Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Magic, Please ! The Series

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
kamffretttt...uwis ngaceng ni brayyy...lanjutt brayyy :bacol:
 
Dtunggu updatenya... Kynya bakal seru nih.. Ada magis"nya.. Ad incest jg nda ni hehehe
 
Hmmm cerite yang patut ditunggu nihh,jangan lama2 ya updatenya suhu tetep semangat ya suhu
 
W A R N I N G !!! :
-Original Story
-Dilarang copas/edit, posting di tempat lain tanpa seizin TS
-Typo
-Newbie
-Gak nyambung

*Semua adegan dan nama tokoh merupakan karangan semata, tidak ada kaitannya dengan siapapun. Apabila ada kesamaan, itu hanya kebetulan.

Selamat Membaca !


[Magic, Please ! : Dream Note]
Part 2
Oleh : Florence.​

Sebelumnya..
"Pijitin kakak dong, kakak pegel banget sumpah, mau ya mauu.." mohon dia. "Dih gua mana bisa mijit kak, gapernah mijitin orang". Jawabku. "Yah elah lu tinggal pijit pijit, pencet pencet, diusap usap aja gitu gampang kok ga susah". Sedang membengongkan kak Fanny tiba-tiba ditawarkan untuk memijiti dia, wah senang sekali rasanya.

Aku pun berniat iseng nanya, "Kalo gua pijit, gua dapet apa kak hehe". "Yaudah gajadi kalo gak ikhlas mah". Jawab kakakku. "Yodah sini-sini cuma bercanda doang kok". Panggilku mengarahkan dia untuk duduk di lantai bawah sofa yang aku duduki di depan tv. Kak Fanny langsung beranjak dari sofanya dan menuju ke arahku, "Nah gitu dong dek". Jawab dia sambil tersenyum. "Sini kak, yang mananya sih yang pegel ?". Aku segera melebarkan posisi kakiku, kemudian kak Fanny langsung duduk diantara kakiku dan menyenderkan badannya di tepi sofa yang aku duduki. "Ini nih pundak kakak, pegel banget, kayanya tadi kelamaan duduk di depan laptop deh, ngilu banget gitu". "Yaudah sini deh gua pijitin kak" jawabku. "Eh bentar-bentar.." sangga kakakku yang tiba tiba bangun dari senderannya. Kemudian dia melepaskan cardigan hitam yang dipakainya tadi sepanjang kuliah di depan mataku, dan sangat terlihat cantik kak Fanny waktu itu, menyisakan kaos kuning oblong tanpa lengan dengan belahan dada yg longgar dan rendah. Sampai-sampai belahan dadanya terlihat jelas seperti menyembul dan ingin keluar. "Gerah dek" ungkap dia dengan singkat.

Lalu kak Fanny menyenderkan punggungnya lagi di pinggiran sofa. Aku memindahkan kedua tanganku ke pundaknya, indah sekali pemandangan di depanku, seorang kak Fanny yang setiap harinya terlihat biasa kini menjadi sangat menggairahkan dan cukup untuk membuatku ngaceng. Mungkin ini efek kentang tadi, belum sempat ku keluarkan isi penisku tiba-tiba kakak datang dan membuat semuanya menjadi 'tanggung'. Dan sekarang mulai terlihat tegak lagi secara perlahan. Tentu saja kak Fanny tidak menyadarinya, ya jelas aku bisa melihat belahannya dari atas sofa ini, walaupun belahan dada bajunya longgar namun belahan itu menjadi tertarik ke depan karna toketnya yang bulat dan berisi. "Gua mulai nih ya kak mijitnya". Ucapku. "Iya pelan-pelan aja dulu". `iya pelan tapi enak kak hihihi` pikirku. Aku mulai dengan sebuah pijitan-pijitan ringan di bahu kak Fanny. Dia berusaha membenarkan posisi duduknya agar rileks saat dipijit. . Mataku tidak lepas dari belahan kak Fanny yang dari tadi menggangguku. Padahal tv di depan kami sedang menyala, tapi tidak ada diantara kami yang berniat menonton tv. Lalu aku mulai dengan sebuah urutan menggunakan kedua jempolku, ku telusuri dari leher turun ke pundak selayaknya orang sedang memijit. Ku pilin-pilin batang leher belakangnya. Yah walaupun aku tidak terlalu hisa memijat namun aku juga tidak asal dalam menempatkan tangan-tanganku. "Akh..".pekik kakakku. "Kenapa kak ? Terlalu keras ya ?", tanyaku. "Engga-engga pas disitu pegalnya". Balas dia. Rupanya bagian pegal yang dirasakan kak Fanny ada di pundak bagian belakang, dekat dengan punggung kak Fanny. Ku pijat berulang-ulang bagian tersebut dan kulihat kak Fanny agak kesakitan namun dia terlihat menikmati pijatanku.

"cepat.. Jangan buang waktumu".

Desisan dan bisikkan lewat persis disamping telingaku. Aku mencari-cari dari mana asal suara tersebut. Ku lihat kak Fanny seperti tidak mendengarkannya. Jantungku berdegup kencang. 'Cemas' aku tidak tau, tiba-tiba aku merasa cemas, entah kenapa aku seperti harus bergegas dan tidak boleh membuang waktuku. Karna kecemasanku barusan, pijitanku berhenti dan kak Fanny bingung. "Knapa dek ? Kok berhenti ?". Tanyanya. "Istirahat bentar ka, pegel nih tangan gua". Jawabku. "Kalo capek yaudah udahan aja". "Udah tenang aja, gua lanjutin kak, anggap aja bonus buat kakak, kakak juga lagi capek banget kayanya". Tolakku secara mengalus. Siapa juga yang mau menyudahi pemandangan indah dari sini, cukup membuat penisku berdiri tegak. "Yee tumben ya, ada angin apa nih hahaha, yodah makasih ya dek". "Iya ka tenang, rileks aja". Jawabku. Dia mulai memposisikan badannya agar dia bisa kembali duduk tegak. Rambut lurus indahnya sebagian mengenai kakiku. Tercium bau harum khas sampo dari rambut kak Fanny. Kumulai pijitanku yang tadi sempat tertunda. Kubuang pikiranku jauh-jauh soal bisikkan-bisikkan yang baru saja lewat di telingaku. Kini aku hanya fokus dengan apa yang ada di depan ku. Aku mulai dengan usapan kedua tanganku dilehernya dengan perlahan. Ku posisikan tanganku seperti sedang menggenggam lehernya kemudian kupijit-pijit dengan kedua jempolku secara berulang-ulang.

Aku mencoba-mencoba curi kesempatan. Jujur saja penisku sudah tidak bisa diajak kompromi. Sudah keras dan tegak bak tiang bendera. Kupindahkan rambut kak Fanny yang tergerai di depan ke belakang, agar pemandangan belahan toket kak Fanny semakin jelas. Ku berhenti sejenak. "Kak aku pakein minyak kayu put*ih ya ? Seret banget pijitannya nih". "Hnn.. Iya dek, gapapa kalo minyak aja". Aku beranjak dari tempat dudukku dan langsung membelakanginya agar dia tidak melihat penisku yang sedang tegak-tegaaknya. Aku pergi ke kamarku dan mengambil minyaknya sekaligus mengkondisikan penisku agar lemas lagi. Setelah lemas lagi, aku kembali ke kak Fanny, dia terlihat letih dan sepertinya mengantuk. Aku duduk dan mulai menuangkan minyak ke tanganku. Lalu ku usap ke pundaknya. Tanganku menelusup masuk melalui lubang bagian leher baju. Terasa tali-talinya melewati tanganku saat mengusapnya. Lalu ku tekan-tekan lagi secara pelan, aku tidak berani melakukannya langsung di dalam baju. Mataku melewati belahan toket kak Fanny lagi, kesekian kalinya tergoda toket kak Fanny, aku tidak bisa membayangkan bagaimana tekstur lembutnya saatku menyentuh toketnya. Selama ini aku hanya melihatnya di film bokep jadi aku belum pernah tau sensasinya.


Muncul ide-ide nakalku, " Kak, pundak yang depan aku pijit dikit ya, biar tuntas". Pintaku. "Hnn ya dek..". Jawab dia. Matanya terpejam, tapi tidak tertidur. Ku tuangkan agak banyak minyak ke tanganku dan mulai meratakannya di tanganku. Kuusap lehernya secara perlahan dibagian depan. Dari atas pelan-pelan turun ke leher bawah, hingga hampir mengenai belahannya. Pada saat tanganku hampir mengenai belahan toketnya, kak Fanny menarik nafas langsung dan kepalanya agak sedikit terangkat. "Kak rambut kakak harum banget, Dika suka". Kuucapkan disamping telinganya. Dia diam saja. Tanganku masih tetap di posisi mengalungi lehernya. Jemariku menyentuh sedikit toket diluar kaosnya. Hanya terasa empuk walau sedikit, karna masih dibalut oleh bra yang dia pakai. Aku yang tidak tahan mengeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku mengusap ngusap leher bagian bawahnya. Kulihat matanya masih terpejam, tapi tidak tertidur, seperti hanya setengah sadar. Kuhentikan kocokkanku, kemudian aku mengambil botol minyak yang tadi, dengan iseng kuteteskan banyak dari leher atas dan mengalir ke bawah masuk ke belahannya. Kulakukan yang sama di bagian toketnya yang kiri dan kanan. Kukocok lagi penisku yang sebentat lagi sepertinya akan keluar dengan tangan kiriku. Tangan kananku mengusap kembali lehernya dari atas hingga kucuri-curi kesempatan, jemariku sedikit demi sedikit menyentuh bagian tepi toket kanan kak Fanny, aku bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku tidak berani menyentuhnya secara langsung. "Enak kak ?" Tanyaku sambil senyum. Sementara tangan kanan ku masih mengusap-ngusap bagian tepi toket kanannya. "Nih kamu bisa dek enak kok pijitan kamu". Jawab kak Fanny sambil terpejam. Kocokkanku semakin kencang dan cepat. Sesaat sebelum keluar kuambil tisu yang ada di meja depanku. "Eugh.." sentakku singkat. Kumuntahkan seluruh isi penisku di beberapa helai tisu. Aku tak menyangka aku bakal mengeluarkannya di depan kak Fanny. Ada sedikit rasa puas dari diriku. Celanaku agak basah, dan kulihat ada sedikit percikan peju ku dirambut kak Fanny namun kangsung kubersihkan. Ku kantongi tisu itu untuk menyembunyikannya dari kak Fanny.

"Gimana kak ? Mendingan ?" tanyaku. "Itu kamu bisa dek mijit, ngomong doang gabisa ye" ucap kak Fanny. "Ahahaha itu sih lg niat aja, udah ah mau mandi aku kak". Jawabku. "Yaudah gih sana bau". Aku pun langsung pergi mandi. Kunyalakan shower, kuatur agar airnya agak hangat. Kupikir badanku cukup pegal juga ya. Air shower turun ke atas kepalaku. Aku sedikit terdiam dan berfikir mengenai bisikan bisikan yang menghantuiku belakangan ini. Apakah mereka ada hubungannya dengan lumpuh tidurku ? Tiba-tiba saja aku teringat, `Oh iya ya ulang tahunku itu di tanggal ku study tour nanti, kira-kira bakal ada yg ngucapin ga ya ? ". Setelah merasa kepalaku sudah lumayan segar, kuputuskan menyudahi mandiku dan keluar untuk ganti baju. "Dik.. Dika.. Ayo Dika.. Cepat temukan". 'DEG' 'Suara itu lagi..' Suara itu tidak berhenti terngiang di kepalaku. Seolah menuntunku, aku mengikuti suara itu yang kupikir akan kutemukan sumber suara itu. Kulangkahkan kakiku pelan, ruang tamu.. Dapur.. Gudang.. Suara itu berhenti tepat di depan Gudang belakang rumahku. Aku yang sudah terlanjur kepo mencoba masuk ke gudang. Kulihat pintunya sudah mulai rusak, tai tikus dimana-mana, debu, sarang laba-laba, cukup melengkapi gudang ini. 'BRUK..' Sebuah bangku kecil yang kulihat tertumpuk ke atas tiba-tiba jatuh di depanku bersama sebuah kotak kecil. Lagi-lagi rasa ingin tahuku bertambah. Kubuka kotak kecil itu. Sebuah buku. Buku kecil lusuh dan berdebu.dengan peniti serta secarik kertas yang tersangkut di cover buku tersebut. "BRAM". `Kakek Bram ? Yap, Bram adalah nama kakekku yang sudah meninggal. 'Kurasa aku ingin melihat-lihatnya sedikit.."


-Continue-
Yap selesai juga part 2 ini, btw ane suka alur yg panjang jd ane buat sedemikian rupa. Ane ga suka yg 'tau tau gini' 'tau tau gitu'. Sebenernya masih belum kebayang banget ceritanya bakal lari kemana. Ane kehabisan stok cerita nih. Bulan puasa nahan ampe buka dulu baru nulis lagi. Jadi aga susah nyari waktunya, tp jaminan dri ane paling lama seminggu update. Oke jangan lupa semua bentuk dukungan para suhu disini akan membuat saya lebih semangat lagi. Terima kasih
 
Terakhir diubah:
W A R N I N G !!! :
-Original Story
-Dilarang copas/edit, posting di tempat lain tanpa seizin TS
-Typo
-Newbie
-Gak nyambung

*Semua adegan dan nama tokoh merupakan karangan semata, tidak ada kaitannya dengan siapapun. Apabila ada kesamaan, itu hanya kebetulan.

Selamat Membaca !


[Magic, Please ! : Dream Note]
Part 2
Oleh : Florence.​

Sebelumnya..
"Pijitin kakak dong, kakak pegel banget sumpah, mau ya mauu.." mohon dia. "Dih gua mana bisa mijit kak, gapernah mijitin orang". Jawabku. "Yah elah lu tinggal pijit pijit, pencet pencet, diusap usap aja gitu gampang kok ga susah". Sedang membengongkan kak Fanny tiba-tiba ditawarkan untuk memijiti dia, wah senang sekali rasanya.

Aku pun berniat iseng nanya, "Kalo gua pijit, gua dapet apa kak hehe". "Yaudah gajadi kalo gak ikhlas mah". Jawab kakakku. "Yodah sini-sini cuma bercanda doang kok". Panggilku mengarahkan dia untuk duduk di lantai bawah sofa yang aku duduki di depan tv. Kak Fanny langsung beranjak dari sofanya dan menuju ke arahku, "Nah gitu dong dek". Jawab dia sambil tersenyum. "Sini kak, yang mananya sih yang pegel ?". Aku segera melebarkan posisi kakiku, kemudian kak Fanny langsung duduk diantara kakiku dan menyenderkan badannya di tepi sofa yang aku duduki. "Ini nih pundak kakak, pegel banget, kayanya tadi kelamaan duduk di depan laptop deh, ngilu banget gitu". "Yaudah sini deh gua pijitin kak" jawabku. "Eh bentar-bentar.." sangga kakakku yang tiba tiba bangun dari senderannya. Kemudian dia melepaskan cardigan hitam yang dipakainya tadi sepanjang kuliah di depan mataku, dan sangat terlihat cantik kak Fanny waktu itu, menyisakan kaos kuning oblong tanpa lengan dengan belahan dada yg longgar dan rendah. Sampai-sampai belahan dadanya terlihat jelas seperti menyembul dan ingin keluar. "Gerah dek" ungkap dia dengan singkat.

Lalu kak Fanny menyenderkan punggungnya lagi di pinggiran sofa. Aku memindahkan kedua tanganku ke pundaknya, indah sekali pemandangan di depanku, seorang kak Fanny yang setiap harinya terlihat biasa kini menjadi sangat menggairahkan dan cukup untuk membuatku ngaceng. Mungkin ini efek kentang tadi, belum sempat ku keluarkan isi penisku tiba-tiba kakak datang dan membuat semuanya menjadi 'tanggung'. Dan sekarang mulai terlihat tegak lagi secara perlahan. Tentu saja kak Fanny tidak menyadarinya, ya jelas aku bisa melihat belahannya dari atas sofa ini, walaupun belahan dada bajunya longgar namun belahan itu menjadi tertarik ke depan karna toketnya yang bulat dan berisi. "Gua mulai nih ya kak mijitnya". Ucapku. "Iya pelan-pelan aja dulu". `iya pelan tapi enak kak hihihi` pikirku. Aku mulai dengan sebuah pijitan-pijitan ringan di bahu kak Fanny. Dia berusaha membenarkan posisi duduknya agar rileks saat dipijit. . Mataku tidak lepas dari belahan kak Fanny yang dari tadi menggangguku. Padahal tv di depan kami sedang menyala, tapi tidak ada diantara kami yang berniat menonton tv. Lalu aku mulai dengan sebuah urutan menggunakan kedua jempolku, ku telusuri dari leher turun ke pundak selayaknya orang sedang memijit. Ku pilin-pilin batang leher belakangnya. Yah walaupun aku tidak terlalu hisa memijat namun aku juga tidak asal dalam menempatkan tangan-tanganku. "Akh..".pekik kakakku. "Kenapa kak ? Terlalu keras ya ?", tanyaku. "Engga-engga pas disitu pegalnya". Balas dia. Rupanya bagian pegal yang dirasakan kak Fanny ada di pundak bagian belakang, dekat dengan punggung kak Fanny. Ku pijat berulang-ulang bagian tersebut dan kulihat kak Fanny agak kesakitan namun dia terlihat menikmati pijatanku.

"cepat.. Jangan buang waktumu".

Desisan dan bisikkan lewat persis disamping telingaku. Aku mencari-cari dari mana asal suara tersebut. Ku lihat kak Fanny seperti tidak mendengarkannya. Jantungku berdegup kencang. 'Cemas' aku tidak tau, tiba-tiba aku merasa cemas, entah kenapa aku seperti harus bergegas dan tidak boleh membuang waktuku. Karna kecemasanku barusan, pijitanku berhenti dan kak Fanny bingung. "Knapa dek ? Kok berhenti ?". Tanyanya. "Istirahat bentar ka, pegel nih tangan gua". Jawabku. "Kalo capek yaudah udahan aja". "Udah tenang aja, gua lanjutin kak, anggap aja bonus buat kakak, kakak juga lagi capek banget kayanya". Tolakku secara mengalus. Siapa juga yang mau menyudahi pemandangan indah dari sini, cukup membuat penisku berdiri tegak. "Yee tumben ya, ada angin apa nih hahaha, yodah makasih ya dek". "Iya ka tenang, rileks aja". Jawabku. Dia mulai memposisikan badannya agar dia bisa kembali duduk tegak. Rambut lurus indahnya sebagian mengenai kakiku. Tercium bau harum khas sampo dari rambut kak Fanny. Kumulai pijitanku yang tadi sempat tertunda. Kubuang pikiranku jauh-jauh soal bisikkan-bisikkan yang baru saja lewat di telingaku. Kini aku hanya fokus dengan apa yang ada di depan ku. Aku mulai dengan usapan kedua tanganku dilehernya dengan perlahan. Ku posisikan tanganku seperti sedang menggenggam lehernya kemudian kupijit-pijit dengan kedua jempolku secara berulang-ulang.

Aku mencoba-mencoba curi kesempatan. Jujur saja penisku sudah tidak bisa diajak kompromi. Sudah keras dan tegak bak tiang bendera. Kupindahkan rambut kak Fanny yang tergerai di depan ke belakang, agar pemandangan belahan toket kak Fanny semakin jelas. Ku berhenti sejenak. "Kak aku pakein minyak kayu put*ih ya ? Seret banget pijitannya nih". "Hnn.. Iya dek, gapapa kalo minyak aja". Aku beranjak dari tempat dudukku dan langsung membelakanginya agar dia tidak melihat penisku yang sedang tegak-tegaaknya. Aku pergi ke kamarku dan mengambil minyaknya sekaligus mengkondisikan penisku agar lemas lagi. Setelah lemas lagi, aku kembali ke kak Fanny, dia terlihat letih dan sepertinya mengantuk. Aku duduk dan mulai menuangkan minyak ke tanganku. Lalu ku usap ke pundaknya. Tanganku menelusup masuk melalui lubang bagian leher baju. Terasa tali-talinya melewati tanganku saat mengusapnya. Lalu ku tekan-tekan lagi secara pelan, aku tidak berani melakukannya langsung di dalam baju. Mataku melewati belahan tiket kak Fanny lagi, kesekian kalinya tergoda toket kak Fanny, aku tidak bisa membayangkan bagaimana tekstur lembutnya saatku menyentuh toketnya. Selama ini aku hanya melihatnya di film bokep jadi aku belum pernah tau sensasinya.


Muncul ide-ide nakalku, " Kak, pundak yang depan aku pijit dikit ya, biar tuntas". Pintaku. "Hnn ya dek..". Jawab dia. Matanya terpejam, tapi tidak tertidur. Ku tuangkan agak banyak minyak ke tanganku dan mulai meratakannya di tanganku. Kuusap lehernya secara perlahan dibagian depan. Dari atas pelan-pelan turun ke leher bawah, hingga hampir mengenai belahannya. Pada saat tanganku hampir mengenai belahan toketnya, kak Fanny menarik nafas langsung dan kepalanya agak sedikit terangkat. "Kak rambut kakak harum banget, Dika suka". Kuucapkan disamping telinganya. Dia diam saja. Tanganku masih tetap di posisi mengalungi lehernya. Jemariku menyentuh sedikit toket diluar kaosnya. Hanya terasa empuk walau sedikit, karna masih dibalut oleh bra yang dia pakai. Aku yang tidak tahan mengeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku mengusap ngusap leher bagian bawahnya. Kulihat matanya masih terpejam, tapi tidak tertidur, seperti hanya setengah sadar. Kuhentikan kocokkanku, kemudian aku mengambil botol minyak yang tadi, dengan iseng kuteteskan banyak dari leher atas dan mengalir ke bawah masuk ke belahannya. Kulakukan yang sama di bagian toketnya yang kiri dan kanan. Kukocok lagi penisku yang sebentat lagi sepertinya akan keluar dengan tangan kiriku. Tangan kananku mengusap kembali lehernya dari atas hingga kucuri-curi kesempatan, jemariku sedikit demi sedikit menyentuh bagian tepi toket kanan kak Fanny, aku bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku tidak berani menyentuhnya secara langsung. "Enak kak ?" Tanyaku sambil senyum. Sementara tangan kanan ku masih mengusap-ngusap bagian tepi toket kanannya. "Nih kamu bisa dek enak kok pijitan kamu". Jawab kak Fanny sambil terpejam. Kocokkanku semakin kencang dan cepat. Sesaat sebelum keluar kuambil tisu yang ada di meja depanku. "Eugh.." sentakku singkat. Kumuntahkan seluruh isi penisku di beberapa helai tisu. Aku tak menyangka aku bakal mengeluarkannya di depan kak Fanny. Ada sedikit rasa puas dari diriku. Celanaku agak basah, dan kulihat ada sedikit percikan peju ku dirambut kak Fanny namun kangsung kubersihkan. Ku kantongi tisu itu untuk menyembunyikannya dari kak Fanny.

"Gimana kak ? Mendingan ?" tanyaku. "Itu kamu bisa dek mijit, ngomong doang gabisa ye" ucap kak Fanny. "Ahahaha itu sih lg niat aja, udah ah mau mandi aku kak". Jawabku. "Yaudah gih sana bau". Aku pun langsung pergi mandi. Kunyalakan shower, kuatur agar airnya agak hangat. Kupikir badanku cukup pegal juga ya. Air shower turun ke atas kepalaku. Aku sedikit terdiam dan berfikir mengenai bisikan bisikan yang menghantuiku belakangan ini. Apakah mereka ada hubungannya dengan lumpuh tidurku ? Tiba-tiba saja aku teringat, `Oh iya ya ulang tahunku itu di tanggal ku study tour nanti, kira-kira bakal ada yg ngucapin ga ya ? ". Setelah merasa kepalaku sudah lumayan segar, kuputuskan menyudahi mandiku dan keluar untuk ganti baju. "Dik.. Dika.. Ayo Dika.. Cepat temukan". 'DEG' 'Suara itu lagi..' Suara itu tidak berhenti terngiang di kepalaku. Seolah menuntunku, aku mengikuti suara itu yang kupikir akan kutemukan sumber suara itu. Kulangkahkan kakiku pelan, ruang tamu.. Dapur.. Gudang.. Suara itu berhenti tepat di depan Gudang belakang rumahku. Aku yang sudah terlanjur kepo mencoba masuk ke gudang. Kulihat pintunya sudah mulai rusak, tai tikus dimana-mana, debu, sarang laba-laba, cukup melengkapi gudang ini. 'BRUK..' Sebuah bangku kecil yang kulihat tertumpuk ke atas tiba-tiba jatuh di depanku bersama sebuah kotak kecil. Lagi-lagi rasa ingin tahuku bertambah. Kubuka kotak kecil itu. Sebuah buku. Buku kecil lusuh dan berdebu.dengan peniti serta secarik kertas yang tersangkut di cover buku tersebut. "BRAM". `Kakek Bram ? Yap, Bram adalah nama kakekku yang sudah meninggal. 'Kurasa aku ingin melihat-lihatnya sedikit.."


-Continue-
Yap selesai juga part 2 ini, btw ane suka alur yg panjang jd ane buat sedemikian rupa. Ane ga suka yg 'tau tau gini' 'tau tau gitu'. Sebenernya masih belum kebayang banget ceritanya bakal lari kemana. Ane kehabisan stok cerita nih. Bulan puasa nahan ampe buka dulu baru nulis lagi. Jadi aga susah nyari waktunya, tp jaminan dri ane paling lama seminggu update. Oke jangan lupa semua bentuk dukungan para suhu disini akan membuat saya lebih semangat lagi. Terima kasih
Yah ada typoo :''''
 
Semangat suhu..!
Semoga inspiransinya mengalir terus..

Makasih udah update suhu..
 
Wow ada cerita baru dan udah dilanjutkan lagi nih, seperti bagus nih ada magic dan incest. Semoga aja Dika bukan pecundang. Semoga suhu RL nya lancar dan sehat selalu biar ga macet updatenya sampai tamat. Semangat ya hu:beer:
 
Terakhir diubah:
Om,cuma saran percakapan nya dikasih jarak apa gimana gitu,jadi biar gk terlalu pusing bacanya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd