Part 11 - Bidadari Jatuh ke Bumi
Hari ini adalah hari event handshake festival JKT48 dimana para fans bisa berjabat tangan sambil mengobrol ria dengan para member JKT48. Handshake ini menjadi salah satu jualan utama JKT48 yang selalu laku. Padahal harus membayar tiga puluh lima ribu untuk berjabat tangan sambil ngobrol sepuluh detik. Aku rasa orang-orang disini memang orang yang tak tahu lagi harus membuang uang kemana.
Aku kesini bersama dengan Gibran si Wota sejati. Dia akan handshake dengan Ayana katanya, padahal di luar kegiatan sebagai member JKT48 dia bisa bebas untuk jalan dengannya.
"Terakhiran, Gi. Sebelum gak jadi idol lagi." Itulah alasan dia.
Tadinya aku juga penasaran dan ingin melakukan handshake dengan Lala, iseng-iseng. Tetapi tiket handshake-nya sudah sold out semua. Kebetulan tiket untuk Brielle masih tersedia jadi aku membeli tiket untuk handshake dengan dia sebanyak sepuluh tiket yang berarti 100 detik.
"Wah Kak Egi udah jadi fans JKT48 nih sampai handshake segala." Ucap Brielle saat aku memasuki bilik HS (handshake).
"Cuma nemenin temen aja kok, daripada gabut." Brielle menyalami tanganku layaknya para Wota lainnya.
"Awalnya emang coba-coba biasanya, Kak. Ntar lama-lama kepincut eh ngidol terus deh jadinya."
"Enggak lah. Ngapain juga. Orang udah punya pacar member Jeketi."
Aku dan Brielle tertawa.
"Lagian ada aja ya orang ngabisin duit buat salaman doang. Gamasuk akal gitu loh Mol."
"Kan namanya juga fans Kak, hobby pula, orang tuh kalap kalo ngabisin duit buat hobby. Iya gak si?"
"Hmmm... Iya si."
Setelah itu punggungku ditepuk pertanda waktuku untuk HS telah habis. Akhirnya aku berpamitan pada Brielle.
Setelah keluar dari area handshake aku menghubungi Gibran menanyakan keberadaannya. Setelah itu kami bertemu di luar venue.
"Widih. Wota baru nih. Gimana HS nya pak? Asik gak?" Tanya dia menyambut kedatanganku.
"Ya gitu aja. Cuma sama Brielle doangan. Adek sendiri. Jadi biasa aja."
"Iya juga sih. Tiket pacar lu mah udah sold out semua ya?" Yang dimaksud oleh Gibran tentu saja Lala.
"Iya. Syukur deh berarti laku kan."
"Lu gak cemburu apa pacar lu banyak yang demen gitu, Gi?"
"Lah cuma fans ini. Gak masalah."
"Eits jangan sembarangan, Gi. Wota juga banyak yang suka japrian sama member. Beberapa ada yang deket banget. Ada juga yang pacaran diem-diem sama fansnya sendiri."
"Yha itusi lain. Yang penting gue mah yakin Lala gabakal gitu. Orang dia udah punya gue."
"Yaudah serah lo deh."
Percakapan aku dan Gibran hanya sampai situ, setelahnya aku bingung harus apa lagi disini. Aku pikir lebih baik untuk pergi lalu balik lagi untuk menjemput Lala nanti malam.
"Eh, Bran. Lu masih mau disini?"
"Iya lah. Gue masih ada tiket sama Ayana di sesi lain."
"Yaudah kalo gitu gue mau balik aja dulu ah. Malesin disini."
"Buru-buru amat. Baru aja HS sama adek lo sendiri. Coba lah HS sama member lain."
"Mager. Gak ada yang kenal."
"Ya makanya kenalan."
"Gak ah males. Ngapain buang-buang duit buat ginian."
"Ckkk..." Gibran mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah. "Beli sono tiket HS-nya Yessica Tamara. Itung-itung traktiran gue udah ngenalin ke Ayana nih."
"Lah.. Lu nraktir kek ginian. Mending buat makan."
"Bawel buru ah. Sana!" Gibran memberikan uangnya secara paksa padaku dan mendorongku menuju tempat pembelian tiket HS.
Mau tak mau aku menuruti Egi. Aku membeli tiket HS untuk Yessica Tamara, aku juga menyisakan uang yang diberikan oleh Gibran sebagian untuk membeli tiket HS dengan Melati, ya iseng saja sebenarnya.
Setelah melewati prosedur yang agak ribet aku akhirnya sampai ke bilik HS Melati terlebih dahulu.
"Wah. Kak Egi kok kesini? Mau maen lagi sama Meme?" Kata Meme dengan wajah nakalnya.
"Iseng aja. Ditraktir temen ini."
"Oh gitu." Tangan Meme satu menjabat tangan satunya lagi dengan cepat membuka resletingku seraya mengusap penis yang masih terhalang celana dalam.
"Wei, Me. Ngapain lu!" Aku sangat kaget dengan tindakan Meme namun tidak menghentikannya sama sekali.
"Padahal baru beberapa jam tapi udah kangen kontolnya Kak Egi tau." Meme mengusap-ngusap lubang kencingku.
"Ahhh.. Me, ntar ketauan shhh."
"Justru itu kak tantangannya, lebih memacu adrenalin, lebih seksi."
Tak dapat kusangkal perkataan Meme. Aku hanya dapat menikmati ini. Meme menarik kepalaku mendekat pada kepalanya dan kami pun melakukan sebuah ciuman basah yang singkat. Melati melepas ciuman itu bertepatan dengan penjaga bilik menepuk pundakku.
"Resletingnya jangan lupa benerin, Kak." Ucap Meme.
Aku langsung membenarkan posisi resleting celanaku dan langsung meninggalkan bilik gadis binal itu. Udah gila memang dia, aku takkan sekali-sekali lagi mampir ke bilik HS-nya.
Setelah itu barulah aku menuju bilik Yessica Tamara yang direkomendasikan oleh Gibran, entah kenapa dia memaksaku untuk hs dengannya. Mari kita langsung coba saja seberapa hebat rekomendasi dari Gibran.
Aku berjalan masuk ke dalam bilik HS Yessica.
"Hallo Kak." Ucap dia sambil menyalami tanganku.
MAMPUS
GILA
EDAN
GAK NGOTAK
CANTIK BANGET BANGSAT!
Teriakku dalam hati. Sekuat tenaga aku mencoba stay cool di hadapannya. Tidak mungkin aku berteriak seperti itu di hadapan bidadari maha anggun ini. Tapi aku bingung harus apa. Aku tidak kenal. Aku hanya tau namanya dari Gibran. Aku sedikit melirik ke arahnya dan BUUUUSEEEEEEETTTT... ANJING MANUSIA BISA SECAKEP INI YATUHAN.
"Kak, kenapa diem aja?" Tanyanya menggemaskan.
"Kena stun aduh." EHHH ANJIRR GUE NGOMONG PAANSI!!!
"Kakaknya lucu deh. Baru pertama kali ya, Kak? Aku baru liat kakak."
"Ii-iya ini aku juga suka makan mie goreng kalo tengah malem." Hah?
Yessica tampak bengong mendengar ucapanku barusan dan setelahnya ia tertawa renyah.
"Yaampun Kak, gak nyambung juga, kenapa sik lucu banget." Yessica menepuk-nepuk tanganku.
Yatuhan. Kuatkan hambamu ini.
"Kakak namanya siapa?"
"Anu... Egi, ya Egi."
"Oh Kak Egi ya, kayak pernah denger." Yessica tampak mengingat sesuatu.
"Eeee... Anu kalau kamu dipanggilnya apa? Yessi? Tama? Somad?"
Yessica kembali tertawa. Tawanya kini benar-benar lepas bahkan sampai ia mengeluarkan air mata.
"Kakak lucu banget deh. Gemeshhh. Aku dipanggilnya Chika kak. Kakak gak tau?"
Aku hanya menggeleng. Tak mampu lagi mengeluarkan kata-kata. Mulutku seakan dibungkam oleh paras cantik wanita di hadapanku ini. Tak lama penjaga bilik menepuk pundakku.
"Yah abis, Kak. Kurang banyak nih beli tiketnya." Wajah Chika berubah jadi murung.
Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan bilik HS Chika. Aku berjalan setengah berlari menuju tempat semula aku dengan Gibran berada. Ternyata Gibran masih ada di tempat itu sedang memainkan HP-nya. Kerah baju Gibran aku tarik sambil menunjuk wajahnya.
"ANJING LO YA!"
Gibran sontak kaget. Aku langsung melepas Gibran dan berjalan meninggalkannya, menuju tempat pembelian tiket HS
Ya pasti kalian tau untuk apa.
.
.
.
.
.
.
Bersambung