Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Masa Lalu

Mohon beribu maaf kepada para suhu..dengan berat hati saya terpaksa tidak melanjutkan cerita Adrian..untuk sementara waktu saya vakum dari cerita adrian..entah sampai kapan..terima kasih atas dukungan para suhu semua di mari..newbie berbahagia bisa berbagi kenikmatan dalam bentuk imajinasi pikiran melalui cerita..semoga semua suhu diberi segala kebaikan dan keberuntungan..

Sekali lagi saya mohon maaf yang sebesarnya 🙏🙏🙏
kebijaksanaan suhu ane hargai.... salut
 
Kembali jumat berkah 🙏✌️😁


"I guess the time was right for us to say
W

e'd take our time and live our lives together day by day
We'll make a wish and send it on a prayer
We know our dreams can all come true with love that we can share

With you I never wonder
Will you be there for me?
With you I never wonder
You're the right one for me

I finally found the love of a lifetime
A love to last my whole life through
I finally found the love of a lifetime
Forever in my heart
I finally found the love of a lifetime

With every kiss, our love is like brand-new
And every star up in the sky was made for me and you
Still we both know that the road is long
We know that we will be together
Because our love is strong

I finally found the love of a lifetime
A love to last my whole life through
I finally found the love of a lifetime
Forever in my heart
I finally found the love of a lifetime"


Remaja itu asyik memetik gitar dan menyanyikan lagu "Love Of A Life Time"nya firehouse di teras rumahnya. Tanpa disadarinya, sebuah motor berhenti tepat di depan pagarnya. Seorang ibu-ibu dengan gamis lebar dan hijab panjang mengetuk pagar,

"Teng!!!"

"Teng!!"

"Teng!!"

"Assalamualikum!!" Seru si ibu.

"Walaikumsalam." Jawab Adrian melongok ke depan.

"Ibu mu ada nang?" Tanya si ibu.

"Ada bu"

"Ooo..Bu Lasmi, masuk dulu bu, saya panggilkan ibu."

Adrian membuka pintu pagar rumahnya dan memberi jalan kepada Bu Lasmi. Mata Adrian langsung terpaku pada bulatan besar pantat Bu Lasmi yang tercetak dibalik gamisnya. Bokong itu begitu bulat dan montok.

"Cah mesum!!!" Bisik Adrian sangat pelan pada dirinya sendiri.

"Apa nang?!!"

Tiba-tiba Bu Lasmi bertanya dengan keras membuat Adrian terhenyak dan mukanya memerah.

"Saya nggak ngomong apa-apa kok bu." Jawab Adrian dengan berdebar.

"Duduk dulu bu, saya panggilkan ibu dulu." Kata Adrian.

Adrian mempersilahkan sambil matanya kembali, entah sengaja entah tidak, memandang gundukan dua bukit kembar yang ukurannya bagi remaja itu ekstra besar. Bu Lasmi yang bertubuh agak tambun emang mempunyai aset tubuh yang akan membuat pria menelan ludah. Tak terkecuali remaja mesum yang jakun kecilnya naik turun saat itu.

"Mata mu itu lho mata mu!!!" Suara hati Adrian memprotes kemesuman matanya sendiri.

"Bu, ada Bu Lasmi di depan." Kata Adrian saat melongok ke kamar ibu nya yang sedang bersantai.

"Iya, bikinin teh sekalian ya." Perintah ibunya sambil merapikan diri.

"Ck, halah." Adrian berdecak malas.

"Heh!!"

"Apa itu tadi??!!"

Ibunya membentak kala mendengar decakan Adrian.

"Iya..iya..siap bu menteri!" Jawab Adrian sambil berjalan cepat ke dapur.

Kedua ibu itu asyik berghibah saat Adrian datang membawa nampan berisi dua gelas teh dan satu gelas kopi.

"Kok ada kopi?" Tanya ibunya heran.

"Kan yang butuh minum bukan cuma ibu-ibu ghibah doang." Jawab Adrian nyengir.

"Udah sana keluar diri, nggak boleh anak-anak mendengar pembicaraan orang tua." Perintah ibunya galak.

"Sebentar dik."

"Nang, kamu mau kerja jadi sales sembako nggak?" Tanya Bu Lasmi menyelah kejengkelan ibu Adrian.

"Duduk Rian." Perintah ibunya.

Rian pun duduk di depan Bu Lasmi. Matanya jelalatan memperhatikan wajah wanita berumur hampir empat puluh lima tahun itu dengan seksama. Kulit muka yang kuning langsat dengan mata yang agak sipit, ditambah hidung mungil yang mencuat ke atas serta bibir tebal yang di kanan kiri nya terhias pipi gembul yang menggemaskan. Bu Lasmi memang terlihat manis jika diperhatikan benar-benar.

"Jadi intinya, kamu cuma nawarin barang-barang kebutuhan pokok yang ada di toko ku ke kios-kios di pasar atau warung-warung rumah tangga, gitu aja sih."

Bu Lasmi panjang lebar menjelaskan tapi hanya bagian akhir itu saja yang bisa ditangkap oleh Adrian. Desir-desir syahwat akibat kemesuman matanya membuat otaknya sempat nge blank.

"Saya kan baru lulus bu, belum punya pengalaman menjual dan menawarkan barang, tapi nggak apa-apa lah, biar saya coba." Jawab Adrian.

"Kalau kamu sudah siap, kamu bisa datang ke rumah kapan saja nang, nanti biar suami ku yang ngasih kamu penjelasan lebih detail soal kerja mu nanti seperti apa." Balas Bu Lasmi sambil menatap tajam sambil tersenyum genit.

Adrian melengos melihat tatapan wanita setengah tua itu. Ia merasa jengah karena sepertinya Bu Lasmi tau kalau ia memperhatikannya.

Setelah berbincang beberapa saat, Bu Lasmi pun pamit. Adrian menguntit Bu Lasmi untuk mengantarkan wanita itu hingga ke depan pagar. Bongkahan bulat nan besar pantat Bu Lasmi yang bergoyang di depannya membuat desiran gairahnya semakin bertambah.

"Di coba aja dulu nang, siapa tau kamu cocok jadi sales." Ujar Bu Lasmi sambil memakai helmnya.

"Siap Bu." Balas Adrian, bukan menatap wajah Bu Lasmi, tapi matanya mengarah ke dua bukit kembar yang menggembung besar di balik kerudung lebarnya.

"Kalau kamu kerja di toko ku, nanti kamu bakalan sering lihat ini."

Bu Lasmi berkata sambil telunjuknya menggores diantara dua dadanya sambil mengerling genit.

"Eeeehhh.." Adrian terkejut malu dengan muka memerah.

"Baru lihat dari luar aja selangkangan mu sudah memberontak gitu, hehehe." Bu Lasmi semakin menggoda Adrian dengan mengarahkan matanya ke gembungan celana kolor yang dikenakannya.

Sisi lain remaja itu memberontak dan menguasainya, sisi pemangsa itu tidak terima saat saudara sedarahnya dilecehkan. Sang predator pun menguasai Adrian.

"Kalau cuma mau lihat itu doang mending sering-sering beli aja di toko ibu, hehehe." Adrian membalas godaan Bu Lasmi dengan meremas dan mengelus tengah selangkangannya.

"Kalau kamu kerja kan nggak cuma lihatin dari luar gini doang, hehehe." Bu Lasmi pun tak kalah menggoda Adrian dengan pura-pura mengibaskan kerudung pas di dadanya, tanggan sedikit meremas dengan lidah sedikit digigit.

"Yang ini gak suka sih bu kalau cuma sekedar lihat, dia sukanya dijepit, hehehe." Balas Adrian sambil membenahi penisnya yang terasa sakit terbelenggu sempak.

"Kalau itu lihat dulu lah seberapa kuat kamu kerja."

Bu Lasmi menekankan kata kerja dengan pandangan mata binal dan senyuman genit menggoda.

"Kalau dibuat nyaman ya pastinya tahan lama dong bu." Balas Adrian sambil menutup pintu pagar.

"Ditunggu ya, daaaaaa.."

Bu Lasmi pun pergi dengan lambaian tangan, meninggalkan sang predator yang gusar karena masih harus menunggu untuk dapat memangsa.

-------------------------

"Ssssshhhhhh..eeeehhhhh..ouuuuhhh.."

Suara desahan terdengar dari sebuah kamar yang berada di bagian belakang rumah. Dibalik pintu yang tertutup, tampak seorang gadis remaja sedang meremas buah dadanya sendiri sambil menutup mulutnya.

"Riaannn..geliiiiii...aaaaahhhhh...oouuuhhhh..."

Gadis dibalik pintu tidak berani banyak bergerak dan bersuara. Dia takut teman-teman mengetahui apa yang dilakukannya sekarang, terutama dia takut dan malu kalau mereka mengetahui apa yang terjadi di dalam kamar.

"Aaauuuhhh..aaahhhh...ssssshhhh.."

Gadis itu tidak sanggup hanya membayangkan apa yang didengarnya. Dengan sangat berhati-hati, ia pun membuka pintu. Terlihat seorang wanita yang adalah ibunya sendiri, sedang telentang di kasur dengan daster yang telah terangkat hingga ke perut karena kedua kakinya mengangkang di tepian kasur. Kepala ibunya bergerak tidak tenang dengan wajah meringis keenakan. Di tepian kasur diantara selangkangan ibunya, seorang lelaki muda tengah asyik menjilati vagina ibunya sambil mencolokkan jari tengahnya.

"Aaaaahhhh..riaaaaannnn..mmmmmmhhhhhh.."

Dia melihat muka ibunya yang meringis sambil menggigit bibirnya sendiri saat kedua paha mulus ibunya mengempit kepala Adrian. Gambaran wajah ibunya itu meningkatkan nafsu gadis remaja itu. Ia pun menutup pintu dengan sangat perlahan, dengan nafas yang memburu, ia pun pergi meninggalkan kamar itu menuju ke ruang depan.

"Kok wajah mu merah Din?" Tanya seorang temannya.

"Lah..kamu habis lari berapa kilometer sih Din kok nafasmu ngos-ngosan gitu?" Kembali salah satu temannya bertanya.

"Kaget aja tadi pas di kamar mandi ada suara barang jatuh, kukira apa ternyata ada tikus menyenggol gayung, hiiiiiii" Dini terpaksa mengarang cerita untuk menutupi kebohongannya.

Ke enam siswi itu pun kembali sibuk dengan belajarnya. Hanya Dini yang tidak fokus dengan belajarnya. Bayang-bayang wajah ibunya saat lidah Adrian menjilati dan menciumi vagina ibunya selalu terlintas di matanya. Desiran-desiran gairah mengusik membuat jantungnya berdebar-debar. Tak lama kemudian ia melihat sosok ibunya keluar pagar rumah dan menghilang. Kepalanya pun melongok ke belakang. Dan dengan pelan tanpa disadari teman-temannya yang konsen belajar, ia pun bangkit dan beranjak ke belakang rumah.

"Mas." Panggil Dini pelan saat menemukan Adrian yang sedang merokok di dekat pohon mangga.

"Eh, Dini, ada apa Din?" Tanya Adrian tanpa dosa.

Nyali Dini agak ciut untuk mengatakan sesuatu yang telah dipendamnya berhari-hari.

"Eeemmm..eeemmm.."

Dini hanya berdehem tidak jelas dengan kebingungan.

"Kenapa Din?" Tanya Adrian mendekati Dini lalu memegang kedua pundak gadis itu.

"Emmmm..nggak jadi deh mas." Jawab Dini dengan sedikit menggerakkan bahunya untuk melepaskan pegangan kedua tangan Adrian.

"Din, Dini." Bisik Adrian tepat di depan wajah Dini.

"Aku lihat apa yang Mas Adrian lakukan sama Mama." Jawab Dini dengan terengah-engah.

Adrian langsung melepaskan kedua tangannya dan berdiri mematung menatap tajam gadis canti di depannya. Ia sangat terkejut dengan ucapan Dini.

"Aaa..aa..apaaa..mmmm..maksud mu Din?" Tanya Adrian tergagap dengan muka ketakutan.

"Aku dua kali melihat kalian bercinta." Kata Dini dengan mata dan muka memerah.

Adrian langsung terdiam, ia seperti tersambar geledek di teriknya siang. Tapi sisi lain Adrian, sang pemangsa kembali memgambil alih dirinya. Berlagak tenang ia pun kembali mendekati Dini.

"Apa yang kamu rasakan saat melihat kami pertama kali Din?" Tanya Adrian tanpa malu-malu.

"Aku marah dan kecewa sama kalian." Ujar Dini dengan geram.

"Lalu, apa yang kamu rasakan saat melihat kami yang kedua kalinya?" Tanya Adrian tanpa peduli dengan kegeraman Dini.

Dini hanya menatap Adrian tanpa berkata-kata, dadanya berdegup sangat kencang saat dengan hati-hati Adrian mendekatinya dan memegang kedua lehernya. Dini mematung kaku saat dengan sangat mesra Adrian mencium bibirnya.

"Cup..muaachh."

Wajah dan muka Dini semakin memerah, desiran aliran darah meningkat di sekujur tubuhnya. Melihat itu, Adrian kembali mengulangi ciumannya, kali ini disertai jilatan pada bibir Dini. Dan Dini pun menyerah dalam gairah, menutup mata, membuka bibir dan balas mencium seadanya.

"Keluarin lidah mu Din."

"Muaach..muaachh..mmppphhh..mmmpppphhh.."

Adrian dengan sabar mengajari Dini untuk membalas cumbuan bibirnya. Setelah beberapa kali, akhirnya Dini pun memeluk pinggang Adrian dan menikmati serta membalas ciuman dan lumatan bibir Adrian.

"Heeehhh..heeehh.." Dini terengah-engah setelah Adrian melepaskan cumbuannya.

Dini membuka matanya yang telah sayu, tanpa berkata-kata, ia langsung menyerbu bibir Adrian.

"Mmmmppphhh..mmmppphhhhh..mmmpphhh.."

Kali ini Dini telah terbakar gairah, ia tidak peduli dengan Tiara teman baiknya maupun ibunya. Ia hanya ingin berwajah nikmat seperti yang ia lihat dari ibunya.

"Lakukanlah padaku seperti yang mas lakukan pada Mama." Kata Dini di sela-sela ciumannya yang bernafsu.

Sang predator dengan masih diliputi keraguan membalas ciuman Dini. Setelah memastikan bahwa reaksi tubuh Dini seperti yanh diucapkannya, tangan Adrian langsung menyusup masuk ke dalam rok abu yang dikenakan Dini. Tangannya lincah menelusup ke dalam celana dalam putih itj lalu mengusap lembut vagina muda yang masih berbulu halus.

"Maaassss...ssssshhhhh...eeeggghhhh.."

Dini melenguh dan mendesis saat Adrian mempermainkan vaginanya. Adrian mendorong tubuh Dini hingga ke tembok. Kedua kaki Dini otomatis melebar saat jari tengah Adrian mulai mencoba membelah bibir vaginanya. Bibir Adrian gencar menyerang leher jenjang yang berkulit halus.

"Maaassss...ooooouuuhhhh...geliiiii...oooouuuhhh.."

Dini hanya bisa melenguh dan mendesah karena serangan Adrian semakin meningkat. Kaos kuningnya terangkat hingga ke atas dada, kedua payudaranya sudah keluar dari cup branya. Lidah Adrian bermain dengan cantik di kedua puting merah muda yang sangat menggemaskan.

"Aduuuhhh..maaaassss..aaauuuhhh..uuuuhhh.."

Rasa geli yang menjalari sekujur tubuh Dini semakin menjadi-jadi saat mulut Adrian mengecup dan menyedot kuat kedua putingnya bergantian. Tidak ada perlawanan berarti dari gadis remaja yang sepertinya hanya mampu menikmati cumbuan dan sentuhan pacar temannya pada area-area syahwatnya. Saat puncak kegelian itu hampir menggapai vaginanya,

"Din!!!"

"Dini!!!"

Suara panggilan seorang temannya membuat keduanya terkejut. Dengan sigap Adrian langsung berkelebat cepat menuju ke samping kiri rumah. Sedangkan Dini sibuk membenahi pakaiannya. Tubuhnya menggigil karena pencapaian puncaknya terhenti dengan tiba-tiba. Tanpa menyahuti penggilan temannya, Dini berjalan perlahan ke pekarangan di samping kanan rumahnya. Lalu berjalan santai menuju ke teras. Adrian pun berdiam diri dengan dada yang berdegup kencang. Dengan gemetaran ia mencoba menyulut rokok untuk menenangkan diri. Setelah menghisap rokok beberapa kali, ia pun tersenyum geli mengejek dirinya sendiri.
keep rocking suhuu... ditunggu petualangannya Bu Lasmi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd