Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Menantu Bercadar Penggoda (No Sara).

Status
Please reply by conversation.

sondosong

Kakak Semprot
Daftar
26 Dec 2017
Post
166
Like diterima
1.324
Lokasi
medan
Bimabet
Cuma dua chapter.



Mulustrasi Nur

Chapter 1

Ih gede banget, komentar istriku ristya nuraini saat kita menonton bokep di layar laptopku. Adek pengen? Nggak lah. Lagian kan bahaya kalo kena penyakit yah. Dan mau ditaruh dimana muka mama, mama kan akhwat bercadar. Bisa ancur reputasi mama.

Tuh nyoba sama bapak... Apaan sih, pipi nur langsung merona merah. Nur menunduk malu. Cieee, pake malu-malu segala. Ayah sih nawarin gituan ke mama, aneh-aneh aja.

Ya kan adek pengen kan? Daripada penasaran? Toh rahasia bakal terjaga karena nggak ada yang tau. Nggak akan jadi skandal juga. Hehe batinku kena kau nur, pengen tau aja ada nggak sih sisi nakalmu.

Udah ah, adek ngantuk... Dengan muka cemberut.

Yeee ngambek... Seneng banget aku godain istriku.

Bodo...

Yauda besok kita bicarain lagi ya. Hihi godaku.

Nur aku lihat senyum lalu menarik selimutnya tidur.



**********



Ini kopinya pak, kataku ke bapak mertuaku.

Oh terima kasih nur, ridwan kemana? Tanyanya menanyakan suamiku.

Oh tadi mas ridwan berangkat pagi-pagi sekali, katanya ada tugas kantor ke luar kota pak. Jawabku.

Oalah mendadak sekali, berapa hari katanya? Tanya mertuaku.

Tiga hari pak, jawabku singkat.

Tut Tut Tut, sebentar pak ada telfon dari mas ridwan. Kataku.

Yauda angkat dulu gih, siapa tau penting. Kata mertuaku.

Iya pak. Jawabku.

Aku angkat telfon dari suamiku. Halo mas.

Cieee berduaan sama bapak, bilang sama bapak kalo adek nanti malem tidur sama bapak. Suamiku cengengesan menggodaku.

Mulai deh, mulai aneh-aneh lagi.. dalam hatiku dan jantungku berdetak tak karuan...

Yauda mas tutup dulu ya, sebentar lagi inspeksi lapangan buat proyek properti. Kata suamiku.

Bye mas, bye muah...

Owe, roni nangis tuh nur, bapak memanggilku.

Oh iya pak, sebentar pak mungkin haus anaknya. Kataku.

Setelah ke dalam kamar aku sibakkan hijab lebarku. Aku buka daster panjangku, juga BHku.

Ah ribet banget pikirku, kalo make BH gini asiku bisa merembes. Akhirnya aku lepas sekalian. Tidak beberapa lama Roni sudah tidur lagi. Lalu aku rebahkan Roni di atas ranjang bayinya. Muah, tidur ya sayang.

Jam sudah menunjukkan jam 21.00, rasanya aku capek banget. Seharian ngurus rumah, seperti memasak, cuci baju. Meski memakai mesin cuci juga. Ntah kenapa saat badanku mulai lelah, mengantuk, aku jadi kepikiran aneh-aneh.

Huh, ini gara-gara mas Ridwan nih. Duh, aku pengen kontol gede. Nggak, nggak, nggak, nggak boleh, nggak boleh. Kenapa sih ini, memekku gatel banget. Tetekku juga, loh kok sakit. Padahal tadi udah aku keluarin waktu nyusuin Roni. Batinku.

Aku pun mondar-mandir, gelisah nggak karuan.

Kenapa nur? Tanya bapak.

Ahh nggak pak, perasaanku lagi nggak enak aja pak kepikiran mas Ridwan kenapa-kenapa. Jawabku berbohong.

Yakin aja Ridwan nggak kenapa-kenapa. Udah jangan mikir macem-macem. Ridwan kan bukan anak kecil lagi, pasti bisa jaga diri nur. Hibur bapak kepadaku.

Iya pak, aku duduk di samping bapak dengan dada berdebar. Tetekku juga semakin kencang.

Yauda nur, udah malem. Bapak mau tidur dulu. Kata bapak.

Iya pak, nur juga udah ngantuk. Uhhh, aku tahan desahanku, memekku semakin basah.

Kulihat bapak sudah melangkah pergi, aku cuma memandangnya dari jauh saja. Aku malu pengen ungkapin apa yang aku inginkan sekarang. Makin gila aku, huh aku tepok-tepok kepalaku sendiri. Mikir apa kamu nur.

Lalu aku melangkah ke kamarku sendiri, aku tutup pintuku. Tapi hatiku semakin gelisah. Kubuka hijabku, gamisku dan celana dalamku. Kubuang ke sembarang tempat. Kucolok-colok memekku dengan jari telunjukku.

Pengen kontol, pengen kontol gede. Ahhhhh aku mendesah. Hah hah hah, kucolok lebih cepat lagi. Ah ah ah, pengen kontol bapak. Masukin pak, masukin, nur nggak kuat.... Ahhh crot crot...

Nafasku ngos-ngosan, tapi birahiku masih tinggi. Duh gimana nih, aku buru-buru memakai pakaian syar'iku lagi. Kucoba membuka pintu kamarku, jantungku berdebar-debar. Aku perlahan melangkah ke pintu kamar bapak.

Tok, tok, tok, pak udah tidur? Panggilku.

Eh nur, ada apa ya nur? Bapak membuka pintu heran.

Aku ragu ingin mengatakan sesuatu, boleh nur masuk? Tanyaku.

Hah? Bapak melongo.

Aku gandeng tangan bapak masuk ke kamar, lalu kututup pintu kamar bapak. Baru aku mau duduk ke atas ranjang bapak, Roni menangis. Oweee.

Eh Roni nangis nur, kata bapak. Tanpa sadar tanganku masih menggandeng tangan bapak. Dan bapak aku tarik ke kamarku untuk melihat Roni. Anehnya bapak nggak protes bahkan saat pintu aku tutup.

Duh sayang, sini mama gendong. Aus ya sayang? Kusibakkan hijabku. Kini tonjolan di gamisku kelihatan oleh bapak. Eh bapak, aku baru sadar, sambil melihat tatapan gugup bapak.

Anu, bapak keluar aja ya nur? Kata bapak terlihat kikuk. Anehnya bapak aku cegah. Disini dulu aja pak, temenin nur. Aku sibakkan gamisku, Roni berhenti menangis setelah netek putingku. Setelah Roni tertidur, aku rebahkan roni di ranjang bayinya.

Hoam, nur ngantuk pak. Aku tidur menyamping di ranjangku. Bapak aku lihat masih berdiri kaku di depanku. Sini pak, temenin nur bobok. Ntah kenapa aku bisa senekat ini. Kutarik selimutku, sambil bilang ke bapak ; ih ayo dong kelonin nur pak. Kataku yang sudah nggak bisa mengontrol birahiku.

Eh iya, bapak melangkah naik ke atas ranjangku. Sini masuk selimut bareng nur. Hihi. Duh nakal banget aku.

Bapak nurut aja lalu menarik selimutnya. Sini peluk nur, pintaku dengan suara sedikit mendesah.

Ta tapi nur? Bapak terlihat gugup banget. Duh lucu banget deh, ngegemesin batinku.

Nggak papa peluk aja, kan kita mau tidur pak nggak macem-macem. Kataku dengan mengerlingkan mata. Grogi ya? Ayo... Hihi... Mau nggak nih? Udah ah nur ngantuk. Hoam. I iya nur.

Aku pun tertidur dengan pulas dalam pelukan bapak. Cuma pelukan aja nggak ada yang lebih.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd