditambah mukanya yang tersenyum.


"Jijik anjir" Teriakku.


Hah. Beres juga memberi surprise pada Gibran. Hal ini sudah aku rencanakan sih. Ayana juga sudah setuju untuk mencoba jalan bersama Gibran. Kalau Ayana akhirnya benar bersama Gibran kan aku bisa benar-benar bisa fokus dengan Lala seorang. Ya walau pasti aku akan rindu goyangan Ayana juga sih.


Hush kok malah mikir kesitu. Hadeh pikiran.


Sekarang giliran aku yang bingung harus kemana. Apakah aku harus kembali dan menonton pengumuman SKS atau apalah itu. Tapi aku tidak mengerti. Apa lebih baik pulang saja? Tapi Lala dan Brielle minta dijemput. Hmmm...


Disaat aku sedang kebingungan seperti ini, Tiba-tiba aku melihat Viny baru keluar dari lift dan ternyata dia juga melihatku.


"EGIII!!!" Teriaknya dan langsung berlari ke arahku.


Aku sontak berlari juga, berusaha menghindari Viny. Tapi sayang, baru beberapa langkah kakiku keseleo hingga aku terjatuh.


"Anjing!" Aku mengutuk diriku sendiri.


Rasanya kakiku sakit sekali, aku juga jadi kesulitan bangkit. Aku hanya bisa duduk.


Viny pun berhasil sampai di hadapanku.


"Egi. Kamu gak kenapa-napa?" Tanya Viny tampak khawatir.


"Mau lu apa sih?! Gue udah ngubur semua hal tentang lu, Vin."


"Aku cuma mau bicara sama kamu, Gi. Aku cuma mau kamu denger aku."


Sorot mata Viny begitu tajam. Dia begitu bersungguh-sungguh.


.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
Wadidaww.. BADASS bangett.. Wkwkwk.. Mintanya spoiler malah di kasih langsung part 8.. Terbaek lah emangg.. Makasih Hu.. Ehehehe
 
Wahhh mau juga dong jalan sama Ay :((
Harus punya temen pengertian, baik hati, rajin menabung dan selalu buang sampah pada tempatnya seperti Egi ;)
Widih ada cerita WOTA disini
WOTA ada dalam setiap sendi kehidupan:spy::spy::spy:
Kasihan Gibran,misal entar colok colok ke ayana eh rasanya ada yang Longar :(
Emang Ayana udah lama longgar sih
jaga kesehatan hu biar bisa update :semangat:
Siap Hu, Anjeng emang Corona ni
Sempet bingung pas scene Ayana, Gibran dan Egi
Alias
Jaga kesehatan hu, jgn maksain kalo memang lelah, anyway thx buat updatenya jadi ada kesibukan pas masa karantina gini hehe
Bingung gimana Hu?

Sip thanks... Iya nih daripada gabut sama pusing mikirin tugas doang
yahh ayananya bakal menghilang hu? pdhl salah satu alesan mampir karena ada Ayana hehe
klo bisa sih jgn hilang hu buat part bagian ayananya apalagi yg bagian hehe

btw nice update hu semangat ya

Ah kaya gak tau aja Ayana tuh gimana
belum digenjot ma Egi hu makanya minta jatah;)
Hmmmm... Pengen kali dia ya?
izinkan saya berkata kasar


egi peler 🤣
Yaampon... Egi gak salah apa2, malah baik kepada sahabatnya memberi kesempatan yang luar biasa, masih aja dikatain...

Kak Egi jadi sedih:sakit:
Wadidaww.. BADASS bangett.. Wkwkwk.. Mintanya spoiler malah di kasih langsung part 8.. Terbaek lah emangg.. Makasih Hu.. Ehehehe
Tadinya kan udah dijanjiin... Hehe
jadi pengen nyubit :genit:
Tembem banget emang bener2 bikin pengen cubit....
.
.
.
.
.
Anunya
keseleo, Viny diatas dong biar gak gerak kaki :kk:
Hmmm
Kalo rindu goyangannya ayana, tinggal dayeng main bertiga aja kan sama gibran?
Waduh... Gibrannya mau gak ya?
 
Ketinggalan cerita bagus nih izin bukalapak dimari suhu btw apakah ayana bakal muncul lgi karna kangen sma ayana wkwkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd