Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Terima kasih para suhu yang selalu rajin absen di thread unfaedah ini 🤭😁

Senja mendera saat dua sejoli yang sedang dilanda asmara bersanding mesra di rerumputan di sebuah bukit kecil yang oleh orang-orang di sekitar situ disebut "Bukit Cinta". Entah apa yang mendasari penamaan itu, mungkin sepertinya karena banyaknya pasangan pria-wanita yang berboncengan keluar masuk ke bukit kecil yang asri itu.

Adrian dan Tiara, dengan dada yang berdebar dan senyum malu-malu yang tak pernah lepas dari kedua bibir mereka tampak saling pandang dan berpegangan tangan. Mereka tak perlu mengucapkan sepatah kata pun untuk mengatakan perasaan mereka.

"Udah sering ke sini mas?" Tanya Tiara tanpa berani memandang cowok yang telah merampas hatinya.

"Baru kali ini kok Ara." Jawab Adrian singkat sambil mencabuti bunga ilalang lalu menyelipkan di mulutnya.

"Rame juga ya di sini, semua berpasangan." Ujar Tiara yang memperhatikan sekitarnya.

"Namanya juga Bukit Cinta Ara, ya pastilah yang ke sini berpasangan seperti kita." Kata Adrian malu-malu.

"Emang kita udah pasangan mas?" Tanya Ara dengan kerlingan tajam.

"Kamu mau jadi pacar ku Ra?" Tanya Adrian sambil menyerahkan bunga ilalang yang tadi digigitnya.

"Iiiihhh..Mas Adrian jorok!!!" Seru Tiara jengkel.

"Adanya cuma ini di sini Ara." Kata Adrian cengengesan dengan masih menjulurkan bunga ilalang itu.

"Gak ada romantis-romantisnya nih si rocker." Timpal Tiara ketus.

"Bukankah ini justru romantis Ara?"

"Kamu tidak akan mendapatkan cowok yang berani memberi mu bunga ilalang saat menyatakan cintanya." Sahut Adrian dengan pede dan senyum lebar.

"Emang mas Adrian udah menyatakan cinta?" Tanya Tiara mengejek.

"Eh..lha tadi apa ya??" Sanggah Adrian.

"Tadi itu cuma mas cuma tanya kesediaanku menjadi pacar mas doang, hiiiihhh." Tiara bersungut-sungut karena makin jengkel dengan Adrian.

"Kayak gitu bukan pernyataan cinta ya Ra?" Tanya Adrian bodoh.

"Mbuh lah, terserah mas ajalah, sakarepmu!!!" Tiara berkata makin ketus karena semakin jengkel dengan Adrian.

"Jangan melotot dan manyun gitu Ara, nanti mas makin sayang ma kamu." Rayu Adrian dengan cengengesan.

"Makin sayang?"

"Sejak kapan mas sayang sama Ara??!!"

"Kenapa mas sayang sama Ara??!!"

Tiara yang dipuncak kejengkelannya menoleh dengan melotot dan tangan yang terkepal. Adrian yang melihat wajah Tiara bukannya takut malah makin terkekeh.

"Hehehe, aku sayang kamu sejak kamu mengajak ku ke rumah Dini pertama kali Ara."

"Kenapa aku sayang Ara ya aku juga nggak tau, aku suka kamu saat marah, jengkel, tersenyum dan tertawa. Apakah itu adalah rasa sayang? Aku nggak tau Ara."

Adrian berkata dengan wajah tegas walaupun tersungging senyum simpul di ujung bibirnya.

Tiara terdiam dan mengalihkan pandangan untuk menutupi semu jingga di pipinya. Dadanya bergetar dan berdetak lebih cepat setelah mendengar pernyataan Adrian yang selama ini memang ia harapkan. Tapi ia tidak ingin terlihat begitu murahan dihadapan cowok yang ia sukai. Ia ingin Adrian bertekuk lutut untuk menyatakan perasaan cinta kepadanya.

"Apa kita akan di sini aja hingga malam mas?" Tanya Tiara mengalihkan pernyataan Adrian.

Adrian melongo tidak bisa mengerti kenapa Tiara justru menanyakan hal lain setelah menuntut jawaban atas pertanyaannya sendiri. Ia hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal untuk meredakan kegemasan terhadap Tiara.

"Berikah hamba-Mu ini kesabaran ya Allah." Bisik Adrian sambil menengadahkan tangan.

Tiara tersenyum geli mendengar bisikan Adrian yang cukup jelas di telinganya lalu menyahut.

"Aaammmiiiinnnnn."

Tiara tertawa geli saat melihat Adrian meliriknya dengan jengkel. Ia lalu bangkit dan duduk di atas motor yang bersender miring.

"Ayo pindah mas, ntar jadi santapan nyamuk kalau kita di sini terus." Ajak Tiara.

Adrian bangkit lalu ikut duduk di depan Tiara, men-starter motornya lalu mengendari motor kesayangannya itu dengan pelan meninggalkan belukar yang hampir saja menjadi saksi bisu peresmian pacarannya dengan Tiara. Tapi sayang, tempat itu sepertinya enggan dijadikan saksi bisu karena Tiara tidak merespon pernyataan Adrian.

"Mau diantar ke mana mbak?"

"Ke Sompok tarifnya lima ribu."

Adrian bertanya bak tukang ojek saat motornya keluar dari area perbukitan dan memasuki jalan raya.

"Iiihhh..apa sih mas ini." Sahut Tiara sambil memukul bahu Adrian pelan.

"Dipeluk dong, boncengan sama pacar kayak lagi ngojek aja, boncengnya dibelakang banget." Protes Adrian.

"Yeee..biasanya juga gini kalau aku mas boncengin." Elak Tiara.

"Hari ini kan beda Ara." Ujar Adrian masih protes.

"Beda gimana mas?" Tanya Tiara.

"Kan kita udah resmi pacaran, iya nggak??!!" Sahut Adrian dengan senyum ceria.

"Kan aku belum menerima atau menolak mas." Sergah Tiara.

"Tapi tadi kamu senyum-senyum mulu, wajah mu juga bersemu-semu. Hehehe." Goda Adrian.

"Iiihhh..nggak!!" Elak Tiara.

"Udaaahh, gini lho kalau bonceng aku sekarang."

Adrian berhenti dan meraih kedua tangan Tiara lalu mengalungkan kedua tangan itu di pinggangnya. Tangan kirinya memegang kedua tangan Tiara dan tangan kanannya kembali memegang stang motor, melajukan motornya dengan lambat di jalanan yang tidak terlalu ramai. Tiara yang tidak sanggup melepaskan tangannya hanya pasrah dengan perlakuan Adrian, ia malah menempelkan pipinya ke punggung Adrian sambil memejamkan mata.

Perasaan bahagia karena asmara selalu muncul saat dua hati mempunyai rasa dan diekspresikan oleh keduanya dengan penuh kasih. Cinta tidak mudah, pun juga tidak susah. Cinta selalu akan menemukan jalan dan selalu bisa membuat kita bersemangat. Karena cinta selalu menjaga kita tetap hidup.

----------------------------

Gadis remaja itu sedang rebah telentang di atas kasurnya, matanya yang terpejam membayangkan kejadian di siang hari yang tidak sengaja ia melihatnya. Suara desahan kenikmatan si wanita selalu terngiang di telinganya. Tubuh pria muda yang telanjang itu selalu membayang di matanya. Dengan sadar, gadis remaja yang hanya mengenakan tanktop merah muda tanpa bra itu mulai mengelus dua bukit kembar yang belum cukup besar untuk gadis remaja seusianya.

"Ooouuuhhh..eeehhhh.."

Lenguhan mulai terdengar dari bibir tipis dan mungil berwarna merah yang segar tanpa balutan lipstick. Tangannya bergerak lambat meremas kedua payudara berukuran 34. Dengan cekatan ia meloloskan dua tali kecil dibahunya, hingga terpampanglah dua payudara kencang dengan dua puting mungil yang menggemaskan siapapun yang melihatnya.

​

Bayangan penis besar dan panjang pria muda yang merupakan pacar temannya membuat gairahnya meningkat pesat.

"Oooouuuhh..Mas Adriaaann..sssshhhh.."

Remasan pada payudaranya sendiri semakin kencang dan kuat membuatnya mendesis menyebut nama pria muda yang saat itu sedang bercinta dengan ibunya.

"Maaaaasssss...oooouuuuhh..ssssshhh.."

Kedua jemari tangannya yang sudah dilumuri lidahnya sendiri bermain nakal memilin kedua putingnya yang mulai menonjol. Matanya terpejam dan mulutnya berdesah membayangkan penis Adrian.

Pada awalnya ia marah dan kecewa melihat adegan percintaan ibunya sendiri dengan pacar teman dekatnya. Selama hampir seminggu ia berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja terhadap ibunya maupun terhadap Tiara. Ia mencoba melupakan kejadian itu tapi bayangan penis Adrian yang menghujam vagina ibunya hingga ibunya mendesah dengan nikmat justru membuat nafsunya selalu bangkit setiap kali ia mengingatnya. Bukan kemarahan atau kekecewaan lagi, tapi birahinya lah yang justru menguasai dirinya. Vaginanya terasa berdenyut dan lembab, payudaranya mengencang, putingnya mengeras dan dadanya berdesir aneh manakala otaknya mengingat ekspresi keduanya. Dan saat ini, ia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak menyentuh tubuhnya sendiri.

Setelah melepaskan celana dalamnya, ia pun duduk menyender di ranjang dan mengangkangkan kakinya. Tangan kirinya menggapai belahan vaginanya. Vagina yang dihiasi rambu halus yang tercukur dan berwarna cerah. Gadis remaja itu sepertinya pandai merawat bagian vital tubuhnya seperti ibunya. Bibir vagina itu masih rapat saat jari tengah tangan kiri membelainya.

"Ssssshhhh..aaaahhhh..maaaaassss...eeggghhhh"

"Mmmpppphhh..mmmpphhh"

Jari tengah kanan yang dimasukkan ke dalam mulutnya seolah menjadi kontol Adrian. Dengan mata terpejam, ia berusah belajar untuk mengulum penis. Jari tengah kanan itu bergerak keluar masuk ke dalam mulutnya, sedangkan jari tengah kirinya dengan perlahan berhasil masuk ke dalam vagina yang semakin terbuka dan mengeluarkan cairan pelumasnya.

"Aaaaaaaahhhhh..sssshhhiiittt..oooouuuhhhh..Maaaass..Adriiiiaaaaannn.."

Desisan nama pacar teman baiknya membuat tubuh gadis remaja itu bergelinjangan. Jari tengah itu telah berhasil menggapai klitoris yang tersembunyi di dalam vaginanya. Setelah melumuri jari itu dengan ludah, ia pun kembali memasukan jari tengah itu sambil mengocok vaginanya dengan perlahan.

"Eeeegghhh..eeeegghhh..maaaassss..aaaaaahhh.."

Bayangan penis Adrian yang memasuki vaginanya membuat cairan kenikmatannya semakin deras. Remasan dan pilinan di payudara dan putingnya bertambah kuat. Tubuhnya menggelinjang hebat saat dera kenikmatan menyembur dari dalam vaginanya.

"Aaaaaaaahh...sssshhhh...ooouuuuhhhh.."

Badannya beringsut, kedua paha menjepit tangannya, jari tengah masih tertancap di vaginanya dan remasan pada payudaranya menguat. Deru nafas yang berat dan terengah-engah mengiringi puncak kenikmatan yang didapatkannya dari sentuhan jemarinya pada tubuhnya sendiri. Tapi ia merasa belum puas. Ia ingin seperti ibunya yang sampai lemas dalam mengarungi gelombang kenikmatan bersama Adrian.

Setelah nafasnya kembali teratur, ia pun berlutut dengan jari tengah masih di dalam vaginanya. Dengan menirukan gerakan nai turun yang ia lihat di kamar kosong itu, ia kembali memulai masturbasinya.

"Maaassss...aku belum puaaasss..ssshhhh...oooouuuhhh.."

"Puasin aku seperti mama..eeeggghhhh..sssshhhh.."

"Aku ingin kenikmatan hingga lemas seperti yang mas Adrian lakukan ke mama..eeeggghhh..eeeggghhh.."

Kedua tangannya kembali beraksi di dua area sensitif tubuhnya. Syahwatnya kembali bergejolak saat ia membayangkan sedang menindih penis Adrian. Tubuhnya bergerak naik turun dengan jari tengahnya aktif mengelus dan mengocok vaginanya sendiri. Remasan kuat pada payudaranya pun seakan membayangkan tangak kekar Adrian sedang memberikan rangsangan pada kedua payudara yang urat-uratnya terlihat saking putih dan mulusnya payudara.

"Oooohhh..maaasss...teruuuusss..maaaassss...aaaaahhhh..."

Desahan dan desisannya semakin keras, ia seakan tidak peduli andaikan ada yang mendengar suaranya yang terdengar sangat seksi dan sensual. Jari tengahnya bergerak makin cepat mengobok-obok vaginanya yang semakin terasa gatal. Mulutnya selalu terbuka dan matanya selalu terpejam karena ia takut bayangan penis Adrian yang sedang mengentotnya akan hilang kalau ia membuka mata. Tak butuh waktu lama bagi Dini untuk mendapatkan puncak kenikmatannya lagi.

"Maaasssss...geliiii..enaaaakkk..aa..kuuuu
..aaa..kuuuuu...aaaacchhhh..ooouuuuhhhh.."

Tubuh Dini menegang, pahanya terlihat bergemetar dan cairan kenikmatannya membasahi sprei saat jari tengahnya ia lepaskan dari vaginanya. Ia pun jatuh menelungkup di atas kasur dengan terengah-engah.

"Aku harus bisa membalaskan kekecewaan ku kepada mama, aku harus membalas perbuatan mama dengan mas Adrian, aku harus membuat mereka berdua mengikuti keinginanku!!" Desis Dini dengan mata merah dan dada bergemuruh.

Entah dia sedang dilanda amarah atau ia sedang dalam keadaan penuh gairah. Yang jelas, tekad Dini sepertinya akan membuat tekanan kuat pada Adrian dan ibunya. Entah apa yang akan dilakukannya nanti.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd