Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Thank huu . Mantap updetnya. Kukira dewi bakal di gangbang sama seluruh penghuni kos.
 
sepertinya sudah deh hu ane sebutin warna organ tubuhnya. hehehe.. kalau ada yang terlewat maaf yah.. hehe

aamiin makasih suhuuu

eliza yang ceritanya masih SMA itu? underage hu disini.. wkwkw

makasih suhu.. kepinginnya update rutin tapi tergantung kondisi otak, mata, dan badan hehehe.. pa lg puasaan lebih banyak tidurnya wkwkw
Bukan eliza hu tapi echaa
 
Akhirnya yang ditunggu tunggu sekian purnama muncul,
Scene 17 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 3)

Adzan shubuh berkumandang, membangunkan Dewi dari tidur yang cuma sebentar. Kerudung dan cadarnya sudah ia tanggalkan, mengingat di kamar kost ini begitu panas karena sama sekali tidak ada kipas angin. Sehingga Dewi akhirnya melepas seluruh kain yang ada pada tubuhnya dihadapan lelaki yang bukan mahromnya itu.

Tangan Dewi meraba area kelaminnya yang terasa sedikit perih. Didapatinya sisa peju Pak Sul yang telah mengering. Bukan cuma di tempiknya, di payudara, perut, wajah Dewi juga terdapat sisa-sisa peju yang telah mengering. Entah berapa kali sudah Pak Sul semalaman menyemburkan pejunya ke tubuh Dewi

Dewi melamun sejenak, kembali ia bayangkan betapa panasnya persetubuhannya dengan Pak Sul kali ini. Bahkan Dewi sudah tak canggung lagi melepas kerudung serta cadarnya dihadapan kuli bangunan yang kini menjadi pacar sang ustadzah itu. Dewi kemudian mulai mengingat bagaimana Dia dan Pak Sul saling berciuman, menjilat kelamin satu sama lain, menggeliat keenakan, mendesah bersamaan, saling meraba, hingga bergetar bebarengan karena orgasme, dan semburan peju Pak Sul juga sudah amat banyak tertanam pada rahimnya.

"Abi.. Afwan ya Abii.. Umi menikmati ini semua. Ummi siap kalau abi akan ceraikan ummi setelah abi tahu kelakuan ummi yang sudah merasakan kontol pria lain.. Bahkan Ummi ketagihan dengan kontol pria lain bi.. Tubuh Ummi menikmati ini semuaa.. Afwan ya bii.. Ummi mulai jatuh cinta dengan Pak Sul pria perkasa ini.. Tapi Ummi juga masih cinta abi kok..", kata Dewi dalam hati

Dewi lalu memandangi kontol Pak Sul yang ngaceng saat Pak Sul sedang tertidur pulas. Kontol yang membuat Dewi ketagihan sex. Nafas Dewi terasa berat saat memandangi alat kelamin yang berotot panjang dan keras berwarna hitam itu. Lalu dengan Nakal Dewi merangkak, dijulurkan lidahnya untuk menjilati kelamin Pak Sul yang sedang tertidur

"Ssshh.. Pak Sul.. Keras banget.. Ssshhh.. slurupp slurupp slurupp", dengan Nakal Dewi mencium dan menjilati kontol Pak Sul.

Pak Sul menggeliat sejenak saat Dewi menciumi alat kelamin Pak Sul. Tetapi karena rasa kantuknya yang begitu hebat, Pak Sul kembali tidur terlelap membiarkan Dewi yang masih menciumi kontol kuli bangunan itu. Dewi dengan lihai mengocok, dan mengulum batang penis yang besar itu. Dewi saat ini sudah lupa dengan statusnya sebagai seorang ustadzah. Dewi sudah keasyikan menjadi pacar sekaligus pereknya Pak Sul yang kewajibannya hanya melayani nafsu syawhat Pak Sul

"Ohhhh.. Pak Sul.. Besar sekali kontol bapak.. Dewi sukaaa.. Slurupp Sluruupp Ssshhh..", rancau Dewi sambil terus mengulum dan menjilati kontol Pak Sul tanpa henti. Kontol yang benar-benar berbeda dengan milik suaminya

Dewi melirik jam dinding yang terletak ditengah-tengah ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul 04.25, Dewi lalu memutuskan menyudahi mengulum kontol Pak Sul untuk melanjutkan ibadah shubuh. Namun sebelum itu, Dewi harus mandi besar dulu karena semalaman ia telah berhubungan badan dengan Pak Sul. Dewi lalu mencari pakaiannya yang tadinya berserakan di ruangan kost itu, namun Dewi tidak bisa menemukannya. Di ruangan kost Pak Sul itu Dewi hanya menemukan celana dalam dengan tulisan "sex gratis dan gambar kontol"

"Pak.. Pak Sul.. Tau gamis ana ngga? kok ga ada ya?", tanya Dewi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pak Sul agar terbangun

"Hmmm.. ngga tau.. udah gpp kamu ga usah pakai baju Ust.. Telanjang saja selama disini..", jawab Pak Sul setengah sadar lalu merubah posisi tidurnya

"Tapi ana mau keluar bentar, mau mandi.."

"Halaahhh Bodo amat.. Jalan telanjang keluar sana.. saya ngantuk.. Groookk..", jawab Pak Sul dan tertidur kembali sambil mengorok

Dewi kesal melihat Pak Sul yang seolah tak peduli dengan kondisinya. Bagaimana mungkin Dewi keluar dari kamar ini hanya mengenakan celana dalam yang ditulisi tulisan serta gambar cabul itu. Bagaimana kalau nanti Dewi ketahuan penghuni kost lain. Apa yang harus ia lakukan, Dewipun tak tahu. Namun akhirnya Dewi memutuskan untuk mandi saja daripada buang-buang waktu di kamar ini keburu matahari semakin tinggi, malah penghuni kost lain bisa-bisa sudah pada bangun.

Dewi berjalan keluar mengendap-endap. Udara pagi yang dingin langsung menusuk tubuh telanjangnya. Puting susu Dewi tiba-tiba kembali mengeras saat udara pagi menyentuh tubuh telanjangnya. Dengan terburu-buru Dewi berjalan menuju kamar mandi dan memasuki kamar mandi sederhana itu

*cekrek cekrek cekrek* suara pintu tidak bisa ditutup rapat, ketika didorong daun pintu kembali terbuka kembali

Dewi mencoba menutup pintu kamar mandi namun gagal. Pintu kamar mandi terus terbuka dan tidak mau tertutup. Dewi semakin panik, tidak mungkin dia mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar seperti ini. Dewi terus mencoba menutup dan membanting pintu agak keras tetapi tetap saja pintu tidak mau tertutup sempurna.

"Duh.. kenapa lagi ini Ya Tuhan.. Aman gak ya..", kata Dewi dalam hati lalu Dewi melihat keluar dan suasana masih sepi. Dewi kemudian memberanikan diri melepas celana dalamnya dan telanjang bulat dikamar mandi itu untuk segera mensucikan dirinya

Dewi mulai menyiram tubuhnya dengan air. Dewi sudah tidak peduli pintu kamar mandi yang tidak bisa ditutup itu. Pada akhirnya Dewi memberanikan diri mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar dan langsung menghadap keluar. Sebuah perasaan tak karuan yang baru ia rasakan dalam hidupnya. Dalam hatinya entah mengapa, Dewi merasa lebih sexy ketika mandi dengan pintu terbuka seperti saat ini. Apalagi kiri kanannya adalah kamar-kamar kuli bangunan yang sewaktu-waktu bisa saja memergokinya sedang mandi. Dewi semakin merasa tertantang dan adrenalin Dewi semakin meninggi. Membayangkan saat ini dia adalah satu-satunya wanita yang ada di tempat ini. Antara rasa takut, tegang, waspada, sange, bercampur menjadi satu membuat sang ustadzah berfantasy semakin nakal. Sambil menyiram air, Dewi memainkan lubang tempiknya. Dikocoknya itilnya sendiri sambil membayangkan seseorang memergokinya sedang mandi. Membayangkan itu saja tempik Dewi sudah kembali lengket dan licin

"Tidak.. Sudah cukup! cukuplah ana khianati suami ana hanya dengan Pak Sul.. Ya Tuhan kenapa saya jadi seperti ini.. Ooohh enak..", kata Dewi sambil terus memainkan itilnya

Dewi malah duduk mengangkang di bak kamar mandi. Lalu dia mengocok tempiknya sendiri sambil menghadap ke arah luar kamar mandi. Diseberang sana terlihat pintu kamar kost entah punya siapa yang masih tertutup rapat. Dewi menikmati masturbasinya sambil berharap ada seseorang yang memergokinya melakukan perbuatan cabul itu. Tangan Dewi tak lupa untuk meremas dan memainkan pentil susunya yang mengeras. Dewi semakin menggeliat saat tangannya terus memilin pentil susunya semakim intens.

"Oohhh.. Ssshhh", rancau Dewi menikmati masturbasinya

Sepertinya sugesti Pak Sul sudah benar-benar merasuki jiwa dan pikiran Dewi secara perlahan. Pelan tapi pasti, sosok ustadzah Dewi yang terkenal alim dan lurus menjadi seorang wanita yang suka berbuat cabul dan ketagihan berbuat mesum. Bahkan saat ini Dewi tidak ragu masturbasi di kamar mandi Kost-kostan kuli bangunan, Dewi semakin tertantang membayangkan tubuh telanjangnya sedang berada diantara pria2 perkasa itu. Hal itulah yang membuat nafsunya meledak-ledak lagi pagi ini. Membayangkannya saja, lubang kelamin sang ustadzah kembali gatal dan kembali menginginkan sebatang kontol untuk menggaruk kelaminnya

Tubuh Dewi sudah basah dari ujung rambut hingga ujung kaki, dia kemudian melanjutkan mandi sambil colmek menggunakan sabun batangan yang berada di dalam kamar mandi itu. Dewi tidak peduli sabun itu punya siapa dan bekas apa karena lubang ditengahnya. Dewi terus menyabuni seluruh tubuhnya hingga penuh dengan busa. Tempik Dewi sudah licin terkena busa sabun. Dewi terus menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke dalam tempiknya yang sudah berbusa itu

"Ooohh.. Aahhhh..", Dewi terus mendesah. Dia lupa dia seharusnya saat ini buru-buru untuk ibadah shubuh.

Tetapi nafsu birahinya yang sudah tinggi membuatnya menunda-nunda untuk segera beribadah. Tubuhnya lebih keasyikan memperkosa dirinya sendiri, menikmati status barunya sebagai seorang perek sesuai perintah Pak Sul

"Lho kok gak ditutup pintunya mbak?", Seorang pria tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamar mandi, terkejut saat melihat Dewi sedang mandi tanpa menutup pintu. Padahal saat itu posisinya sedang mengangkang, mendesah memainkan itilnya yang gatal

"Eeehhh.. kyaa...", Dewi terkejut saat seseorang memergoki dirinya sedang mandi atau bahkan sedang masturbasi

Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Dewi langsung membanting pintu kamar mandi, tetapi sayang pintu itu masih gagal tertutup sempurna. Dewi mencoba menahan pintu itu agar tidak terbuka dengan tubuhnya. Akhirnya Dewi memutuskan buru-buru menyudahi acara mandi paginya. Dewi hanya menyiramkan beberapa kali air dan membilas sabun yang ada pada tubuhnya hingga bersih. Dalam kondisi tubuhnya yang masih basah kuyup, Dewi memutuskan segera memakai satu-satunya kain yang tersisa pada tubuhnya yaitu sebuah celana dalam bertuliskan "sex gratis" dan gambar 2 buah batang kontol

Perlahan Dewi buka pintu kamar mandi, sambil memastikan keadaan di luar sana. Berharap pria tadi sudah tidak ada didepan kamar mandi. Tetapi harapannya tidak tekabul, Pria itu masih menunggunya di depan kamar mandi sambil menyengir saat tau Dewi mengintip dari dalam.

"Buruan mbak saya mau pipis..", kata pria yang usianya hampir sama dengan Pak Sul itu sambil menyengir menyebalkan ke arah Dewi

Dewi akhirnya tidak ada pilihan lain selain keluar dari kamar mandi. Ia tutup tetek besarnya dengan tangannya lalu berjalan mengendap keluar sambil menunduk.

Pria itu terbelalak memandangi tubuh Dewi yang keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai celana dalam.

"Itu pintunya biar bisa ditutup diganjel batu yang dipojok sana mbak. Hehehe..", kata bapak itu sambil menunjuk sebongkah batu yang cukup besar dipojok kamar mandi

*Ya ampun.. bodohnya ana.. malah keasyikan mandi dengan pintu terbuka..*, kata Dewi salam hati

Bapak itu memandangi celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Bapak itu lalu menyeringai mesum memandangi wajah serta tubuh atas telanjang Dewi yang masih basah

"Sex Gratis? Beneran nih? Nanti digenjot beneran nangess.. Heheheh", ledek pria itu

Muka Dewi memerah, Dewi sadar pria itu telah membaca tulisan mesum yang ditulis di celana dalamnya. Dewi tidak mempedulikan bapak kuli bangunan itu dan berlari kecil kembali ke kamar Pak Sul, Dewi begitu malu karena pada akhirnya bertambah lagi seorang pria yang bukan mahromnya melihat hampir seluruh auratnya. Padahal sejak duduk di bangku SMP aurat Dewi sudah selalu ia jaga dengan berpakaian syari.

Pria itu memandangi tubuh Dewi yang berlari ke arah kamar Pak Sul. Pria itu terkesima dengan pemandangan lekuk tubuh Dewi walau hanya dari belakang. Pantat Dewi yang bulat mulus bergetar-getar dan berguncang saat Dewi berlari. Bapak kuli itu belum tahu, tubuh yang dipandanginya saat itu adalah tubuh seorang ustadzah yang kesehariannya selalu memakai cadar. Setelah Dewi masuk ke dalam kamar Pak Sul, barulah pria itu masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan hajat buang air kecilnya yang sudah ia coba tahan sejak beberapa menit yang lalu

Di dalam kamar rupanya Pak Sul masih tertidur pulas. Dewi memandangi kontol Pak Sul yang masih berdiri tegak saat pria itu sedang tertidur. Mata Dewi sayu, nafsu birahinya semakin naik. Dibukanya celana dalamnya yang basah karena tadi Dewi memakainya tanpa mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu. Dewi lalu mendekati tubuh telanjang Pak Sul yang masih tidur. Tempik Dewi sudah meneteskan cairan pelumas sejak kejadian dipergoki di kamar mandi barusan.

Perasaan campur aduk yang begitu luar biasa bagi Dewi yang tidak pernah menggunakan pakaian terbuka ketika kemana-mana, sensasi memperlihatkan aurat tanpa sengaja kepada seorang pria yang tidak dikenalnya menjadi pengalaman nakal yang tidak mungkin Dewi lupakan. Aurat yang selama ini ia tutup akhirnya menjadi tontonan pria bukan mahromnya secara gratis. Antara nafsu, malu, mau, takut bercampur menjadi satu. Tanpa disadari, perasaan itu membuat tempik Dewi semakin banjir saja

Dewi lupa dengan kewajiban ibadahnya. Dewi batalkan niatnya untuk ibadah shubuh. Sambil mengocok tempiknya yang banjir dan gatal dengan telunjuknya, Dewi lalu berlutut mendekati kontol Pak Sul. Tanpa jijik dan malu, Dewi jilat kembali kontol kuli bangunan yang penuh otot dan berwarna hitam itu. Dewi ratakan air liurnya melumasi batang kontol Pak Sul yang penuh otot. Garis Lubang kencing Pak Sul pun Dewi jilatin penuh nafsu, sambil sesekali ia masukkan kepala kontol Pak Sul ke dalam rongga mulutnya

"Oh.. Pak.. Bangun Pak.. Ana kepingin lagi.. Ssshhh..", kata Dewi begitu binal sambil terus menciumi kontol Pak Sul

Namun dasar Pak Sul kalau tidur kayak orang mati, Pak Sul tetap tidak bergeming walau saat ini dihadapannya ada seorang bidadari surga sedang telanjang asyik mencium dan menjilati batang kontolnya. Dewi sudah tidak tahan lagi, Kakak kandung Rista itu merangkak menaiki tubuh Pak Sul. Lalu Dewi mengarahkan batang kontol Pak Sul ke lubang kelaminnya sendiri. Karena tempik Dewi sudah basah dan kontol Pak Sul yang keras, Dewi tidak kesulitan membenamkan kelamin Pak Sul ke dalam kelaminnya sendiri.

*bless*

Pelan-pelan Dewi turunkan tubuhnya, sehingga kontol Pak Sul semakin menyeruak masuk ke dalam jepitan kelaminnya yang masih sempit, karena 8 tahun Dewi menikah, kontol suaminya gagal membuat tempik Dewi melonggar. Sehingga jepitan tempik Dewi saat ini masih terasa seperti perawan. Dewi memejamkan mata menahan otot kelaminnya yang sedang menyesuaikan ukuran kontol besar Pak Sul

"Aaahhhh.. Sshhh.. Pak..", desah Dewi sambil menyetubuhi Pak Sul yang masih tidur pulas

Dewi semakin menggila memompa tempiknya di gagang kontol Pak Sul yang keras itu. Bokongnya yang mulus terlihat begitu sexy naik turun memompa kelamin hitam milik Pak Sul. Tubuh Dewi semakin nikmat "mengulek" kelamin Pak Sul. Digoyangkannya tubuhnya dengan nakal diatas tubuh Pak Sul. Getaran tubuh Dewi begitu kuat, desahan sexy Dewi terdengar begitu kencang pagi ini. Seolah Dewi lupa, desahannya bisa saja terdengar oleh 9 pria lain di area kost-kostan khusus kuli bangunan ini.

Pak Sul tiba-tiba mengucek matanya. Bokong Pak Sul pun perlahan ikut naik turun seirama dengan "ulekan" tubuh Dewi yang begitu semangat dan liar. Kesadaran Pak Sul pelan-pelan terkumpul. Akhirnya Pak Sul terbangun sepenuhnya setelah menyadari tubuhnya sedang digoyang oleh Dewi. Terlebih terasa sekali kontolnya yang dijepit rapat oleh tempik Dewi yang hangat.

"Waduh.. Ustadzah pagi-pagi sudah sange yah.. Heheheh..", Kata Pak Sul sambil mulai meremasi tetek besar Dewi yang bergelantungan dihadapannya

"Tempik ana gatal Pak.. Ana butuh kontol. Aahh.. Aahh.. Aahhh.."

"Pagi-pagi bukannya ngaji malah ngajak ngewe.. Dasar Ustadzah Perek.. Jual diri sana Ust.. Biar dapat kontol buat garuk tempikmu yang gatal itu...", kata Pak Sul sekalian mensugesti agar Dewi menjadi perek sejati

"Kok jual diri.. katanya ana gratis Pak.. Aahh.. Aahhh.. Aahhhh Ouuhh Pak Sul kontolmu besar banget sayang..", Kata Ustadzah semakin semangat memompa tempiknya ke kontol Pak Su

"Iya kalau sama saya gratis, kalau sama pria lain tarik biaya lah, duitnya lumayan buat saya. Hehehe.. Tapi terserah ustadzah kalau kamu mau dientot gratisan, itung-itung dapat pahala sedekah berbagi harta terbaik yang dimiliki ustadzah.. Kapan lagi ustadzah sedekah tempik. Heheheh.. Suaminya sibuk cari nafkah, istrinya malah sibuk melonte melayani kuli bangunan.. Hah Hah Hah.. Tempikmu nikmat bener Ust...", Kata Pak Sul semakin memperkuat tusukannya

"Iyaah.. Ana istri murahan ketagihan kontol besar kuli.. Aaahh kamuu ga cemburu sayang aku digenjot temen2mu. Aaahhh.. Aaahhh.. Aahhh..", Dewi semakin terkena sugesti hipnotis Pak Sul

"Semakin perek kamu, semakin aku sayang kamu ustadzahkuu.. Suamimu juga pasti bangga tempik istrinya semakin pengalaman dikontolin kontol-kontol kuli. Oohh.. bangsat tempikmu malah becek jancok disuruh jual diri..Tempik Perek.. Ngentot..", Kata Pak Sul menyadari Dewi orgasme dengan memuncratkan cairannya perlahan

"Aahhhh.. Pak Sul.. Ana semakin ngebayangin yang nggak nggak nih pak.. Ouuuhh.. Ouuuhhh.. Kontol bapak mantab banget..", kata Dewi semakin kesetanan bergoyang di atas tubuh Pak Suk

*jleb jleb jleb jleb*

"Ustadzah Perekkk.. Malah semangat goyangnya disuruh jual diri.. Ustadzah hobby ngentot lu perek.. Hahahah..", ejek Pak Sul saat melihat Dewi semakin bergoyang dengan panas

*Tok Tok Tok* tiba-tiba pintu diketuk

"Sopo?", pekik Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi dari bawah

"Dirman Sul..", kata seorang pria dari luar

"Opo man? Ganggu ae.. Melbuo (masuk aja)", Kata Pak Sul

Dewi tidak percaya Pak Sul mempersilahkan temannya untuk masuk ke kamar saat dirinya sedang bersetubuh dengan seorang wanita. Dewi sempat menghentikan pompaan tempiknya karena terkejut Pak Sul menyuruh temannya masuk. Pak Sul menyadari Dewi begitu ketakutan dan Pak Sul pun berusaha meyakinkan Dewi semua akan baik-baik saja

"Tenang, dia ga tau kalau kamu itu Ustadzah. Bersikaplah seperti Perek yang gak punya malu dan terus goyang.. Heheheh", Kata Pak Sul

Seorang pria yang dipanggil Dirman oleh Pak Sul pun masuk kedalam kamar kost Pak Sul. Rupanya Pak Dirman adalah pria yang memergoki Dewi mandi tanpa menutup pintu tadi. Mata Pak Dirman terbelalak melihat pemandangan indah dihadapannya. Dewi sedang duduk diatas tubuh Pak Sul. Kedua kelamin mereka saling bertemu dan saling bertumbukan. Ditambah lagi tetek indah Dewi yang bulat besar menggantung bebas tanpa penutup menjadikan pemandangan itu menjadi salah satu pemandangan terbaik selama Dirman hidup.

Dewi sudah pasrah saat pria yang tak dikenalnya itu masuk ke dalam kamar sambil menatapnya mesum. Dewi begitu malu sampai tak sanggup memandang wajah teman Pak Sul itu dan goyangan tubuhnya mendadak menjadi penuh keraguan. Dewi benar-benar malu saat ini dan harga dirinya sebagai seorang akhwat terjaga mendadak hancur. Perzinahannya dengan Pak Sul pada akhirnya diketahui oleh temannya sesama kuli.

Bahkan teman kuli Pak Sul melihat adegan panas itu secara live didepan matanya sendiri. Dewi mencoba menutupi tetek besarnya yang bergelantungan karena goyangan tubuhnya yang terus disodok dari bawah oleh Pak Sul. Namun tangan Dewi ditepis oleh Pak Sul dan Pak Sul melarang Dewi menutup tubuhnya sama sekali. Pak Sul memegangi kedua tangan Dewi dan kembali menghujami tempik Dewi dari bawah sehingga tubuh telanjang sang ustadzah terekspose bebas dihadapan Pak Dirman.

"Gendakanmu ganti maneh ta Sul? (Teman kencanmu ganti lagi ya Sul?)", tanya Pak Dirman sambil mengucek celana bagian pangkal pahanya

"Wajarlah wong ganteng iki. Hahaha..", jawab Pak Sul

"Taek.. Nemu nang endi kon perek ayu ngene? (Ketemu dimana lu perek cantik gini?)", kata Dirman sambil duduk memandangi perzinahan Pak Sul dan Dewi

"Sek tak takone (bentar saya tanyakan). Heh, dimana rumahmu sayang? Sshh..", tanya Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi

"Errr.. Aahh.. Saya di daerah Ngewe Jaya pak.. Sshhh.."

"Ngewe Jaya kan daerah rumahe Bu Wito yo?", tanya Pak Dirman

"Iyo bener.. Oiyo Cok, kon nggeble (ngentot) ambek Bu Wito gak ngomong2 asuu.. Untung Bu Wito crito", protes Pak Sul

"Lho iyo Cok.. Lha Bu Wito mancing-mancing nggawe daster tapi gak BH an (Pakai daster tapi ga pakai BH). Susune Guede nggarai (bikin) gak konsen kerjo.. Terus Bu Wito teko-teko nyekel (tiba-tiba pegang) kontolku cok. Gak sido nggarap omahe malah sido ne nggarap Bu Wito aku (Gak jadk garap rumahnya malah jadinya nggarap Bu Wito aku)", Kata Pak Dirman sambil membetulkan posisi celana dalamnya karena terangsang melihat tubuh Dewi yang cerah mulus begitu kontras dengan kulit Pak Sul

"Pancen (memang) perek Bu Wito. Senengane kontol gede. Tapi sayange tempik e ndower. Hahaha..", Kata Pak Sul sambil mempercepat sodokannya

"Iyo gak popo pokok'e oleh tempik gratisan istri orang. Hahaha..", jawab Pak Dirman

Seketika Dewi bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan. Apakah Bu Wito yang mereka maksud adalah Bu Wito yang dikenalnya. Bu Wito tetangga belakang rumah yang baik dan kalem itu. Ingin sekali Dewi menanyakan hal itu namun ia urungkan. Ia kawatir jika terlalu kepo, Pak Dirman bisa curiga. Dewi mencoba berpura-pura menjadi perek yang sama sekali tidak mengenal Bu Wito agar Pak Dirman tidak curiga. Bisa berabe kalau Dirman sampai tahu kalau Dewi adalah Ustadzah yang cukup dikenal di daerah Ngewe Jaya.

"Aaahhh.. Saya sudah mau keluaarrr tempikmu nikmat dasar lonte murahan...", Tiba-tiba Pak Sul mendesah kuat dan "membanting" tubuh Dewi hingga terlentang agar Pak Sul bisa menunda sejenak klimaksnya.

Pak Sul merubah posisi Dewi menjadi dibawah, lalu Pak Sul langsung menindih tubuh telanjang sexy itu dan kembali batang kontol Pak Sul dibenamkan ke kelamin sang ustadzah membuat akhwat itu langsung terdongak kepalanya. Pak Sul langsung menggenjot tempik Dewi dengan cepat. Dewi semakin kewalahan dengan sodokan bertenaga Pak Sul yang begitu terasa mentok hingga rahimnya. Tubuh Dewi menggeliat penuh kenikmatan, inilah kenikmatan yang ia dambakan. Setelah 8 tahun pernikahannya ia tidak merasakan nikmatnya berhubungan badan. Barulah kali ini, tempik Dewi merasa begitu keenakan dan menagihkan. Tempik sang ustadzah terus mengeluarkan cairan licin yang membuat kontol Pak Sul mudah keluar masuk memompa kelamin Dewi. Ditambah lagi saat ini Dewi sedang berhubungan badan sambil dilihat orang lain. Membuat birahi sang ustadzah yang selama ini ia jaga, menjadi meledak-ledak tak karuan melampaui logika berpikirnya, entah mengapa Dewi merasa semakin bergairah dan merasa sexy dengan aktivitas sex semacam ini

"Ouuuhhh.. Aaahhh.. Pak Sulll.. Terus paakkkk ..", Desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya erotis ditindih Pak Sul

"Cok, uayune Sul purel mu.. Mari ngene gantian yo (Cuk, cantik bener Sul lontemu. Habis gini gantian ya)", kata Pak Dirman sambil mulai ngocok memandangi kebinalan Dewi

"Enak'e.. Bayar Cok..", jawab Pak Sul

"Halah tulisan sempak'e lho sex gratis. Heheheh", jawab Pak Dirman mulai onani melihat rekan kulinya menggenjot wanita cantik dihadapannya

Pak Sul semakin mempercepat sodokannya ke tempik Dewi hingga tubuh atletis kuli bangunan itu bergetar hebat. Terasa sekali kelamin Pak Sul berkedut-kedutan dan akan memuntahkan lendir peju yang sangat banyak siap untuk membuahi sel telur Dewi.

"Ohhh.. Saya keluaaarrr ....", pekik Pak Sul sambil mendorong kontolnya masuk seluruhnya ke tempik Dewi

*crot crot crot crot crot*

Cairan putih kental dan lengket Pak Sul tumpah di rahim Dewi. Terasa sekali di dalam rahimnya cairan peju Pak Sul menyemprot berkali-kali memberikan rasa hangat bagi dinding dalam rahim Dewi. Dewi terkulai lemas, ada senyum kepuasan yang terlukis pada bibirnya. Senyum kenikmatan bercinta yang akhirnya bisa ia rasakan bersama Pak Sul. Sebuah dosa paling besar selama hidupnya yang pernah Dewi lakukan. Tempik Dewi belepotan oleh cairan beraroma anyir dan berteksture kental lengket itu. Dari dalam lubangnya terus mengeluarkan sisa-sia semburan peju Pak Sul yang meluber keluar karena tidak sanggup ditampung oleh rahim Dewi yang sempit. Jembut Dewi dijadikan Pak Sul sebagai tempat untuk mengelap sisa peju yang menempel di kontolnya. Pak Sul menduduki dada Dewi dan meminta Dewi membersihkan sisa peju yang masih ada pada batang kelaminnya. Dewi dengan patuh menjalankan semua perintah Pak Sul tanpa pernah protes. Kontol hitam itu dijilatinya, membersihkan sisa2 perzinahan yang terjadi diantara mereka berdua hingga beesih tak tersisa. Setelah puas, Pak Sul kemudian duduk diatas kursi sambil menyalakan sebatang rokok.

Pak Sul tersenyum puas, Dewi sang ustadzah alim terkulai lemas dihadapannya dalam keadaan telanjang bulat. Seluruh kain pada tubuhnya sudah terlepas menampakkan seluruh auratnya. Termasuk cadar dan juga kain kerudungnya yang biasanya terpasang rapi di kepala akhwat bercadar itu. Dari tempik sang ustadzah, terlihat mengkilap karena campuran antara lendir tempik, keringat Dewi dan lendir peju Pak Sul yang menempel begitu banyak hingga meluber-luber keluar. Nafas Dewi masih ngos-ngosan. Suasana ruang kost ini memang sangat panas karena tidak ada sirkulasi udaranya. Tubuh Dewi berkeringat deras. Ketiaknya yang mulus samar terlihat mengkilap karena keringatnya sendiri. Kaki Dewi masih mengangkang setelah tempiknya masih terasa nyut-nyutan dihajar kontol besar Pak Sul. Dewi seolah lupa didalam ruangan ini masih ada Pak Dirman yang sedang memandang penuh birahi kepadanya

"Sul, Tak gawe oleh gak? (Sul, saya pakai boleh gak?)", tanya Pak Dirman sambil berkali-kali dia mengucek bagian tengah celananya yang mulai mengeras

"Mbayar aku 3juta", jawab Pak Suk

"Taek a. Gratis cok sesuai tulisan sempak'e perek iki. Hehehe..", kata Pak Dirman

"Kon kok eroh sempake ono tulisan Sex gratis?" (lu kok tau sempaknya ada tulisan sex gratis?)

"Mau pas adus perek iki gak nutup lawang. Ngaceng aku Sul. Hahahah..(Tadi waktu mandi perek ini gak nutup pintu. Ngaceng aku Sul. Hahahah..)", Kata Pak Dirman

"Owalah.. Jancokkk.. pancen Perek Dewi iki.. Adus yo ga nutup lawang.. Njaluk (minta) diperkosa. heheheh..", kata Pak Sul menyeringai memandangi Dewi yang masih terkulai lemas diantara kedua kuli bangunan ini

Pak Dirman terus mengocok memandangi tubuh telanjang Dewi yang terbaring lemah. Perlahan Pak Dirman berjalan mendekati Dewi yang sudah terkulai pasrah

"Heh kon kate lapo?" (Hei lu mau ngapain?), tanya Pak Sul tiba-tiba terkejut melihat Pak Dirman mendekati Dewi yang masih lemas

"Nggeble perek iki Sul" (ngentot perek ini Sul), jawab Pak Dirman sudah tidak tahan menahan kontolnya yanv mulai ngaceng

"Gak Gak, Gak oleh. Perek iki nggonanku, kon ambek Bu Wito ae (Gak gak gak boleh, perek ini milik gue. Lu sama Bu Wito aja)", jawab Pak Sul

"Pelit ga asyikkk..", Jawab Pak Dirman sambil kecewa

"Hahaha ora urus (gak ngurus)", jawab Pak Sul

"Ayolah Sul, aku pingin ngentot perek iki cokkk.. Nafsu aku ndelok mbake.. Uayu asuuu.."

"Mangkane goleko purel cok. Usaha cookk.. Wes wes ndang geble Bu Wito kono. Tempik ndower seneng kontol gede", kata Pak Sul

Pak Dirman ngedumel karena tidak diijinkan Pak Sul menggarap tubuh Dewi. Pak Sul masih belum puas, saat ini dia ingin menikmati Dewi seorang diri. Nanti kalau sudah bosan, mungkin dia baru akan rela berbagi pereknya ke teman-temannya. Setelah Pak Dirman meninggalkan ruangan, Dewi dengan manja merangkak mendekati Pak Sul yang sedang duduk diatas sebuah kursi. Tangan Dewi mengocok kontol Pak Sul kembali. Dewi ragu menanyakan perihal pembicaraan antara Pak Sul dan Pak Dirman tadi.

"Pak.. ", kata Dewi lembut sambil terus mengocok kontol Pak Sul

"Ya? Masih pingin ngentot ya Ust? kok udah kocok kontol saya lagi. Heheheh", kata Pak Sul

"Afwan.. Tadi Pak Sul nyebut2 Bu Wito.. Maksudnya Bu Wito tetangga ana?", tanya Dewi

"Iya betul. Bu Wito istri Pak Wito itu. Heheheh.. Jangan dikocok aja Ust. Sepong juga pake mulutmu.. Ssshhh..", Kata Pak Sul sambil mendesah

Dewi terkejut bak disambar gledek. Bu Wito yang dikenalnya adalah ibu-ibu yang baik, tidak pernah terlihat ada masalah dengan Pak Wito bisa selingkuh dengan Pak Sul. Mendadak ada api cemburu yang membakar hati Dewi. Dia tidak menyangka Pak Sul juga sudah pernah berhubungan intim dengan Bu Wito. Dewi mencoba menahan amarah serta perasaan cemburunya saat ini. Ingin ia protes dan marah ke Pak Sul. Sayangnya selama ini Dewi terlalu berpikiran naif. Dikiranya Pak Sul hanya terbuai dengan dirinya. Kecewa, Dewi benar-benar hendak protes dan marah saat ini, tetapi ia urungkan. Dewi sadar akan posisinya. Dia tak lebih baik daripada Bu Wito. Dia dengan sukarela ketagihan kontol kuli bangunan itu hingga membuatnya melakukan dosa ternikmat didunia. Dosa berzina dengan pria bukan mahromnya.

Ia takut Pak Sul akan meninggalkannya setelah semua yang telah terjadi. Lalu Dewi mencoba merajuk manja mendekatkan kepalanya kembali ke kepala kontol Pak Sul yang berwarna merah. Dewi ingin terlihat manis saat ini agar Pak Sul tidak memikirkan wanita selain dirinya. Tidak hanya itu, kemudian Dewi mulai menjilati kontol Pak Sul dengan patuh sambil terus berusaha mengorek fakta lebih dalam. Lidah Dewi bergerak lincah menyapu tiap bagian alat kelamin kuli bangunan yang warnanya hitam itu. Pak Sul membelai rambut panjang sang Ustadzah yang sudah tergerai basah terkena keringat. Sambil menjilati kontol Pak Sul, tangan Dewi juga memainkan itilnya yang semakin gatal. Sehingga saat ini Dewi terlihat sedang asyik masturbasi sambil menjilati kontol Pak Sul.

"Kenapa kamu nanya itu ustadzah sayang? Aaahh.. Perek suka kontol lu anjingg.. Jilat yang bener.. Aaahhh.."

"Err.. Katanya Pak Sul cinta sama ana.. Kok...", Dewi mencoba mengatur kata-katanya. Takut menyinggung Pak Sul

Ucapan Dewi begitu lirih dan lembut. Dewi takut jika Pak Sul akan marah jika dia terlalu menginterograsinya

"Cemburu?"

"...", Dewi tidak mampu menjawab. Rasanya tidak mungkin dia terang-terangan menyatakan rasa cemburunya kepada Pak Sul

"Hehehe.. Bu Wito itu sama seperti kamu. Tidak puas dengan kontol suaminya.. Lalu ketagihan kontol saya.. Heheheh.. Kamu ga usah cemburu, ingat statusmu itu hanyalah pacar perek buat saya. Tugas kalian berdua itu sama, sediakan tempik kalian buat dipejuhin. Daripada tempik kalian gak guna, karena kontol suami kalian tidak mampu muasin tempik lonte2 berkerudung macam kalian.. Ssshh Enak bener ust seponganmu.. Ssshh..", kata Pak Sul sambil mendesis menikmati permainan lidah Dewi

Dewi mengangguk lemah sambil menahan rasa marah. Pak Sul jelas-jelas merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Tetapi Dewi tidak bisa berbuat apa-apa. Sugesti Pak Sul kepada sang ustadzah agar menjadi seorang perek tetap wajib ia laksanakan. Memang benar apa yang dikatakan Pak Sul. Tugasnya hanya menyediakan tempiknya yang gatal buat dipejuhin. Dewi juga akhirnya sadar tidak bisa menguasai Pak Sul seutuhnya. Dewi harus rela berbagi kontol dengan Bu Wito, tetangganya sendiri yang selalu baik kepadanya. Rupanya Bu Wito sama dengan dirinya. Tempik istri Pak Wito itu juga gatal butuh peju Pak Sul. Dewi tidak bisa egois saat ini.

"Kamu jangan cemburu dengan Bu Wito Ust. Wajar jika seorang istri tidak puas dengan kontol suaminya, dia akan mencari kenikmatan yang lain. Lihat dirimu, Sudah bersuami tapi mau jadi pacar dan perek saya secara sukarela. Suami kerja, istri malah enak berzina sama kuli. Heheheh.."

Rasa cinta Pak Sul itu bukanlah rasa ingin memiliki seutuhnya, tetapi malah sebaliknya. Pak Sul hanya menjadikan Dewi sebagai pemuas nafsunya dan menjadikan Dewi boneka sex yang wajib taat kepada seluruh perintahnya, Tidak lebih. Dewi sadar akan hal itu, tetapi bukannya ingin lepas dari Pak Sul. Dewi malah tertantang untuk menjadi Perek kesayangan Pak Sul.

"Pak Sul lebih milih ana atau Bu Wito? sluruppp sluruppp", tanya Dewi semakin penasaran. Jelas sekali Dewi terlihat tidak mau menjadi nomor dua saat ini. Tubuh telanjang Dewi masih berlutut dihadapan Pak Sul. Bibir Dewi pun masih sibuk menjilati kontol kuli bangunan itu

"Kamu sama dia sama aja.. Bedanya dia sudah kepala 4 sedangkan kamu kepala 2. Anggap saja kamu istri muda saya.. Heheheh.."

"Pak Sul lebih suka ana atau Bu Wito?", tanya Dewi sekali lagi ingin memastikan

"Jujur saja, Bu Wito itu lebih pintar daripada kamu. Saya sudah menjalin hubungan dengan Bu Wito hampir setahun. Kamu masih amatiran. Kamu masih kurang binal Ustadzah.. Memeknya Bu Wito saja sudah pengalaman dikontoli 4 batang. Suaminya, Saya, Pak Dirman, dan tukang sayur saya lupa namanya.. Kalau saya suruh telanjang diluar dan melayani seluruh kuli yang ada disini dia pasti senang hati melakukannya. Karena Bu Wito sudah berjanji kepada saya, akan menjadi perek saya yang paling taat. Bu Wito bahkan saat ini sudah tidak minat sama kontol suaminya. Kamu kalau mau jadi perek kebanggaan saya harus lebih berani daripada Bu Wito. Heheheh"

Dewi terkejut mendengar cerita Pak Sul. Tak disangkanya Bu Wito yang kalem bisa senakal itu. Dia saja masih malu luar biasa saat tubuhnya dipandangi 1 orang pria yang bukan mahromnya. Sedangkan Bu Wito berani mengobral seluruh aset tubuhnya ke semua pria demi taat kepada Pak Sul. Dewi semakin cemburu, rupanya Pak Sul menganggap Bu Wito lebih hebat dibandingkan dirinya. Dewi sakit hati, dia menyesal telah membandingkan dirinya dengan Bu Wito. Semua yang terjadi rupanya masih belum cukup untuk meyakinkan Pak Sul. Pak Sul masih menganggap Dewi amatiran. Agar bisa menjadi wanita yang diharapkan Pak Sul, Dewi perlahan-lahan harus segera membuang rasa malunya. Dalam hati Dewi berjanji akan menjadi wanita seperti yang diinginkan Pak Sul.

"Yasudah ga usah bahas Bu Wito lagi. Kamu unggul 4 hal Ust. Kamu lebih cantik, lebih muda, bodymu sexy lalu yang terpenting Tempikmu lebih rapet. hehehe..", ujar Pak Sul

Pipi Dewi bersemu merah mendengar pujian Pak Sul. Kuli bangunan itu rupanya mengagumi kecantikan serta keindahan tumbuhnya. Ditambah lagi, Pak Sul juga menyukai jepitan kelamin Dewi sehingga sang ustadzah senang bukan kepalang setelah tau kelaminnya bisa memuaskan kontol Pak Sul.

Oiya, Sudah beberapa hari saya tidak mandi Ust.. Boleh bantu jilatin peler saya juga?", Kata Pak Sul tiba-tiba

"Hah?.. Peler?", Dewi kebingungan

"Peler Ust.. Endog saya.. Ini lho", kata Pak Sul sambil menunjukkan bagian kontolnya yang letaknya dibawah dengan bentuk bulat berkerut.

"Kotor Pak.. Ana tidak berani..", kata Dewi masih ragu

"Nah kan.. Kamu masih suka membangkang perintah saya, kalau Bu Wito, dia akan senang hati diberikan kesempatan bersihkan peler saya. Kalau ustadzah memang penyuka kontol, ustadzah harus berani menjilati seluruh bagian kontol lakik. Termasuk pelernya..", kata Pak Sul mulai memanas-manasi dan mensugesti Dewi kembali

"Tapi pak..", kata Dewi masih takut dan ragu

"Kamu mau apa nggak?? Ingat kewajibanmu itu juga menyervis kontol saya termasuk bersihin semua bagian kontol saya pakai lidahmu", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali

"I.. Iya mau pak.. Saya bersihkan peler Pak Sul..", jawab Dewi patuh seketika

Awalnya Dewi takut menjilati benda menjijikkan itu. Tetapi karena bujuk rayu Pak Sul, pada akhirnya Dewi mau menjilati buah zakar Pak Sul. Walau awalnya hanya satu sentuhan kecil melalui ujung lidahnya, lama-lama Dewi berani menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati peler Pak Sul secara menyeluruh. Bola-bola hitam keriput milik kontol Pak Sul perlahan mulai dijilat tanpa rasa jijik oleh Dewi. Dewi kemudian juga diminta menciumi bola-bola hitam Pak Sul itu

"Cium peler saya ustadzah.. Bukti kamu saat ini wajib berbakti pada kontol-kontol pria. Ustadzah saat ini tidak lain adalah Ustadzah perek yang hobbynya ngemut kontol dan jilatin peler. Ustadzah butuh kontol. Kontol adalah kebutuhan pokok ustadzah yang wajib dipenuhi. Ustadzah haram sepong kontol suami, lupakan kontol suami. Sebagai gantinya, Ustadzah halal dan wajib sepong kontol Pria lain. hahahah..", Kata Pak Sul mensugesti Dewi agar semakin binal

Dewi terus menciumi bulatan hitam itu terus menerus sambil mendengar semua sugesti Pak Sul yang menjijikkan

"Jilat terus Ustadzah.. Jilat peler saya sampai bersih. Heheheh.. Ssshhh.."

"I.. Iya pak..."

Jilatan serta ciuman Dewi mulai turun semakin ke bawah. Dewi terus menciumi dan menjilati bagian perbatasan antara peler Pak Sul dan lubang tainya.

"Yaa gitu.. bagus ustadzahhh.. Kamu semakin pintarr... Ssshh.. Sampe bersih Ust...", Kata Pak Sul sambil mengangkat tubuhnya agar Dewi semakin leluasa menjilati area bawah kelaminnya.

"Mulai saat ini Ustadzah tidak bisa hidup tanpa kontol.. Tugas mulutmu juga nambah sekarang, Sepong kontol, bersihkan peler, sama dipejuin. Ngerti?"

"Ngerti Pak..", jawab Dewi sambil terus mengulum kontol Pak Sul

"Bagus.. Sekalian jilat lubang pantat saya Ust.. Bibirmu yang suci itu pasti bisa bersihin lubang pantat saya", Kata Pak Sul sambil membokongi Dewi dan membuka lubang pantatnya dihadapan sang Ustadzah

"Ana jijik Pak.. Jangan disitu .", Dewi menolak permintaan aneh Pak Sul itu

"Ustadzah, tugasmu itu melayani dan patuh sama saya. Sudah jangan mbangkang kamu.. Ayo jilat lubang pantat saya sampai bersih. Tenang saja, awalnya memang jijik tapi kalau sudah terbiasa, Nilaimu sebagai seorang perek akan bertambah. Ayo ini jilat lubang taek saya", Kata Pak Sul sambil menggoyangkan garis pantatnya beberapa sentimeter saja dihadapan Dewi

"I..Iya Pak.. Afwan..", jawab Dewi sambil perlahan menjulurkan lidah dan kedua tangannya membuka belahan pantat Pak Sul

Awalnya Dewi ragu menyentuhkan lidahnya ke lubang pantat Pak Sul yang berwarna hitam pekat itu. Ditowelnya sedikit lubang itu dengan lidahnya. Sempat terasa rasa aneh dan bau tidak enak yang Dewi rasakan. Namun Dewi mencoba bertahan dan menahan nafasnya, ia mulai melanjutkan menjilati lubang anus Pak Sul lebih enjoy lagi. Lidah Dewi menyapu lubang kecil itu. Dewi tersedak, rasa dan aromanya masih belum bisa ia terima dengan baik. Garis Pantat Pak Sul bergerak menggesek-gesek wajah cantik Dewi. Dewi julurkan lidahnya sekali lagi. Memberanikan diri menjilati lubang pembuangan Pak Sul. Dewi jilati lubang pembuangan itu sambil menahan nafas karena lubanh tai Pak Sul begitu kotor, lidahnya bergerak amat cepat menyapu lubang pantat Pak Sul. Pak Sul sampai kegelian saat lidah Ustadzah Dewi mulai terbiasa bermain di lubang anusnya. Walau masih terkesan terburu-buru dan tidak bisa menikmati, Pak Sul mencoba memahami jam terbang Dewi yang masih minim menjadi seorang perek. Dewi mulai semakin berani menjilat lubang pantat Pak Sul semakin dalam. Lidahnya ia dorong semakin masuk menyapu bagian dalam anus Pak Sul

"Iyya.. Gitu Ustadzah.. Terus jilat sampai bersih.. Lidahmu terus dorong masuk ke lubang tai saya.. Aaahh Bagus.. Jilatin terus anjing... Ustadzah anjingggg... Perekkk.. Oohh.."

Lalu sekali lagi Pak Sul tidak mampu menahan birahinya akibat tingkah Dewi yang begitu patuh membersihkan lubang pembuangannya. Tubuh Dewi dibuatnya menungging, lalu batang kontolnya yang sudah kembali tegang mulai mengoyak kelamin sang ustadzah. Dihajarnya lubang tempik Dewi dengan kasar sambil bongkahan pantatnya ditampar-tampar oleh Pak Sul

"Tempik perek nikmat bener tempikmu sayang.. Ahh.. aaahhh.. Ahhh... Goyang bokongmu anjing!!! Nungging yang bener Ustadzah Sediakan tempik ustadzah buat saya kontolin!! Ayo anjing.. plak plak plak", perintah Pak Sul semakin kesetanan merendahkan Dewi dan menampar-nampar bokong mulus Dewi

"Aaahhh.. Aahhhh.. Ooouuuhh Iyaaahhh pak..", rancau Dewi

Dewi bukannya marah, malah Dewi lebih semangat melayani Pak Sul. Sebutan anjing baginya seolah pujian bagi Dewi. Bongkahan pantatnya bergoyang begitu sexy dengan kondisi tempik dibombardir kontol sang kuli. Pantat Dewi sudah membekas merah karena terus-terusan ditampar Pak Sul dengan kasar

Pak Sul terus menyodok tempik Dewi dari belakang dengan kasar kurang lebih 10 menitan. Dewi kelojotan membiarkan kelaminnya dihajar dengan begitu perkasa oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itu. Sodokan yang mantab membuat rasa gatal pada tempiknya tergaruk dengan sempurna oleh texture berotot kontol Pak Sul

"Saya pejuin lagi tempikmu ustadzah perekkk... Jalang lu Dewii!! Aaarrgggghhh.."

*jrot jrrot jrot jrot* peju Pak Sul menembak rahim Dewi sangat kental dan banyak tanpa ragu. Sekali lagi rahim Dewi menjadi tempat pembuangan peju untuk kesekian kalinya selama tinggal di kost kuli bangunan itu. Tubuh Dewi bergetar terus menerus setelah mencapai orgasmenya pagi ini. Walau Pak Sul sudah mencabut batang kontol dari tempiknya, Tubuh Dewi masih kejang-kejang. Dari lubang tempiknya keluarlah sisa peju Pak Sul yang tidak bisa ditampung seutuhnya oleh kelamin Dewi

***

Jam Sudah menujukkan pukul 11.00, tak terasa kedua pasangan zina ini sudah berhubungan intim kurang lebih 5 jam lebih. Dan Pak Sul selalu menyemburkan pejunya ke rahim Dewi tanpa ampun sejak pagi tadi. Dewi dan Pak Sul terus berhubungan bak suami istri yang sedang kasmaran. Tidak ada keraguan dan penyesalan diantara kedua manusia yang sedang dimabuk birahi ini. Toh Dewi juga sudah mengikhlaskan kelaminnya memang dipergunakan Pak Sul kekasih selingkuhannya itu sepuasnya

"Saya lapar mau cari makan dulu..", kata Pak Sul

"Bapak sudah sehat? biar ana saja yang belikan makanan", Jawab Dewi

"Gak usah, ustadzah disini saja. Saya cuma sebentar. Ada warung nasi di dekat pasar sini", kata Pak Sul

"Afwan ana jadi merepotkan Pak Sul.."

Pak Sul kemudian pergi membeli makanan, meninggalkan Dewi yang dibiarkan telanjang di dalam kamar kostnya. Sepeninggal Pak Sul, Dewi mencoba mengambil tisu dari dalam tasnya untuk membersihkan sisa-sisa persetubuhan panas dengan kuli bangunan bernama Pak Sul itu.

Dewi melihat ke arah kelaminnya sendiri. Kelaminnya yang sudah lecek setelah digempur berkali-kali oleh kontol kuli bangunan itu. Aroma peju Pak Sul yang kuat masih tercium jelas dari lubang tempik Dewi. Sisa peju yang sudah mengering masih terasa menempel sehingga membuat permukaan kulit tempik Dewi terasa kaku dan kering. Dengan tisu basah ditangannya. Dewi mulai membersihkan jembut serta seluruh tempiknya hingga bersih dari noda peju Pak Sul

Setelah membersihkan area kelaminnya. Dewi basuh pula seluruh keringat di tubuhnya dengan tisu basah yang ia bawa. Ia putuskan hanya menyeka tubuhnya dengan beberapa lembar tisu basah karena ia takut keluar kamar saat ini walau hanya untuk sekedar mandi. Dewi masih belum siap jika nanti malah mengulangi kejadian seperti tadi pagi saat dirinya sedang mandi dan melihat tubuh telanjangnya dengan leluasa.

Setelah dirasa cukup bersih dan bau keringat lumayan berkurang. Dewi bingung harus melakukan apa diruangan pengap ini. Beberapa menit saja menunggu, tubuh Dewi sudah kembali berkeringat karena memang panasnya suhu ruangan tempat tinggal Pak Sul. Kembali alat kelamin Dewi berkeringat sehingga membuat lubang senggamanya itu kembali gatal karena mulai berair.

"Ya Tuhaannn.. punya ana gatal lagi..", Kata Dewi sambil menggaruk tempiknya sendiri

"Ssshh.. Ana butuh kontolll...", kata Dewi sambil mulai masturbasi

Tangan Dewi dengan cepat mengocok itilnya sendiri membuat tubuh sang ustadzah kembali menggelinjang hebat. Kelakuannya saat ini benar-benar seperti perek dan wanita murahan. Yang ada dipikiran Dewi saat ini hanyalah kontol dan kontol. Dalam waktu 2 hari dengan dibimbing oleh Pak Sul, sang ustadzah bercadar yang alim menjadi seorang perek yang hanya memikirkan kontol untuk memuaskan kelaminnya yang selalu gatal.

"Ooohhh.. Ana butuh kontolll... Aaahhh.. Ana keluarrrr", rancau Dewi sambil tubuh bagian bagian bawahnya tersentak hebat.

*sret sret sret sret*, Tempik Dewi menyemburkan cairan squirt untuk pertama kalinya

Dewi sudah tidak bisa lagi menahan perasaan "ingin kencing" yang sebelumnya coba selalu ia tahan. Dewi biarkan cairan bening dari kelaminnya itu menembak tanpa malu-malu lagi. Semburan yang sangat banyak hingga membuat tikar Pak Sul basah akibat cairannya yang barusan keluar itu. Nafas Dewi tersengal hebat setelah squirt pertamanya yang berhasil ia capai. Ada kepuasan yang ia rasakan setelah mengalami klimaksnya, walau saat ini kelaminnya masih kedutan dan semakin gatal. Dewi kembali mencoba meraba tempiknya kembali, memainkan lubangnya dengan jemari lentiknya. Terasa sekali tempik Dewi sudah begitu becek dan basah. Bahkan di tangannya pun menempel sebuah lendir lengket yang berasal dari dalam kelaminnya

Dewi jilat lendirnya sendiri yang menempel pada tangannya hingga bersih, dan tangan Dewi kembali dicolokkan memainkan alat kelaminnya dengan cepat. Sambil membayangkan kontol Pak Sul menghajar tempiknya kembali setelah ini. Dewi benar-benar terangsang, martabatnya sebagai seorang muslimah yang terjaga perlahan ia lupakan. Ia mulai menikmati profesi barunya. Menjadi perek Pak Sul. Membayangkan dirinya dijadikan Perek oleh kuli bangunan itu membuat tempiknya kembali kedutan dan mencapai squirt keduanya

"Oooohhh.. Ana jadi perekkk.. Ana ikhlas jadi perekk.. Aaahhh.. tempik ana butuh kontolll Aaahhhh.. Afwan Abiii.. Ana ketagihan kontooll.. Aaahhh.. Anaaa keluarrr..."

*sreettt sreettt sreeettt sreeettt*

Kembali lubang kelamin Dewi yang sudah tidak alim lagi itu menyemburkan cairan squirtnya sangat deras. Tangan Dewi sampai banjir oleh cairan squirtnya. Tubuh Dewi terbaring lemas, buah dadanya yang besar naik turun seirama dengan tiap tarikan nafasnya. Sedangkan lubang kelaminnya sudah lungset, saking beceknya alat kelamin sang ustadzah.

15 menit berlalu, Pak Sul sudah kembali membawakan makanan dan sebungkus kresek lainnya. Pak Sul sempat terkejut melihat tubuh telanjang Dewi yang sudah mengkilap karena berkeringat deras. Kontol Pak Sul kembali mengeras saat itu, tetapi coba ia tahan. Ia butuh makan agar energinya tidak habis dan siap menggenjot kelamin Dewi kembali.

"Makan dulu Ust.. Kamu pasti laper dari kemarin malam belum makan. Oh iya ini saya bawakan pakaian buat kamu selama disini"

"Syukron Pak.. Afwan sudah merepotkan Pak Sul. Pak Sul kan masih sakit kok sudah keluar-keluar..", kata Dewi sambil menerima sebungkus kresek pakaian itu

"Setelah ngentot tempikmu, tubuh saya jadi lebih enakan. Sepertinya tempikmu bisa jadi obat penghilang rasa sakit Ust.. Hehehe..", jawab Pak Sul

"Ah Pak Sul bisa aja.. Astghfrlh ini baju apa pak?"

"Ya baju Ust.. Hehehe.. Saya belikan yang ukuran S yang paling murah soalnya 15ribuan. Hehehe..", kata Pak Sul cengengesan

Dewi bingung melihat pakaian pemberian Pak Sul. Sebuah tanktop mini dengan bahan yang sangat tipis berwarna putih, lalu Pak Sul juga membelikan sebuah celana pendek pinggang karet berwarna hitam yang potongannya mini pula sehingga jika dipakai akan menampakkan bentuk kaki Dewi seutuhnya

"Tapi Pak Sul kan tahu saya tidak pernah berpakaian seperti ini..", protes Dewi

"Ya saya kan ngga punya uang Ust buat beli baju-baju gamis yang biasa ustadzah pakai. Itu aja saya cari yang termurah sesuai isi dompet saya. Kalau ga suka yasudah ga usah dipakai ust..", Jawab Pak Sul Ngambek

"Bukan begitu Pak.. Saya cuma belum siap pakai baju seperti ini..", kata Dewi merasa tidak enak

"Ustadzah Dewi tenang saja, disini tidak ada yang tahu kamu seorang ustadzah.. Disini kamu itu perek ust. Jadi berpakaianlah seperti perek. Mau pakai gak?", kata Pak Sul

"I.. Iya coba saya pakai deh Pak.. Mubadzir sudah dibelikan juga", jawab Dewi

"Bagus gitu dong.. Kamu itu perek Dewi.. Berpakaian sexy tentu tidak masalah buatmu..", kata Pak Sul

Dewi lalu memungut celana dalam dengan tulisan sex gratis miliknya satu-satunya di ruangan ini. Lalu Dewi mulai memakai celana pendek yang mengexpose mulusnya kedua kakinya

"BH ana mana pak?", tanya Dewi setelah menyadari BHnya belum diserahkan kembali ke dirinya

"Tidak perlu pakai BH.. Heheheh..", kata Pak Sul mesum

"Tapi Pak..."

"Tidak ada tapi-tapi.. Ingat kamu harus patuh dengan perintah saya Ust.. Tetekmu yang besar itu nilai jualmu Ustadzah.. Gak perlu ditutup tetekmu", Kata Pak Sul tersenyum sange

Dewi hanya geleng-geleng kepala menuruti permintaan mesum "kekasih selingkuhan"nya itu. Dewi tidak punya pilihan lain selain mengenakan tanktop berwarna putih itu menutup tubuhnya tanpa mengenakan BH. Ukurannya tentu saja kekecilan karena Dewi biasa mengenakan gamis berukuran L agar tubuhnya tidak tercetak di pakaian yang biasa ia kenakan.

Dewi tidak percaya diri dengan pakaian yang dikenakannya. Toketnya terlihat besar sampai tanktop yang ia pakai penuh sesak tidak mampu menampung bulatan toket Dewi. Belahan dadanya terlihat penuh dan sexy dibalik potongan rendah area dada pada pakaiannya. Belum lagi karena tipisnya bahan tanktop yang Dewi kenakan, kedua pentil susunya yang berwarna cokelat muda itu menerawang dan tercetak di kain berwarna putih itu. Sedangkan kedua kaki mulusnya yang biasa selalu ia tutup dengan gamis, kini dibiarkan terbuka dan hanya ditutup sebuah celana pendek kolor tipis berwarna hitam. Pakaian Dewi sungguh sexy menampakkan lekuk tubuhnya. Ditambah lagi paras wajah Dewi yang cantik dengan tatapan matanya yang tajam sayu membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan tergoda.

Dewi berdiri tertunduk malu mengenakan pakaian sexy itu dihadapan Pak Sul. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup area dadanya yang sesak seperti mau tumpah keluar dari tanktop mini itu. Aneh memang jika Dewi malu-malu saat ini, karena sebelumnya Pak Sul sudah melihat, menjamah serta menikmati keindahan tubuh telanjang Dewi. Pak Sul sampai geregetan melihat tingkah polos Dewi

"Ngapain Ust ditutupin tetekmu?"

"Ana..Malu Pak.. Pakaian ana begitu sexy mengundang syahwat.."

"Begok.. Seharian kamu sudah telanjang dan saya nikmati tubuhmu, kok malah sekarang dikasih pakaian malah malu dan ditutupin. Aneh kamu..", kata Pak Sul

Dewi bingung menjawab apa. Dia benar-benar tidak tau harus bersikap bagaimana saat ini. Ia benar-benar merasa tidak nyaman mengenakan pakaian sexy ini. Karena seumur hidupnya, terakhir ia memakai pakaian tanpa lengan di luar rumah adalah ketika Dewi masih TK.

"Udah kamu mulai sekarang harus terbiasa jadi perek saya. Saya lapar mau makan dulu"

Pak Sul cuek saja membiarkan Dewi yang terlihat masih kikuk dengan penampilan barunya. Pak Sul kemudian mengambil sebungkus nasi campur yang tadi ia beli di pasar. Sebuah nasi bungkus yang amat sederhana, isinya tidak seberapa dengan porsi nasi dan bihun yang sedikit dengan potongan lauk yang kecil ditambah sedikit sambal. Pak Sul memakan nasi bungkus itu dengan lahap.

"Makan dulu keburu gak enak", kata Pak Sul sambil meletakkan nasi bungkus jatah Dewi yang belum disentuh sama sekali

"Iya Pak..", jawab Dewi mencoba mengabaikan rasa tidak nyamannya

Dewi kemudian turun melahap habis nasi bungkus pemberian Pak Sul. Hanya beberapa suap saja sebungkus nasi itu sudah habis karena memang porsinya yang sedikit dan murah.

"Maaf saya cuma belikan nasi murahan itu Ust.. Saya lagi seret setelah beberapa hari ngga ada pemasukan karena sakit", kata Pak Sul

"Iya gapapa kok Pak.. Ini saja sudah haru kita syukuri Pak Sul..", jawab Dewi

Dewi mencoba mengerti dengan kondisi perekonomian Pak Sul yang jauh dari kata cukup. Dalam hatinya, Dewi prihatin dengan keadaan Pak Sul yang hidup serba kekurangan. Sebagai seorang ustadzah yang selalu memikirkan permasalahan ummat, ada rasa iba yang sangat besar melihat keadaan Pak Sul yang tinggal di kost-kostan tak layak huni ini. Dalam hatinya ingin sekali Dewi membantu Pak Sul. Namun apalah daya, mencukup kebutuhan rumah tangganya sendiri saja Dewi dan Eko kesusahan.

Setelah puas beristirahat, Pak Sul kembali mendekati tubuh Dewi yang kini berpakaian sexy. Memandangi tubuh indah dengan balutan sexy seperti itu terus-terusan tentu saja sebagai lelaki normal, Pak Sul mulai tergoda. Ditambah lagi pemandangan tetek Dewi yang begitu sesak dibalik tanktop yang Dewi kenakan saat ini membuat Pak Sul ingin menetek di pentil susu Dewi

Pak Sul lalu menarik tali tanktop Dewi hingga salah satu toket bulatnya meloncat keluar. Sebuah pentil susu yang nampak lezat dan membuat birahi Pak Sul kembali memuncak melihat keindahan tubuh Dewi. Lidah Pak Sul langsung melumat habis pentil Susu Dewi, Dewi hanya diam membiarkan bibir kasar Pak Sul melumat habis pentil susunga yang sudah mengacung. Sesekali kepala Dewi terdongak menaham kenikmatam saat pentil susunya di sedot kuat-kuat

"Aahhhh.. toketmu indah sekali ustadzah..Bayangkan ratusan pria memandangi toketmu yang indah ini. Bayangkan ratusan pria itu mengantri untuk menetek ke pentil susumu Ust.. Betapa beruntungnya kamu diberikan kesempatan bersedekah tetek indahmu seperti itu.. Slurup slurup slurup.. Sshh.."

"Aaahhh.. Pak... Teruss.. Netek ke pentil ana.. Ouuhhh.. Enak..", rancau Dewi

"Pentil susumu ngaceng Ustadzah.. Oouuhh.. Anjing.. Nikmat bener pentilmu.. Sshhh..", Kata Pak Sul sambil memelorot toket satunya lagi sehingga kali ini tanktop Dewi tidak menutup kedua gunung kembarnya. Mata Dewi terpejam pasrah membiarkan bibir kasar Pak Sul mengemut kedua pentilnya secara bergantian

Setelah puas ngemut pentil susu sang Ustadzah, Pak Sul menunggingkan tubuh Dewi kembali. Celana hotpant hitam beserta sempaknya Dewi langsung dipelorot sampai lutut sehingga tempik dan bulatan pantat Dewi terbuka seutuhnya. Pak Sul memainkan lidahnya di area tempik Dewi dari belakang. Mata Dewi terbelalak kegelian saat area kelaminnya di jilati oleh Pak Sul. Tangan Pak Sul terus membelah tempik Dewi semakin lebar. Hingga lidah Pak Sul lebih bebas menjelajah area dalam kelamin Dewi

"Ya Ampun.. enak banget pak.. Tempik Anaa.. Aahhh.. Terus jilatin Pak.. Nikmat.. Ouuhhh..", desah Dewi begitu lantang karena kelaminnya terus-terusan dijelajahi oleh lidah Pak Sul

"Becek bener tempikmu Ustadzah.. Perek beneran kamu Ustadzah.. Saya genjot tempik kamu lagi Ust..", kata Pak Sul sambil membenamkan batang kontolnya yang sudah mengeras

*Blessss*

"Iyaaaahh.. Enak kontol bapak... Aaahhh.. Aaahhh.. Sodokannya mantab sekali.."

"Enak mana sama kontol suamimu? Hahahha ..", goda Pak Sul lagi

"Enak kontol Pak Sull.. Aaahhh.. Aahhh.. Teruss sayangg.."

*jleb jleb jleb jleb*

"Iya kontol letoy suamimu sudah haram berada di tempikmu yang nakal ini. Tempik becek doyan digenjot kuli.. Oohhh..*

"Iyaaahh Pak.. Ana sudah tidak butuh kontol suami anaaa.. Aaahhh.."

"Bersumpahlah Ustadzah.. Oohhh.."

"Ana bersumpah kontol suami ana sudah haram pakai tempik ana.."

*jleb jleb jleb jleb*

"Lalu..", goda Pak Sul

"Tempik ana halal digenjot para kuli seperti Pak Sul. Aaahhh.. Ana keluarrrr Pakkkkk..."

"Perekkkk.. digenjot kontol bukan mahrom malah muncrat.. Udah melonte aja lu perekkk.. Muncrat2 tempik lu..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot lubang kelamin Dewi.

*sret sret sret sret*

Dari lubang kencing Dewi, kembali keluar cairan bening yang menyembur keluar beberapa kali saat kontol Pak Sul terus membombardir lubang utamanya. Tubuh Dewi sampai tersentak sentak beberapa kali saat squirtnya kali ini. Saat ini kelamin Dewi sedang sensitif-sensitifnya setelah mencapai orgasmenya. Tiap sodokan Pak Sul yang kuat begitu menyiksa birahinya. Dewi mencoba menahan tubuh Pak Sul agar istirahat sejenak membiarkan tubuh Dewi istirahat setelah orgasme. Namun sayangnya Pak Sul tidak tahu hal itu, Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi tanpa Ampun. Sehingga tempik Dewi saat ini begitu tersiksa

"Aaahhhh.. Aaahh... Pak.. Sudaaahh.. Keluarrrr lagiiii.. Aaauhhh..", pekik Dewi tak kuasa menahan tempiknya yang terus terkencing-kencing

*sret sret sret sretttt* Dewi orgasme kesekian kalinya hari ini

Cairan bening hangat Dewi muncrat kembali mengenai kontol Pak Sul. Kaki kananDewi diangkat oleh Pak Sul, lalu Pak Sul kembali menghajar kembali alat kelamin Dewi tanpa ampun dalam posisi satu kaki Dewi terangkat ke atas

"Aaahh.. Aahh.. Aahhhh..", desah Dewi menikmati tiap sodokan Pak Sul

"Becek tempikmu Ust... Sialan nikmat bener kelamin lu anjinggg.. Aaahhh..", kata Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi dari belakang dengan posisi satu kaki terangkat

"Kontol bapak juga enak.. besar sekali.. ana sukaaa.. Abiii.. Afwan ummi ketagihan kontol besaaarrr.. Oouuhhh..", rancau Dewi begitu binal

"Asuuu.. Istri Lonteee suka kontol kuliii.. Saya mau keluar Ust.. Aaarrggghhhhh..."

*crot crot crot crot crot*

Kembali Pak Sul menumpahkan seluruh lendir pejunya tanpa ragu-ragu ke ustadzah istri orang ini. Tempik Dewi kembali belepotan peju Pak Sul yang begitu banyak. Seluruh rahim Dewi terisi penuh oleh Peju lengket dan hangat Pak Sul. Setelah Puas Pak Sul mencabut kelaminnya dari kelamin Dewi. Kini kedua kelamin mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Tempik Dewi sudah terbiasa dan beradaptasi dengan ukuran diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang

***

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, mendekati saat maghrib. Selama dikontrakan Pak Sul, Dewi benar2 lalai dengan kewajiban lima waktunya. Shubuh lewat, dhuhur lewat dan ashar pun akan segera lewat. Bukannya bergegas mengambil wudhu, Dewi malah saat ini asyik menjilati kontol Pak Sul dan tidak menggubris waktu asharnya yang akan segera habis. Awalnya Dewi kepikiran dan merasa berdosa karena sudah meninggalkan kewajiban yang selama ini tak pernah ia tinggalkan itu, namun sekarang Dewi sudah tidak peduli dan acuh tidak memikirkan kewajiban 5 waktunya. Dewi sudah memiliki kewajiban yang lain, yaitu berzina.

"Ana mandi dulu nanti lanjut lagi ya Pak Sul..", kata Dewi manja

"Udah gak malu lagi nih?"

"Ana sedang berusaha menjadi wanita yang diinginkan Pak Sul. Ana akan buktikan ana bisa lebih baik dari Bu Wito..", Kata Dewi sambil menyudahi mengulum kontol Pak Sul

Dewi memberanikan diri keluar dari kamar kost Pak Sul. Rupanya langit sudah berupa senja. Sebentar lagi warnanya akan hilang menjadi gelap gulita. Dengan pakaian sexy pemberian Pak Sul, Dewi coba mengumpulkan rasa percaya dirinya berpakaian seronok seperti itu. Dewi mencoba membuang statusnya sebagai seorang ustadzah alim yang harus menutup aurat. Dewi mencoba menikmati status barunya yaitu sebagai perek tak punya malu dan mengumbar auratnya kemana-mana

Dewi memberanikan diri melucuti pakaiannya saat sudah tiba dikamar mandi. Pintu kamar mandi masih macet tidak mau ditutup. Meskipun tahu harus mengganjal pintu itu dengan batu, Dewi enggan melakukannya. Dewi malah tertantang mandi diluar dal kondisi pintu terbuka. Ada adrenalin yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya dengan mandi pintu dibuka seperti ini. Dewi semakin tertantang, siapapun yang melewati atau berada didekat kamar mandi, akan bisa melihat kondisi sang ustadzah yang sudah telanjang bulat. Dewi mulai mengguyur tubuhnya yang sudah bau keringat itu. Dibasuhnya tubuhnya hingga bersih dan wangi menggunakan sabun yang ada di kamar mandi umum kost-kostan kuli itu.

Dewi merasa kali ini aman saja karena tidak ada kuli yang melewati kamar mandi selama ia sedang mandi. Karena memang biasanya para kuli akan kembali ke kost setelah maghrib setelah seharian bekerja. Dengan berjalan mengendap-endap Dewi kembali berjalan menuju kamar Pak Sul. Didalam kamar kost, Pak Sul terlihat sedang mengeluarkan semua isi dompetnya. Wajahnya tampak kebingungan menyadari keadaan keuangannya yang mulai menipis. Dewi melihat hanya ada 1 lembar uang pecahan 10ribu dan 1 lembar pecahan 2ribu yang dipegang oleh Pak Sul.

"Afwan ya pak Sul.. Gara ana2 nginep disini Uang Pak Sul jadi habis...", kata Dewi tidak enak hati

"Ngga kok Ustadzah.. Ini memang kesalahan saya ngga kerja selama hampir seminggu jadi uang saya habis. Sepertinya saya besok harus cari pekerjaan. Kemarin Bu Wito menawari saya merbaiki saluran dapurnya yang mampet. Mungkin besok sy ke rumah Bu Wito Ust..", Kata Pak Sul

"Hmm.. Bu Wito ya..", kata Dewi

Sekali lagi timbul rasa cemburu yang menghinggapi perasaan Dewi saat Pak Sul menyebut nama Bu Wito. Ingin sekali Dewi melarang Pak Sul ke rumah wanita istri Pak Wito itu. Tetapi dia sendiri bingung, karena Pak Sul saat ini benar-benar membutuhkan uang sehingga Pak Sul harus mengiyakan permintaan Bu Wito.

"Hehehe.. Kenapa? Cemburu?", Tanya Pak Sul sambil membelai pundak Dewi yang terbuka karena sang ustadzah saat ini mengenakan tanktop putih sexy yang dibelikan Pak Sul

Dewi hanya menghela nafas panjang. Dewi menyadari posisinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain. Dia sendiri tidak bisa terlalu posesif melarang Pak Sul menemui Bu Wito sementara dia sendiri adalah istri orang.

"Andai ana ada uang dan bisa bantu Pak Sul.. Pak Sul ga perlu capek-capek kerja. Pak Sul kan belum sembuh benar..", kata Dewi penuh perhatian

"Kamu mau bantu cari uang? Heheheh...", Kata Pak Sul sambil menyeringai karena terlintas pikiran mesum dibenaknya

"Kalau ada jalan, ana mau pak.. Yang penting ana bisa bantu Pak Sul. Ana sudah merepotkan Pak Sul.."

"Selalu ada jalan untuk gadis cantik dan sexy sepertimu Ustadzah.. Hehehe.."

"Bagaimana caranya pak?"

Pak Sul kemudian berjalan ke meja dan mengambil sebotol cairan yang bentuknya seperti minyak urut

"Ikut saya....", kata Pak Sul sambil menarik tangan Dewi

Dewi terkejut dan kebingungan apa yang direncanakan oleh Pak Sul. Dewi tahu benar Pak Sul adalah sosok pria yang benar2 cabul. Dewi semakin merasa ketakutan, tetapi di sisi lain Dewi juga semakin penasaran apa yang akan terjadi olehnya. Pak Sul membawa tubuh Dewi ke luar menuju kamar pertama di Kost-kostan kuli bangunan ini.

*tok tok tok*, Pak Sul mulai mengetuk pintu

"Iyoo sopo??" pekik orang dari dalam

"Aku.. Sul..", jawab Pak Sul

"Ono opo Sul? Ganggu ae", Kata orang di dalam

*ceklek* pintu dibuka keluarlah seorang pria yang berbadan gemuk dan berambut keriting

"Opo Sul? Pegel aku mulih kerjo (capek aku pulang kerja)", kata Pria itu

"Nah kebetulan Pak Kus.. Ini saya bawakan terapist. Heheheh.."

Dewi kebingungan mendengar ucapan Pak Sul. Apa yang dimaksudnya dengan terapist. Istilah yang belum dipahami oleh Dewi. Apalagi pria yang bernama Pak Kus itu mulai memandangi Dewi dari atas sampai bawah.

"Wah... larang iki pasti Pak Sul.. Terapist tuwek2 ae isok 200ewu, nek modelan ngene isok 700ewu Pak (Wah.. Mahal ini pasti Pak Sul.. Terapist tua-tua aja bisa 200ribu, kalau model seperti ini bisa 700ribu pak)", jawab Pak Kus

"Masalah harga nanti bisa dibicarakan boss sama Mbak Dewi langsung.. Harga spesial pokoknya. Dewi, pijat Pak Kus dengan baik ya. Hehehe.. Saya ke sebelah-sebelah dulu sambil menawari jasa pijat ke penghuni kost lain..", Kata Pak Sul sambil menyerahkan sebotol minyak yang dia bawa tadi

"Pi..pijat??", kata Dewi kebingungan lalu tubuhnya langsung di dorong oleh Pak Sul dan Pak Sul menutup pintu kamar Pak Kus

"Hehe santai saja mbak ga usah tegang gitu.. Duduk dulu mbak.. Maaf ngga ada kursi", kata Pak Kus

"Err.. Iya Pak..", kata Dewi

"Namamu Dewi ya? Saya Kus.. Kusanto..", kata Pak Kus memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan

"Iya saya Dewi, Pak..", jawab Dewi sambil meraih jabat tangan Pak Kus, padahal normalnya Dewi ketika menjadi seorang akhwat bercadar dia akan menolak jabatan tangan dengan halus.

Kemudian bapak-bapak gendut itu duduk disebelah Dewi begitu dekat. Belum pernah Dewi duduk sedekat ini dengan pria kecuali dengan Pak Sul dan juga suaminya. Awalnya Dewi merasa begitu risih apalagi aroma ketiak Pak Kus begitu menyengat mengganggu hidungnya

"Sudah lama jadi terapist mbak?"

"Eehhh.. mak.. maksud bapak?"

"Hah? Kamu ga paham? Tukang pijat.."

"Tu.. Tukang Pijat?.. Sa.. saya.. Barusan.."

"Jangan gugup.. santai saja sama saya..", Kata Pak Kus sambil membelai pundak Dewi yang mulus

"I..Iya.."

"Kenapa jadi terapist? Butuh duit ya?", kata Pak Kus sambil kali ini lengan besarnya mulai memeluk pinggang Dewi yang ramping

Dewi ingin protes karena tangan Pak Kus dengan kurang ajar menyentuh tubuhnya Namun Dewi urungkan itu, mengingat pakaiannya sendiri saat ini begitu menggoda sehingga wajar Pak Kus bisa nekat berbuat demikian.

"Bisa dimulai?", kata Pak Kus

"I..Iya pak..", jawab Dewi masih gugup

Lalu Pak Kus mengangkat kaos kutangnya hingga terlepas dari tubuhnya. Terlihat perut Pak Kus yang besar penuh timbunan lemak terbuka dihadapan Dewi. Dewi begitu malu melihat tubuh setengah telanjang pria yang tidak dikenalnya itu. Setelah itu Pak Kus tengkurap disamping Dewi. Dewi terlihat masih bingung apa yang harus dia lakukan. Pak Sul sama sekali tidak memberikan waktu untuk mempersiapkan ini semua.

Dewi lalu mulai menuangkan cairan minyak yang tadi diberikan oleh Pak Sul. Benar saja, dari aromanya memang tercium cairan itu adalah minyak urut. Dewi mulai meratakan minyak urut tadi ke telapak tangannya dan mulai ia usapkan ke punggung Pak Kus secara merata. Setelah itu Dewi mulai memijat-mijat kecil punggung Pak Kus seperti yang biasa ia lakukan ke suaminya. Pak Kus terlihat menikmati pijatan Dewi. Berkali-kali Pria itu menghela nafas menahan kenikmatan sentuhan lembut tangan Dewi yang terus memijat punggungnya

"Enak juga pijatanmu Mbak.. Walau masih pemula. Tapi cukup nikmat. Heheh.."

"Terima kasih Pak..", Jawab Dewi sambil terus mengurut punggung Pak Kus

"Sudah punya pacar atau suami mbak?", tanya Pak Kus

"Eehhh.. Su.. Sudah pak..", jawab Dewi

"Pacar atau suami?", tanya Pak Kus

"Su.. suami pak..."

"Dibolehin sama suaminya kerja jadi teraphist?"

"Bo.. boleh kok pak..", Jawab Dewi berbohong

"Hehehe.. Baik juga suaminya ngijinin istri cantiknya jadi tukang pijat..", Kata Pak Kus

Setelah punggung Pak Kus selesai dipijat, Pak Kus lalu tidur terlentang. Dari balik celananya terlihat sesuatu yang menggelembung. Dewi menyadari hal itu, tetapi Dewi tidak berani menatap tonjolan di balik celana Pak Kus. Dewi lalu melumuri kembali tangannya dan mulai memijat pergelangan tangan Pak Kus yang gemuk. Dewi memijat dengan hati-hati. Karena Dewi tahu, Pak Kus adalah seorang pekerja yang kasar. Jika sampai Dewi salah memijat bisa berabe

"Oh iya berapa nih biayanya? Saya belum tau.. Jangan mahal2 mbak saya ngga punya uang..."

"Eehhh.. Errr.. Berapaa.. yaa.. Terserah Pak Kus saja...", jawab Dewi bingung

"Kalau saya mah maunya gratisan. Hahahah..", jawab Pak Kus sambil tertawa terbahak-bahak

"Jangan lah Pak.. Masak gratis..."

"25ribu untuk pijatnya. Bagaimana? Saya tidak ada uang soalnya..", Kata Pak Kus

"25ribu? Iya deh boleh.. Pijet aja ya pak..", kata Dewi

"Lho emang selain pijat bisa ngapain lagi? Heheheh..", tanya Pak Kus sambil tersenyum mesum

"Ngg.. ngga pak.. Maksud saya..", kata Dewi bingung melanjutkan kata-katanya

Tak terasa Dewi sudah memijat kedua tangan Pak Kus, tak lupa Dewi juga melumuri tubuh gendut Pak Kus dengan minyak urut agar pria gendut itu merasa hangat dan rileks.

"Kakinya juga Pak?", Tanya Dewi

"Iya Dong.. 25ribu full body massage..", Kata Pak Kus sok-sokan pakai bahasa inggris

"Si.. siap.. pak.."

Lalu Dewi mulai memijat area kaki Pak Kus. Perlahan jemari Dewi bergerak mengolesi betis Pak Kus dan mulai menekan betis Pak Kus dengan kuat, kaki Pak Kus terasa keras dan kaku sehingga Dewi harus memijit dengan kekuatan lebih. Pak Kus sesekali merintih keenakan menikmati urutan dan pijatan Dewi yang apa adanya itu. Lalu Dewi mulai memijat area jari kaki dan telapak Pak Kus. Memandangi kecantikan wajah dan keindahan tubuh wanita dihadapannya membuat Pak Kus semakin tidak bisa menahan syahwatnya. Ditambah lagi, sentuhan Tangan lembut Dewi yang terasa meraba kulit kasarnya malah membuat birahi Pak Kus memuncak. Pak Kus semakin tersiksa karena celananya semakin sempit karena kontolnya yang mulai berdiri

"Pahanya juga ya Mbak..", Kata Pak Kus

"I.. Iya.. Pak.. Sebentar..", jawab Dewi semakin gugup

Lalu Dewi kembali meraba dan mengoleskan minyak urut ke paha Pak Kus. Dewi semakin deg-degan karena kali ini dia terpaksa harus memandang area menggelembung punya Pak Kus. Terasa sekali tangan Dewi gemetaran saat tangannya berada didekat kelamin Pak Kus. Pak Kus sadar akan hal itu. Pak Kus tahu Dewi itu masih pemula yang malu-malu dan tidak bisa langsung binal. Karena itu Pak Kus berencana menggoda sang ustadzah yang kini menjadi tukang pijat dadakan itu lebih nakal

"Bagian dalam pahanya juga mbak.. Capek sekali disitu.."

"Ini pak?", kata Dewi sambil menekan area paha Pak Kus

"Bukan.. kurang naik lagi.."

"i..ini?", tanya Dewi lagi mencoba memijat paha Pak Kus semakin keatas

"Bukan.. lebih naik lagi.. Sebentar saya lepas celana saya dulu biar ngga ganggu", Kata Pak Kus sambil memelorot celananya sendiri dihadapan Dewi

Dewi semakin salah tingkah menghadapi situasi seperti ini. Mata Dewi sempat melirik tonjolan kontol Pak Kus. Bahkan kepala kontolnya sedikit mengintip karena sempak Pak Kus kekecilan.

"Ini lho mbak..", kata Pak Kus sambil menekan area selangkangannya

Dewi tertegun dan semakin kikuk bingung harus bagaimana. Dengan ragu Dewi mulai mengoleskan minyak urut ke area selangkangan Pak Kus dan mulai memijat area itu. Dewi bingung cara memijat area itu karena posisinya yang tidak enak untuk dipijat. Tetapi Dewi terus mencoba memijat area selangkangan Pak Kus sebisanya. Pak Kus semakin tersenyum mesum memandangi wajah Dewi yang terlihat kebingungan.

"Gerah ya mbak? Sampai berkeringat gitu.. Hehehe..", Kata Pak Kus menyadari kening Dewi mulai berkeringat deras

"Ng.. Ngga papa.. Pak..", jawab Dewi masih terus memijat selangkangan Pak Kus yang sebenarnya tidak apa-apa itu

"Saya tambahi 25ribu deh, tapi Mbak Dewi harus lepas bajunya. Heheheh. ", kata Pak Kus sambil menyeringai mesum

Tak perlu menunggu jawaban Dewi. Pak Kus kemudian duduk dan langsung menarik keatas tanktop yang dikenakan Dewi hingga kini bagian tubuh atas sang ustadzah sudah terbuka bebas. Terlihat payudaranya yang besar membusung sempurna dihadapan Pak Kus. Dewi begitu malu karena sekali lagi aurat tubuhnya dilihat oleh seseorang yang bahkan baru ditemuinya setengah jam yang lalu. Tangan Dewi mencoba menutup kedua gunung kembarnya dihadapan Pak Kus, namun Pak Kus langsung menepis tangan Dewi agar tidak menutup area susunya

"Saya bayar 25ribu buat liat tetekmu. Ayo ga usah ditutup.. Pijat saya lagi.. Ini pijat kontol saya...", Kata Pak Kus sambil buru-buru melucuti sempaknya hingga kontolnya yang sedari tadi sudah tegak akhirnya bisa terbebas dari sangkarnya.

Kontol Pak Kus tidak panjang, tetapi diameternya cukup besar dan kepala kontolnya pun besar dengan jembut yang tumbuh acak-acakan disekitarnya. Dewi reflek memalingkan muka memandang kelamin yang milik pria bukan mahromnya itu

"Ayo pijat kontol saya Mbak.. Buka matamu... Liat kontol saya.. Heheheh..", Kata Pak Kus

Tangan Pak Kus lalu menuntun tangan Dewi untuk meraih batang kontolnya. Dewi tidak bisa menolak pada situasi saat ini. Jika dia menolak, pasti Pak Kus akan menceritakan semuanya kepada Pak Sul dan tentunya Pak Sul akan kecewa terhadapnya. Ditambah lagi Dewi malah akan semakin tertinggal oleh Bu Wito jika dia tidak bisa menuruti permintaan Pak Kus kali ini. Dewi memantapkan hatinya, menerima keadaanya menjadi tukang pijat sesuai permintaan Pak Sul.

Perlahan mata Dewi terbuka, memberanikan memandang batang kontol yang sudah berdiri dihadapannya. Sedangkan si empunya yang punya kontol, terus memandang mesum ke arah Dewi. Perlahan tangan Dewi mulai meremas batang kontol Pak Kus yang sudah berdiri.

"Aaahhh.. Iyaa.. Pijat kontolku mbak...", kata Pak Kus semakin birahi

Tangan Dewi menggenggam erat batang kontol itu dan perlahan Dewi memberanikan diri untuk mengurut serta mengocok kontol Pak Kus. Seketika Pak Kus langsung merintih penuh nikmat karena kocokan tangan Dewi.

"Aaahhh.. Tetekmu besar mbak.. Boleh saya pegang?"

"I.. iya boleh.. Pak..", kata Dewi patuh dan pasrah

Sambil terus mengocok kontol Pak Kus. Payudara Dewi dibiarkan diremas-remas oleh Pak Kus. Pak Kus begitu menikmati keindahan toket Dewi yang membulat dan tidak kendor itu. Sesekali tangannya memilin puting
susu Dewi yang sudah menegang. Diperlakukan seperti itu, tentu saja Dewi mulai merintih. Nafsu Dewi mulai naik saat pria gendut itu terus memainkan puting susunya.

"Aaahh.. Pak...", desah Dewi

"Pentil susumu imut sekali sayang, teteknya besar tapi pentilnya mungil. Heheheh..", kata Pak Kus terus memuntir-muntir puting susu Dewi

Dewi semakin mempercepat kocokannya. Terasa sekali libido Dewi semakin meninggi akibat rangsangan Pak Kus. Ditambah lagi, tempik Dewi sudah benar-benar banjir saat ini. Dewi mencoba menahan birahinya yang semakin menyiksa. Tidak mungkin dia meminta Pak Kus untuk menyetubuhinya. Walau kalau boleh jujur, kelamin Dewi saat ini sudah benar-benar lembab dan gatal. Namun Dewi mencoba bertahan tidak tergoda, Sebisanya Dewi mencoba mengakhiri permainan ini sebatas pijat memijat saja

"Saya tambahi 10 ribu lagi kalau kamu mau memijat kontol saya pakai tetekmu mbak.. Aaahhh", kata Pak Sul sambil mendesah karena kontol ya terus dikocok Dewi

Dewi mengangguk lemah. Tubuhnya merangkak menaiki tubuh gendut Pak Kus. Lalu Dewi menurunkan tubuhnya, mendekatkan payudaranya ke kontol Pak Kus. Dijepitnya kontol Pak Kus dengan payudaranya yang besar lalu Dewi mulai mengocok kontol Pak Kus dengan payudaranya

"Aaahh.. Sexy bener terus mbak.. Ludahi kontol saya.. Aaahhh..", kata Pak Kus semakin merancau

Dewi lalu meludahi kepala kontol Pak Kus, membiarkan air liurnya sendiri menjadi pelumas bagi toketnya sendiri untuk "menghibur" kontol Pak Sul dengan jepitannya. Kembali Dewi mengguncangkan payudaranya ke atas dan kebawah sambil menjepit kontol Pak Kus yang berada di tengah-tengah gunung kembarnya

"Aarrrggghh.. Saya tambahi 20ribu, Sepong sekalian kontol saya mbak.. Saya sudah ga tahan...", Kata Pak Kus

Dewi yang mulai menikmati kegilaan ini pun langsung menuruti permintaan kuli bangunan gendut itu. Tanpa rasa malu, Dewi langsung melahap kontol Pak Kus ke dalam mulutnya. Tubuh Dewi saat ini masih duduk diatas tubuh gendut Pak Kus. Tubuh bagian atasnya sudah telanjang, sedangkan bagian celananya masih tertutup oleh celana hot pant mini berwarna hitam yang menampakkan kemulusan pahanya. Kepala Dewi terlihat naik turun melumat habis alat kelamin Pak Kus yang sudah berdiru tegak maksimal itu. Lubang bibir Dewi tanpa henti terus mengoral kontol Pak Kus dengan cepat. Kepala Dewi bergerak begitu lincah merangsang kelamin kuli bangunan bernama Kusanto itu tanpa rasa jijik.

"Aaarrgggghhh saya keluarrr... Sini saya pejuin wajahmu mbak..", Kata Pak Kus sambil menahan kepala Dewi agar tidak bisa bergerak menghindar dari semburan pejunya

*crot crot crot crot crot crot* Kontol Pak Kus menyemburkan mani berapa kali.

Wajah cantik Dewi seketika belepotan lendir lengket beraroma anyir dari kontol Pak Kus. Seluruh wajahnya terkena cairan yang menggumpal menjijikkan itu. Pak Kus memandangi puas hasil semburannya ke wajah Dewi yang terlihat tidak karuan terlapisi oleh cairan putih lengket itu . Tidak disangka semprotan pejunya bisa begitu banyak, Pak Kus begitu puas. Walau Dewi masih pemula. Tetapi kecantikan, keindahan tubuh, dan keluguannya membuat Pak Kus begitu menikmati servis dari teraphist yang aslinya berprofesi sebagai ustadzah itu

Setelah wajah Dewi dibersihkan dari peju Pak Kus, Dewi kembali berpakaian seperti sebelumnya. Pakaian yang amat sexy seperti seorang pelacur tulen

"Terima kasih ya Dewi.. Berapa totalnya sayang?", Tanya Pak Kus sambil membelai rambut panjang Dewi

"Se.. sebentar saya hitung dulu.. pak.. Pijat 25ribu.. Buka Baju 25ribu.. Pijat Pakai susu saya 10ribu.. Dan oral burung Pak Kus 20ribu.. Totalnya 80ribu pak..."

"Hmmm.. Ga terasa jatuhnya mahal juga.. Padahal uang saya tinggal 100ribu.. Yasudah ini ambil... kembali 20 ribu yaa.."

"Pak.. Saya ngga ada kembaliannya..", jawab Dewi bingung

"Aduhhh.. Gimana yaa.. Hmm.. Saya ada solusi..", kata Pak Kus

"Gimana Pak?"

"20ribunya kamu lepas seluruh bajumu sampai telanjang bulat. Lalu saya foto buat bacolan saya.. Hehehe.. Mau?", tawar Pak Kus

"I.. iya boleh pak...", jawab Dewi

Dewi lalu menanggalkan seluruh pakaian yang ada pada tubuhnya hingga telanjang bulat. Sebenarnya Dewi begitu malu mempertontonkan seluruh auratnya ke Pak Kus, kuli bangunan yang baru ia kenal itu. Namun semua ini ia lakukan demi menuruti permintaan Pak Sul. Karena dalam pikiran Dewi sudah tertanam mindset, setiap perintah Pak Sul adalah kewajiban bagi Dewi yang harus ia laksanakan. Pak Kus memandangi tubuh indah Dewi sambil menelan ludah berkali-kali. Lalu Pak Kus mulai mengambil beberapa foto telanjang Dewi, sebagai bahan untuk coli

***

Singkat cerita, setelah dari Pak Kus, Dewi masih harus menjadi therapist plus plus yang melayani sebagian besar penghuni kost-kostan kuli itu. Tidak semuanya, karena rupanya beberapa penghuni Kost tidak ada dikamarnya, termasuk Pak Dirman yang sampai saat ini belum kembali setelah ijin mau menemui Bu Wito. Sehingga total Dewi menjadi wanita tukang pijat bagi 6 orang penghuni Kost. Beberapa ada yang menawar Dewi untuk berhubungan badan, tetapi Dewi menolak halus dengan cara mematok harga yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 700ribu untuk merasakan kenikmatan tempiknya. Tentu saja sebagian besar kuli disana mundur teratur tidak bisa membayar semahal itu.

Jadinya selama menjadi therapist disana, Dewi hanya melayani maksimal sebatas oral sex saja tanpa ada hubungan badan. Walau jika boleh jujur, Dewi begitu tersiksa menahan birahinya yang sudah diubun-ubunnya. Karena tempiknya sudah benar-benar gatal saat menjadi pemijat di sana. Tetapi Dewi tidak berani berbuat lebih karena perintah Pak Sul hanya menjadi pemijat saat itu, tidak sampai berhubungan badan.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Sudah 8 jam Dewi bekerja semalaman demi membantu keuangan Pak Sul. Pak Sul sumringah karena Dewi pulang dengan membawa banyak uang.. Total Dewi mendapatkan uang sebesar 650ribu dari hasil memijatnya malam ini.

"Hahaha.. Kamu memang perekku yang berguna... Lihatlah 1 hari saja kita bisa dapat uang sebanyak ini..", kata Pak Sul

"Gimana? Mereka entot kamu ya?"

"Ehhh.. Ngga pak.. Ana ngga berani..."

"Begookk.. Tugas perek itu ya ngentot begookk... Gimana sih kamu.."

"Tapi mereka tidak punya uang pak.. Uang mereka hanya cukup membayar jasa pijat ana...", kata Dewi ketakutan

"Halaahh.. Kamunya aja kali yang jual mahal... Kalo jual murah2 pasti kita bisa dapat 1 juta lebih hari ini"

"Afwan Pak.. Saya benar2 tidak tahu pak..", kata Dewi semakin terpojok

"Sudah sebagai hukuman 500nya saya ambil. 150ribunya buat kamu..", kata Pak Sul sambil melempar beberapa lembar uang itu ke Dewi

"Sekarang buka bajumu semuanya!"

"Mau ngapain pak?", tanya Dewi bingung

"Begookk.. ngentot begokkk.. Ayo bukaaa!! Tempikmu pasti sudah amat gatal sekarang!!! Kontol saya juga lagi ngaceng pingin dijepit tempik ustadzah..", kata Pak Sul

Pada akhirnya pagi itu Dewi melayani Pak Sul untuk terakhir kalinya di kost-kostan kuli bangunan itu. Kembali kedua pasangan zina itu saling menikmati satu sama lain. Melayani satu sama lain dan saling bertukar cairan satu sama lain. Dewi begitu menikmati permainan dan tiap sodokan kontol Pak Sul dan sukarela memberikan kenikmatan terbaik kepada Pak Sul, memuaskan nafsu birahi sang kuli bangunan itu sekaligus mengobati rasa gatal tempik Dewi yang sudah ia coba tahan sejak melayani Pak Kus.

Keesokan harinya, Pak Sul memutuskan kembali bekerja menjadi kuli bangunan. Walau sebenarnya dia bisa saja tidak bekerja dan menjadi gigolo dengan menjual istri orang, dia enggan melakukannya. Menjual Dewi mungkin hanya menjadi sampingan baginya. Sedangkan pekerjaan utamanya tetaplah menjadi kuli bangunan. Pak Sul kemudian mempersilakan Dewi untuk mengenakan kembali gamis serta cadarnya, menjadikan sosok wanita itu kembali menawan dengan pesona misterius yang tersembunyi di balik cadarnya. Dewi lalu pamit pulang kembali ke suaminya dan menjalani kehidupan sebagai seorang istri Eko dengan normal. Namun sesuai perintah Pak Sul, Dewi dilarang melayani suaminya diranjang. Sejak saat itu lah Dewi resmi menjadi milik Pak Sul, mematuhi segala perintah Pak Sul dan menjauhi segala larangan Pak Sul. Dewi menjadi seorang ustadzah sekaligus seorang perek yang haus akan kontol sesuai permintaan Pak Sul.

**bersambung**
suwun hu
 
Scene 17 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 3)

Adzan shubuh berkumandang, membangunkan Dewi dari tidur yang cuma sebentar. Kerudung dan cadarnya sudah ia tanggalkan, mengingat di kamar kost ini begitu panas karena sama sekali tidak ada kipas angin. Sehingga Dewi akhirnya melepas seluruh kain yang ada pada tubuhnya dihadapan lelaki yang bukan mahromnya itu.

Tangan Dewi meraba area kelaminnya yang terasa sedikit perih. Didapatinya sisa peju Pak Sul yang telah mengering. Bukan cuma di tempiknya, di payudara, perut, wajah Dewi juga terdapat sisa-sisa peju yang telah mengering. Entah berapa kali sudah Pak Sul semalaman menyemburkan pejunya ke tubuh Dewi

Dewi melamun sejenak, kembali ia bayangkan betapa panasnya persetubuhannya dengan Pak Sul kali ini. Bahkan Dewi sudah tak canggung lagi melepas kerudung serta cadarnya dihadapan kuli bangunan yang kini menjadi pacar sang ustadzah itu. Dewi kemudian mulai mengingat bagaimana Dia dan Pak Sul saling berciuman, menjilat kelamin satu sama lain, menggeliat keenakan, mendesah bersamaan, saling meraba, hingga bergetar bebarengan karena orgasme, dan semburan peju Pak Sul juga sudah amat banyak tertanam pada rahimnya.

"Abi.. Afwan ya Abii.. Umi menikmati ini semua. Ummi siap kalau abi akan ceraikan ummi setelah abi tahu kelakuan ummi yang sudah merasakan kontol pria lain.. Bahkan Ummi ketagihan dengan kontol pria lain bi.. Tubuh Ummi menikmati ini semuaa.. Afwan ya bii.. Ummi mulai jatuh cinta dengan Pak Sul pria perkasa ini.. Tapi Ummi juga masih cinta abi kok..", kata Dewi dalam hati

Dewi lalu memandangi kontol Pak Sul yang ngaceng saat Pak Sul sedang tertidur pulas. Kontol yang membuat Dewi ketagihan sex. Nafas Dewi terasa berat saat memandangi alat kelamin yang berotot panjang dan keras berwarna hitam itu. Lalu dengan Nakal Dewi merangkak, dijulurkan lidahnya untuk menjilati kelamin Pak Sul yang sedang tertidur

"Ssshh.. Pak Sul.. Keras banget.. Ssshhh.. slurupp slurupp slurupp", dengan Nakal Dewi mencium dan menjilati kontol Pak Sul.

Pak Sul menggeliat sejenak saat Dewi menciumi alat kelamin Pak Sul. Tetapi karena rasa kantuknya yang begitu hebat, Pak Sul kembali tidur terlelap membiarkan Dewi yang masih menciumi kontol kuli bangunan itu. Dewi dengan lihai mengocok, dan mengulum batang penis yang besar itu. Dewi saat ini sudah lupa dengan statusnya sebagai seorang ustadzah. Dewi sudah keasyikan menjadi pacar sekaligus pereknya Pak Sul yang kewajibannya hanya melayani nafsu syawhat Pak Sul

"Ohhhh.. Pak Sul.. Besar sekali kontol bapak.. Dewi sukaaa.. Slurupp Sluruupp Ssshhh..", rancau Dewi sambil terus mengulum dan menjilati kontol Pak Sul tanpa henti. Kontol yang benar-benar berbeda dengan milik suaminya

Dewi melirik jam dinding yang terletak ditengah-tengah ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul 04.25, Dewi lalu memutuskan menyudahi mengulum kontol Pak Sul untuk melanjutkan ibadah shubuh. Namun sebelum itu, Dewi harus mandi besar dulu karena semalaman ia telah berhubungan badan dengan Pak Sul. Dewi lalu mencari pakaiannya yang tadinya berserakan di ruangan kost itu, namun Dewi tidak bisa menemukannya. Di ruangan kost Pak Sul itu Dewi hanya menemukan celana dalam dengan tulisan "sex gratis dan gambar kontol"

"Pak.. Pak Sul.. Tau gamis ana ngga? kok ga ada ya?", tanya Dewi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pak Sul agar terbangun

"Hmmm.. ngga tau.. udah gpp kamu ga usah pakai baju Ust.. Telanjang saja selama disini..", jawab Pak Sul setengah sadar lalu merubah posisi tidurnya

"Tapi ana mau keluar bentar, mau mandi.."

"Halaahhh Bodo amat.. Jalan telanjang keluar sana.. saya ngantuk.. Groookk..", jawab Pak Sul dan tertidur kembali sambil mengorok

Dewi kesal melihat Pak Sul yang seolah tak peduli dengan kondisinya. Bagaimana mungkin Dewi keluar dari kamar ini hanya mengenakan celana dalam yang ditulisi tulisan serta gambar cabul itu. Bagaimana kalau nanti Dewi ketahuan penghuni kost lain. Apa yang harus ia lakukan, Dewipun tak tahu. Namun akhirnya Dewi memutuskan untuk mandi saja daripada buang-buang waktu di kamar ini keburu matahari semakin tinggi, malah penghuni kost lain bisa-bisa sudah pada bangun.

Dewi berjalan keluar mengendap-endap. Udara pagi yang dingin langsung menusuk tubuh telanjangnya. Puting susu Dewi tiba-tiba kembali mengeras saat udara pagi menyentuh tubuh telanjangnya. Dengan terburu-buru Dewi berjalan menuju kamar mandi dan memasuki kamar mandi sederhana itu

*cekrek cekrek cekrek* suara pintu tidak bisa ditutup rapat, ketika didorong daun pintu kembali terbuka kembali

Dewi mencoba menutup pintu kamar mandi namun gagal. Pintu kamar mandi terus terbuka dan tidak mau tertutup. Dewi semakin panik, tidak mungkin dia mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar seperti ini. Dewi terus mencoba menutup dan membanting pintu agak keras tetapi tetap saja pintu tidak mau tertutup sempurna.

"Duh.. kenapa lagi ini Ya Tuhan.. Aman gak ya..", kata Dewi dalam hati lalu Dewi melihat keluar dan suasana masih sepi. Dewi kemudian memberanikan diri melepas celana dalamnya dan telanjang bulat dikamar mandi itu untuk segera mensucikan dirinya

Dewi mulai menyiram tubuhnya dengan air. Dewi sudah tidak peduli pintu kamar mandi yang tidak bisa ditutup itu. Pada akhirnya Dewi memberanikan diri mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar dan langsung menghadap keluar. Sebuah perasaan tak karuan yang baru ia rasakan dalam hidupnya. Dalam hatinya entah mengapa, Dewi merasa lebih sexy ketika mandi dengan pintu terbuka seperti saat ini. Apalagi kiri kanannya adalah kamar-kamar kuli bangunan yang sewaktu-waktu bisa saja memergokinya sedang mandi. Dewi semakin merasa tertantang dan adrenalin Dewi semakin meninggi. Membayangkan saat ini dia adalah satu-satunya wanita yang ada di tempat ini. Antara rasa takut, tegang, waspada, sange, bercampur menjadi satu membuat sang ustadzah berfantasy semakin nakal. Sambil menyiram air, Dewi memainkan lubang tempiknya. Dikocoknya itilnya sendiri sambil membayangkan seseorang memergokinya sedang mandi. Membayangkan itu saja tempik Dewi sudah kembali lengket dan licin

"Tidak.. Sudah cukup! cukuplah ana khianati suami ana hanya dengan Pak Sul.. Ya Tuhan kenapa saya jadi seperti ini.. Ooohh enak..", kata Dewi sambil terus memainkan itilnya

Dewi malah duduk mengangkang di bak kamar mandi. Lalu dia mengocok tempiknya sendiri sambil menghadap ke arah luar kamar mandi. Diseberang sana terlihat pintu kamar kost entah punya siapa yang masih tertutup rapat. Dewi menikmati masturbasinya sambil berharap ada seseorang yang memergokinya melakukan perbuatan cabul itu. Tangan Dewi tak lupa untuk meremas dan memainkan pentil susunya yang mengeras. Dewi semakin menggeliat saat tangannya terus memilin pentil susunya semakim intens.

"Oohhh.. Ssshhh", rancau Dewi menikmati masturbasinya

Sepertinya sugesti Pak Sul sudah benar-benar merasuki jiwa dan pikiran Dewi secara perlahan. Pelan tapi pasti, sosok ustadzah Dewi yang terkenal alim dan lurus menjadi seorang wanita yang suka berbuat cabul dan ketagihan berbuat mesum. Bahkan saat ini Dewi tidak ragu masturbasi di kamar mandi Kost-kostan kuli bangunan, Dewi semakin tertantang membayangkan tubuh telanjangnya sedang berada diantara pria2 perkasa itu. Hal itulah yang membuat nafsunya meledak-ledak lagi pagi ini. Membayangkannya saja, lubang kelamin sang ustadzah kembali gatal dan kembali menginginkan sebatang kontol untuk menggaruk kelaminnya

Tubuh Dewi sudah basah dari ujung rambut hingga ujung kaki, dia kemudian melanjutkan mandi sambil colmek menggunakan sabun batangan yang berada di dalam kamar mandi itu. Dewi tidak peduli sabun itu punya siapa dan bekas apa karena lubang ditengahnya. Dewi terus menyabuni seluruh tubuhnya hingga penuh dengan busa. Tempik Dewi sudah licin terkena busa sabun. Dewi terus menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke dalam tempiknya yang sudah berbusa itu

"Ooohh.. Aahhhh..", Dewi terus mendesah. Dia lupa dia seharusnya saat ini buru-buru untuk ibadah shubuh.

Tetapi nafsu birahinya yang sudah tinggi membuatnya menunda-nunda untuk segera beribadah. Tubuhnya lebih keasyikan memperkosa dirinya sendiri, menikmati status barunya sebagai seorang perek sesuai perintah Pak Sul

"Lho kok gak ditutup pintunya mbak?", Seorang pria tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamar mandi, terkejut saat melihat Dewi sedang mandi tanpa menutup pintu. Padahal saat itu posisinya sedang mengangkang, mendesah memainkan itilnya yang gatal

"Eeehhh.. kyaa...", Dewi terkejut saat seseorang memergoki dirinya sedang mandi atau bahkan sedang masturbasi

Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Dewi langsung membanting pintu kamar mandi, tetapi sayang pintu itu masih gagal tertutup sempurna. Dewi mencoba menahan pintu itu agar tidak terbuka dengan tubuhnya. Akhirnya Dewi memutuskan buru-buru menyudahi acara mandi paginya. Dewi hanya menyiramkan beberapa kali air dan membilas sabun yang ada pada tubuhnya hingga bersih. Dalam kondisi tubuhnya yang masih basah kuyup, Dewi memutuskan segera memakai satu-satunya kain yang tersisa pada tubuhnya yaitu sebuah celana dalam bertuliskan "sex gratis" dan gambar 2 buah batang kontol

Perlahan Dewi buka pintu kamar mandi, sambil memastikan keadaan di luar sana. Berharap pria tadi sudah tidak ada didepan kamar mandi. Tetapi harapannya tidak tekabul, Pria itu masih menunggunya di depan kamar mandi sambil menyengir saat tau Dewi mengintip dari dalam.

"Buruan mbak saya mau pipis..", kata pria yang usianya hampir sama dengan Pak Sul itu sambil menyengir menyebalkan ke arah Dewi

Dewi akhirnya tidak ada pilihan lain selain keluar dari kamar mandi. Ia tutup tetek besarnya dengan tangannya lalu berjalan mengendap keluar sambil menunduk.

Pria itu terbelalak memandangi tubuh Dewi yang keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai celana dalam.

"Itu pintunya biar bisa ditutup diganjel batu yang dipojok sana mbak. Hehehe..", kata bapak itu sambil menunjuk sebongkah batu yang cukup besar dipojok kamar mandi

*Ya ampun.. bodohnya ana.. malah keasyikan mandi dengan pintu terbuka..*, kata Dewi salam hati

Bapak itu memandangi celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Bapak itu lalu menyeringai mesum memandangi wajah serta tubuh atas telanjang Dewi yang masih basah

"Sex Gratis? Beneran nih? Nanti digenjot beneran nangess.. Heheheh", ledek pria itu

Muka Dewi memerah, Dewi sadar pria itu telah membaca tulisan mesum yang ditulis di celana dalamnya. Dewi tidak mempedulikan bapak kuli bangunan itu dan berlari kecil kembali ke kamar Pak Sul, Dewi begitu malu karena pada akhirnya bertambah lagi seorang pria yang bukan mahromnya melihat hampir seluruh auratnya. Padahal sejak duduk di bangku SMP aurat Dewi sudah selalu ia jaga dengan berpakaian syari.

Pria itu memandangi tubuh Dewi yang berlari ke arah kamar Pak Sul. Pria itu terkesima dengan pemandangan lekuk tubuh Dewi walau hanya dari belakang. Pantat Dewi yang bulat mulus bergetar-getar dan berguncang saat Dewi berlari. Bapak kuli itu belum tahu, tubuh yang dipandanginya saat itu adalah tubuh seorang ustadzah yang kesehariannya selalu memakai cadar. Setelah Dewi masuk ke dalam kamar Pak Sul, barulah pria itu masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan hajat buang air kecilnya yang sudah ia coba tahan sejak beberapa menit yang lalu

Di dalam kamar rupanya Pak Sul masih tertidur pulas. Dewi memandangi kontol Pak Sul yang masih berdiri tegak saat pria itu sedang tertidur. Mata Dewi sayu, nafsu birahinya semakin naik. Dibukanya celana dalamnya yang basah karena tadi Dewi memakainya tanpa mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu. Dewi lalu mendekati tubuh telanjang Pak Sul yang masih tidur. Tempik Dewi sudah meneteskan cairan pelumas sejak kejadian dipergoki di kamar mandi barusan.

Perasaan campur aduk yang begitu luar biasa bagi Dewi yang tidak pernah menggunakan pakaian terbuka ketika kemana-mana, sensasi memperlihatkan aurat tanpa sengaja kepada seorang pria yang tidak dikenalnya menjadi pengalaman nakal yang tidak mungkin Dewi lupakan. Aurat yang selama ini ia tutup akhirnya menjadi tontonan pria bukan mahromnya secara gratis. Antara nafsu, malu, mau, takut bercampur menjadi satu. Tanpa disadari, perasaan itu membuat tempik Dewi semakin banjir saja

Dewi lupa dengan kewajiban ibadahnya. Dewi batalkan niatnya untuk ibadah shubuh. Sambil mengocok tempiknya yang banjir dan gatal dengan telunjuknya, Dewi lalu berlutut mendekati kontol Pak Sul. Tanpa jijik dan malu, Dewi jilat kembali kontol kuli bangunan yang penuh otot dan berwarna hitam itu. Dewi ratakan air liurnya melumasi batang kontol Pak Sul yang penuh otot. Garis Lubang kencing Pak Sul pun Dewi jilatin penuh nafsu, sambil sesekali ia masukkan kepala kontol Pak Sul ke dalam rongga mulutnya

"Oh.. Pak.. Bangun Pak.. Ana kepingin lagi.. Ssshhh..", kata Dewi begitu binal sambil terus menciumi kontol Pak Sul

Namun dasar Pak Sul kalau tidur kayak orang mati, Pak Sul tetap tidak bergeming walau saat ini dihadapannya ada seorang bidadari surga sedang telanjang asyik mencium dan menjilati batang kontolnya. Dewi sudah tidak tahan lagi, Kakak kandung Rista itu merangkak menaiki tubuh Pak Sul. Lalu Dewi mengarahkan batang kontol Pak Sul ke lubang kelaminnya sendiri. Karena tempik Dewi sudah basah dan kontol Pak Sul yang keras, Dewi tidak kesulitan membenamkan kelamin Pak Sul ke dalam kelaminnya sendiri.

*bless*

Pelan-pelan Dewi turunkan tubuhnya, sehingga kontol Pak Sul semakin menyeruak masuk ke dalam jepitan kelaminnya yang masih sempit, karena 8 tahun Dewi menikah, kontol suaminya gagal membuat tempik Dewi melonggar. Sehingga jepitan tempik Dewi saat ini masih terasa seperti perawan. Dewi memejamkan mata menahan otot kelaminnya yang sedang menyesuaikan ukuran kontol besar Pak Sul

"Aaahhhh.. Sshhh.. Pak..", desah Dewi sambil menyetubuhi Pak Sul yang masih tidur pulas

Dewi semakin menggila memompa tempiknya di gagang kontol Pak Sul yang keras itu. Bokongnya yang mulus terlihat begitu sexy naik turun memompa kelamin hitam milik Pak Sul. Tubuh Dewi semakin nikmat "mengulek" kelamin Pak Sul. Digoyangkannya tubuhnya dengan nakal diatas tubuh Pak Sul. Getaran tubuh Dewi begitu kuat, desahan sexy Dewi terdengar begitu kencang pagi ini. Seolah Dewi lupa, desahannya bisa saja terdengar oleh 9 pria lain di area kost-kostan khusus kuli bangunan ini.

Pak Sul tiba-tiba mengucek matanya. Bokong Pak Sul pun perlahan ikut naik turun seirama dengan "ulekan" tubuh Dewi yang begitu semangat dan liar. Kesadaran Pak Sul pelan-pelan terkumpul. Akhirnya Pak Sul terbangun sepenuhnya setelah menyadari tubuhnya sedang digoyang oleh Dewi. Terlebih terasa sekali kontolnya yang dijepit rapat oleh tempik Dewi yang hangat.

"Waduh.. Ustadzah pagi-pagi sudah sange yah.. Heheheh..", Kata Pak Sul sambil mulai meremasi tetek besar Dewi yang bergelantungan dihadapannya

"Tempik ana gatal Pak.. Ana butuh kontol. Aahh.. Aahh.. Aahhh.."

"Pagi-pagi bukannya ngaji malah ngajak ngewe.. Dasar Ustadzah Perek.. Jual diri sana Ust.. Biar dapat kontol buat garuk tempikmu yang gatal itu...", kata Pak Sul sekalian mensugesti agar Dewi menjadi perek sejati

"Kok jual diri.. katanya ana gratis Pak.. Aahh.. Aahhh.. Aahhhh Ouuhh Pak Sul kontolmu besar banget sayang..", Kata Ustadzah semakin semangat memompa tempiknya ke kontol Pak Su

"Iya kalau sama saya gratis, kalau sama pria lain tarik biaya lah, duitnya lumayan buat saya. Hehehe.. Tapi terserah ustadzah kalau kamu mau dientot gratisan, itung-itung dapat pahala sedekah berbagi harta terbaik yang dimiliki ustadzah.. Kapan lagi ustadzah sedekah tempik. Heheheh.. Suaminya sibuk cari nafkah, istrinya malah sibuk melonte melayani kuli bangunan.. Hah Hah Hah.. Tempikmu nikmat bener Ust...", Kata Pak Sul semakin memperkuat tusukannya

"Iyaah.. Ana istri murahan ketagihan kontol besar kuli.. Aaahh kamuu ga cemburu sayang aku digenjot temen2mu. Aaahhh.. Aaahhh.. Aahhh..", Dewi semakin terkena sugesti hipnotis Pak Sul

"Semakin perek kamu, semakin aku sayang kamu ustadzahkuu.. Suamimu juga pasti bangga tempik istrinya semakin pengalaman dikontolin kontol-kontol kuli. Oohh.. bangsat tempikmu malah becek jancok disuruh jual diri..Tempik Perek.. Ngentot..", Kata Pak Sul menyadari Dewi orgasme dengan memuncratkan cairannya perlahan

"Aahhhh.. Pak Sul.. Ana semakin ngebayangin yang nggak nggak nih pak.. Ouuuhh.. Ouuuhhh.. Kontol bapak mantab banget..", kata Dewi semakin kesetanan bergoyang di atas tubuh Pak Suk

*jleb jleb jleb jleb*

"Ustadzah Perekkk.. Malah semangat goyangnya disuruh jual diri.. Ustadzah hobby ngentot lu perek.. Hahahah..", ejek Pak Sul saat melihat Dewi semakin bergoyang dengan panas

*Tok Tok Tok* tiba-tiba pintu diketuk

"Sopo?", pekik Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi dari bawah

"Dirman Sul..", kata seorang pria dari luar

"Opo man? Ganggu ae.. Melbuo (masuk aja)", Kata Pak Sul

Dewi tidak percaya Pak Sul mempersilahkan temannya untuk masuk ke kamar saat dirinya sedang bersetubuh dengan seorang wanita. Dewi sempat menghentikan pompaan tempiknya karena terkejut Pak Sul menyuruh temannya masuk. Pak Sul menyadari Dewi begitu ketakutan dan Pak Sul pun berusaha meyakinkan Dewi semua akan baik-baik saja

"Tenang, dia ga tau kalau kamu itu Ustadzah. Bersikaplah seperti Perek yang gak punya malu dan terus goyang.. Heheheh", Kata Pak Sul

Seorang pria yang dipanggil Dirman oleh Pak Sul pun masuk kedalam kamar kost Pak Sul. Rupanya Pak Dirman adalah pria yang memergoki Dewi mandi tanpa menutup pintu tadi. Mata Pak Dirman terbelalak melihat pemandangan indah dihadapannya. Dewi sedang duduk diatas tubuh Pak Sul. Kedua kelamin mereka saling bertemu dan saling bertumbukan. Ditambah lagi tetek indah Dewi yang bulat besar menggantung bebas tanpa penutup menjadikan pemandangan itu menjadi salah satu pemandangan terbaik selama Dirman hidup.

Dewi sudah pasrah saat pria yang tak dikenalnya itu masuk ke dalam kamar sambil menatapnya mesum. Dewi begitu malu sampai tak sanggup memandang wajah teman Pak Sul itu dan goyangan tubuhnya mendadak menjadi penuh keraguan. Dewi benar-benar malu saat ini dan harga dirinya sebagai seorang akhwat terjaga mendadak hancur. Perzinahannya dengan Pak Sul pada akhirnya diketahui oleh temannya sesama kuli.

Bahkan teman kuli Pak Sul melihat adegan panas itu secara live didepan matanya sendiri. Dewi mencoba menutupi tetek besarnya yang bergelantungan karena goyangan tubuhnya yang terus disodok dari bawah oleh Pak Sul. Namun tangan Dewi ditepis oleh Pak Sul dan Pak Sul melarang Dewi menutup tubuhnya sama sekali. Pak Sul memegangi kedua tangan Dewi dan kembali menghujami tempik Dewi dari bawah sehingga tubuh telanjang sang ustadzah terekspose bebas dihadapan Pak Dirman.

"Gendakanmu ganti maneh ta Sul? (Teman kencanmu ganti lagi ya Sul?)", tanya Pak Dirman sambil mengucek celana bagian pangkal pahanya

"Wajarlah wong ganteng iki. Hahaha..", jawab Pak Sul

"Taek.. Nemu nang endi kon perek ayu ngene? (Ketemu dimana lu perek cantik gini?)", kata Dirman sambil duduk memandangi perzinahan Pak Sul dan Dewi

"Sek tak takone (bentar saya tanyakan). Heh, dimana rumahmu sayang? Sshh..", tanya Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi

"Errr.. Aahh.. Saya di daerah Ngewe Jaya pak.. Sshhh.."

"Ngewe Jaya kan daerah rumahe Bu Wito yo?", tanya Pak Dirman

"Iyo bener.. Oiyo Cok, kon nggeble (ngentot) ambek Bu Wito gak ngomong2 asuu.. Untung Bu Wito crito", protes Pak Sul

"Lho iyo Cok.. Lha Bu Wito mancing-mancing nggawe daster tapi gak BH an (Pakai daster tapi ga pakai BH). Susune Guede nggarai (bikin) gak konsen kerjo.. Terus Bu Wito teko-teko nyekel (tiba-tiba pegang) kontolku cok. Gak sido nggarap omahe malah sido ne nggarap Bu Wito aku (Gak jadk garap rumahnya malah jadinya nggarap Bu Wito aku)", Kata Pak Dirman sambil membetulkan posisi celana dalamnya karena terangsang melihat tubuh Dewi yang cerah mulus begitu kontras dengan kulit Pak Sul

"Pancen (memang) perek Bu Wito. Senengane kontol gede. Tapi sayange tempik e ndower. Hahaha..", Kata Pak Sul sambil mempercepat sodokannya

"Iyo gak popo pokok'e oleh tempik gratisan istri orang. Hahaha..", jawab Pak Dirman

Seketika Dewi bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan. Apakah Bu Wito yang mereka maksud adalah Bu Wito yang dikenalnya. Bu Wito tetangga belakang rumah yang baik dan kalem itu. Ingin sekali Dewi menanyakan hal itu namun ia urungkan. Ia kawatir jika terlalu kepo, Pak Dirman bisa curiga. Dewi mencoba berpura-pura menjadi perek yang sama sekali tidak mengenal Bu Wito agar Pak Dirman tidak curiga. Bisa berabe kalau Dirman sampai tahu kalau Dewi adalah Ustadzah yang cukup dikenal di daerah Ngewe Jaya.

"Aaahhh.. Saya sudah mau keluaarrr tempikmu nikmat dasar lonte murahan...", Tiba-tiba Pak Sul mendesah kuat dan "membanting" tubuh Dewi hingga terlentang agar Pak Sul bisa menunda sejenak klimaksnya.

Pak Sul merubah posisi Dewi menjadi dibawah, lalu Pak Sul langsung menindih tubuh telanjang sexy itu dan kembali batang kontol Pak Sul dibenamkan ke kelamin sang ustadzah membuat akhwat itu langsung terdongak kepalanya. Pak Sul langsung menggenjot tempik Dewi dengan cepat. Dewi semakin kewalahan dengan sodokan bertenaga Pak Sul yang begitu terasa mentok hingga rahimnya. Tubuh Dewi menggeliat penuh kenikmatan, inilah kenikmatan yang ia dambakan. Setelah 8 tahun pernikahannya ia tidak merasakan nikmatnya berhubungan badan. Barulah kali ini, tempik Dewi merasa begitu keenakan dan menagihkan. Tempik sang ustadzah terus mengeluarkan cairan licin yang membuat kontol Pak Sul mudah keluar masuk memompa kelamin Dewi. Ditambah lagi saat ini Dewi sedang berhubungan badan sambil dilihat orang lain. Membuat birahi sang ustadzah yang selama ini ia jaga, menjadi meledak-ledak tak karuan melampaui logika berpikirnya, entah mengapa Dewi merasa semakin bergairah dan merasa sexy dengan aktivitas sex semacam ini

"Ouuuhhh.. Aaahhh.. Pak Sulll.. Terus paakkkk ..", Desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya erotis ditindih Pak Sul

"Cok, uayune Sul purel mu.. Mari ngene gantian yo (Cuk, cantik bener Sul lontemu. Habis gini gantian ya)", kata Pak Dirman sambil mulai ngocok memandangi kebinalan Dewi

"Enak'e.. Bayar Cok..", jawab Pak Sul

"Halah tulisan sempak'e lho sex gratis. Heheheh", jawab Pak Dirman mulai onani melihat rekan kulinya menggenjot wanita cantik dihadapannya

Pak Sul semakin mempercepat sodokannya ke tempik Dewi hingga tubuh atletis kuli bangunan itu bergetar hebat. Terasa sekali kelamin Pak Sul berkedut-kedutan dan akan memuntahkan lendir peju yang sangat banyak siap untuk membuahi sel telur Dewi.

"Ohhh.. Saya keluaaarrr ....", pekik Pak Sul sambil mendorong kontolnya masuk seluruhnya ke tempik Dewi

*crot crot crot crot crot*

Cairan putih kental dan lengket Pak Sul tumpah di rahim Dewi. Terasa sekali di dalam rahimnya cairan peju Pak Sul menyemprot berkali-kali memberikan rasa hangat bagi dinding dalam rahim Dewi. Dewi terkulai lemas, ada senyum kepuasan yang terlukis pada bibirnya. Senyum kenikmatan bercinta yang akhirnya bisa ia rasakan bersama Pak Sul. Sebuah dosa paling besar selama hidupnya yang pernah Dewi lakukan. Tempik Dewi belepotan oleh cairan beraroma anyir dan berteksture kental lengket itu. Dari dalam lubangnya terus mengeluarkan sisa-sia semburan peju Pak Sul yang meluber keluar karena tidak sanggup ditampung oleh rahim Dewi yang sempit. Jembut Dewi dijadikan Pak Sul sebagai tempat untuk mengelap sisa peju yang menempel di kontolnya. Pak Sul menduduki dada Dewi dan meminta Dewi membersihkan sisa peju yang masih ada pada batang kelaminnya. Dewi dengan patuh menjalankan semua perintah Pak Sul tanpa pernah protes. Kontol hitam itu dijilatinya, membersihkan sisa2 perzinahan yang terjadi diantara mereka berdua hingga beesih tak tersisa. Setelah puas, Pak Sul kemudian duduk diatas kursi sambil menyalakan sebatang rokok.

Pak Sul tersenyum puas, Dewi sang ustadzah alim terkulai lemas dihadapannya dalam keadaan telanjang bulat. Seluruh kain pada tubuhnya sudah terlepas menampakkan seluruh auratnya. Termasuk cadar dan juga kain kerudungnya yang biasanya terpasang rapi di kepala akhwat bercadar itu. Dari tempik sang ustadzah, terlihat mengkilap karena campuran antara lendir tempik, keringat Dewi dan lendir peju Pak Sul yang menempel begitu banyak hingga meluber-luber keluar. Nafas Dewi masih ngos-ngosan. Suasana ruang kost ini memang sangat panas karena tidak ada sirkulasi udaranya. Tubuh Dewi berkeringat deras. Ketiaknya yang mulus samar terlihat mengkilap karena keringatnya sendiri. Kaki Dewi masih mengangkang setelah tempiknya masih terasa nyut-nyutan dihajar kontol besar Pak Sul. Dewi seolah lupa didalam ruangan ini masih ada Pak Dirman yang sedang memandang penuh birahi kepadanya

"Sul, Tak gawe oleh gak? (Sul, saya pakai boleh gak?)", tanya Pak Dirman sambil berkali-kali dia mengucek bagian tengah celananya yang mulai mengeras

"Mbayar aku 3juta", jawab Pak Suk

"Taek a. Gratis cok sesuai tulisan sempak'e perek iki. Hehehe..", kata Pak Dirman

"Kon kok eroh sempake ono tulisan Sex gratis?" (lu kok tau sempaknya ada tulisan sex gratis?)

"Mau pas adus perek iki gak nutup lawang. Ngaceng aku Sul. Hahahah..(Tadi waktu mandi perek ini gak nutup pintu. Ngaceng aku Sul. Hahahah..)", Kata Pak Dirman

"Owalah.. Jancokkk.. pancen Perek Dewi iki.. Adus yo ga nutup lawang.. Njaluk (minta) diperkosa. heheheh..", kata Pak Sul menyeringai memandangi Dewi yang masih terkulai lemas diantara kedua kuli bangunan ini

Pak Dirman terus mengocok memandangi tubuh telanjang Dewi yang terbaring lemah. Perlahan Pak Dirman berjalan mendekati Dewi yang sudah terkulai pasrah

"Heh kon kate lapo?" (Hei lu mau ngapain?), tanya Pak Sul tiba-tiba terkejut melihat Pak Dirman mendekati Dewi yang masih lemas

"Nggeble perek iki Sul" (ngentot perek ini Sul), jawab Pak Dirman sudah tidak tahan menahan kontolnya yanv mulai ngaceng

"Gak Gak, Gak oleh. Perek iki nggonanku, kon ambek Bu Wito ae (Gak gak gak boleh, perek ini milik gue. Lu sama Bu Wito aja)", jawab Pak Sul

"Pelit ga asyikkk..", Jawab Pak Dirman sambil kecewa

"Hahaha ora urus (gak ngurus)", jawab Pak Sul

"Ayolah Sul, aku pingin ngentot perek iki cokkk.. Nafsu aku ndelok mbake.. Uayu asuuu.."

"Mangkane goleko purel cok. Usaha cookk.. Wes wes ndang geble Bu Wito kono. Tempik ndower seneng kontol gede", kata Pak Sul

Pak Dirman ngedumel karena tidak diijinkan Pak Sul menggarap tubuh Dewi. Pak Sul masih belum puas, saat ini dia ingin menikmati Dewi seorang diri. Nanti kalau sudah bosan, mungkin dia baru akan rela berbagi pereknya ke teman-temannya. Setelah Pak Dirman meninggalkan ruangan, Dewi dengan manja merangkak mendekati Pak Sul yang sedang duduk diatas sebuah kursi. Tangan Dewi mengocok kontol Pak Sul kembali. Dewi ragu menanyakan perihal pembicaraan antara Pak Sul dan Pak Dirman tadi.

"Pak.. ", kata Dewi lembut sambil terus mengocok kontol Pak Sul

"Ya? Masih pingin ngentot ya Ust? kok udah kocok kontol saya lagi. Heheheh", kata Pak Sul

"Afwan.. Tadi Pak Sul nyebut2 Bu Wito.. Maksudnya Bu Wito tetangga ana?", tanya Dewi

"Iya betul. Bu Wito istri Pak Wito itu. Heheheh.. Jangan dikocok aja Ust. Sepong juga pake mulutmu.. Ssshhh..", Kata Pak Sul sambil mendesah

Dewi terkejut bak disambar gledek. Bu Wito yang dikenalnya adalah ibu-ibu yang baik, tidak pernah terlihat ada masalah dengan Pak Wito bisa selingkuh dengan Pak Sul. Mendadak ada api cemburu yang membakar hati Dewi. Dia tidak menyangka Pak Sul juga sudah pernah berhubungan intim dengan Bu Wito. Dewi mencoba menahan amarah serta perasaan cemburunya saat ini. Ingin ia protes dan marah ke Pak Sul. Sayangnya selama ini Dewi terlalu berpikiran naif. Dikiranya Pak Sul hanya terbuai dengan dirinya. Kecewa, Dewi benar-benar hendak protes dan marah saat ini, tetapi ia urungkan. Dewi sadar akan posisinya. Dia tak lebih baik daripada Bu Wito. Dia dengan sukarela ketagihan kontol kuli bangunan itu hingga membuatnya melakukan dosa ternikmat didunia. Dosa berzina dengan pria bukan mahromnya.

Ia takut Pak Sul akan meninggalkannya setelah semua yang telah terjadi. Lalu Dewi mencoba merajuk manja mendekatkan kepalanya kembali ke kepala kontol Pak Sul yang berwarna merah. Dewi ingin terlihat manis saat ini agar Pak Sul tidak memikirkan wanita selain dirinya. Tidak hanya itu, kemudian Dewi mulai menjilati kontol Pak Sul dengan patuh sambil terus berusaha mengorek fakta lebih dalam. Lidah Dewi bergerak lincah menyapu tiap bagian alat kelamin kuli bangunan yang warnanya hitam itu. Pak Sul membelai rambut panjang sang Ustadzah yang sudah tergerai basah terkena keringat. Sambil menjilati kontol Pak Sul, tangan Dewi juga memainkan itilnya yang semakin gatal. Sehingga saat ini Dewi terlihat sedang asyik masturbasi sambil menjilati kontol Pak Sul.

"Kenapa kamu nanya itu ustadzah sayang? Aaahh.. Perek suka kontol lu anjingg.. Jilat yang bener.. Aaahhh.."

"Err.. Katanya Pak Sul cinta sama ana.. Kok...", Dewi mencoba mengatur kata-katanya. Takut menyinggung Pak Sul

Ucapan Dewi begitu lirih dan lembut. Dewi takut jika Pak Sul akan marah jika dia terlalu menginterograsinya

"Cemburu?"

"...", Dewi tidak mampu menjawab. Rasanya tidak mungkin dia terang-terangan menyatakan rasa cemburunya kepada Pak Sul

"Hehehe.. Bu Wito itu sama seperti kamu. Tidak puas dengan kontol suaminya.. Lalu ketagihan kontol saya.. Heheheh.. Kamu ga usah cemburu, ingat statusmu itu hanyalah pacar perek buat saya. Tugas kalian berdua itu sama, sediakan tempik kalian buat dipejuhin. Daripada tempik kalian gak guna, karena kontol suami kalian tidak mampu muasin tempik lonte2 berkerudung macam kalian.. Ssshh Enak bener ust seponganmu.. Ssshh..", kata Pak Sul sambil mendesis menikmati permainan lidah Dewi

Dewi mengangguk lemah sambil menahan rasa marah. Pak Sul jelas-jelas merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Tetapi Dewi tidak bisa berbuat apa-apa. Sugesti Pak Sul kepada sang ustadzah agar menjadi seorang perek tetap wajib ia laksanakan. Memang benar apa yang dikatakan Pak Sul. Tugasnya hanya menyediakan tempiknya yang gatal buat dipejuhin. Dewi juga akhirnya sadar tidak bisa menguasai Pak Sul seutuhnya. Dewi harus rela berbagi kontol dengan Bu Wito, tetangganya sendiri yang selalu baik kepadanya. Rupanya Bu Wito sama dengan dirinya. Tempik istri Pak Wito itu juga gatal butuh peju Pak Sul. Dewi tidak bisa egois saat ini.

"Kamu jangan cemburu dengan Bu Wito Ust. Wajar jika seorang istri tidak puas dengan kontol suaminya, dia akan mencari kenikmatan yang lain. Lihat dirimu, Sudah bersuami tapi mau jadi pacar dan perek saya secara sukarela. Suami kerja, istri malah enak berzina sama kuli. Heheheh.."

Rasa cinta Pak Sul itu bukanlah rasa ingin memiliki seutuhnya, tetapi malah sebaliknya. Pak Sul hanya menjadikan Dewi sebagai pemuas nafsunya dan menjadikan Dewi boneka sex yang wajib taat kepada seluruh perintahnya, Tidak lebih. Dewi sadar akan hal itu, tetapi bukannya ingin lepas dari Pak Sul. Dewi malah tertantang untuk menjadi Perek kesayangan Pak Sul.

"Pak Sul lebih milih ana atau Bu Wito? sluruppp sluruppp", tanya Dewi semakin penasaran. Jelas sekali Dewi terlihat tidak mau menjadi nomor dua saat ini. Tubuh telanjang Dewi masih berlutut dihadapan Pak Sul. Bibir Dewi pun masih sibuk menjilati kontol kuli bangunan itu

"Kamu sama dia sama aja.. Bedanya dia sudah kepala 4 sedangkan kamu kepala 2. Anggap saja kamu istri muda saya.. Heheheh.."

"Pak Sul lebih suka ana atau Bu Wito?", tanya Dewi sekali lagi ingin memastikan

"Jujur saja, Bu Wito itu lebih pintar daripada kamu. Saya sudah menjalin hubungan dengan Bu Wito hampir setahun. Kamu masih amatiran. Kamu masih kurang binal Ustadzah.. Memeknya Bu Wito saja sudah pengalaman dikontoli 4 batang. Suaminya, Saya, Pak Dirman, dan tukang sayur saya lupa namanya.. Kalau saya suruh telanjang diluar dan melayani seluruh kuli yang ada disini dia pasti senang hati melakukannya. Karena Bu Wito sudah berjanji kepada saya, akan menjadi perek saya yang paling taat. Bu Wito bahkan saat ini sudah tidak minat sama kontol suaminya. Kamu kalau mau jadi perek kebanggaan saya harus lebih berani daripada Bu Wito. Heheheh"

Dewi terkejut mendengar cerita Pak Sul. Tak disangkanya Bu Wito yang kalem bisa senakal itu. Dia saja masih malu luar biasa saat tubuhnya dipandangi 1 orang pria yang bukan mahromnya. Sedangkan Bu Wito berani mengobral seluruh aset tubuhnya ke semua pria demi taat kepada Pak Sul. Dewi semakin cemburu, rupanya Pak Sul menganggap Bu Wito lebih hebat dibandingkan dirinya. Dewi sakit hati, dia menyesal telah membandingkan dirinya dengan Bu Wito. Semua yang terjadi rupanya masih belum cukup untuk meyakinkan Pak Sul. Pak Sul masih menganggap Dewi amatiran. Agar bisa menjadi wanita yang diharapkan Pak Sul, Dewi perlahan-lahan harus segera membuang rasa malunya. Dalam hati Dewi berjanji akan menjadi wanita seperti yang diinginkan Pak Sul.

"Yasudah ga usah bahas Bu Wito lagi. Kamu unggul 4 hal Ust. Kamu lebih cantik, lebih muda, bodymu sexy lalu yang terpenting Tempikmu lebih rapet. hehehe..", ujar Pak Sul

Pipi Dewi bersemu merah mendengar pujian Pak Sul. Kuli bangunan itu rupanya mengagumi kecantikan serta keindahan tumbuhnya. Ditambah lagi, Pak Sul juga menyukai jepitan kelamin Dewi sehingga sang ustadzah senang bukan kepalang setelah tau kelaminnya bisa memuaskan kontol Pak Sul.

Oiya, Sudah beberapa hari saya tidak mandi Ust.. Boleh bantu jilatin peler saya juga?", Kata Pak Sul tiba-tiba

"Hah?.. Peler?", Dewi kebingungan

"Peler Ust.. Endog saya.. Ini lho", kata Pak Sul sambil menunjukkan bagian kontolnya yang letaknya dibawah dengan bentuk bulat berkerut.

"Kotor Pak.. Ana tidak berani..", kata Dewi masih ragu

"Nah kan.. Kamu masih suka membangkang perintah saya, kalau Bu Wito, dia akan senang hati diberikan kesempatan bersihkan peler saya. Kalau ustadzah memang penyuka kontol, ustadzah harus berani menjilati seluruh bagian kontol lakik. Termasuk pelernya..", kata Pak Sul mulai memanas-manasi dan mensugesti Dewi kembali

"Tapi pak..", kata Dewi masih takut dan ragu

"Kamu mau apa nggak?? Ingat kewajibanmu itu juga menyervis kontol saya termasuk bersihin semua bagian kontol saya pakai lidahmu", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali

"I.. Iya mau pak.. Saya bersihkan peler Pak Sul..", jawab Dewi patuh seketika

Awalnya Dewi takut menjilati benda menjijikkan itu. Tetapi karena bujuk rayu Pak Sul, pada akhirnya Dewi mau menjilati buah zakar Pak Sul. Walau awalnya hanya satu sentuhan kecil melalui ujung lidahnya, lama-lama Dewi berani menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati peler Pak Sul secara menyeluruh. Bola-bola hitam keriput milik kontol Pak Sul perlahan mulai dijilat tanpa rasa jijik oleh Dewi. Dewi kemudian juga diminta menciumi bola-bola hitam Pak Sul itu

"Cium peler saya ustadzah.. Bukti kamu saat ini wajib berbakti pada kontol-kontol pria. Ustadzah saat ini tidak lain adalah Ustadzah perek yang hobbynya ngemut kontol dan jilatin peler. Ustadzah butuh kontol. Kontol adalah kebutuhan pokok ustadzah yang wajib dipenuhi. Ustadzah haram sepong kontol suami, lupakan kontol suami. Sebagai gantinya, Ustadzah halal dan wajib sepong kontol Pria lain. hahahah..", Kata Pak Sul mensugesti Dewi agar semakin binal

Dewi terus menciumi bulatan hitam itu terus menerus sambil mendengar semua sugesti Pak Sul yang menjijikkan

"Jilat terus Ustadzah.. Jilat peler saya sampai bersih. Heheheh.. Ssshhh.."

"I.. Iya pak..."

Jilatan serta ciuman Dewi mulai turun semakin ke bawah. Dewi terus menciumi dan menjilati bagian perbatasan antara peler Pak Sul dan lubang tainya.

"Yaa gitu.. bagus ustadzahhh.. Kamu semakin pintarr... Ssshh.. Sampe bersih Ust...", Kata Pak Sul sambil mengangkat tubuhnya agar Dewi semakin leluasa menjilati area bawah kelaminnya.

"Mulai saat ini Ustadzah tidak bisa hidup tanpa kontol.. Tugas mulutmu juga nambah sekarang, Sepong kontol, bersihkan peler, sama dipejuin. Ngerti?"

"Ngerti Pak..", jawab Dewi sambil terus mengulum kontol Pak Sul

"Bagus.. Sekalian jilat lubang pantat saya Ust.. Bibirmu yang suci itu pasti bisa bersihin lubang pantat saya", Kata Pak Sul sambil membokongi Dewi dan membuka lubang pantatnya dihadapan sang Ustadzah

"Ana jijik Pak.. Jangan disitu .", Dewi menolak permintaan aneh Pak Sul itu

"Ustadzah, tugasmu itu melayani dan patuh sama saya. Sudah jangan mbangkang kamu.. Ayo jilat lubang pantat saya sampai bersih. Tenang saja, awalnya memang jijik tapi kalau sudah terbiasa, Nilaimu sebagai seorang perek akan bertambah. Ayo ini jilat lubang taek saya", Kata Pak Sul sambil menggoyangkan garis pantatnya beberapa sentimeter saja dihadapan Dewi

"I..Iya Pak.. Afwan..", jawab Dewi sambil perlahan menjulurkan lidah dan kedua tangannya membuka belahan pantat Pak Sul

Awalnya Dewi ragu menyentuhkan lidahnya ke lubang pantat Pak Sul yang berwarna hitam pekat itu. Ditowelnya sedikit lubang itu dengan lidahnya. Sempat terasa rasa aneh dan bau tidak enak yang Dewi rasakan. Namun Dewi mencoba bertahan dan menahan nafasnya, ia mulai melanjutkan menjilati lubang anus Pak Sul lebih enjoy lagi. Lidah Dewi menyapu lubang kecil itu. Dewi tersedak, rasa dan aromanya masih belum bisa ia terima dengan baik. Garis Pantat Pak Sul bergerak menggesek-gesek wajah cantik Dewi. Dewi julurkan lidahnya sekali lagi. Memberanikan diri menjilati lubang pembuangan Pak Sul. Dewi jilati lubang pembuangan itu sambil menahan nafas karena lubanh tai Pak Sul begitu kotor, lidahnya bergerak amat cepat menyapu lubang pantat Pak Sul. Pak Sul sampai kegelian saat lidah Ustadzah Dewi mulai terbiasa bermain di lubang anusnya. Walau masih terkesan terburu-buru dan tidak bisa menikmati, Pak Sul mencoba memahami jam terbang Dewi yang masih minim menjadi seorang perek. Dewi mulai semakin berani menjilat lubang pantat Pak Sul semakin dalam. Lidahnya ia dorong semakin masuk menyapu bagian dalam anus Pak Sul

"Iyya.. Gitu Ustadzah.. Terus jilat sampai bersih.. Lidahmu terus dorong masuk ke lubang tai saya.. Aaahh Bagus.. Jilatin terus anjing... Ustadzah anjingggg... Perekkk.. Oohh.."

Lalu sekali lagi Pak Sul tidak mampu menahan birahinya akibat tingkah Dewi yang begitu patuh membersihkan lubang pembuangannya. Tubuh Dewi dibuatnya menungging, lalu batang kontolnya yang sudah kembali tegang mulai mengoyak kelamin sang ustadzah. Dihajarnya lubang tempik Dewi dengan kasar sambil bongkahan pantatnya ditampar-tampar oleh Pak Sul

"Tempik perek nikmat bener tempikmu sayang.. Ahh.. aaahhh.. Ahhh... Goyang bokongmu anjing!!! Nungging yang bener Ustadzah Sediakan tempik ustadzah buat saya kontolin!! Ayo anjing.. plak plak plak", perintah Pak Sul semakin kesetanan merendahkan Dewi dan menampar-nampar bokong mulus Dewi

"Aaahhh.. Aahhhh.. Ooouuuhh Iyaaahhh pak..", rancau Dewi

Dewi bukannya marah, malah Dewi lebih semangat melayani Pak Sul. Sebutan anjing baginya seolah pujian bagi Dewi. Bongkahan pantatnya bergoyang begitu sexy dengan kondisi tempik dibombardir kontol sang kuli. Pantat Dewi sudah membekas merah karena terus-terusan ditampar Pak Sul dengan kasar

Pak Sul terus menyodok tempik Dewi dari belakang dengan kasar kurang lebih 10 menitan. Dewi kelojotan membiarkan kelaminnya dihajar dengan begitu perkasa oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itu. Sodokan yang mantab membuat rasa gatal pada tempiknya tergaruk dengan sempurna oleh texture berotot kontol Pak Sul

"Saya pejuin lagi tempikmu ustadzah perekkk... Jalang lu Dewii!! Aaarrgggghhh.."

*jrot jrrot jrot jrot* peju Pak Sul menembak rahim Dewi sangat kental dan banyak tanpa ragu. Sekali lagi rahim Dewi menjadi tempat pembuangan peju untuk kesekian kalinya selama tinggal di kost kuli bangunan itu. Tubuh Dewi bergetar terus menerus setelah mencapai orgasmenya pagi ini. Walau Pak Sul sudah mencabut batang kontol dari tempiknya, Tubuh Dewi masih kejang-kejang. Dari lubang tempiknya keluarlah sisa peju Pak Sul yang tidak bisa ditampung seutuhnya oleh kelamin Dewi

***

Jam Sudah menujukkan pukul 11.00, tak terasa kedua pasangan zina ini sudah berhubungan intim kurang lebih 5 jam lebih. Dan Pak Sul selalu menyemburkan pejunya ke rahim Dewi tanpa ampun sejak pagi tadi. Dewi dan Pak Sul terus berhubungan bak suami istri yang sedang kasmaran. Tidak ada keraguan dan penyesalan diantara kedua manusia yang sedang dimabuk birahi ini. Toh Dewi juga sudah mengikhlaskan kelaminnya memang dipergunakan Pak Sul kekasih selingkuhannya itu sepuasnya

"Saya lapar mau cari makan dulu..", kata Pak Sul

"Bapak sudah sehat? biar ana saja yang belikan makanan", Jawab Dewi

"Gak usah, ustadzah disini saja. Saya cuma sebentar. Ada warung nasi di dekat pasar sini", kata Pak Sul

"Afwan ana jadi merepotkan Pak Sul.."

Pak Sul kemudian pergi membeli makanan, meninggalkan Dewi yang dibiarkan telanjang di dalam kamar kostnya. Sepeninggal Pak Sul, Dewi mencoba mengambil tisu dari dalam tasnya untuk membersihkan sisa-sisa persetubuhan panas dengan kuli bangunan bernama Pak Sul itu.

Dewi melihat ke arah kelaminnya sendiri. Kelaminnya yang sudah lecek setelah digempur berkali-kali oleh kontol kuli bangunan itu. Aroma peju Pak Sul yang kuat masih tercium jelas dari lubang tempik Dewi. Sisa peju yang sudah mengering masih terasa menempel sehingga membuat permukaan kulit tempik Dewi terasa kaku dan kering. Dengan tisu basah ditangannya. Dewi mulai membersihkan jembut serta seluruh tempiknya hingga bersih dari noda peju Pak Sul

Setelah membersihkan area kelaminnya. Dewi basuh pula seluruh keringat di tubuhnya dengan tisu basah yang ia bawa. Ia putuskan hanya menyeka tubuhnya dengan beberapa lembar tisu basah karena ia takut keluar kamar saat ini walau hanya untuk sekedar mandi. Dewi masih belum siap jika nanti malah mengulangi kejadian seperti tadi pagi saat dirinya sedang mandi dan melihat tubuh telanjangnya dengan leluasa.

Setelah dirasa cukup bersih dan bau keringat lumayan berkurang. Dewi bingung harus melakukan apa diruangan pengap ini. Beberapa menit saja menunggu, tubuh Dewi sudah kembali berkeringat karena memang panasnya suhu ruangan tempat tinggal Pak Sul. Kembali alat kelamin Dewi berkeringat sehingga membuat lubang senggamanya itu kembali gatal karena mulai berair.

"Ya Tuhaannn.. punya ana gatal lagi..", Kata Dewi sambil menggaruk tempiknya sendiri

"Ssshh.. Ana butuh kontolll...", kata Dewi sambil mulai masturbasi

Tangan Dewi dengan cepat mengocok itilnya sendiri membuat tubuh sang ustadzah kembali menggelinjang hebat. Kelakuannya saat ini benar-benar seperti perek dan wanita murahan. Yang ada dipikiran Dewi saat ini hanyalah kontol dan kontol. Dalam waktu 2 hari dengan dibimbing oleh Pak Sul, sang ustadzah bercadar yang alim menjadi seorang perek yang hanya memikirkan kontol untuk memuaskan kelaminnya yang selalu gatal.

"Ooohhh.. Ana butuh kontolll... Aaahhh.. Ana keluarrrr", rancau Dewi sambil tubuh bagian bagian bawahnya tersentak hebat.

*sret sret sret sret*, Tempik Dewi menyemburkan cairan squirt untuk pertama kalinya

Dewi sudah tidak bisa lagi menahan perasaan "ingin kencing" yang sebelumnya coba selalu ia tahan. Dewi biarkan cairan bening dari kelaminnya itu menembak tanpa malu-malu lagi. Semburan yang sangat banyak hingga membuat tikar Pak Sul basah akibat cairannya yang barusan keluar itu. Nafas Dewi tersengal hebat setelah squirt pertamanya yang berhasil ia capai. Ada kepuasan yang ia rasakan setelah mengalami klimaksnya, walau saat ini kelaminnya masih kedutan dan semakin gatal. Dewi kembali mencoba meraba tempiknya kembali, memainkan lubangnya dengan jemari lentiknya. Terasa sekali tempik Dewi sudah begitu becek dan basah. Bahkan di tangannya pun menempel sebuah lendir lengket yang berasal dari dalam kelaminnya

Dewi jilat lendirnya sendiri yang menempel pada tangannya hingga bersih, dan tangan Dewi kembali dicolokkan memainkan alat kelaminnya dengan cepat. Sambil membayangkan kontol Pak Sul menghajar tempiknya kembali setelah ini. Dewi benar-benar terangsang, martabatnya sebagai seorang muslimah yang terjaga perlahan ia lupakan. Ia mulai menikmati profesi barunya. Menjadi perek Pak Sul. Membayangkan dirinya dijadikan Perek oleh kuli bangunan itu membuat tempiknya kembali kedutan dan mencapai squirt keduanya

"Oooohhh.. Ana jadi perekkk.. Ana ikhlas jadi perekk.. Aaahhh.. tempik ana butuh kontolll Aaahhhh.. Afwan Abiii.. Ana ketagihan kontooll.. Aaahhh.. Anaaa keluarrr..."

*sreettt sreettt sreeettt sreeettt*

Kembali lubang kelamin Dewi yang sudah tidak alim lagi itu menyemburkan cairan squirtnya sangat deras. Tangan Dewi sampai banjir oleh cairan squirtnya. Tubuh Dewi terbaring lemas, buah dadanya yang besar naik turun seirama dengan tiap tarikan nafasnya. Sedangkan lubang kelaminnya sudah lungset, saking beceknya alat kelamin sang ustadzah.

15 menit berlalu, Pak Sul sudah kembali membawakan makanan dan sebungkus kresek lainnya. Pak Sul sempat terkejut melihat tubuh telanjang Dewi yang sudah mengkilap karena berkeringat deras. Kontol Pak Sul kembali mengeras saat itu, tetapi coba ia tahan. Ia butuh makan agar energinya tidak habis dan siap menggenjot kelamin Dewi kembali.

"Makan dulu Ust.. Kamu pasti laper dari kemarin malam belum makan. Oh iya ini saya bawakan pakaian buat kamu selama disini"

"Syukron Pak.. Afwan sudah merepotkan Pak Sul. Pak Sul kan masih sakit kok sudah keluar-keluar..", kata Dewi sambil menerima sebungkus kresek pakaian itu

"Setelah ngentot tempikmu, tubuh saya jadi lebih enakan. Sepertinya tempikmu bisa jadi obat penghilang rasa sakit Ust.. Hehehe..", jawab Pak Sul

"Ah Pak Sul bisa aja.. Astghfrlh ini baju apa pak?"

"Ya baju Ust.. Hehehe.. Saya belikan yang ukuran S yang paling murah soalnya 15ribuan. Hehehe..", kata Pak Sul cengengesan

Dewi bingung melihat pakaian pemberian Pak Sul. Sebuah tanktop mini dengan bahan yang sangat tipis berwarna putih, lalu Pak Sul juga membelikan sebuah celana pendek pinggang karet berwarna hitam yang potongannya mini pula sehingga jika dipakai akan menampakkan bentuk kaki Dewi seutuhnya

"Tapi Pak Sul kan tahu saya tidak pernah berpakaian seperti ini..", protes Dewi

"Ya saya kan ngga punya uang Ust buat beli baju-baju gamis yang biasa ustadzah pakai. Itu aja saya cari yang termurah sesuai isi dompet saya. Kalau ga suka yasudah ga usah dipakai ust..", Jawab Pak Sul Ngambek

"Bukan begitu Pak.. Saya cuma belum siap pakai baju seperti ini..", kata Dewi merasa tidak enak

"Ustadzah Dewi tenang saja, disini tidak ada yang tahu kamu seorang ustadzah.. Disini kamu itu perek ust. Jadi berpakaianlah seperti perek. Mau pakai gak?", kata Pak Sul

"I.. Iya coba saya pakai deh Pak.. Mubadzir sudah dibelikan juga", jawab Dewi

"Bagus gitu dong.. Kamu itu perek Dewi.. Berpakaian sexy tentu tidak masalah buatmu..", kata Pak Sul

Dewi lalu memungut celana dalam dengan tulisan sex gratis miliknya satu-satunya di ruangan ini. Lalu Dewi mulai memakai celana pendek yang mengexpose mulusnya kedua kakinya

"BH ana mana pak?", tanya Dewi setelah menyadari BHnya belum diserahkan kembali ke dirinya

"Tidak perlu pakai BH.. Heheheh..", kata Pak Sul mesum

"Tapi Pak..."

"Tidak ada tapi-tapi.. Ingat kamu harus patuh dengan perintah saya Ust.. Tetekmu yang besar itu nilai jualmu Ustadzah.. Gak perlu ditutup tetekmu", Kata Pak Sul tersenyum sange

Dewi hanya geleng-geleng kepala menuruti permintaan mesum "kekasih selingkuhan"nya itu. Dewi tidak punya pilihan lain selain mengenakan tanktop berwarna putih itu menutup tubuhnya tanpa mengenakan BH. Ukurannya tentu saja kekecilan karena Dewi biasa mengenakan gamis berukuran L agar tubuhnya tidak tercetak di pakaian yang biasa ia kenakan.

Dewi tidak percaya diri dengan pakaian yang dikenakannya. Toketnya terlihat besar sampai tanktop yang ia pakai penuh sesak tidak mampu menampung bulatan toket Dewi. Belahan dadanya terlihat penuh dan sexy dibalik potongan rendah area dada pada pakaiannya. Belum lagi karena tipisnya bahan tanktop yang Dewi kenakan, kedua pentil susunya yang berwarna cokelat muda itu menerawang dan tercetak di kain berwarna putih itu. Sedangkan kedua kaki mulusnya yang biasa selalu ia tutup dengan gamis, kini dibiarkan terbuka dan hanya ditutup sebuah celana pendek kolor tipis berwarna hitam. Pakaian Dewi sungguh sexy menampakkan lekuk tubuhnya. Ditambah lagi paras wajah Dewi yang cantik dengan tatapan matanya yang tajam sayu membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan tergoda.

Dewi berdiri tertunduk malu mengenakan pakaian sexy itu dihadapan Pak Sul. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup area dadanya yang sesak seperti mau tumpah keluar dari tanktop mini itu. Aneh memang jika Dewi malu-malu saat ini, karena sebelumnya Pak Sul sudah melihat, menjamah serta menikmati keindahan tubuh telanjang Dewi. Pak Sul sampai geregetan melihat tingkah polos Dewi

"Ngapain Ust ditutupin tetekmu?"

"Ana..Malu Pak.. Pakaian ana begitu sexy mengundang syahwat.."

"Begok.. Seharian kamu sudah telanjang dan saya nikmati tubuhmu, kok malah sekarang dikasih pakaian malah malu dan ditutupin. Aneh kamu..", kata Pak Sul

Dewi bingung menjawab apa. Dia benar-benar tidak tau harus bersikap bagaimana saat ini. Ia benar-benar merasa tidak nyaman mengenakan pakaian sexy ini. Karena seumur hidupnya, terakhir ia memakai pakaian tanpa lengan di luar rumah adalah ketika Dewi masih TK.

"Udah kamu mulai sekarang harus terbiasa jadi perek saya. Saya lapar mau makan dulu"

Pak Sul cuek saja membiarkan Dewi yang terlihat masih kikuk dengan penampilan barunya. Pak Sul kemudian mengambil sebungkus nasi campur yang tadi ia beli di pasar. Sebuah nasi bungkus yang amat sederhana, isinya tidak seberapa dengan porsi nasi dan bihun yang sedikit dengan potongan lauk yang kecil ditambah sedikit sambal. Pak Sul memakan nasi bungkus itu dengan lahap.

"Makan dulu keburu gak enak", kata Pak Sul sambil meletakkan nasi bungkus jatah Dewi yang belum disentuh sama sekali

"Iya Pak..", jawab Dewi mencoba mengabaikan rasa tidak nyamannya

Dewi kemudian turun melahap habis nasi bungkus pemberian Pak Sul. Hanya beberapa suap saja sebungkus nasi itu sudah habis karena memang porsinya yang sedikit dan murah.

"Maaf saya cuma belikan nasi murahan itu Ust.. Saya lagi seret setelah beberapa hari ngga ada pemasukan karena sakit", kata Pak Sul

"Iya gapapa kok Pak.. Ini saja sudah haru kita syukuri Pak Sul..", jawab Dewi

Dewi mencoba mengerti dengan kondisi perekonomian Pak Sul yang jauh dari kata cukup. Dalam hatinya, Dewi prihatin dengan keadaan Pak Sul yang hidup serba kekurangan. Sebagai seorang ustadzah yang selalu memikirkan permasalahan ummat, ada rasa iba yang sangat besar melihat keadaan Pak Sul yang tinggal di kost-kostan tak layak huni ini. Dalam hatinya ingin sekali Dewi membantu Pak Sul. Namun apalah daya, mencukup kebutuhan rumah tangganya sendiri saja Dewi dan Eko kesusahan.

Setelah puas beristirahat, Pak Sul kembali mendekati tubuh Dewi yang kini berpakaian sexy. Memandangi tubuh indah dengan balutan sexy seperti itu terus-terusan tentu saja sebagai lelaki normal, Pak Sul mulai tergoda. Ditambah lagi pemandangan tetek Dewi yang begitu sesak dibalik tanktop yang Dewi kenakan saat ini membuat Pak Sul ingin menetek di pentil susu Dewi

Pak Sul lalu menarik tali tanktop Dewi hingga salah satu toket bulatnya meloncat keluar. Sebuah pentil susu yang nampak lezat dan membuat birahi Pak Sul kembali memuncak melihat keindahan tubuh Dewi. Lidah Pak Sul langsung melumat habis pentil Susu Dewi, Dewi hanya diam membiarkan bibir kasar Pak Sul melumat habis pentil susunga yang sudah mengacung. Sesekali kepala Dewi terdongak menaham kenikmatam saat pentil susunya di sedot kuat-kuat

"Aahhhh.. toketmu indah sekali ustadzah..Bayangkan ratusan pria memandangi toketmu yang indah ini. Bayangkan ratusan pria itu mengantri untuk menetek ke pentil susumu Ust.. Betapa beruntungnya kamu diberikan kesempatan bersedekah tetek indahmu seperti itu.. Slurup slurup slurup.. Sshh.."

"Aaahhh.. Pak... Teruss.. Netek ke pentil ana.. Ouuhhh.. Enak..", rancau Dewi

"Pentil susumu ngaceng Ustadzah.. Oouuhh.. Anjing.. Nikmat bener pentilmu.. Sshhh..", Kata Pak Sul sambil memelorot toket satunya lagi sehingga kali ini tanktop Dewi tidak menutup kedua gunung kembarnya. Mata Dewi terpejam pasrah membiarkan bibir kasar Pak Sul mengemut kedua pentilnya secara bergantian

Setelah puas ngemut pentil susu sang Ustadzah, Pak Sul menunggingkan tubuh Dewi kembali. Celana hotpant hitam beserta sempaknya Dewi langsung dipelorot sampai lutut sehingga tempik dan bulatan pantat Dewi terbuka seutuhnya. Pak Sul memainkan lidahnya di area tempik Dewi dari belakang. Mata Dewi terbelalak kegelian saat area kelaminnya di jilati oleh Pak Sul. Tangan Pak Sul terus membelah tempik Dewi semakin lebar. Hingga lidah Pak Sul lebih bebas menjelajah area dalam kelamin Dewi

"Ya Ampun.. enak banget pak.. Tempik Anaa.. Aahhh.. Terus jilatin Pak.. Nikmat.. Ouuhhh..", desah Dewi begitu lantang karena kelaminnya terus-terusan dijelajahi oleh lidah Pak Sul

"Becek bener tempikmu Ustadzah.. Perek beneran kamu Ustadzah.. Saya genjot tempik kamu lagi Ust..", kata Pak Sul sambil membenamkan batang kontolnya yang sudah mengeras

*Blessss*

"Iyaaaahh.. Enak kontol bapak... Aaahhh.. Aaahhh.. Sodokannya mantab sekali.."

"Enak mana sama kontol suamimu? Hahahha ..", goda Pak Sul lagi

"Enak kontol Pak Sull.. Aaahhh.. Aahhh.. Teruss sayangg.."

*jleb jleb jleb jleb*

"Iya kontol letoy suamimu sudah haram berada di tempikmu yang nakal ini. Tempik becek doyan digenjot kuli.. Oohhh..*

"Iyaaahh Pak.. Ana sudah tidak butuh kontol suami anaaa.. Aaahhh.."

"Bersumpahlah Ustadzah.. Oohhh.."

"Ana bersumpah kontol suami ana sudah haram pakai tempik ana.."

*jleb jleb jleb jleb*

"Lalu..", goda Pak Sul

"Tempik ana halal digenjot para kuli seperti Pak Sul. Aaahhh.. Ana keluarrrr Pakkkkk..."

"Perekkkk.. digenjot kontol bukan mahrom malah muncrat.. Udah melonte aja lu perekkk.. Muncrat2 tempik lu..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot lubang kelamin Dewi.

*sret sret sret sret*

Dari lubang kencing Dewi, kembali keluar cairan bening yang menyembur keluar beberapa kali saat kontol Pak Sul terus membombardir lubang utamanya. Tubuh Dewi sampai tersentak sentak beberapa kali saat squirtnya kali ini. Saat ini kelamin Dewi sedang sensitif-sensitifnya setelah mencapai orgasmenya. Tiap sodokan Pak Sul yang kuat begitu menyiksa birahinya. Dewi mencoba menahan tubuh Pak Sul agar istirahat sejenak membiarkan tubuh Dewi istirahat setelah orgasme. Namun sayangnya Pak Sul tidak tahu hal itu, Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi tanpa Ampun. Sehingga tempik Dewi saat ini begitu tersiksa

"Aaahhhh.. Aaahh... Pak.. Sudaaahh.. Keluarrrr lagiiii.. Aaauhhh..", pekik Dewi tak kuasa menahan tempiknya yang terus terkencing-kencing

*sret sret sret sretttt* Dewi orgasme kesekian kalinya hari ini

Cairan bening hangat Dewi muncrat kembali mengenai kontol Pak Sul. Kaki kananDewi diangkat oleh Pak Sul, lalu Pak Sul kembali menghajar kembali alat kelamin Dewi tanpa ampun dalam posisi satu kaki Dewi terangkat ke atas

"Aaahh.. Aahh.. Aahhhh..", desah Dewi menikmati tiap sodokan Pak Sul

"Becek tempikmu Ust... Sialan nikmat bener kelamin lu anjinggg.. Aaahhh..", kata Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi dari belakang dengan posisi satu kaki terangkat

"Kontol bapak juga enak.. besar sekali.. ana sukaaa.. Abiii.. Afwan ummi ketagihan kontol besaaarrr.. Oouuhhh..", rancau Dewi begitu binal

"Asuuu.. Istri Lonteee suka kontol kuliii.. Saya mau keluar Ust.. Aaarrggghhhhh..."

*crot crot crot crot crot*

Kembali Pak Sul menumpahkan seluruh lendir pejunya tanpa ragu-ragu ke ustadzah istri orang ini. Tempik Dewi kembali belepotan peju Pak Sul yang begitu banyak. Seluruh rahim Dewi terisi penuh oleh Peju lengket dan hangat Pak Sul. Setelah Puas Pak Sul mencabut kelaminnya dari kelamin Dewi. Kini kedua kelamin mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Tempik Dewi sudah terbiasa dan beradaptasi dengan ukuran diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang

***

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, mendekati saat maghrib. Selama dikontrakan Pak Sul, Dewi benar2 lalai dengan kewajiban lima waktunya. Shubuh lewat, dhuhur lewat dan ashar pun akan segera lewat. Bukannya bergegas mengambil wudhu, Dewi malah saat ini asyik menjilati kontol Pak Sul dan tidak menggubris waktu asharnya yang akan segera habis. Awalnya Dewi kepikiran dan merasa berdosa karena sudah meninggalkan kewajiban yang selama ini tak pernah ia tinggalkan itu, namun sekarang Dewi sudah tidak peduli dan acuh tidak memikirkan kewajiban 5 waktunya. Dewi sudah memiliki kewajiban yang lain, yaitu berzina.

"Ana mandi dulu nanti lanjut lagi ya Pak Sul..", kata Dewi manja

"Udah gak malu lagi nih?"

"Ana sedang berusaha menjadi wanita yang diinginkan Pak Sul. Ana akan buktikan ana bisa lebih baik dari Bu Wito..", Kata Dewi sambil menyudahi mengulum kontol Pak Sul

Dewi memberanikan diri keluar dari kamar kost Pak Sul. Rupanya langit sudah berupa senja. Sebentar lagi warnanya akan hilang menjadi gelap gulita. Dengan pakaian sexy pemberian Pak Sul, Dewi coba mengumpulkan rasa percaya dirinya berpakaian seronok seperti itu. Dewi mencoba membuang statusnya sebagai seorang ustadzah alim yang harus menutup aurat. Dewi mencoba menikmati status barunya yaitu sebagai perek tak punya malu dan mengumbar auratnya kemana-mana

Dewi memberanikan diri melucuti pakaiannya saat sudah tiba dikamar mandi. Pintu kamar mandi masih macet tidak mau ditutup. Meskipun tahu harus mengganjal pintu itu dengan batu, Dewi enggan melakukannya. Dewi malah tertantang mandi diluar dal kondisi pintu terbuka. Ada adrenalin yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya dengan mandi pintu dibuka seperti ini. Dewi semakin tertantang, siapapun yang melewati atau berada didekat kamar mandi, akan bisa melihat kondisi sang ustadzah yang sudah telanjang bulat. Dewi mulai mengguyur tubuhnya yang sudah bau keringat itu. Dibasuhnya tubuhnya hingga bersih dan wangi menggunakan sabun yang ada di kamar mandi umum kost-kostan kuli itu.

Dewi merasa kali ini aman saja karena tidak ada kuli yang melewati kamar mandi selama ia sedang mandi. Karena memang biasanya para kuli akan kembali ke kost setelah maghrib setelah seharian bekerja. Dengan berjalan mengendap-endap Dewi kembali berjalan menuju kamar Pak Sul. Didalam kamar kost, Pak Sul terlihat sedang mengeluarkan semua isi dompetnya. Wajahnya tampak kebingungan menyadari keadaan keuangannya yang mulai menipis. Dewi melihat hanya ada 1 lembar uang pecahan 10ribu dan 1 lembar pecahan 2ribu yang dipegang oleh Pak Sul.

"Afwan ya pak Sul.. Gara ana2 nginep disini Uang Pak Sul jadi habis...", kata Dewi tidak enak hati

"Ngga kok Ustadzah.. Ini memang kesalahan saya ngga kerja selama hampir seminggu jadi uang saya habis. Sepertinya saya besok harus cari pekerjaan. Kemarin Bu Wito menawari saya merbaiki saluran dapurnya yang mampet. Mungkin besok sy ke rumah Bu Wito Ust..", Kata Pak Sul

"Hmm.. Bu Wito ya..", kata Dewi

Sekali lagi timbul rasa cemburu yang menghinggapi perasaan Dewi saat Pak Sul menyebut nama Bu Wito. Ingin sekali Dewi melarang Pak Sul ke rumah wanita istri Pak Wito itu. Tetapi dia sendiri bingung, karena Pak Sul saat ini benar-benar membutuhkan uang sehingga Pak Sul harus mengiyakan permintaan Bu Wito.

"Hehehe.. Kenapa? Cemburu?", Tanya Pak Sul sambil membelai pundak Dewi yang terbuka karena sang ustadzah saat ini mengenakan tanktop putih sexy yang dibelikan Pak Sul

Dewi hanya menghela nafas panjang. Dewi menyadari posisinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain. Dia sendiri tidak bisa terlalu posesif melarang Pak Sul menemui Bu Wito sementara dia sendiri adalah istri orang.

"Andai ana ada uang dan bisa bantu Pak Sul.. Pak Sul ga perlu capek-capek kerja. Pak Sul kan belum sembuh benar..", kata Dewi penuh perhatian

"Kamu mau bantu cari uang? Heheheh...", Kata Pak Sul sambil menyeringai karena terlintas pikiran mesum dibenaknya

"Kalau ada jalan, ana mau pak.. Yang penting ana bisa bantu Pak Sul. Ana sudah merepotkan Pak Sul.."

"Selalu ada jalan untuk gadis cantik dan sexy sepertimu Ustadzah.. Hehehe.."

"Bagaimana caranya pak?"

Pak Sul kemudian berjalan ke meja dan mengambil sebotol cairan yang bentuknya seperti minyak urut

"Ikut saya....", kata Pak Sul sambil menarik tangan Dewi

Dewi terkejut dan kebingungan apa yang direncanakan oleh Pak Sul. Dewi tahu benar Pak Sul adalah sosok pria yang benar2 cabul. Dewi semakin merasa ketakutan, tetapi di sisi lain Dewi juga semakin penasaran apa yang akan terjadi olehnya. Pak Sul membawa tubuh Dewi ke luar menuju kamar pertama di Kost-kostan kuli bangunan ini.

*tok tok tok*, Pak Sul mulai mengetuk pintu

"Iyoo sopo??" pekik orang dari dalam

"Aku.. Sul..", jawab Pak Sul

"Ono opo Sul? Ganggu ae", Kata orang di dalam

*ceklek* pintu dibuka keluarlah seorang pria yang berbadan gemuk dan berambut keriting

"Opo Sul? Pegel aku mulih kerjo (capek aku pulang kerja)", kata Pria itu

"Nah kebetulan Pak Kus.. Ini saya bawakan terapist. Heheheh.."

Dewi kebingungan mendengar ucapan Pak Sul. Apa yang dimaksudnya dengan terapist. Istilah yang belum dipahami oleh Dewi. Apalagi pria yang bernama Pak Kus itu mulai memandangi Dewi dari atas sampai bawah.

"Wah... larang iki pasti Pak Sul.. Terapist tuwek2 ae isok 200ewu, nek modelan ngene isok 700ewu Pak (Wah.. Mahal ini pasti Pak Sul.. Terapist tua-tua aja bisa 200ribu, kalau model seperti ini bisa 700ribu pak)", jawab Pak Kus

"Masalah harga nanti bisa dibicarakan boss sama Mbak Dewi langsung.. Harga spesial pokoknya. Dewi, pijat Pak Kus dengan baik ya. Hehehe.. Saya ke sebelah-sebelah dulu sambil menawari jasa pijat ke penghuni kost lain..", Kata Pak Sul sambil menyerahkan sebotol minyak yang dia bawa tadi

"Pi..pijat??", kata Dewi kebingungan lalu tubuhnya langsung di dorong oleh Pak Sul dan Pak Sul menutup pintu kamar Pak Kus

"Hehe santai saja mbak ga usah tegang gitu.. Duduk dulu mbak.. Maaf ngga ada kursi", kata Pak Kus

"Err.. Iya Pak..", kata Dewi

"Namamu Dewi ya? Saya Kus.. Kusanto..", kata Pak Kus memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan

"Iya saya Dewi, Pak..", jawab Dewi sambil meraih jabat tangan Pak Kus, padahal normalnya Dewi ketika menjadi seorang akhwat bercadar dia akan menolak jabatan tangan dengan halus.

Kemudian bapak-bapak gendut itu duduk disebelah Dewi begitu dekat. Belum pernah Dewi duduk sedekat ini dengan pria kecuali dengan Pak Sul dan juga suaminya. Awalnya Dewi merasa begitu risih apalagi aroma ketiak Pak Kus begitu menyengat mengganggu hidungnya

"Sudah lama jadi terapist mbak?"

"Eehhh.. mak.. maksud bapak?"

"Hah? Kamu ga paham? Tukang pijat.."

"Tu.. Tukang Pijat?.. Sa.. saya.. Barusan.."

"Jangan gugup.. santai saja sama saya..", Kata Pak Kus sambil membelai pundak Dewi yang mulus

"I..Iya.."

"Kenapa jadi terapist? Butuh duit ya?", kata Pak Kus sambil kali ini lengan besarnya mulai memeluk pinggang Dewi yang ramping

Dewi ingin protes karena tangan Pak Kus dengan kurang ajar menyentuh tubuhnya Namun Dewi urungkan itu, mengingat pakaiannya sendiri saat ini begitu menggoda sehingga wajar Pak Kus bisa nekat berbuat demikian.

"Bisa dimulai?", kata Pak Kus

"I..Iya pak..", jawab Dewi masih gugup

Lalu Pak Kus mengangkat kaos kutangnya hingga terlepas dari tubuhnya. Terlihat perut Pak Kus yang besar penuh timbunan lemak terbuka dihadapan Dewi. Dewi begitu malu melihat tubuh setengah telanjang pria yang tidak dikenalnya itu. Setelah itu Pak Kus tengkurap disamping Dewi. Dewi terlihat masih bingung apa yang harus dia lakukan. Pak Sul sama sekali tidak memberikan waktu untuk mempersiapkan ini semua.

Dewi lalu mulai menuangkan cairan minyak yang tadi diberikan oleh Pak Sul. Benar saja, dari aromanya memang tercium cairan itu adalah minyak urut. Dewi mulai meratakan minyak urut tadi ke telapak tangannya dan mulai ia usapkan ke punggung Pak Kus secara merata. Setelah itu Dewi mulai memijat-mijat kecil punggung Pak Kus seperti yang biasa ia lakukan ke suaminya. Pak Kus terlihat menikmati pijatan Dewi. Berkali-kali Pria itu menghela nafas menahan kenikmatan sentuhan lembut tangan Dewi yang terus memijat punggungnya

"Enak juga pijatanmu Mbak.. Walau masih pemula. Tapi cukup nikmat. Heheh.."

"Terima kasih Pak..", Jawab Dewi sambil terus mengurut punggung Pak Kus

"Sudah punya pacar atau suami mbak?", tanya Pak Kus

"Eehhh.. Su.. Sudah pak..", jawab Dewi

"Pacar atau suami?", tanya Pak Kus

"Su.. suami pak..."

"Dibolehin sama suaminya kerja jadi teraphist?"

"Bo.. boleh kok pak..", Jawab Dewi berbohong

"Hehehe.. Baik juga suaminya ngijinin istri cantiknya jadi tukang pijat..", Kata Pak Kus

Setelah punggung Pak Kus selesai dipijat, Pak Kus lalu tidur terlentang. Dari balik celananya terlihat sesuatu yang menggelembung. Dewi menyadari hal itu, tetapi Dewi tidak berani menatap tonjolan di balik celana Pak Kus. Dewi lalu melumuri kembali tangannya dan mulai memijat pergelangan tangan Pak Kus yang gemuk. Dewi memijat dengan hati-hati. Karena Dewi tahu, Pak Kus adalah seorang pekerja yang kasar. Jika sampai Dewi salah memijat bisa berabe

"Oh iya berapa nih biayanya? Saya belum tau.. Jangan mahal2 mbak saya ngga punya uang..."

"Eehhh.. Errr.. Berapaa.. yaa.. Terserah Pak Kus saja...", jawab Dewi bingung

"Kalau saya mah maunya gratisan. Hahahah..", jawab Pak Kus sambil tertawa terbahak-bahak

"Jangan lah Pak.. Masak gratis..."

"25ribu untuk pijatnya. Bagaimana? Saya tidak ada uang soalnya..", Kata Pak Kus

"25ribu? Iya deh boleh.. Pijet aja ya pak..", kata Dewi

"Lho emang selain pijat bisa ngapain lagi? Heheheh..", tanya Pak Kus sambil tersenyum mesum

"Ngg.. ngga pak.. Maksud saya..", kata Dewi bingung melanjutkan kata-katanya

Tak terasa Dewi sudah memijat kedua tangan Pak Kus, tak lupa Dewi juga melumuri tubuh gendut Pak Kus dengan minyak urut agar pria gendut itu merasa hangat dan rileks.

"Kakinya juga Pak?", Tanya Dewi

"Iya Dong.. 25ribu full body massage..", Kata Pak Kus sok-sokan pakai bahasa inggris

"Si.. siap.. pak.."

Lalu Dewi mulai memijat area kaki Pak Kus. Perlahan jemari Dewi bergerak mengolesi betis Pak Kus dan mulai menekan betis Pak Kus dengan kuat, kaki Pak Kus terasa keras dan kaku sehingga Dewi harus memijit dengan kekuatan lebih. Pak Kus sesekali merintih keenakan menikmati urutan dan pijatan Dewi yang apa adanya itu. Lalu Dewi mulai memijat area jari kaki dan telapak Pak Kus. Memandangi kecantikan wajah dan keindahan tubuh wanita dihadapannya membuat Pak Kus semakin tidak bisa menahan syahwatnya. Ditambah lagi, sentuhan Tangan lembut Dewi yang terasa meraba kulit kasarnya malah membuat birahi Pak Kus memuncak. Pak Kus semakin tersiksa karena celananya semakin sempit karena kontolnya yang mulai berdiri

"Pahanya juga ya Mbak..", Kata Pak Kus

"I.. Iya.. Pak.. Sebentar..", jawab Dewi semakin gugup

Lalu Dewi kembali meraba dan mengoleskan minyak urut ke paha Pak Kus. Dewi semakin deg-degan karena kali ini dia terpaksa harus memandang area menggelembung punya Pak Kus. Terasa sekali tangan Dewi gemetaran saat tangannya berada didekat kelamin Pak Kus. Pak Kus sadar akan hal itu. Pak Kus tahu Dewi itu masih pemula yang malu-malu dan tidak bisa langsung binal. Karena itu Pak Kus berencana menggoda sang ustadzah yang kini menjadi tukang pijat dadakan itu lebih nakal

"Bagian dalam pahanya juga mbak.. Capek sekali disitu.."

"Ini pak?", kata Dewi sambil menekan area paha Pak Kus

"Bukan.. kurang naik lagi.."

"i..ini?", tanya Dewi lagi mencoba memijat paha Pak Kus semakin keatas

"Bukan.. lebih naik lagi.. Sebentar saya lepas celana saya dulu biar ngga ganggu", Kata Pak Kus sambil memelorot celananya sendiri dihadapan Dewi

Dewi semakin salah tingkah menghadapi situasi seperti ini. Mata Dewi sempat melirik tonjolan kontol Pak Kus. Bahkan kepala kontolnya sedikit mengintip karena sempak Pak Kus kekecilan.

"Ini lho mbak..", kata Pak Kus sambil menekan area selangkangannya

Dewi tertegun dan semakin kikuk bingung harus bagaimana. Dengan ragu Dewi mulai mengoleskan minyak urut ke area selangkangan Pak Kus dan mulai memijat area itu. Dewi bingung cara memijat area itu karena posisinya yang tidak enak untuk dipijat. Tetapi Dewi terus mencoba memijat area selangkangan Pak Kus sebisanya. Pak Kus semakin tersenyum mesum memandangi wajah Dewi yang terlihat kebingungan.

"Gerah ya mbak? Sampai berkeringat gitu.. Hehehe..", Kata Pak Kus menyadari kening Dewi mulai berkeringat deras

"Ng.. Ngga papa.. Pak..", jawab Dewi masih terus memijat selangkangan Pak Kus yang sebenarnya tidak apa-apa itu

"Saya tambahi 25ribu deh, tapi Mbak Dewi harus lepas bajunya. Heheheh. ", kata Pak Kus sambil menyeringai mesum

Tak perlu menunggu jawaban Dewi. Pak Kus kemudian duduk dan langsung menarik keatas tanktop yang dikenakan Dewi hingga kini bagian tubuh atas sang ustadzah sudah terbuka bebas. Terlihat payudaranya yang besar membusung sempurna dihadapan Pak Kus. Dewi begitu malu karena sekali lagi aurat tubuhnya dilihat oleh seseorang yang bahkan baru ditemuinya setengah jam yang lalu. Tangan Dewi mencoba menutup kedua gunung kembarnya dihadapan Pak Kus, namun Pak Kus langsung menepis tangan Dewi agar tidak menutup area susunya

"Saya bayar 25ribu buat liat tetekmu. Ayo ga usah ditutup.. Pijat saya lagi.. Ini pijat kontol saya...", Kata Pak Kus sambil buru-buru melucuti sempaknya hingga kontolnya yang sedari tadi sudah tegak akhirnya bisa terbebas dari sangkarnya.

Kontol Pak Kus tidak panjang, tetapi diameternya cukup besar dan kepala kontolnya pun besar dengan jembut yang tumbuh acak-acakan disekitarnya. Dewi reflek memalingkan muka memandang kelamin yang milik pria bukan mahromnya itu

"Ayo pijat kontol saya Mbak.. Buka matamu... Liat kontol saya.. Heheheh..", Kata Pak Kus

Tangan Pak Kus lalu menuntun tangan Dewi untuk meraih batang kontolnya. Dewi tidak bisa menolak pada situasi saat ini. Jika dia menolak, pasti Pak Kus akan menceritakan semuanya kepada Pak Sul dan tentunya Pak Sul akan kecewa terhadapnya. Ditambah lagi Dewi malah akan semakin tertinggal oleh Bu Wito jika dia tidak bisa menuruti permintaan Pak Kus kali ini. Dewi memantapkan hatinya, menerima keadaanya menjadi tukang pijat sesuai permintaan Pak Sul.

Perlahan mata Dewi terbuka, memberanikan memandang batang kontol yang sudah berdiri dihadapannya. Sedangkan si empunya yang punya kontol, terus memandang mesum ke arah Dewi. Perlahan tangan Dewi mulai meremas batang kontol Pak Kus yang sudah berdiri.

"Aaahhh.. Iyaa.. Pijat kontolku mbak...", kata Pak Kus semakin birahi

Tangan Dewi menggenggam erat batang kontol itu dan perlahan Dewi memberanikan diri untuk mengurut serta mengocok kontol Pak Kus. Seketika Pak Kus langsung merintih penuh nikmat karena kocokan tangan Dewi.

"Aaahhh.. Tetekmu besar mbak.. Boleh saya pegang?"

"I.. iya boleh.. Pak..", kata Dewi patuh dan pasrah

Sambil terus mengocok kontol Pak Kus. Payudara Dewi dibiarkan diremas-remas oleh Pak Kus. Pak Kus begitu menikmati keindahan toket Dewi yang membulat dan tidak kendor itu. Sesekali tangannya memilin puting
susu Dewi yang sudah menegang. Diperlakukan seperti itu, tentu saja Dewi mulai merintih. Nafsu Dewi mulai naik saat pria gendut itu terus memainkan puting susunya.

"Aaahh.. Pak...", desah Dewi

"Pentil susumu imut sekali sayang, teteknya besar tapi pentilnya mungil. Heheheh..", kata Pak Kus terus memuntir-muntir puting susu Dewi

Dewi semakin mempercepat kocokannya. Terasa sekali libido Dewi semakin meninggi akibat rangsangan Pak Kus. Ditambah lagi, tempik Dewi sudah benar-benar banjir saat ini. Dewi mencoba menahan birahinya yang semakin menyiksa. Tidak mungkin dia meminta Pak Kus untuk menyetubuhinya. Walau kalau boleh jujur, kelamin Dewi saat ini sudah benar-benar lembab dan gatal. Namun Dewi mencoba bertahan tidak tergoda, Sebisanya Dewi mencoba mengakhiri permainan ini sebatas pijat memijat saja

"Saya tambahi 10 ribu lagi kalau kamu mau memijat kontol saya pakai tetekmu mbak.. Aaahhh", kata Pak Sul sambil mendesah karena kontol ya terus dikocok Dewi

Dewi mengangguk lemah. Tubuhnya merangkak menaiki tubuh gendut Pak Kus. Lalu Dewi menurunkan tubuhnya, mendekatkan payudaranya ke kontol Pak Kus. Dijepitnya kontol Pak Kus dengan payudaranya yang besar lalu Dewi mulai mengocok kontol Pak Kus dengan payudaranya

"Aaahh.. Sexy bener terus mbak.. Ludahi kontol saya.. Aaahhh..", kata Pak Kus semakin merancau

Dewi lalu meludahi kepala kontol Pak Kus, membiarkan air liurnya sendiri menjadi pelumas bagi toketnya sendiri untuk "menghibur" kontol Pak Sul dengan jepitannya. Kembali Dewi mengguncangkan payudaranya ke atas dan kebawah sambil menjepit kontol Pak Kus yang berada di tengah-tengah gunung kembarnya

"Aarrrggghh.. Saya tambahi 20ribu, Sepong sekalian kontol saya mbak.. Saya sudah ga tahan...", Kata Pak Kus

Dewi yang mulai menikmati kegilaan ini pun langsung menuruti permintaan kuli bangunan gendut itu. Tanpa rasa malu, Dewi langsung melahap kontol Pak Kus ke dalam mulutnya. Tubuh Dewi saat ini masih duduk diatas tubuh gendut Pak Kus. Tubuh bagian atasnya sudah telanjang, sedangkan bagian celananya masih tertutup oleh celana hot pant mini berwarna hitam yang menampakkan kemulusan pahanya. Kepala Dewi terlihat naik turun melumat habis alat kelamin Pak Kus yang sudah berdiru tegak maksimal itu. Lubang bibir Dewi tanpa henti terus mengoral kontol Pak Kus dengan cepat. Kepala Dewi bergerak begitu lincah merangsang kelamin kuli bangunan bernama Kusanto itu tanpa rasa jijik.

"Aaarrgggghhh saya keluarrr... Sini saya pejuin wajahmu mbak..", Kata Pak Kus sambil menahan kepala Dewi agar tidak bisa bergerak menghindar dari semburan pejunya

*crot crot crot crot crot crot* Kontol Pak Kus menyemburkan mani berapa kali.

Wajah cantik Dewi seketika belepotan lendir lengket beraroma anyir dari kontol Pak Kus. Seluruh wajahnya terkena cairan yang menggumpal menjijikkan itu. Pak Kus memandangi puas hasil semburannya ke wajah Dewi yang terlihat tidak karuan terlapisi oleh cairan putih lengket itu . Tidak disangka semprotan pejunya bisa begitu banyak, Pak Kus begitu puas. Walau Dewi masih pemula. Tetapi kecantikan, keindahan tubuh, dan keluguannya membuat Pak Kus begitu menikmati servis dari teraphist yang aslinya berprofesi sebagai ustadzah itu

Setelah wajah Dewi dibersihkan dari peju Pak Kus, Dewi kembali berpakaian seperti sebelumnya. Pakaian yang amat sexy seperti seorang pelacur tulen

"Terima kasih ya Dewi.. Berapa totalnya sayang?", Tanya Pak Kus sambil membelai rambut panjang Dewi

"Se.. sebentar saya hitung dulu.. pak.. Pijat 25ribu.. Buka Baju 25ribu.. Pijat Pakai susu saya 10ribu.. Dan oral burung Pak Kus 20ribu.. Totalnya 80ribu pak..."

"Hmmm.. Ga terasa jatuhnya mahal juga.. Padahal uang saya tinggal 100ribu.. Yasudah ini ambil... kembali 20 ribu yaa.."

"Pak.. Saya ngga ada kembaliannya..", jawab Dewi bingung

"Aduhhh.. Gimana yaa.. Hmm.. Saya ada solusi..", kata Pak Kus

"Gimana Pak?"

"20ribunya kamu lepas seluruh bajumu sampai telanjang bulat. Lalu saya foto buat bacolan saya.. Hehehe.. Mau?", tawar Pak Kus

"I.. iya boleh pak...", jawab Dewi

Dewi lalu menanggalkan seluruh pakaian yang ada pada tubuhnya hingga telanjang bulat. Sebenarnya Dewi begitu malu mempertontonkan seluruh auratnya ke Pak Kus, kuli bangunan yang baru ia kenal itu. Namun semua ini ia lakukan demi menuruti permintaan Pak Sul. Karena dalam pikiran Dewi sudah tertanam mindset, setiap perintah Pak Sul adalah kewajiban bagi Dewi yang harus ia laksanakan. Pak Kus memandangi tubuh indah Dewi sambil menelan ludah berkali-kali. Lalu Pak Kus mulai mengambil beberapa foto telanjang Dewi, sebagai bahan untuk coli

***

Singkat cerita, setelah dari Pak Kus, Dewi masih harus menjadi therapist plus plus yang melayani sebagian besar penghuni kost-kostan kuli itu. Tidak semuanya, karena rupanya beberapa penghuni Kost tidak ada dikamarnya, termasuk Pak Dirman yang sampai saat ini belum kembali setelah ijin mau menemui Bu Wito. Sehingga total Dewi menjadi wanita tukang pijat bagi 6 orang penghuni Kost. Beberapa ada yang menawar Dewi untuk berhubungan badan, tetapi Dewi menolak halus dengan cara mematok harga yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 700ribu untuk merasakan kenikmatan tempiknya. Tentu saja sebagian besar kuli disana mundur teratur tidak bisa membayar semahal itu.

Jadinya selama menjadi therapist disana, Dewi hanya melayani maksimal sebatas oral sex saja tanpa ada hubungan badan. Walau jika boleh jujur, Dewi begitu tersiksa menahan birahinya yang sudah diubun-ubunnya. Karena tempiknya sudah benar-benar gatal saat menjadi pemijat di sana. Tetapi Dewi tidak berani berbuat lebih karena perintah Pak Sul hanya menjadi pemijat saat itu, tidak sampai berhubungan badan.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Sudah 8 jam Dewi bekerja semalaman demi membantu keuangan Pak Sul. Pak Sul sumringah karena Dewi pulang dengan membawa banyak uang.. Total Dewi mendapatkan uang sebesar 650ribu dari hasil memijatnya malam ini.

"Hahaha.. Kamu memang perekku yang berguna... Lihatlah 1 hari saja kita bisa dapat uang sebanyak ini..", kata Pak Sul

"Gimana? Mereka entot kamu ya?"

"Ehhh.. Ngga pak.. Ana ngga berani..."

"Begookk.. Tugas perek itu ya ngentot begookk... Gimana sih kamu.."

"Tapi mereka tidak punya uang pak.. Uang mereka hanya cukup membayar jasa pijat ana...", kata Dewi ketakutan

"Halaahh.. Kamunya aja kali yang jual mahal... Kalo jual murah2 pasti kita bisa dapat 1 juta lebih hari ini"

"Afwan Pak.. Saya benar2 tidak tahu pak..", kata Dewi semakin terpojok

"Sudah sebagai hukuman 500nya saya ambil. 150ribunya buat kamu..", kata Pak Sul sambil melempar beberapa lembar uang itu ke Dewi

"Sekarang buka bajumu semuanya!"

"Mau ngapain pak?", tanya Dewi bingung

"Begookk.. ngentot begokkk.. Ayo bukaaa!! Tempikmu pasti sudah amat gatal sekarang!!! Kontol saya juga lagi ngaceng pingin dijepit tempik ustadzah..", kata Pak Sul

Pada akhirnya pagi itu Dewi melayani Pak Sul untuk terakhir kalinya di kost-kostan kuli bangunan itu. Kembali kedua pasangan zina itu saling menikmati satu sama lain. Melayani satu sama lain dan saling bertukar cairan satu sama lain. Dewi begitu menikmati permainan dan tiap sodokan kontol Pak Sul dan sukarela memberikan kenikmatan terbaik kepada Pak Sul, memuaskan nafsu birahi sang kuli bangunan itu sekaligus mengobati rasa gatal tempik Dewi yang sudah ia coba tahan sejak melayani Pak Kus.

Keesokan harinya, Pak Sul memutuskan kembali bekerja menjadi kuli bangunan. Walau sebenarnya dia bisa saja tidak bekerja dan menjadi gigolo dengan menjual istri orang, dia enggan melakukannya. Menjual Dewi mungkin hanya menjadi sampingan baginya. Sedangkan pekerjaan utamanya tetaplah menjadi kuli bangunan. Pak Sul kemudian mempersilakan Dewi untuk mengenakan kembali gamis serta cadarnya, menjadikan sosok wanita itu kembali menawan dengan pesona misterius yang tersembunyi di balik cadarnya. Dewi lalu pamit pulang kembali ke suaminya dan menjalani kehidupan sebagai seorang istri Eko dengan normal. Namun sesuai perintah Pak Sul, Dewi dilarang melayani suaminya diranjang. Sejak saat itu lah Dewi resmi menjadi milik Pak Sul, mematuhi segala perintah Pak Sul dan menjauhi segala larangan Pak Sul. Dewi menjadi seorang ustadzah sekaligus seorang perek yang haus akan kontol sesuai permintaan Pak Sul.

**bersambung**
anjay puas bnagt 12k si ustazah makin terbuai sama kenikmatan dunia sampe suka rela jadi budaknya pak sul padahal adeknya aja belum sepenuhnya tunduk sama tuannya ini kakakknya yg ustazah malah lebih liar sampe dijadiin perek terapist lagi kalo bisa dibikin kesan pereknya lebih dalam hu kaya tatto dan tindik lidah .ane suka pilihan suhu buat bikin dewi jadi punya dua kepribadian satu ustzah lonte yg satu budak perek nggam tau malu plusnya gara gara cadar jadi nggak ada yg tau kalo dia ustazah wkwk gua tunggu lanjutannya hu nagih banget
 
trus tambahan kalo bisa ada mulustrasi buat dewi versi perek pengen tau kaya gimana jadinya pas ustazah yg biasanya pake gamis trus pake tanktop sama rok pendek
 
Scene 17 : Ada Apa Dengan Dewi (Part 3)

Adzan shubuh berkumandang, membangunkan Dewi dari tidur yang cuma sebentar. Kerudung dan cadarnya sudah ia tanggalkan, mengingat di kamar kost ini begitu panas karena sama sekali tidak ada kipas angin. Sehingga Dewi akhirnya melepas seluruh kain yang ada pada tubuhnya dihadapan lelaki yang bukan mahromnya itu.

Tangan Dewi meraba area kelaminnya yang terasa sedikit perih. Didapatinya sisa peju Pak Sul yang telah mengering. Bukan cuma di tempiknya, di payudara, perut, wajah Dewi juga terdapat sisa-sisa peju yang telah mengering. Entah berapa kali sudah Pak Sul semalaman menyemburkan pejunya ke tubuh Dewi

Dewi melamun sejenak, kembali ia bayangkan betapa panasnya persetubuhannya dengan Pak Sul kali ini. Bahkan Dewi sudah tak canggung lagi melepas kerudung serta cadarnya dihadapan kuli bangunan yang kini menjadi pacar sang ustadzah itu. Dewi kemudian mulai mengingat bagaimana Dia dan Pak Sul saling berciuman, menjilat kelamin satu sama lain, menggeliat keenakan, mendesah bersamaan, saling meraba, hingga bergetar bebarengan karena orgasme, dan semburan peju Pak Sul juga sudah amat banyak tertanam pada rahimnya.

"Abi.. Afwan ya Abii.. Umi menikmati ini semua. Ummi siap kalau abi akan ceraikan ummi setelah abi tahu kelakuan ummi yang sudah merasakan kontol pria lain.. Bahkan Ummi ketagihan dengan kontol pria lain bi.. Tubuh Ummi menikmati ini semuaa.. Afwan ya bii.. Ummi mulai jatuh cinta dengan Pak Sul pria perkasa ini.. Tapi Ummi juga masih cinta abi kok..", kata Dewi dalam hati

Dewi lalu memandangi kontol Pak Sul yang ngaceng saat Pak Sul sedang tertidur pulas. Kontol yang membuat Dewi ketagihan sex. Nafas Dewi terasa berat saat memandangi alat kelamin yang berotot panjang dan keras berwarna hitam itu. Lalu dengan Nakal Dewi merangkak, dijulurkan lidahnya untuk menjilati kelamin Pak Sul yang sedang tertidur

"Ssshh.. Pak Sul.. Keras banget.. Ssshhh.. slurupp slurupp slurupp", dengan Nakal Dewi mencium dan menjilati kontol Pak Sul.

Pak Sul menggeliat sejenak saat Dewi menciumi alat kelamin Pak Sul. Tetapi karena rasa kantuknya yang begitu hebat, Pak Sul kembali tidur terlelap membiarkan Dewi yang masih menciumi kontol kuli bangunan itu. Dewi dengan lihai mengocok, dan mengulum batang penis yang besar itu. Dewi saat ini sudah lupa dengan statusnya sebagai seorang ustadzah. Dewi sudah keasyikan menjadi pacar sekaligus pereknya Pak Sul yang kewajibannya hanya melayani nafsu syawhat Pak Sul

"Ohhhh.. Pak Sul.. Besar sekali kontol bapak.. Dewi sukaaa.. Slurupp Sluruupp Ssshhh..", rancau Dewi sambil terus mengulum dan menjilati kontol Pak Sul tanpa henti. Kontol yang benar-benar berbeda dengan milik suaminya

Dewi melirik jam dinding yang terletak ditengah-tengah ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul 04.25, Dewi lalu memutuskan menyudahi mengulum kontol Pak Sul untuk melanjutkan ibadah shubuh. Namun sebelum itu, Dewi harus mandi besar dulu karena semalaman ia telah berhubungan badan dengan Pak Sul. Dewi lalu mencari pakaiannya yang tadinya berserakan di ruangan kost itu, namun Dewi tidak bisa menemukannya. Di ruangan kost Pak Sul itu Dewi hanya menemukan celana dalam dengan tulisan "sex gratis dan gambar kontol"

"Pak.. Pak Sul.. Tau gamis ana ngga? kok ga ada ya?", tanya Dewi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pak Sul agar terbangun

"Hmmm.. ngga tau.. udah gpp kamu ga usah pakai baju Ust.. Telanjang saja selama disini..", jawab Pak Sul setengah sadar lalu merubah posisi tidurnya

"Tapi ana mau keluar bentar, mau mandi.."

"Halaahhh Bodo amat.. Jalan telanjang keluar sana.. saya ngantuk.. Groookk..", jawab Pak Sul dan tertidur kembali sambil mengorok

Dewi kesal melihat Pak Sul yang seolah tak peduli dengan kondisinya. Bagaimana mungkin Dewi keluar dari kamar ini hanya mengenakan celana dalam yang ditulisi tulisan serta gambar cabul itu. Bagaimana kalau nanti Dewi ketahuan penghuni kost lain. Apa yang harus ia lakukan, Dewipun tak tahu. Namun akhirnya Dewi memutuskan untuk mandi saja daripada buang-buang waktu di kamar ini keburu matahari semakin tinggi, malah penghuni kost lain bisa-bisa sudah pada bangun.

Dewi berjalan keluar mengendap-endap. Udara pagi yang dingin langsung menusuk tubuh telanjangnya. Puting susu Dewi tiba-tiba kembali mengeras saat udara pagi menyentuh tubuh telanjangnya. Dengan terburu-buru Dewi berjalan menuju kamar mandi dan memasuki kamar mandi sederhana itu

*cekrek cekrek cekrek* suara pintu tidak bisa ditutup rapat, ketika didorong daun pintu kembali terbuka kembali

Dewi mencoba menutup pintu kamar mandi namun gagal. Pintu kamar mandi terus terbuka dan tidak mau tertutup. Dewi semakin panik, tidak mungkin dia mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar seperti ini. Dewi terus mencoba menutup dan membanting pintu agak keras tetapi tetap saja pintu tidak mau tertutup sempurna.

"Duh.. kenapa lagi ini Ya Tuhan.. Aman gak ya..", kata Dewi dalam hati lalu Dewi melihat keluar dan suasana masih sepi. Dewi kemudian memberanikan diri melepas celana dalamnya dan telanjang bulat dikamar mandi itu untuk segera mensucikan dirinya

Dewi mulai menyiram tubuhnya dengan air. Dewi sudah tidak peduli pintu kamar mandi yang tidak bisa ditutup itu. Pada akhirnya Dewi memberanikan diri mandi dalam keadaan pintu terbuka lebar dan langsung menghadap keluar. Sebuah perasaan tak karuan yang baru ia rasakan dalam hidupnya. Dalam hatinya entah mengapa, Dewi merasa lebih sexy ketika mandi dengan pintu terbuka seperti saat ini. Apalagi kiri kanannya adalah kamar-kamar kuli bangunan yang sewaktu-waktu bisa saja memergokinya sedang mandi. Dewi semakin merasa tertantang dan adrenalin Dewi semakin meninggi. Membayangkan saat ini dia adalah satu-satunya wanita yang ada di tempat ini. Antara rasa takut, tegang, waspada, sange, bercampur menjadi satu membuat sang ustadzah berfantasy semakin nakal. Sambil menyiram air, Dewi memainkan lubang tempiknya. Dikocoknya itilnya sendiri sambil membayangkan seseorang memergokinya sedang mandi. Membayangkan itu saja tempik Dewi sudah kembali lengket dan licin

"Tidak.. Sudah cukup! cukuplah ana khianati suami ana hanya dengan Pak Sul.. Ya Tuhan kenapa saya jadi seperti ini.. Ooohh enak..", kata Dewi sambil terus memainkan itilnya

Dewi malah duduk mengangkang di bak kamar mandi. Lalu dia mengocok tempiknya sendiri sambil menghadap ke arah luar kamar mandi. Diseberang sana terlihat pintu kamar kost entah punya siapa yang masih tertutup rapat. Dewi menikmati masturbasinya sambil berharap ada seseorang yang memergokinya melakukan perbuatan cabul itu. Tangan Dewi tak lupa untuk meremas dan memainkan pentil susunya yang mengeras. Dewi semakin menggeliat saat tangannya terus memilin pentil susunya semakim intens.

"Oohhh.. Ssshhh", rancau Dewi menikmati masturbasinya

Sepertinya sugesti Pak Sul sudah benar-benar merasuki jiwa dan pikiran Dewi secara perlahan. Pelan tapi pasti, sosok ustadzah Dewi yang terkenal alim dan lurus menjadi seorang wanita yang suka berbuat cabul dan ketagihan berbuat mesum. Bahkan saat ini Dewi tidak ragu masturbasi di kamar mandi Kost-kostan kuli bangunan, Dewi semakin tertantang membayangkan tubuh telanjangnya sedang berada diantara pria2 perkasa itu. Hal itulah yang membuat nafsunya meledak-ledak lagi pagi ini. Membayangkannya saja, lubang kelamin sang ustadzah kembali gatal dan kembali menginginkan sebatang kontol untuk menggaruk kelaminnya

Tubuh Dewi sudah basah dari ujung rambut hingga ujung kaki, dia kemudian melanjutkan mandi sambil colmek menggunakan sabun batangan yang berada di dalam kamar mandi itu. Dewi tidak peduli sabun itu punya siapa dan bekas apa karena lubang ditengahnya. Dewi terus menyabuni seluruh tubuhnya hingga penuh dengan busa. Tempik Dewi sudah licin terkena busa sabun. Dewi terus menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke dalam tempiknya yang sudah berbusa itu

"Ooohh.. Aahhhh..", Dewi terus mendesah. Dia lupa dia seharusnya saat ini buru-buru untuk ibadah shubuh.

Tetapi nafsu birahinya yang sudah tinggi membuatnya menunda-nunda untuk segera beribadah. Tubuhnya lebih keasyikan memperkosa dirinya sendiri, menikmati status barunya sebagai seorang perek sesuai perintah Pak Sul

"Lho kok gak ditutup pintunya mbak?", Seorang pria tiba-tiba sudah berada di depan pintu kamar mandi, terkejut saat melihat Dewi sedang mandi tanpa menutup pintu. Padahal saat itu posisinya sedang mengangkang, mendesah memainkan itilnya yang gatal

"Eeehhh.. kyaa...", Dewi terkejut saat seseorang memergoki dirinya sedang mandi atau bahkan sedang masturbasi

Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Dewi langsung membanting pintu kamar mandi, tetapi sayang pintu itu masih gagal tertutup sempurna. Dewi mencoba menahan pintu itu agar tidak terbuka dengan tubuhnya. Akhirnya Dewi memutuskan buru-buru menyudahi acara mandi paginya. Dewi hanya menyiramkan beberapa kali air dan membilas sabun yang ada pada tubuhnya hingga bersih. Dalam kondisi tubuhnya yang masih basah kuyup, Dewi memutuskan segera memakai satu-satunya kain yang tersisa pada tubuhnya yaitu sebuah celana dalam bertuliskan "sex gratis" dan gambar 2 buah batang kontol

Perlahan Dewi buka pintu kamar mandi, sambil memastikan keadaan di luar sana. Berharap pria tadi sudah tidak ada didepan kamar mandi. Tetapi harapannya tidak tekabul, Pria itu masih menunggunya di depan kamar mandi sambil menyengir saat tau Dewi mengintip dari dalam.

"Buruan mbak saya mau pipis..", kata pria yang usianya hampir sama dengan Pak Sul itu sambil menyengir menyebalkan ke arah Dewi

Dewi akhirnya tidak ada pilihan lain selain keluar dari kamar mandi. Ia tutup tetek besarnya dengan tangannya lalu berjalan mengendap keluar sambil menunduk.

Pria itu terbelalak memandangi tubuh Dewi yang keluar dari dalam kamar mandi hanya memakai celana dalam.

"Itu pintunya biar bisa ditutup diganjel batu yang dipojok sana mbak. Hehehe..", kata bapak itu sambil menunjuk sebongkah batu yang cukup besar dipojok kamar mandi

*Ya ampun.. bodohnya ana.. malah keasyikan mandi dengan pintu terbuka..*, kata Dewi salam hati

Bapak itu memandangi celana dalam Dewi. Sebuah tulisan yang sangat merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Bapak itu lalu menyeringai mesum memandangi wajah serta tubuh atas telanjang Dewi yang masih basah

"Sex Gratis? Beneran nih? Nanti digenjot beneran nangess.. Heheheh", ledek pria itu

Muka Dewi memerah, Dewi sadar pria itu telah membaca tulisan mesum yang ditulis di celana dalamnya. Dewi tidak mempedulikan bapak kuli bangunan itu dan berlari kecil kembali ke kamar Pak Sul, Dewi begitu malu karena pada akhirnya bertambah lagi seorang pria yang bukan mahromnya melihat hampir seluruh auratnya. Padahal sejak duduk di bangku SMP aurat Dewi sudah selalu ia jaga dengan berpakaian syari.

Pria itu memandangi tubuh Dewi yang berlari ke arah kamar Pak Sul. Pria itu terkesima dengan pemandangan lekuk tubuh Dewi walau hanya dari belakang. Pantat Dewi yang bulat mulus bergetar-getar dan berguncang saat Dewi berlari. Bapak kuli itu belum tahu, tubuh yang dipandanginya saat itu adalah tubuh seorang ustadzah yang kesehariannya selalu memakai cadar. Setelah Dewi masuk ke dalam kamar Pak Sul, barulah pria itu masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan hajat buang air kecilnya yang sudah ia coba tahan sejak beberapa menit yang lalu

Di dalam kamar rupanya Pak Sul masih tertidur pulas. Dewi memandangi kontol Pak Sul yang masih berdiri tegak saat pria itu sedang tertidur. Mata Dewi sayu, nafsu birahinya semakin naik. Dibukanya celana dalamnya yang basah karena tadi Dewi memakainya tanpa mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu. Dewi lalu mendekati tubuh telanjang Pak Sul yang masih tidur. Tempik Dewi sudah meneteskan cairan pelumas sejak kejadian dipergoki di kamar mandi barusan.

Perasaan campur aduk yang begitu luar biasa bagi Dewi yang tidak pernah menggunakan pakaian terbuka ketika kemana-mana, sensasi memperlihatkan aurat tanpa sengaja kepada seorang pria yang tidak dikenalnya menjadi pengalaman nakal yang tidak mungkin Dewi lupakan. Aurat yang selama ini ia tutup akhirnya menjadi tontonan pria bukan mahromnya secara gratis. Antara nafsu, malu, mau, takut bercampur menjadi satu. Tanpa disadari, perasaan itu membuat tempik Dewi semakin banjir saja

Dewi lupa dengan kewajiban ibadahnya. Dewi batalkan niatnya untuk ibadah shubuh. Sambil mengocok tempiknya yang banjir dan gatal dengan telunjuknya, Dewi lalu berlutut mendekati kontol Pak Sul. Tanpa jijik dan malu, Dewi jilat kembali kontol kuli bangunan yang penuh otot dan berwarna hitam itu. Dewi ratakan air liurnya melumasi batang kontol Pak Sul yang penuh otot. Garis Lubang kencing Pak Sul pun Dewi jilatin penuh nafsu, sambil sesekali ia masukkan kepala kontol Pak Sul ke dalam rongga mulutnya

"Oh.. Pak.. Bangun Pak.. Ana kepingin lagi.. Ssshhh..", kata Dewi begitu binal sambil terus menciumi kontol Pak Sul

Namun dasar Pak Sul kalau tidur kayak orang mati, Pak Sul tetap tidak bergeming walau saat ini dihadapannya ada seorang bidadari surga sedang telanjang asyik mencium dan menjilati batang kontolnya. Dewi sudah tidak tahan lagi, Kakak kandung Rista itu merangkak menaiki tubuh Pak Sul. Lalu Dewi mengarahkan batang kontol Pak Sul ke lubang kelaminnya sendiri. Karena tempik Dewi sudah basah dan kontol Pak Sul yang keras, Dewi tidak kesulitan membenamkan kelamin Pak Sul ke dalam kelaminnya sendiri.

*bless*

Pelan-pelan Dewi turunkan tubuhnya, sehingga kontol Pak Sul semakin menyeruak masuk ke dalam jepitan kelaminnya yang masih sempit, karena 8 tahun Dewi menikah, kontol suaminya gagal membuat tempik Dewi melonggar. Sehingga jepitan tempik Dewi saat ini masih terasa seperti perawan. Dewi memejamkan mata menahan otot kelaminnya yang sedang menyesuaikan ukuran kontol besar Pak Sul

"Aaahhhh.. Sshhh.. Pak..", desah Dewi sambil menyetubuhi Pak Sul yang masih tidur pulas

Dewi semakin menggila memompa tempiknya di gagang kontol Pak Sul yang keras itu. Bokongnya yang mulus terlihat begitu sexy naik turun memompa kelamin hitam milik Pak Sul. Tubuh Dewi semakin nikmat "mengulek" kelamin Pak Sul. Digoyangkannya tubuhnya dengan nakal diatas tubuh Pak Sul. Getaran tubuh Dewi begitu kuat, desahan sexy Dewi terdengar begitu kencang pagi ini. Seolah Dewi lupa, desahannya bisa saja terdengar oleh 9 pria lain di area kost-kostan khusus kuli bangunan ini.

Pak Sul tiba-tiba mengucek matanya. Bokong Pak Sul pun perlahan ikut naik turun seirama dengan "ulekan" tubuh Dewi yang begitu semangat dan liar. Kesadaran Pak Sul pelan-pelan terkumpul. Akhirnya Pak Sul terbangun sepenuhnya setelah menyadari tubuhnya sedang digoyang oleh Dewi. Terlebih terasa sekali kontolnya yang dijepit rapat oleh tempik Dewi yang hangat.

"Waduh.. Ustadzah pagi-pagi sudah sange yah.. Heheheh..", Kata Pak Sul sambil mulai meremasi tetek besar Dewi yang bergelantungan dihadapannya

"Tempik ana gatal Pak.. Ana butuh kontol. Aahh.. Aahh.. Aahhh.."

"Pagi-pagi bukannya ngaji malah ngajak ngewe.. Dasar Ustadzah Perek.. Jual diri sana Ust.. Biar dapat kontol buat garuk tempikmu yang gatal itu...", kata Pak Sul sekalian mensugesti agar Dewi menjadi perek sejati

"Kok jual diri.. katanya ana gratis Pak.. Aahh.. Aahhh.. Aahhhh Ouuhh Pak Sul kontolmu besar banget sayang..", Kata Ustadzah semakin semangat memompa tempiknya ke kontol Pak Su

"Iya kalau sama saya gratis, kalau sama pria lain tarik biaya lah, duitnya lumayan buat saya. Hehehe.. Tapi terserah ustadzah kalau kamu mau dientot gratisan, itung-itung dapat pahala sedekah berbagi harta terbaik yang dimiliki ustadzah.. Kapan lagi ustadzah sedekah tempik. Heheheh.. Suaminya sibuk cari nafkah, istrinya malah sibuk melonte melayani kuli bangunan.. Hah Hah Hah.. Tempikmu nikmat bener Ust...", Kata Pak Sul semakin memperkuat tusukannya

"Iyaah.. Ana istri murahan ketagihan kontol besar kuli.. Aaahh kamuu ga cemburu sayang aku digenjot temen2mu. Aaahhh.. Aaahhh.. Aahhh..", Dewi semakin terkena sugesti hipnotis Pak Sul

"Semakin perek kamu, semakin aku sayang kamu ustadzahkuu.. Suamimu juga pasti bangga tempik istrinya semakin pengalaman dikontolin kontol-kontol kuli. Oohh.. bangsat tempikmu malah becek jancok disuruh jual diri..Tempik Perek.. Ngentot..", Kata Pak Sul menyadari Dewi orgasme dengan memuncratkan cairannya perlahan

"Aahhhh.. Pak Sul.. Ana semakin ngebayangin yang nggak nggak nih pak.. Ouuuhh.. Ouuuhhh.. Kontol bapak mantab banget..", kata Dewi semakin kesetanan bergoyang di atas tubuh Pak Suk

*jleb jleb jleb jleb*

"Ustadzah Perekkk.. Malah semangat goyangnya disuruh jual diri.. Ustadzah hobby ngentot lu perek.. Hahahah..", ejek Pak Sul saat melihat Dewi semakin bergoyang dengan panas

*Tok Tok Tok* tiba-tiba pintu diketuk

"Sopo?", pekik Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi dari bawah

"Dirman Sul..", kata seorang pria dari luar

"Opo man? Ganggu ae.. Melbuo (masuk aja)", Kata Pak Sul

Dewi tidak percaya Pak Sul mempersilahkan temannya untuk masuk ke kamar saat dirinya sedang bersetubuh dengan seorang wanita. Dewi sempat menghentikan pompaan tempiknya karena terkejut Pak Sul menyuruh temannya masuk. Pak Sul menyadari Dewi begitu ketakutan dan Pak Sul pun berusaha meyakinkan Dewi semua akan baik-baik saja

"Tenang, dia ga tau kalau kamu itu Ustadzah. Bersikaplah seperti Perek yang gak punya malu dan terus goyang.. Heheheh", Kata Pak Sul

Seorang pria yang dipanggil Dirman oleh Pak Sul pun masuk kedalam kamar kost Pak Sul. Rupanya Pak Dirman adalah pria yang memergoki Dewi mandi tanpa menutup pintu tadi. Mata Pak Dirman terbelalak melihat pemandangan indah dihadapannya. Dewi sedang duduk diatas tubuh Pak Sul. Kedua kelamin mereka saling bertemu dan saling bertumbukan. Ditambah lagi tetek indah Dewi yang bulat besar menggantung bebas tanpa penutup menjadikan pemandangan itu menjadi salah satu pemandangan terbaik selama Dirman hidup.

Dewi sudah pasrah saat pria yang tak dikenalnya itu masuk ke dalam kamar sambil menatapnya mesum. Dewi begitu malu sampai tak sanggup memandang wajah teman Pak Sul itu dan goyangan tubuhnya mendadak menjadi penuh keraguan. Dewi benar-benar malu saat ini dan harga dirinya sebagai seorang akhwat terjaga mendadak hancur. Perzinahannya dengan Pak Sul pada akhirnya diketahui oleh temannya sesama kuli.

Bahkan teman kuli Pak Sul melihat adegan panas itu secara live didepan matanya sendiri. Dewi mencoba menutupi tetek besarnya yang bergelantungan karena goyangan tubuhnya yang terus disodok dari bawah oleh Pak Sul. Namun tangan Dewi ditepis oleh Pak Sul dan Pak Sul melarang Dewi menutup tubuhnya sama sekali. Pak Sul memegangi kedua tangan Dewi dan kembali menghujami tempik Dewi dari bawah sehingga tubuh telanjang sang ustadzah terekspose bebas dihadapan Pak Dirman.

"Gendakanmu ganti maneh ta Sul? (Teman kencanmu ganti lagi ya Sul?)", tanya Pak Dirman sambil mengucek celana bagian pangkal pahanya

"Wajarlah wong ganteng iki. Hahaha..", jawab Pak Sul

"Taek.. Nemu nang endi kon perek ayu ngene? (Ketemu dimana lu perek cantik gini?)", kata Dirman sambil duduk memandangi perzinahan Pak Sul dan Dewi

"Sek tak takone (bentar saya tanyakan). Heh, dimana rumahmu sayang? Sshh..", tanya Pak Sul sambil terus menggenjot tempik Dewi

"Errr.. Aahh.. Saya di daerah Ngewe Jaya pak.. Sshhh.."

"Ngewe Jaya kan daerah rumahe Bu Wito yo?", tanya Pak Dirman

"Iyo bener.. Oiyo Cok, kon nggeble (ngentot) ambek Bu Wito gak ngomong2 asuu.. Untung Bu Wito crito", protes Pak Sul

"Lho iyo Cok.. Lha Bu Wito mancing-mancing nggawe daster tapi gak BH an (Pakai daster tapi ga pakai BH). Susune Guede nggarai (bikin) gak konsen kerjo.. Terus Bu Wito teko-teko nyekel (tiba-tiba pegang) kontolku cok. Gak sido nggarap omahe malah sido ne nggarap Bu Wito aku (Gak jadk garap rumahnya malah jadinya nggarap Bu Wito aku)", Kata Pak Dirman sambil membetulkan posisi celana dalamnya karena terangsang melihat tubuh Dewi yang cerah mulus begitu kontras dengan kulit Pak Sul

"Pancen (memang) perek Bu Wito. Senengane kontol gede. Tapi sayange tempik e ndower. Hahaha..", Kata Pak Sul sambil mempercepat sodokannya

"Iyo gak popo pokok'e oleh tempik gratisan istri orang. Hahaha..", jawab Pak Dirman

Seketika Dewi bertanya-tanya apa yang mereka bicarakan. Apakah Bu Wito yang mereka maksud adalah Bu Wito yang dikenalnya. Bu Wito tetangga belakang rumah yang baik dan kalem itu. Ingin sekali Dewi menanyakan hal itu namun ia urungkan. Ia kawatir jika terlalu kepo, Pak Dirman bisa curiga. Dewi mencoba berpura-pura menjadi perek yang sama sekali tidak mengenal Bu Wito agar Pak Dirman tidak curiga. Bisa berabe kalau Dirman sampai tahu kalau Dewi adalah Ustadzah yang cukup dikenal di daerah Ngewe Jaya.

"Aaahhh.. Saya sudah mau keluaarrr tempikmu nikmat dasar lonte murahan...", Tiba-tiba Pak Sul mendesah kuat dan "membanting" tubuh Dewi hingga terlentang agar Pak Sul bisa menunda sejenak klimaksnya.

Pak Sul merubah posisi Dewi menjadi dibawah, lalu Pak Sul langsung menindih tubuh telanjang sexy itu dan kembali batang kontol Pak Sul dibenamkan ke kelamin sang ustadzah membuat akhwat itu langsung terdongak kepalanya. Pak Sul langsung menggenjot tempik Dewi dengan cepat. Dewi semakin kewalahan dengan sodokan bertenaga Pak Sul yang begitu terasa mentok hingga rahimnya. Tubuh Dewi menggeliat penuh kenikmatan, inilah kenikmatan yang ia dambakan. Setelah 8 tahun pernikahannya ia tidak merasakan nikmatnya berhubungan badan. Barulah kali ini, tempik Dewi merasa begitu keenakan dan menagihkan. Tempik sang ustadzah terus mengeluarkan cairan licin yang membuat kontol Pak Sul mudah keluar masuk memompa kelamin Dewi. Ditambah lagi saat ini Dewi sedang berhubungan badan sambil dilihat orang lain. Membuat birahi sang ustadzah yang selama ini ia jaga, menjadi meledak-ledak tak karuan melampaui logika berpikirnya, entah mengapa Dewi merasa semakin bergairah dan merasa sexy dengan aktivitas sex semacam ini

"Ouuuhhh.. Aaahhh.. Pak Sulll.. Terus paakkkk ..", Desah Dewi sambil menggoyangkan tubuhnya erotis ditindih Pak Sul

"Cok, uayune Sul purel mu.. Mari ngene gantian yo (Cuk, cantik bener Sul lontemu. Habis gini gantian ya)", kata Pak Dirman sambil mulai ngocok memandangi kebinalan Dewi

"Enak'e.. Bayar Cok..", jawab Pak Sul

"Halah tulisan sempak'e lho sex gratis. Heheheh", jawab Pak Dirman mulai onani melihat rekan kulinya menggenjot wanita cantik dihadapannya

Pak Sul semakin mempercepat sodokannya ke tempik Dewi hingga tubuh atletis kuli bangunan itu bergetar hebat. Terasa sekali kelamin Pak Sul berkedut-kedutan dan akan memuntahkan lendir peju yang sangat banyak siap untuk membuahi sel telur Dewi.

"Ohhh.. Saya keluaaarrr ....", pekik Pak Sul sambil mendorong kontolnya masuk seluruhnya ke tempik Dewi

*crot crot crot crot crot*

Cairan putih kental dan lengket Pak Sul tumpah di rahim Dewi. Terasa sekali di dalam rahimnya cairan peju Pak Sul menyemprot berkali-kali memberikan rasa hangat bagi dinding dalam rahim Dewi. Dewi terkulai lemas, ada senyum kepuasan yang terlukis pada bibirnya. Senyum kenikmatan bercinta yang akhirnya bisa ia rasakan bersama Pak Sul. Sebuah dosa paling besar selama hidupnya yang pernah Dewi lakukan. Tempik Dewi belepotan oleh cairan beraroma anyir dan berteksture kental lengket itu. Dari dalam lubangnya terus mengeluarkan sisa-sia semburan peju Pak Sul yang meluber keluar karena tidak sanggup ditampung oleh rahim Dewi yang sempit. Jembut Dewi dijadikan Pak Sul sebagai tempat untuk mengelap sisa peju yang menempel di kontolnya. Pak Sul menduduki dada Dewi dan meminta Dewi membersihkan sisa peju yang masih ada pada batang kelaminnya. Dewi dengan patuh menjalankan semua perintah Pak Sul tanpa pernah protes. Kontol hitam itu dijilatinya, membersihkan sisa2 perzinahan yang terjadi diantara mereka berdua hingga beesih tak tersisa. Setelah puas, Pak Sul kemudian duduk diatas kursi sambil menyalakan sebatang rokok.

Pak Sul tersenyum puas, Dewi sang ustadzah alim terkulai lemas dihadapannya dalam keadaan telanjang bulat. Seluruh kain pada tubuhnya sudah terlepas menampakkan seluruh auratnya. Termasuk cadar dan juga kain kerudungnya yang biasanya terpasang rapi di kepala akhwat bercadar itu. Dari tempik sang ustadzah, terlihat mengkilap karena campuran antara lendir tempik, keringat Dewi dan lendir peju Pak Sul yang menempel begitu banyak hingga meluber-luber keluar. Nafas Dewi masih ngos-ngosan. Suasana ruang kost ini memang sangat panas karena tidak ada sirkulasi udaranya. Tubuh Dewi berkeringat deras. Ketiaknya yang mulus samar terlihat mengkilap karena keringatnya sendiri. Kaki Dewi masih mengangkang setelah tempiknya masih terasa nyut-nyutan dihajar kontol besar Pak Sul. Dewi seolah lupa didalam ruangan ini masih ada Pak Dirman yang sedang memandang penuh birahi kepadanya

"Sul, Tak gawe oleh gak? (Sul, saya pakai boleh gak?)", tanya Pak Dirman sambil berkali-kali dia mengucek bagian tengah celananya yang mulai mengeras

"Mbayar aku 3juta", jawab Pak Suk

"Taek a. Gratis cok sesuai tulisan sempak'e perek iki. Hehehe..", kata Pak Dirman

"Kon kok eroh sempake ono tulisan Sex gratis?" (lu kok tau sempaknya ada tulisan sex gratis?)

"Mau pas adus perek iki gak nutup lawang. Ngaceng aku Sul. Hahahah..(Tadi waktu mandi perek ini gak nutup pintu. Ngaceng aku Sul. Hahahah..)", Kata Pak Dirman

"Owalah.. Jancokkk.. pancen Perek Dewi iki.. Adus yo ga nutup lawang.. Njaluk (minta) diperkosa. heheheh..", kata Pak Sul menyeringai memandangi Dewi yang masih terkulai lemas diantara kedua kuli bangunan ini

Pak Dirman terus mengocok memandangi tubuh telanjang Dewi yang terbaring lemah. Perlahan Pak Dirman berjalan mendekati Dewi yang sudah terkulai pasrah

"Heh kon kate lapo?" (Hei lu mau ngapain?), tanya Pak Sul tiba-tiba terkejut melihat Pak Dirman mendekati Dewi yang masih lemas

"Nggeble perek iki Sul" (ngentot perek ini Sul), jawab Pak Dirman sudah tidak tahan menahan kontolnya yanv mulai ngaceng

"Gak Gak, Gak oleh. Perek iki nggonanku, kon ambek Bu Wito ae (Gak gak gak boleh, perek ini milik gue. Lu sama Bu Wito aja)", jawab Pak Sul

"Pelit ga asyikkk..", Jawab Pak Dirman sambil kecewa

"Hahaha ora urus (gak ngurus)", jawab Pak Sul

"Ayolah Sul, aku pingin ngentot perek iki cokkk.. Nafsu aku ndelok mbake.. Uayu asuuu.."

"Mangkane goleko purel cok. Usaha cookk.. Wes wes ndang geble Bu Wito kono. Tempik ndower seneng kontol gede", kata Pak Sul

Pak Dirman ngedumel karena tidak diijinkan Pak Sul menggarap tubuh Dewi. Pak Sul masih belum puas, saat ini dia ingin menikmati Dewi seorang diri. Nanti kalau sudah bosan, mungkin dia baru akan rela berbagi pereknya ke teman-temannya. Setelah Pak Dirman meninggalkan ruangan, Dewi dengan manja merangkak mendekati Pak Sul yang sedang duduk diatas sebuah kursi. Tangan Dewi mengocok kontol Pak Sul kembali. Dewi ragu menanyakan perihal pembicaraan antara Pak Sul dan Pak Dirman tadi.

"Pak.. ", kata Dewi lembut sambil terus mengocok kontol Pak Sul

"Ya? Masih pingin ngentot ya Ust? kok udah kocok kontol saya lagi. Heheheh", kata Pak Sul

"Afwan.. Tadi Pak Sul nyebut2 Bu Wito.. Maksudnya Bu Wito tetangga ana?", tanya Dewi

"Iya betul. Bu Wito istri Pak Wito itu. Heheheh.. Jangan dikocok aja Ust. Sepong juga pake mulutmu.. Ssshhh..", Kata Pak Sul sambil mendesah

Dewi terkejut bak disambar gledek. Bu Wito yang dikenalnya adalah ibu-ibu yang baik, tidak pernah terlihat ada masalah dengan Pak Wito bisa selingkuh dengan Pak Sul. Mendadak ada api cemburu yang membakar hati Dewi. Dia tidak menyangka Pak Sul juga sudah pernah berhubungan intim dengan Bu Wito. Dewi mencoba menahan amarah serta perasaan cemburunya saat ini. Ingin ia protes dan marah ke Pak Sul. Sayangnya selama ini Dewi terlalu berpikiran naif. Dikiranya Pak Sul hanya terbuai dengan dirinya. Kecewa, Dewi benar-benar hendak protes dan marah saat ini, tetapi ia urungkan. Dewi sadar akan posisinya. Dia tak lebih baik daripada Bu Wito. Dia dengan sukarela ketagihan kontol kuli bangunan itu hingga membuatnya melakukan dosa ternikmat didunia. Dosa berzina dengan pria bukan mahromnya.

Ia takut Pak Sul akan meninggalkannya setelah semua yang telah terjadi. Lalu Dewi mencoba merajuk manja mendekatkan kepalanya kembali ke kepala kontol Pak Sul yang berwarna merah. Dewi ingin terlihat manis saat ini agar Pak Sul tidak memikirkan wanita selain dirinya. Tidak hanya itu, kemudian Dewi mulai menjilati kontol Pak Sul dengan patuh sambil terus berusaha mengorek fakta lebih dalam. Lidah Dewi bergerak lincah menyapu tiap bagian alat kelamin kuli bangunan yang warnanya hitam itu. Pak Sul membelai rambut panjang sang Ustadzah yang sudah tergerai basah terkena keringat. Sambil menjilati kontol Pak Sul, tangan Dewi juga memainkan itilnya yang semakin gatal. Sehingga saat ini Dewi terlihat sedang asyik masturbasi sambil menjilati kontol Pak Sul.

"Kenapa kamu nanya itu ustadzah sayang? Aaahh.. Perek suka kontol lu anjingg.. Jilat yang bener.. Aaahhh.."

"Err.. Katanya Pak Sul cinta sama ana.. Kok...", Dewi mencoba mengatur kata-katanya. Takut menyinggung Pak Sul

Ucapan Dewi begitu lirih dan lembut. Dewi takut jika Pak Sul akan marah jika dia terlalu menginterograsinya

"Cemburu?"

"...", Dewi tidak mampu menjawab. Rasanya tidak mungkin dia terang-terangan menyatakan rasa cemburunya kepada Pak Sul

"Hehehe.. Bu Wito itu sama seperti kamu. Tidak puas dengan kontol suaminya.. Lalu ketagihan kontol saya.. Heheheh.. Kamu ga usah cemburu, ingat statusmu itu hanyalah pacar perek buat saya. Tugas kalian berdua itu sama, sediakan tempik kalian buat dipejuhin. Daripada tempik kalian gak guna, karena kontol suami kalian tidak mampu muasin tempik lonte2 berkerudung macam kalian.. Ssshh Enak bener ust seponganmu.. Ssshh..", kata Pak Sul sambil mendesis menikmati permainan lidah Dewi

Dewi mengangguk lemah sambil menahan rasa marah. Pak Sul jelas-jelas merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita. Tetapi Dewi tidak bisa berbuat apa-apa. Sugesti Pak Sul kepada sang ustadzah agar menjadi seorang perek tetap wajib ia laksanakan. Memang benar apa yang dikatakan Pak Sul. Tugasnya hanya menyediakan tempiknya yang gatal buat dipejuhin. Dewi juga akhirnya sadar tidak bisa menguasai Pak Sul seutuhnya. Dewi harus rela berbagi kontol dengan Bu Wito, tetangganya sendiri yang selalu baik kepadanya. Rupanya Bu Wito sama dengan dirinya. Tempik istri Pak Wito itu juga gatal butuh peju Pak Sul. Dewi tidak bisa egois saat ini.

"Kamu jangan cemburu dengan Bu Wito Ust. Wajar jika seorang istri tidak puas dengan kontol suaminya, dia akan mencari kenikmatan yang lain. Lihat dirimu, Sudah bersuami tapi mau jadi pacar dan perek saya secara sukarela. Suami kerja, istri malah enak berzina sama kuli. Heheheh.."

Rasa cinta Pak Sul itu bukanlah rasa ingin memiliki seutuhnya, tetapi malah sebaliknya. Pak Sul hanya menjadikan Dewi sebagai pemuas nafsunya dan menjadikan Dewi boneka sex yang wajib taat kepada seluruh perintahnya, Tidak lebih. Dewi sadar akan hal itu, tetapi bukannya ingin lepas dari Pak Sul. Dewi malah tertantang untuk menjadi Perek kesayangan Pak Sul.

"Pak Sul lebih milih ana atau Bu Wito? sluruppp sluruppp", tanya Dewi semakin penasaran. Jelas sekali Dewi terlihat tidak mau menjadi nomor dua saat ini. Tubuh telanjang Dewi masih berlutut dihadapan Pak Sul. Bibir Dewi pun masih sibuk menjilati kontol kuli bangunan itu

"Kamu sama dia sama aja.. Bedanya dia sudah kepala 4 sedangkan kamu kepala 2. Anggap saja kamu istri muda saya.. Heheheh.."

"Pak Sul lebih suka ana atau Bu Wito?", tanya Dewi sekali lagi ingin memastikan

"Jujur saja, Bu Wito itu lebih pintar daripada kamu. Saya sudah menjalin hubungan dengan Bu Wito hampir setahun. Kamu masih amatiran. Kamu masih kurang binal Ustadzah.. Memeknya Bu Wito saja sudah pengalaman dikontoli 4 batang. Suaminya, Saya, Pak Dirman, dan tukang sayur saya lupa namanya.. Kalau saya suruh telanjang diluar dan melayani seluruh kuli yang ada disini dia pasti senang hati melakukannya. Karena Bu Wito sudah berjanji kepada saya, akan menjadi perek saya yang paling taat. Bu Wito bahkan saat ini sudah tidak minat sama kontol suaminya. Kamu kalau mau jadi perek kebanggaan saya harus lebih berani daripada Bu Wito. Heheheh"

Dewi terkejut mendengar cerita Pak Sul. Tak disangkanya Bu Wito yang kalem bisa senakal itu. Dia saja masih malu luar biasa saat tubuhnya dipandangi 1 orang pria yang bukan mahromnya. Sedangkan Bu Wito berani mengobral seluruh aset tubuhnya ke semua pria demi taat kepada Pak Sul. Dewi semakin cemburu, rupanya Pak Sul menganggap Bu Wito lebih hebat dibandingkan dirinya. Dewi sakit hati, dia menyesal telah membandingkan dirinya dengan Bu Wito. Semua yang terjadi rupanya masih belum cukup untuk meyakinkan Pak Sul. Pak Sul masih menganggap Dewi amatiran. Agar bisa menjadi wanita yang diharapkan Pak Sul, Dewi perlahan-lahan harus segera membuang rasa malunya. Dalam hati Dewi berjanji akan menjadi wanita seperti yang diinginkan Pak Sul.

"Yasudah ga usah bahas Bu Wito lagi. Kamu unggul 4 hal Ust. Kamu lebih cantik, lebih muda, bodymu sexy lalu yang terpenting Tempikmu lebih rapet. hehehe..", ujar Pak Sul

Pipi Dewi bersemu merah mendengar pujian Pak Sul. Kuli bangunan itu rupanya mengagumi kecantikan serta keindahan tumbuhnya. Ditambah lagi, Pak Sul juga menyukai jepitan kelamin Dewi sehingga sang ustadzah senang bukan kepalang setelah tau kelaminnya bisa memuaskan kontol Pak Sul.

Oiya, Sudah beberapa hari saya tidak mandi Ust.. Boleh bantu jilatin peler saya juga?", Kata Pak Sul tiba-tiba

"Hah?.. Peler?", Dewi kebingungan

"Peler Ust.. Endog saya.. Ini lho", kata Pak Sul sambil menunjukkan bagian kontolnya yang letaknya dibawah dengan bentuk bulat berkerut.

"Kotor Pak.. Ana tidak berani..", kata Dewi masih ragu

"Nah kan.. Kamu masih suka membangkang perintah saya, kalau Bu Wito, dia akan senang hati diberikan kesempatan bersihkan peler saya. Kalau ustadzah memang penyuka kontol, ustadzah harus berani menjilati seluruh bagian kontol lakik. Termasuk pelernya..", kata Pak Sul mulai memanas-manasi dan mensugesti Dewi kembali

"Tapi pak..", kata Dewi masih takut dan ragu

"Kamu mau apa nggak?? Ingat kewajibanmu itu juga menyervis kontol saya termasuk bersihin semua bagian kontol saya pakai lidahmu", Kata Pak Sul mencoba mensugesti Dewi kembali

"I.. Iya mau pak.. Saya bersihkan peler Pak Sul..", jawab Dewi patuh seketika

Awalnya Dewi takut menjilati benda menjijikkan itu. Tetapi karena bujuk rayu Pak Sul, pada akhirnya Dewi mau menjilati buah zakar Pak Sul. Walau awalnya hanya satu sentuhan kecil melalui ujung lidahnya, lama-lama Dewi berani menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati peler Pak Sul secara menyeluruh. Bola-bola hitam keriput milik kontol Pak Sul perlahan mulai dijilat tanpa rasa jijik oleh Dewi. Dewi kemudian juga diminta menciumi bola-bola hitam Pak Sul itu

"Cium peler saya ustadzah.. Bukti kamu saat ini wajib berbakti pada kontol-kontol pria. Ustadzah saat ini tidak lain adalah Ustadzah perek yang hobbynya ngemut kontol dan jilatin peler. Ustadzah butuh kontol. Kontol adalah kebutuhan pokok ustadzah yang wajib dipenuhi. Ustadzah haram sepong kontol suami, lupakan kontol suami. Sebagai gantinya, Ustadzah halal dan wajib sepong kontol Pria lain. hahahah..", Kata Pak Sul mensugesti Dewi agar semakin binal

Dewi terus menciumi bulatan hitam itu terus menerus sambil mendengar semua sugesti Pak Sul yang menjijikkan

"Jilat terus Ustadzah.. Jilat peler saya sampai bersih. Heheheh.. Ssshhh.."

"I.. Iya pak..."

Jilatan serta ciuman Dewi mulai turun semakin ke bawah. Dewi terus menciumi dan menjilati bagian perbatasan antara peler Pak Sul dan lubang tainya.

"Yaa gitu.. bagus ustadzahhh.. Kamu semakin pintarr... Ssshh.. Sampe bersih Ust...", Kata Pak Sul sambil mengangkat tubuhnya agar Dewi semakin leluasa menjilati area bawah kelaminnya.

"Mulai saat ini Ustadzah tidak bisa hidup tanpa kontol.. Tugas mulutmu juga nambah sekarang, Sepong kontol, bersihkan peler, sama dipejuin. Ngerti?"

"Ngerti Pak..", jawab Dewi sambil terus mengulum kontol Pak Sul

"Bagus.. Sekalian jilat lubang pantat saya Ust.. Bibirmu yang suci itu pasti bisa bersihin lubang pantat saya", Kata Pak Sul sambil membokongi Dewi dan membuka lubang pantatnya dihadapan sang Ustadzah

"Ana jijik Pak.. Jangan disitu .", Dewi menolak permintaan aneh Pak Sul itu

"Ustadzah, tugasmu itu melayani dan patuh sama saya. Sudah jangan mbangkang kamu.. Ayo jilat lubang pantat saya sampai bersih. Tenang saja, awalnya memang jijik tapi kalau sudah terbiasa, Nilaimu sebagai seorang perek akan bertambah. Ayo ini jilat lubang taek saya", Kata Pak Sul sambil menggoyangkan garis pantatnya beberapa sentimeter saja dihadapan Dewi

"I..Iya Pak.. Afwan..", jawab Dewi sambil perlahan menjulurkan lidah dan kedua tangannya membuka belahan pantat Pak Sul

Awalnya Dewi ragu menyentuhkan lidahnya ke lubang pantat Pak Sul yang berwarna hitam pekat itu. Ditowelnya sedikit lubang itu dengan lidahnya. Sempat terasa rasa aneh dan bau tidak enak yang Dewi rasakan. Namun Dewi mencoba bertahan dan menahan nafasnya, ia mulai melanjutkan menjilati lubang anus Pak Sul lebih enjoy lagi. Lidah Dewi menyapu lubang kecil itu. Dewi tersedak, rasa dan aromanya masih belum bisa ia terima dengan baik. Garis Pantat Pak Sul bergerak menggesek-gesek wajah cantik Dewi. Dewi julurkan lidahnya sekali lagi. Memberanikan diri menjilati lubang pembuangan Pak Sul. Dewi jilati lubang pembuangan itu sambil menahan nafas karena lubanh tai Pak Sul begitu kotor, lidahnya bergerak amat cepat menyapu lubang pantat Pak Sul. Pak Sul sampai kegelian saat lidah Ustadzah Dewi mulai terbiasa bermain di lubang anusnya. Walau masih terkesan terburu-buru dan tidak bisa menikmati, Pak Sul mencoba memahami jam terbang Dewi yang masih minim menjadi seorang perek. Dewi mulai semakin berani menjilat lubang pantat Pak Sul semakin dalam. Lidahnya ia dorong semakin masuk menyapu bagian dalam anus Pak Sul

"Iyya.. Gitu Ustadzah.. Terus jilat sampai bersih.. Lidahmu terus dorong masuk ke lubang tai saya.. Aaahh Bagus.. Jilatin terus anjing... Ustadzah anjingggg... Perekkk.. Oohh.."

Lalu sekali lagi Pak Sul tidak mampu menahan birahinya akibat tingkah Dewi yang begitu patuh membersihkan lubang pembuangannya. Tubuh Dewi dibuatnya menungging, lalu batang kontolnya yang sudah kembali tegang mulai mengoyak kelamin sang ustadzah. Dihajarnya lubang tempik Dewi dengan kasar sambil bongkahan pantatnya ditampar-tampar oleh Pak Sul

"Tempik perek nikmat bener tempikmu sayang.. Ahh.. aaahhh.. Ahhh... Goyang bokongmu anjing!!! Nungging yang bener Ustadzah Sediakan tempik ustadzah buat saya kontolin!! Ayo anjing.. plak plak plak", perintah Pak Sul semakin kesetanan merendahkan Dewi dan menampar-nampar bokong mulus Dewi

"Aaahhh.. Aahhhh.. Ooouuuhh Iyaaahhh pak..", rancau Dewi

Dewi bukannya marah, malah Dewi lebih semangat melayani Pak Sul. Sebutan anjing baginya seolah pujian bagi Dewi. Bongkahan pantatnya bergoyang begitu sexy dengan kondisi tempik dibombardir kontol sang kuli. Pantat Dewi sudah membekas merah karena terus-terusan ditampar Pak Sul dengan kasar

Pak Sul terus menyodok tempik Dewi dari belakang dengan kasar kurang lebih 10 menitan. Dewi kelojotan membiarkan kelaminnya dihajar dengan begitu perkasa oleh kuli bangunan bernama Pak Sul itu. Sodokan yang mantab membuat rasa gatal pada tempiknya tergaruk dengan sempurna oleh texture berotot kontol Pak Sul

"Saya pejuin lagi tempikmu ustadzah perekkk... Jalang lu Dewii!! Aaarrgggghhh.."

*jrot jrrot jrot jrot* peju Pak Sul menembak rahim Dewi sangat kental dan banyak tanpa ragu. Sekali lagi rahim Dewi menjadi tempat pembuangan peju untuk kesekian kalinya selama tinggal di kost kuli bangunan itu. Tubuh Dewi bergetar terus menerus setelah mencapai orgasmenya pagi ini. Walau Pak Sul sudah mencabut batang kontol dari tempiknya, Tubuh Dewi masih kejang-kejang. Dari lubang tempiknya keluarlah sisa peju Pak Sul yang tidak bisa ditampung seutuhnya oleh kelamin Dewi

***

Jam Sudah menujukkan pukul 11.00, tak terasa kedua pasangan zina ini sudah berhubungan intim kurang lebih 5 jam lebih. Dan Pak Sul selalu menyemburkan pejunya ke rahim Dewi tanpa ampun sejak pagi tadi. Dewi dan Pak Sul terus berhubungan bak suami istri yang sedang kasmaran. Tidak ada keraguan dan penyesalan diantara kedua manusia yang sedang dimabuk birahi ini. Toh Dewi juga sudah mengikhlaskan kelaminnya memang dipergunakan Pak Sul kekasih selingkuhannya itu sepuasnya

"Saya lapar mau cari makan dulu..", kata Pak Sul

"Bapak sudah sehat? biar ana saja yang belikan makanan", Jawab Dewi

"Gak usah, ustadzah disini saja. Saya cuma sebentar. Ada warung nasi di dekat pasar sini", kata Pak Sul

"Afwan ana jadi merepotkan Pak Sul.."

Pak Sul kemudian pergi membeli makanan, meninggalkan Dewi yang dibiarkan telanjang di dalam kamar kostnya. Sepeninggal Pak Sul, Dewi mencoba mengambil tisu dari dalam tasnya untuk membersihkan sisa-sisa persetubuhan panas dengan kuli bangunan bernama Pak Sul itu.

Dewi melihat ke arah kelaminnya sendiri. Kelaminnya yang sudah lecek setelah digempur berkali-kali oleh kontol kuli bangunan itu. Aroma peju Pak Sul yang kuat masih tercium jelas dari lubang tempik Dewi. Sisa peju yang sudah mengering masih terasa menempel sehingga membuat permukaan kulit tempik Dewi terasa kaku dan kering. Dengan tisu basah ditangannya. Dewi mulai membersihkan jembut serta seluruh tempiknya hingga bersih dari noda peju Pak Sul

Setelah membersihkan area kelaminnya. Dewi basuh pula seluruh keringat di tubuhnya dengan tisu basah yang ia bawa. Ia putuskan hanya menyeka tubuhnya dengan beberapa lembar tisu basah karena ia takut keluar kamar saat ini walau hanya untuk sekedar mandi. Dewi masih belum siap jika nanti malah mengulangi kejadian seperti tadi pagi saat dirinya sedang mandi dan melihat tubuh telanjangnya dengan leluasa.

Setelah dirasa cukup bersih dan bau keringat lumayan berkurang. Dewi bingung harus melakukan apa diruangan pengap ini. Beberapa menit saja menunggu, tubuh Dewi sudah kembali berkeringat karena memang panasnya suhu ruangan tempat tinggal Pak Sul. Kembali alat kelamin Dewi berkeringat sehingga membuat lubang senggamanya itu kembali gatal karena mulai berair.

"Ya Tuhaannn.. punya ana gatal lagi..", Kata Dewi sambil menggaruk tempiknya sendiri

"Ssshh.. Ana butuh kontolll...", kata Dewi sambil mulai masturbasi

Tangan Dewi dengan cepat mengocok itilnya sendiri membuat tubuh sang ustadzah kembali menggelinjang hebat. Kelakuannya saat ini benar-benar seperti perek dan wanita murahan. Yang ada dipikiran Dewi saat ini hanyalah kontol dan kontol. Dalam waktu 2 hari dengan dibimbing oleh Pak Sul, sang ustadzah bercadar yang alim menjadi seorang perek yang hanya memikirkan kontol untuk memuaskan kelaminnya yang selalu gatal.

"Ooohhh.. Ana butuh kontolll... Aaahhh.. Ana keluarrrr", rancau Dewi sambil tubuh bagian bagian bawahnya tersentak hebat.

*sret sret sret sret*, Tempik Dewi menyemburkan cairan squirt untuk pertama kalinya

Dewi sudah tidak bisa lagi menahan perasaan "ingin kencing" yang sebelumnya coba selalu ia tahan. Dewi biarkan cairan bening dari kelaminnya itu menembak tanpa malu-malu lagi. Semburan yang sangat banyak hingga membuat tikar Pak Sul basah akibat cairannya yang barusan keluar itu. Nafas Dewi tersengal hebat setelah squirt pertamanya yang berhasil ia capai. Ada kepuasan yang ia rasakan setelah mengalami klimaksnya, walau saat ini kelaminnya masih kedutan dan semakin gatal. Dewi kembali mencoba meraba tempiknya kembali, memainkan lubangnya dengan jemari lentiknya. Terasa sekali tempik Dewi sudah begitu becek dan basah. Bahkan di tangannya pun menempel sebuah lendir lengket yang berasal dari dalam kelaminnya

Dewi jilat lendirnya sendiri yang menempel pada tangannya hingga bersih, dan tangan Dewi kembali dicolokkan memainkan alat kelaminnya dengan cepat. Sambil membayangkan kontol Pak Sul menghajar tempiknya kembali setelah ini. Dewi benar-benar terangsang, martabatnya sebagai seorang muslimah yang terjaga perlahan ia lupakan. Ia mulai menikmati profesi barunya. Menjadi perek Pak Sul. Membayangkan dirinya dijadikan Perek oleh kuli bangunan itu membuat tempiknya kembali kedutan dan mencapai squirt keduanya

"Oooohhh.. Ana jadi perekkk.. Ana ikhlas jadi perekk.. Aaahhh.. tempik ana butuh kontolll Aaahhhh.. Afwan Abiii.. Ana ketagihan kontooll.. Aaahhh.. Anaaa keluarrr..."

*sreettt sreettt sreeettt sreeettt*

Kembali lubang kelamin Dewi yang sudah tidak alim lagi itu menyemburkan cairan squirtnya sangat deras. Tangan Dewi sampai banjir oleh cairan squirtnya. Tubuh Dewi terbaring lemas, buah dadanya yang besar naik turun seirama dengan tiap tarikan nafasnya. Sedangkan lubang kelaminnya sudah lungset, saking beceknya alat kelamin sang ustadzah.

15 menit berlalu, Pak Sul sudah kembali membawakan makanan dan sebungkus kresek lainnya. Pak Sul sempat terkejut melihat tubuh telanjang Dewi yang sudah mengkilap karena berkeringat deras. Kontol Pak Sul kembali mengeras saat itu, tetapi coba ia tahan. Ia butuh makan agar energinya tidak habis dan siap menggenjot kelamin Dewi kembali.

"Makan dulu Ust.. Kamu pasti laper dari kemarin malam belum makan. Oh iya ini saya bawakan pakaian buat kamu selama disini"

"Syukron Pak.. Afwan sudah merepotkan Pak Sul. Pak Sul kan masih sakit kok sudah keluar-keluar..", kata Dewi sambil menerima sebungkus kresek pakaian itu

"Setelah ngentot tempikmu, tubuh saya jadi lebih enakan. Sepertinya tempikmu bisa jadi obat penghilang rasa sakit Ust.. Hehehe..", jawab Pak Sul

"Ah Pak Sul bisa aja.. Astghfrlh ini baju apa pak?"

"Ya baju Ust.. Hehehe.. Saya belikan yang ukuran S yang paling murah soalnya 15ribuan. Hehehe..", kata Pak Sul cengengesan

Dewi bingung melihat pakaian pemberian Pak Sul. Sebuah tanktop mini dengan bahan yang sangat tipis berwarna putih, lalu Pak Sul juga membelikan sebuah celana pendek pinggang karet berwarna hitam yang potongannya mini pula sehingga jika dipakai akan menampakkan bentuk kaki Dewi seutuhnya

"Tapi Pak Sul kan tahu saya tidak pernah berpakaian seperti ini..", protes Dewi

"Ya saya kan ngga punya uang Ust buat beli baju-baju gamis yang biasa ustadzah pakai. Itu aja saya cari yang termurah sesuai isi dompet saya. Kalau ga suka yasudah ga usah dipakai ust..", Jawab Pak Sul Ngambek

"Bukan begitu Pak.. Saya cuma belum siap pakai baju seperti ini..", kata Dewi merasa tidak enak

"Ustadzah Dewi tenang saja, disini tidak ada yang tahu kamu seorang ustadzah.. Disini kamu itu perek ust. Jadi berpakaianlah seperti perek. Mau pakai gak?", kata Pak Sul

"I.. Iya coba saya pakai deh Pak.. Mubadzir sudah dibelikan juga", jawab Dewi

"Bagus gitu dong.. Kamu itu perek Dewi.. Berpakaian sexy tentu tidak masalah buatmu..", kata Pak Sul

Dewi lalu memungut celana dalam dengan tulisan sex gratis miliknya satu-satunya di ruangan ini. Lalu Dewi mulai memakai celana pendek yang mengexpose mulusnya kedua kakinya

"BH ana mana pak?", tanya Dewi setelah menyadari BHnya belum diserahkan kembali ke dirinya

"Tidak perlu pakai BH.. Heheheh..", kata Pak Sul mesum

"Tapi Pak..."

"Tidak ada tapi-tapi.. Ingat kamu harus patuh dengan perintah saya Ust.. Tetekmu yang besar itu nilai jualmu Ustadzah.. Gak perlu ditutup tetekmu", Kata Pak Sul tersenyum sange

Dewi hanya geleng-geleng kepala menuruti permintaan mesum "kekasih selingkuhan"nya itu. Dewi tidak punya pilihan lain selain mengenakan tanktop berwarna putih itu menutup tubuhnya tanpa mengenakan BH. Ukurannya tentu saja kekecilan karena Dewi biasa mengenakan gamis berukuran L agar tubuhnya tidak tercetak di pakaian yang biasa ia kenakan.

Dewi tidak percaya diri dengan pakaian yang dikenakannya. Toketnya terlihat besar sampai tanktop yang ia pakai penuh sesak tidak mampu menampung bulatan toket Dewi. Belahan dadanya terlihat penuh dan sexy dibalik potongan rendah area dada pada pakaiannya. Belum lagi karena tipisnya bahan tanktop yang Dewi kenakan, kedua pentil susunya yang berwarna cokelat muda itu menerawang dan tercetak di kain berwarna putih itu. Sedangkan kedua kaki mulusnya yang biasa selalu ia tutup dengan gamis, kini dibiarkan terbuka dan hanya ditutup sebuah celana pendek kolor tipis berwarna hitam. Pakaian Dewi sungguh sexy menampakkan lekuk tubuhnya. Ditambah lagi paras wajah Dewi yang cantik dengan tatapan matanya yang tajam sayu membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan tergoda.

Dewi berdiri tertunduk malu mengenakan pakaian sexy itu dihadapan Pak Sul. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup area dadanya yang sesak seperti mau tumpah keluar dari tanktop mini itu. Aneh memang jika Dewi malu-malu saat ini, karena sebelumnya Pak Sul sudah melihat, menjamah serta menikmati keindahan tubuh telanjang Dewi. Pak Sul sampai geregetan melihat tingkah polos Dewi

"Ngapain Ust ditutupin tetekmu?"

"Ana..Malu Pak.. Pakaian ana begitu sexy mengundang syahwat.."

"Begok.. Seharian kamu sudah telanjang dan saya nikmati tubuhmu, kok malah sekarang dikasih pakaian malah malu dan ditutupin. Aneh kamu..", kata Pak Sul

Dewi bingung menjawab apa. Dia benar-benar tidak tau harus bersikap bagaimana saat ini. Ia benar-benar merasa tidak nyaman mengenakan pakaian sexy ini. Karena seumur hidupnya, terakhir ia memakai pakaian tanpa lengan di luar rumah adalah ketika Dewi masih TK.

"Udah kamu mulai sekarang harus terbiasa jadi perek saya. Saya lapar mau makan dulu"

Pak Sul cuek saja membiarkan Dewi yang terlihat masih kikuk dengan penampilan barunya. Pak Sul kemudian mengambil sebungkus nasi campur yang tadi ia beli di pasar. Sebuah nasi bungkus yang amat sederhana, isinya tidak seberapa dengan porsi nasi dan bihun yang sedikit dengan potongan lauk yang kecil ditambah sedikit sambal. Pak Sul memakan nasi bungkus itu dengan lahap.

"Makan dulu keburu gak enak", kata Pak Sul sambil meletakkan nasi bungkus jatah Dewi yang belum disentuh sama sekali

"Iya Pak..", jawab Dewi mencoba mengabaikan rasa tidak nyamannya

Dewi kemudian turun melahap habis nasi bungkus pemberian Pak Sul. Hanya beberapa suap saja sebungkus nasi itu sudah habis karena memang porsinya yang sedikit dan murah.

"Maaf saya cuma belikan nasi murahan itu Ust.. Saya lagi seret setelah beberapa hari ngga ada pemasukan karena sakit", kata Pak Sul

"Iya gapapa kok Pak.. Ini saja sudah haru kita syukuri Pak Sul..", jawab Dewi

Dewi mencoba mengerti dengan kondisi perekonomian Pak Sul yang jauh dari kata cukup. Dalam hatinya, Dewi prihatin dengan keadaan Pak Sul yang hidup serba kekurangan. Sebagai seorang ustadzah yang selalu memikirkan permasalahan ummat, ada rasa iba yang sangat besar melihat keadaan Pak Sul yang tinggal di kost-kostan tak layak huni ini. Dalam hatinya ingin sekali Dewi membantu Pak Sul. Namun apalah daya, mencukup kebutuhan rumah tangganya sendiri saja Dewi dan Eko kesusahan.

Setelah puas beristirahat, Pak Sul kembali mendekati tubuh Dewi yang kini berpakaian sexy. Memandangi tubuh indah dengan balutan sexy seperti itu terus-terusan tentu saja sebagai lelaki normal, Pak Sul mulai tergoda. Ditambah lagi pemandangan tetek Dewi yang begitu sesak dibalik tanktop yang Dewi kenakan saat ini membuat Pak Sul ingin menetek di pentil susu Dewi

Pak Sul lalu menarik tali tanktop Dewi hingga salah satu toket bulatnya meloncat keluar. Sebuah pentil susu yang nampak lezat dan membuat birahi Pak Sul kembali memuncak melihat keindahan tubuh Dewi. Lidah Pak Sul langsung melumat habis pentil Susu Dewi, Dewi hanya diam membiarkan bibir kasar Pak Sul melumat habis pentil susunga yang sudah mengacung. Sesekali kepala Dewi terdongak menaham kenikmatam saat pentil susunya di sedot kuat-kuat

"Aahhhh.. toketmu indah sekali ustadzah..Bayangkan ratusan pria memandangi toketmu yang indah ini. Bayangkan ratusan pria itu mengantri untuk menetek ke pentil susumu Ust.. Betapa beruntungnya kamu diberikan kesempatan bersedekah tetek indahmu seperti itu.. Slurup slurup slurup.. Sshh.."

"Aaahhh.. Pak... Teruss.. Netek ke pentil ana.. Ouuhhh.. Enak..", rancau Dewi

"Pentil susumu ngaceng Ustadzah.. Oouuhh.. Anjing.. Nikmat bener pentilmu.. Sshhh..", Kata Pak Sul sambil memelorot toket satunya lagi sehingga kali ini tanktop Dewi tidak menutup kedua gunung kembarnya. Mata Dewi terpejam pasrah membiarkan bibir kasar Pak Sul mengemut kedua pentilnya secara bergantian

Setelah puas ngemut pentil susu sang Ustadzah, Pak Sul menunggingkan tubuh Dewi kembali. Celana hotpant hitam beserta sempaknya Dewi langsung dipelorot sampai lutut sehingga tempik dan bulatan pantat Dewi terbuka seutuhnya. Pak Sul memainkan lidahnya di area tempik Dewi dari belakang. Mata Dewi terbelalak kegelian saat area kelaminnya di jilati oleh Pak Sul. Tangan Pak Sul terus membelah tempik Dewi semakin lebar. Hingga lidah Pak Sul lebih bebas menjelajah area dalam kelamin Dewi

"Ya Ampun.. enak banget pak.. Tempik Anaa.. Aahhh.. Terus jilatin Pak.. Nikmat.. Ouuhhh..", desah Dewi begitu lantang karena kelaminnya terus-terusan dijelajahi oleh lidah Pak Sul

"Becek bener tempikmu Ustadzah.. Perek beneran kamu Ustadzah.. Saya genjot tempik kamu lagi Ust..", kata Pak Sul sambil membenamkan batang kontolnya yang sudah mengeras

*Blessss*

"Iyaaaahh.. Enak kontol bapak... Aaahhh.. Aaahhh.. Sodokannya mantab sekali.."

"Enak mana sama kontol suamimu? Hahahha ..", goda Pak Sul lagi

"Enak kontol Pak Sull.. Aaahhh.. Aahhh.. Teruss sayangg.."

*jleb jleb jleb jleb*

"Iya kontol letoy suamimu sudah haram berada di tempikmu yang nakal ini. Tempik becek doyan digenjot kuli.. Oohhh..*

"Iyaaahh Pak.. Ana sudah tidak butuh kontol suami anaaa.. Aaahhh.."

"Bersumpahlah Ustadzah.. Oohhh.."

"Ana bersumpah kontol suami ana sudah haram pakai tempik ana.."

*jleb jleb jleb jleb*

"Lalu..", goda Pak Sul

"Tempik ana halal digenjot para kuli seperti Pak Sul. Aaahhh.. Ana keluarrrr Pakkkkk..."

"Perekkkk.. digenjot kontol bukan mahrom malah muncrat.. Udah melonte aja lu perekkk.. Muncrat2 tempik lu..", Kata Pak Sul semakin semangat menggenjot lubang kelamin Dewi.

*sret sret sret sret*

Dari lubang kencing Dewi, kembali keluar cairan bening yang menyembur keluar beberapa kali saat kontol Pak Sul terus membombardir lubang utamanya. Tubuh Dewi sampai tersentak sentak beberapa kali saat squirtnya kali ini. Saat ini kelamin Dewi sedang sensitif-sensitifnya setelah mencapai orgasmenya. Tiap sodokan Pak Sul yang kuat begitu menyiksa birahinya. Dewi mencoba menahan tubuh Pak Sul agar istirahat sejenak membiarkan tubuh Dewi istirahat setelah orgasme. Namun sayangnya Pak Sul tidak tahu hal itu, Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi tanpa Ampun. Sehingga tempik Dewi saat ini begitu tersiksa

"Aaahhhh.. Aaahh... Pak.. Sudaaahh.. Keluarrrr lagiiii.. Aaauhhh..", pekik Dewi tak kuasa menahan tempiknya yang terus terkencing-kencing

*sret sret sret sretttt* Dewi orgasme kesekian kalinya hari ini

Cairan bening hangat Dewi muncrat kembali mengenai kontol Pak Sul. Kaki kananDewi diangkat oleh Pak Sul, lalu Pak Sul kembali menghajar kembali alat kelamin Dewi tanpa ampun dalam posisi satu kaki Dewi terangkat ke atas

"Aaahh.. Aahh.. Aahhhh..", desah Dewi menikmati tiap sodokan Pak Sul

"Becek tempikmu Ust... Sialan nikmat bener kelamin lu anjinggg.. Aaahhh..", kata Pak Sul terus menggenjot tubuh Dewi dari belakang dengan posisi satu kaki terangkat

"Kontol bapak juga enak.. besar sekali.. ana sukaaa.. Abiii.. Afwan ummi ketagihan kontol besaaarrr.. Oouuhhh..", rancau Dewi begitu binal

"Asuuu.. Istri Lonteee suka kontol kuliii.. Saya mau keluar Ust.. Aaarrggghhhhh..."

*crot crot crot crot crot*

Kembali Pak Sul menumpahkan seluruh lendir pejunya tanpa ragu-ragu ke ustadzah istri orang ini. Tempik Dewi kembali belepotan peju Pak Sul yang begitu banyak. Seluruh rahim Dewi terisi penuh oleh Peju lengket dan hangat Pak Sul. Setelah Puas Pak Sul mencabut kelaminnya dari kelamin Dewi. Kini kedua kelamin mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Tempik Dewi sudah terbiasa dan beradaptasi dengan ukuran diameter kontol Pak Sul yang besar dan panjang

***

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00, mendekati saat maghrib. Selama dikontrakan Pak Sul, Dewi benar2 lalai dengan kewajiban lima waktunya. Shubuh lewat, dhuhur lewat dan ashar pun akan segera lewat. Bukannya bergegas mengambil wudhu, Dewi malah saat ini asyik menjilati kontol Pak Sul dan tidak menggubris waktu asharnya yang akan segera habis. Awalnya Dewi kepikiran dan merasa berdosa karena sudah meninggalkan kewajiban yang selama ini tak pernah ia tinggalkan itu, namun sekarang Dewi sudah tidak peduli dan acuh tidak memikirkan kewajiban 5 waktunya. Dewi sudah memiliki kewajiban yang lain, yaitu berzina.

"Ana mandi dulu nanti lanjut lagi ya Pak Sul..", kata Dewi manja

"Udah gak malu lagi nih?"

"Ana sedang berusaha menjadi wanita yang diinginkan Pak Sul. Ana akan buktikan ana bisa lebih baik dari Bu Wito..", Kata Dewi sambil menyudahi mengulum kontol Pak Sul

Dewi memberanikan diri keluar dari kamar kost Pak Sul. Rupanya langit sudah berupa senja. Sebentar lagi warnanya akan hilang menjadi gelap gulita. Dengan pakaian sexy pemberian Pak Sul, Dewi coba mengumpulkan rasa percaya dirinya berpakaian seronok seperti itu. Dewi mencoba membuang statusnya sebagai seorang ustadzah alim yang harus menutup aurat. Dewi mencoba menikmati status barunya yaitu sebagai perek tak punya malu dan mengumbar auratnya kemana-mana

Dewi memberanikan diri melucuti pakaiannya saat sudah tiba dikamar mandi. Pintu kamar mandi masih macet tidak mau ditutup. Meskipun tahu harus mengganjal pintu itu dengan batu, Dewi enggan melakukannya. Dewi malah tertantang mandi diluar dal kondisi pintu terbuka. Ada adrenalin yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya dengan mandi pintu dibuka seperti ini. Dewi semakin tertantang, siapapun yang melewati atau berada didekat kamar mandi, akan bisa melihat kondisi sang ustadzah yang sudah telanjang bulat. Dewi mulai mengguyur tubuhnya yang sudah bau keringat itu. Dibasuhnya tubuhnya hingga bersih dan wangi menggunakan sabun yang ada di kamar mandi umum kost-kostan kuli itu.

Dewi merasa kali ini aman saja karena tidak ada kuli yang melewati kamar mandi selama ia sedang mandi. Karena memang biasanya para kuli akan kembali ke kost setelah maghrib setelah seharian bekerja. Dengan berjalan mengendap-endap Dewi kembali berjalan menuju kamar Pak Sul. Didalam kamar kost, Pak Sul terlihat sedang mengeluarkan semua isi dompetnya. Wajahnya tampak kebingungan menyadari keadaan keuangannya yang mulai menipis. Dewi melihat hanya ada 1 lembar uang pecahan 10ribu dan 1 lembar pecahan 2ribu yang dipegang oleh Pak Sul.

"Afwan ya pak Sul.. Gara ana2 nginep disini Uang Pak Sul jadi habis...", kata Dewi tidak enak hati

"Ngga kok Ustadzah.. Ini memang kesalahan saya ngga kerja selama hampir seminggu jadi uang saya habis. Sepertinya saya besok harus cari pekerjaan. Kemarin Bu Wito menawari saya merbaiki saluran dapurnya yang mampet. Mungkin besok sy ke rumah Bu Wito Ust..", Kata Pak Sul

"Hmm.. Bu Wito ya..", kata Dewi

Sekali lagi timbul rasa cemburu yang menghinggapi perasaan Dewi saat Pak Sul menyebut nama Bu Wito. Ingin sekali Dewi melarang Pak Sul ke rumah wanita istri Pak Wito itu. Tetapi dia sendiri bingung, karena Pak Sul saat ini benar-benar membutuhkan uang sehingga Pak Sul harus mengiyakan permintaan Bu Wito.

"Hehehe.. Kenapa? Cemburu?", Tanya Pak Sul sambil membelai pundak Dewi yang terbuka karena sang ustadzah saat ini mengenakan tanktop putih sexy yang dibelikan Pak Sul

Dewi hanya menghela nafas panjang. Dewi menyadari posisinya yang sedang berselingkuh dengan pria lain. Dia sendiri tidak bisa terlalu posesif melarang Pak Sul menemui Bu Wito sementara dia sendiri adalah istri orang.

"Andai ana ada uang dan bisa bantu Pak Sul.. Pak Sul ga perlu capek-capek kerja. Pak Sul kan belum sembuh benar..", kata Dewi penuh perhatian

"Kamu mau bantu cari uang? Heheheh...", Kata Pak Sul sambil menyeringai karena terlintas pikiran mesum dibenaknya

"Kalau ada jalan, ana mau pak.. Yang penting ana bisa bantu Pak Sul. Ana sudah merepotkan Pak Sul.."

"Selalu ada jalan untuk gadis cantik dan sexy sepertimu Ustadzah.. Hehehe.."

"Bagaimana caranya pak?"

Pak Sul kemudian berjalan ke meja dan mengambil sebotol cairan yang bentuknya seperti minyak urut

"Ikut saya....", kata Pak Sul sambil menarik tangan Dewi

Dewi terkejut dan kebingungan apa yang direncanakan oleh Pak Sul. Dewi tahu benar Pak Sul adalah sosok pria yang benar2 cabul. Dewi semakin merasa ketakutan, tetapi di sisi lain Dewi juga semakin penasaran apa yang akan terjadi olehnya. Pak Sul membawa tubuh Dewi ke luar menuju kamar pertama di Kost-kostan kuli bangunan ini.

*tok tok tok*, Pak Sul mulai mengetuk pintu

"Iyoo sopo??" pekik orang dari dalam

"Aku.. Sul..", jawab Pak Sul

"Ono opo Sul? Ganggu ae", Kata orang di dalam

*ceklek* pintu dibuka keluarlah seorang pria yang berbadan gemuk dan berambut keriting

"Opo Sul? Pegel aku mulih kerjo (capek aku pulang kerja)", kata Pria itu

"Nah kebetulan Pak Kus.. Ini saya bawakan terapist. Heheheh.."

Dewi kebingungan mendengar ucapan Pak Sul. Apa yang dimaksudnya dengan terapist. Istilah yang belum dipahami oleh Dewi. Apalagi pria yang bernama Pak Kus itu mulai memandangi Dewi dari atas sampai bawah.

"Wah... larang iki pasti Pak Sul.. Terapist tuwek2 ae isok 200ewu, nek modelan ngene isok 700ewu Pak (Wah.. Mahal ini pasti Pak Sul.. Terapist tua-tua aja bisa 200ribu, kalau model seperti ini bisa 700ribu pak)", jawab Pak Kus

"Masalah harga nanti bisa dibicarakan boss sama Mbak Dewi langsung.. Harga spesial pokoknya. Dewi, pijat Pak Kus dengan baik ya. Hehehe.. Saya ke sebelah-sebelah dulu sambil menawari jasa pijat ke penghuni kost lain..", Kata Pak Sul sambil menyerahkan sebotol minyak yang dia bawa tadi

"Pi..pijat??", kata Dewi kebingungan lalu tubuhnya langsung di dorong oleh Pak Sul dan Pak Sul menutup pintu kamar Pak Kus

"Hehe santai saja mbak ga usah tegang gitu.. Duduk dulu mbak.. Maaf ngga ada kursi", kata Pak Kus

"Err.. Iya Pak..", kata Dewi

"Namamu Dewi ya? Saya Kus.. Kusanto..", kata Pak Kus memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan

"Iya saya Dewi, Pak..", jawab Dewi sambil meraih jabat tangan Pak Kus, padahal normalnya Dewi ketika menjadi seorang akhwat bercadar dia akan menolak jabatan tangan dengan halus.

Kemudian bapak-bapak gendut itu duduk disebelah Dewi begitu dekat. Belum pernah Dewi duduk sedekat ini dengan pria kecuali dengan Pak Sul dan juga suaminya. Awalnya Dewi merasa begitu risih apalagi aroma ketiak Pak Kus begitu menyengat mengganggu hidungnya

"Sudah lama jadi terapist mbak?"

"Eehhh.. mak.. maksud bapak?"

"Hah? Kamu ga paham? Tukang pijat.."

"Tu.. Tukang Pijat?.. Sa.. saya.. Barusan.."

"Jangan gugup.. santai saja sama saya..", Kata Pak Kus sambil membelai pundak Dewi yang mulus

"I..Iya.."

"Kenapa jadi terapist? Butuh duit ya?", kata Pak Kus sambil kali ini lengan besarnya mulai memeluk pinggang Dewi yang ramping

Dewi ingin protes karena tangan Pak Kus dengan kurang ajar menyentuh tubuhnya Namun Dewi urungkan itu, mengingat pakaiannya sendiri saat ini begitu menggoda sehingga wajar Pak Kus bisa nekat berbuat demikian.

"Bisa dimulai?", kata Pak Kus

"I..Iya pak..", jawab Dewi masih gugup

Lalu Pak Kus mengangkat kaos kutangnya hingga terlepas dari tubuhnya. Terlihat perut Pak Kus yang besar penuh timbunan lemak terbuka dihadapan Dewi. Dewi begitu malu melihat tubuh setengah telanjang pria yang tidak dikenalnya itu. Setelah itu Pak Kus tengkurap disamping Dewi. Dewi terlihat masih bingung apa yang harus dia lakukan. Pak Sul sama sekali tidak memberikan waktu untuk mempersiapkan ini semua.

Dewi lalu mulai menuangkan cairan minyak yang tadi diberikan oleh Pak Sul. Benar saja, dari aromanya memang tercium cairan itu adalah minyak urut. Dewi mulai meratakan minyak urut tadi ke telapak tangannya dan mulai ia usapkan ke punggung Pak Kus secara merata. Setelah itu Dewi mulai memijat-mijat kecil punggung Pak Kus seperti yang biasa ia lakukan ke suaminya. Pak Kus terlihat menikmati pijatan Dewi. Berkali-kali Pria itu menghela nafas menahan kenikmatan sentuhan lembut tangan Dewi yang terus memijat punggungnya

"Enak juga pijatanmu Mbak.. Walau masih pemula. Tapi cukup nikmat. Heheh.."

"Terima kasih Pak..", Jawab Dewi sambil terus mengurut punggung Pak Kus

"Sudah punya pacar atau suami mbak?", tanya Pak Kus

"Eehhh.. Su.. Sudah pak..", jawab Dewi

"Pacar atau suami?", tanya Pak Kus

"Su.. suami pak..."

"Dibolehin sama suaminya kerja jadi teraphist?"

"Bo.. boleh kok pak..", Jawab Dewi berbohong

"Hehehe.. Baik juga suaminya ngijinin istri cantiknya jadi tukang pijat..", Kata Pak Kus

Setelah punggung Pak Kus selesai dipijat, Pak Kus lalu tidur terlentang. Dari balik celananya terlihat sesuatu yang menggelembung. Dewi menyadari hal itu, tetapi Dewi tidak berani menatap tonjolan di balik celana Pak Kus. Dewi lalu melumuri kembali tangannya dan mulai memijat pergelangan tangan Pak Kus yang gemuk. Dewi memijat dengan hati-hati. Karena Dewi tahu, Pak Kus adalah seorang pekerja yang kasar. Jika sampai Dewi salah memijat bisa berabe

"Oh iya berapa nih biayanya? Saya belum tau.. Jangan mahal2 mbak saya ngga punya uang..."

"Eehhh.. Errr.. Berapaa.. yaa.. Terserah Pak Kus saja...", jawab Dewi bingung

"Kalau saya mah maunya gratisan. Hahahah..", jawab Pak Kus sambil tertawa terbahak-bahak

"Jangan lah Pak.. Masak gratis..."

"25ribu untuk pijatnya. Bagaimana? Saya tidak ada uang soalnya..", Kata Pak Kus

"25ribu? Iya deh boleh.. Pijet aja ya pak..", kata Dewi

"Lho emang selain pijat bisa ngapain lagi? Heheheh..", tanya Pak Kus sambil tersenyum mesum

"Ngg.. ngga pak.. Maksud saya..", kata Dewi bingung melanjutkan kata-katanya

Tak terasa Dewi sudah memijat kedua tangan Pak Kus, tak lupa Dewi juga melumuri tubuh gendut Pak Kus dengan minyak urut agar pria gendut itu merasa hangat dan rileks.

"Kakinya juga Pak?", Tanya Dewi

"Iya Dong.. 25ribu full body massage..", Kata Pak Kus sok-sokan pakai bahasa inggris

"Si.. siap.. pak.."

Lalu Dewi mulai memijat area kaki Pak Kus. Perlahan jemari Dewi bergerak mengolesi betis Pak Kus dan mulai menekan betis Pak Kus dengan kuat, kaki Pak Kus terasa keras dan kaku sehingga Dewi harus memijit dengan kekuatan lebih. Pak Kus sesekali merintih keenakan menikmati urutan dan pijatan Dewi yang apa adanya itu. Lalu Dewi mulai memijat area jari kaki dan telapak Pak Kus. Memandangi kecantikan wajah dan keindahan tubuh wanita dihadapannya membuat Pak Kus semakin tidak bisa menahan syahwatnya. Ditambah lagi, sentuhan Tangan lembut Dewi yang terasa meraba kulit kasarnya malah membuat birahi Pak Kus memuncak. Pak Kus semakin tersiksa karena celananya semakin sempit karena kontolnya yang mulai berdiri

"Pahanya juga ya Mbak..", Kata Pak Kus

"I.. Iya.. Pak.. Sebentar..", jawab Dewi semakin gugup

Lalu Dewi kembali meraba dan mengoleskan minyak urut ke paha Pak Kus. Dewi semakin deg-degan karena kali ini dia terpaksa harus memandang area menggelembung punya Pak Kus. Terasa sekali tangan Dewi gemetaran saat tangannya berada didekat kelamin Pak Kus. Pak Kus sadar akan hal itu. Pak Kus tahu Dewi itu masih pemula yang malu-malu dan tidak bisa langsung binal. Karena itu Pak Kus berencana menggoda sang ustadzah yang kini menjadi tukang pijat dadakan itu lebih nakal

"Bagian dalam pahanya juga mbak.. Capek sekali disitu.."

"Ini pak?", kata Dewi sambil menekan area paha Pak Kus

"Bukan.. kurang naik lagi.."

"i..ini?", tanya Dewi lagi mencoba memijat paha Pak Kus semakin keatas

"Bukan.. lebih naik lagi.. Sebentar saya lepas celana saya dulu biar ngga ganggu", Kata Pak Kus sambil memelorot celananya sendiri dihadapan Dewi

Dewi semakin salah tingkah menghadapi situasi seperti ini. Mata Dewi sempat melirik tonjolan kontol Pak Kus. Bahkan kepala kontolnya sedikit mengintip karena sempak Pak Kus kekecilan.

"Ini lho mbak..", kata Pak Kus sambil menekan area selangkangannya

Dewi tertegun dan semakin kikuk bingung harus bagaimana. Dengan ragu Dewi mulai mengoleskan minyak urut ke area selangkangan Pak Kus dan mulai memijat area itu. Dewi bingung cara memijat area itu karena posisinya yang tidak enak untuk dipijat. Tetapi Dewi terus mencoba memijat area selangkangan Pak Kus sebisanya. Pak Kus semakin tersenyum mesum memandangi wajah Dewi yang terlihat kebingungan.

"Gerah ya mbak? Sampai berkeringat gitu.. Hehehe..", Kata Pak Kus menyadari kening Dewi mulai berkeringat deras

"Ng.. Ngga papa.. Pak..", jawab Dewi masih terus memijat selangkangan Pak Kus yang sebenarnya tidak apa-apa itu

"Saya tambahi 25ribu deh, tapi Mbak Dewi harus lepas bajunya. Heheheh. ", kata Pak Kus sambil menyeringai mesum

Tak perlu menunggu jawaban Dewi. Pak Kus kemudian duduk dan langsung menarik keatas tanktop yang dikenakan Dewi hingga kini bagian tubuh atas sang ustadzah sudah terbuka bebas. Terlihat payudaranya yang besar membusung sempurna dihadapan Pak Kus. Dewi begitu malu karena sekali lagi aurat tubuhnya dilihat oleh seseorang yang bahkan baru ditemuinya setengah jam yang lalu. Tangan Dewi mencoba menutup kedua gunung kembarnya dihadapan Pak Kus, namun Pak Kus langsung menepis tangan Dewi agar tidak menutup area susunya

"Saya bayar 25ribu buat liat tetekmu. Ayo ga usah ditutup.. Pijat saya lagi.. Ini pijat kontol saya...", Kata Pak Kus sambil buru-buru melucuti sempaknya hingga kontolnya yang sedari tadi sudah tegak akhirnya bisa terbebas dari sangkarnya.

Kontol Pak Kus tidak panjang, tetapi diameternya cukup besar dan kepala kontolnya pun besar dengan jembut yang tumbuh acak-acakan disekitarnya. Dewi reflek memalingkan muka memandang kelamin yang milik pria bukan mahromnya itu

"Ayo pijat kontol saya Mbak.. Buka matamu... Liat kontol saya.. Heheheh..", Kata Pak Kus

Tangan Pak Kus lalu menuntun tangan Dewi untuk meraih batang kontolnya. Dewi tidak bisa menolak pada situasi saat ini. Jika dia menolak, pasti Pak Kus akan menceritakan semuanya kepada Pak Sul dan tentunya Pak Sul akan kecewa terhadapnya. Ditambah lagi Dewi malah akan semakin tertinggal oleh Bu Wito jika dia tidak bisa menuruti permintaan Pak Kus kali ini. Dewi memantapkan hatinya, menerima keadaanya menjadi tukang pijat sesuai permintaan Pak Sul.

Perlahan mata Dewi terbuka, memberanikan memandang batang kontol yang sudah berdiri dihadapannya. Sedangkan si empunya yang punya kontol, terus memandang mesum ke arah Dewi. Perlahan tangan Dewi mulai meremas batang kontol Pak Kus yang sudah berdiri.

"Aaahhh.. Iyaa.. Pijat kontolku mbak...", kata Pak Kus semakin birahi

Tangan Dewi menggenggam erat batang kontol itu dan perlahan Dewi memberanikan diri untuk mengurut serta mengocok kontol Pak Kus. Seketika Pak Kus langsung merintih penuh nikmat karena kocokan tangan Dewi.

"Aaahhh.. Tetekmu besar mbak.. Boleh saya pegang?"

"I.. iya boleh.. Pak..", kata Dewi patuh dan pasrah

Sambil terus mengocok kontol Pak Kus. Payudara Dewi dibiarkan diremas-remas oleh Pak Kus. Pak Kus begitu menikmati keindahan toket Dewi yang membulat dan tidak kendor itu. Sesekali tangannya memilin puting
susu Dewi yang sudah menegang. Diperlakukan seperti itu, tentu saja Dewi mulai merintih. Nafsu Dewi mulai naik saat pria gendut itu terus memainkan puting susunya.

"Aaahh.. Pak...", desah Dewi

"Pentil susumu imut sekali sayang, teteknya besar tapi pentilnya mungil. Heheheh..", kata Pak Kus terus memuntir-muntir puting susu Dewi

Dewi semakin mempercepat kocokannya. Terasa sekali libido Dewi semakin meninggi akibat rangsangan Pak Kus. Ditambah lagi, tempik Dewi sudah benar-benar banjir saat ini. Dewi mencoba menahan birahinya yang semakin menyiksa. Tidak mungkin dia meminta Pak Kus untuk menyetubuhinya. Walau kalau boleh jujur, kelamin Dewi saat ini sudah benar-benar lembab dan gatal. Namun Dewi mencoba bertahan tidak tergoda, Sebisanya Dewi mencoba mengakhiri permainan ini sebatas pijat memijat saja

"Saya tambahi 10 ribu lagi kalau kamu mau memijat kontol saya pakai tetekmu mbak.. Aaahhh", kata Pak Sul sambil mendesah karena kontol ya terus dikocok Dewi

Dewi mengangguk lemah. Tubuhnya merangkak menaiki tubuh gendut Pak Kus. Lalu Dewi menurunkan tubuhnya, mendekatkan payudaranya ke kontol Pak Kus. Dijepitnya kontol Pak Kus dengan payudaranya yang besar lalu Dewi mulai mengocok kontol Pak Kus dengan payudaranya

"Aaahh.. Sexy bener terus mbak.. Ludahi kontol saya.. Aaahhh..", kata Pak Kus semakin merancau

Dewi lalu meludahi kepala kontol Pak Kus, membiarkan air liurnya sendiri menjadi pelumas bagi toketnya sendiri untuk "menghibur" kontol Pak Sul dengan jepitannya. Kembali Dewi mengguncangkan payudaranya ke atas dan kebawah sambil menjepit kontol Pak Kus yang berada di tengah-tengah gunung kembarnya

"Aarrrggghh.. Saya tambahi 20ribu, Sepong sekalian kontol saya mbak.. Saya sudah ga tahan...", Kata Pak Kus

Dewi yang mulai menikmati kegilaan ini pun langsung menuruti permintaan kuli bangunan gendut itu. Tanpa rasa malu, Dewi langsung melahap kontol Pak Kus ke dalam mulutnya. Tubuh Dewi saat ini masih duduk diatas tubuh gendut Pak Kus. Tubuh bagian atasnya sudah telanjang, sedangkan bagian celananya masih tertutup oleh celana hot pant mini berwarna hitam yang menampakkan kemulusan pahanya. Kepala Dewi terlihat naik turun melumat habis alat kelamin Pak Kus yang sudah berdiru tegak maksimal itu. Lubang bibir Dewi tanpa henti terus mengoral kontol Pak Kus dengan cepat. Kepala Dewi bergerak begitu lincah merangsang kelamin kuli bangunan bernama Kusanto itu tanpa rasa jijik.

"Aaarrgggghhh saya keluarrr... Sini saya pejuin wajahmu mbak..", Kata Pak Kus sambil menahan kepala Dewi agar tidak bisa bergerak menghindar dari semburan pejunya

*crot crot crot crot crot crot* Kontol Pak Kus menyemburkan mani berapa kali.

Wajah cantik Dewi seketika belepotan lendir lengket beraroma anyir dari kontol Pak Kus. Seluruh wajahnya terkena cairan yang menggumpal menjijikkan itu. Pak Kus memandangi puas hasil semburannya ke wajah Dewi yang terlihat tidak karuan terlapisi oleh cairan putih lengket itu . Tidak disangka semprotan pejunya bisa begitu banyak, Pak Kus begitu puas. Walau Dewi masih pemula. Tetapi kecantikan, keindahan tubuh, dan keluguannya membuat Pak Kus begitu menikmati servis dari teraphist yang aslinya berprofesi sebagai ustadzah itu

Setelah wajah Dewi dibersihkan dari peju Pak Kus, Dewi kembali berpakaian seperti sebelumnya. Pakaian yang amat sexy seperti seorang pelacur tulen

"Terima kasih ya Dewi.. Berapa totalnya sayang?", Tanya Pak Kus sambil membelai rambut panjang Dewi

"Se.. sebentar saya hitung dulu.. pak.. Pijat 25ribu.. Buka Baju 25ribu.. Pijat Pakai susu saya 10ribu.. Dan oral burung Pak Kus 20ribu.. Totalnya 80ribu pak..."

"Hmmm.. Ga terasa jatuhnya mahal juga.. Padahal uang saya tinggal 100ribu.. Yasudah ini ambil... kembali 20 ribu yaa.."

"Pak.. Saya ngga ada kembaliannya..", jawab Dewi bingung

"Aduhhh.. Gimana yaa.. Hmm.. Saya ada solusi..", kata Pak Kus

"Gimana Pak?"

"20ribunya kamu lepas seluruh bajumu sampai telanjang bulat. Lalu saya foto buat bacolan saya.. Hehehe.. Mau?", tawar Pak Kus

"I.. iya boleh pak...", jawab Dewi

Dewi lalu menanggalkan seluruh pakaian yang ada pada tubuhnya hingga telanjang bulat. Sebenarnya Dewi begitu malu mempertontonkan seluruh auratnya ke Pak Kus, kuli bangunan yang baru ia kenal itu. Namun semua ini ia lakukan demi menuruti permintaan Pak Sul. Karena dalam pikiran Dewi sudah tertanam mindset, setiap perintah Pak Sul adalah kewajiban bagi Dewi yang harus ia laksanakan. Pak Kus memandangi tubuh indah Dewi sambil menelan ludah berkali-kali. Lalu Pak Kus mulai mengambil beberapa foto telanjang Dewi, sebagai bahan untuk coli

***

Singkat cerita, setelah dari Pak Kus, Dewi masih harus menjadi therapist plus plus yang melayani sebagian besar penghuni kost-kostan kuli itu. Tidak semuanya, karena rupanya beberapa penghuni Kost tidak ada dikamarnya, termasuk Pak Dirman yang sampai saat ini belum kembali setelah ijin mau menemui Bu Wito. Sehingga total Dewi menjadi wanita tukang pijat bagi 6 orang penghuni Kost. Beberapa ada yang menawar Dewi untuk berhubungan badan, tetapi Dewi menolak halus dengan cara mematok harga yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 700ribu untuk merasakan kenikmatan tempiknya. Tentu saja sebagian besar kuli disana mundur teratur tidak bisa membayar semahal itu.

Jadinya selama menjadi therapist disana, Dewi hanya melayani maksimal sebatas oral sex saja tanpa ada hubungan badan. Walau jika boleh jujur, Dewi begitu tersiksa menahan birahinya yang sudah diubun-ubunnya. Karena tempiknya sudah benar-benar gatal saat menjadi pemijat di sana. Tetapi Dewi tidak berani berbuat lebih karena perintah Pak Sul hanya menjadi pemijat saat itu, tidak sampai berhubungan badan.

Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Sudah 8 jam Dewi bekerja semalaman demi membantu keuangan Pak Sul. Pak Sul sumringah karena Dewi pulang dengan membawa banyak uang.. Total Dewi mendapatkan uang sebesar 650ribu dari hasil memijatnya malam ini.

"Hahaha.. Kamu memang perekku yang berguna... Lihatlah 1 hari saja kita bisa dapat uang sebanyak ini..", kata Pak Sul

"Gimana? Mereka entot kamu ya?"

"Ehhh.. Ngga pak.. Ana ngga berani..."

"Begookk.. Tugas perek itu ya ngentot begookk... Gimana sih kamu.."

"Tapi mereka tidak punya uang pak.. Uang mereka hanya cukup membayar jasa pijat ana...", kata Dewi ketakutan

"Halaahh.. Kamunya aja kali yang jual mahal... Kalo jual murah2 pasti kita bisa dapat 1 juta lebih hari ini"

"Afwan Pak.. Saya benar2 tidak tahu pak..", kata Dewi semakin terpojok

"Sudah sebagai hukuman 500nya saya ambil. 150ribunya buat kamu..", kata Pak Sul sambil melempar beberapa lembar uang itu ke Dewi

"Sekarang buka bajumu semuanya!"

"Mau ngapain pak?", tanya Dewi bingung

"Begookk.. ngentot begokkk.. Ayo bukaaa!! Tempikmu pasti sudah amat gatal sekarang!!! Kontol saya juga lagi ngaceng pingin dijepit tempik ustadzah..", kata Pak Sul

Pada akhirnya pagi itu Dewi melayani Pak Sul untuk terakhir kalinya di kost-kostan kuli bangunan itu. Kembali kedua pasangan zina itu saling menikmati satu sama lain. Melayani satu sama lain dan saling bertukar cairan satu sama lain. Dewi begitu menikmati permainan dan tiap sodokan kontol Pak Sul dan sukarela memberikan kenikmatan terbaik kepada Pak Sul, memuaskan nafsu birahi sang kuli bangunan itu sekaligus mengobati rasa gatal tempik Dewi yang sudah ia coba tahan sejak melayani Pak Kus.

Keesokan harinya, Pak Sul memutuskan kembali bekerja menjadi kuli bangunan. Walau sebenarnya dia bisa saja tidak bekerja dan menjadi gigolo dengan menjual istri orang, dia enggan melakukannya. Menjual Dewi mungkin hanya menjadi sampingan baginya. Sedangkan pekerjaan utamanya tetaplah menjadi kuli bangunan. Pak Sul kemudian mempersilakan Dewi untuk mengenakan kembali gamis serta cadarnya, menjadikan sosok wanita itu kembali menawan dengan pesona misterius yang tersembunyi di balik cadarnya. Dewi lalu pamit pulang kembali ke suaminya dan menjalani kehidupan sebagai seorang istri Eko dengan normal. Namun sesuai perintah Pak Sul, Dewi dilarang melayani suaminya diranjang. Sejak saat itu lah Dewi resmi menjadi milik Pak Sul, mematuhi segala perintah Pak Sul dan menjauhi segala larangan Pak Sul. Dewi menjadi seorang ustadzah sekaligus seorang perek yang haus akan kontol sesuai permintaan Pak Sul.

**bersambung**
Moga aja nanti dewi digarap ama kuli" Kyk bu arina
 
Thank huu . Mantap updetnya. Kukira dewi bakal di gangbang sama seluruh penghuni kos.
hiks hiks kasian ustadzah hu klo tempiknya digangbang kuli sampe dower 😭
Bukan eliza hu tapi echaa
ohh kirain eliza salah satu cerita legend di KBB hehe
Masih menjadi cerita favorit yang ditunggu2
siap terima kasih suhuu
Kapan rencana update gan
Blm hu. ijinkan ane istrht sebentar buat mikirin next scene.. hehehe.. soalnya ane karakternya suka nulis panjang, ga demen sering update tp cuma dikit-dikit n kentang
Sampe lemes bacanya, tks master atas updatenya
siap terima kasih suhuuu
Sepertinya dewi akan jauh lebih gila daripada adiknya. Mantaaapppp
Hmmm liat saja nanti apakah Rista bs menyaingi kebinalan Dewi
anjay puas bnagt 12k si ustazah makin terbuai sama kenikmatan dunia sampe suka rela jadi budaknya pak sul padahal adeknya aja belum sepenuhnya tunduk sama tuannya ini kakakknya yg ustazah malah lebih liar sampe dijadiin perek terapist lagi kalo bisa dibikin kesan pereknya lebih dalam hu kaya tatto dan tindik lidah .ane suka pilihan suhu buat bikin dewi jadi punya dua kepribadian satu ustzah lonte yg satu budak perek nggam tau malu plusnya gara gara cadar jadi nggak ada yg tau kalo dia ustazah wkwk gua tunggu lanjutannya hu nagih banget
Terima kasih suhuuu.. tindik dan tato masih ane pertimbangkan. Tp biasanya emg satanis ga ada yang badannya masih bersih sih..
 
trus tambahan kalo bisa ada mulustrasi buat dewi versi perek pengen tau kaya gimana jadinya pas ustazah yg biasanya pake gamis trus pake tanktop sama rok pendek
Nah itu hu. blm bisa bikin mulustrasi dulu selama puasa hahaha.. ntar deh klo sempet coba ane bikinkan mulustrasi
dewi kpn hmilny
nunggu muntah muntah dulu terus cek pake testpack suhu baru tau hamil apa ngga si dewi heheheh
Gilaaak makin hottt suhu. Tetap fokus di dewiii huu
Yaahhh jangan lah hu, habis gini waktunya Rista dulu lah
Wah iya jadi kangen echa :Peace:
Echa sudah jadi budak pak ronald hu
Moga aja nanti dewi digarap ama kuli" Kyk bu arina
Bu Arina apa kabar yaa setelah dijadikan wanita pemuas bagi para kriminal-kriminal itu...
Makasih updatenya suhu @Deusxxx .... Udah parahh tuh Ustadzah Dewi. Ra mentolo nyawang Dewi. Ceraikan aja Dewi dari Eko ya suhu, please pisahkan mereka suhu
Hehehe liat ntar suhu bakal diceraikan ngga si Dewi. Eko kuat gak nerima kenyataan si Dewi yang sudah jadi perek murahan
 
Bimabet
Ksian Eko dikasih kentang 8 THN padahal skrg bininya jdi binal wkwkwk

Keknya saatnya balik ke Rista deh biar g lupa xixixixi
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd