Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Magic, Please ! The Series

Status
Please reply by conversation.
Update Mulustrasi ( Nyari yg Pas )
Sejujurnya ane juga kurang sreg juga dg mulustrasi yg kmarin

1.Kak Fanny
Sosok kakak yg cantik, tinggi, rambutnya panjang, punya leher dan kaki yg jenjang, toketnya yg besar jadi nilai plus untuk dia

https://img0.uploadhouse.com/fileuploads/25182/2518288028857ab18516399623b28882683ea495.jpg
Kak fanny lebih matang nih dibanding 2 orang jilbaber, jd fantasy liar nih lihat kakak adik gimana gitu kalau melakukan hubungan incest...
Ayo suhu update nya...! Bikin penasaran kelanjutan cerita ini bakalan seperti apa..?
 
Lanjut kang ane demen kan fanny semok banget ama teteknya beh gede banget selera ane itu
 
W A R N I N G !!! :
-Original Story
-Dilarang copas/edit, posting di tempat lain tanpa seizin TS
-Typo
-Newbie
-Gak nyambung

*Semua adegan dan nama tokoh merupakan karangan semata, tidak ada kaitannya dengan siapapun. Apabila ada kesamaan, itu hanya kebetulan.

Selamat Membaca !

Sebelumnya..
Pukul 23.40 kami pun sampai di tempat penginapan. Kebetulan arus lalu lintas yang lancar membuat kami sampai lebih cepat di tempat tujuan. Baru 3 bis yang sampai di hotel ini. Sementara yang lainnya masih di perjalanan, namun jarak kita tidak terlalu berjauhan.


[Magic, Please ! : Dream Note]
Part 5
Oleh : Florence.​

Aku segera mengeluarkan tasku dari bagasi bis kemudian berbaris sesuai intruksi dari guru pembimbing. Setelah berbaris kita dibagi beberapa kelompok untuk pembagian kamar. Satu kamar berisi 5-7 orang. Untungnya kamarku kedapatan yang isinya hanya 5 orang.

Tak lama kemudian bis lainnya sampai di penginapan. Dan siswa-siswi di bis tersebut langsung baris mengikuti barisan yang ada. Setelah kunci kamar dibagikan ke setiap kordinator kamar, kami semua pun langsung menuju kamar masing-masing. Kecuali aku yang sudah menahan kencing dari tadi di bis.

Udara tengah malam yang dingin, terasa menusuk pori-pori kulitku. Ditambah lagi kandung kemihku yang sudah tidak kuat menampung isinya. Aku bergegas mencari toilet terdekat, sementara tas ku, ku titipkan kepada temanku.

Setelah lega buang air kecil, lantas aku keluar dari toilet dan mendapati seseorang yang sedang berlari kecil ke arahku. Ternyata orang itu adalah Sasti. Sambil membawa koper besarnya, iya berlari ke arahku. Toketnya memantul-mantul bersembunyi dibalik jilbabnya.

"Eh Dika, tungguin gua plis, gua ga tahan nih." Ucap Sasti yang terburu-buru sambil menaruh kopernya di sampingku.

Aku hanya melongo melihat dia masuk ke toilet secara buru-buru. Aku menunggunya di bangku tepat di samping toilet sambil memainkan hp ku. Kulihat suasana di depan mulai sepi lantaran semuanya sudah masuk ke hotel. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, Sasti keluar dari toilet.

"Lama juga nona, abis ngapain sih?"

"Pipis doang." Jawab Sasti

"Kok lama banget?"

"Hih namanya juga cewe Dik, hahaha."

"Yaudah yuk ah, udah sepi noh."

"Yuk."

Aku pun jalan duluan masuk ke koridor hotel yang jalannya terlihat menurun, sementara Sasti mengambil kopernya lebih dahulu kemudian mengikutiku dari belakang. Kulihat dari luar hotel ini cukup luas, dan kata guruku di hotel ini terdapat kolam renang yang luas juga.

"Pada kemana ini orangnya Dik?" Tanya Sasti

"Yah udah pada masuk Sas, oh iya lu jangan lupa kabarin temen sekamar lu biar mereka ga nyariin." Teriakku jauh ke belakang. Aku terlalu letih untuk menunggu Sasti jalan, mataku sudah memerah karna mengantuk.

"Oh iya-iya." Ucap Sasti yang langsung mengeluarkan HP nya dari kantong bajunya. Sepertinya dia memang belum memberitahu teman sekamarnya kalau dia sedang pergi ke toilet dahulu.

Melihat dia tertinggal jauh di belakangku, lantas aku mengurangi kecepatan langkahku, dan kemudian berhenti. Kulihat dia sedang memainkan hp nya sambil menuruni koridor hotel.

"Dika, tungguin gua dong, tolong bawain koper gua dong nih." Ucap Sasti yang semakin dekat dengan posisiku.

"Iya ini juga ditungguin, sini-sini gua bantu." Jawabku sambil mengulur tangan.

"Nih tolo-..." Tiba-tiba saja kaki Sasti tergelincir di koridor yang memang kurasakan agak licin. Badannya jatuh condong ke depan mengarah ke badanku, yang kemudian langsung menghantam tubuhku. Aku pun jatuh dengan punggung mendarat duluan di lantai. Aku tidak terlalu ingat apa yang terjadi. Kejadiannya begitu cepat. Koper yang hendak diberikan Sasti jatuh di samping badanku.

Mataku sedikit terpejam, tidak bisa jelas melihat ke luar sana. Kepalaku pusing dan punggungku terasa nyeri sekali lantaran terkena hantaman secara langsung ke lantai. Nafasku sedikit tersendat seperti ada sesuatu yang empuk menutup jalan masuknya udara di hidungku.

Kucoba membuka mataku dengan perlahan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Waktu seakan-akan berputar dengan sangat lambat.

'Kenyal'

Sesuatu yang kenyal menindih wajah ku, rasanya empuk sekali. Bulat, benda itu sepertinya bulat juga. Badanku juga terasa berat, sepertinya benar dugaanku, badanku sedang tertimpa sesuatu. Namun aku belum tahu benda apa yang ada di depan wajahku. Kucoba menggerakan tanganku, meraba-raba dan mencari tahu apa yang sebenarnya menimpa tubuhku. Posisi tanganku seakan-akan sedang memeluk sesuatu.

Ah aku baru ingat apa yang terjadi. Sepertinya yang namanya amnesia sementara itu benar adanya. Yang kuingat tadi aku dan Sasti sedang berjalan di koridor, lalu kemudian kulihat Sasti kepeleset, terjatuh dan.. Menimpaku ?

'Tunggu, tunggu berarti sosok yang sedang menindihku saat ini adalah, Sasti ?' pikirku.

'Berarti benda bulat dan kenyal yang menempel di wajahku ini tidak lain dan tidak bukan adalah, toketnya.. Sasti?' pikirku lagi.

Waktu yang seakan lambat membuat indraku lebih peka dengan sekitarku. Penisku mengeras perlahan, insting kejantananku ikut aktif, setelah tau aku benar-benar sedang dalam posisi yang ehmm bisa dibilang 'menguntungkan'. Sasti jatuh dengan posisi lebih tinggi dan agak menyamping sedikit dari tubuhku. Toketnya yang sebelah kanan menekan-nekan persis di wajahku. Tepatnya di hidungku. Tubuhku bergetar, hormon seksualku bekerja dengan sangat baik.

Sosok yang menindihku tiba-tiba menggeliat seperti ingin bangun dari posisinya. Toketnya yang lembut menggeliat di atas wajahku. Lantaran terlalu horny, aku membuka sedikit mulutku, kujulurkan lidahku keluar dan seakan-akan mulutku sedang melumat habis toketnya yang kenyal. Mulutku tertutup penuh oleh toket bulatnya. Sensasi kenyalnya membuat otakku terbuai, karena aku baru pertama kali merasakan sensasi ini. Penisku yang semakin keras tiba-tiba terasa menyentuh sesuatu. Sepertinya kaki Sasti yang menggeliat tadi menyentuh penisku. Alhasil penisku tambah keras karna gesekan kakinya.

Tak lama Sasti berusaha bangun dari posisinya dan berhasil mengangkat badannya dengan kedua tangannya yang bertumpu di dadaku. Kemudian Sasti duduk di lantai dan menyenderkan punggungnya. Aku yang langsung sadar dia sudah bangun, kemudian ikut bangun juga dan langsung berdiri. Aku pura-pura mengibas-ngibaskan tanganku di baju dan celanaku. Kemudian ku bantu Sasti bangun dari duduknya untuk berdiri.

Kuulurkan tanganku ke Sasti untuk membantunya bangun. Tak lama dia melihat ke arahku dan mengulurkan tangannya untuk menerima tanganku. Namun saat kulihat matanya, ya matanya mengarah ke penisku yang memang lupa kusadari masih berdiri keras di balik celanaku. Bahan tipis celanaku membuat penisku terlihat sangat menonjol. Sambil menutupu penisku yang ngaceng dengan tas kecilku, kuulurkan lagi tanganku. Lalu Sasti menerima tanganku dan ku tarik dia, ku bantu dia untuk berdiri.

Saat berdiri, wajah kita sama-sama tertunduk. Sama-sama menahan malu. Kucoba untuk melihat ke arah wajahnya, kemudian mata kita bertemu dan sekali lagi wajah kita tertunduk. Saat kuperhatikan lebih baik, dibajunya terdapat ada noda basah dibagian toket kanannya yang terlihat menonjol, noda tersebut menumpuk di tengah kemudian memanjang ke arah samping dan semakin tipis. Sepertinya lumatanku tadi membekas di bajunya. Dan sepertinya dia belum menyadarinya.

"Ehmm Sas, sorry, gua ke toilet sebentar ya, lu kalo mau duluan, duluan aja, nanti gua nyusul sendiri." Ucapku sambil menahan malu dan langsung lari membelakangi Sasti menuju ke toilet.

Sesampainya di toilet aku langsung mengeluarkan botol minumku dari tas. Meminum air yang tersisa banyak tadi diperjalanan untuk menenangkan pikiranku. Kemudian ku paksakan untuk buang air kecil, agar penisku bisa melemas. Dan benar saja penisku melemas seketika setelah aku buang air kecil.

Aku pergi ke depan wastafel untuk mencuci tanganku sekaligus menyegarkan pikiranku.

Gila, ngelakuin apa barusan gua, sange sih sange tapi ga gini juga.' pikirku.

Perasaan ngantukku seketika menghilang dan tergantikan dengan rasa-rasa sedikit cemas. Aku langsung keluar dan bergegas menuju kamarku. Kulihat dari kejauhan ternyata Sasti masih duduk menungguku, kupercepat langkahku ke arah Sasti karna takut membuatnya menunggu lama.

"Loh Sas, lu.. Lu nungguin dari tttadi ?." Seketika gaya berbicaraku jadi gagap, aku masih malu dan takut dia marah kepadaku.

"Iya dari tadi Dik. Yaudah yuk" Jawab Sasti dengan singkat dan langsung melangkahkan kakinya duluan.

Aku menyusulnya, berusaha menyamai langkah kakinya. Suasananya cukup hening dan canggung, tak ada satu pun diantara kita yang memulai suatu topik pembicaraan. Aku sedikit kesal tapi juga bingung karna situasi canggung ini.

"Eh Sas, lu kamar berapa ?" Ucapku tiba-tiba yang mencoba untuk memecahkan suasana.

"Gua kamar Melati 2 Dik, oh iya kalo lu kamar berapa ?". Tanya Sasti balik.

"Ehm itu, gua kamar Anggrek 6 Sas." Jawabku.

Sesampainya di ujung koridor, jalan terbagi dua arah tangga, ke kiri dan kanan. Sepertinya arah kamar kami terpisah. Aku pun langsung menaiki tanggaku di sebelah kiri.

"Oke Sas, gua duluan ya."

"Eh iya-iya Dik." Jawab Sasti.

Tangga yg dilapisi keramik putih dan bersih mulai kutapaki satu per satu. Kulihat beberapa lukisan-lukisan abstrak menempel di dinding dekat tangga yang kunaiki. Lukisan-lukisan ini menambah aksen bahwa pemilik hotel mempunyai apresiasi nilai seni yang tinggi, dia tau cara menempati lukisan-lukisan di setiap ujung ruangan.

Kamarku terdapat di lantai dua. Jadi aku cukup menaiki beberapa anak tangga saja agar bisa sampai di lantai dua. Sesampainya di lantai dua, aku langsung mencari dimana kamarku. Kulihat masih ada beberapa anak diluar kamarnya yang belum tidur, namun ada juga kamar yang sudah sepi lantaran semuanya sudah tidur. Tidak perlu waktu lama untuk menemukan kamar Anggrek 6, kudapati letak kamarku yang ada di sudut dekat tangga.

Ku masukki kamar Anggrek 6, sebuah ruangan yang cukup luas, dengan gaya khas hotel-hotel seperti biasanya, sprei putih yg masih bersih dan wangi menambah aksen mewah di kamar ini. Dua spring bed ukuran 1 orang dan di tambah 3 ekstra bed yang terletak di lantai. Bantal dan gulingnya sangat empuk seperti di hotel-hotel yg sempat ku tempati dulu.

Kulihat tv yang masih menyala yang sedang memutar acara tv komedi tengah malam. Cemilan, chicki maupun permen tergeletak dengan sembarangan di atas kasur. Temanku yang tidak terbiasa tidur di hotel semuanya tidur di ekstra bed yang ada di lantai. Sementara hanya satu spring bed kosong yang sepertinya akan ku tempati.

Segera ku bersih-bersih dan berniat untuk langsung tidur. Kuganti pakaianku dengan kaos tipis dan celana pendek sehingga nyaman untuk kubawa tidur. Tak lupa aku mengabari kak Fanny yang dari tadi menunggu kabarku. Dan dia tidak membalas, sepertinya dia sudah tertidur. Tak lupa juga menyiapkan pakaianku untuk besok karna aku tidak suka sesuatu yang terburu-buru.

Jam menunjukan 00.10. Tubuhku tergeletak berbaring menghadap ke atas, mataku mengarah ke langit-langit kamar. Aku menghembuskan nafas ku berulang-ulang. Terlalu letih karna perjalanan panjangku. Aku berusaha melemaskan otot-ototku. Udara yang keluar dari AC tidak lagi terasa dingin, melainkan sejuk. Tiba-tiba hp ku bergetar, tanda ada pesan masuk. Kubuka salah satu messenger online ternama, kulihat ada chat dari orang yang belum terdaftar sebagai temanku, dan orang itu adalah Sasti.

[Dika, ini gua Sasti, maaf banget soal yang tadi, waktu itu gua buru-buru banget terus tiba-tiba gua kepeleset.]

'What ? Kok jadi dia yang minta maaf ? Padahal jelas-jelas gua abis ngelakuin pelecehan ke dia, dan dia malah yang minta maaf ke gua? Apa dia ga sadar atau.. Apa?' Pikirku

[Eh iya Sas, gua kira siapa. Iya gapapa kok, lagipula itu juga kecelakaan.]

[Ya tapi, gua tetep gaenak Dik, masih sakit ya Dik ? Sebelah mana yang sakit Dik ?]

Sepertinya ia masih merasa bersalah atas kejadian yang barusan terjadi. Kuputusan untuk memencet tombol dengan gambar telpon di sudut kanan layar hp ku untuk free call dengannya. Tak perlu waktu lama, telponku langsung diangkat oleh Sasti, dan malahan dia yang memulai pembicaraan.

"Dikaa, maafin gua yaaa, lu lagi capek-capek malah jatoh gara gara gua." Ucap Sasti.

Ugh. Tak kusangka suara Sasti bisa se-sexy ini jika lewat telpon. Tiba-tiba saja bayangan kejadian barusan terlewat. Aku membayangkan tubuh, ah tidak, aku membayangkan betapa lembutnya toketnya Sasti. Padahal dua bukit tersebut masih disembunyikan di balik bajunya, bagaimana jika tidak ya. Tanpa sadar aku mulai memegangi penisku. Ia naik lagi secara perlahan. Bagaimana tidak? Penisku barusan dirangsang dan isinya belum kukeluarkan. Aku bergegas ke kamar mandi, takut mengganggu temanku yang sedang tidur.

"Iya ih dari tadi kan gua udah bilang gapapa Sastii.."

"Aduh bingung gua Dik, tapi lu gapapa kan ? Yang mana yang sakit Dik?" Tanya dia.

"Yah dibilang gapapa sih juga engga sas, banyak yang sakit nih hahaha."

"Ya terus yang mana aja yang sakit ihh kan gua nanya." Ucap dia yang sedikit memelas. Membuatku malah jadi ingin menggodanya.

"Emang mau lu apain Sas kalo ada yang sakit ? Hahaha. Mau dipijitin ?" Jawabku dengan tertawa kecil agar suasananya tidak terlalu kaku.

"Yahh.. Diapain kek, dipijitin juga gapapa." Ucap dia dengan polosnya.

Aku langsung membayangkan jemari lentiknya menyentuh tubuhku secara langsung. Menelusuri tubuh secara perlahan. Menekan-nekan dengan pasti. Kubayangkan, sepertinya sangat nikmat apabila dipijit oleh Sasti. Tangan kiriku mulai bergerak ke arah penisku, yang kemudian ku keluarkan dari celana pendekku. Kupegangi dan kukocok sangat pelan.

"Serius nih dipijitin ?" Tanyaku seolah-olah memastikan.

"O..Oke kenapa engga, lagipula itu juga salah gua. Yang mana yang mau dipijit emang ?"

Kecepatan kocokkanku bertambah perlahan. Sial, bukannya tidur aku malah coli disini. Tak kusangka aku bakal coli dengan suara Sasti lewat telepon.

"Banyak Sas, dari 'atas' ke 'bawah'." Ucapku sambil berbisik.

"Ohh kepala ?"

"Iya Sas."

"Leher sakit juga ?"

"Pasti dong sakit."

"Punggung ?" Tanya Sasti.

"Uh disitu paling sakit, btw dada gua juga."

"Kalo perut ?"

"Sakit sih tapi sedikit, agak kebawah tuh sakit Sas?"

"Pinggang ?"

"Engga, pinggang mah ga sakit, bawahnya lagi."

Kocokkanku bertambah cepat, kurasakan penisku yang tegang semakin panas dan sepertinya sebentar lagi akan mengeluarkan isi nya.

"Ohh paha lu sakit Dik ?"

"Iya lumayan, nah yang sakit lagi tuh agak kesamping Sas."

Dia pun terdiam. Aku rasa dia tau apa maksudku barusan. Aku sedang membayangkan semburat merah muncul di pipinya. Kocokkanku semakin cepat karna membayangkan Sasti.

"Itu loh paha yang dibelakang sakit banget Sas, jatohnya kan tadi kebelakang." Ucapku yang berniat mengalihkan pikirannya.

"Oalah itu, loh banyak juga ya, gua bisa pegel dong mijitin lu doang hahaha."

"Entar kalo lu pegel ya gantian gua yang mijitin tenang aja hehehe."

"Yeh bisa aja, emang lu bisa mijit Dik?"

"Bisa lah dikit, hahaha. Udah ah gua cuma bercanda kok, badan gua gapapa, cuma nyeri dikit, yang penting tuh lu gapapa. Udah ya udah malem nih besok takut kesiangan."

"Hahaha yaudah Dik, sukur deh kalo lu gapapa, yaudah Dik gua juga udah ngantuk nih. Yaudah dadah." Jawab Sasti.

Setelah aku menutup telponnya, aku langsung mengocok kencang penisku sambil membayangkan Sasti yang sedang memijitiku. Penisku semakin lama semakin panas. Kurasakan isinya yang naik ke atas dan berusaha ingin keluar. Dan tak lama kemudian..

"Ughh Sasti..." Ucapku pelan. Kumuntahkan isi penisku dengan hebat. Pejuku muncrat dengan kencang. Lututku bergetar. Nafasku tidak beraturan. Tak kusangka coli ku yang satu ini enak juga.

Setelah selesai coli, aku membersihkan penisku dengan air yang baru kusadari sangat dingin. Setelah itu aku langsung memakai celanaku dan pergi tidur. Kubaringkan tubuhku seperti tadi, kucoba pejamkan mataku perlahan. Tiba-tiba hp ku bergetar tanda ada pesan masuk. Segera ku periksa,

[Night ya Dik.] Ucap Sasti.

[Night too Sasti.] Jawabku singkat.

Kulihat di ruang obrolanku ternyata ada chat kak Fanny yang belum sempat ku baca.

[ HAPPY BIRTHDAY MY LOVELY BROTHER ! SEMOGA PANJANG UMUR, SEHAT SELALU, SEKARANG UDAH DEWASA YA ADIKKU INI, UDAH LEGAL NIH SEKARANG YAA HIHIHI ]

11 Februari 2017. Dan astaga, kenapa bisa-bisanya aku sendiri yang melupakan hari ulang tahunku. Aku tidak mengharapkan siapapun yang pertama kali ngucapin. Dan ternyata yang pertama mengucap happy birthday adalah orang terdekatku dan orang yang paling kusayang dari ku kecil, yaitu kak Fanny. Segera ku balas pesan dia.

[ Ya ampun kak Fanny, aku aja sampe lupa loh hari ini aku ultah, makasih banyak yaa kak Fanny, gamau tau pokoknya kadonya jangan lupa wkwkwk ] Balasku.

Setelah membalasnya aku langsung pergi tidur. Kupejamkan mataku dan akhirnya tak lama aku pun tertidur.

.
.
.
.
.
.
.
.
'DEG.. DEG..DEG..DEGG..DEG' Jantungku berdegup kencang dari biasanya. Semakin cepat.. Dan semakin cepat. Sudah tidak karuan lagi. Ini lebih parah dari biasanya. Sebenarnya apa yang terjadi kali ini. Biasanya aku bisa menangani yang seperti ini. Tapi kali ini rasanya beda. Jantungku seperti ditusuk-tusuk. Mataku terpejam tapi aku bisa melihat dengan jelas ke sekitarku. Nafasku tersendat.

"Cepaaat, cepaaatt, cepaaaaat, bukan waktunya untuk menunggu..." Bisikkan bisikkan mulai terngiang di kepalaku. Kepalaku sakit sekali rasanya. Keringat mulai mengalir deras dari dahiku. Rasanya seperti mau mati saja.. Dan aku mencoba berteriak namun suaraku tidak bisa keluar.

'AAAAARRGGHHH...."
.
.


-Continue-

Yaps, surprise update ! Mwehehe, sepertinya ane tidak bisa menahan diri untuk menulis, maklum dirumah ane ga ngapa ngapain. Yah beginilah part 5, gimana pendapat kalian. Huft emg bener ya kadang kalau nulis tuh pasti ada rasa jenuhnya. Memang awalnya yang semangat, eh makin kesini memang harus dijaga banget biar konsisten. Oke segitu aja, ane harapkan banyak respon positif dari kalian semua. Kritik dan saran tetap ane perlukan, ada yang bisa tebak alurnya ? Atau kebayang alurnya akan seperti apa ? Siapa tau jadi referensi ane menulis. Oke Terima Kasih semuanya.
 
Wkwkwk masih ada aja coli nih, ga sayang tuh Dika dibuang sia2 gitu. ;):adek:
Kak Fanny bener2 jadi kakak yg penuh perhatian ke adiknya :thumbup
 
Bimabet
waaw mantab ... aiiih kenapa gx di terusin waktu di toilet :pandaketawa:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd