Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Menyesal? Tentu Saja Tidak! (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
UPDATE HUU...!!!

Sebelumnya ane minta maaf buat suhu2 di sini karna update hampir selalu di tengah malam, hal ini karna kesibukan ane di RL .:ampun::ampun:

Ane selalu berterimakasih kepada suhu2 disini yang selalu setia menanti cerita ane yang ala kadarnya ini.:beer:

Ane juga berterimakasih buat suhu2 yang udah memberi kritik dan saran serta nyemangatin ane buat selalu update :D

Akhir kata, keep semprooott..!!!

Part 6

"Welcome to the club, Olive!"
Aku tersenyum mendengarnya. Mereka sudah menganggapku sebagai bagian dari pertemanan mereka. Mempunyai teman baru pasti terasa menyenangkan bagi siapapun. Tangannya bergeser dari pantat ke pinggang merangkul diriku. Kami jalan bersamaan menyusul yang lain menuju ruang tv. Di sana sudah disiapkan beberapa snack dan tentu saja minuman alkohol ada di meja itu. Kulihat sekarang pukul 4 pagi. Biasanya jam segini aku bangun melaksanakan solat tahajud, tapi sekarang aku disibukkan dengan kegiatan duniawi.
"Mesra banget kayak orang pacaran lu berdua." Celetuk Dani membuka salah satu snack di meja itu.
"Santai kali Dam, kita kan udah janji gak boleh ada perasaan ke sahabat cewe kita. Nah Olive ini udah jadi sahabat kita, setuju gak?" Tanya Dion ke teman2nya.
"Setujuu!!! Bosen lama2 gue kalo cewenya dia lagi dia lagi." Ucap Rian menyetujui Dion
"Gak usah sok2an bosen lu. Gak gue kasih jatah lagi lu ye." Ucap Bella mengancam Rian yang hanya dibalas dengan ketawa garing. Aku duduk di samping Sherly di sofa, Bella ada di sebelah Sherly yang satu lagi dan cowo2 duduk di bawah. Kami pun mulai nonton film bersama.

Aku semakin nyaman dengan persahabatan baruku ini. Berbicara soal sahabat, aku jadi teringat dengan Dea dan Vina. Aku sudah bersahabat sejak lama dengan mereka. Aku takut merusak hubunganku dengan mereka jika punya sahabat baru.
"Sher, gue tetep boleh main sama Dea Vina kan?" Tanyaku berbisik pada Sherly.
"Ya bolehlah sayy... Kenapa emgnya kok nanya gitu??" Tanyanya padaku. Bella yang tadi serius menonton jadi ikut mendengarkan percakapan kami.
"Yaa gue takut ngerusak hubungan gue sama mereka gitu. Jujur aja nih, dulu gue sama mereka tuh gak suka sama lu berdua karna kalian 'slutty' gitu. Sampe akhirnya gue kenal dengan kalian dan sadar kalo kalian tuh sebenernya emang baik." Curhatku sambil meminum alkohol di gelasku. Sherly dan Bella mengangguk pelan.
"Teruus... Mereka tau gue makin lama makin deket sama kalian... Hikss..." Aku mulai menitikkan air mata.
"Vina ngelarang gue buat temenan sama kalian.... Dia takut kalo gue kena pengaruh buruk kalian... Tapi gue gak mauu... Gue berusaha jelasin kalo kalian tuh baik... Sampe kita tuh kayak berantem gitu..."
Tangisku menjadi jadi membuat para cowo menengok ke arahku. Sherly memelukku berusaha menenangkanku.
"Lu kenapa Liv?" Tanya Rangga sok2an peduli.
"Kepo lu. Udah sono, urusan cewe nih" Bella mengusir Rangga.
"Jangan2 gara2 gue ya?? Duh sorry Liv gue bener2 khilaf tadi sampe maksa lu buat sepongin kontol gue." Rangga meminta maaf kepadaku, padahal dia tidak salah apa2.
"Apaansih lu gak usah geer deh, kita pindah ke kamar gue aja yuk." Sherly lalu membopohku ke kamarnya. Bella mengikuti kami dari belakang.

Sesampainya di kamar, aku didudukkan di pinggir kasur. Sherly tetap memeluk sambil menepik nepuk punggungku. Aku yang membelakangi Bella dielus elus punggungku.
"Sher gue mandi dulu ya, lengket nih badan gue gara2 tadi. Gue pinjem baju lu lagi gapapakan?" Tanya Bella pada Sherly.
"Yaudah pake aja gapapa." Bella lalu meninggalkan kami berdua di kamar. Sambil tetap memelukku Sherly memberi sarannya padaku.
"Mending kalian baikan deh daripada gak bersahabat lagi." Ucap Sherly.
"Vina udah minta maaf ke gue... Gue takut dia malah kecewa kalo tau gue udah begini sekarang... Hiksss..." Air mataku tak henti2nya mengalir.
"Yaudah demi persahabatan kalian, mending lu jauhin gue sama Bella aja." Ucapnya membuatku kaget. Aku tak mampu menjawabnya.
"Lagian juga bener kok apa yang dibilang Vina itu, gue sama Bella emang pengaruh buruk buat lu. Buktinya lu kayak begini tuh gara2 gue sama Bella." Aku kembali tak bisa berkata kata.

"Gue juga mau jujur sama lu Liv..." Kata2nya tiba2 terhenti. Aku menunggu kelanjutannya. Dia melepas pelukannya dan menundukkan kepalanya. Wajahnya terlihat sangat menyesal.
"Sebenernya.... Gue sama Bella... Emang ngejebak lu jadi kayak begini." Menjebakku? Kenapa dia menjebakku? Bukankah mereka selama ini baik padaku? Apa aku punya salah pada mereka? Beribu ribu pertanyaan muncul di kepalaku membuatku terbengong. Aku tak percaya dengan apa yang kudengar.
"Jadi dari awal tuh gue udah ngasih obat penenang di es jeruk yang semalem kita minum itu supaya lu gak sadar udah minum alkohol. Terus gue juga ngasih obat perangsang dosis rendah di alkohol yang kita minum itu." Aku semakin tak percaya dengan apa yang diucapkannya.
"Terus pas Dion dateng bawain coca cola buat kita itu sebenernya udah dikasih obat perangsang juga tapi dosisnya lebih tinggi daripada yang gue kasih ke lu. Makanya Bella sama gue tiba2 horny disaat itu." Aku mulai memahami mengapa terjadi perubahan drastis pada diri mereka dan diriku di malam itu.
"Trus gue sama Bella sempet 'main' dulu sama mereka sampe jam 12. Setelah itu kita2 bingung gak ngeliat lu balik lagi ke bawah. Kita khawatir lu bener2 marah dan menyesal seumur hidup. Gue sebenernya mau cerita ini pas lu baru bangun, tapi saat itu lu bener2 shock dan gue coba cerita di lain waktu aja. Pas turun ke bawah, Dion itu mau minta maaf karna udah nambahin obat perangsang ke coca cola yang lu minum. Tapi omongannya lu potong sendiri." Aku sudah berhenti menangis. Aku bingung harus berkata apa.
"Lu harus jauhin gue sama Bella sebelum ini terlalu jauh Liv. Gue minta maaf dan menyesal udah bikin lu kayak begini. Gue gak berharap lu maafin gue kok Liv, yang penting lu harus jauhin gue dan temenan lagi sama Dea dan Vina, karna memang merekalah yang pantas jadi teman dan sahabat lu dibandingkan gue sama Bella." Kemudian Sherly mengusap usap matanya seperti ingij menangis.

Pikiranku berusaha mencerna ceritanya. Tak ada suara apapun selain suara Bella yang bernyanyi di bawah guyuran shower. Kami terdiam seribu bahasa. Sherly mulai terisak dan air matanya menetes. Dia benar2 menyesal telah menjebakku. Aku pun memeluk dan menepuk nepuk punggungnya.
"Gapapa kok Sher, gue maafin lu dan semua tindakan kalian." Sherly kemudian mendorong tubuhku, menatap wajahku tak percaya dengan apa yang kuucapkan.
"Lu gak perlu maafin gue Liv! Gue udah ngerusak lu paham gak!?" Sherly meninggikan suaranya dan air matanya mengalir deras. Bella sepertinya tak dapat mendengar ucapan kami karna dia masih asik bernyanyi. Aku pun tersenyum dan menyeka air matanya.
"Sebagai teman gue harus bisa memaafkan kesalahannya. Lagian juga ini semua udah terjadi dan gak bisa diulang." Jelasku pada Sherly. Sherly memelukku dan tangisannya pun pecah. Aku membalas pelukannya dan menepuk nepuk punggungnya kembali.
"Gue gak nyangka lu baik banget sama gue.... Meskipun kita baru kenal... Dann gue udah ngerusak lu... tapi lu tetep maafin kesalahan gue... Hikkss..." Sherly memelukku semakin erat. Tak lama kemudian suara Bella sudah tak terdengar lagi dan dia masuk ke kamar.
"Loh kok gantian sih nangisnya? Perasaan tadi Olive yang mewek sekarang malah lu Sher yang mewek." Ucap Bella heran sambil meledek Sherly.
"Diem lu ah! Ngerusak suasana aja!" Bentak Sherly masih memelukku.
"Yaudah iya maap... Eh gue ambil yang mana nih bajunya?" Tanya Bella sambil membuka lemari Sherly
"TERSERAH..!! Ambil semua kalo perlu!!" Jawab Sherly singkat
"Yaelah mbak galak amat." Aku hanya tersenyum melihat tingkah Bella yang menggoda Sherly.

Setelah Bella berpakaian dan Sherly yang sudah tenang, aku menceritakan mengapa Sherly menangis. Aku juga bercerita kalau aku telah dijebak oleh 2 orang teman baruku, Sherly dan Bella. Bella lalu merasa menyesal telah menjebakku dan meminta maaf. Setelahnya, kami kembali ke bawah. Cowo2 itu sudah tertidur di lantai beralaskan karpet dengan tv yang masih menyala.
"Yaah pada tidur. Yaudah kita balik lagi aja ke atas." Kemudian Dion terbangun karna omongan Bella tadi.
"Eh sorry gue ketiduran. Gimana Olive udah tenang?" Tanya Dion padaku. Aku mengangguk pelan.
"Ohh iya... Errr... Gue sebenernya..." Dion terbata bata mengungkapkan kata2nya.
"Mau ngaku udah ngejebak gue?" Ucapku membuat Dion kaget.
"I..I..Iya..." Dion menjawab sambil mengangguk.
"Gue maafin lu semua kok." Dion kaget dengan ucapanku.
"Lu serius Liv? Tapikan gue dan yang lain udah..." Ucapan Dion kembali kupotong
"Udahlah gak usah dibahas lagi. Lagian juga gue nikmatin 'jebakan' kalian kok." Ucapku tersenyum.
"Trus tadi lu nangis karna apa dong?" Tanya Dion penasaran. Aku pun menceritakan masalahku dengan Dea dan Vina.

Cowo2 yang sedang terlelap mulai bangun satu persatu. Mereka mendengar curhatanku.
"Kalo lu gak mau persahabatan lu ancur, ajak aja mereka main sama kita. Jadi nanti lu bisa main sama kita sekaligus dengan mereka." Saran Dani berusaha memecahkan masalahku.
"Yeee ngawur luuuu..." Ucap Rian sambil memukul Dani dengan bantal sofa. Kami semua tertawa dengan saran Dani. Tapi hatiku berkata lain... "Hmm boleh juga idenya." Kami mengobrol cukup lama sampai pukul 6 pagi. Pertama kalinya obrolan itu tidak ditemani dengan alkohol. Aku pun melewatkan solat subuh karna mager. Ini juga pertama kalinya aku tidak solat wajib. Setelah capek mengobrol, kami kelelahan dan tertidur. Kami bersamaan tidur di ruang tv. Tidak ada pembatas antara lelaki dan perempuan di persahabatan kami.

Aku tidur sangat pulas sampai aku terbangun pukul 12 siang. Aku setengah sadar berjalan menuju kamar mandi di dekat dapur untuk cuci muka. Sesampainya di depan kamar mandi aku membuka pintu dan ternyata ada Beni yang sedang kencing disana. Dia menoleh ke arahku dengan pandangan kosong. Aku terdiam melihat ke arah penisnya yang mengeluarkan air kencing. Penisnya berdiri sempurna. Seketika vaginaku berkedut dan terbesit pikiran nakal di otakku. Aku menatap matanya sambil masuk ke dalam toilet dan menutup pintunya. Aku kunci pintunya sambil menatapnya terus. Dia melihat ke arah bawah tubuhku. Aku yang hanya mengenakan thong berwarna putih sebagai celanaku membuat dia menelan ludah. Mataku terus menatap tajam wajahnya membuat dia salah tingkah. Dalam hati aku merasa senang membuatnya seperti ini.
"Udah selesai kencingnya?" Tanyaku pelan padanya.
"Udah Liv." Dia membalasnya dengan suara yang pelan juga. Ekspresinya sungguh lucu saat itu hihihi...
"Aku cebokin ya.." Ucapku menaikkan alisku dan tersenyum manis. Dia mengangguk pelan dan mulutnya menganga. Kemudian aku menampung air yang kuambil dari wastafel dan mengusap penisnya. Kubersihkan dari ujung sampai testisnya kubersihkan juga. Aku kembali melihat wajahnya, ia hanya melihat tanganku yang membersihkan penisnya itu. Gerakanku mulai mengocok ngocok pelan penisnya yang tegang daritadi. Kemudian aku berjongkok di depannya sambil tetap mengocoknya dan berkata.
"Kayaknya kurang bersih kalo pake tangan. Hmmm pake mulutku kayaknya bisa lebih bersih deh." Aku melihat kembali wajahnya. Ekspresinya seakan akan tak percaya dengan tingkahku itu.

Tanpa menunggu jawaban darinya aku membuka mulutku dan memasukkan penis itu ke dalam mulutku. Aku tetap menatap matanya. Penis itu terasa lebih besar dibandingkan punya Rangga, tapi panjangnya tetap sama. Kumaju mundurkan kepalaku perlahan sambil memainkan lidahku. "Sllrpp... Mpphhh... Hmmm.... Sllrrpp..." Suara itu muncul dari mulutku. Mukanya tampak menikmati servis oralku. Aku sangat senang dapat membuatnya terangsang. Aku juga terkadang menghisap hisap testisnya dan tanganku mengocok penisnya sambil mataku tetap menatap matanya. Ketika aku men 'deepthroat', lenguhan pelan muncul dari mulutnya.
"Ooh.. enak banget Liv mulut lu." Ucapnya sambil tangannya tak berhenti membelai manja muka dan rambutku. Setiap pujian dan lenguhan yang keluar dari mulutnya membuat vaginaku basah. Kemudian dia menarik penisnya.

Dia membangunkanku dan mencium bibirku. Dilepasnya sweaterku dan aku melepas kaosnya. Kami berdua sudah sama2 bugil. Dia kembali mengecup bibirku dan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku yang baru pertama kali melakukan 'french kiss' tak bisa mengimbangi permainan bibirnya. Tapi lama kelamaan aku mulai bisa mengaitkan lidahku dengan lidahnya. Aku memejamkan mataku menikmati ciuman pertamaku. Air liur kami bertukar dan terkadang menetes keluar dari sela2 mulut kami. Tanganku terus mengocok lembut penisnya dan tangannya mengelus elus vaginaku yang sudah terbebas dari celana dalam. Aku menyukai permainannya yang lambat namun menggairahkan ini.

Cukup lama kami berciuman, dia kemudian menyuruhku duduk di closet duduk. Dia kemudian berjongkok di depan vaginaku. Posisinya sama seperti Sherly ketika dioral Dani. Aku yang sudah tau akan dioral segera membuka lebar kedua pahaku dan menaruhnya di kedua pundaknya. Dia mengendus vaginaku yang mulus tanpa bulu itu dan membuang nafasnya di sepanjang garis vaginaku. Perbuatannya membuatku menggelinjang. Aku yang baru pertama kali melakukan hal ini sedikit deg2an, penasaran seperti apa rasanya. Dia mulai menjilat vaginaku. Jilatannya membelah vaginaku yang sudah basah itu. Dia terus menjilat jilat dan kemudian menghisap2 vaginaku. "Ooohhh... Hsss.. ahhhh... Enaakk Ben.." aku menekan nekan kepalanya dengan tanganku dan menjepit kepalanya diantara pahaku. Beni semakin ganas melahap vaginaku. Aku terus2an mendesah. Dia mulai memasukkan jari telunjuknya ke vaginaku. Dia mencolok colok dan memutar mutar jarinya. Lidahnya menjilati dan menghisap klitorisku. Tak lama kemudian kurasakan aku akan orgasme.
"Aahh Ben gue pengen pipiis... Awas kepala lu nanti kenaa..." Ucapanku tak dihiraukan Beni. Dia semakin intens memainkan vaginaku. Aku semakin menggelinjaang.
"Oohh enak banget Ben.. terus jangan berhentii.." Beni mulai memasukkan dua jarinya. Aku semakin menggila dibuatnya.
"Aah Been gue keluaar..." Aku berteriak di kamar mandi itu. Cairanku mengalir deras. Beni tak mengangkat kepalanya, malahan dia menghisap menelan semua cairanku itu.
"Slllrpp... Hmm..." Suara itu muncul dari mulut Beni. Kemudian dia mengangkat kepalanya dan berdiri di depanku.

"Gimana puas?" Tanyanya padaku. Aku mengatur nafasku dan menjawabnya sambil ngos2an.
"Gila enak banget Ben. Abis ini entotin gue ya." Pintaku pada Beni.
"Hah serius lu? Tapikan lu masih perawan." Beni ragu dengan permintaanku.
"Gue mau lepas perawan gue biar sama kayak Sherly Bella. Biar gue bebas juga kayak mereka." Jelasku pada Beni. Penis Beni yang masih menegang kukocok pelan dan menatap wajahnya manja.
"Please Ben entotin gue. Gue udah siap kok."
Ucapku memohon lagi padanya.
"Yakin lu? Gak nyesel?" Tanyanya lagi meyakinkan keputusanku. Aku pun berdiri dan menungging berpegangan pada wastafel. Aku menoleh kebelakang melihat beni kembali.
"Please Ben lakuin sekarang. Gue udah sange berat. Sshh..." Ucapku manja sambil mendesah menggodanya.
"Oke kalo gitu. Tahan yaa rasanya agak sakit dikit. Tarik napas lu dalem2." Dia memposisikan penisnya di mulut vaginaku. Aku menarik napas dalam2. Kepala penisnya mulai masuk. "Sshhhh..." Beni berhenti memggerakan penisnya
"Terusin Ben. Gue siap kok." Beni kembali memasukkannya sedikit sedikit.
"AAHHH... Pelan2 Ben..." Aku sedikit merasa kesakitan. Dia mendiamkan penisnya sejenak membiarkan vaginaku istirahat. Kemudian dengan aba2 dia memasukkannya kembali. Aku menahan rasa sakit ini. Vaginaku terasa sangat penuh. Air mataku menetes karna kesakitan.
"Lanjut?" Tanya Beni. "Lanjut Ben." Beni memasukan penisnya lebih dalam dengan hati2. Kemudian aku merasakan perih yang amat sangat.

"AAAAHHHH... GILAA UDAAH UDAAHH... STOPP BEN.." Aku berteriak pada Beni. Beni terus menekan penisnya lebih dalam sampai kurasakan pantatku menyentuh perutnya. Kurasakan sesuatu yang mengalir dari vaginaku. Penisnya sudah masuk semua. Aku meringis kesakitan. Air mataku terus mengalir deras. Beni mendiamkan penisnya itu cukup lama. Dia mulai menarik perlahan lahan penisnya Gerakannya membuatku meringis lagi. Kemudian dia mulai memompaku pelan. Lama kelamaan rasa sakit itu mulai berubah jadi rasa nikmat. Suara meringisku mulai berubah menjadi desahan desahan manja. Beni mulai mempercepat sodokannya pada vaginaku.
"Oohhh... Ohh.. terus Benn cepetin..." Beni semakin mempercepat genjotannya. Aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur menyambut penisnya.
"Aahh.. ahhh.. enaak Benn... Jangan berhenti... Terus entotin gue..." Aku meracau tak jelas. Aku memutar kepalaku dan memegang kepalanya. Ku cium mulutnya sambil tanganku mengelus elus rambutnya. Ciumanku mengganas ketika tangan Beni memainkan payudaraku. Desahanku tertahan akibat berciuman dengannya. Aku melepaskan ciumanku dan melihat ke arah cermin yang ada di depanku. Tangannya yang berisi sedang meremas remas payudara kecilku.
"Plok plok plok plok" Suara itu muncul karna benturan pantatku dengan pahanya.

"Aahhh... Aahhh... Shhh... Aahh Ben cepetin gue mau keluar lagiii.." Beni mempercepat genjotannya itu. Aku semakin mendesah dengan keras. Hingga akhirnya aku melenguh keras tanda aku orgasme lagii
"Aaahhhh... Nikmaat Benn... Shhh.." ucapku sambil memegang tangannya yang ada di payudaraku. Aku mengatur nafasku yang ngos2an. Kemudian Beni melepas penisnya dan kulihat kebawah ada darah yang menetes dari vaginaku. Ya, itu darah perawanku. Aku telah melepas perawanku kepada temanku ini.
"Liv lu masih kuat?" Tanya Beni. Aku mengangguk pelan. Kemudian dia memutar badanku hingga aku berhadapan dengannya. Dia membersikan vaginaku dari darah dengan air dari wastafel. Setelah bersih dia mengangkat pahaku sampai aku tergendong. Penisnya terjepit di antara vaginaku dengan perutnya. Aku mengalungkan tanganku pada lehernya dan menatap wajahnya, dibalas tatapanku dengan wajah seriusnya.
"Gue masukin lagi ya." Tanyanya sambil mengunci pandanganku. Aku mengelus pipinya lembut.
"Iya masukkin lagi Ben. Buat diri lu puas dengan tubuh gue." Jawabku sambil mengecup bibirnya.

Beni lalu menyandarkanku pada dinding toilet dan memasukkan penisnya lagi.
Aahhh... aku kembali mendesah. Dia menusuk nusuk vaginaku cukup cepat kali ini. Dia mengejar orgasmenya. Tindakannya membuatku mendesah tak karuan. Kudekapkan kepalanya pada payudaraku yang mungil ini. Dia menjilati dan menghisap hisap putingku sambil penisnya tetap menggenjotku. Kemudian dia mengecup manja leherku meninggalkan bekas merah di sana.
"Teruus Benn.. cupangin teruus leher guee... Toket gue jugaa cupanginn ajaa gapapaahh..." Beni lalu kembali ke payudaraku dan mencupangnya. Perbuatannya sangatku sukai. Aku menyukai permainan gentle dari Beni. Sekitar 10 menit kemudian aku merasa akan orgasme lagi.
"Been gue mau keluar lagii..." Ucapku pada Beni
"Aahh gue juga Liv dikit lagi keluar." Ternyata Beni juga akan orgasme.
"Aahh.. cepetin Benn... Keluarin di dalem ajaa yaa... Gue pengen ngerasain semburan peju lu di memek gue." Kupegang dagunya dan kubuat dia melihat wajahku. Tak lama kemudian penis Beni berkedut kedut.
"Aaahh gue keluar Liv..." Croott crott croot...
Semburannya sangat terasa di vaginaku. Semburannya itu membuatku kembali orgasme.
"Aahh gue jugaa Ben..."

Kurasakan vaginaku sangat hangat sekarang. Beni sudah berhenti menggenjotku. Kami berciuman mesra menandakan berakhirnya permainan kami. Penisnya terlepas dari vaginaku, kurasakan ada yang mengalir dari vaginaku dan menimbulkan suara tetesan. Kami masih berciuman sampai Beni menurunkanku dari gendongannya itu.
"Makasih ya Ben udah ngelepas perawan gue." Ucapku memeluk mesra tubuh Beni.
"Iya sama sama, lu jangan nyesel ya udah gue entotin." Beni membalas pelukanku.
"Menyesal? Tentu saja tidak! Gue justru sangat menikmati permainan tadi."
Kemudian kami saling menatap dan berciuman lagi.
"Udah yuk keluar, pake lagi baju lu tuh." Kami kemudian memakai kembali pakaian kami dan sedikit membereskan rambutku yang acak2an. Sebelum keluar Beni kembali mencium bibirku. Cukup lama kami berciuman.

Setelah berciuman, Beni membuka pintu dan mengeluarkan kepalanya melihat keadaan sekitar.
"Aman.." ucap Beni melangkah keluar diikuti olehku.
Kami berjalan bersama ke ruang tv. Kemudian...
"Pooooff..... SELAMAT OLIVEEE..." Ucap Sherly dan Bella berbarengan mengagetkanku. Isi party popper itu mulai berjatuhan ke arah ku dan Beni. Kami saling menatap tak tau apa yang terjadi.
"Ada apaan nih?" Ucap Beni awkward.
"Yaelah bro... Kita semua tau kali lu abis ngapain sama Olive." Ucap Dani pada Beni.
"Eh ternyata kalian tau yaa hehe..." Beni bingung harus menjawab apa.
"Yaiyalah, orang lagi enak2 tidur eh kebangun gara2 ada suara enak2 yang sesungguhnya dari kamar mandi hahaha..." Ucap Dion tertawa lepas.
"Pas tau kalian lagi ngentot nih, gue punya ide buat ngasih selamat ke kalian, terutama buat Olive yang telah melepas keperawanannya. Trus akhirnya Rian keluar cari party popper dan beli makanan dehh..." Jelas Sherly kepadaku dan Beni. Kami hanya mengangguk2.

Aku hanya tersenyum maksa, malu rasanya kepergok di toilet hahaha...
"Gimana rasanya? Enakkan?? Gue bilang juga apa ngentot itu enak." Ucap Bella
"Keluar berapa kali lu? Kok lu bisa2nya ngentot sama Beni? Lu gak dipaksakan?" Tanya Sherly padaku. Bella dan Sherly langsung membredeliku dengan sejuta peluru pertanyaan. Aku yang bingung harus menjawab apa hanya bisa bengong2 saja.
Mereka mengucapkan selamat padaku dan juga Beni, tapi aku yang lebih menjadi perhatian mereka. Disitu aku tidak melihat Rangga, cowo yang sempat nembakku dulu. Semalam dia juga menembak ku dengan spermanya pada wajah dan mulutku. Aku merasa bersalah padanya. Dibalik riuhnya suasana di ruang tv ini, aku malah memikirkan keberadaan Rangga. Aku ingin meminta maaf padanya telah membuatnya cemburu. Kulihat jam dan sekarang pukul 1 lewat. "Lama juga ya aku tadi hehe." Ucapku bangga dalam hati. Kami lalu mulai makan siang bersama, tanpa kehadiran Rangga. Beni memberikan sebuah pil kb agar aku tidak hamil. Segera kuminum takut sel sperma Beni sudah menyatu dengan sel ovum ku hahaha...

Setelah selesai makan, aku mandi dan bersiap siap untuk pulang ke rumah. Aku kembali meminjam baju Sherly karna bajuku kotor. Aku juga kembali meminjam dalaman Sherly. Aku memilih celana dalam jenis thong warna hitam dan bra bikini yang dapat diikat berwarna hitam. Bajuku cukup simpel, cardigan panjang berwarna biru, di dalamnya aku memakai tanktop warna putih, dan bawahannya kulot hitam sebetis. Aku memakai pashminaku yang kemaren. Aku tetap berpakaian tertutup di tempat umum. Sebelum turun, aku memesan ojol dulu. Kemudian aku turun dan melihat semuanya sudah siap untuk pulang. Semuanya terlihat kecuali Rangga. Cowo2 mulai berpamitan dan pulang duluan dengan mobil Dion. Tinggal aku dan Bella yang belum pulang menunggu abang ojol tiba. Aku sempat meminta masker ke Bella karna badanku sedikit panas. Aku melihat cuaca mulai agak mendung. Aku khawatir akan turun hujan di tengah perjalanan. Setelah cukup lama menunggu di halaman depan ternyata abang ojol kami tiba bersamaan. Aku dan Bella pamit kepada Sherly dan jalan bareng ke ojol masing2.

Haaahhh...., rasanya benar2 nikmat meskipun hanya semalam di rumah Sherly. Aku sudah suka minum2an beralkohol dan siang tadi aku sudah melepas perawanku pada Beni. Aku sudah berubah total, dari perempuan yang alim menjadi perempuan nakal. Aku menyukai perubahanku ini. Aku kembali teringat saran Dani tadi pagi. Ya, aku akan mencoba membuat Dea dan Vina berkawan baik dengan teman2ku yang baru ini. Ahh... Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba.
 
Terakhir diubah:
Langsung fokus kawannya hu , terbaik lah karya suhu nih
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd