Mamang Oding
Suhu Semprot
- Daftar
- 22 Apr 2014
- Post
- 3.340
- Like diterima
- 938
Aku sengaja pulang cepat sambil ku bawa pekerjaan dari kantor
akan ku kerjakan di rumah saja, pikiranku. Dengan mengerjakan di rumah, suasana lebih santai dan tenang, ditemani Marlina istriku tercinta, yang cantik, yang seksi dan menggemaskan.
Namun ketika aku keluar dari mobilku, Marlina istriku tercinta yang cantik, seksi dan menggemaskan sudah menjemputku dengan seragam kerja rumah.
Iya, celana jeans ¾ dan kemeja jeans lusuh kesayangannya bila sedang kerja .. pasti pembantu baru itu sudah berlalu lagi, pikiranku dan musnah seketika bayanganku akan bekerja dengan santai dan tenang karena aku pasti bakal ikut kerja bakti.
Marlina menyambutku dengan kecupan lembut di bibirku lalu menjejeriku masuk ke rumah. Sengaja aku tidak bertanya kemana pembantu karena aku sedang merasakan kecewa dan capek, jadi lebih baik aku berbaik-baik saja demi stabilitas keamanan ..
Ketika aku membuka sepatu setelah menyimpan kerjaan di meja kerjaku, ku dengar suara Marlina dari dapur
Sayaaanng . Mau maem apa ?
Apa aja jawabku
Mau goreng jambal sama tumis kangkung atau goreng udang sama tumis buncis suaranya terdengar lagi
Jambal sama tumis kangkung jawabku.
Ku simpan sepatu di rak lalu ku ganti baju kerjaku dengan t shirt dan sarung tanpa celana dalam nyaman . lalu aku ke ruang tengah, menyeruput air bening yang sudah disediakan istriku tercinta.
Sambil menikmati rokok, aku renungkan kembali Marlina istriku.
Marlina gadis cantik di kampus berhasil ku timang setelah bersaing dengan beberapa rivalku dan orang tuanya pun rela menjadikan aku seagai menantu anak tunggalnya sehingga setelah aku mulai bekerja, langsung kami dinikahkan.
Baru dua minggu menikah, saat aku tengah menikmati masa pengantin baru tiba-tiba Marlina meminta ijin orang tuanya untuk pisah rumah.
Sempat terjadi ketegangan karena ibunya melarang Marlina pindah .. rumah kita besar, untuk nampung tiga keluarga saja cukup ngapain buang-buang uang untuk tinggal di rumah tipe 21 ngontrak lagi . Itu kicauan ibunya saat itu tetapi Marlina ngotot dan tetap pada keinginannya.
Akhirnya, kami pindah menempati rumah kecil. Cukuplah, kan baru berdua ini ..
Suatu ketika ibunya Marlina datang dan betapa dia kagetnya beliau melihat Marlina tengah ngepel di rumah
Ibunya sempat marah padaku, dia tidak rela anaknya dijadikan pembantu. Aku bilang bahwa itu maunya Marlina, saya tidak menyuruhnya.
Lalu ibu mertuaku mengirimkan pembantu . Yang pertama bernama Suminah, dari kampung . Ternyata hanya tahan 2 bulan karena tidak bisa kerja apa-apa. Seminggu kemudian datang lagi ( kali kedua ini aku yang mengambil dari yayasan penyalur ) . Ternyata 15 hari kemudian pembantu ini dideportasikan ke yayasannya oleh Marlina karena ketahuan mencoba celana dalam Marlina.
Aku sempat bilang bahwa jangan semarah itu . Gak level Sarjana ribut dengan pembantu rumah tangga . Wah, petaka buatku, 4 hari aku dibiarkan tidur di sofa ruang tengah.
Kuhitung-hitung selama 2 tahun diam di rumah ini, sudah 8 pembantu yang masuk dan keluar lagi dan itu tidak dalam waktu yang lama . Semua tidak cocok buat Marlina dan aku memilih diam saja, aku tidak berani untuk berdebat dengannya. Pengalaman tidur 3 malam di sofa cukup membuatku ngeri.
Sayang ayo maem, ngelamun apa sih ? tanya Marlina yang sudah ada di sampingku.
Ayo . ku peluk dia lalu kami jalan ke meja makan.
Ahh Marlina yang manja, cantik dan menggemaskan ternyata sudah menyiapkan makanan favoritku lalu kami makan bersama, sambil bercerita ringan tetapi tetap kuhindari pertanyaan kemana pembantu yang tadi pagi masih kulihat menyiapkan sarapan.
Biarlah Marlina sendiri yang cerita padahal setahuku, pembantu yang terakhir ini adalah janda anak satu yang usianya hanya beda 2 tahun dengan Marlina.
Orangnya sigap dalam bekerja, bersih meski agak pendiam.
Selesai makan, Marlina membawa piring-piring kotor ke dapur, aku balik lagi ke ruang tengah, menyulut rokok sambil minum air jeruk yang kubawa dari meja makan.
Tak lama kemudian Marlina muncul lalu duduk di sebelahku, memeluk lenganku dan menyandarkan kepalanya.
Ku kecup lembut rambutnya dan ku belai lengannya.
Sayang ?
Hmm ? jawabku
Ntar kalau sudah selesai ngerokok, siramin bunga-bunga di halaman yaa . Biar seger katanya
Okey okey kataku ( gak berani aku menolak )
Aku kesal sama pembantu yang tadi ..
Nah ini dia aku bisa tau sebabnya.
Memang kenapa ? Aku lihat dia rajin ..
Rajin sih rajin tapi dia gak mau dipanggil Bibi sama aku
Ya panggil aja namanya . Kan usianya gak jauh-jauh amat jawabku.
Akunya yang gak mau ..
Kenapa ? tanyaku. Dia diam . Pandangannya terarah ke pintu kamar tamu , garis bibir yang menggemaskan aku sekarang tampak agak lurus . Ini gejala tidak aman, jadi aku tidak berani mendesaknya
Ya sudah aku siram kembang dulu yaa kataku sambil berdiri menuju car port untuk pasang selang tapi sempat ku raih gelas air jerukku
Sayang tau gak namanya siapa ? suara Marlina di belakangku
Siapa jawabku sambil terus meneguk air jeruk.
Marlina
Hampir saja aku tersedak saat menelan air jeruk. Gelas kusimpan, segera aku berjalan ke car port karena aku ingin menyembunyikan tawaku yang kalau sampai meledak di hadapannya, bakal membuaku bisa tidur di sofa lagi .
Marlina . Marlina . Aku tersenyum sambil menyemprotkan air ke jajaran bunga mawar yang tumbuh subur di halaman rumahku.
Namun ketika aku keluar dari mobilku, Marlina istriku tercinta yang cantik, seksi dan menggemaskan sudah menjemputku dengan seragam kerja rumah.
Iya, celana jeans ¾ dan kemeja jeans lusuh kesayangannya bila sedang kerja .. pasti pembantu baru itu sudah berlalu lagi, pikiranku dan musnah seketika bayanganku akan bekerja dengan santai dan tenang karena aku pasti bakal ikut kerja bakti.
Marlina menyambutku dengan kecupan lembut di bibirku lalu menjejeriku masuk ke rumah. Sengaja aku tidak bertanya kemana pembantu karena aku sedang merasakan kecewa dan capek, jadi lebih baik aku berbaik-baik saja demi stabilitas keamanan ..
Ketika aku membuka sepatu setelah menyimpan kerjaan di meja kerjaku, ku dengar suara Marlina dari dapur
Sayaaanng . Mau maem apa ?
Apa aja jawabku
Mau goreng jambal sama tumis kangkung atau goreng udang sama tumis buncis suaranya terdengar lagi
Jambal sama tumis kangkung jawabku.
Ku simpan sepatu di rak lalu ku ganti baju kerjaku dengan t shirt dan sarung tanpa celana dalam nyaman . lalu aku ke ruang tengah, menyeruput air bening yang sudah disediakan istriku tercinta.
Sambil menikmati rokok, aku renungkan kembali Marlina istriku.
Marlina gadis cantik di kampus berhasil ku timang setelah bersaing dengan beberapa rivalku dan orang tuanya pun rela menjadikan aku seagai menantu anak tunggalnya sehingga setelah aku mulai bekerja, langsung kami dinikahkan.
Baru dua minggu menikah, saat aku tengah menikmati masa pengantin baru tiba-tiba Marlina meminta ijin orang tuanya untuk pisah rumah.
Sempat terjadi ketegangan karena ibunya melarang Marlina pindah .. rumah kita besar, untuk nampung tiga keluarga saja cukup ngapain buang-buang uang untuk tinggal di rumah tipe 21 ngontrak lagi . Itu kicauan ibunya saat itu tetapi Marlina ngotot dan tetap pada keinginannya.
Akhirnya, kami pindah menempati rumah kecil. Cukuplah, kan baru berdua ini ..
Suatu ketika ibunya Marlina datang dan betapa dia kagetnya beliau melihat Marlina tengah ngepel di rumah
Ibunya sempat marah padaku, dia tidak rela anaknya dijadikan pembantu. Aku bilang bahwa itu maunya Marlina, saya tidak menyuruhnya.
Lalu ibu mertuaku mengirimkan pembantu . Yang pertama bernama Suminah, dari kampung . Ternyata hanya tahan 2 bulan karena tidak bisa kerja apa-apa. Seminggu kemudian datang lagi ( kali kedua ini aku yang mengambil dari yayasan penyalur ) . Ternyata 15 hari kemudian pembantu ini dideportasikan ke yayasannya oleh Marlina karena ketahuan mencoba celana dalam Marlina.
Aku sempat bilang bahwa jangan semarah itu . Gak level Sarjana ribut dengan pembantu rumah tangga . Wah, petaka buatku, 4 hari aku dibiarkan tidur di sofa ruang tengah.
Kuhitung-hitung selama 2 tahun diam di rumah ini, sudah 8 pembantu yang masuk dan keluar lagi dan itu tidak dalam waktu yang lama . Semua tidak cocok buat Marlina dan aku memilih diam saja, aku tidak berani untuk berdebat dengannya. Pengalaman tidur 3 malam di sofa cukup membuatku ngeri.
Sayang ayo maem, ngelamun apa sih ? tanya Marlina yang sudah ada di sampingku.
Ayo . ku peluk dia lalu kami jalan ke meja makan.
Ahh Marlina yang manja, cantik dan menggemaskan ternyata sudah menyiapkan makanan favoritku lalu kami makan bersama, sambil bercerita ringan tetapi tetap kuhindari pertanyaan kemana pembantu yang tadi pagi masih kulihat menyiapkan sarapan.
Biarlah Marlina sendiri yang cerita padahal setahuku, pembantu yang terakhir ini adalah janda anak satu yang usianya hanya beda 2 tahun dengan Marlina.
Orangnya sigap dalam bekerja, bersih meski agak pendiam.
Selesai makan, Marlina membawa piring-piring kotor ke dapur, aku balik lagi ke ruang tengah, menyulut rokok sambil minum air jeruk yang kubawa dari meja makan.
Tak lama kemudian Marlina muncul lalu duduk di sebelahku, memeluk lenganku dan menyandarkan kepalanya.
Ku kecup lembut rambutnya dan ku belai lengannya.
Sayang ?
Hmm ? jawabku
Ntar kalau sudah selesai ngerokok, siramin bunga-bunga di halaman yaa . Biar seger katanya
Okey okey kataku ( gak berani aku menolak )
Aku kesal sama pembantu yang tadi ..
Nah ini dia aku bisa tau sebabnya.
Memang kenapa ? Aku lihat dia rajin ..
Rajin sih rajin tapi dia gak mau dipanggil Bibi sama aku
Ya panggil aja namanya . Kan usianya gak jauh-jauh amat jawabku.
Akunya yang gak mau ..
Kenapa ? tanyaku. Dia diam . Pandangannya terarah ke pintu kamar tamu , garis bibir yang menggemaskan aku sekarang tampak agak lurus . Ini gejala tidak aman, jadi aku tidak berani mendesaknya
Ya sudah aku siram kembang dulu yaa kataku sambil berdiri menuju car port untuk pasang selang tapi sempat ku raih gelas air jerukku
Sayang tau gak namanya siapa ? suara Marlina di belakangku
Siapa jawabku sambil terus meneguk air jeruk.
Marlina
Hampir saja aku tersedak saat menelan air jeruk. Gelas kusimpan, segera aku berjalan ke car port karena aku ingin menyembunyikan tawaku yang kalau sampai meledak di hadapannya, bakal membuaku bisa tidur di sofa lagi .
Marlina . Marlina . Aku tersenyum sambil menyemprotkan air ke jajaran bunga mawar yang tumbuh subur di halaman rumahku.