Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mamaku Rini Wulandari

POV Rini Wulandari
Tak terasa sudah lewat 3 bulan sejak peristiwa persetubuhanku dengan Agus dirumah saat dia pulang dari Surabaya. Selepas persetubuhan itu aku dan Agus pun kembali mengulanginya beberapa kali secara sembunyi-sembunyi baik di dalam rumah maupun di mobil waktu kami sedang jalan berdua. Setiap kali bercinta, sekalipun aku sudah mewanti-wanti Agus agar tidak mengeluarkan spermanya di dalam namun hal itu tidak pernah ia dengarkan dan selalu saja dia membuang spermanya di dalam vaginaku. Aku pun hanya bisa pasrah dengan tingkahnya yang sangat beresiko itu.

Belakangan ini aku cukup sibuk sibuk mempersiapkan latihan soal untuk murid-muridku yang akan menghadapi UN nanti. Hari-hariku di sekolah diisi dengan try out dan pendalaman materi untuk para muridku.

Aku pun mulai agak jenuh dengan rutinitasku belakangan ini. Suamiku Mas Budiawan sibuk dengan urusan kantornya, sedangkan Agus sudah lebih dari sebulan dia tidak pulang ke Malang karena sibuk dengan skripsinya. Yunita anak tertuaku di Jakarta juga belum bisa pulang ke Malang karena sibuk dengan urusan kantornya.

Aku pun berpikir untuk menengok Agus yang ada di Surabaya. Ya aku kangen dengan anakku yang tampan itu. Bagaimana dengan skripsinya? Kenapa sudah lebih dari sebulan ini dia tidak pulang? Apa dia sudah punya pacar di Surabaya sampai-sampai lupa dengan Mamanya yang ada di Malang? Begitu banyak pertanyaan yang menghantui pikiranku tentang Agus. Aku pun bertekad untuk menjenguknya di Surabaya untuk melihat kondisinya saat ini.

Peluang aku untuk mengunjungi Agus akhirnya terbuka di akhir pekan ini dimana waktu yang biasanya dihabiskan dengan try out di sekolah namun karena ada piknik ke Pantai Balekambang para guru di sekolahku maka try out Minggu ini diliburkan terlebih dahulu. Aku pun senang sekali dengan hal ini dan sudah menyiapkan alasan untuk izin tidak ikut piknik besok. Hari Kamis, saat akan masuk ke kelas tiba-tiba salah satu rekanku Bu Sarah menanyakan perihal keikutsertaanku di piknik hari Sabtu besok
"Bu Rini besok Sabtu ikut piknik ke Pantai Balekambang gak bareng temen-temen yang lain?" Tanya Bu Sarah guru Matematika kelas 3 SMA yang cantik berusia setahun lebih muda dariku.
"Wah kayaknya gak bisa Bu Sarah, soalnya saya mau nengokin anak saya si Agus lagi di Surabaya, kemaren sih dia katanya lagi agak kurang sehat gitu karena kecapean ngerjain skripsi, makanya saya mau nengokin sekalian ngecek kondisinya dia kayak gimana? Alasanku pada Bu Sarah.
"Oh gitu ya, yaudah deh semoga cepat sembuh ya buat anaknya Bu Rini. Hati-hati dijaga kesehatannya". Balas Bu Sarah sambil mengingatkanku.
"Iya makasih Bu Sarah, oh ya saya mau masuk kelas dulu Ya Bu mari". Kataku pamit sambil membawa tumpukan soal-soal latihan UN di tanganku.
"Iya Bu Rini sama-sama". Balas Bu Sarah kepadaku.

Malamnya di kamar saat aku akan tidur tiba-tiba suamiku mengajakku mengobrol.
"Ma, kayaknya Papa tahun depan bakal dimutasi ke Jakarta". Terang suamiku.
"Yang bener Pa?". Tanyaku meyakinkan.
"Iya Ma, Papa tahun depan dipindah ke kantor Kemenkeu di Jakarta.
"Dipindah ke bagian apa Pa?" Tanyaku kritis.
"Ke Dirjen Pajak Ma, soalnya ada beberapa pegawai yang pensiun disitu terus Papa dimutasi untuk ngisi kekosongan pegawai disana". Jawab Suamiku.
"Oh ya kira-kira tahun depannya kapan Pa?". Tanyaku lagi.
"Sekitar pertengahan tahun ya menjelang tahun ajaran baru sekolah Ma". Jawab suamiku.
"Oh gitu". Jawabku pendek.
"Mama kira-kira mau tetap di Malang atau mau ikut Papa ke Jakarta?" Tanya suamiku kembali.
"Gimana ya Pa, Mama masih ada tugas buat ngebimbing anak-anak sampe UN nanti". Terangku padanya.
"Tapi kalo Mama pindah ke Jakarta kan bisa sering ketemu sama Yunita". Kata suamiku.
"Iya sih Mama juga udah lama gak ketemu sama Yunita".
"Kalo gitu Mama abis UN ngajuin pengunduran diri aja sebagai guru dari sekolah terus ikut Papa ke Jakarta". Perintah Suamiku.
"Terus kalo Mama mengundurkan diri abis itu Mama mau kerja apa Pa". Sanggahku mendebat usulan suamiku.
"Lha gaji Papa di Dirjen pajak kan cukup buat ngehidupin keluarga kita, jadi kalo Mama berhenti kerja buat ngurusin anak-anak kan gak masalah". Jawab suamiku enteng.
"Enak aja, Papa harus tahu ya jaman sekarang ini banyak orang berjuang habis-habisan sampe pake nyogok segala buat jadi PNS. Terus sekarang Papa dengan gampangnya nyuruh Mama berhenti? Gak mau! Kataku mendebat keras usulannya.
"Terus Mama mau tetap kerja jadi guru?" Tanya suamiku padaku.
"Iya Pa, Mama mau ikut Papa ke Jakarta asalkan Mama tetap dibolehin kerja jadi guru. Kalo gak boleh biar Papa aja yang pindah sendirian ke Jakarta sana. Kataku padanya.
"Terus urusan pindahannya gimana?". Tanya suamiku lagi.
"Masalah pindahannya biar nanti Mama yang urus sendiri di sekolah". Jawabku padanya dengan tegas.
"Yaudah kalo gitu maunya Mama Papa gak bisa maksa deh". Jawab suamiku yang pasrah dengan pendirian kerasku.
"Oh ya Pa, kalo kita pindah terus rumah ini mau diapain?" Tanyaku lagi.
"Ya kalo gak dikontrakin kita jual aja sekalian buat nambah biaya beli rumah baru di Jakarta". Terang suamiku padaku. Mendengar jawabannya aku pun terdiam dan mulai tidur berbaring ke samping

Saat sedang berbaring ke samping membelakangi suamiku. Aku pun berpikir tentang apa yang dibicarakan suamiku tadi. Rumah ini menyimpan banyak kenangan manis bersama suami dan anak-anakku sekaligus juga jadi saksi perselingkuhanku dengan Pak Kardi di masa lalu. Terlalu banyak kenangan dirumah ini ditambah juga dengan kenangan yang ada di sekolah tempatku mengajar selama lebih dari 20 tahun. Aku pun merasa galau jika harus pindah dari Malang kota kelahiranku ini. Saat sedang berpikir tiba-tiba suamiku memelukku dari belakang.
"Ma, main yuk malem ini, udah lama kita gak "gituan". Ajak suamiku.
"Mama capek nih Pa seharian ngajar terus periksa koreksian anak-anak".
"Ayolah Ma, sebentar aja lagian anak-anak juga udah tidur kan".
"Yaudah deh tapi sebentar aja ya Pa, abis itu Mama mau tidur ngantuk banget". Kuturuti ajakan suamiku karena takut dosa.

Suamiku pun langsung membuka kimono tidur beserta celana dalamnya hingga telanjang bulat. Aku pun juga membuka kimono tidurku dan melemparkannya ke bawah kasur. Suamiku pun langsung menindih tubuhku dari atas lalu menciumi wajahku dan menjilati payudaraku. Walaupun permainan cumbuannya tidak begitu merangsang dan penisnya tak sebesar milik Pak Kardi dan Agus namun sebagai istri yang berbakti aku mencoba melayani suamiku sebaik mungkin.

Tak lama kemudian saat vaginaku mulai basah suamiku pun mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Walaupun penisnya tidak begitu besar namun aku tetap berusaha menikmatinya. Suamiku pun terus menyodok vaginaku dengan lumayan cepat dan membuat birahiku naik ke ubun-ubun.
"Plak Plok Plak Plok Plak Plok". Begitulah bunyi sodokan penis suamiku pada vaginaku.
"Oh ya terus Pa terus Mama gak tahan". Kataku merintih-rintih.

15 menit kemudian kurasakan orgasmeku mulai dekat. Aku pun berharap suamiku tidak mengakhiri permainannya sebelum aku keluar. Tak lama kemudian sodokan penis suamiku makin cepat dan brutal. Aku pun tahu bahwa sebentar lagi dia akan orgasme.
"Ma, Papa mau keluar nih udah gak tahan OHH OHH OHH!" Jerit suamiku padaku.
"Tahan Pa, Mama juga udah mau keluar, kita barengan ya OHH OHH OHH OHH!" Kataku menyuruhnya menahan gelombang orgasmenya.
"Oh Ma, Papa udah gak tahan OHH OHH OHH CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!" Keluarlah sperma suamiku sebanyak 6 kali semprotan menembak-nembak pintu rahimku.
"Ahh Mama juga keluar Pa Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT!" Teriakku juga mencapai orgasme. Selesai bercinta, tubuh suamiku pun ambruk menimpa tubuhku.
"Oh Ma, Papa puas banget malem ini Oh Oh CUPP CUPP CUPP". Katanya sambil menciumi wajahku.
"Iya Pa, Mama juga puas banget sama Papa". Kataku menimpalinya.

Tak lama kemudian suamiku pun bangkit dari tubuhku lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami dan dia tertidur membelakangiku. Ya begitulah performa seks suamiku, terkadang dia mampu membuatku orgasme dan mencapai kepuasan. Namun terkadang sewaktu performanya sedang payah saat aku belum apa-apa dia sudah mendengus-dengus menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Berbeda jauh dengan Agus anakku yang setiap kali main dengannya aku selalu dibuat sampai lemas.

Sebenarnya aku masih bernafsu ingin melanjutkan permainanku dengan suamiku. Namun karena kulihat dia sudah tertidur kelelahan maka aku pun memutuskan untuk tidur dengan posisi telanjang bulat tertutup dengan selimut tebal.

Keesokan harinya sewaktu jam istirahat Shalat Jum'at aku pun menelpon Agus untuk menanyakan kabarnya dan untuk memberitahukan kedatanganku besok ke tempat kosnya.
"Halo Assalamu'alaikum sayang, gimana kabarnya? Kok lama gak pulang ke Malang?" Tanyaku pada Agus
"Maaf Ma, aku dari kemaren sibuk banget sama penelitian makanya gak sempet pulang ke Malang". Jawab Agus sambil meminta maaf padaku.
"Oh ya, Besok kamu di kosan kan nak gak kemana-mana?". Tanyaku di sela-sela telepon.
"Iya Ma, emangnya kenapa?". Tanya Agus padaku.
"Mama besok Sabtu pagi mau ke kosanmu. Pengen main sekaligus belanja di Surabaya".
"Iya aku di kosan kok besok. Yaudah besok aku tunggu ya di Kosan. Dadah Mama Muuaaahhh". Katanya mesra.
"Iya Muuuaahh juga sayang. Assalamu'alaikum". Kataku agak memelankan suaraku takut ketahuan oleh guru-guru lain.
Waalaikumsalam Ma". Jawabnya pendek. Setelah itu komunikasi kami pun selesai.

Keesokan harinya, karena suamiku sedang ada acara di luar kota sampai Senin, jadi aku bisa bebas main dengan Agus selama 2 hari di akhir pekan ini. Sebelum berangkat aku pun Shalat Subuh lalu memompa ASI-ku lumayan banyak untuk stok sampai hari Minggu nanti lalu menyimpannya di dalam freezer. Setelah menyiapkan ASI aku pun berdandan memakai make-up dan juga jilbab. Kali ini aku memakai model jilbab yang agak lain dari biasanya untuk sedikit mengejutkan Agus. Setelah selesai berdandan aku pun memakan roti dan minum teh hangat sebagai sarapan pagi ini. Setelah sarapan aku pun berpamitan pada anak-anak balitaku dengan alasan untuk menjenguk kakaknya yang sakit. Semula mereka merengek-rengek ingin ikut denganku, namun dengan berbagai cara aku berusaha meyakinkan mereka bahwa mereka tidak perlu ikut dan aku akan kembali pada Minggu besok. Saat akan berangkat aku berpesan pada dua babysitter untuk memberikan Nadia dan Nazwa ASI yang sudah aku taruh di freezer. Setelah selesai memberitahu mereka berdua tepat jam 6 pagi aku menaiki Nissan Serena milikku menyetir sendirian meninggalkan rumah menuju kosan Agus yang ada di Surabaya.
 
Terakhir diubah:
:mantap: updatenya, bakalan rame mamanya disurabaya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd