Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Apakah cerita ini terlalu kejam dan sadis? Perlu di softin lagi?

  • Dikurangi kejamnya

    Votes: 96 39,0%
  • Sudah pas

    Votes: 50 20,3%
  • lebih kejam lagi

    Votes: 100 40,7%

  • Total voters
    246
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Di buat mandul biar bisa bebas di pake kapan aja dan crot dmn aja tanpa tajut hamil wkwkwk


Yang pasti kami setia nunggu updated dri suhu

setuju. para penggunanya kan ingin bisa puas tapi aman, tidak ada tanggung jawab setelah melampiaskan hasrat. haha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Update aja gpp tar yg followers di yg njipak itu ane tarik kesini semua
 
Bimabet
Scene 22 : Rista - Membalas Rasa yang Tak Terbalas (Part 1)

"Nduk.. Abi tolong buatkan kopi", kata abi pagi ini disela-sela ia sedang asyik membaca koran

"Iya bi" jawab Rista sambil berlalu ke dapur

Tak terasa besok adalah hari dimana keluarga besar Adi akan berkunjung ke rumah Rista untuk datang melamar gadis berjilbab lebar yang putih cantik itu. Rista pagi ini mengenakan daster longgar berpotongan rendah yang menjadi tontonan gratis bagi abinya. Diam-diam abi Rista suka melirik dan mencuri pandang ke arah payudara anak gadisnya yang sudah tumbuh menggairahkan itu. Walaupun tidak sebesar punya kakaknya, tetapi payudara Rista cukup bulat dan membentuk sexy menggoda dipadukan dengan pinggangnya yang ramping.

Sayang, Abi tidak tega meminta jatah kembali kepada anak kandungnya sendiri, setelah kejadian pijat panas yang dilakukan oleh Rista beberapa hari yang lalu. Ia terlalu malu untuk "mengajak" anak gadisnya sendiri untuk melayani nafsu syahwatnya. Norma-norma kepercayaan masih coba Abi pegang teguh, bagaimanapun ada rasa bersalah saat ia menyetubuhi anak kandungnya yang akan menikah itu. Walaupun Abi menyadari, rupanya anak gadisnya sudah tidak perawan lagi, terbukti dari tidak adanya selaput darah yang robek ketika ia tancapkan batang kontolnya ke lubang kelamin putrinya yang telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Abi tidak menafikan ada kepuasan yang ia rasakan saat bersetubuh dengan Rista, wajar ia menikmatinya, sudah beberapa tahun Abi menahan syahwatnya yang tidak pernah ia lampiaskan. Ia abaikan nafsu birahinya dengan aktif menjadi pengurus desa dan pengurus masjid. Jadi ketika ada kesempatan emas itu, Abi tidak kuasa menolaknya.

Di dapur, Rista sedang melamun sambil mengaduk segelas kopi hitam pesanan ayah kandungnya. Wajah cantiknya menatap sayu pada secangkir kopi sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika bertemu dengan orang tua serta keluarga besar calon suaminya. Pikirkan Rista jauh membayangkan seandainya benar apa yang ia pikirkan, bagaimana jika keluarga besar Adi itu adalah keluarga yang benar-benar religius, tentunya dirinya amatlah tidak pantas. Walaupun kesehariannya Rista terlihat gadis yang suci dan menjaga diri, namun pada kenyataannya lubang kelaminnya sudah dinikmati oleh banyak pria. Rista merasa sangat hina dan kotor. Apakah orangtua Adi layak mendapatkan mantu yang kelakuannya lebih murahan daripada lonte, karena lonte saja biayanya bisa mahal. Sedangkan dirinya terkadang ia menggratiskan tubuhnya kepada pria-pria.

"Ini bi kopinya", kata Rista sambil berjalan lesu sambil meletakkan secangkir kopi diatas meja ruang tamu

Rista memandangi sosok abinya yang semakin kurus dan menua masih asyik membaca koran. Dibaca-bacanya satu persatu berita yang menarik baginya. Wajah abi begitu serius saat membaca berita, bahkan saat mengambil secangkir kopi yang dibuat oleh Rista, matanya sama sekali tak berpaling menatap pada lembaran koran itu

"Bweeehhhh.. kopi apa ini nduk?", kata abi sambil menyemprotkan kopi yang baru saja diseruputnya ke lantai

"Lho kenapa bi?", tanya Rista terkejut melihat abi memuntahkan kopi bikinannya

"Asinnnnnn..", jawab abi sambil mengecap2 mulutnya

"Ya ampuunnn.. Maaf abi.. kayaknya Rista salah...", jawab Rista merasa bersalah

"Salah? anak abi sudah mau nikah masih ga bisa bedain mana gula mana garam? hahaha..", ledek abi

"Ihhh bi ga sengaja Rista bii.. Ya udah Rista bikinkan kopi yang baru", kata Rista mencucu sambil buru-buru mengangkat kopi asin itu dan membawanya kembali ke dapur.

sesampainya didapur, Rista langsung mondar-mandir mencari benda yang bernama gula itu

"Ohhh.. ternyata habis..Pantesan aja", kata Rista sambil membuka sebungkus gula yang baru

*Nah ini baru gula..*, kata Rista dalam hati sambil menuangkannya kedalam wadah.

Lalu setelah Rista berhasil membuat kopi yang benar, Rista langsung kembali ke ruang tamu. Rupanya abi sedang teleponan dengan seseorang. Wajah abi begitu serius

"Ooo.. Nggeh nggeh...", kata abi sambil menutup telepon

"Siapa bi yang telpon?", tanya Rista

"Mas Anwar", jawab Abi

"Ngapain bi?"

"Mas Anwar tadi bicara serius dengan abi, katanya dia tidak bisa lihat kamu nikah sama pria lain. Nduk, Anwar itu suka sama kamu. Dia minta abi untuk bujuk kamu buat batalin rencana pernikahanmu"

"Ih siapa dia sih bi kok ngatur-ngatur gitu. Terus abi jawab apa?"

"Ya abi jawab abi tidak bisa apa-apa. Calon Rista itu pilihannya dia sendiri. Tugas saya merestui dan yakin dengan pilihan anak saya. Terus tadi abi juga undang Anwar malam ini datang ke rumah. Apa yang jadi uneg-unegnya, coba kalian bicarain biar sama-sama enak.. Biar clear semua", kata Abi sambil menyeruput kopi yang dibuat oleh Rista

"Ih.. Abi ngapain sih pakai undang Mas Anwar segala. Mas Anwar itu sudah nembak Rista 5x bi, mulai dari SD.. Dan selalu Rista tolak...", jawab Rista emosi

"Ya sudah nanti kamu jelaskan dan bujuk dia agar cari wanita lain saja"

Sebenarnya Rista enggan menemui Anwar bukan karena ia sudah menyatakan cinta sebanyak 5x kepadanya. Tetapi pria yang ternyata mesum itu punya kartu as yang bisa ia pakai untuk mengancam Rista yaitu rekaman masturbasi yang dilakukan tubuhnya. Walau Rista tahu, yang direkam oleh Anwar bukanlah "jiwa asli"nya, tetapi Rista tidak bisa memungkiri bahwa tubuh dalam rekaman itu adalah tubuhnya sendiri.

*tulilut tulilut* handphone Abi berdering nyaring

"Aslmlkm Pak RW.. siap terima perintah.. Ooo.. nggeh nggeh nggeh.. Sekarang? Nggeh.. Nggeh.. Siap.. Wlkmslm..", kata Abi sambil menutup telepon

"Siapa Bi?", tanya Rista

"Pak RW.. Pak RW kepingin ketemu abi untuk bahas masalah sungai yang sering mampet kena sampah. Kamu cari makan sendiri ya nduk. Abi berangkat dulu kayaknya abi bakalan lama karena langsung tinjau lokasi. Aslmlkm..", kata Abi sambil segera bergegas pergi.

"Iya bi.. Wlkmslm..", Jawab Rista lalu segera masuk ke dalam rumah dan mengunci kamarnya

***

*Lapar nih, ke warteg dulu ah beli makan* kata Rista dalam hati sambil mengelus perutnya yang rata tanpa timbunan lemak itu. Gadis cantik itu pun pada akhirnya memutuskan untuk keluar sebentar untuk membeli makan di sebuah warteg yang terletak tak jauh dari rumah tempat tinggal gadis itu

Lalu segera Rista mengenakan sebuah gamis yang sudah tergantung rapi pada gantungan baju kamarnya dan rambut panjang sebahunya langsung ia tutup dengan selembar kerudung terusan yang panjang hingga menutup lekuk dadanya. Tak lupa ia kenakan sebuah kaos kaki panjang berwarna krem untuk menutup kulit kakinya yang putih mulus tanpa luka sama sekali itu. Letak warungnya hanya beberapa gang saja dari rumah Rista, sehingga Rista pun memutuskan berjalan kaki menuju warung karena motor yang ada dirumah juga sedang dipakai abinya ke rumah Pak RW.

Saat masuk ke dalam warung, rupanya suasana warung terlihat masih sepi. Hanya Rista saja yang ada disana dan juga seorang bapak penjual warteg ini. Terlihat tumpukan berbagai pilihan masakan yang nampak menggugah selera itu

"Ya mbak mau pesan apa?", tanya bapak penjual nasi sedikit terperanjat menyadari kehadiran Rista karena bapak itu sedang asyik menatap layar handphonenya.

"Bungkus nasi pecel 1 aja pak, lauknya telor dadar saja, peyeknya yang banyak ya pak", pesan Rista

"Siap mbak, silakan duduk dulu", kata bapak penjaga warung

*Brrruuuummmm* terdengar suara knalpot motor berderu kencang mendekati warung ini. Suara mesinnya tiba-tiba berhenti tepat didepan warung. Sepertinya ia berhenti dan memarkir motor didepan warung ini

*jeglek* bunyi standar motor yang diturunkan

Rista melirik ke depan dan melihat sesosok pemuda pengendara motor itu berhenti dan sepertinya akan membeli sesuatu di warung ini. Rista pun segera menggeser posisi duduknya agar pemuda itu bisa leluasa memesan makanan. Rista melirik ke arah pemuda pengendara motor yang sudah masuk ke dalam warung. Wajah yang tadinya tertutup oleh helm akhirnya bisa dilihat oleh gadis itu. Rista menyipitkan matanya melihat Wajah pemuda itu. Wajah yang tidak asing baginya. Pemuda itu pada akhirnya menyadari kalau dia sedang dipandangi seorang gadis yang duduk didekatnya. Pandangan pemuda itu bertemu dan menangkap tatapan mata Rista. Buru-buru Rista menundukkan pandangan setelah menyadari pemuda itu juga menatap ke arah wajah cantiknya. Rista mencoba mengingat-ingat sosok yang sepertinya pernah dikenalnya itu sambil gelisah.

"Pak, pecel 1 ya. Lauknya telor dadar. Peyeknya yang banyak ya, makan sini pak", kata pemuda itu membuat Rista terkejut karena pesanan pemuda itu sama persis dengan dirinya

2 menit kemudian barulah Rista mengingat siapa pemuda disampingnya itu, begitu pula dengan pemuda itu. Ia mendadak menoleh memandangi wajah Rista lagi

"Rista" "Danu", ujar mereka bersamaan sambil saling menunjuk

"Lho kamu kok disini? Kan kamu sedang merantau kuliah" tanya Danu sambil duduk dan Rista mempersilakan pemuda tampan dan gagah itu duduk disebelahnya

"Iya, lagi pulang kampung aja kangen bapak. Hehehe..", kata Rista

"Ini mbak pesanannya..", kata bapak penjual warung tiba-tiba menghentikan obrolan mereka sejenak

"Napa dibungkus? Makan disini aja bareng sama aku", kata Danu ramah

"Ehh.. Iya deh.. Pak, makan disini saja ya", kata Rista sambil menyerahkan kembali bungkusan nasi pecelnya agar dihidangkan memakai piring

"Idih pesanannya sama persis sama aku. Ikut-ikut aja kamu Ris", kata Danu sambil melirik isi piring Rista

"Enak aja, orang ana duluan yang pesan", jawab Rista

"Hehehe.. Masih aja ya bilangnya ana antum", balas Danu

"Udah kebiasaan Dan.. Afwan..", kata Rista tersipu malu

Danu adalah teman masa kecil Rista yang telah tumbuh menjadi pemuda berwajah tampan dengan tubuh yang atletis. Sama dengan Anwar, mereka bertiga sekolah di tempat yang sama bajk di bangku SD maupun SMP. Rumah Danu terletak beberapa gang di belakang rumah Rista. Berbeda dengan Anwar yang rumahnya tepat berada didepan persis Rumah Rista. Danu dan Rista seumuran, sedangkan Anwar usianya lebih tua 2 tahun dari Rista dan Danu. Ketika duduk di bangku SMA Danu adalah ketua OSIS sedangkan Rista adalah wakilnya. Waktu sebelum hijrah, Rista sempat mengagumi sosok Danu dan bahkan ia menyadari kalau dirinya sempat menyukai Danu saat masih duduk di bangku SMA.

Pemuda tampan ini memang jago segala macam hal. Baik akademis maupun olahraga, semua dikuasainya dengan baik. Ketika pertandingan sepak bola dan basket, banyak siswi-siswi yang selalu menjadi supporter Danu kemanapun ia dan sekolahnya bertanding. Sedangkan Anwar berbeda 180 derajat dengan Danu. Anwar sama sekali tak memiliki prestasi apa-apa. Bahkan ia hampir tidak naik kelas waktu kelas 1 SMA karena sering bolos sekolah Wajah Anwar jauh dari kata tampan. Wajahnya dekil dengan rambutnya yang keriting. Tatapan matanya begitu tajam. Bahkan karena kerasnya kehidupannya, wajah serta tubuhnya tumbuh penuh dengan luka. Anwar berbeda dengan Danu dan Rista, saat Danu dan Rista bersekolah di sekolah negeri favorit, Anwar hanya bisa diterima di sekolah swasta yang penuh dengan anak-anak berandal yang kehidupan sekolahnya penuh dengan tawuran dan trek-trekan

"Antum sibuk apa sekarang?", tanya Rista

"Masih gawe aja Ris. Hehehe..", jawab Danu

"Kerja apa?", tanya Rista

"Rahasia", jawab Danu sambil tersenyum manis

"Oohh.. gitu yaudah ana ga nanya2 lagi", kata Rista sewot

"Hehehe kamu ngambekan masih kayak dulu..", kata Danu sambil terkekeh

"Ristaaaa... Ayooo ngentot... Dia pemuda tampan. lu pasti sange sekarang. Memek lu gatal kalau gak ngentot Ristaaa.. Memek lu wajib dimasuki kontol setiap hari Ristaaaa.. Ayo ajak dia, goda dia Rista.. budak gw!!!", tiba-tiba suara Endrix terdengar ditelinga gadis itu membuat gadis itu tiba-tiba ketakutan

Bahkan disaat pertemuan kecil dengan teman masa lalunya, Endrix tak segan menyuruhnya untuk berzina kembali. Rista mencoba tidak mendengarkan perintah Endrix, tidak mungkin disaat seperti ini Rista mengajak Danu berhubungan badan. Tetapi Endrix terus mensugesti Rista.

"Memek dan lubang anus lu akan terasa gatal Rista kalau lihat lelaki.. Ayo lu harus nurut perintah gw! Ngentot Ris.. Ngentot.. Memek lu gatal Ris... Apalagi lubang pantat lu..", kata Endrix terus membisiki Rista

Rista mencoba bertahan tetapi perlahan lubang anusnya gatal. Duduk Rista mendadak menjadi gelisah. Endrix tanpa ampun tiba-tiba mensugesti Rista, memainkan birahinya hanya dengan perintah suaranya saja. Rista mencoba mengalihkan suara Endrix dengan berusaha ngobrol dengan Danu, tetapi sayangnya sepertinya suara itu begitu mempengaruhi tubuhnya. Rista merapatkan kedua pahanya dan coba ia menahan gejolak birahi yang muncul tiba-tiba menggoda kelaminnya. Tak disangkanya sugesti Endrix sepertinya berhasil menguasai tubuhnya. Dirasakannya vaginanya semakin panas dan gatal saja. Lubang bokong Rista juga sama saja. Rasanya gatal bukan main, seperti ada puluhan cacing kremi yang merambat dipermukaan lubang tainya. Duduk Rista semakin tidak tenang. Berkali-kali ia geser pinggulnya untuk menggaruk pantatnya sambil merubah-rubah posisi kakinya. Namun tak berhasil. gatal itu berasal dari bagian dalam lubang kelamin dan pembuangannya. Sesekali dirapatkannya pahanya agar menjepit kelaminnya yang mulai sulit ia kendalikan itu. Kelaminnya kedutan dan mendadak basah, Danu hanya memandangi Rista dengan penuh keheranan

"Kamu kenapa Ris kok tiba-tiba gelisah?"

"Ehh. Ngga kok. Kaki ana gatal", jawab Rista beralasan

"Eh masa digigit nyamuk? Bahaya nih siang-siang gini ada nyamuk", kata Danu sambil melirik ke arah bawah melihat kaki Rista

Rista buru-buru membetulkan posisi kakinya kawatir ada bagian kulit tubuhnya yang tersingkap.

"Udah biarin aja Dan", kata Rista sambil merapatkan kedua pahanya yang semakin gatal dan menahan sebisa mungkin rasa gatal pada kedua lubang bawah tubuhnya.

"Harus disemprot nih!", kata Danu

"Eh disemprot? apanya Dan?", tanya Rista terkejut mendengar kata "semprot"

"Ya ini kolong-kolongnya biar ga ada nyamuk yang sembunyi", jawab Danu

"Oh kirain..", kata Rista entah mengapa pikirannya kali ini jadi nakal sekali

"Kirain semprot apa emang?", tanya Danu penasaran

"Eh enggak kok lupain aja Dan..", jawab Rista sambil tersipu malu membuat Danu memasang wajah bertanya-tanya

Entah mengapa disaat seperti ini Rista malah membayangkan ukuran kelamin Danu. Otaknya sudah dipenuhi hal-hal cabul. Karena Endrix masih terus menggoda dan membisikkan sugesti-sugesti nakal yang ditujukan kepada budaknya yang sebenarnya alim itu.

"Rista, bayangkan lu ngentot sama pemuda tampan itu. Lu jarang kan dapat cowok ganteng? kesempatan lu Rista buat ngerasain kontol cowok ganteng. Eh.. gue juga ganteng sih..", kata Endrix membuat Rista tiba-tiba tersedak

"Uhuk Uhuk Uhuk..", Rista tiba-tiba tersedak

"Eh pelan-pelan Rista makannya.. Jadi tersedak kan.. Minum dulu", kata Danu sambil segera mengambilkan Rista minum

*Endrix mah ga ganteng.. Menang tititnya doang yang besar.. Duh Tubuh Danu yang atletis pasti tititnya juga panjang dan besar. Penasaran... Danu mau ga ya jima' (bersetubuh) sama ana.. Kira2 Danu pernah jima' gak ya..*, kata Rista dalam hati melanjutkan pikiran mesumnya

Rista kemudian menepis pikiran nakal itu dan buru-buru mencoba menghabiskan pesanan nasi pecelnya. Satu demi satu suap nasi mulai masuk ke dalam mulutnya. Sambil kakinya terus bergantian bergerak-gerak mencoba menghilangkan rasa gatal yang ia derita. Sesekali tangan Rista mencoba menggaruk area bawah tubuhnya. Tetapi tidak leluasa, karena saat ini ada Danu disampingnya.

"Dan ana duluan ya..", kata Rista tiba-tiba setelah ia tidak sanggup menghabiskan sepiring nasi pecel yang porsinya memang porsi kuli itu. Padahal sebenarnya ia bisa saja berlama-lama sambil pelan-pelan menghabiskan sepiring nasi pecel yang ia pesan. Tetapi saat ini rasa gatal yang begitu mengganggu membuat Rista tidak tahan. Hanya ada satu hal yang Rista inginkan, Ia ingin sekali menggaruk lubang kelamin dan lubang pantatnya dengan leluasa di dalam kamar tanpa ada yang menganggu

"Kok buru-buru amat Ris? Makanmu aja belum habis", kata Danu sambil menahan Rista agar tidak beranjak pergi

"Eh maaf..", kata Danu tiba-tiba sambil melepaskan tangannya dari tangan Rista yang tanpa sadar ia pegang agar gadis itu tidak pergi

"Maaf kenapa?", tanya Rista

"Kamu kan gak boleh disentuh sama yang bukan mahrom Ris..", kata Danu

"Oh.. iya gapapa kok Dan", kata Rista

"Jadi boleh nih aku sentuh lagi?", kata Danu

Rista berpikir sejenak. Ia sadar betul bersentuhan dengan yang bukan mahrom itu dilarang oleh agamanya. Tetapi itu dulu, saat ia masih suci. Saat ini tubuhnya sudah kotor dan tidak memiliki harga diri. Tubuh sucinya sudah disentuh oleh banyak laki-laki, bukan hanya sentuhan, bahkan mereka sudah menancapkan kelamin mereka ke lubang senggama gadis cantik berjilbab lebar itu. Rista berpikir sudah tidak pantas jika ia masih sok jual mahal setelah apa yang sudah ia lakukan selama ini, apalagi kali ini yang mau menyentuhnya adalah Danu, pemuda tampan yang pernah ia suka di masa sekolah waktu ia masih memulai hijrah. Tentu saja Rista kali ini mengijinkan pemuda itu menyentuhnya

"Boleh kok Dan.. Antum boleh pegang tangan ana kok..", kata Rista sambil menyerahkan tangannya ke danu agar dipegang oleh pemuda itu

"Serius nih Ris? Aku pegang beneran lho?", kata Danu tidak percaya

"Boleh Danu.. Nih..", kata Rista kembali menyerahkan tangannya ke pemuda itu

"Dulu kamu menolak waktu aku ajak berjabat tangan. Padahal dulu kita satu organisasi. Tetapi sekalipun kita ga pernah bersalaman. Hehe..", kata Danu sambil mulai meraba jemari lentik Rista dan memainkan jemari gadis itu dengan lembut

"Afwan ya Danu.. Dulu karena sikap ana antum jadi tersinggung..", jawab Rista

"Btw sekarang kok dibolehin?", tanya Danu penasaran

Rista bingung menjawab apa. Dipikirkannya jawaban yang tepat agar Danu tidak curiga betapa murahannya tubuh gadis berjilbab lebar disampingnya itu

"Jadi antum gak mau nih? Ya udah lepasin!!", jawab Rista pura ngambek"

"Ehh jangan.. Iya iya maaf.. Kapan lagi bisa pegang tanganmu yang dari dulu buatku penasaran pengen pegang. Habis putih banget kulitmu Ris..", kata Danu sambil terus melanjutkan membelai tangan Rista

Agar bapak penjual nasi tidak curiga melihat kelakuan pemuda pemudi itu, Danu pura-pura menikmati tiap suapan makanan yang ia makan, sedangkan tangan kiri Danu tak lepas memainkan jemari Rista yang ia letakkan dibawah meja agar tak terlihat. Belaian tangan Danu ke tangan Rista sangat lembut dan membuat Rista sedikit kegelian. Tangan Danu terus membelai punggung telapak tangan Rista yang putih mulus. Jantung Rista semakin berdegup kencang. Gairah gadis itu semakin menyiksa tubuhnya yang saat ini terasa begitu sensitif. Setiap sentuhan kulit antara kulit tubuhnya dengan kulit Danu, seperti menimbulkan sengatan syahwat birahi. Jemari Danu seperti menyetrum tubuh Rista setiap jari-jari kasarnya membelai tangannya. Pelan tapi pasti, tubuh Rista semakin terangsang bahkan kelaminnya yang gatal itu sudah mulai mengeluarkan lendir hangat yang begitu deras

"Halus bener tanganmu Rista..", ujar Danu memuji betapa halusnya kulit tubuh akhwat itu

"Ya kan ana cewek, kalau kasar mah tangan ikhwan. Hihihi..", jawab Rista manja

"Ngga, aku sudah sering memegang tangan cewe, tetapi tanganmu beda, halus sekali Rista, dan putih mulus. Aku suka", katanya sambil terus mengelus jemari serta tangan Rista tanpa bosan sedikitpun

"Ah playboy juga ternyata antum.. Berapa cewek yang sudah antum pegang tangannya?", tanya Rista penasaran

"Banyak.. Hehehe tapi kan ada yang ga sengaja juga Rista.. Kayak pas lagi nyerahin atau nerima barang, tiba-tiba kesentuh kan ga sengaja tuh..", kilah Danu

"Aahh ngeles mulu kamu", kata Rista manja

"Duh seneng aku dipanggil "kamu" sama kamu Ris.. Heheh..", kata Danu sambil mulai memberanikan diri menggenggam kedua tangan gadis berjilbab lebar itu

"Afwan salah ngomong, maksud ana "antum"", kilah Rista kali ini sambil tersipu karena terbuai dengan suasana

"Rista, jujur.. Dari dulu aku tertarik sama kamu. Kepintaranmu, kecantikanmu, kebaikanmu. Aku suka semua yang ada padamu Ris.. Aku ingin menjadi pacarmu Ris.. Perasaan ini sudah lama, sejak SMP kelas 2 aku suka sama kamu Ris.. Kamu mau jadi pacarku?", kata Danu serius sambil menggenggam erat tangan Rista

Mata Rista berbinar tiba-tiba. Tak disangkanya Danu memiliki rasa yang sama terhadapnya dulu. Rista tak sanggup menjawab perkataan Danu. Hatinya mulai gundah dan bimbang, karena Rista sudah terlanjur memberikan harapan begitu besar kepada Adi, ikhwan culun gemuk itu untuk menjadikan Rista sebagai istrinya. Secara fisik, Danu memang jauh lebih menarik. tampan, badan bagus, dan tinggi. Bahkan saat masih aktif di OSIS, Rista mengakui bahwa dirinya dibuat terpesona oleh pesona Danu

"Ana....", kata Rista perlahan

"Ngga, ngga usah dijawab dulu Ris. Aku cuma cerita uneg2 masa lalu aja kok. Hehe"

"Iya gapapa Dan. Kejadian dulu tuh emang suka seru ya.", kata Rista mencoba mengalihkan pembicaraan juga

"Betul Ris. Aku ingat dulu aku saingan sama Mas Anwar kakak kelas kita. Dia pernah bikin surat ke kamu kan? Entahlah apa isinya. Aku waktu itu sedikit cemburu Ris..", kata Dany sambil mengenang kisah yang telah lalu

"Hehehe.. Oh iya? Surat apa ya yang dia kirim Ana... Ana lupa dan ga ana gubris.. Masak masih SD kok sudah pacar-pacaran", jawab Rista

"Surat cinta kayaknya. Hehehe... Kalau sampai kamu balas surat dari Anwar, aku pasti mundur Ris, secara dia dulu kakak kelas yang lebih senior jadi dulu aku hormat kepadanya. Tapi untungnya, kamu malah sama sekali ngga jawab surat itu. Hahaha", Kata Danu mulai meremas tangan Rista perlahan

"Oh iya Dan, dulu ana memang ngga kepikiran pacaran sih. Masih seumur segitu tau apa. Haha.. Kayaknya ana buang deh surat dari dia.", kata Rista sambil tersenyum kecut

"Hah dibuang? Waaahhh jahatt.. Padahal bikinnya dia itu perlu 3 hari lho Ris. Tega ya kamu hiks hiks", katanya sambil akting menangis bercanda

"Iyaa jahat sekali ya ana.. Biarin aja lah toh udah masa lalu", kata Rista

"Btw, Kamu malam ini ada acara ngga? Jalan yuk.", ajak Danu

"Ngga ada sih, mau kemana Dan?", tanya Rista penasaran

"Yaa jalan aja ke alun2 atau kemana gitu, cari makan atau jajan", katanya

"Hmm boleh deh.. Jam berapa?"

"Jam 7 aja gimana?"

"Yaudah boleh deh", jawabku

"Eh tapi abimu ngijinin gak nih kita jalan? Beliau kan ketat sekali"

"Nanti ana ijin ke abi. Abi sih ga masalah. Toh beliau juga kenal kamu. Kamu gimana ada yang marah ngga kalau aku jalan sama kamu?", tanya Rista sedikit genit

"Ada!!!", jawab Danu

"Siapa Dan? Gak jadi deh kalau gitu..", jawab Rista merajuk

"Itu Si Anwar Depan rumahmu pasti marah kalau tau kamu jalan sama aku. Hahaha"

"Owalah... Mas Anwar biarin aja lah. Siapaku juga dia kok jadi marah. hehe", kata Rista sambil menyeruput segelas es teh yang esnya telah mencair itu

Lalu Danu mulai menceritakan kejadian-kejadian menarik di masa lalu. Bagaimana ia merasa Anwar adalah saingan terberatnya. Belum lagi semakin lama, semakin banyak teman-teman cowok yang mendekati Rista. Danu benar-benar cemburu saat itu, tetapi ia mencoba tetap tenang dan terus menyembunyikan perasaannya. Saat itu, ia menganggap Anwar adalah saingan terberatnya. Tetapi apalagi daya, Danu saat itu tidak berani melakukan apa-apa dihadapan Rista dan bersikap sok cuek keoada gadis itu, sehingga Rista tidak tahu perasaan yang dipendam oleh Danu selama ini.

Tangan Danu terus memainkan jemari Rista dengan lembut. Tangan Rista mulai terasa sedikit berkeringat, entah karena grogi atau karena tangannya yang kesumukan karena terus digenggam erat oleh Danu. Rista hanya diam saja membiarkan tangannya dibelai-belai oleh Danu sambil diam-diam melirik ke wajah pemuda tampan itu. Rista semakin bimbang, Danu rupanya memendam rasa kepadanya selama ini. Pemuda tampan disampingnya itu seperti sedang mengobati luka yang selama ini ia coba tahan dengan membelai jemari tangan Rista.

Danu dari dulu ingin sekali menyentuh tangan Rista yang selalu dilihatnya putih mulus itu. Sudah 15 tahun Danu berpuasa tidak pernah bersentuhan dengan Rista, karena dulu Rista sama sekali tak mau disentuh oleh orang yang bukan mahrom. Mungkin hanya waktu SD saja Danu pernah menyentuh Rista, itu pun Rista yang masih kecil belum tahu apa-apa. Dan yang membuat Rista semakin tidak enak hati dengan Danu, 15 tahun lebih pemuda itu menyimpan rasa cinta, betapa bodohnya Rista tidak menyadari hal itu

Jujur saja saat ini Rista mulai bimbang memilih calon suaminya. Adi adalah ikhwan culun gemuk dengan wajah biasa saja, tetapi begitu perhatian dan mencintainya dengan tulus. Rista hanya tidak enak hati kepada pria itu karena pria itu sudah begitu baik kepadanya, bahkan besok ikhwan itu akan datang ke rumah mengajak keluarga besarnya untuk meminang Rista

Sedangkan yang satunya lagi adalah Danu pemuda berpostur atletis dengan wajah tampan yang dulunya adalah siswa favorit diantara para perempuan di sekolah. Sosok yang telah menyukai Rista lebih dari 15 tahun sejak masa mereka masih sekolah dasar dulu. Rista juga mengakui kalau sempat suka juga dengan Danu, sebelum akhirnya Rista memutuskan untuk berhijrah total dan memutuskan membuang rasa cinta semunya sejauh mungkin.

Pandangan Rista menerawang keatas, dihembusnya nafasnya panjang-panjang, pikirannya begitu bingung menentukan memilih satu diantara mereka berdua. Rista pun juga tidak melupakan Endrix tuannya. Entah bagaimana dia akan menghadapi situasi dimana saat dia sedang asyik bersama suaminya tiba-tiba Endrix memintanya untuk datang dan melayaninya. Pandangan Rista menerawang jauh tidak sanggup memikirkan hal itu jika benar-benar terjadi. Saat sedang melamun memikirkan itu, tiba-tiba hidung dan tai lalat Rista ditowel oleh Danu

"Dandan yang cantik ya nanti Ris. Kalau bisa pakai seragam SMAmu, entah kenapa jadi kepingin lihat Rista wakil OSISku dulu berpakaian SMA", kata Danu sambil tersenyum manis

"Hah? Gak mau ah.. Udah umur berapa kok masih pake seragam SMA", kata Rista

"Ayolah Ris.. Aku ingin melihatmu mengenakan seragam SMA lagi.. Pasti cantik banget... Mau ya?", kata Danu merayu gadis itu

"Hmmm Masih ada gak ya seragam ana.. Nanti ana cari deh.. Emang biasanya ana ga cantik nih?" tanya Rista pura2 manyun manja

"cantik.. cantik banget.. 1000%", kata Danu sambil membelai pipi Rista dengan lembut

"Gombal kamu Dan..", kata Rista sambil bersemu merah

"Ehhhheemmmm", tiba-tiba mereka berdua mendengar bapak penjual warung berdehem lalu buru-buru Danu menarik kembali tangannya

Mereka menyadari deheman bapak penjual warung itu adalah kode untuk mengingatkan Rista dan Danu agar tidak kelewat mesra di warungnya. Danu sudah tidak sungkan-sungkan lagi memegang bagian wajah gadis itu. Setelah sebelumnya ia sudah cukup puas membelai tangan Rista. Menyadari suasana yang terasa semakin kikuk, akhirnya mereka memutuskan menyudahi ngobrol di warung tersebut dan segera membayar ke bapak penjual warung

"Aku traktir Ris", kata Danu sambil mengambil uang kertas 50ribu dari dalam dompetnya

"Makasih ya Dan.. Kapan-kapan aku ganti", kata Rista sambil tak berhenti membetulkan posisi duduknya karena lubang memek serta lubang anus gadis itu sudah sangat gatal sekali.

"Ga usah diganti Ristaa.. Iya, Sama-sama.. Nanti ya jam 7 aku jemput ke rumahmu. Oiya aku minta nomor handphonemu dong Ris", kata Danu

"Hmm Makasih ya Dan.. Ini nomor handphoneku 081***********", jawab Rista dan Danu terlihat mencatat angka-angka yang disebutkan Rista ke dalam kontak ponselnya.

"Oke deh.. Eh.. Kamu naik apa Ris?", tanya Danu kembali

"Jalan kaki aja", kata Rista

"Aku antar ya", ajak Danu

"Hmmm.. Boleh deh.. Tapi sampai depan gang aja ya. Jangan didepan rumah.. Begitu juga nanti malam, Jemput di depan gang rumah ana aja ya Dan.. Ga enak sama tetangga..", jawab Rista

"Ok My Princess", kata Danu sambil tersenyum bahagia

***

Jam dinding menunjukkan pukul 18.00. Setelah sepulang dari warung tadi, seharian Rista hanya tiduran terlentang telanjang diatas kasur sambil berusaha menghilangkan rasa gatal pada lubang kelamin dan lubang anusnya. jemari lentiknya bergantian ia tusukkan ke dalam lubang kelamin maupun lubang pembuangannya. Rasanya memang nikmat saat telunjuknya keluar masuk ke dalam lubang anus dan lubang senggamanya, tetapi hal itu sama sekali tidak sanggup menyembuhkan rasa gatal yang menyiksa. Bahkan semakin ia mainkan kedua lubangnya, rasa gatal yang dirasakan Rista semakin parah. Rista semakin tersiksa, tubuh telanjangnya menggeliat tidal beraturan. Seprei kasurnya sampai basah terkena lendir tempiknya sendiri yang terus mengucur deras tanda ingin disetubuhi.

Sampai tak terasa ia ketiduran karena kecapekan "menyiksa" kedua lubangnya. Ia terbangun ketika waktu sudah mendekati malam. Rista sedikit terkejut mendapati sebuah botol parfum yang bentuknya memanjang masih tertancap diantara liang senggamanya. Rista buru-buru mencabut botol parfum itu dan mengingat-ingat kapan dia masturbasi memakai botol itu. Namun Rista tak begitu memikirkannya lagi. Mungkin tadi siang dia keasyikan hingga meraih benda apapun yang bisa dijadikan alat penggaruk kelamin serta lubang analnya yang gatal. Rista kemudian bangun dari kasur tidurnya dan berjalan pelan mengecek keadaan rumah yang terlihat masih sepi. Rista berjalan perlahan menuju Kamar tidur Abi yang masih tertutup, sepertinya Abi masih belum pulang dari urusan tugasnya sebagai perangkat desa. Kemudian Rista mengurungkan niatnya untuk mengecek kamar tidur abinya dan lalu gadis cantik bertahi lalat di dekat hidungnya itu memutuskan untuk segera mandi membersihkan diri dan membasuh seluruh tubuhnya yang basah karena keringatnya sendiri. Setelah selesai mandi, Rista mulai sibuk mencari baju seragam SMAnya dulu

*Dimana yaa baju sekolah ana..* kata Rista dalam hati sambil matanya dengan teliti melihat satu demi satu tumpukan pakaian didalam lemarinya yang telah usang.

Diubek-ubeknya seluruh isi lemari pakaiannya. Setelah dikeluarkan satu persatu pakaian di dalam lemarinya, beberapa saat kemudian akhirnya seragam SMAnya ketemu juga. Di tumpukan bawah tersimpan rapi bersama dengan rok abu-abu dan kerudung putihnya yang sudah panjang syari. Seragam SMA Rista masih putih bersih, karena waktu kelulusan sekolah, ia memutuskan langsung pulang dan tidak ikut hura-hura mencoret-coret seragam dan pawai dengan motor bersama siswa yang lain.

Dikenakannya seragam SMAnya yang masih tampak putih bersih itu membungkus celana dalam dan branya yang berwarna ungu. Perlahan kancing demi kancing dikaitkan ke tubuh seksinya. Sedikit mengetat karena tubuh Rista saat ini sedikit lebih berisi dibandingkan ketika dia masih SMA. Area dadanya terlihat sempit dan bulat karena payudaranya ternyata telah berkembang secara signifikan. Lalu ia coba kenakan rok abu-abu panjangnya. Sama saja, area pinggul Rista sedikit mengetat dan membentuk lekuk tubuh yang sexy dibalut seragam SMA putih abu yang ikonik.

"Hmm duh sexy sekali ana pakai baju SMA yang kekecilan ini", kata Rista sendiri sambil meliuk-liukkan tubuhnya didepan cermin lemari usangnya.

Sambil menunggu waktu, Rista kemudian membaca sejenak beberapa pesan di ponsel pintarnya. Group pertama yang dibuka Rista adalah group belajar kelompok tempat Endrix and the gank berkumpul. Tidak seperti biasanya grup itu sepi. Rista tidak menyadari alasan grup itu sepi karena saat ini ketiga lelaki berandalan-berandalan itu sudah punya "mainan baru", siapa lagi kalau bukan Dewi kakak kandungnya yang bercadar itu. Rista pun menutup ponselnya dan duduk melamun sambil menantikan jarum jam menunjuk pukul 7 malam.

*cling cling* suara notifikasi WA masuk

Buru-buru Rista membuka kunci handphonenya kembali dan berharap pesan itu dari Danu. Rupanya, pesan yang masuk adalah pesan dari ikhwan yang akan melamar dirinya. Wajah Rista tampak kecewa melihat siapa yang mengirimkan pesan. Dibacanya pesan itu malas-malasan karena saat ini Rista hanya menunggu sosok Danu, pria yang pernah ada dihatinya dulu sebelum ia memutuskan total berhijrah.

"Asslmlkm Ukhti.. Lagi ngapain ukh?" tanya Adi

"Wlkmslm.. Ini lagi dirumah aja"

"Ukhti jangan telat makan ya.."

"Na'am (iya)"

"Ya udah salam untuk abi anti ya. Sampai ketemu besok ya Ukh. Mungkin besok ana dan keluarga sampai rumah anti Ba'da dhuhur", kata Adi

"Na'am.. Semoga lancar perjalanannya", jawab Rista singkat dan malas-malasan

Memang Adi ini adalah sosok ikhwan yang membosankan. Rista memilihnya hanya karena melihat sosoknya yang tulus mencintainya, dan Rista merasa jika kelak Adi tau siapa dirinya sebenarnya, Adi hanya akan pasrah saja tanpa bisa banyak protes. Rista saat itu lebih memilih ia dan calon suaminya harus pasrah. Mengingat Endrix adalah orang yang punya kekuatan baik kekuatan materi dan juga magis. Tetapi dengan melihat kehadiran sosok Danu, Rista jadi berpikir bagaimana jika Danu bisa menyelamatkannya dari jeratan Endrix yang terus mengancamnya dan memperbudaknya dengan cara tidak manusiawi.

*Teng teng teng* suara pintu pagar yang dipukul-pukul

*Nah Danu datang* kata Rista dalam hati sambil hatinya berdegup kencang

"Sebentar", teriak Rista dari dalam sambil memeriksa kembali cara berpakaiannya apakah telah layak.

Wajahnya sudah terlihat cantik putih berseri berbalut kerudung putih dengan riasan tipis minimalis sesuai syariat dan sebuah lip ice agar bibir tipisnya tampak basah. Dilihatnya sekali lagi tubuhnya yang terlihat sexy menggoda terbungkus seragam SMA. Rista memutuskan untuk menyingkap kerudungnya kebelakang seperti stylenya dulu ketika ia masih SMA sehingga area dada yang terdapat lambang OSIS di saku kemejanya tidak terhalang oleh kain kerudungnya. Tonjolan dadanya terlihat bulat ketat dan rok panjangnya pun tidak sanggup menutupi betapa indah lekuk pinggulnya.

"Hmm kurang sepatu hitam dan kaos kaki panjang biar semakin kelihatan kayak siswi SMA. Hihihi", kata Rista sendiri dan untungnya Rista kebetulan membawa sebuah sepatu sneaker berwarna hitam untuk jaga-jaga jika dibutuhkan.

Lalu setelah seluruh tubuhnya terlihat sempurna bak siswi SMA, Rista buru-buru mengambil kunci untuk gembok pagar di atas kulkas, dan dibukanya pintu ruang tamu yang sedari tadi ia tutup itu. Suasana di depan rumahnya amatlah gelap, lebih gelap daripada biasanya. Karena memang saat ini langit tampak mendung. Rista dekati pintu pagar rumah dan mendapati sosok yang ada disana rupanya bukan Danu.

"Mas Anwar?" kata Rista terkejut dan seketika akhwat itu salah tingkah, sungguh ia benar-benar lupa kalau Abinya mengundang Anwar malam ini untuk datang ke rumahnya

"Iya Ris.. Heheheh.. Wah mau sekolah kamu kok pakai baju sekolah", kata Anwar tersenyum menyebalkan

Rista tampak ragu untuk membukakan pintu pagar ke pria bejat ini. Sifatnya sama saja dengan Endrix, bedanya Anwar ada rasa suka kepada Rista sejak masih kecil sampai sekarang. Sedangkan Endrix tidak pernah menyatakan rasa walau berkali kali berandalan itu memuji kecantikan dan keindahan tubuhnya. Tetapi pemuda itu tampaknya hanya bermaksud menjadikan Rista seorang wanita budak sex yang menuruti segala perintahnya dan teman-temannya

*Kalau ana buka sama saja ana mempersilahkan masuk harimau ke rumah* kata Rista dalam hati

"dibukain ngga? Aku tadi sudah janjian sama bapakmu, katanya aku disuruh datang ke rumahmu malam ini buat nyelesaiin semuanya", katanya sambil matanya jelalatan memandangi tubuh Rista dari atas sampai bawah.

"Oh.. I.. I.. iya mas.. Ana bukakan..", kata Rista sambil membukakan pintu pagar pemuda bejat itu

Rista mempersilakan Anwar masuk ke dalam rumah. Kembali Anwar menatap Rista begitu bernafsu apa lagi melihat sosok akhwat yang kesehariannya berpakaian gamis lebar kerudung panjang itu kali ini sedang memakai seragam SMA yang ketat. Sengaja Rista tak mengunci kembali pagar itu sembari berharap Danu segera datang sehingga Anwar tidak bisa berbuat macam-macam.

Tanpa Rista suruh, Anwar langsung duduk di sofa ruang tamu gadis itu sambil menyeringai menyeramkan, lalu pandangan matanya menatap kearah foto Rista saat masih kecil. Kembali sebuah senyum mesum tampak dari mulutnya saat memandangi foto gadis yang kali ini hanya tertunduk kaku didekatnya. ml

"Waktu kecil kamu cantik dan imut gini.. Pas udah gede makin cantik, makin binal dan nakal. Suka colmek bayangin kontol Hehehe..", katanya mulai berkomentar sambil memandang rendah ke arah Rista

"Apa yang mau mas sampaikan?", tanya Rista mencoba memalingkan pembicaraannya yang menjurus ke arah cabul

"Ini WA bapakmu. Baca aja Ris..", katanya sambil menyerahkan handphonenya kepadaku

Kubaca sebuah pesan WA dari abi kepada Mas Anwar.

"Nak Anwar, Maaf bapak tidak bisa nemenin Nak Anwar waktu ke rumah, Nak Anwar nanti ditemenin Rista nggih. Bapak ada urusan sejenak. Paling baru bisa pulang besok sebelum lamarannya Rista. Monggo nak Anwar selesaikan urusannya dengan Rista biar ngga ada yang mengganjal di hatinya nak Anwar. Nak Anwar boleh bermalam di rumah kalau misalkan kemalaman, takutnya Rista juga butuh bantuan. Bapak kepikiran kalau Rista sendiri di rumah. Dia masih suka teledor", kata Abi kepada Anwar

"Siap pak. Matur suwun.. Saya akan jaga Rista malam ini sambil ngobrol banyak dengan Rista. Saya nanti tidur diruang tamu aja dan mastikan semua aman.", jawab Anwar

"Inggih nak, monggo. Teng kamar bapak monggo." (iya nak silakan, di kamar bapak juga silakan), jawab abi

"Siap pak. Kulo siap jagi putrine njenengan" (Siap pak, saya siap jaga putrinya bapak)

*Abiiiiiii kenapa mempercayakan anakmu ke lelaki mesum ini* kata Rista dalam hati

Rista kemudian terus melihat ke arah jam dinding, masih jam 18.30 dan jarum jam terasa bergerak begitu lambat. Kemungkinan 30 menit lagi Danu datang ke rumah menjemputnya. Rista melirik ke arah luar rumahnya, jalanan depan rumah terlihat gelap dan sepi. Memang kampung Rista jika sudah malam penduduknya sudah jarang seliweran keluar rumah

*Danu tolong...*, kata Rista dalam hati

"Btw kamu dirumah kok dandan cantik sekali? Mana pakai baju SMA lagi.. Memang kamu mau menyambut kedatanganku ya Ris?" Kata Anwar sambil pindah tempat duduknya lalu tangannya mulai menyentuh area paha Rista dengan nakal

"GE ER", jawab Rista sambil menyingkirkan tangan Anwar yang kurang ajar itu

"Terus kenapa Pake baju SMA?", kata Anwar sambil membelai pundak Rista dan mencium pundak gadis itu

"Ana ada acara reuni..", jawab Rista sedikit berbohong dan menjauhkan duduknya dari Anwar

"Reuni apaan malam-malam? Hehehe.. Palingan kamu dibooking sama seseorang dan dia minta kamu pake baju SMA. Ya kan? Heheheh", kata Anwar kembali mengusap paha Rista yang tercetak di balik rok abu-abunya.

"Gila antum anggap ana seperti itu!!", kata Rista tersinggung, walau apa yang dikatakan Anwar ada benarnya sedikit

"Udah kamu ga usah sok jual mahal.. Kamu juga sange kan Ris? Kita nikmatin malam ini sama-sama. Hehehe...", kata Anwar sambil kali ini tubuhnya semakin menghimpit tubuh Rista

"Mas jangaaaaannn... Pleasee.. Katanya mau ngobrol buat nyelesaikan semuanya??", kata Rista berusaha mengulur waktu sampai Danu tiba

"Ngobrol? aku tidak butuh itu. Aku sudah ikhlas. asalkan aku bisa mencicipi kenikmatan tubuhmu Rista..", kata Anwar sambil tubuhnya mulai memaksa menindih tubuh gadis itu

Rista berusaha memberontak dan melawan sekuat tenaga. Namun sayang, tenaga Rista sama sekali bukan lawan Anwar yang sehari-hari pekerja angkut muatan. Bibirnya mulai menyentuh bibir tipis gadis itu

"Mas.. Hmmphh.. Jangan...", kata Rista lagi sambil terus meronta

"Heheheh.. Ayo sayang.. Aku tau kamu juga pingin sekarang..", kata Anwar sambil tangannya mulai menyingkap rok abu-abu yang dipakai Rista

Akhirnya Anwar mulai mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Rista dengan posisi menindih tubuh gadis itu pada sandaran tangan sofa. Lidahnya dengan lahap melumat habis lidah Rista sambil dikecup-kecupnya bibir tipis Rista yang terasa manis karena lip ice yang dipakainya

"Manis bener bibirmu.. Ssshh.. Nikmat sekali bibirmu sayang", komentar Anwar

"Mas.. Aduhh.. Sudaaahh.. Sshh.. Uuuhh..", desah Rista sambil terus meronta

Rista tidak ingin Danu memergokinya sedang berbuat mesum dengan Anwar saingan Danu sejak kecil. Pasti Danu akan sakit hati dan kecewa melihat gadis pujaan hatinya sedang diciumi oleh seorang pria yang dari dulu sudah menjadi saingan terberatnya untuk mendapatkan hati Rista. Rista terus berusaha menghindari bibir Anwar yang terus berusaha menciumi dan menjilati wajah serta bibirnya. Namun sayangnya semakin kuat Rista menolak, semakin kuat kuncian Anwar. Pria itu semakin kuat mencengkeram dan sedikit mencekik leher Rista agar Rista tidak melawan.

Sesudah berhasil menundukkan perlawan Rista, Anwar mulai mengunci tubuh gadis itu agar tidak bisa menghindar lagi dan perlahan ia mulai mencumbu bibir Rista. Rista sudah sangat ketakutan dan akhirnya hanya bisa pasrah membiarkan pemuda yang sudah dikuasai nafsu birahi itu menciumi bibirnya yang basah Dihisap-hisapnya bibir bawah Rista perlahan sampai Anwar puas lalu berganti pria itu melumat bibir atas Rista penuh nafsu. Rista semakin pasrah dan semakin mengendorkan pertahanannya yang sia-sia lalu membiarkan pria itu melumat bibir atas dan bawahnya secara bergantian

"Ssshhh.. Masss..", desah Rista saat tangan Anwar sudah meraba area lubang kelaminnya yang masih terbungkus celana dalam yang mulai lembab

Sambil terus melumat bibir gadis cantik itu, Tangan Anwar lalu mulai mengocok area tempik Rista yang masih terbungkus celana dalam berwarna ungu. Jemarinya dengan kasar mengocok area bibir tempik Rista dengan cepat, membuat gadis itu melenguh perlahan menahan nafsu, apalagi kondisi tempik Rista yang memang sudah gatal sejak tadi siang mmebuyarkan imannya. Rista sadar kekuatannya tak akan bisa mengalahkan pemuda pekerja kasar ini. Jemari Anwar yang tebal dengan nakal terus menggosok area tempik Rista tanpa henti, membuat tubuh gadis itu terus menggelinjang menahan nafsu birahi yang semakin naik. Tanpa sadar, Desahan dan lenguhan terdengar lirih keluar dari mulut gadis cantik itu. Kedua kaki Rista pun semakin dibuka lebar memberikan akses kepada tangan Anwar agar bisa leluasa mengocok kelaminnya yang gatal.

"Tadi gak mau sekarang malah ngangkang. Hahahah.. Dasar Ukhti Sangean..", kata Anwar sambil berhenti mengocok tempik Rista tiba-tiba

Anwar tersenyum mesum kearah Rista tanpa melakukan apa-apa seolah sedang menunggu reaksi Rista yang tampaknya mulai berhasil ia kuasai itu. Rista memandangi wajah Anwar dengan sayu seperti menunggu pria itu mencabulinya kembali. Entah sengaja atau tidak, Rista malah membiarkan posisi kedua kakinya dalam keadaan mengangkang. Nafas gadis itu tersengal-sengal. Dari sela kerudungnya mengucur keringat yang perlahan membasahi wajahnya. Lubang kelamin Rista sudah amat gatal dan basah saat itu. Rista ingin sekali tangan Anwar bergerak mencabuli area lubang senggamanya sekali lagi. Anwar terus memandangi wajah horny Rista berharap gadis itu memintanya untuk melanjutkan perbuatannya. Tanpa diduga, Anwar terkejut melihat tangan Rista tiba-tiba menarik tangan Anwar ke pangkal selangkangannya sendiri yang masih terbungkus celana dalam. Terlihat bagian tengah celana dalam itu sudah basah dan lembab tanda Rista sudah mulai terangsang.

"Mas... Jangan berhenti.. Terusiinnn..", pinta Rista manja.

"HAHAHAAHA..", tawanya menggelegar menyadari Rista yang sudah terlena oleh rangsangannya

"Kamu mau aku lanjutin?", tanya Anwar dan Rista segera menjawab dengan mengangguk cepat

"Hehehe.. Sini cari keberadaan kontolku dan sepong kontolku Rista", perintah Anwar

Rista lalu turun dari sofa dan mulai berlutut dihadapan Anwar. Dibukanya resleting celana jeans biru lusuh yang dipakai oleh Anwar dengan segera. Tanpa permisi Rista menarik keluar batang kontol Anwar yang sudah tegak dan menegang keras itu. Rista terkejut melihat bentuk kelamin mantan kakak kelas sekaligus tetangganya itu, ukuran kontol Anwar ternyata lebih besar jika dibandingkan dengan punya Endrix. Warnanya pun lebih hitam dan berbulu lebat sehingga terkesan lebih angker dan menakutkan. Otot-otot kelamin Anwar yang keriting menimbulkan tekstur kasar pada batang kontolnya membuat Rista menelan ludah berkali-kali. kontol itu semakin berdiri tegang saat tangan Rista perlahan mengocoknya.

"Woii.. ijin dulu Rista... Main kocok aja", goda Anwar sambil menepis tangan Rista mengocok batang kontolnya

Rista terlihat kebingungan bagaimana caranya ia harus minta ijin untuk mulai memainkan batang kelamin kakak kelasnya itu. Kembali Rista mencoba perlahan mengocok alat kelamin Anwar namun Anwar kembali menepis tangan Rista

"Mas ijinkan Rista mainin punyamu..", kata Rista manja sambil mulai mengocok penis hitam itu lagu

Namun tangan Rista kembali ditepis mentah-mentah oleh Anwar. Wajahnya tersenyum mesum kearah wajah kebingungan gadis itu.

"Aku rekam dulu buat kenang2an, mantan murid tercantik dan terpintar di sekolah saat ini sedang berlutut memohon memainkan kontolku. Hehehe....", katanya sambil mengambil handphone dari saku celananya dan mengarahkan kameranya ke wajah cantik Rista

Rista buru-buru menutup wajahnya agar tak terekam dengan kedua tangannya. Gadis itu tentunya sangat malu, jika Anwar nanti menyebarkan video mesumnya ke seluruh teman sekolahnya dulu

"Ayo Rista gausah malu2, atau kamu mau rekamanmu masturbasimu dilihat bapak kandungmu sendiri. Heheheh", ancamnya

"Jaangan mas... Jangan dilaporin abi ana...", pinta Rista, walau sebenarnya Abinya saja sudah pernah berzina dengannya. Tetapi tentu saja itu hanya menjadi rahasia antara bapak dan anak saja.

"Yaudah, jadilah budak seksku Rista.. Ayo bilang Ijinkan ana sepong kontolmu ya mas! Ayo bilang!!!", perintahnya

"Errr.. Jangan mas....", kata Rista masih berusaha menolak menjadi budak sex Anwar

"Ayo bilang.. Tak sabar aku pamerin video kamu minta ijin sepong kontolku ke Danu. Hehehe.."

*glek* Rista mati rasa saat itu juga mendengar perkataan Anwar

"Mas jangan libatkan Danu.. Ana mohon mas..", kata Rista tidak mau pria bernama Danu itu mengetahui siapa dirinya sebenarnya

"Hahaha.. emang kenapa kalau Danu tau? Kamu takut dia tahu betapa binalnya kamu ya? Hahaha.. Munafik kamu Ris..", kata Danu

"Tolong mas.. cukup Mas Anwar saja yang tau...", pinta Rista

"Hehehe.. Berdiri kamu!", perintah Anwar

Saking ketakutannya, Rista langsung berdiri menuruti perintah Anwar. Lalu Anwar merogoh ke dalam saku celananya dan mengambil sebuah spidol yang biasa ia pakai untuk mencatat saat ia kerja. Lalu Anwar mulai menulis di pakaian seragam sekolah Rista

"Kelulusan ga afdhol kalau seragamnya masih bersih gini", kata Anwar sambil terus menulis dan menggambar di pakaian seragam Rista.

Anwar terus menulis dan mencoret-coret pakaian Rista. Rista sekali lagi hanya bisa pasrah saat pakaian seragam sekolahnya dicoret-coret kakak kelasnya

"Nah begini lebih bagus..", kata Anwar sambil puas memandangi tubuh Rista

Rista syok melihat tulisan "Budak Sex dan 6 batang kontol yang tergambar di baju seragamnya. Tubuhnya semakin terlihat binal dengan balutan seragam ketat itu ditambah dengan tulisan yang membuatnya terlihat seperti siswi SMA murahan

"Hahahah.. Budak sex yang butuh banyak kontol.. Cocok sekali kamu pakai baju ini Rista.", kata Anwar sambil tertawa puas melihat hasil karyanya

"Ayo sekarang kamu memohon ke aku, minta jatah sepong kontol!!! Memekmu pasti becek sekarang", Kata Anwar

"Ijinkan Rista sepong kontolmu ya mas..", Rista tak punya pilihan lain selain mengikuti perintahnya

"Aduhhh.. Kurang binal sayang.. Kayak gak ikhlas gitu. Ulangiii!!!!", kata Anwar mempermainkan harga diri gadis itu

Dengan kesal Rista mencoba berpikir dan mengatur kalimatnya, agar sesuai dengan kriteria yang diinginkan Anwar. Lalu Rista membayangkan menjadi budak sex tulen yang benar-benar butuh kontol saja, bukan yang lain.

"Mas.... Afwan.. Ijinkan Ana sepong kontolmuuuu.. Tolong... Ana suka liat kontolmu mas. Gede bangetttt.. Rista pingin jilatin kontolmu Mas Anwar...", Rista pun mulai berimprovisasi

"Haha.. Bagus.. Kamu suka kontol besar ya? gedean mana sama kontol calon suamimu?", godanya kembali

"Iya ana suka kontol besar mas.. Gedean kontolmuu Mas... Dia gendut pasti kontolnya kecil", jawab Rista meledek calon suaminya sendiri

"Hehehe.. Jadi kamu lebih suka kontolku daripada kontol suamimu kelak? Heheheh..", kata Anwar terkekeh

"Iyaaahh.. Ana lebih suka kontol Mas Anwar daripada kontol calon suami ana..", jawabku

"Hehehe.. Beruntung sekali calonmu. Walau kontolnya kecil tapi bisa dapetin bidadari surga sepertimu. Hehehe.. Dijamin memekmu kelak ga akan puas sama kontol suamimu. Ya udah aku ijinkan. Jilat kontolku sepuasmu Ris", kata Anwar sambil memelorot celananya hingga terlepas dari kakinya

Kali ini batang kontol Anwar terbuka seutuhnya dan terlihat jelas dihadapan Rista. Bentuk kontolnya yang berwarna cokelat tua penuh urat yang mengitari batang kelaminya itu sudah berdiri keras, panjang dan tegak. Kepalanya mirip jamur berwarna merah pucat. Disekitar batang kontolnya ditumbuhi bulu jembut yang dibiarkan tumbuh berantakan. Peler Anwar juga terlihat hitam penuh jembut. Sekali lagi Rista menelan ludah apakah mampu ia mengulum kontol itu.

Perlahan Rista berlutut dihadapan Anwar. Rista mulai mengocok sebentar batang kelamin itu sebelum dimasukkan ke dalam mulutnya. Jemari Rista begitu terasa pas menggenggam batang kontol besar itu. Semakin lama kocokan Rista semakin cepat. Anwar mulai memejamkan matanya sambil melenguh menikmati kocokan tangan lembut Rista yang putih mulus itu. Setelah dirasakannya kontol Anwar sudah tegak maksimal. barulah perlahan Rista memasukkan alat kelamin tetangga depan rumahnya itu kedalam mulutnya

"Oohhhh... Shittt enak Rista... Ouuuhh", lenguh Anwar sambil melebarkan kakinya agar Rista lebih leluasa menjilati batang kontolnya

Dengan gerakan perlahan, Rista mendorong semakin masuk batang kontol tegang itu mengarah ke tenggorokannya. Kontol Anwar begitu panjang. Ditambah lagi aroma kontol Anwar begitu menjijikkan sehingga Rista sampai harus menahan nafas saat mengulum alat kelamin kakak kelasnya itu. Rasa serta aromanya begitu menyiksa. Mulut Rista terlihat penuh oleh penis Anwar. Lalu kepala Rista perlahan mulai maju mundur mengulum batang kontol Anwar. Anwar mengejang hebat saat gadis cantik yang ingin dipacarinya sejak dulu itu sedang berlutut menikmati batang kontolnya yang besar. Rista sedikit melirik keatas, rupanya Anwar masih terus memandangi gadis yang disukainya itu sedang mengulum organ intimnya sambil menyeringai menyebalkan.

"Hahaha.. Tak kusangka gadis incaranku dari dulu saat ini bisa bertekuk lutut dihadapanku sedang asyik menikmati kontol. Heheheh.. Jilatin pelerku juga Ris.. Aahhh..", desah Anwar

Rista kemudian tanpa rasa jijik mulai mengangkat batang kontol Anwar dan beberapa detik memandangi buah peler pemuda itu, lalu Rista langsung menjulurkan lidahnya menjilati bola2 buah zakar Anwar yang berwarna hitam keriput dengan jembut yang lebat itu

*Slurup slurup slurup*, suara jilatan ke peler Anwar

"Ssshhh.. Pinter kamu Rista... Aahhh..", katanya sambil mendesah keenakan

Rista terus menjilati peler Anwar semakin dalam. Kali ini hidung bangir gadis itu sudah tertempel diantara paha Anwar. Sedangkan lidahnya dengan jilatan-jilatan cepat terus melumuri buah peler hitam Anwar dengan air liurnya

Lalu jilatan Rista kembali naik menuju batang kontol Anwar yang keriting penuh urat dan jembut. Rista menjulurkan lidahnya seluruhnya dan langsung menyapu tiap bagian batang kontol Anwar yang semakin terlumasi oleh air liur akhwat cantik itu. Rista kemudian mulai menjilati garis lubang kencing Anwar yang ada pada kepala kontolnya yang berwarna merah pucat dengan jilatan2 kecil yang cepat dan intens ke kelamin kakak kelasnya itu

"Pinter kamu Rista.. Aaahh.. enak jancukk..", katanya sambil mendorong kepala Rista semakin dalam agar gadis itu semakin melahap seluruh kontolnya

Sambil kepala Rista terus didorong masuk oleh Anwar hingga seluruh batangnya berhasil masuk ke tenggorokan gadis itu. Anwar menahan kepala Rista beberapa detik agar akhwat itu mendeep throat batang kontolnya. Mata Rista tanpa terasa sampai mengeluarkan air mata karena saat ini rongga mulutnya sedang tersiksa diganjal batang kontol Anwar

"Hhhookkkhhh..Sssshhhh..", Air liur Rista langsung menetes deras berjatuhan saat Anwar tiba-tiba mencabut batang kelaminnya ke mulut adik kelasnya itu

Rista tidak diberi waktu terlalu lama untuk beristirahat, karena Anwar kembali menahan kepala Rista yang masih terbungkus kerudung putih itu agar menelean seluruh batang kontolnya dari ujung kepala hingga pelernya. Rista kembali kelabakan. anwar menahan batang kontolnya selama beberapa detik di rongga mulut Rista yang hangat

"Hoookkkkkhhh.. Oookkhhhh.. Shhh", Kembali Rista memuntahkan air liurnya sesaat setelah Anwar mencabut batang kontolnya secara tiba-tiba

Nafas Rista tersengal-sengal. Beberapa bagian seragamnya basah terkena air liurnya yang jatuh menetes keluar dari sela bibirnya yang tipis

"Aslmkm.. Ristaaaaa..", Tiba-tiba sebuah panggilan seseorang dari luar rumah mengejutkan mereka berdua

Rista secara reflek langsung melihat ke arah jam dinding dan matanya langsung terkejut saat menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 19.15

***Bersambung***
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd