Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Gokil kata-katanya senja dalem banget suhu... keren
 
Well... Masih ada valen ama devina.... Hm... Pilihlah 1 diantara lima... Sebuah pilihan yang rumit... Jujur... Kenapa kok malah mikirnya senja yang bakal lebih sakit ya.... Dia yang paling nahan sakit nantinya... Cos dia tahu... Valen suka ama jay....

hmmm, I wonder...

Minggu yang berat :sendirian:







Jay! Nungging gak lo?! :stress::galak::galak:

Jay!! Mao nungging nggak tuh? (Jay kan, bukan ane)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
EPISODE 33 : Seputar Informasi

Saat aku terbangun, matahari sudah menyinari kamarku. Aku mendapati diriku masih belum berpakaian. Saat aku melihat ke sekitar ranjangku, aku tidak mendapati Senja dimanapun. Dimana dia? Eh?! Aku begitu tersentak karena memikirkan sesuatu yang menyeramkan. Jangan-jangan pengejarku mampu mengejar sampai sini, dan mereka berhasil menculik Senja. Senja... Tunggu aku!!!

Kleek... Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, dan Senja keluar dari kamar mandi. Ia sudah berpakaian lengkap.

“Haah, kamu bikin kaget aja sih, Sen.” Kataku.

“Hmmm, kenapa ko? Hmmm. Oh, koko takut hantu yaaa?” Tanya Senja.

“Yeee, bukan gitu, Sen.” Kataku.

“Iya-iya, aku becanda doang kok, ko. Oh, aku udah bikinin sarapan tuh buat koko. Nih, sandwich isi sayuran, telur, dan daging asap.” Kata Senja sambil membawakan piring berisi roti sandwich.

Aih, Senja betul-betul tahu betul ya makanan-makanan kesukaanku. Aku segera berpakaian dan langsung mengambil piring itu dari Senja. Aku langsung mengambil roti itu dan menggigitnya. Hmmm, ini sandwich buatan Senja? Kok rasanya aneh yah?

“Sen, ini yakin sandwich buatan kamu?” Tanyaku.

“Hmmm. Emang kenapa, ko?” Tanya Senja.

“Soalnya setahu aku, kamu ga pinter masak. Ini sih terlalu enak, lho.” Kataku.

“Emang sih aku nggak pinter masak, ko. Tapi kan untuk orang yang disayangi, aku bisa lho jadi jago masak.” Kata Senja.

“Hmmm, kamu belajar gombal gitu darimana?” Tanyaku sambil tersenyum.

“Iihh koko jahat. Masa perkataan tulus gini dibilang gombal sih.” Kata Senja.

“Hmmmm...” Kataku.

“Hmmmm...” Kata Senja.

“Terus, bahan makanannya kamu dapet darimana?” Tanyaku.

“Dari hotel.” Kata Senja.

“Oh, begitu ya? Jadi kamu tinggal nyebutin, butuh bahan makanan apa, minta orang hotel untuk nyatu-nyatuin semuanya jadi sandwich, dan mungkin juga minta orang hotel untuk nganterin ke kamar. Terus kamu klaim sebagai makanan bikinan kamu?” Tanyaku.

“Iya, ko... Eh? Koko lagi ngejebak aku ya?” Tanya Senja.

“Iya.” Kataku dengan datar.

“Iiihhh... koko mah... jahaatt...” Kata Senja sambil manyun.

“Nah, ini baru Senja.” Kataku sambil mencium pipinya.

“Hehehehe.” Kata Senja sambil tersipu-sipu malu.

“Yaudah, tapi gpp kok, Sen. Makasih yah atas sandwich “buatan” kamu.” Kataku sambil betul-betul menekankan nada pada kata “buatan” itu.

“Sama-sama ko.” Kata Senja sambil tersenyum penuh maksud.

“Yaudah, diabisin dulu, ko. Aku nonton TV ya.” Kata Senja sambil menyalakan TV.

“Oke, Sen.” Kataku.

Kemudian, aku beranjak ke meja dan menaruh piring sandwich-ku di meja. Aku pun duduk di kursi sambil makan roti sandwich yang ada di meja. Aku berpikir, ternyata Ci Diana benar bahwa ancol ini tempat yang aman. Menurut Ci Diana, ancol ini dikuasai oleh salah satu mafia yang merupakan lawan dari grup mafia Naga Emas Hijau. Karena itukah aku dan Senja aman-aman saja disini?

“Ko...” Kata Senja tiba-tiba.

“Kenapa, Sen?” Tanyaku sambil tetap fokus pada sandwich-ku.

“Ini, ko. Liat deh...” Kata Senja.

“Hmmmm?” Kataku sambil melihat kearah Senja, yang menunjuk kearah TV.

Kemudian, aku mengambil piring sandwich-ku dan beranjak dari kursiku lalu duduk disebelah Senja untuk menonton TV bersama. Ternyata Senja sedang menonton berita.

“Wanita ini juga dikabarkan keluar dari kantor polisi pada waktu kejadian, tepat setelah kejadian itu.” Narasi dari televisi itu.

Kemudian, aku melihat gambar Valensia dan beberapa orang berseragam hitam keluar dari bangunan yang sepertinya adalah kantor polisi. Ya, sepertinya sangat mirip dengan kantor polisi tempat aku dimintai keterangan bersama si Otong waktu itu.

“Wanita ini juga muncul pada saat perampokan bank vikthoria tiga hari lalu.” Narasi dari televisi itu.

Kemudian, aku melihat gambar yang sepertinya berlatar di daerah teller dalam bank. Kemudian Valensia bersama beberapa orang berseragam hitam masuk. Orang berseragam hitam itu menodongkan pistol ke beberapa arah, sedangkan Valensia sibuk mengotak-atik laptopnya sendiri, kemudian ia memasuki daerah teller, dan mengetik-ngetik sesuatu di komputer teller bank.

“Si Val... ngerampok bank?” Tanyaku.

“Dua hari lalu emang ada perampokan ko di bank Vikthoria. Tapi, aku nggak ngikutin beritanya sih. Aku kebetulan kaget aja karena ngeliat Valensia di berita sekarang ini.” Kata Senja.

“Dengan adanya fakta ini, apakah mungkin wanita ini dan kelompoknya adalah pelaku sebenarnya dari pembantaian sadis yang ada di kantor polisi cabang POLRI-267/187? Apakah seorang pria yang sebetulnya dikabarkan sebagai pelakunya, yaitu Jay Ganama Yaeslim, adalah seseorang yang sebetulnya hanya korban dari pemfitnahan?” Narasi dari televisi ini.

“Berita ini mengakhiri perjumpaan kami. Silakan nantikan berita-berita selanjutnya di MeteroTivi. Selamat pagi.” Kata presenter berita televisi itu.

Kemudian, HP-ku berbunyi. Aku segera mengangkatnya. Rupanya Ci Diana.

“Jay, lu dimana?” Tanya Ci Diana.

“Di Hotel Mercure... Hmmm, maksudnya lagi jalan di depan Hotel Mer-“ Kataku.

“Buset. Anak orang lu bawa nginep di hotel ya. Penjahat kelamin lu emang...” Kata Ci Diana.

Glek... Intuisi wanita memang menyeramkan. Walaupun aku sudah berusaha ngeles, tetap saja tidak bisa mengelak dari Ci Diana.

“Anyway, lu sekarang ke kantor ya. Penting. Dan nggak usah kasihtau siapa-siapa kalo mao ke kantor. Tapi, kalo Senja mao lu ajak juga nggak apa-apa.” Kata Ci Diana.

“Ke kantor? Ngapain?” Tanyaku dengan heran.

“Udah, kesini aja. Kalo lu mao nama lu bersih, kesini aja. Oh iya, jangan ke bawah tanah, tapi ke lantai dua ya. Ruang meeting.” Kata Ci Diana dengan serius.

Namaku bersih? Apa maksudnya? Selain itu kenapa di gedung utama dan bukan dibawah tanah? Hmmm, mungkinkah ada pihak lain yang akan ikut berkumpul? Area bawah tanah itu memang area yang off-limits bagi non-personil PT. Ancient Technology.

“Oke, ci. Gua kesana sekarang.” Kataku sambil menutup telponnya.

“Kenapa, ko?” Tanya Senja.

“Sen, aku mao ke kantor sekarang. Ci Diana ngajak aku ketemuan. Katanya sih menyangkut nama baikku. Mao ikut?” Tanyaku.

“Iya, ko. Aku ikut ya.” Kata Senja sambil bersiap-siap.

Aku segera bersiap-siap, dan dalam sepuluh menit saja aku sudah selesai.

“Hmmm, nggak mandi dulu, ko?” Tanya Senja.

“Ga usah ah. Males.” Kataku.

“Iihh... Koko jorok...” Kata Senja.

“Ah, yang penting kamu tetep sayang sama aku kan?” Tanyaku.

“Hmmm. He eh.” Kata Senja sambil mengangguk dan tersenyum.

“Yuk.” Kataku.

Senja pun hanya membalas dengan mengangguk pelan. Kemudian, kami pun sama-sama keluar dari kamar hotel ini dan segera checkout di lobby. Lalu, aku dan Senja segera menuju kantor. Jalanan di hari minggu pun seperti biasanya, sangat sepi dan lapang. Dalam waktu tidak sampai empat puluh menit, aku dan Senja sudah sampai di kantor.

Setelah sampai di lantai dua, ternyata Martha dan Villy sudah menungguku.

“Eh, kalian berdua juga dipanggil kesini?” Tanyaku.

“Nggak, ko. Aku yang kasihtau mereka.” Kata Senja.

“Oh, oke.” Kataku.

“Yuk, ko. Ci Diana sama Pak Jent nunggu di dalem.” Kata Villy.

Hmmm, ada Pak Jent juga? Ada apa ya? Aku, Villy, Martha, dan Senja pun memasuki ruang meeting. Sesampainya di dalam, ada Ci Diana, Pak Jent, Pak Abby, dan satu orang polisi yang sepertinya berpangkat cukup tinggi kalau melihat dari pakaiannya.

“Oh, Jay. Makasih udah dateng jauh-jauh. Villy, Martha, sama Senja juga ikut ya? Gpp. Sini-sini, ayo semua pada duduk. Oh iya, Jay. Perkenalkan. Inspektur Jenderal Polisi Drs Anton Subiono, selaku Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.” Kata Pak Jent.

“Oh, salam kenal, Pak. Saya Jay.” Kataku sambil menyalami pak polisi itu.

Villy, Martha, dan Senja pun menyalami pak polisi itu juga secara bergantian. Kemudian, kami berempat duduk di kursi kami masing-masing.

“Silakan dimulai, pak.” Kata Pak Jent.

“Ya. Sebelumnya terima kasih atas kerjasama dari Saudara Jay untuk datang kesini. Saya selaku Wakil Kepala Bareskrim Polri secara khusus hadir disini untuk meminta keterangan dari Saudara Jay. Kedatangan saya ini sangatlah rahasia, karena saya juga mengemban tugas khusus dari Kepala Bareskrim Polri untuk menjalankan penyelidikan ini secara rahasia karena satu dan lain hal yang tidak bisa saya sebutkan.” Kata Pak Anton.

“Wah, saya juga berterima kasih pak atas kesediaan bapak untuk bertugas secara rahasia, dimana hari ini tentunya saya yakin bukan merupakan hari tugas bapak.” Kataku.

“Pak Jay, saya mau bertanya, ini diluar penyelidikan tapi. Apakah Pak Jay menyesal datang kesini setelah tahu saya ada disini?” Tanya Pak Anton.

“Hmmm, menyesal sih tidak pak. Jujur, karena kebetulan status saya juga masih tidak jelas dan kemungkinan masih diburu oleh polisi, termasuk bapak, saya sih takut juga. Tapi, saya tidak menyesal sama sekali, karena saya melihat secercah harapan.” Kataku.

“Harapan apa?” Tanya Pak Anton.

“Harapan untuk mengetahui sebetulnya apa yang terjadi dengan teman saya, Pak Anton.” Kataku.

“Saudari Valensia Klara?” Tanya Pak Anton.

“Iya, betul sekali, Pak Anton.” Kataku.

“Nah, itu dia, Saudara Jay. Saya sangat menghargai kooperasi Pak Jay dalam hal ini. Akan tetapi, saya tidak bisa menjanjikan hal yang mulus untuk saudara. Satu-satunya kebaikan yang bisa saya tawarkan untuk saudara adalah bersikap netral dari sekarang, sampai pengambilan keputusan saya berikutnya.” Kata Pak Anton.

“Hmmm... Maaf, pak. Maksudnya bagaimana ya, pak?” Tanyaku dengan bingung.

“Sekarang, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk Saudara Jay. Nah, apa yang Saudara Jay katakan, bisa berakibat bahwa Saudara Jay akan kami tahan, atau bisa jadi pencabutan status “orang yang dicari kepolisian” pada Saudara Jay.” Kata Pak Anton.

“Baik, saya siap, pak. Silakan tanya apapun kepada saya, pak. Saya akan jawab dengan sejujur-jujurnya dan semampu saya.” Kataku.

“Baik, terima kasih atas kesediaannya, Saudara Jay. Pertama-tama, bisakah Saudara Jay menceritakan dengan detail mengenai apa yang Saudara Jay alami dan rasakan, sejak kejadian di kantor polisi cabang POLRI-267/187, sampai sebelum Saudara Jay memasuki ruangan ini?” Tanya Pak Anton.

“Baik, pak.” Kataku sambil menghembuskan napas.

Aku mulai menceritakan secara detail adegan di kantor polisi pada waktu itu, kedatangan Valensia dan sekelompok orang berseragam hitam, sampai aku lari ke kontrakanku, bertemu Valensia di bantaran Sungai Ciliwung. Akan tetapi, mengenai pertemuan dan percakapan dengan Mbak Fera tidak kuceritakan. Kemudian, perjumpaanku dengan Valensia yang membuatku babak belur, sampai aku berlindung di rumah Ci Diana. Adegan dengan Senja juga tentu tidak kuceritakan!

“Baik, terima kasih, Saudara Jay. Berikutnya, saya dengar bahwa Saudari Valensia Klara ini adalah sahabat baik dari Saudara Jay. Boleh diceritakan sedikit tentang Saudari Valensia Klara? Yang berhubungan dengan kasus yang menjerat dirinya ini?” Tanya Pak Anton.

“Hmmm. Mungkin tentang kasus pembunuhan di kantor polisi dan perampokan bank Vikthoria ya pak? Untuk permasalahan kasus di kantor polisi, seperti yang sudah saya ceritakan, pak. Kalau melihat dari gelagat dan kata-katanya, saya rasa dia seperti diancam, pak. Saya berpikir seolah-olah, dia sengaja melempar granat cahaya ke arah yang salah untuk mengacaukan kawanan berseragam hitam itu. Karena sebelumnya, dia sempat memberitahu saya untuk lari dari tempat itu.” Kataku.

“Baik. Bagaimana dengan kasus Bank Vikthoria?” Tanya Pak Anton.

“Maaf, pak. Jujur saya baru tahu pagi ini mengenai kasus Bank Vikthoria. Saya tidak tahu mengenai detailnya.” Kataku.

“Baik. Mungkin karena kalian semua sama-sama bekerja di perusahaan teknologi informasi yang biasa berkutat pada masalah perbankan dan saham, mungkin bahasa dari Pak Jent bisa lebih dimengerti oleh Saudara Jay.” Kata Pak Anton.

Haah? Perbankan dan saham? Apa maksudnya? Bukankah perusahaan ini bekerja di bidang... Pada saat itu juga, aku entah kenapa menoleh kearah Pak Jent. Pak Jent memberiku suatu gestur, yang seolah berkata “Iya saja sudah”. Hmmm. Oh iya, aku baru ingat bahwa PT. Ancient Technology ini berada dibawah naungan perusahaan IT besar yang bergerak di bidang perbankan dan saham. Oh iya, aku paham. Jadi, Pak Anton pun tahunya kita adalah orang IT di bidang perbankan dan saham ya? Oke.

“By, tolong jelasin.” Kata Pak Jent.

“Oke, bos. Jadi gini, Joy.” Kata Pak Abby.

“Jay...” Kata Pak Jent, Martha, dan Senja secara bersamaan.

“Oh, Jay. Oke, jadi gini, Juy.” Kata Pak Abby.

Oh, whatever... Semua pun juga kelihatannya tidak berdaya.

“Si Valensia itu bukan cuma sekedar merampok bank aja. Tapi dia nginstall virus dan keylogger di komputer teller, dimana virus itu ngakses service utama bank.” Kata Pak Abby.

Sekedar pengetahuan, keylogger adalah semacam program yang bertugas mencatat seluruh input yang pengguna komputer masukkan melalui keyboard komputer. Service utama adalah perangkat program yang biasanya terpisah dari perangkat program depan, yang biasanya bertugas melakukan logika proses bisnis, seperti pengolahan data.

“Lho? Kok bisa? Keamanan komputer bank itu kan pasti sangat tinggi.” Kataku.

“Joy, gua yakin lu pasti paham. Valensia memiliki kemampuan yang lebih dari cukup dalam masalah hal ini kan?” Tanya Pak Abby.

Ugh, aku hanya menunduk saja. Ya, hati kecilku memang harus mengakui bahwa dia sangat pintar dalam hal ini.

“Terus, apa yang dia lakuin, pak? Mindahin nominal tabungan orang ke rekening dia?” Tanyaku.

“Tadinya, itu yang kita pikirin. Tapi, setelah gua liat-liat, gua ngerasa ada maksud terselubung dibalik semua ini. Emang jumlah uang yang diambil tuh gede banget, cukup lah kira-kira untuk beli satu kota. Tapi, di balik semua itu, kayanya tujuan utamanya tuh adalah pencurian data.” Kata Pak Abby.

“Hmmm, data siapa, pak?” Tanyaku.

“Sorry, mungkin lebih tepatnya adalah ID dari data sistem seseorang.” Kata Pak Abby.

ID dari data sistem seseorang? Hmmm, dengan adanya ID dari data sistem seseorang, jika Valensia mampu mengakses sistem bank lebih jauh... Ooohhh!!!!

“Nah, kayanya muka lu ngasihtau gua kalo lu baru aja ngerti apa maksud dari semuanya. Ga heran sih, orang kaya lu emang sampe dunia kiamat juga ga pinter-pinter.” Kata Pak Abby.

Buset! Ngomongnya... Tapi harus kuakui sih, dia itu lebih pintar dan jago dari siapapun yang ada disini, atau bahkan mungkin siapapun yang ada di dunia ini. Karena itu bacotnya nusuk sedalam-dalamnya sampai ke sukma.

“Jadi, virus itu digunakan untuk...” Kataku.

“Yap, narik data ke service utama. Tapi, tetep aja ga gampang dari dapetin ID dari data sistem seseorang. Bahkan faktanya, skrip program buatan Valensia cuma bisa narik satu buah ID dari data sistem seseorang. Yah, amatir gini sih bisanya emang cuma gitu. Abis itu programnya nge-crash. Amatir sih masih untungnya.” Kata Pak Abby.

Hmmm? Hmmmmmm? Tunggu, kata-kata Pak Abby ini sepertinya kontradiksi. Pertama, Pak Abby bilang bahwa Valensia lebih dari sekedar mampu untuk melakukan peretasan terhadap sistem bank. Kedua, dibilang masih amatir ketika skrip program buatan Valensia crash setelah menarik satu buah ID dari data sistem.

“Ya, jadi intinya, Saudari Valensia Klara ini sepertinya berusaha mencari informasi tentang keberadaan seseorang yang tidak kita ketahui, karena sistem buatannya dihancurkan oleh sistem keamanan Bank Vikthoria. Saudara Jay, saya mau bertanya. Apakah menurut Saudara Jay, Saudari Valensia itu mungkin melakukan hal seperti ini?” Tanya Pak Anton.

“Pak Anton. Dulu sewaktu kuliah, saya dan Valensia pernah bercita-cita untuk menjadi seorang investigator keamanan sistem cyber, dan saya rasa... tidak, saya yakin dia tidak berbohong. Bukannya saya membela Valensia, pak. Tapi perasaan saya semakin yakin, bahwa dia berada dalam tekanan. Mungkin dia diancam.” Kataku.

Kemudian, Pak Anton terlihat menulis-nulis sesuatu dalam catatannya. Kemudian, ia memasukkan pena dan catatannya ke dalam tasnya.

“Baik, Saudara Jay. Saya rasa sekian dan cukup. Terima kasih atas data yang Saudara Jay berikan. Mulai besok, tidak perlu khawatir. Saudara Jay boleh ke kantor. Status kriminalitas Saudara Jay akan kita cabut dalam waktu dekat ini. Tapi, ini hanya bersifat sementara saja.” Kata Pak Anton.

“Baik, pak. Terima kasih banyak, pak. Saya akan bekerjasama dengan kalian untuk menyingkap kasus Valensia.” Kataku.

“Ya, itu yang kita harapkan, Saudara Jay. Terima kasih.” Kata Pak Anton sambil berdiri, kemudian menyalami aku, Pak Jent, Pak Abby, Ci Diana, Martha, Villy, dan Senja. Kemudian, Pak Anton pun keluar dari ruangan ini.

Setelah Pak Anton keluar dari ruangan ini, aku berusaha angkat bicara. Akan tetapi, Pak Jent langsung memberi tanda untukku agar aku tidak bicara. Kemudian, ia menulis sesuatu, dan memperlihatkannya kepadaku.

“Mulai sekarang, hati-hatilah dalam berbicara dan menggunakan ponsel. Pasti semuanya tentang dirimu disadap oleh kepolisian. Gunakan cara konvensional atau email untuk berkomunikasi hal yang penting.” Tulisan Pak Jent berbunyi seperti itu.

“Perlukah saya mengubungi Fera, pak?” Tulis Ci Diana.

“Jangan. Kita ga tahu Fera itu ada di pihak siapa. Kalau ternyata dia ada di pihak mereka, malah bisa-bisa kita yang kena bahaya, walaupun aku cukup yakin bahwa Fera itu ada di pihak kita. Sebisa mungkin jangan berkomunikasi dengan Fera, itu juga akan membahayakan dirinya.” Tulis Pak Jent.

“Jay, apa rencana kamu?” Tulis Pak Jent.

Aku hanya menggeleng, menyatakan bahwa aku belum tahu apa yang akan kulakukan.

Kemudian, Pak Abby melemparkan kertas kepadaku. Ah, betul! Aku jadi teringat masalah tadi yang sempat terputus oleh omongan Pak Anton. Betul, pasti skrip program itu adalah pesan dari Valensia untukku. Tidak salah lagi. Skrip program nya hancur ketika sudah menemukan satu buah ID dari sistem data. Tidak mungkin Valensia membuat kecerobohan seperti itu. Satu buah ID dari sistem data itu adalah orang yang dicari-cari oleh pihak mafia Naga Emas Hijau!

Aku pun membuka kertas itu, dimana kertas itu bertuliskan “BUDI ANTASARI”. Hmmm, baiklah. Aku harus mencari nasabah Bank Vikthoria yang bernama Budi Antasari itu, karena dia adalah penghubungku dengan Valensia.

BERSAMBUNG KE EPISODE-34
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah suhu megu keliatannya lagi on fire nih, triple apdet terus..
Moga selalu triple apdet terus ya hu hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd