Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT METEOR AZKA

CHAPTER 15

Hari ini begitu sangat melelahkan. Sejak tadi pagi hingga sore ini aku tak berkutik dengan banyaknya pekerjaan yang harus aku layani. Maklum pelayanan kepada masyarakat adalah tugas pokokku sebagai abdi masyarakat. Kualitas pelayananku sebagai Sekdes pada masyarakat merupakan aspek terpenting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pelayananku dapat dikatakan baik dan berkualitas apabila pelayanan yang didapatkan oleh masyarakat menyentuh titik kepuasan. Aku selalu berusaha keras untuk melayani masyarakat sehingga tugasku adalah selalu mencari cara untuk menyenangkan atau memuaskan hati masyarakat.

Selepas menunaikan tugas di kantor desa, aku segera pulang dan membersihkan badan. Setelah itu, seperti rutinitas sehari-hari, ngobrol dengan kakek di ruang depan sambil ngopi dan merokok adalah hal yang tidak bisa dihindarkan karena telah menjadi kebiasaan. Kakek selalu saja menanyakan hasil kerjaku dan perkembangan desa. Mungkin kakek telah menurunkan sifatnya yang selalu peduli kepada masyarakat desa kepadaku, karena aku pun kini merasa sangat peduli kepada kehidupan masyarakat desa.

“Kamu harus mengembangkan desa ini sebagai desa wisata. Potensi keindahan alam di kita ini bisa membantu masyarakat untuk menambah penghasilannya.” Ujar kakek.

“Benar kek ... Aku telah merancang memaksimalkan potensi keindahan alam di sini. Aku sudah merencanakan membangun sarana dan prasarana yang bisa menyokong dan memaksimalkan desa wisata yang telah ada.” Kataku.

“Bagus.” Respon kakek senang.

Saat aku sedang menyeruput kopi, smartphoneku mengeluarkan suara dering. Segera kuletakkan gelas kopiku di meja lalu mengambil alat komunikasiku dari saku celana. Kulihat nama si penelepon di layar smartphone, ternyata Windi yang menelpon. Sambil bangkit dan berjalan ke teras rumah, aku mengangkat teleponnya.

“Hallo ...” Sapaku.

Mas ... Benar ibu dikasih uang sama mas?” Windi langsung mencecarku.

“Benar ... Kemarin aku memberinya uang. Kenapa?” Aku balik bertanya.

Oh ... Gak apa-apa.” Jawab Windi dan seketika itu juga aku mendengar suara marah seorang wanita di belakang sana. Kurasa itu adalah suara Purwanti yang sedang mengoceh marah-marah entah pada siapa.

“Ada masalah ya? Apa pemberian uangku pada ibumu menjadi masalah?” Tanyaku jadi tidak enak hati.

Tidak mas ... Nanti aku telepon lagi.” Tiba-tiba sambungan telepon terputus.

Telepon Windi yang singkat barusan membebankan hatiku menjadi tidak nyaman. Menelan ludah, aku susah payah memaksakan senyum kering seraya kembali masuk ke dalam rumah. Kuambil kopiku di atas meja lalu menyeruputnya berharap kopi ini bisa menenangkan hatiku yang sedang kaku. Untuk membantu menenangkan pikiranku, kupikir tidak ada salahnya untuk membakar sebatang rokok yang sedari tadi tak kusentuh.

“Ada apa?” Tanya kakek.

“Tidak ada apa-apa kek.” Jawabku sambil memaksakan senyum.

Kakek geleng-geleng kepala sambil melanjutkan merokoknya. Akhirnya aku ajak kakek ngobrol lagi dengan tema keadaan desa kami, terutama rencana Jafar yang ingin membuka usaha. Setengah jam berlalu obrolan kami semakin melebar kemana-mana, sebelum akhirnya Windi meneleponku lagi. Aku pun kembali ke teras dan mengangkat teleponnya.

“Hallo ...” Sapaku.

Ya mas ... Hi hi hi ... Jadi rame loh mas ...” Kata Windi sambil terkekeh ringan.

“Rame gimana?” Tanyaku penasaran.

Jadi ibu itu tadi beli mobil. Kami terkejut karena dari mana ibu mendapat uang untuk membeli mobil. Tadinya ibu mengaku uang sendiri dan kami tentu tidak percaya. Akhirnya ibu mengaku diberi uang oleh mas. Ibu marah-marah karena ayah dan suamiku pelit, tidak mau membelikannya mobil. Lucunya, ibu tadi bilang menyesal telah menikahkan aku dengan suamiku yang sekarang. Ibu bilang kalau tahu suamiku pelit, ibu tidak akan menjodohkan aku dengannya. Ibu menyesal tidak menjodohkan aku dengan mas.” Jelas Windi.

“Ah, ibumu itu ada-ada saja. Aku memberinya uang hanya ingin dia baik saja padaku.” Kataku sejujur-jujurnya.

Mas ... Kejadian tadi ternyata ada hikmahnya ... Suamiku cemburu sama mas, dan dia berjanji akan memperlakukanku sebaik-baiknya dan menyayangiku setulus hatinya. Mas, aku ingin mencoba hidup bersama suamiku. Aku memang berharap bisa hidup bahagia dengannya. Besok, aku akan pindah ke rumah suamiku di Jakarta. Pada kesempatan ini, aku ingin berpamitan pada Mas Azka.” Ujar Windi dengan suara sendunya.

“Ya dek ... Aku sangat senang mendengarnya. Dan aku ucapkan selamat jalan semoga kamu bahagia bersama suamimu. Hal yang paling penting adalah menikmati hidupmu, menjadi bahagia, apa pun yang terjadi. Karena hidup bukan ditentukan orang lain, kita harus bisa membuat jalan hidup kita sendiri. Kamu yang berhak memutuskan apa yang terbaik. Menjalani hidup yang kamu miliki sebaiknya disertai kebahagiaan yang bisa didapatkan dari diri sendiri, keluarga, rekan, dan lingkungan sekitar. Pergilah dengan suamimu, gapai kebahagian dengannya.” Kataku.

Hiks ... Hiks ... Hiks ... Mas, maafkan aku ya ...” Windi mulai terdengar terisak-isak.

“Aku juga ya dek ... Aku minta maaf.” Kataku.

Aku pergi ya mas ...” Katanya lagi.

“Ya ... Pergilah ...” Jawabku.

Sambungan telepon pun terputus. Aku berdiri menatap langit malam dan entah kenapa hatiku kini merasa lega. Kebersamaanku selama ini dengan Windi akan selalu kujadikan sebagai kenangan. Kenangan bahagia dan sedih bersamanya akan selalu aku syukuri. Masa laluku dengan Windi memang menyimpan banyak kenangan, namun itu bukan alasanku untuk tidak terus melangkah maju. Masa lalu memang tidak bisa dilupakan, namun masa depanku tidak akan menunggu.

Aku kembali ke dalam dan bergabung lagi dengan kakek. Aku mungkin tidak memiliki segalanya, tetapi aku memiliki kehidupan yang hebat. Kakek adalah salah satu bagian kehidupanku yang hebat ini. Sosok kakek selalu menjadi inspirasi, selalu menjadi panutanku dalam menjalani hidup. Kami terus ngobrol. Hal remeh-temeh menyangkut aktifitas sehari-hari sampai topik yang berat dan serius mengenai kondisi bangsa ini. Sampai saatnya kami memutuskan untuk beristirahat dan masuk ke kamar masing-masing.

Seperti biasa, sebelum membaringkan tubuh di atas kasur, aku mengambil tempat tinggal Pet dari bawah ranjang. Warna warni cahaya Pet dalam botol semakin cemerlang dan sangat indah. Pet pun melayang-layang dalam air mineral semakin lincah saja. Mungkin itu tanda kalau dia sedang bahagia. Aku merebahkan badan dengan wajah menghadap tempat bersemayam Pet.

Besok adalah hari kebebasanku. Terima kasih atas bantuanmu. Kau sangat berjasa telah membantuku bebas dari batu meteor ini.” Kata Pet.

“Aku juga berterima kasih padamu dengan telah menjadi sahabatku. Aku berharap persahabatan kita akan kekal dan terus terjalin walau kau pergi dan meneruskan penjelajahanmu.” Kataku penuh dengan pengharapan.

Aku tidak akan pernah melupakanmu. Jasamu sangat besar untukku. Demi jagat raya, aku akan menganggapmu sebagai saudara.” Ujar Pet yang sukses membuatku tersenyum bangga.

“Terima kasih, Pet ... Aku senang memiliki banyak saudara. Apalagi dengan makhluk sepertimu. Kalau perlu, aku ingin bersaudara dengan semua manusia dan makhluk sejagat raya.” Kataku.

Sama-sama. Aku juga sangat senang kau menerimaku sebagai saudara.” Sahut Pet.

“Pet ... Aku jadi teringat ceritamu tentang Azumath. Menurutmu Azumath adalah dunia sihir. Apakah kau bisa sihir?” Tanyaku membelokkan tema pembicaraan .

Aku tidak bisa sihir. Kemampuanku hanya kekuatan pikiran. Aku tidak mempunyai elemen-elemen yang bisa menggerakan energi sihir. Aku bisa mengumpulkan energi sihir, tetapi hanya terkumpul saja. Untuk menggunakannya aku terkendala dengan elemen lain yang tidak aku punya.” Jelasnya.

“Energi sihir? Apa itu?” Tanyaku ingin tahu.

Energi sihir adalah sumber kekuatan yang digunakan penyihir untuk membuat sihirnya. Energi sihir dapat dianalogikan sebagai listrik di duniamu. Energi sihir adalah syarat penting untuk mengeluarkan sihir. Seseorang yang memiliki kapasitas energi sihir besar memungkinkan untuk menguasai teknik sihir kelas atas. Umumnya orang-orang menilai kuat atau tidaknya seorang ksatria sihir tergantung dari berapa besar energi sihir yang dimiliki.” Jelas Pet masih membingungkan.

“Energi sihir itu bentuknya seperti apa sih?” Tanyaku lagi.

Energi sihir itu tidak bisa dilihat hanya bisa dirasakan. Kalau kau ingin melihat energi sihir, caranya adalah dengan membuat sihir. Sihir itulah yang bisa dilihat secara visual dan sebagai bentuk dari hasil pengolahan energi sihir.” Jelas Pet lagi.

“Apakah menurutmu aku memiliki energi sihir?” Aku bangkit dan duduk bersila menghadap Pet.

Setiap makhluk di jagat raya memiliki energi sihir, termasuk dirimu. Hanya saja kau tidak mempunyai wadah untuk mengikatnya. Karena setiap kau memasukan unsur-unsur ke dalam tubuhmu, energi sihir selalu menyertainya. Ketika kau makan dan minum, bahkan menghisap rokok, ada energi sihir yang masuk ke tubuhmu. Ketika tubuhmu merasakan panas atau dingin juga, energi sihir ikut masuk ke dalam tubuhmu. Sumber energi sihir adalah alam semesta, tinggal kamu mempunyai wadah untuk menampung dan mengikatnya.” Jelasnya.

“Ah ... Aku semakin bingung.” Kataku sambil merebahkan lagi tubuhku di kasur.

Jika kau ingin bertemu dengan wanita Elf, kau harus mempunyai kekuatan sihir.” Tiba-tiba Pet berkata demikian.

“Ha ha ha ... Lupakan wanita Elf ... Wanita-wanita di bumi ini juga banyak yang cantik-cantik.” Kataku.

Aku akan memberitahumu tentang wanita Elf ... Kecantikan mereka adalah kecantikan jagat raya. Tidak ada wanita di jagat raya yang bisa menandingi kecantikan wanita Elf. Jika kau sempat bertemu dengan mereka, aku yakin kau akan rela menjadi budak mereka. Kau akan mengorbankan apa saja yang kau punya, termasuk nyawa hanya untuk bisa berdekatan dengan mereka. Satu hal lagi, wanita Elf selalu perawan. Walau telah melakukan ribuan kali persetubuhan dan melahirkan anak, mereka akan kembali perawan.” Jelas Pet itu membuat kedua alisku terangkat.

“Masa?” Aku tidak percaya.

Ya ... Kabar terakhir yang aku dengar, banyak bangsa manusia yang jatuh hati pada wanita Elf. Bangsa manusia banyak yang terjerat pesona wanita Elf yang akhirnya terjadi perbudakan. Bangsa manusia banyak yang menjadi budak bangsa Elf. Itu sangat menyedihkan.” Ungkap Pet.

“Itu tidak bisa dibenarkan. Perbudakan adalah kejahatan.” Kataku.

Aku setuju, tetapi bagaimana bisa dikatakan kejahatan jika yang menjadi budak rela dengan sendirinya. Bangsa Elf pun tidak memaksa bangsa manusia menjadi budak mereka.” Jelas Pet sangat masuk akal.

“Kau kan punya kekuatan pikiran. Kenapa kau membiarkan itu terjadi?” Tanyaku.

Hukum di bangsaku yang melarangnya. Bangsaku dilarang mencampuri urusan bangsa lain. Jika aku ketahuan ikut campur, aku akan dihukum mati.” Jawabnya.

“Oke lah ... Aku ngantuk. Besok adalah hari kebebasanmu. Aku ingin sekali melihatnya sekaligus aku ingin melihat wujudmu yang sebenarnya.” Kataku sambil memejamkan mata.

Baik.” Ujar Pet.

Rasa mengantukku sudah mencapai puncaknya, mataku rasanya berat sekali. Aku menguap lebar. Kurasa, tubuhku perlu istirahat saat ini juga. Kumatikan lampu kecil di sampingku lalu mencoba untuk tidur. Dan kurasa, aku terlelap setelahnya. Perlahan aku pun benar-benar telah memasuki alam mimpi.

.....
.....
.....

Sabtu pagi ini hari tampak sangat cerah. Matahari bersinar begitu terang. Langit biru seakan mengajakku untuk segera bangkit dari rasa malasku. Hari ini aku memang sangat bersemangat. Aku sudah bersiap dan rapi dengan tas pinggang berisi tempat tinggal sementara Pet. Setelah berpamitan kepada kakek, aku langsung melajukan Si Black ke sebuah bukit yang indah. Bukit itu dinamakan Bukit Nirwana.

Bukit Nirwana merupakan tempat wisata yang menyuguhkan keindahan alam yang khas bebukitan. Tampilan bukit ini sangatlah mempesona dan bahkan setiap tanaman yang ada di tempat ini ditata sedemikian rupa hingga pada akhirnya nampak cantik sekali saat dilihat dari atas. Pemandangan indah tidak hanya aku dapati saat sampai di lokasi saja. Akan tetapi di sepanjang perjalanan menuju ke Bukit Nirwana, aku juga disuguhkan dengan keindahan alam yang hijau, asri ditambah dengan udaranya yang sejuk membuat perjalanan terasa sangat menyenangkan.

Sekitar pukul 9 siang lewat beberapa menit, aku sampai di tempat wisata perbukitan ini. Suasana masih terasa sepi, hanya beberapa pengunjung yang sedang asik berselfie ria. Aku berjalan mencari tempat yang sepi, benar-benar sepi. Akhirnya aku menemukan spot yang tak seorang pun ada di sana. Aku pun mengambil botol air mineral tempat yang selama ini menjadi tempat tinggal Pet. Aku lihat Pet sudah melayang-layang dengan sinar warna-warninya.

“Apakah kau siap?” Tanyaku sambil membuka tutup botol.

Ya ...” Jawabnya singkat.

Kemudian aku cicikan semua air yang ada di dalam botol sampai batu meteor pun jatuh ke atas tanah. Tiba-tiba sinar berpendar dari batu meteorku dan tak lama batu tersebut pecah berkeping-keping. Mataku membulat sempurna tatkala melihat sosok cahaya yang berbentuk burung rajawali. Dari tubuhnya keluar cayaha pelangi yang begitu indah. Ajaibnya cahaya pelangi itu tembus ke angkasa, membentuk pelangi sungguhan. Inilah bentuk asli Petteri, mahkluk cahaya penjelajah jagat raya.

“Terima kasih saudaraku. Berkat bantuanmu, aku terbebas dari batu meteor itu. Aku akan memberikan sesuatu padamu sebagai bentuk balas jasamu. Ini terimalah.” Katanya lalu jatuh dua buah batu berwarna merah sebesar kepalan tangan bayi ke tanah dan sebuah buku tebal dengan cover berwarna hitam.

“Apa ini?” Tanyaku sambil memungut kedua batu berwarna merah dan buku pemberian Pet.

“Di duniamu itu disebut Ruby. Di duniamu batu itu sangat mahal. Dan itu adalah buku tentang sihir, siapa tahu kau tertarik mempelajarinya.” Jawab Pet.

“Padahal kau tidak perlu melakukan ini.” Kataku.

“Jangan khawatir. Aku sama sekali tidak membutuhkan barang-barang itu. Itu tidak berguna sama sekali bagiku.” Sahut Pet sambil melayang-layang di depanku.

“Terima kasih. Sebaiknya kau segera pergi, sebelum ada orang yang melihatmu. Tapi sebelumnya, cabut dulu kekuatanku. Aku tidak ingin menyimpan kekuatan itu lagi.” Kataku dengan sangat berat hati.

“Aku yang harus berterima kasih. Aku sangat kagum padamu. Kau adalah manusia sejati. Selama tiga ribu tahun aku menjelajah, baru kali ini aku menemukan makhluk yang sangat berjiwa besar yaitu dirimu.” Puji Pet yang kurespon dengan gelengan kepala.

“Aku ini manusia biasa, Pet ... Aku hanya ingin menjadi manusia biasa.” Jawabku.

“Baiklah ... Aku pergi sekarang ...” Ujar Pet.

“Lah ... Gimana dengan kekuatanku? Aku kan ingin kau mencabutnya?” Tanyaku bingung.

“Sudah kucabut barusan. Sekarang kau adalah manusia normal lagi.” Jawab Pet.

“Lah kok gak kerasa?” Tanyaku lagi ingin kepastian.

“Mencabut kekuatan adalah hal yang sangat mudah, berbeda saat menanamkan kekuatan itu padamu. Percayalah, kekuatanmu sudah hilang, tetapi aku tinggalkan kekuatan dalam dirimu berupa kemampuan berbahasa universal jagat raya. Aku sengaja menyisakan itu agar kita masih bisa berdialog saatnya nanti kalau aku berkunjung padamu lagi.” Ucap Pet.

“Oh begitu ya ... Baiklah Pet ... Selamat tinggal, selamat jalan ... Aku berharap suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi.” Kataku yang sudah mulai khawatir ada orang yang melihat Pet.

“Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih. Selamat tinggal saudaraku.” Kata Pet dan tiba-tiba tubuhnya melesat ke udara menyusuri jalur pelangi. Hanya sekedipan mata, pelangi yang kulihat kini sirna.

Aku menyadari sepenuhnya bahwa perpisahan memang rumit dimengerti jika aku masih bersetia menjunjung sebuah pertalian yang disekat jarak berjuta-juta mil jauhnya. Ya, akhirnya aku harus merelakan. Sekuat apapun aku menjaga, yang pergi akan tetap pergi. Setiap pertemuan yang indah pasti akan berakhir dengan sebuah perpisahan, karena dalam kehidupan ini tiada yang abadi, perpisahan ini memang menyakiti, tetapi aku yakin hal ini akan membuat aku bahagia di kemudian hari.

Setelah aku simpan dua buah Ruby pemberian Pet di tas pinggang, sambil mengempit buku sihir yang juga pemberiannya, aku berjalan kembali ke tempat Si Black terparkir. Saat aku berjalan, tiba-tiba mataku menangkap sesuatu yang sangat menarik minatku. Aku melihat Sri dan ibunya bersama dua pria tampan. Mereka berpasang-pasangan dan mereka juga tampak sangat mesra bersama pasangannya. Untuk Sri dan pasangannya aku tidak heran, yang aku herankan adalah Hajah Nengsih yang digandeng oleh seorang pemuda yang tidak kukenal.

Awalnya mereka tidak melihatku, tetapi setelah posisiku sudah semakin mendekat mereka akhirnya menyadari kedatanganku. Raut muka panik pun langsung terlukis di wajah Hajah Nengsih dan Sri. Mereka terlihat grogi seperti orang yang merasa bersalah. Aku mendatangi mereka dengan sikap yang sangat ramah. Senyumanku terus mengembang dan tanpa kusadari sepasang mata sudah menatapku dalam saat ini.

“Ternyata kita bertemu di sini.” Aku mendahului menyapa mereka.

“I..iya mas ...” Sahut Sri gugup. Aku tahu alasan kegugupannya.

“Gak apa-apa dek ... Aku merasa senang kalian berpasang-pasangan di sini.” Kataku sambil menoleh kepada Hajah Nengsih. “Jangan menjadi beban pikiran.” Lanjutku sambil tersenyum dan menganggukan kepala pada Hajah Nengsih. Hajah Nengsih pun membalasku dengan sikap yang sama namun terlihat ragu.

“Mas ... Aku ingin bicara.” Tiba-tiba Sri bangkit lalu menarik tanganku. Sri mengajakku menjauh dari mereka. Akhirnya Sri menghentikan langkahnya lalu berkata, “Mas jangan marah begitu dong! Ibu kan bukan pacar mas!” Suara Sri langsung sewot.

“Loh ... Aku gak marah ... Serius, aku merasa senang kalian berpasang-pasangan.” Tegasku sekaligus heran kepada Sri yang menganggapku marah.

“Tapi kok ngomongnya begitu? Seperti menyidir?” Ucap Sri sembari memandang wajahku tajam.

“Nggak dek ... Aku gak marah. Sama sekali gak marah. Jujur, aku merasa sangat senang kalau ibumu bersama pria tampan itu. Alasannya sangat sederhana. Memang lebih baik ibumu mempunyai pasangan lain dan memang aku harus menjauhi ibumu. Kamu tahu kalau di luaran sana sudah ada gosip kedekatanku dengan ibumu. Kalau dibiarkan ini sangat berbahaya. Kamu tahu kakekku sangat menyayangi ayahmu, kalau kakekku tahu aku mempunyai affair dengan ibumu, pasti kakek kecewa padaku. Itu yang tidak aku inginkan. Belum lagi pandangan warga padaku dan ibumu. Kesimpulannya, aku memang ingin hubunganku dengan ibumu berakhir, sebelum keadaan semakin kacau. Dan aku sangat senang melihat ibumu dengan pasangan barunya.” Jelasku.

“Oh ... Benarkah sudah ada gosip itu?” Tanya Sri dengan wajah pucat.

“Benar ...” Jawabku berbohong. Aku mengatakan ada gosip hanya caraku bisa keluar dari lingkaran affairku dengan Hajah Nengsih. Aku berpikir sudah saatnya aku mundur karena aku takut affairku dengan Hajah Nengsih diketahui kakek.

“Jadi gimana keputusan mas?” Tanya Sri masih terlihat panik.

“Aku akan mundur demi kebaikan bersama. Terus aku sarankan kalau ibumu tidak melakukan affair dengan siapapun di daerah ini. Kalau ingin berhubungan dengan seseorang lebih baik dilakukan jauh dari daerah sini. Orang-orang sudah memperhatikannya.” Jawabku sangat didramatisir.

“Oh, baiklah. Kalau begitu, kami akan keluar dari sini.” Ujar Sri.

“Tolong bilang pada ibumu, maafkan aku yang harus mundur. Ini semua untuk kebaikan dan keselamatan kita.” Tegasku pada Sri.

“Baik.” Jawab Sri.

“Oke ... Aku pulang dulu ...” Kataku sambil memegang bahu Sri.

“Ya, mas.” Jawab Sri lagi.

Buru-buru aku keluar lokasi wisata Bukir Nirwana ini. Kutunggangi Si Black dengan kecepatan sedang. Hanya sekitar 10 menit, aku sampai di rumah. Saat masuk kamar, aku menyimpan tas pinggangku dalam lemari. Terasa sekali sisa-sisa kenangan di kamar ini. Kalau hari-hari sebelumnya, aku selalu berbincang-bincang dengan Pet, sekarang teman ngobrolku itu telah pergi, tentu ada sedikit rasa kesepian.

Aku duduk di kursi menghadapi buku yang diberikan Pet padaku. Secara sekilas tadi aku melihat bahwa buku ini adalah buku tentang sihir. Sebelum membukanya aku bertanya sendiri dalam hati, kenapa Pet memberikan buku ini padaku? Kenapa Pet sepertinya memaksaku untuk mempelajari buku ini? Dua pertanyaan itu akan tetap menjadi pertanyaan sebelum Pet kembali lagi menemuiku. Aku pun membuka halaman pertama buku sihir di hadapanku. Ternyata berisikan catatan dari Pet untukku

Aku tak akan pernah lupa dengan ucapanmu, ‘DENGAN KEKUATAN BESAR MAKA DATANG TANGGUNG JAWAB BESAR’. Kalimat yang sangat menyentuhku. Aku adalah makhluk penjelajah jagat raya dan aku adalah gudangnya ilmu, tetapi aku baru pertama kali mendengar kalimat itu. Kalimat bijak yang sangat menyentuh hati yang menandakan kalau kau adalah orang yang sangat bijaksana. Oleh karena itu, aku telah menulis sebuah kitab berisi ilmu sihir untuk pengobatan. Aku yakin kau akan bisa menguasai ilmu sihir pengobatan ini. Kau bisa gunakan untuk kebaikan dan menolong sesama. Percayalah! Ilmu sihir pengobatan ini sangat luar biasa. Segala macam penyakit pada makhluk sejagat raya dapat disembuhkan. Terakhir kata, terima kasih atas kebersamaan kita. Meskipun hanya sebentar tetapi sangat bermakna.

“Hhhmm ... Sihir pengobatan ya ... Menarik juga nih ...” Gumamku lantas membuka halaman berikutnya dan membaca isinya.

Sihir adalah hal yang tak pernah bisa ditebak bagaimana wujudnya, diciptakan, maupun dimusnahkan begitu saja. Sihir selalu ada dalam diri setiap manusia, hidup berdampingan dan mampu dikendalikan untuk membantu semua pekerjaan manusia baik itu dalam bentuk yang mudah maupun dalam bentuk yang sulit. Manusia yang mampu menggunakan sihir akan disebut sebagai penyihir atau ksatria sihir, dan mereka yang tak bisa menggunakan sihir akan disebut sebagai manusia biasa. Baik penyihir maupun manusia biasa memiliki kedudukan yang sama tingginya, tak ada yang rendah maupun yang tinggi karena sihir tidak akan menandakan sebagai simbol derajat dari seorang manusia, hanya saja dalam lapisan masyarakat yang telah beredar dari zaman dahulu selalu mempercayai kalau mereka yang terlahir dengan sihir alami dalam tubuh mereka serta dapat memanipulasinya adalah keturunan dengan derajat tinggi.

Aku terus membaca dan merenungi apa yang ditulis Pet dalam bukunya ini. Untuk sementara aku menyimpulkan bahwa sihir itu memang nyata. Fenomena sihir bisa diibaratkan tumbuhan yang menyerap energi dari alam lalu menyimpan dan mengolahnya hingga menghasilkan buah. Buku sihirmu ini telah menekankan pada awal chapter-nya bahwa kunci untuk semua sihir adalah dengan mengetahui dari mana asal sihir itu sendiri dan memiliki keinginan kuat untuk membuatnya melakukan apa yang orang inginkan. Sihir berasal dari energi alam yang disimpan dalam tubuh lalu mengalir bagaikan darah ke seluruh badan hingga sampai ke kaki dan tangan. Kekuatan dari sihir bekerja hampir sama dengan otot-otot tubuh, beberapa diantaranya adalah genetik, sementara yang lain adalah dorongan kuat dan seberapa keras usaha yang dilakukan.

“Aku akan mencobanya.” Gumamku sembari berjalan ke tempat tiudr lalu duduk bersila di atas kasur.

Langkah pertama yang dilakukan dalam proses transformasi menjadi penyihir bagi pemula adalah mengumpulkan energi sihir melalui meditasi. Aku duduk dengan nyaman di atas tempat tidur, punggungku bersandar pada dinding di belakangku. Aku menutup mata dan berusaha fokus pada pernafasan, menarik nafas lebih panjang lalu menghembuskannya, begitu seterusnya. Ketika aku sudah berhasil menaklukkan ritmenya - tarik nafas, tahan sebentar lalu hembuskan - aku lalu fokus pada aliran energi sihir. Aku berusaha merasakannya lalu memanipulasinya. Bagian paling berat ketika akan melakukan transformasi menjadi penyihir untuk pertama kalinya adalah aku tidak tahu seperti apa bentuk energi sihir itu. Tentu saja akan sangat sulit untuk menjadi sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak tahu seperti apa wujud energi sihir itu sendiri.

Langkah kedua adalah membuat energi sihirku terpaku pada satu pusat dan menempatkannya di sana. Aku berusaha mengumpulkan energi sihir dan membiarkannya memenuhi setiap jengkal tulangku, ototku, kulitku dan bahkan pakaianku. Aku membayangkannya sebagai sesuatu yang bersinar dan tengah berusaha memenuhi setiap layer-layernya. Hanya sejauh ini aku bisa berlatih merasakan aliran energi sihir di tubuhku. Masih dengan ritme pernafasan yang sama, aku lalu beralih pada langkah berikutnya. Pada langkah ini, terfokus pada keinginan untuk mendorong energi sihir agar dapat mengubah keinginanku menjadi nyata. Aku berusaha untuk mengirimkan keinginan untuk bisa melayang pada energi sihir dengan menggunakan pikiranku.

Melayanglah. Aku ingin menjadi seorang penyihir.” Aku lalu membayangkan sihirku bisa membuat tubuhku melayang.

Konsentrasiku menjadi semakin fokus. Aku merasakan sesuatu yang berdengung di seluruh tubuhku. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan sekarang adalah menjaga keinginanku agar tetap fokus, membiarkan energi sihirku memenuhi seluruh tubuh, dan menunggu. Begitu susah rasanya membuat satu sihir yang begitu mudah. Akhirnya, ketika keletihan dan rasa frustasi mengalahkan segalanya, energi sihirku buyar dan hanya meninggalkan sisa-sisa energi sihir yang mengalir dari pusat tubuhku. Aku membuka mata. Memeriksa tubuh, dan perasaan kecewa menyelimutiku setelah menyadari bahwa aku belum bisa melakukan sihir. Namun satu hal yang kuyakini, aku percaya bahwa di tubuhku sudah terdapat energi sihir, tinggal aku membuatnya semakin besar dan semakin mudah digunakan.

Hari ini, aku terus berlatih tanpa mengenal waktu, kadang aku berhenti sejenak untuk beristirahat. Aku terus berlatih mengasah kemampuan sihirku dan aku semakin menggila. Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisikal, tetapi kekuatan itu datang dari semangat yang tidak pernah mengalah. Sulit bukan berarti tidak mungkin. Aku pertahankan semangat berlatihku karena tidak ada sesuatu pun yang pernah berhasil dengan baik jika pelaksanaannya tidak dibantu dengan semangat yang kuat.

Tidak ada yang sia-sia dalam berusaha. Sia-sia itu ketika aku tidak ada usaha. Hingga malam ada di pertengahan. Akhirnya aku berhasil melayangkan tubuh. Hal ini tentunya membuktikan kalau sihir itu nyata adanya. Dulu aku tak pernah menemukan satu alasan pun untuk mempercayai sihir, dulu menurutku sihir itu mustahil. Kini, aku tak pernah meragukan itu sedikit pun, dan kali ini aku ingin menguasai sihir. Ya, aku ingin menguasai sihir yang berhubungan dengan elemen penyembuhan ini sesegera mungkin.

.....
.....
.....

Waktu terus berjalan tak kenal lelah. Jam terus berdetak, jarum jam berputar arah. Diantara pagi, siang, sore, dan malam. Begitulah kehidupanku, berjalan normal karena telah menjadi orang normal, penuh dengan harapan baru setiap harinya dan tentunya menyenangkan. Tak terasa sudah lima bulan sejak kepergian Petteri tidak ada lagi kutemukan gejolak di masyarakat yang hebat. Semua berjalan apa adanya dan damai. Selama lima bulan itu, aku hanya disibukkan dua hal, yaitu bekerja dan berlatih. Selama lima bulan itu juga, aku benar-benar berhenti ‘berpetualang’. Aku mendadak menjadi ‘orang alim’, tak sekali pun ‘mengganggu’ emak-emak lagi, termasuk Santi yang kabarnya sudah hamil.

Seperti malam-malam sebelumnya, aku dan kakek ngobrol di ruang depan, yang tentunya ditemani kopi dan rokok. Kopi dan rokok selalu bersama dalam banyak hal, ketika kami mengobrol kopi dan rokok selalu menjadi rekan terfavorit. Malam ini kami bercerita panjang lebar tentang segala hal. Pada suatu saat, kakek tiba-tiba mengajakku bicara serius.

“Tadi siang, kakek kedatangan Bu Rusdi. Dia berbicara banyak dengan kakek.” Kata kakek yang kutanggapi serius juga.

“Bicara pa beliau, kek?” Tanyaku penasaran.

“Dia membicarakanmu.” Jawab kakek, sontak aku terkejut.

“Aku? Kenapa dengan aku?” Mataku terbelalak menatap kakek tajam.

“Dia melamarmu ...” Lirih kakek.

“Apa???” Benar-benar aku terperanjat sampai-sampai aku berpindah duduk di samping kakek.

“Dia ingin kamu menjadi suaminya. Jika kamu bersedia, kamu akan diberinya seluruh harta kekayaannya.” Jawab kakek dengan mimik datarnya.

“Kenapa beliau memilihku?” Tanyaku penasaran.

“Dia bilang kamu adalah orang yang sangat bertanggung jawab. Banyak warga yang telah kamu bantu dan memuji-mujimu. Bu Rusdi bilang, kamu bisa menjaga banyak orang, Bu Rusdi yakin menjaga satu orang adalah pekerjaan mudah bagimu. Bu Rusdi menginginkan kamulah orang yang menjaganya.” Jelas kakek dengan senyum tipis di bibir.

Entah kenapa, bayangan wajahnya kini berkelebatan di mataku. Hatiku pun seperti ditarik-tarik untuk terus mengingatnya. Dia memang wanita yang cantik. Meski tanpa polesan berlebihan di wajahnya, aura kecantikannya tetap terpantul jelas. Wanita ini juga punya perawakan yang tinggi semampai. Tubuhnya bagus kalau dilihat dari ukuran wanita pada umumnya. Matanya yang bulat jernih seperti air danau yang tenang dan menghanyutkan. Rambutnya hitam panjang dan agak sedikit bergelombang walau sering terbalut oleh kerudung panjang.

“Apakah kamu suka sama dia?” Tiba-tiba kakek bertanya seperti itu.

“Em ya ... Aku menyukainya.” Jujurku.

“Kalau begitu, apa lagi yang kamu pikirkan? Menikahlah dengannya!” Ujar kakek sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara.

“Kakek setuju kalau aku menikah dengan Bu Rusdi?” Tanyaku ingin tahu.

“Bukan hanya setuju, kakek senang kalau kamu mau menjadi suaminya.” Jawab kakek masih dengan mimik datarnya.

“Apa yang membuat kakek senang?” Tanyaku lagi.

“Dia itu wanita yang baik, semua orang tahu kalau dia wanita yang baik. Dia juga sangat dewasa, memang dia menginginkan kamu menjaganya. Tapi kakek yakin kalau dia yang akan menjagamu. Satu lagi, menurut kakek dia wanita yang cantik, mungkin tercantik di desa kita ini.” Kakek baru terlihat tersenyum lebar.

“Ya ... Walau usianya sudah berkepala empat, tetapi dia sangat cantik.” Aku pun tak kuasa untuk tidak memuji kecantikannya.

“Menikahlah dengannya segera sebelum diambil sama orang lain. Dia bilang sudah beberapa laki-laki yang mengajaknya menikah, tetapi dia tetap memilihmu.” Ujar kakek lembut.

“Ha ha ha ... Ini sungguh aneh.” Kataku sambil tertawa keras.

“Aneh kenapa?” Tanya kakek sambil menoleh ke arahku.

“Aneh karena aku tiba-tiba ingin menjadi suaminya. Ha ha ha ...” Kataku sabil meruskan tertawaku.

“Ya sudah! Jangan lama-lama! Cepet kawinin dia. Ha ha ha ...” Kakek pun ikut tertawa.

Tak pelak, aku dan kakek selanjutnya membicarakan acara pernikahanku dengan Bu Rusdi. Malam ini aku telah membulatkan hati, aku menerima lamaran Bu Rusdi. Tentu aku akan menikahinya sesegera mungkin dan punya anak kemudian menghabiskan sisa hidup kami bersama. Aku tak akan menunda-nunda waktu lagi. Alasanku sangat sederhana, karena aku juga menyukai wanita cantik paruh baya itu. Memang selama ini aku termasuk sering berhubungan dengan Bu Rusdi, baik melalui telepon maupun berkunjung. Namun aku benar-benar tidak percaya kalau wanita itu kini melamarku, dan aku juga tidak percaya aku menerima lamarannya.

Perjalanan hidup seseorang tiada yang tahu. Kehidupan memang merupakan pintu misteri. Hidup memang penuh misteri dimana kita tidak akan pernah tahu bagaimana kehidupan ke depan akan terjadi. Namun hidup tak pernah lepas dari namanya kesempatan, masalah dan rintangan. Pertama, berpikirlah. Yang kedua, percayalah. Yang ketiga, mimpikanlah. Lalu yang terakhir, tantanglah.
-----ooo-----​



EPILOG

“Ayah ... Ini pegang dulu si dedenya ... Ibu mau bersihin bekas mandinya ...” Istriku berteriak dari dalam kamar.

“Ya ...” Jawabku sedikit enggan dan bangkit dari sofa. Terpaksa aku sejenak meninggalkan tontonan kegemaranku di televisi. Aku berjalan ke dalam kamar dan menghampiri istriku yang sedang menggendong anak kami.

“Sebentar saja.” Istriku memberikan anak kami yang baru berusia lima bulan.

“Bu ... Kenapa kita gak menyewa baby sister saja?” Tanyaku pada Wulandari yang dulu selalu aku panggil ‘Ibu Rusdi’.

“Nggak ayah ... Ibu kangen mengurus bayi. Ibu ingin mengurusnya sendiri.” Jawab istriku ringan.

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, lalu membawa anakku keluar dari kamar. Anakku ini berjenis kelamin perempuan, sekilas ia menuruni kecantikan dari ibunya. Aku duduk di sofa sambil melanjutkan menonton acara televisi. Tak lama, anak sulungku datang, maksudku anak sambungku, dan langsung duduk di dekatku.

“Ayah ...” Indra memanggilku ayah, ini lucu, karena usiaku dengan Indra hanya terpaut empat tahun saja.

“Ada apa?” Tanyaku dengan mengerutkan kening.

“Mobilku minta diservice, udah gak enak jalannya.” Kata Indra.

“Baru kemaren ke bengkel, sekarang service. Kenapa gak sekalian saja kemaren?” Tanyaku agak kesal. Anak sulungku ini paling bisa membuat alasan agar aku memberinya uang.

“Tadinya aku mau sekalian, tapi uangnya kurang.” Sanggahnya santai.

“Minta saja sama ibumu.” Kataku.

“Ya ... Ayah ini seperti gak tau ibu saja. Mana dikasih kalau aku sudah mendapat jatah bulanan.” Keluh Indra.

“Ayah ... Aku juga perlu uang buat darmawisata ...” Tiba-tiba anak keduaku datang. Nurman anak sambungku juga, peninggalan Pak Rusdi.

“Ya, ampun kalian ini ... Gak bosen-bosennya merampok ayah ...” Kataku kesal namun tanganku mengambil dompetku di saku belakang celana. “Ini! Ambil sendiri uangnya!” Kataku sambil menyimpan ATM milikku di atas meja.

Indra dan Nurman berebut mengambil ATM milikku. Mereka sempat bersitegang untuk menguasai ATM yang kuberikan. Entah kenapa, seiring berjalannya waktu, aku sangat menyayangi mereka. Aku selalu memberikan apa saja yang mereka minta. Tidak seperti ibunya yang berani mengatakan ‘tidak’ atas permintaan kedua anaknya itu. Indra dan Nurman pergi bersama-sama keluar ruang tengah dan aku yakin mereka juga akan bersama-sama mengambil uang di ATM.

“Ayah jangan terlalu memanjakan mereka. Nanti mereka tidak akan pernah menjadi dewasa.” Tiba-tiba istriku datang dan duduk di sampingku.

“Di usia seperti mereka, ayah hidup sangat susah. Ayah tidak mau mereka seperti ayah. Biarkan mereka menikmati hidup, toh kita gak kekurangan apa-apa.” Jawabku.

“Selalu saja begitu jawabnya.” Istriku cemberut tapi cemberutnya itu yang selalu membuatku gemes.

“He he he ...” Aku pun terkekeh.

Tiba-tiba cahaya sangat terang terlihat di halaman belakang rumah. Aku dan istriku sampai menyipitkan mata dan menghalau cahaya itu dengan menghalangi muka dengan tangan. Istriku memekik kaget dan memegangi lenganku. Lalu terlihat cahaya itu mulai meredup. Aku yang tak kalah kaget lalu memberikan anak bungsuku pada ibunya. Perlahan dan dengan kewaspadaan, aku berjalan ke halaman belakang. Sungguh diluar dugaan! Aku melihat sinar warna-warni yang membentuk burung rajawali sedang melayang-layang di halaman belakang rumahku.

“PET ... PETTERI ...!” Aku berteriak sambil meloncat mendekati makhluk cahaya itu.

Bagaimana kabarmu sahabat?” Tanya Pet yang datang secara tiba-tiba.

“A..aku ba..baik ... Bagaimana kabarmu?” Aku sedikit tergagap karena saking senangnya. Lebih dari satu setengah tahun aku menunggunya.

“Aaakkhhh!!! Hantu ...!!!” Terdengar teriakan keras istriku dari arah belakang.

Aku membalikkan badan. Mata istriku terbelalak sambil sebelah tangannya menutup mulutnya. Segera saja aku berkata padanya, “Dia bukan hantu ... Dia temanku ...” Istriku menatap padaku tak percaya. “Benar dia sahabatku, namanya Pet. Jangan takut.” Aku coba menenangkan istriku yang sedang menggendong si bungsu.

Salam kenal Nyonya Azka.” Ujar Pet sembari mengepakkan sayapnya.

“I..iya ...” Hanya itu yang keluar dari mulut istriku yang masih belum sepenuhnya normal.

“Tenangkan dirimu ...” Kataku pada istriku.

“I..iya ...” Jawabnya pelan.

“Kita bicara di alam saja ... Tapi cahayamu itu masih menyilaukan mataku ...” Kini aku berbicara pada Pet.

Botol tempatku dulu masih kau simpan kah?” Tanya Pet yang kutahu dia sedang bercanda.

“Gimana kalau aku ganti dengan yang lebih bagus.” Jawabku sambil tersenyum.

Terserahlah ...” Kata Pet lagi.

Aku secepatnya bergerak masuk ke dalam rumah yang dikuntit oleh istriku. Aku menemukan keler kaca bening berukuran besar. Tanpa berlama-lama, aku isi air keler kaca tersebut hingga menyentuh lehernya dari wastafel. Kemudian aku berjalan cepat ke halaman belakang. Belum sempat aku berbicara, Pet langsung melesat masuk ke dalam keler kaca bening berisi air yang aku bawa. Ajaibnya, tubuh Pet mengecil hingga sebesar kepalan tangan orang dewasa setelah dia berada di dalam air. Aku langsung membawanya ke ruang tengah dengan tangan istriku yang tak pernah lepas memegang kaosku bagian belakang yang kukenakan. Aku meletakkan keler kaca di atas meja, lalu aku duduk di sofa panjang dan istriku berada di sebelahku.

“Selamat datang Pet ... Aku senang kau berkunjung lagi ke sini.” Kataku menyambut kedatangannya walau telat.

Aku juga senang bertemu lagi denganmu. Tapi, aku datang ke sini dengan membawa kabar buruk. Maafkan aku.” Ujar Pet dan sontak aku terkejut.

“Kabar buruk? Kabar buruk apa?” Tanyaku kemudian.

Ras manusia akan musnah bila kau tidak menyelamatkan mereka.” Jawab Pet ambigu.

“Aku? Aku yang menyelamatkannya? Aku bisa apa?” Tanyaku tak mengerti.

Ya ... Hanya kau yang bisa menyelamatkan ras manusia di Azumath. Itu yang sudah digariskan jagat raya padamu.” Jawab Pet lagi semakin membingungkan.

“Maaf Pet .. Aku semakin tidak mengerti dengan ucapanmu.” Kataku.

Apakah kamu ingat saat aku menyuruhmu mempelajari sihir? Apakah kamu sadar saat aku memberikan catatan tentang ilmu sihir. Aku melakukannya karena kau memiliki potensi sihir yang sangat luar biasa. Jika kau mau mempelajarinya, kau akan melebihi dewa. Dan sekarang tenagamu dibutuhkan untuk menyelamatkan ras manusia di Azumath.” Jelas Pet.

“Aku rasa kau terlalu berlebihan. Aku hanya bisa sihir penyembuhan.” Kataku pelan.

“A..ayah bisa sihir?” Tiba-tiba istriku yang sejak tadi diam bersuara juga.

“Ya ... Sihir untuk peyembuhan ...” Jawabku sambil menggenggam tangan istriku. “Dan itu tidak pernah ayah gunakan.” Lanjutku lalu mencium punggung tangannya.

Nyonya Azka ... Suamimu adalah Dewa Penyihir tanpa tanding. Tenaganya sangat diperlukan untuk menyelamatkan ras manusia di planet Azumath.” Pet kini berbicara pada istriku.

“Ma..maaf ... A..aku saja masih kaget dengan kedatanganmu. Sekarang kamu bicara sesuatu yang sama sekali tidak aku mengerti.” Kata istriku yang terlihat sudah bisa menguasai diri.

Sebelum aku bercerita tentang Azumath. Perkenalkan, namaku Petteri. Aku adalah mahkluk cahaya penjelajah jagat raya. Pekerjaanku mengumpulkan ilmu-ilmu dari bangsa-bangsa sejagat raya. Planet Azumath adalah planet terbesar dan terindah sejagat raya. Planet itu diisi oleh empat ras, yaitu ras manusia, ras Elf, ras demon, dan ras naga. Sekarang ini, terjadi peperangan antara ras manusia dengan ras Elf. Menurut kenyataan, ras Elf akan dikalahkan oleh ras manusia dengan mudah. Tetapi ternyata ras demon bergabung dengan ras Elf untuk menghancurkan dan melenyapkan ras manusia.” Jelas Pet kepada istriku.

Tentu saja istriku kebingungan mendengar penjelasan Pet barusan. Akhirnya aku menceritakan kembali secara detail dan pelan-pelan tentang Azumath kepada istriku. Setelah selesai aku menceritakannya, istriku mulai mengerti duduk persoalannya. Tampak kesedihan menghiasi wajah istriku, namun dia tidak berkata apa-apa.

“Pet ...” Aku mengalihkan wajah pada Pet. “Aku bukannya tidak ingin menolong. Tetapi sekarang aku punya istri dan anak. Mereka juga sangat membutuhkanku. Lagi pula, aku tidak mempunyai kekuatan sihir yang bisa menyelamatkan umat manusia di sana. Jadi, dengan berat hati aku menolak ajakanmu.”

Demi kemanusiaan, kau harus menyelamatkan mereka. Kau bisa belajar cepat menguasai ilmu sihir yang lain selain sihir penyembuhan yang telah kau miliki. Saudaraku, aku sangat memohon agar kau menyelamatkan ras manusia di sana.” Ungkap Pet sangat memaksa.

“Kenapa tidak kau sendiri saja yang menyelamatkannya? Kau mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat.” Kataku.

Kau kan tahu ... Jika aku menggunakan kekuatanku untuk mencampuri urusan bangsa lain, aku akan dihukum mati oleh pimpinan-pimpinanku.” Jawab Pet yang memang sudah kutebak dia akan menjawab seperti itu.

“Kalau begitu ... Aku pinjam lagi kekuatanmu yang dulu. Aku akan menggunakannya untuk menyelamatkan umat manusia di Azumath.” Kataku.

Itu juga tidak mungkin. Mereka akan tahu kalau kekuatan yang kau miliki adalah kekuatanku.” Jawab Pet.

“Mereka? Mereka itu siapa?” Tanyaku ingin tahu.

Bangsa naga dan bangsa demon sangat mengenal bangsaku dan kekuatan pikiran dari bangsaku. Walaupun kau yang menggunakannya kedua bangsa itu akan mengetahui kalau kekuatan itu berasal dariku. Tetap saja aku akan mendapat hukuman.” Jawab Pet.

Akhirnya aku dan Pet berdebat hebat. Aku tidak ingin pergi dengan alasan keluarga, sementara Pet memaksaku dengan alasan kemanusiaan. Aku dan Pet mempertahankan argumen masing-masing. Aku bersikeras dengan keinginanku, demikian pula Pet. Tengah seru-serunya kami bersilang pendapat, tiba-tiba aku mendengar pernyataan dari istriku yang sungguh sangat mengejutkan.

“Ayah sebaiknya pergi saja ...” Ucap istriku tercinta.

“Apa???” Aku memikik keras, tak percaya dengan ucapan istriku.

“Ayah harus menolong mereka karena itu telah menjadi garis kehidupan ayah. Ibu yakin ayah akan kembali. Jadi, pergilah bersama Pet. Selamatkan banyak nyawa manusia di sana.” Tegas istriku sampai badanku mendadak menggigil panas dingin.

“Ayah tidak tahu seperti apa Azumath itu. Bahkan ayah tidak yakin akan selamat di sana. Bagaimana kalau ayah mati dan tidak bisa kembali ke sini.” Aku coba mengingatkan istriku dengan suara lembut.

“Tidak ayah ... Hati ibu mengatakan kalau ayah akan kembali.” Istriku ini malah mendorongku.

Begini saja ...” Pet menyela obrolanku dengan istriku. “Waktumu di Azumath aku batasi maksimal 5 bulan berdasarkan kalender bumi. Istrimu akan menunggumu selama 5 bulan. Selesai tidak selesai misimu di Azumath, aku akan mengembalikanmu ke sini.” Lanjut Pet.

Aku menatap istriku dan berharap dia tidak setuju dan melarangku pergi. Tak lama istriku berkata, “Pergilah! Tenaga ayah sangat dibutuhkan di sana.”

“Azka ... Mereka membutuhkan pertolongamu.” Ucap Pet memperkuat ucapan istriku.

“Baiklah ...” Akhirnya aku menyerah.

Aku yang baru saja menikmati hidup yang nyaman dan tentram harus dihadapkan lagi dengan tantangan dan perjuangan. Tidak main-main, kali ini tantangan dan perjuanganku terasa sangat berat. Aku harus menyelamatkan ras manusia dari kepunahan sementara aku tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Entahlah, apakah misiku di Azumath akan semulus yang sudah-sudah, aku tidak yakin. Tetapi mungkin lebih baik aku harus mencobanya dulu. Seperti kata kakek, “Terkadang kita harus percaya bahwa ada cahaya di ujung terowongan meskipun kita tidak bisa melihatnya.”​


T A M A T




Ha ha ha ... Tamat cerita yang benar-benar aneh. Untuk cerita ‘METEOR AZKA’ penulis cukupkan sampai di sini. Tetapi cerita ini akan dilanjutkan dengan petualangan Azka di Azumath dengan judul. ‘AZUMATH: WORLD OF MAGIC’. Dengan tamatnya cerita ini berarti juga waktu istirahat penulis untuk beberapa minggu ke depan. Penulis ingin menikmati rasanya kopi dan merokok tanpa dikejar-kejar update.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua sahabat yang telah memberikan semangat dan dukungannya kepada cerita ini. Tanpa sahabat-sahabat cerita ngasal ini tidak akan ada artinya. Untuk terakhir kalinya saya akan mengabsen sahabat-sahabat yang telah mengunjungi tread ini. Apabila ada sahabat yang merasa tidak terabsen, saya mohon maaf karena itu hanya keteledoran bukan disengaja.


ABSEN DIMULAI!


Ketum @fq_lex, Eyang @kuciah, Suhu @AndreDiaz, suhu @Bq_art, Suhu @kenthi, Suhu @mmg037, @Kakekeot, @kenthirkatrok, @Byey, @john2017, @bendhi, @umam, @PaijoKenthir1976, @KONTrOL69, @koplaz_doank, @Yhonoz, @Garonk84, @James_bondd, @Darto_helm, @samcoki, @Ace mad, @Skyemon, @eleazar1, @bagaskara91, @and1sap, @Sablink, @hadrianus77, @boyunit80, @SKBrook, @Bankonk, @nerovi, @boringnet, @Biochemical, @L-co, @samcoki, @Firdos66, @cangkilung78, @garangan24, @pelisaurus, @Spma, @iwakucing, @Zuganden, @Frederickcok86, @susutepung, @shvdghbh, @HeyDheAidos, @Rawx, @sigitnoi, @kilophtaufiq, @davidstev23, @MamadGo. @-Gustav-, @DontToMilk, @x-sum, @blackme, @BEE_26, @Firdos66, @Liu_M, @boobsmania, @pibo8181, @reg2, @bocahculund, @Funvagifakov, @kenjiboy, @SatriaCorp, @mrhanz007, @Khawan, @Adhulpuss, @Ovieone, @Pakwobil, @Wonderkind, @Panglima langit, @Cargouzy, @priaculun, @Fafa38, @Vegilover, @Bog3ng, @kaspodanger87, @zaxfani, @HajiTohirin1, @PutraSaja, @batel, @kira23, @machnyuss, @garnett, @walpurgisnacht, @alasana, @Unintended1982, @rank Awak, @BangDem03, @oktasire6, @jokerxxx123, @ironcrot88, @krismon17, @ppkmu, @OraKentuOraUwuuu, @anak cabul, @bona_bona, @rajavalid, @Kopikuu, @danachristiani, @jonas99, @Kaintayu, @boringnet, @stime144, @bang_andros, @Sapibalet, @ahay167, @MatAxis. @Lacusta, @Pablojiewa, @Daniel_s, @yendo1851, @DenjakaKliwon, @Dherand, @danibro, @lemari_plastik_1029, @Ganteng15, @dg0107, @Gfan, @ungkesangihe, @Tote, @hadesxp, @koesbrother, @yusrilhen, @Hikari27, @bayimesum, @NagihTerus, @allis99, @kinyit1212, @Wibiwo hadi, @cupumanikastagina99, @Hooplah, @Bahindull, @MILF_Love, @kooji, @teynom01, @papaw13, @K4l4g3m3t, @Pledja, @kayarasa, @dj_link, @Ablehogah, @garangan24, @Achenk1234, @Ajay451, @vanbesgo27, @b-rong, @jbs48, @Dalbansaja, @lendir-kental, @Pencariabg, @-nganu-, @One_Boy29, @Sehatsentosasby, @zuperweird, @Assugh, @Agoy69, @Sholgreat, @NagihTerus, @sangebanget123, @Ktm77, @Andrarian, @hatiikukacau, @Dk23, @Nyaut85, @Sry_naga, @pekiran, @fire_menthol01, @echoboy82, @Kopi_sakarek, @Tedobel, @Kadalboenting25, @Blessslep, @and97, @Milanxxx14, @jembat234, @altair007, @koleksi, @erwinjack, @Sangetun, @Papihitem, @ArieMuPeng, @LeoJuliansah, @Osh_ald, @Aseik16, @rdeff_, @Oling12, @arcsaber, @Kumotenka23, @PedangTunggal, @kememtebal, @Danarko, @fam2897, @otonkxxx, @panduanakbaik, @oxval, @SmokySmoky, @Basir12, @S-teh, @19cm, @ankhzoo, @bapergan, @Kuraphika88, @Jsudhj, @390n, @Darmen, @2kriuk4, @Rzs, @Kesplenk, @blackme, @Anggasetiawan11, @Poekee, @SusahCrot, @Spma, @VdPa, @Ncgodwin, @slomer, @merem_melek, @Istan96, @Frederickcok86, @FuckMomoka, @elangsilver, @Matanee, @Putraandalas, @iput88, @Slider305, @JonKemod, @pinky_boy, @marchay, @kashivan, @inisial_otong, @Sec3469, @HAPEANTIKU, @dwiari566, @anak_manusia, @Erlangga327, @Q_run, @Antonis, @Dulpai, @Okoys, @rankambera, @cash_, @milim, @MRKIMOCHI, @Mister Big, @vvigama, @Hayato46, @Wijatmika77, @adipelayar, @Niqabhunter, @Cakmo, @Bangke186, @Doditttt, @Nemennemen, @fergael_13, @Yollloooo, @pecandunasi, @HeyTets53, @Miftahrohman, @Reedeone, @SarkasJail, @pakaijus, @Momodinesia, @Rtj_123, @tobioshoyo, @Icansee, @rachips79, @Brewoxsz, @axis919191, @Depaster, @masganteng96, @ioioioio, @stewartbabe, @Badjaireng, @tester2103, @mr_xxx, @kontolewa14, @jajaka_sunda, @Bahindull, @kooji, @khakbayu, @dreamscool, @Kadalmin, @Arhid, @Betho87, @rscsudar, @evert273, @Amrizal224696, @yunita a, @laejait, @Boelgoen, @Singek, @pibo8181, @maulTheateaer, @yupi tok, @Pemulung69, @wish_meluck, @lampu_senter, @sususodaku, @Akangbubun, @suryaset, @afeira69, @Yusufchauza, @togogsaputra, @Mikazuki12, @zrg69, @Betinamerah, @Remukan_rengginang, @kakek mesum, @Gen66, @hendra2407, @wungusare, @paijobgt, @kuncoro13, @hotbanana, @Gadjual, @dobleh_kencono, @jack57, @ElFreuz, @TongsenkGoyeng, @Uncle_bimo, @Hrfaq, @018kaisar, @devaclp, @DalemKulkas, @dionbatak, @dedeang, @bangcadel, @Crotcos, @poncolongok, @Iyan256, @batigols, @dwia0857, @Bangcoley12, @Plikoboi, @dps388, @J4b, @amatarazu2nd, @harsumum, @ulosuwal, @Kindunguap, @-ArBuL-, @fancut, @Sonic110, @zyrexwifi, @giwa31, @galardos, @Telgor04, @dankers, @cukiberegu, @Denatavolunter, @benny2402, @fandyghofar, @Udin_gembok, @ajibleh, @debleng212, @ci cilian, @Botesa, @Kemi_jaya, @DuaTelor, @aldinho, @bunataran, @Arif087, @Kipasanggin, @Kesrimpet, @Dontyoucry, @tomek2x, @anallovers69, @Paw25, @itsaryay, @roronoa beta, @kutilank245, @lastbreath, @frend789, @Aiga, @lastpass, @Colimale, @lanangkae, @ElangSenja, @Paw25, @ulosuwal, @MangMaman, @nickyoungxxx, @Muliharto, @Husen27, @Joyo1345, @Indrohogi, @mugiwara_12, @tranktrenk, @aprilian86, @harimau_sore, @Linemine, @Zeonk, @irhamzah24, @dad0, @dormin_13, @JurigMILF, @Shoapjack, @Chimar79, @cah_ngapak, @Bukakke789, @Pencaridosa9, @confide, @tedjo04, @Yongkidelta, @lailaxlalat, @Sisontol, @gandhul4n, @Roico, @sambrintik762, @prasetio99, @Yafiq, @oranje, @Y5X, @Punksyit, @Sugardady717, @Ndoro Oolidsky, @Pocilarkom58, @manteptenan, @danidod, @welldone, @Silit_lover, @alexisrodrigo, @Koplakber, @hendy1987, @Sambelmatah, @gondrongstk, @Braaddict, @blegendu, @KiraWasHere, @kehed, @Djager, @Darkness36684, @Bymaxx33, @Dzakar_thowil, @Damarcrot, @raqil, @Momosakurahiyu, @sususodaku, @Jenengl, @HanriVM, @SempakKondoy, @Wibowo hadi, @thealfonso, @antonius93, @deviliant, @abank69, @TheNextt, @Ndhalung, @Fatin123, @omjoyy, @vevei, @umbie, @Katriana, @jeansbekas, @Anak_mamie, @paparon912, @zaycrot, @blegendu, @ColiikiAwan, @danzaka, @Xtaxy, @widy kecil, @Dedelemah11, @Cungpao12, @silver_weber, @JP87, @selagiada, @Chunam, @KuasTempur, @Salimterus, @khung, @blankgrenk, @Musamu, @Adhulpuss, @minusboyy, @poke081, @Senin_ero, @Ribas_hbi, @Biangkerokz, @ZegixAtoz, @Gothe, @segajamblang, @sambrintik762, @Ymmor1984, @jongjolong, @marko_njoL, @Rias_54, @east83, @Pejalankeong_, @danu_ajja, @momss, @rampal, @Errica87, @rpoetra, @ULUK_ULUK, @Cahndableq, @Bagus94, @Borderheart, @Aanaja2020, @jokerzero1, @sayrip, @Andisapoetra, @Rynocx, @lontongmerah, @Malangpunya, @bloodfish, @pejantanmu, @ penthoel_11.


Terima kasih juga pada sahabat-sahabat yang hanya memberikan ‘cendol’ tanpa berkomentar di bawah ini:

@Omacop, @Black_dragon16, @palaler, @palkon78, @boen4r, @JonesAnjay, @bocah_sidoarjo, @dogman, @Darkkabel, @ade_shikamaru, @mahakurawa, @Chumita, @CA24, Sisukasusu, @wonopaten, @DownGrade, @blitzkalonh, @Dicky88, @Nyaakz, @Coba001995, @dave1977, @sempakrobek12, @Lyc, @Popotan, @default xix, @taeng, @KangPell, @mazida, @AiSedap, @Gardenbody, @nfajar, @Cacing14, DagoelL, @penjejakawan, @rujaksoto, @Tadhy, @tisoledath, @Testament_123, @Rodeobinal, @Cah_kuper, @Senandung_Rinduku, @Cabeyan, @Harryeko99, @TarunaII, @pimp lord, @MrK12, @kalengabang, @bidawan69, @budi19, @Irm212, @Putra_gaming, @nih-nih, @kingaan, @Danarko, @chespleng, @idiwlov, @Pascoll22, @Ngess, @Mabar123, @Astra_jingga, @fhwe, @blowman88, @Jhondoer, @kalongitem22, @Vvbglss007, @giwa31, @Forum2802, @Birong75, @Ymmor1984, @elociva, @Sohekaribo, @asapawon, @shigiet, @pakaijus, @ncupcup86, @chapista, @cleaner, @Lon3lyman, @numpaki, @miss_renata, @thjabrix, @HalfD, @Panjimilenium, @Deniswise, @marchay, @digtap, @pentolkorex, @Wijatmika77, @kenpachi ryo, @ninja24, @Ninja27, @paradox08, @ay_yam, @jake99, @Ardi croot, @kitingbiadab, @99S, @Boedjank33, @mausampah, @Wansboy, @LAC, @Adit Entol, @JayWeiberg404, @rajinAmat, @Willy Theonlyone, @b3rtopeng, @Seegie, @Zuna69, @krozcek, @Kurcaci_horny, @NFH, @Luck69, @ndarex, @K4mbingJ3nggot, @BigBoobsLoversYes, @jean1501, @jangkroni, @Santori, @cixcax, @ngkong18, @Risalsm, @mathorny69, @azazel99, @tankian10, @Zeus22, @Lothr, @SuperD32, @Nightclaws, @LupaAkun, @Putera04, @ninjas26, @koproll, @mykaz, @krbanjanji, @SENENG_SENENG, @Chelsea26, @Tgod, @bogeti, @botbal, @siangawan, @bigbroku, @wEwEnk24, @zagita, @XiaoYan112, @Koplakber, @LinFan, @Hias, @PejuBebek, @ajo cool, @are_vans, @Wongedanbebas, @kawai21, @korakngr, @Dwz, @bultoc, @kamerad405, @giwa31, @Kampat, @Merlin69, @ndundunk, @Kenziro27, @losse, @kentusitem, @djantoek74, @ka114blksu91, @Z1TOURS, @James69, @Manusialawas.​
 
Terakhir diubah:
One of the best story that i ever read....
60% kebenaran terkait kehidupan antar galaxy, bangsa bangsa yang disebutkan, kekuatan pikiran, sihir..semuanya diceritakan dengan sangat masuk akal

Semoga suhu akan peroleh setidaknya sedikit gift dari fantasi/fiksi yang suhu sudah bungkus dalam cerita ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd