Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Mamaku Hamil 2

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Cerita drama yg penuh misteri, inti ceritanya sesuai dgn judulnya kan hu? Mamaku hamil cuman yg jd misteri siapa yg menghamili-nya masih belum diketahui.
 
Bingung nih bulu mana yg harus merinding. Bulu kuduk atau bulu "pusat"?
 
Episode 4 : Tetangga Seberang Jalan

Rumah Pak Darmo

Lima hari kemudian, semenjak peristiwa apes menimpanya, zulfikar sudah diperbolehkan pulang. Walaupun begitu, Ia masih harus banyak beristirahat karena kondisinya belum pulih betul. Selain itu, gores-gores luka di belakang tubuh zulfikar ditutupi perban dan kain kasa karena banyak bekas jahitan yang bermaksud merekatkan daging yang sempat terkeloyak. Di sisi lain, zulfikar masih belum mau bercerita. Ia terkesan menutup-nutupi apa yang dialami. Ketika ditanya, ia juga selalu menyatakan bahwa ia baik-baik saja. Tak ada hal yang perlu dicemaskan. Lagipula katanya, luka itu akibat ia menaruh benda tajam di atas tempat tidur.

Bagi yang sudah melihat jelas luka yang sungguh mengerikan itu, sulit mempercayai ucapan zulfikar bahwa gores-gores itu sekadar terkena benda tajam yang salah taruh. Kakaknya fajar apalagi. Ia sangat heran dengan luka yang diderita zulfikar, adiknya. Luka itu tak mencipratkan darah dan disebabkan oleh serangan binatang buas kalau menurut dokter yang merawat zulfikar. Fajar berpikiran apakah luka itu disebabkan serangan anjing pittbul hitam milik tetangga sebelah, karena hewan itu satu-satunya peliharaan warga di komplek perumahan yang bisa dikategorikan buas. Fajar sedikit ragu karena setahu dia anjing itu tetap di kurungannya dan sudah jarang dilepas. Jadi, tidak mungkin anjing itu sampai melompat masuk ke kamar zulfikar di lantai dua, yang biliknya menghadap langsung ke jendela.

Di sisi lain, dalam perjalanan membawa zulfikar pulang ke rumah sore hari, fajar yang masih mengenakan seragam batik sekolah memegang smartphone milik papanya. Pak hendra kebetulan sedang menyetir. Ia juga tak begitu mempermasalahkan fajar melihat-lihat. Mulanya hanya melihat-lihat biasa smartphone yang boleh jadi kalah mahal smartphone kepunyaan fajar. Lambat laun remaja itu diam-diam memasuki area privasi papanya. Fajar membaca satu demi satu pesan di kotak masuk. Tak ketertinggalan Whatsapp.

Semua mengenai urusan kantor, beberapa berisi gurauan dengan sahabat lama. Sisanya keluarga, termasuk percakapan mesra antara papa dan mamanya sebagai pasangan suami-istri. Fajar tersenyum bahagia ternyata hubungan kedua orang tuanya akur penuh cinta. Uniknya, dalam percakapan itu tersurat keinginan bahwa papa dan mamanya ingin memiliki anak lagi. Fajar terkekeh guyon. Ia berkhayal bagaimana rasanya punya adik seorang bayi. Sementara dengan zulfikar, usia fajar terpepet sedikit. Fajar meraba-raba karena tak pernah betul-betul merasakan momen itu sebelumnya. Ia mau beri tahu soal itu kepada zulfikar, tetapi ia masih takut-takut. Barangkali zulfikar bakal sedih mengetahui statusnya bungsunya akan gugur. Pikir fajar.

Di luar perkiraan, ternyata ada satu pesan yang terlewat,

"Ini tante indira modus banget...."
"Bener kata vania kemarin, ada yang aneh sama itu tante-tante..."
"Ada-ada aja,.***k kasian gitu dia sama suami dan anaknya yang masih kecil, si dito..."

Fajar membaca percakapan antara papa dan tante indira yang telah berlangsung tiga hari. Awalnya, fajar menduga papanya sudah selingkuh diam-diam dengan tante indira, tetapi itu tidak benar. Dalam percakapan itu, tante indira berusaha curi-curi perhatian papanya. Entah itu dia curhat colongan sampai minta ketemuan berdua. Beruntung, papa membuktikan kesetiaan pada mamanya. Dalam percakapan itu papanya terkesan masa bodoh, tak menuruti bujuk rayu manja tante indira. Sebaliknya, malah menasehati agar tante indira lebih fokus mengurusi om faisal dan dito. Kalau-kalau ingin bercerita, mama siap sedia mendengarkan. Akan tetapi, tante indira tidak mengerem sedikitpun. Ia terus berupaya memeengaruhi papa.

Sebetulnya fajar mau memberitahukan hal ini pada zulfikar yang duduk tepat di belakangnya. Hanya saja, fajar takut ketahuan bahwa ia sudah melampaui batas, memasuki ranah privasi papanya. Menurut fajar, ia akan kasih tahu nanti saja setelah berada di dalam rumah, termasuk kepada vania. Lagipula, mobil papanya sudah memasuki komplek perumahan tempat mereka tinggal.

"Bi Asih pacaran sama si Padmo, jar?"
"Dari sejak kapan?"

"Lo baru tahu? Udah lama kali, ada kali sebulanan lebih...", jawab fajar. Dari ventilasi mobil, ia dan zulfikar memandangi supir tetangga sebelahnya bernama Padmo berjalan kaki bersama Ningsih. Lelaki lembek itu merupakan kekasih dari pembantu keluarga fajar. Tangannya berpejal akibat terlalu sering memegang stir, tetapi perutnya ditimbun lemak akibat sering duduk. Raut kosong wajahnya buat orang selalu menaruh curiga. Jika dia diletakkan di tengah-tengah kerumunan yang heboh kemalingan, pasti dia lebih dulu kena tuduhan. Namun, Ningsih bersikap lain. Dia berjalan berdampingan dengan padmo sebagaimana pengantin baru. Digenggam kuat-kuat tangan ningsih. Dielus-elus kulitnya seakan itu batu pualam. Ningsih pun adi tersipu-sipu, dilecut gombalan nakal padmo yang menjurus-jurus. Baginya, Padmo lebih dari sekedar aktor tampan sinetron favoritnya, yang selalu bikin kesengsem kalau sudah merayu-rayu.

"Heemm...."

"Bi asih kita nikahin aja kali yaa...daripada zina kayak gitu terus...."

"Maksud papa?", tanya fajar menyadari papanya turut melihat ningsih berjalan berdua bersama padmo di jalanan komplek. Apalagi fajar mengatakan kalau ningsih itu sudah menjalin kasih dengan padmo.

"Iya, daripada dia pacaran begitu terus...mending nikah.."
"Papa sih cuma khawatir jangan sampai bi asih kebablasan aja..."

"Ooo...."

"Nah, udah sampai kita di rumah....yuk kita bantu fikar turun...."
"Mama pasti udah nungguin kita daritadi...."


###


"Fajar! Fajar! Sini sebentar!", vania memanggil lirih adiknya seolah tak boleh sampai orang lain ikut mendengarkan, walaupun kamarnya dengan fajar cuma berseberangan.

"Apaan? udah ngantuk banget nih, kak...."
"Hoaaheeemmm....", tangan fajar menghalang angin masuk ke mulut. Matanya sudah berair.

"Penting ini fajar! Masalah mama!"

"Kenapa mama?! Gak bisa diomongin besok emangnya, kak....?"

"Ihhhh...nyebelin banget sih..."
"Mama dirayu-rayu sama om faisal, fajar...!"
"Kayaknya ada yang gak beres deh sama om faisal dan tante indira..."

"Gak beres bagaimana?"

Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Zulfikar si malang itu sudah kangen dengan kasurnya sehingga tertidur pulas. Guling ia dekap erat-erat seakan suami melampiaskan rindu pada istrinya. Tetap saja ia tengkurap. Lukanya belum sepenuhnya sembuh. Di rumah sakit zulfikar terbilang susah nyenyak. Infus yang menancap di nadi serupa borgol yang memasung dia di atas tempat tidur. Suster cantik nan manis tidak juga menghibur, seperti penjaga lapas yang mondar-mandir memantau kegiatannya. Sejak sakit, zulfikar tidak terlihat banyak ulah walaupun masih ditemukan ia melemparkan candaan kepada anggota keluarga. Zulfikar memang masih harus beristirahat total sampai hari minggu. Setelah itu ia baru boleh beraktivitas sebagaimana biasanya. Ditambah ia harus kontrol ke dokter karena perban di tubuhnya belum boleh dilepas.

Berbeda dengan zulfikar, kedua kakaknya belum juga tidur. Vania sibuk ngerumpi dengan ningsih di kamarnya. Fajar sedang giat-giat belajar. Baru saja fajar turun ke lantai bawah untuk melepas dahaga kerongkongannya yang kering sekaligus mengakhiri mengerjakan latihan soal ujian. Vania yang mengetahui fajar belum tidur berusaha menemui adiknya itu. Ada yang ingin ia utarakan.

"Kenapa mama sama om faisal?", tanya fajar. Ia dan vania saling mendekat, hendak berbisik-bisik.

"Tadi itu, kakak sempet kepoin hapenya mama..."
"Masa kakak ngelihat ada wa om faisal ngerayu-ngerayu gitu....", ujar vania.

"Ngerayu mama? Ngerayu gimana?"

"Iya, om faisal bilang Mama cantik, papa dianggep beruntung banget bisa dapetin mama...pokoknya banyak nanya sama muji-muji mama begitu..."

"Hemmm....terus respon mama apa?", tanya fajar menyikapi dengan serius.

"Kamu tahu sendiri kan mama orangnya kayak gimana? Ya mangut-mangut aja...bilang terima kasih malahan udah dipuji..."

"Ooo.....yaudah deh...besok lagi aja kita bahas, kak.."
"Aku udah ngantuk banget ni, beneran deh...."
"Hoaaheeeemmm...."

"Yaah kok gitu sihh...ayo dong pikirin kita musti ngapain nih...", desak vania

"Aku kalau udah ngantuk begini susah mikir kak..."
"Besok aja yaaa...daah...", fajar berbalik badan meninggalkan kakaknya.

"Yaaahhhhh fajar maahh....fajar!"

Fajar kembali masuk ke kamar. Pintu ia tutup merapat, kemudian berhenti sebentar. Kantuk fajar tertunda ternyata. Dia kepikiran ucapan vania. Laporan vania barusan membuat ia jadi semakin penuh sangka dengan sikap om faisal dan tante indira, mengapa saling melakukan pendekatan terselubung pada kedua orang tua fajar. Apakah om faisal dan tante indira berupaya memisahkan mama dan papanya. Itu dugaan yang masih bisa dibantah. Terlebih, om faisal sepupu papa. Di sisi lain, apakah papa dan mamanya menyadari hal itu. Fajar ingin bertanya langsung pada papa dan mamanya. Akan tetapi, ia betul-betul sangsi. papa dan mama bisa-bisa menganggapnya telah ikut campur urusan pribadi. Apalagi dia dan vania sembunyi-sembunyi mengecek isi WA orang tua mereka.


Darmo


Maria

Ranjang kesepian, Fajar menghampiri meja belajarnya yang menghadap jendela. Tirainya dibiarkan tak menutup, karena mau duduk melihat suasana malam jumat seraya memikirkan maksud om faisal dan tante indira. Pandangan matanya keluar, menembus kegelapan dan kemilau lampu. Ia menengok serong ke kiri, ke sebuah rumah bergaya tradisional Jawa moderen. Itu rumah tempat padmo (33), kekasih ningsih bekerja sebagai supir. Majikan sekaligus pemiliknya bernama Darmo (55), pemilik saham nomor satu sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang garmen.

Konon kata ningsih yang dekat dengan padmo, pak darmo memiliki banyak wanita simpanan. Wanita simpanan tersebut kerap dibawa ke rumah saat istrinya tidak ada dan padmo supirnya diminta tutup mulut. Sementara Istri pak darmo, Maria (43), seorang wanita tionghoa yang memiliki bisnis boutique ternama di Jakarta. Wanita berkulit putih itu amat sibuk dengan teman-teman wanitanya sesama sosialita yang hidup glamor di atas tumpukan harta. Di sisi lain, Pak darmo dan istrinya mempunyai seorang anak laki-laki yang kini sudah berkeluarga dan tinggal di luar negeri.

Pak darmo begitu fajar akrab menyapanya, adalah salah satu dari sekian bapak-bapak di sekitar rumah yang memiliki hasrat terpendam pada mamanya. Jika bapak-bapak yang lain menaksir biasa karena mamanya cantik, tidak dengan pak darmo. Menurut zulfikar adiknya, mamanya kerap diberikan hadiah yang dibungkus sedemkian rupa serupa kado ulang tahun. Fajar tidak pernah tahu apa isinya begitu juga zulfikar yang pernah sesekali dititipkan kado oleh pak darmo. Belum selesai urusan om faisal dan tante indira. Ia jadi kebawa pikiran masalah pak darmo. Jangan-jangan mama sudah bermain api di belakang papanya. Begitu curiganya fajar. Namun, ia mau menahan diri dulu. Lagipula belum ada bukti apapun mamanya berselingkuh dengan pak darmo kalau hanya sebatas diberikan hadiah. Apalagi ia tidak mengetahui apa reaksi mamanya ketika menerima hadiah itu.

Fajar kian bersandar pada kursi. Ia hembuskan nafas, berharap pikirannya bisa ringan. Untuk melupakan masalah itu, ia teringat peristiwa pada minggu malam saat gerimis turun mencekam. Fajar tidak bisa bohong. Ia masih sering terbayang peristiwa malam itu ketika ia melihat arwah kakeknya yang mengenakan pakaian serba putih menyerupai gamis tersenyum padanya. Fajar penasaran mengapa arwah kakek masih saja gentayangan. Padahal, ia mati wajar. Dahulu juga kakek dikenal sebagai orang yang sholeh. Apakah ini bagian dari fase reinkarnasi kakeknya. Kusut pikiran fajar. Ia butuh hiburan.

Fajar beranjak berdiri. Ia mengintip melalui jendela malam-malam, menatap jalanan sunyi yang dibasahi gerimis kecil tak berkesudahan. Fajar ternyata penasaran apa kata pak jajang, bahwasanya di komplek perumahan ia tinggal terdapat prajurit-prajurit kerajaan zaman dulu yang menjaga. Saat mengintip ia begitu berharap ada prajurit yang terlihat. Sudah barang tentu mereka bukan manusia. Keinginan fajar sia-sia belaka.

"Kok itu anjing udah gak melolong lagi yaaa..."
"Giliran malam itu melolong...., aneh..", fajar mendadak rindu dengan anjing pittbul hitam yang gemar mencalak di pagi hari. Anjing itu adalah hewan peliharaan pak darmo. Sempat terbersit di benak fajar. Jangan-jangan serangan binatang buas yang diterima adiknya, zulfikar, adalah serangan anjing pittbul hitam itu. Namun, bagaimana bisa anjing yang sudah tak pernah dilepas lagi itu melukai zulfikar, sedangkan zulfikar mengaku luka itu diderita setelah bangun dari tidur. Menurut fajar, boleh jadi ada yang ditutup-tutupi adiknya.


###


"Hari ini jadi pa, om faisal ke sini?", tanya vania yang baru memulai sarapan karena baru bangun.

"Jadi, papa nanya dia semalem....", jawab pak hendra yang sedang membaca koran pagi di teras rumah.

"Jam berapa?", vania berjalan mendekati papanya.

"Sekitar jam 9-an..."
"Memangnya kenapa vania.., kamu nanya itu?"

"Gapapa kok paa...cuma nanya aja kok..."

"Hemmm...kamu ada sholat subuh vania..?", tanya pak hendra menatap wajah vania yang terlihat baru bangun tidur.

"...eenggh-enggak paa....", vania terkekeh.

"Vania...vania....kamu itu udah baligh vaniaa...."
"Kamu gak boleh ninggalin sholat...., dosa kamu", tegur pak hendra baik-baik.

"Iya paa...iyyaaa.....",

"Kamu iya iya aja, tapi gak pernah rajin laksanain...", sindir pak hendra pada putri kesayangannya.

Seminggu sudah sejak zulfikar masuk rumah sakit, hari berlalu. Arwah kakek masih berkeliaran, tetapi tidak menampakkan diri lagi pada Ningsih. Vania dan kawan dekatnya itu sudah tak khawatir. Mereka sudah beraktivitas normal di dalam rumah. Ningsih sudah mulai berani tidur di kamarnya sendiri dan menonton sinetron kesukaannya lagi. Akan tetapi, kamar almarhum kakek dan nenek masih terkunci dan tertutup. Sebaliknya zulfikar, dia banyak istirahat di kamar. Tak banyak mengoceh seperti kala ia sehat. Dia masih bisa bercanda. Barangkali sakit membuat ia sedikit kendurkan kenakalannya. Tanpa diketahui anggota keluarga yang lain. Ia betul-betul minta maaf pada ningsih atas tindakan cabulnya seminggu yang lalu dan berjanji tak akan mengulanginya kembali. Ningsih pun menerima maaf zulfikar, tetapi ia jadi tak berani dekat-dekat dengan anak bungsu majikannya. Di sisi lain, zulfikar dan ningsih bersepakat untuk merahasiakan kejadian memilukan di hari minggu kemarin pada siapapun.

"Mama udah jalan ya pa?", tanya vania sambil meminum segelas air usai sarapan.

"Udah...dia tadi berangkat sama fajar..", jawab pak hendra hendak ke kamar mandi

"Fajar ikut? Ngapain?"

"Papa kurang tahu...katanya mau jagain mama..."

"Oohh....fikar?"

"Fikar istirahat di kamarnya...kamu temenin dong adik kamu itu, vania..."

"Iyaa pa, aku kesana..."

Derap langkah vania pelan sambil menggenggam gelas tempat ia minum. Ia menaiki tangga karena kamar ia dan saudara-saudaranya berada di lantai dua. Hendak ke kamar zulfikar, tahu-tahu adik bungsunya itu sedang duduk di balkon, menghadap ke arah rumah pak darmo. Vania menyapa zulfikar lembut sebagaimana mestinya kakak pada seorang adik. Dia tidak merasa jijik sedikitpun dengan luka yang diderita zulfikar. Justru ia kepengen tahu mengapa bisa terjadi se-mengerikan itu. Vania tahu betul adiknya sedang menutupi sesuatu, karena ia dan zulfikar bisa dibilang kakak-adik yang terkadang berbagi curahan hati.

"Tumben duduk di sini lo....", sapa vania berdiri menghadap zulfikar yang duduk.

"Iya, bosen di kamar mulu....", tatap zulfikar.

"Hmmm....udah mendingan?"

"Udah sik, cuma nih perban masih nempel..."

"Yaudah, lo sabar aja.....nanti juga dilepas kok...."
"Lagian Kenapa bisa begini sih? Masa iya gara-gara lo naro pisau di kasur bisa sampai separah ini lukanya.....?", tanya vania begitu penasaran.

"Heemmm.....tapi lo janji dulu jangan cerita ke siapa-siapa..."

"Gimana gue mau cerita ke siapa-siapa, lo aja megang rahasia gue, ya kan...?"
.
"Iya sik...gue cuma khawatir lo bakal cerita sama fajar aja...gue kan tahu lo sama fajar deketnya sama kayak gue..."

"Iyaa fikar, gue janji kok gak bakalan kasih tahu siapapun termasuk fajar...."
"Yaudah cepet cerita...", ucap vania memelas.

"Vania...vania....kalo lo bukan kakak gue, udah gue pacarin lo..."

"Idiihhh, seleranya sama kakaknya sendiri masa..."
"Yaudah buruan deh lo cerita, mumpung papa lagi di bawah...."

Menengok ke kanan ke kiri terlebih dahulu, zulfikar kemudian bercerita. Zulfikar memgatakan sebelum luka mengerikan itu dideritanya usai bangun tidur, ia bermimpi bertemu arwah kakek mereka yang sudah meninggal dunia. Dalam mimpi itu, arwah kakek memperingatkan zulfikar agar jangan sesekali berbuat macam-macam di rumah. Selain itu, arwah kakek meminta mereka berusaha menjaga keharmonisan hubungan antara anggota keluarga. Ditambah, arwah kakek juga mengatakan mereka tidak perlu mengkhawatirkan kehadirannya di rumah, semata-mata ia di sana hanya untuk menjaga penghuni di rumah itu. Vania yang mendengarkan serius agak ragu dengan kebenaran cerita zulfikar. Lagipula mengapa zulfikar setelah bermimpi malah menderita luka separah itu. Zulfikar pun lekas menjawab bahwa dirinya juga tak mengerti sama sekali mengapa ia harus menempa luka gores sedahsyat ini.

Cerita berlanjut ke hal lain. Zulfikar memberitahu kepada vania bahwa pak darmo tetangga mereka sangat berambisi merebut mama dari papa. Ambisi itu tidak main-main apalagi vania baru mendapatkan informasi dari ningsih kalau pak darmo adalah seorang penganut ilmu hitam. Itu berarti segala upaya bisa saja dikerahkan pak darmo mati-matian demi merebut mama dari papa. Vania segera memberitahu hal penting itu pada fajar melalui akun WA-nya.

"Van, lo masih berhubungan sama cowok lo yang brengsek itu?", tanya zulfikar sambil menunggu jawaban kakak nomor duanya.

"Eh? Enggak...enggak kok...", gugup vania menjawab.

"Yang bener?! Gue serius nanyanya!", zulfikar mendesak vania jujur.

"Bener kok....masa iya gue bohong...", jawab vania. Ia telah berdusta pada adik yang telah membelanya mati-matian dari kekasih yang telah mengambil keperawanannya.

"Awas lo kalo lo bohong....!"
"Fajar kalau sampai tahu soal lo ini...habis lo dimarahin dia....!"
"Gue masih baek aja sama lo van...", tutur zulfikar memperingatkan. Zulfikar hafal betul sifat fajar. Fajar itu kalem, tenang, dan penyabar. Akan tetapi kalau sudah tak bisa menahan kesabarannya ia bisa meluapkan emosinya sampai tak terkontrol.

"Fajar kok belum baca juga yaahh...hmmm...."

"Telepon aja gih mendingan...", pinta zulfikar.

"Jangan, nanti kedengaran papa bagaimana?", cemas vania tak mau papanya sampai terlibat.

"Ya gapapa...masalah mama ini...."

"Gini loh fikar...lo tahu tadi kan, pak darmo itu siapa..."
"Gue cuma gak pengen ujungnya nanti papa malah dijahatin sama pak darmo...."

"Heemm bener juga yaaa...."
"..."
"Eehh van, lihat tuh.....pak darmo lagi di depan rumahnya....dia paling lagi nungguin mama olahraga..."
"Untung dia gak tahu kalo mama sebenernya lagi keluar sama fajar...", zulfikar menengok ke bawah, memandangi pak darmo berdiri seorang diri di depan halaman rumahnya.

"Eh iya, yaa bener...", sahut vania ikut melihat.

Fokus memantau gerak-gerik pak darmo, tiba-tiba pak hendra berteriak dari bawah memanggil anak-anaknya, terutama vania. "Vania! Vania!"

"Iyaa pa! Kenapa!", balas vania

"Ke bawah sayang! Ada tante indira nih!"

Vania justru tampak kebingungan, "kok tante indira?? Bukannya om faisal yang mau ke sini sendirian??"


###


Di sebuan mal di bilangan Jakarta Selatan. Fajar melamun seorang diri ala jomblo di sebuah cafe sambil membaca novel dan menikmati secangkir Latte. Fajar menjauh dari kebisingan ketika mamanya tengah asyik kumpul-kumpul khas ibu-ibu. Ia terkadang memandangi orang-orang yang sedang berlalu lalang selagi matanya jenuh memperhatikan buku. Dia sebetulnya tidak mau ikut mamanya pergi. Karena kekhawatiran yang berlebihan, itulah yang terjadi. Fajar beranggapan mamanya bakal pergi dengan seseorang, bisa dibilang selingkuhan kalau mengikuti prasangka fajar. Padahal, tidak sama sekali. Mamanya jujur. Istri dari Hendra itu sedang kumpul bareng dengan teman-teman kantornya. Jengkel jadinya fajar menyadari dugaannya salah besar.

Sekarang Ia justru sedang dibuat pusing oleh vania yang mengabarkan bahwa di rumah ada tante indira. Menurut rencana yang sudah diatur seminggu yang lalu, om faisal yang mau datang untuk mendiskusikan masalah bisnis dengan papanya di rumah. Kenyataannya malah tante indira yang datang sendirian. Fajar mulai menyimpulkan ada yang tidak beres dengan om faisal dan tante indira. Lebih parahnya lagi, tante indira datang menemui papa dengan mengenakan busana yang tidak lazim. Fajar mengetahui itu karena vania mengirimkan sebuah hasil jepretan.

Lagi-lagi belahan dada rendah jadi persoalan. Mengenakan jins ketat yang membentuk jelas postur jenjang paha hingga kaki yang aduhai, tante indira terkesan mau pamer susu dengan kaos longgar berwarna biru yang ia kenakan. Selebihnya, ia busungkan dada tinggi-tinggi, jurus yang dikerahkan untuk menggoda. Bibirnya merah merona biar terlihat seksi. Rambutnya terurai di bahu serupa model ternama. Sayangnya, segala upaya yang dilakukan tante indira tiada guna. Papanya menolak bertemu. Fajar, vania, dan zulfikar pun bisa bernafas lega. Ternyata keimanan papanya selama ini bukan sekedar isapan jempol. Tante indira yang diabaikan justru ditemani vania mengobrol berdua. Papanya tidur di kamar. Sungguh kasihan wanita itu. Padahal sudah susah payah mendandani diri dan datang jauh-jauh kemari.

"Fiuuhhh....syukur deh...."
"Bener-bener salut gue sama papa!!"

Kini, fajar bisa bergembira. Sisanya, ia bisa lebih fokus mengurusi pak darmo yang dikatakan vania menganut ilmu hitam. Fajar sangat cemas mamanya bisa-bisa terkena guna-guna atau jangan-jangan sudah kena guna-guna.


###


"Yeeeee berhasil kitaa!!", bersorak-sorai fajar seperti anak kecil di kamar zulfikar.

"Siapa dulu dong....untung ada gue kan di rumah...", jawab vania yang paling berperan penting. Ia duduk di tepi ranjang zulfikar.

"Denger berita begini entah kenapa gue ngerasa penyakit ini makin cepet sembuh njir...bersyukur banget gue punya kakak kayak kalian berdua...", celoteh zulfikar yang nyaris berurai air mata. Ia tengah duduk di atas tempat tidurnya, dekat vania.

"Makanya lo jangan songong sama kakak-kakak lo, fikar....", fajar yang berdiri menatap kakak dan adiknya begitu girang.

Menjelang sore setelah kepulangan fajar ke rumah bersama mamanya, fajar segera buru-buru menemui vania dan zulfikar. Mereka bertiga berkumpul di kamar zulfikar karena adik bungsunya itu tengah beristirahat. Ketiga adik-kakak tersebut bercengkrama dan tertawa riang, saling bercerita apa yang terjadi hari ini. Terlepas dari itu semua, mereka membahas tentang pak darmo dan upaya apa yang mereka harus lakukan agar mamanya tidak sampai diguna-guna. Usul dari zulfikar yang malang, ia hendak mendatangkan orang pintar yang katanya sakti mandraguna berasal dari Banten. Tambah zulfikar, orang sakti harus diadu sesama orang sakti. Kalau mereka tiga yang melawan pak darmo bisa-bisa dilenyapkan dengan gampang. Vania menyetujui soal itu.

Tidak demikian dengan fajar. Kalau sampai gagal, ia khawatir pak darmo akan mengincar nyawa mereka bertiga. Itu risiko paling buruk jika terjadi, karena posisi fajar berserta kakak dan adiknya bakal ketahuan nantinya. Fajar lebih mengusulkan agar mendatangkan seorang alim ulama saja. Berpihak pada Tuhan Yang Maha Kuasa pasti selalu menang seperti di film-film laga berbau horror menurut fajar. Cuma, fajar tidak bisa merekomendasikan alim ulama siapa yang ia maksud.

Sementara vania punya pendapat sendiri walaupun ia memyetujui usul zulfikar. Ia mengatakan bagaimana jika persoalan ini dilaporkan saja kepada pihak kepolisian, supaya mereka aman. Fajar dan zulfikar kemudian malah menertawakai vania karena apa dasarnya nanti mereka melaporkan pak darmo. Bukti saja mereka tidak punya. Semua sifatnya masih dugaan. Itu kenapa kata fajar dan zulfikar mereka lebih memerlukan orang yang punya kelebihan ilmu. Dengan demikian mereka akan mengetahui mama terkena guna-guna atau tidak. Selain itu, bagaimana menangkal niat busuk pak darmo.

"Eh Mbak vania ternyata di sini lagi ngumpul sama ade-adenya....", ningsih seperti takut-takut membuka pintu kamar zulfikar.

"Bi, ke sini bi sebentar....!", panggil manis vania kepada ningsih.

"Kenapa mbak?", ninsih menunduk berjalan seperti tak ingin melihat seseorang.

"Bi, kata si padmo apa aja sih soal majikannya itu, ceritain lagi dong....."
"Ayo duduk dulu bi, sini....", tanya vania memuntut ningsih bercerita sekaligus menawarkannya duduk di kursi meja belajar zulfikar.

"Itu aja sih mbak, gak ada lagi...."
"Ya paling-paling katanya pak darmo suka ngadain ritual sesajen gitu..."

"Maksud bi asih pak darmo itu dukun?", timpal fajar.

"Enggak mas, bukan...pak darmo itu semacem minta bantuan dukun gitu supaya rezekinya laris..."

"Pesugihan?", potong vania.

"Gak tahu deh mbak, saya juga kurang paham...."

Zulfikar hanya mendengar dan mengamati karena kehadiran ningsih membuatnya tak nyaman. Beberapa saat kemudian ia kaget papanya membuka pintu kamar.
"Ohh...pada rame ngumpul di sini ternyata....pantesan dicariin pada gak ada di kamarnya.."
" Eh Vania, tadi tante indira ada bilang mau kemana dulu gak sebelum pulang....?"

"Enggak ada pa, katanya dia emang pengen langsung pulang.....", tengok vania ke arah papanya.

"Hmmm begitu...", gumam pak hendra seperti orang kelimpungan.

"Emangny kenapa pa?", tanya fajar menyahut.

"Enggak,...ini om faisal telepon papa, dia lagi bingung....Tante indira kan pulang pagi tuh....kok belum sampai rumah juga gini hari...."
"Diteleponin juga gak diangkat-angkat...", tutur papa di depan pintu kamar zulfikar.

"Kemana dong yaa berarti tante indira...", ucap vania menengok wajah kedua adiknya.

"Lagi galau kali, gara-gara lo van....", celetuk zulfikar.

"Hahaha.....", adik kakak itu tiba-tiba kompak tertawa di depan ningsih dan pak hendra.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Hhnmm... Masih slow ya ini ceritanya, pantengin aja ah
 
Bimabet
Luar biasa suhu Gee, makin hari kualitas cerita makin nambah, ga sekedar tubruk goyang aja. Sayang abis ini udah mau pensiun aja yah.

Ga nyangka bakal dilempar ke jalur supranatural gini. Tapi yah tetep gurih. Pengen liat interaksi Om Faisal dan Dafina yg pastinya asyik sedap atau kiprah Pak Padmo mesum deketin Dafina.

Ijin pantau ya hu, penggemar berat. Hampir 70kg beratnya. Hehe...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd