Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Memoria

Unknown_69

Semprot Lover
Daftar
27 Jun 2015
Post
238
Like diterima
3.035
Lokasi
Masa lalu
Bimabet
MEMORIA​


Bagian I

Bagian II


Saat sebuah kenangan hilang, dan masa depan sudah diketahui. Maksudku.. Ayolah, aku hanya orang biasa yang ingin hidup damai dan tentram seperti orang kebanyakan. Gleegg...."Selamat pagi dan selamat datang dirumah, tuan Andra. Semua kebutuhan yang tuan inginkan sudah saya siapkan di dalam rumah anda" kata seorang laki-laki yang sudah tua. "oh iya terimakasih" aku pun keluar dari dalam mobil. Oh sungguh nyaman sekali hidup dengan bergelimang harta seperti ini. semuanya serba mudah dan sangat nyaman, meskipun aku tidak mengerti maksud dari semua ini "Nyonya Andin sudah mengirim pesan kepada saya, mengenai apa saja yang tuan butuhkan disini" aku hanya mengangguk karena terus terang aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. "mmmm..maaf anda siapa?" tanyaku yang masih bingung, terus terang aku masih sangat ingat ketika aku naik mobil taxi kesini dan pintu mobil dibukakan oleh pria tua ini dan mulailah dia berbicara tidak jelas kepadaku. "oh saya pembantu anda disini, saya Alex dan saya bekerja kepada Tuan Andra dan Nyonya Andin. mungkin sebelum saya jelaskan lebih jauh, mohon baca surat ini dari Nyonya andin untuk Tuan" dia menyerahkan amplop putih kepadaku
Dear : Kiandra Hendrawan
Mungkin kamu bingung akan hal ini semua, akupun juga bingung. Hehehe :o tapi yang jelas ketika kamu baca surat ini, berarti kamu akan segera berhasil mengingat segalanya yang telah hilang. Mungkin dulu kita hidup sengsara, tapi sekarang kita akan segera hidup bak pangeran dan ratu yang bahagia seperti dongeng pengantar untuk tidur. Aku akan segera kembali, semoga kenangan yang hilang akan berubah menjadi kenangan yang sangat spesial untuk kita, Bye :matabelo:
From : Andin Hendrawan
----------------------------------------------------------------------------------------------

Point of View Kiandra Hendrawan

"Hei pemalas... bangun.. sudah siang" suara merdu membangunkanku dari tidur. "saaaayaaaannggggg ini masih pagi tau, tuh matahari masih tidak ada" rengekku. "haaaaa langit mendung seperti biasanya sayang" jawab istriku. Aku dengan malas bangun dan kulihat jam. Ah memang benar, sekarang sudah jam 10 pagi, untung aku sekarang tidak ada kerjaan. "Pak direktur kok sering bangun siang sih, kan masih banyak kerjaan", Cuupp.. sebuah kecupan mendarat di pipiku. "iieeeeekk bauk" sungut istriku. "yaaaahh kadang istri seorang direktur juga agak bodoh ya?" senyumku. "hihihihi, aku memang bodoh, bodoh karena mau hidup sama kamu, Uuueeekkk" candanya. Hidup di negara Liberalis memang gampang-gampang susah, Gampangnya kita bisa hidup bersama siapa saja yang ingin kita ajak hidup bersama, dan susahnya adalah masyarakat sangatlah apatis dan tidak mau tau atas apa yang mereka lihat sepele dan tidak penting. Sejak kecelekaan yang menimpaku sepuluh bulan yang lalu, aku mengalami Retrograde Amnesia. Menyebalkan sekali dimana kenangan yang harusnya ada dalam otakku untuk dikenang tiba-tiba lenyap begitu saja.



"oh aku selalu teringat dengan apa yang aku ceritakan waktu itu. Aku butuh bantuanmu" akupun membuka pembicaraan serius kepada istriku. "Oh tidak, Aku tidak setuju dengan caramu itu untuk mengakuisisi perusahaan milik Nyonya Ratih. Kau tau sendiri sayang, dia itu berbahaya, aku khawatir kamu tidak bisa mengatasinya" sahut istriku. Hmm ternyata dia tetap tidak mau. Aku kenal dengan nyonya Ratih karena dia selalu muncul ketika aku sulit, tapi entah kalau bertemu pun dia menyuruh sekretarisnya untuk melakukan segala urusan bisnis, yang membuat aku heran adalah dia seperti itu hanya kepadaku saja kalau ke rekan bisnisnya yang lain dia langsung menemuinya langsung. Aku beranjak meninggalkan istriku. Ambisi tetaplah ambisi, dimana aku ingin segera sukses agar kehidupanku bersama istriku menjadi lebih baik. Aku memang seorang direktur yang diangkat seminggu yang lalu. Umurku sudah 27 tahun, sementara istriku 25 tahun, dalam hitunganku saat ini adalah waktu yang tepat untuk segera sukses dan segera melengkapi keluargaku dengan anak-anak. Perusahaan yang aku pimpin hanyalah perusahaan kecil yang baru saja dirintis 1 tahun yang lalu. Yah itu juga berkat istriku yang selalu mendukungku. Tapi kalau urusan Bu Ratih dia langsung menolak setiap rencana bisnis yang aku pikirkan dalam otakku.



Aku bersiap-siap untuk berangkat dan bertemu dengan seseorang yang kata istriku sangat berbahaya. Ratih, iya., Dia adalah seorang Direktur PT. K.A.H, entah kenapa aku sangat penasaran terhadap sosok wanita yang satu ini, aku penasaran karena akhir-akhir ini perusahaannya selalu membantuku dan pasti ada politik di belakang itu semua. Mungkin aku harus atur strategi untuk menyaingi atau bahkan mengakuisisi Perusahaannya supaya aku tidak penasaran. Handphone-ku berderig dan ternyata yang menelponku adalah Ratih, setelah aku angkat ternyata dia mengundangku untuk ke rumahnya. Bak Pucuk di Cinta Ulam pun tiba, aku segera mengiyakan undangan tersebut. Tapi tunggu dulu... ada apa dia mengundangku ke rumahnya? Aahh masa bodoh, Aku kan seorang Direktur. Sekarang aku harus ke rumahnya untuk bertemu dengan wanita tersebut."tinggal lah disini, aku pasti akan sangat rindu padamu, urungkan saja niatmu itu" Kurasakan pelukan istriku dari belakang. Mungkin istriku mendengar perbincanganku dengan ratih tadi "aku harus lakukan itu, ini demi kita dan anak-anak kita nanti" aku berbalik dan memegang lembut pipinya. Aku tatap matanya yang sayu. Tenang saja istriku, aku akan segera kembali. Pikiranku tak bisa berhenti untuk tidak mengingat rencanaku yang satu ini. aku pun mencium keningnya dan segera siap-siap untuk berangkat.



Kulihat alamat yang tertera dalam pesan singkatnya yang dikirimkan kepadaku. Jl, Merdeka10 No.10. Oh ini adalah rumah nyonya Ratih? Sangat indah sekali, aku selalu memkirkan tentang bentuk rumah seperti ini, tapi sayang sekarang aku hanya tinggal di sebuah apartmen kecil dan itupun atas pemberian orang yang menabrakku waktu kecelakaan itu, memang itu adalah kejadian yang tidak disengaja, dan mungkin mereka juga kasihan karena aku mengalami gangguan terhadap ingatanku, haa sudahlah. Kini aku bersiap untuk memencet bel yang ada diluar pagar tersebut. Tinggggg...Tungggggg. bunyi belnya seperti yang tidak asing lagi di telingaku. "iya pak? Ada yang bisa saya bantu" sapa seorang satpam di balik pagar. "saya ingin bertemu dengan Nyonya Ratih, Nyonya ada dirumah?" jawabku. "Oh silahkan pak, anda sudah ditunggu nyonya di dalam rumahnya" aku sedikit kaget, waahh ternyata aku sudah ditunggu oleh dia. Secara dia kan orang yang sibuk, masih sempat-sempatnya meluangkan waktu untukku. "terima kasih pak" pagarpun dibukakan oleh satpam dan aku segera berjalan menuju Rumah Bu Ratih. Tanganku sedikit gemetar ketika mau mengetok pintu rumahnya, tapi aku beranikan saja demi ambisiku. Tok....tok....tok..., Kleeekkk.. pintunya langsung terbuka dan ternyata waw.... seorang wanita muda membukakan pintu, dia sangat cantik sekali dengan pakaian yang rapi, rok tinggi selutut dan rambutnya yang lurus membuatku tak bisa berkedip sama sekali. "selamat datang mas andra, saya sudah menunggu anda dari tadi, silahkan masuk" aku disambut dengan senyum manis dan ramah. Paling dia adalah sekretarisnya yang baru "Oh iya, terimaksih Mbak" jawabku. senyumannya makin berseri kepadaku. "begini mbak, saya kesini untuk menemui Nyonya Ratih, Beliau ada?" tanyaku "hihihi, silahkan masuk dan duduk dulu mas, jangan buru-buru seperti itu" candanya. oh shit dia mempermainkanku, padahal aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Nyonya Ratih. Dia tak henti-hentinya tersenyum kepadaku dan senyumannya sangat indah sekali. Aku segera masuk kedalam dan melihat interior rumah tersebut seperti istana, megah dan sangat besar sekali. "Oke, jadi mas kesini mau bertemu dengan siapa tadi?"matanya menatapku dengan santai dan mempesona. "eh... Anu,... saya ingin bertemu dengan Nyonya Ratih mbak" sial aku jadi salah tingkah seperti ini "Saya adalah Ratih" tegas wanita tersebut. "haaaaaah.........ja...ja..di kamu nyonya ratih?" suaraku gemetar karena tak percaya dengan apa yang aku dengar. "Iya mas, Saya Ratih Dwi Anggraini" dia tersenyum kembali kepadaku. Uuhh manisnya orang ini, dan lagi-lagi aku termenung dibuatnya."mas..?? Kamu baik-baik saja hari ini kan mas?" aku segera sadar dari lamunanku ini. "oh iya nyonya, aku baik saja hari ini," jawabku. "oke kalau begitu, jadi langsung saja kenapa saya manyuruh mas andra untuk datang kesini. saya mengajak anda untuk bekerja sama dengan saya, setelah saya pikir-pikir, perusahaan mas andra sedang berkembang pesat, dan tidak ada salahnya saya mengajak anda untuk bekerja sama" jelasnya panjang lebar dan memecah kesunyian. Aku kaget dan menatapnya sejenak, aku tidak berani menjawab karanena aku merasa tidak percaya. Apakah dia mempermainkanku lagi? Dasar wanita aneh."aa..anda serius? Mungkin nyonya mau lihat data perusahaanku atau mau lihat tentang profil perusahaanku" aku jelas tak mau dikacangin lagi. Mungkin kali ini dia mau mempermainkanku lagi. "tidak usah mas. Saya sudah tau tentang perusaan mas itu" Kata Nyonya Ratih menyakinkanku. "oh iya. Saya gak papa kan manggil kamu mas?" tanya Nyonya Ratih. aku bingung, bagaimana kalau istriku tahu di Rumah? Bagaimana kalau dia marah? Nanti disangka aku selingkuh. Aaaahh aku tidak mengerti tentang persaanku ini. "Istrimu tidak akan tau kok, saya jamin itu" lanjut nyonya Ratih. Suasana menjadi hening kembali. "oke, kalau begitu saya pertimbangkan lagi permintaan nyonya tersebut dan saya pamit dulu nyonya. Takut istri saya khawatir dengan saya" aku beranikan diri untuk memecah keheningan. Sebelum aku mau keluar dari rumahnya. Tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke telingaku.... "Jangan panggil aku Nyonya atau Ibu, aku tidak suka" Ya Tuhan... deru nafasnya sangat jelas sekali di telingaku. Nafasnya sangat harum sekali. Jantungku serasa mau copot setelah dia berbisik kepadaku. kakiku sangat gemetar dan tenggorokaku tiba-tiba kering. Siaal aku harus segera pulang. Aku pun berbalik dan berjalan menjauhi wanita tersebut tanpa membalas perkataannya tadi. Huh, hampir saja aku mau pingsan, Apa yang sedang aku rasakan ini, apakah aku jatuh... aaahh berpikir apa aku ini, aku sudah punya istri masak aku mau menduakannya. Aku terus berjalan keluar dengan pikiranku yang terus saja berpikir mnegenai apa yang telah terjadi. Aku percepat langkah kakiku untuk segera pulang ke apatemenku dan menemui istriku.




Kubuka pintu apartemenku, segera aku masuk karena aku sangat rindu sekali pada istriku ini. "Aku pulang sayang..." kupanggil istriku. Tapi suasana menjadi hening. Tidak ada jawaban dari istriku "sayang kamu dimana?" aku mulai menelusuri kamarku dan tidak ada, aku cari di dapur juga tidak ada, aku cari di kamar mandi dan toilet juga tidak ada. Nafasku mulai memburu ketakutan, keringatku keluar dari pori-pori kulitku karena aku mulai kawatir karena tak ada jawaban dari istriku."SAAAYAAAAAAAAAANNGGGG.......!"teriakku. aku panik dan segera mengambil handphoneku, dengan tangan gemetar aku memencet nomor kepolisian terdekat untuk melaporkan apa yang terjadi di apartemenku ini.
"Oke saudara Andra, kapan saudara terakhir kali melihat istri anda?" selidik dua orang polisi yang datang ke apartemenku. "Kira-kira jam 10 pagi pak saya terakhir kali melihat istri saya, terus setelah itu saya tinggalkan dia disini karena saya ada urusan" jawabku dengan cemas. "coba sebutkan ciri-ciri istri bapak tersebut?" tanya polisi tersebut. "Rambutnya lurus, kulitnya putih, pipinya lesung, dan tinggi badannya kira-kira 167 pak" jawabku dengan gemetar, aku takut terjadi apa-apa dengan dia. "baiklah pak, saya akan introgasi lagi lebih dalam mengenai ciri-ciri dan keberadaan istri bapak tersebut" setelah berbicara seperti itu kedua polisi tersebut keluar untuk menemui bawahannya diluar. Aku pun ikut keluar dan ingin tahu perkembanagn yang terjadi "Lapor pak, setelah saya cek ke bagian Receptionist dan para satpam. Mereka tidak pernah melihat istri bapak andra dan.....". "APA KAU BILANG? MEREKA SEMUA TIDAK TAHU, MEREKA ITU BOHONG. MEREKA PASTI BEKERJA SAMA DENGAN PARA PENCULIK TERSEBUT" aku naik pitam, karena mereka pasti tau tentang orang-orang yang masuk ke apartemenku. "tenang pak. Tenangkan diri anda dulu" polisi tersebut mencoba menenangkanku, "BAGAIMANA SAYA BISA TENANG, ISTRI SAYA DILUAR SANA MUNGKIN DALAM KEADAAN BERBAHAYA. ANDA BILANG SAYA HARUS TENANG" Kemarahanku memuncat. aku sungguh tak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Kamu dimana sayang? Apa yang terjadi denganmu saat ini. baru saja kita bertemu dan kamu menghilang lagi, ada apa ini? apa yang terjadi sebenarnya saat aku meninggalkanmu disini.




Aku bangun jam 11 siang. Seperti biasa aku tidak bisa tidur semalaman, itupun aku baru bisa tidur hanya dalam jangka waktu 10 menit saja. Aku kepikiran istriku, aku khawatir sekali. Aku semalam suntuk menunggu kabar dari kepolisian mengenai informasi terbaru tentang istriku, dan ternyata tidak ada informasi lagi, apakah mereka harus menunggu 1x24 untuk menyatakan bahwa istriku hilang? Sial, itu seperti waktu 24 tahun bagiku. Aku harus mencarinya sendiri karena pihak berwajib sudah tidak bisa diandalkan lagi. Mereka pikir aku ini tidak waras? Hah mereka memang tak tahu rasanya kehilangan seseorang yang mereka cintai. Ayo berpikir Andra, coba lakukan sesuatu atau ingat-ingat sesuatu yang berhubungan dengan istrimu. Ratih....? iyah dia... Dia yang bilang sudah kenal kepadaku dan istriku, aku harus menemuinya untuk meminta bantuannya. Aku mengambil telepon genggamku untuk menelponnya. Seharusnya aku mendengarkan istriku untuk tidak datang ke rumah wanita tersebut. Agar peristiwa ini ridak terjadi.
Tuuutt.......... Tuuuutttttt........ Tuuuuuuttttttt.......
"Halooo...... ada apa mas" jawab seseorang di seberang sana. Aku terdiam sejenak, suaranya tetap merdu sekali, ah wanita ini memang mengagumkan, selain dia cantik dan ramah, aku tak pernah mendengar lantunan merdu yang berasal dari bibir tipisnya tersebut. "Haloo.. mas andra disitu??" aku kaget sekali "Eh iya-iya saya disini" berpikir apa aku ini. kenapa aku tidak fokus seperti ini saat selalu berbicara dengan wanita ini. "Mas ada perlu apa telpon aku? Ada sesuatu yang penting kah?" Tanya wanita anggun tersebut. "tentu, aku ingin bertemu denganmu di Cafe Darmika jam 8, malam ini" aku berbicara bak seorang yang perkasa menghadapi wanita berbahaya ini, tanpa menunggu jawaban dari dia langsung aku matikan telpon genggamku, aku tak ingin terkesima dengan rayuan-rayuan busuknya. Drrrrrtttttt..........drrrrrrrrttttttt..........drrrrrrrrrtttttttttt..... Telpon genggamku bergetar, pasti dari wanita itu. Setelah aku lihat.
From : dr. Domi
Selamat siang pak andra. Bisakah anda ke RS Citra Arya untuk konsultasi terakhir?
Saya harap kedatangannya pak.

Bersambung...:beer:

Mohon Kritik dan Saran agan-agan semua. karena saya masih pemula disini :ampun:
 
Terakhir diubah:
wahh:mati: terhenti pada situasi kepanikan​

tetap semangat:semangat: kakak...
kudu sabar yaa,,,, di sini jarang sekali ada kunjungan.. kebanyakan banyak yang tidak mengetahui terdapat cerita-cerita bagus di sf sini.
silahkan mencoba aktif di Lonj sekedar basa-basi atau menyapa

terimakasih:beer: tlah ikut meramaikan disini​
 
siap gan. tinggal 7 komen aja sebelum aku update nih cerita :beer:
tenang kok, ane tiap hari tak usahakan lihat2 keadaan disini gan ;) :ampun:
 
Sebelum nya terima kasih sudah meramaikan sf ini.
Waktuny komen :D
sangat menarik gan cerbungny, alur ny cepet banget jadi ane ngikut panik hehe
suspensiny berhasil meskipun ngegantung. Mungkin diupdatetan selanjutny makin menarik.
Buat TS semangat berkarya. :papi:
 
terima kasih atas semua dukungannya gan :ampun:
ane jadi semangat untuk lebih berkarya di forum ini :semangat::beer:
 
ijin ikut komen biar cepet apdet :baca:
 
Bimabet
Dokter ini memang gila, sudah jelas aku tidak apa-apa masih saja ingin memeriksaku. Apakah dia menginginkan aku sebagai kelinci percobaannya, aku lihat dia sangat ngotot sekali untuk memeriksaku, atau mungkin panyakit yang kualami ini memang serius? Lebih baik aku iyakan saja permintaannya daripada dia terus menerorku.

“Jadi bagaimana tentang ingatan anda pak? Saya khawatir kalau tidak segera di terapi, ingatan bapak akan hilang untuk selamanya” kata dokter muda tersebut.

“saya tidak butuh terapi dok, saya tidak punya waktu untuk itu karena saya sedang mencari istri saya dok, lagian kecelakaan tersebut sudah sepuluh bulan yang lalu. Aku bisa mengingatnya sendiri” aku membela.

“begini pak, anda menderita amnesia yang mana amnesia tersebut harus aku teliti dulu, saya tahu kondisi anda saat ini dan anda harus segera ditangani supaya anda segera sembuh” jawab dokter tersebut.

Dokter ini menyebalkan sekali. “saya tidak butuh terapi dan amnesia saya sudah sembuh, jadi saya mohon kepada anda untuk jauhi saya dan jangan ganggu saya. Saya bisa atasi ini semua” aku marah, masalah yang satu belum selesai malah ditambah masalah ini lagi.

”baik pak, kalau begitu keinginannya bapak, saya tak akan memaksa kehendak bapak ini” akhirnya dokter ini sudah menyerah.

“Baik terimakasih atas bantuannya selama ini Dokter Domi” aku segera keluar dari ruangan dokter domi dan niatku kembali untuk mencari istriku.

Aku duduk menunggu Ratih. Sudah setengah jam aku menunggu dan sekarang jam 20.00 WIB, aku memang sengaja datang awal karena aku tidak sabar untuk minta bantuannya tentang istriku kepada dia.
Triiinggg..... suara pintu kafe terbuka dan semua mata tertuju pada seorang yang membuka pintu tersebut, sontak riuh ramai di dalam kafe tiba-tiba hening. Terlihat semua mata melotot akan siapa yang datang. Begitupun aku yang serasa tak mau berkedip melihat sesosok wanita cantik dengan balutan jaket merah dengan rok merah selutut, rambutnya yang lurus dibiarkan terurai kepada hempasan angin sendu yang seakan membantu untuk menambah kecantikannya. Dia kelihatan agak canggung karena semua mata melotot padanya. Orang-orang pasti berpikir “Mau apa wanita secantik ini datang kesini sendirian?” aku melambaikan tangan sebagai tanda bahwa tempatku disini. Deg...Deg...Deg..Deg... suara deru hatiku yang berdetak menyamai suara ketukan sepatu High-Heelsnya. Beberapa kali aku menelan ludah melihat kesempurnaan ciptaan Tuhan ini, Ah mikir apa aku ini? kenapa aku mikir yang tidak penting seperti ini?
“Hai mas, Sudah lama menunggu ya?” serambi menghempaskan pantatnya yang indah itu ke tempat duduk, Huuuu harum sekali parfum wanita ini.

“kamu mau pesan apa?” tanyaku sambil mengambil buku menu.

”saya pesen apa yang mas pesen aja deh” jawabnya santai.

“Mas..mas.. Pesen kopi susu dua”aku memanggil pelayan kafe

“siap mas, ditunggu ya?” jawab pelayan tersebut. aku hanya mengangguk saja.

“Jadi ada apa mas? Kamu mau membahas tentang kerja sama perusahaan kita?” Ratih membuka pembicaraan.

“sebenarnya bukan itu maksudku, aku mengajak kamu kesini karena aku minta bantuanmu. Istriku hilang dan entah dia sekarang dimana. Aku takutnya dia diculik oleh seseorang” jelasku. Dia hanya tersenyum mendengar penjelasanku, ada apa ini? apa dia senang dengan keadaanku?

“kenapa kamu tersenyum begitu? Ada yang lucu atau kamu tidak mau menolongku?”selidikku dengan penuh dengan tanya dan curiga.

“hahahahahahahaha..... Lucu sekali kamu ini, kenapa harus aku? Apa yang aku bisa bantu buat kamu? Apakah kamu sudah lapor pihak yang berwajib” dia sangat senang sekali, apa maksud orang ini.

Bruuuukkkkkkkkk.... Aku memukul meja dengan keras, riuh kafe pun tiba-tiba diam dan semua mata mengarah kepadaku “Ingat ya? Aku tau kamu senang, dan aku juga tau kamu tidak peduli denganku. Aku tak akan memaksamu untuk membantuku tapi yang jelas aku tak suka dipermainkan seperti ini” Suaraku memberat dan menggeram.

“wow wow wow, kau memang tidak berubah. Aku mau membantumu tapi dengan caraku” dia menjawabnya dengan santai dan terlatih. Siapa yang kuhadapi ini?

Kami saling berhadapan dan saling menatap mata masing-masing dengan serius. “Maaf mas, ini pesenan anda”suara pelayan membuyarkan situasi kami. Aku mendekatkan segelas kopi susu itu kepadanya.

“aku tidak suka ini, aku lebih suka membuatnya. Jadi ayo kita mulai lagi pembicaraan kita” nampak nadanya mulai serius.

“baiklah, aku ingin kamu kerahkan semua orang yang kamu punya untuk mencari istriku. Sebanyak mungkin, kalau perlu seisi kota ini” kulihat dia memperhatikanku dan “Baiklah aku turuti itu. Asalkan kamu mencari istrimu harus selalu bersamaku”

”Baiklah, aku setuju. Jadi kita bisa mulai kapan?” tanyaku.

“kita mulai besok jam 8 pagi, dan kamu tidak boleh pulang ke apartemenmu” jawabnya sambil bibirnya tersungging.

“Kamu Gilaaa.. apa maksudnya?” aku bingung dengan jawaban tersebut.

“Yaa kamu tidak boleh tidur di Apartemenmu dan kamu tidur dirumahku saja” jawabnya dengan santai.

Aku diam karena tidak mengerti, apa yang wanita ini rencanakan. Kenapa dia tidak memperbolehkan aku tidur di apartemenku? Gilaa.. ini sungguh ide yang gila menurutku,

”hei, maumu apa? Kenapa aku harus tidur dirumahmu, aku sudah punya apartemen” aku menjawabnya dengan nada tinggi.

“yaah, itu tergantung kamu mau pilih yang mana, yang jelas aku tidak mau membantumu kalau kamu tidak mau menuruti keinginanku” dia berbicara layaknya seorang penyihir kejam bagiku. Aku berpikir sejenak dan.. “oke baik, aku turuti keinginanmu” terpaksa aku turuti keinginannya demi menemukan istriku.

Aku hanya termenung menatap keluar jendela mobil. Pandanganku kosong, aku hanya fokus memikirkan istriku yang entah diamana sekarang berada.

“kau tahu, seseorang sepertimu akan mati sia-sia jika terus begitu, Dasar Bodoh” keheningan langsung pecah karena kata-kata Ratih tersebut. Hatiku sangat panas mendengar perkataannya tadi, tapi mau bagaimana lagi, untuk saat ini aku memang butuh bantuannya.

“kamu aneh, kadang-kadang baik padaku dan kadang-kadang juga sangat benci padaku, kamu layaknya sudah lama kenal aku” aku pun angkat bicara, terus terang aku merasa seperti aneh di dalam diri Ratih ini. dia tidak menjawab keluh kesahku tadi, dia hanya fokus menyetir saja.

Dan akhirnya aku sudah sampai dirumah atau lebih tepatnya di istana milik Nyonya Ratih. Kami pun berjalan menuju ruang tamu

”silahkan langsung masuk ke kamar tamu yang sudah disiapkan dan selamat malam” ucap Ratih seraya pergi meninggalkanku.

“Eeeemmmm.. kamar mandinya dimana? jaga-jaga saja kalau misalkan aku ingin ke kamar mandi malam ini” tanyaku dengan sedikit ragu.

Ratih berhenti berjalan dan membalikkan tubuhnya.”kamar mandinya sudah ada di dalam kamarmu tuan” dia berlagak seperti pembantu dan searaya sambil tersenyum menatapku. Aku hanya nyengir saja mendengar lelucon yang dibuat karena kebodohanku sendiri.

”hihi sudah aku mau tidur, aku sangat lelah untuk hari ini, Selamat malam” ucap Ratih. Aku segera ke kamar, dan aku lihat isi kamarnya yang sangat mewah sekali. Aah aku harus tidur sekarang untuk mencari istriku keesokan harinya.

“Hei pemalas... bangun.. sudah siang” suara seorang wanita membangunkanku.

“Ini masih pagi, matahari belum terlihat sama sekali” ucapku dengan malas, Sreeeeeettttttt.... “aauuuuuwwww silauuu tauk” mataku langsung sakit saat gorden dibuka oleh Ratih.

“ayoo sekarang hari pertama kamu mencari Istrimu, tapi sebelum itu kamu sarapan dulu” Ratih langsung keluar dari kamar. Aku bangun cuci muka dan segera mandi. Ternyata Ratih sudah menungguku di meja makan.

“Silahkan duduk” Ratih mempersilahkanku. “mana yang lain? orang tuamu?” tanyaku. “orang tuaku sedang liburan diluar kota, jadi aku sudah terbiasa sendirian disini” dia menjawab pertanyaanku sambil mengambil roti dan menyantapnya.

“Oh iya, ngomong-ngomong, orang tuamu dan orang tua istrimu sudah tau tentang kejadian ini?” aku hanya diam, siapa orang tuaku dan orang tua istriku ya? Shit.... aku tidak ingat.”eeeee.... belum tau” jawabku sekenanya saja. Dia tidak membahasnya lagi melainkan fokus kepada sarapan paginya.

“oke, kita mulai dari apartemen kalian untuk mencari istrinya mas, so sekarang coba ceritakan dimana terakhir kali mas bertemu dengan istrinya mas? dan jangan khawatir untuk tempat yang lain sudah aku suruh kepada anak buahku agar mengecek tiap sudut kota ini” aku hanya diam saja mendengar penjelasan Ratih yang menurutku itu bukan sebuah argumen melainkan nada-nada yang menggoda telinga dan hatiku.

Plaaaaakkkk...... sebuah tamparan mendarat di pipi kiriku. “berhenti memperhatikanku, kamu serius tidak mencari istrimu? ingin sekali aku bunuh kamu kalau seperti ini terus” aku lihat mukanya sangat menyeramkam.

“maaf” hanya kata-kata tersebut yang keluar dari mulutku.

“pantas saja istrimu menghilang, dasar laki-laki. Semua sama saja, tidak bisa melihat yang lebih cantik dan mapan dengan apa yang mereka punya” kata-katanya kembali menamparku, kali ini hatiku yang tertampar.

“aku kan sudah minta maaf” aku membela. Dia hanya menatapku dengan tajam dan aku langsung menunduk malu.

“terakhir kali aku melihatnya disini dan selanjutnya aku keluar untuk menemuimu” aku menjelaskan kepada Ratih. Dia segera menelusuri kamarku dan istriku dan mengobrak-abrik segala barang-barang yang ada di dalam kamarku.

“Dapat, nampaknya ini adalah catatan harian istrimu” kata Ratih setelah membongkar lemari di kamarku.

“ah masak? Setahuku dia tak pernah punya catatan harian dan dia juga tidak cerita kepadaku” terus terang aku kaget karena memang begitu adanya. “coba kita lihat saja daripada penasaran” Ratih pun membuka halaman pertama.

Dear Diary :
Nampaknya suamiku sudah sedikit terobsesi apa yang ada didalam otaknya, aku harus bagaimana? Bisa-bisa aku dihapus dari otaknya atau bahkan aku diregut oleh orang lain, oh bantulah aku Diary, aku takut semuanya akan terjadi. Jangan dulu sadar suamiku, aku masih Rindu kamu. :(

Bersambung....

Makasih atas Atensinya gan :ampun:
Cerita ini akan berlanjut dan ane pastikan bakalan lebih seru lagi :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd