Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY MUKTI atau MATI

lanjutan


Setelah hampir semalam penuh Prabasari terjaga tanpa sekalipun dapat memejamkan mata demi menyaksikan Wirasaloka yang tengah menyelesaikan tapa brata terakhirnya pati geni tiga hari tiga malam dengan malam terakhir terendam di lautan yang menurut orang tua penolongnya saat terlantar di hutan larangan pegunungan kapur utara tempo hari sama nilainya dengan tapa brata pati geni 40 hari 40 malam penuh sambil berendam di tengah arus kali bengawan sore.

Akhirnya Dyah Prabasari merasa letih di sekujur tubuhnya meskipun dia sendiri telah berhasil memulihkan kondisi tubuhnya dengan bantuan petunjuk dari orang yang mengenalkan dirinya Kyai Sembojan yang pada saat terakhir diketahuinya adalah seorang guru dari Wirasaloka.

Prabasari dengan berat hati meninggalkan pengawasannya pada Wirasaloka yang masih tetap dalam posisinya duduk bersila menghadap lautan lepas yang seakan tidak bertepi, lalu masuk ke dalam mulut goa dan mengambil sebumbung kecil berisi madu lebah liar pemberian dari Kyai Sembojan.

Setelah meneguk beberapa tetesan madu itu Prabasari merasakan tubuhnya sangat segar dan terasa enteng penuh tenaga.

Sementara waktu berlalu sang surya yang seharian bersinar dengan teriknya telah condong ke arah barat dan makin lama makin tenggelam sinarnya yang berarti Wirasaloka telah memasuki waktu pungkas dalam tapa brata terakhirnya dalam waktu waktu terakhir itu wirasaloka merasakan ingatannya kembali tentang berbagai laku yang telah di jalaninya seakan muncul kembali di benaknya dan meyakinkannya bahwa ilmu ilmunya adalah ilmu ilmu langka yang sukar di cari tandingannya kemudian gurunya yang tersenyum sambil tak henti hentinya memberikan petunjuk dan nasehat terpatri jelas dalam penglihatannya.

Dan saat saat terakhir wirasaloka teringat bahwa gurunya telah berpamitan padanya setelah memberikan beberapa petunjuk terakhir semalam, yang membuat emosinya bergolak sesaat namun akibatnya sangat jelas dalam pembangkitan ilmu bumi sejati yang bersumber dari ilmu inti bumi, bahwa pancaran panas dari selubung api merah kekuningan yang menyelimuti tubuhnya semakin kuat seakan bisa mendidihkan udara disekitarnya yang membuat hawa panas menyengat, sementara tubuh wirasaloka sendiri semakin ringan dengan urat urat dan tulang tubuhnya semakin terasa kokoh

Pada akhirnya ketika wirasaloka melepaskan seluruh energi yang menyatu dalam dirinya, hembusan dahsyat berhawa sangat panas langsung menerpa dan menghantam sebuah batu karang besar di dekatnya yang akibatnya adalah karang yang kokoh perkasa itu langsung hancur tak bersisa dan larut di hempas riak gelombang air laut.

Wirasaloka tak henti hentinya mengucap syukur atas anugerah ilmu dahsyat yang baru saja telah ia sempurnakan sampai ke puncaknya itu, meskipun kemudian ia tertegun dan merenung bahwa ia tak kan pernah bertemu kembali dengan wujud gurunya di dunia kasar membuat hatinya bersedih.

Beberapa saat ia termenung sebelum akhirnya dengan ringannya melompat turun dari batu karang tempatnya bertapa lalu mendarat dan berpijak di atas air laut yang gelombangnya cukup tenang lalu melangkah seakan akan air itu adalah tanah pijakannya, sebelum melompat melesat ke atas tebing di mana gua watu lima berada.

Sesaat kemudian wirasaloka kembali termangu ketika baru saja menginjakkan kaki di depan mulut gua di hadapannya telah berdiri sesosok wanita yang selama ini di rindukannya.

"Prabasari..." gumam wirasaloka

"Iya ini aku wira" ucap prabasari sambil menundukkan kepalanya lalu bergegas masuk ke dalam gua

Wirasaloka segera menyusulnya dan mendapati wanita itu telah berlinang air mata.

"Prabasari kenapa...apakah aku bersalah padamu?" ujar wirasaloka begitu telah di dekat wanita yang telah di ketahui dari gurunya adalah ibunya sendiri yang beberapa waktu sebelumnya karena ketidaktauannya ia telah membuat ibunya sendiri telah hamil dan mengandung jabang bayi dari benihnya sendiri.

Prabasari tak berucap apapun untuk menjawab pertanyaan wirasaloka namun tiba tiba saja ia menghambur dan memeluk wirasaloka kemudian menangis sejadi jadinya di dekapan anaknya yang telah tumbuh menjadi pria yang gagah perkasa.

"Aku sudah mengetahui semuanya prabasari, aku percaya kau ibundaku meskipun baru beberapa waktu yang lalu bahwa ajian seribu bunga telah membuatmu menjadi seakan muda kembali, tapi prabasari..." ujar wirasaloka berhenti berucap yang membuat prabasari mendongakkan kepalanya untuk menatap dalam dalam wajah anak lelakinya yang telah menjadi pejantan buatnya itu.

"Prabasari aku mohon kau jangan pergi lagi, aku telah memutuskan untuk menerimamu dalam kondisi saat ini bahwa kau adalah ibu dari anakku yang sekarang dalam kandunganmu itu yang berarti kau dan aku adalah orang tua dari anak itu" ujar wirasaloka

"Tapi aku tetaplah biyungmu nak seorang yang telah melahirkanmu" gumam prabasari

"Aku tak menyangkal prabasari tapi biarlah prabasari biyungku aku anggap telah tiada bersama ayahku prabu suryakencana yang juga tlah tiada" ucap wirasaloka yang membuat prabasari tertegun

"Baiklah masih ada banyak waktu untuk kita saling bercerita, tapi biarkanlah aku menuntaskan lelaku yang tlah kujalani dengan bersuci dulu di sendang dalam gua ini sebentar prabasari" ujar wirasaloka yang kemudian melepas dekapannya pada tubuh prabasari yang hanya mengangguk dan juga melepas pelukannya pada tubuh wirasaloka

Sesaat wirasaloka masih memegang bahu prabasari sebelum kemudian menunduk dan menempelkan bibirnya di bibir prabasari untuk kemudian melumatnya sesaat.

"Tunggulah sebentar prabasari" ucap wirasaloka sesaat setelah mereka selesai berciuman.

Prabasari hanya mengangguk

"Makanlah dulu pisang raja itu meski hanya sebiji nak" pinta prabasari

"Aku akan memakannya nanti sayankku bersamamu, tunggulah sebentar" jawab wirasaloka yang membuat prabasari lagi lagi hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Sementara itu dalam waktu yang sama di istana kerajaan kerdil pakubanjaran telah sibuk akibat kedatangan dua orang utusan dari demak bintoro yang membawa nawala dari penguasanya yang baru saja di nobatkan jadi raja jawa baru yang bergelar panembahan jinbun atau panembahan abdul fatah

Utusan yang membuat sibuk seantero kerajaan kerdil itu sendiri memang bukan orang sembarangan tak lain adalah raden surya atau yang di kenal kini dengan sebutan adipati unus di sertai panglima wiratamtama demak bintoro tumenggung wandubaya yang beberapa saat lalu telah di tundukkan oleh wirasaloka.

"Jadi adimas wirasaloka belum kembali ke pakubanjaran sampai saat ini?" bertanya adipati unus

"Maaf anakmas adipati anom memang sesungguhnya cucu wirasaloka belum kembali sekalipun meski hamba telah mendengar kehadirannya di medan perang panjalu beberapa waktu yang lalu" Patih Jaladara lah yang menjawabnya seorang yang dalam usia senjanya masih harus terus sibuk di pemerintahan kerajaan kecil yang meskipun hanya seluas sebuah kademangan namun istimewa karena bersifat tanah perdikan atau daerah istimewa.

"Sayang sekali eyang patih padahal adimas wirasaloka sangat di tunggu kedatangannya pada hari kelima pasaran manis atau tepatnya saat paseban agung yang berlangsung kira kira sepekan lagi" ujar adipati unus

"Tidak adakah yang mengetahui kemana kira kira perginya anakmas wirasaloka?" tumenggung wandubaya lah yang berujar

"Sebenarnyalah setelah kami dengar kehadiran cucunda wirasaloka, kami pun berharap cucunda segera hadir disini tuan tumenggung karena sudah beberapa lama tanah kerdil ini tanpa pengasuhnya sehingga kamipun merasa sebatangkara" ujar patih jaladara.

"Baiklah eyang patih kalo begitu kita semua sama sama berharap adimas wirasaloka segera kembali dan apabila sudah kembali kapanpun itu saya mohon untuk disampaikan nawala dari panembahan demak bintoro kepada adimas wirasaloka, kamipun akan slalu menerima kehadirannya kapanpun itu" ujar adipati unus

"Baiklah kanjeng adipati titah kanjeng adipati akan kami junjung tinggi" kata patih jaladara

"Trimakasih eyang patih sekarang kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan kami" ucap adipati unus

"Begitu tergesa gesa, setidaknya kami mohon kanjeng adipati anom dan ki tumenggung wandubaya sudi menginap di pakubanjaran meski kurang layak buat kanjeng berdua" ujar patih jaladara

"Bukan bermaksud menolak eyang tapi sesungguhnya kami sangat terbatas waktu, mungkin lain kali kami akan singgah lagi dan bermalam bukan hanya semalam tapi kali perlu beberapa malam sekalipun" ujar adipati unus yang kemudian melirik tumenggung wandubaya yang terlihat gelisah, bagaimanapun adipati unus tau sekali bahwa tumenggung wandubaya adalah orang yang sangat tidak menyukai sebuah kegagalan tugas.

Akhirnya beberapa saat kemudian kedua petinggi dari demak bintoro itu telah memacu kudanya menembus keremangan malam menuju ke arah timur, dan di sebuah persimpangan kuda kuda itu di arahkan menuju arah bukit giri.

Dalam pada itu wirasaloka yang setelah selesai merendam tubuhnya di sendang tirta kahuripan gua watulima segera menemui prabasari yang agak lama menungguinya telah mempergunakan waktunya untuk mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari air minum dan makanan buat wirasaloka sampai menata peraduan dari batu besar yang di lambari oleh kulit harimau loreng dan beberapa tumpuk daun daun pelepah dari daun kelapa yang memang banyak tumbuh di sekitar tempat itu.

Beberapa saat kemudian wirasaloka yang telah selesai menghabiskan sesisir pisang raja segera memeluk prabasari yang duduk di sebelahnya menemaninya makan.

"Apa kau sudah kenyang nak ?" tanya prabasari sambil meletakkan kepalanya di dada wirasaloka yang terus saja mencumbuinya.

"Apakah kau tak bisa menganggapku lebih dari sekedar anakmu prabasari seperti aku menganggapmu sebagai wanitaku"

"Tentu saja aku menganggapmu sebagai lelakiku wirasaloka bukankah kau ayah dari calon bayi kita yang masih di dalam perutku ini, tapi aku tak bisa ingkar bahwa kau adalah anakku yang dulu sama seperti anak yang ada dalam perutku ini" ujar prabasari sambil tersenyum

"Terserah kamu prabasari tapi aku telah menganggap ibuku sudah tiada bersama ayahku" kata wirasaloka

Setelah itu wirasaloka segera melolosi baju dan celananya membuat prabasari nanar menatap batang kejantanan wirasaloka yang tlah kencang mengembang hingga ukurannya membuatnya bergidik merinding

"Prabasari bolehkah aku menengok anakku"

"Tentu sayankku...kau boleh menengok anakmu kapan saja kau mau, aku akan slalu melayanimu nak" ujar prabasari yang kemudian pasrah ketika dengan sekali tarikan wirasaloka telah membuatnya telanjang bulat.

Prabasari yang meski usia kandungannya baru empat bulan namun telah nampak membuat perutnya membuncit, sgera saja berdiri dan memeluk wirasaloka yang langsung mendekap dan menciuminya

Sambil mengelus elus batang kejantanan wirasaloka yang berkedut kedut di perutnya lalu prabasari kembali berjongkok kemudian menciumi batang kejantanan yang berukuran dua kali lebih besar dan panjang dari milik mendiang suaminya yang juga ayah dari wirasaloka itu

Sesaat kemudian prabasari telah memasukkan batang kejantanan itu ke dalam mulutnya dan menguluminya hingga wirasaloka merasa sangat keenakan.

"Prabasari aku sudah tidak tahan lagi sayankku marilah aku ingin menunggangimu" ucap wirasaloka dalam nafsu birahinya yang telah sampai ke puncaknya.

"Baiklah silahkan tunggangi biyungmu tapi pelan pelan...ingat ada anakmu disini sayank" ujar prabasari sembari berdiri dan mengusap usap perutnya
 
lanjutan


Setelah hampir semalam penuh Prabasari terjaga tanpa sekalipun dapat memejamkan mata demi menyaksikan Wirasaloka yang tengah menyelesaikan tapa brata terakhirnya pati geni tiga hari tiga malam dengan malam terakhir terendam di lautan yang menurut orang tua penolongnya saat terlantar di hutan larangan pegunungan kapur utara tempo hari sama nilainya dengan tapa brata pati geni 40 hari 40 malam penuh sambil berendam di tengah arus kali bengawan sore.

Akhirnya Dyah Prabasari merasa letih di sekujur tubuhnya meskipun dia sendiri telah berhasil memulihkan kondisi tubuhnya dengan bantuan petunjuk dari orang yang mengenalkan dirinya Kyai Sembojan yang pada saat terakhir diketahuinya adalah seorang guru dari Wirasaloka.

Prabasari dengan berat hati meninggalkan pengawasannya pada Wirasaloka yang masih tetap dalam posisinya duduk bersila menghadap lautan lepas yang seakan tidak bertepi, lalu masuk ke dalam mulut goa dan mengambil sebumbung kecil berisi madu lebah liar pemberian dari Kyai Sembojan.

Setelah meneguk beberapa tetesan madu itu Prabasari merasakan tubuhnya sangat segar dan terasa enteng penuh tenaga.

Sementara waktu berlalu sang surya yang seharian bersinar dengan teriknya telah condong ke arah barat dan makin lama makin tenggelam sinarnya yang berarti Wirasaloka telah memasuki waktu pungkas dalam tapa brata terakhirnya dalam waktu waktu terakhir itu wirasaloka merasakan ingatannya kembali tentang berbagai laku yang telah di jalaninya seakan muncul kembali di benaknya dan meyakinkannya bahwa ilmu ilmunya adalah ilmu ilmu langka yang sukar di cari tandingannya kemudian gurunya yang tersenyum sambil tak henti hentinya memberikan petunjuk dan nasehat terpatri jelas dalam penglihatannya.

Dan saat saat terakhir wirasaloka teringat bahwa gurunya telah berpamitan padanya setelah memberikan beberapa petunjuk terakhir semalam, yang membuat emosinya bergolak sesaat namun akibatnya sangat jelas dalam pembangkitan ilmu bumi sejati yang bersumber dari ilmu inti bumi, bahwa pancaran panas dari selubung api merah kekuningan yang menyelimuti tubuhnya semakin kuat seakan bisa mendidihkan udara disekitarnya yang membuat hawa panas menyengat, sementara tubuh wirasaloka sendiri semakin ringan dengan urat urat dan tulang tubuhnya semakin terasa kokoh

Pada akhirnya ketika wirasaloka melepaskan seluruh energi yang menyatu dalam dirinya, hembusan dahsyat berhawa sangat panas langsung menerpa dan menghantam sebuah batu karang besar di dekatnya yang akibatnya adalah karang yang kokoh perkasa itu langsung hancur tak bersisa dan larut di hempas riak gelombang air laut.

Wirasaloka tak henti hentinya mengucap syukur atas anugerah ilmu dahsyat yang baru saja telah ia sempurnakan sampai ke puncaknya itu, meskipun kemudian ia tertegun dan merenung bahwa ia tak kan pernah bertemu kembali dengan wujud gurunya di dunia kasar membuat hatinya bersedih.

Beberapa saat ia termenung sebelum akhirnya dengan ringannya melompat turun dari batu karang tempatnya bertapa lalu mendarat dan berpijak di atas air laut yang gelombangnya cukup tenang lalu melangkah seakan akan air itu adalah tanah pijakannya, sebelum melompat melesat ke atas tebing di mana gua watu lima berada.

Sesaat kemudian wirasaloka kembali termangu ketika baru saja menginjakkan kaki di depan mulut gua di hadapannya telah berdiri sesosok wanita yang selama ini di rindukannya.

"Prabasari..." gumam wirasaloka

"Iya ini aku wira" ucap prabasari sambil menundukkan kepalanya lalu bergegas masuk ke dalam gua

Wirasaloka segera menyusulnya dan mendapati wanita itu telah berlinang air mata.

"Prabasari kenapa...apakah aku bersalah padamu?" ujar wirasaloka begitu telah di dekat wanita yang telah di ketahui dari gurunya adalah ibunya sendiri yang beberapa waktu sebelumnya karena ketidaktauannya ia telah membuat ibunya sendiri telah hamil dan mengandung jabang bayi dari benihnya sendiri.

Prabasari tak berucap apapun untuk menjawab pertanyaan wirasaloka namun tiba tiba saja ia menghambur dan memeluk wirasaloka kemudian menangis sejadi jadinya di dekapan anaknya yang telah tumbuh menjadi pria yang gagah perkasa.

"Aku sudah mengetahui semuanya prabasari, aku percaya kau ibundaku meskipun baru beberapa waktu yang lalu bahwa ajian seribu bunga telah membuatmu menjadi seakan muda kembali, tapi prabasari..." ujar wirasaloka berhenti berucap yang membuat prabasari mendongakkan kepalanya untuk menatap dalam dalam wajah anak lelakinya yang telah menjadi pejantan buatnya itu.

"Prabasari aku mohon kau jangan pergi lagi, aku telah memutuskan untuk menerimamu dalam kondisi saat ini bahwa kau adalah ibu dari anakku yang sekarang dalam kandunganmu itu yang berarti kau dan aku adalah orang tua dari anak itu" ujar wirasaloka

"Tapi aku tetaplah biyungmu nak seorang yang telah melahirkanmu" gumam prabasari

"Aku tak menyangkal prabasari tapi biarlah prabasari biyungku aku anggap telah tiada bersama ayahku prabu suryakencana yang juga tlah tiada" ucap wirasaloka yang membuat prabasari tertegun

"Baiklah masih ada banyak waktu untuk kita saling bercerita, tapi biarkanlah aku menuntaskan lelaku yang tlah kujalani dengan bersuci dulu di sendang dalam gua ini sebentar prabasari" ujar wirasaloka yang kemudian melepas dekapannya pada tubuh prabasari yang hanya mengangguk dan juga melepas pelukannya pada tubuh wirasaloka

Sesaat wirasaloka masih memegang bahu prabasari sebelum kemudian menunduk dan menempelkan bibirnya di bibir prabasari untuk kemudian melumatnya sesaat.

"Tunggulah sebentar prabasari" ucap wirasaloka sesaat setelah mereka selesai berciuman.

Prabasari hanya mengangguk

"Makanlah dulu pisang raja itu meski hanya sebiji nak" pinta prabasari

"Aku akan memakannya nanti sayankku bersamamu, tunggulah sebentar" jawab wirasaloka yang membuat prabasari lagi lagi hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Sementara itu dalam waktu yang sama di istana kerajaan kerdil pakubanjaran telah sibuk akibat kedatangan dua orang utusan dari demak bintoro yang membawa nawala dari penguasanya yang baru saja di nobatkan jadi raja jawa baru yang bergelar panembahan jinbun atau panembahan abdul fatah

Utusan yang membuat sibuk seantero kerajaan kerdil itu sendiri memang bukan orang sembarangan tak lain adalah raden surya atau yang di kenal kini dengan sebutan adipati unus di sertai panglima wiratamtama demak bintoro tumenggung wandubaya yang beberapa saat lalu telah di tundukkan oleh wirasaloka.

"Jadi adimas wirasaloka belum kembali ke pakubanjaran sampai saat ini?" bertanya adipati unus

"Maaf anakmas adipati anom memang sesungguhnya cucu wirasaloka belum kembali sekalipun meski hamba telah mendengar kehadirannya di medan perang panjalu beberapa waktu yang lalu" Patih Jaladara lah yang menjawabnya seorang yang dalam usia senjanya masih harus terus sibuk di pemerintahan kerajaan kecil yang meskipun hanya seluas sebuah kademangan namun istimewa karena bersifat tanah perdikan atau daerah istimewa.

"Sayang sekali eyang patih padahal adimas wirasaloka sangat di tunggu kedatangannya pada hari kelima pasaran manis atau tepatnya saat paseban agung yang berlangsung kira kira sepekan lagi" ujar adipati unus

"Tidak adakah yang mengetahui kemana kira kira perginya anakmas wirasaloka?" tumenggung wandubaya lah yang berujar

"Sebenarnyalah setelah kami dengar kehadiran cucunda wirasaloka, kami pun berharap cucunda segera hadir disini tuan tumenggung karena sudah beberapa lama tanah kerdil ini tanpa pengasuhnya sehingga kamipun merasa sebatangkara" ujar patih jaladara.

"Baiklah eyang patih kalo begitu kita semua sama sama berharap adimas wirasaloka segera kembali dan apabila sudah kembali kapanpun itu saya mohon untuk disampaikan nawala dari panembahan demak bintoro kepada adimas wirasaloka, kamipun akan slalu menerima kehadirannya kapanpun itu" ujar adipati unus

"Baiklah kanjeng adipati titah kanjeng adipati akan kami junjung tinggi" kata patih jaladara

"Trimakasih eyang patih sekarang kami mohon diri untuk melanjutkan perjalanan kami" ucap adipati unus

"Begitu tergesa gesa, setidaknya kami mohon kanjeng adipati anom dan ki tumenggung wandubaya sudi menginap di pakubanjaran meski kurang layak buat kanjeng berdua" ujar patih jaladara

"Bukan bermaksud menolak eyang tapi sesungguhnya kami sangat terbatas waktu, mungkin lain kali kami akan singgah lagi dan bermalam bukan hanya semalam tapi kali perlu beberapa malam sekalipun" ujar adipati unus yang kemudian melirik tumenggung wandubaya yang terlihat gelisah, bagaimanapun adipati unus tau sekali bahwa tumenggung wandubaya adalah orang yang sangat tidak menyukai sebuah kegagalan tugas.

Akhirnya beberapa saat kemudian kedua petinggi dari demak bintoro itu telah memacu kudanya menembus keremangan malam menuju ke arah timur, dan di sebuah persimpangan kuda kuda itu di arahkan menuju arah bukit giri.

Dalam pada itu wirasaloka yang setelah selesai merendam tubuhnya di sendang tirta kahuripan gua watulima segera menemui prabasari yang agak lama menungguinya telah mempergunakan waktunya untuk mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari air minum dan makanan buat wirasaloka sampai menata peraduan dari batu besar yang di lambari oleh kulit harimau loreng dan beberapa tumpuk daun daun pelepah dari daun kelapa yang memang banyak tumbuh di sekitar tempat itu.

Beberapa saat kemudian wirasaloka yang telah selesai menghabiskan sesisir pisang raja segera memeluk prabasari yang duduk di sebelahnya menemaninya makan.

"Apa kau sudah kenyang nak ?" tanya prabasari sambil meletakkan kepalanya di dada wirasaloka yang terus saja mencumbuinya.

"Apakah kau tak bisa menganggapku lebih dari sekedar anakmu prabasari seperti aku menganggapmu sebagai wanitaku"

"Tentu saja aku menganggapmu sebagai lelakiku wirasaloka bukankah kau ayah dari calon bayi kita yang masih di dalam perutku ini, tapi aku tak bisa ingkar bahwa kau adalah anakku yang dulu sama seperti anak yang ada dalam perutku ini" ujar prabasari sambil tersenyum

"Terserah kamu prabasari tapi aku telah menganggap ibuku sudah tiada bersama ayahku" kata wirasaloka

Setelah itu wirasaloka segera melolosi baju dan celananya membuat prabasari nanar menatap batang kejantanan wirasaloka yang tlah kencang mengembang hingga ukurannya membuatnya bergidik merinding

"Prabasari bolehkah aku menengok anakku"

"Tentu sayankku...kau boleh menengok anakmu kapan saja kau mau, aku akan slalu melayanimu nak" ujar prabasari yang kemudian pasrah ketika dengan sekali tarikan wirasaloka telah membuatnya telanjang bulat.

Prabasari yang meski usia kandungannya baru empat bulan namun telah nampak membuat perutnya membuncit, sgera saja berdiri dan memeluk wirasaloka yang langsung mendekap dan menciuminya

Sambil mengelus elus batang kejantanan wirasaloka yang berkedut kedut di perutnya lalu prabasari kembali berjongkok kemudian menciumi batang kejantanan yang berukuran dua kali lebih besar dan panjang dari milik mendiang suaminya yang juga ayah dari wirasaloka itu

Sesaat kemudian prabasari telah memasukkan batang kejantanan itu ke dalam mulutnya dan menguluminya hingga wirasaloka merasa sangat keenakan.

"Prabasari aku sudah tidak tahan lagi sayankku marilah aku ingin menunggangimu" ucap wirasaloka dalam nafsu birahinya yang telah sampai ke puncaknya.

"Baiklah silahkan tunggangi biyungmu tapi pelan pelan...ingat ada anakmu disini sayank" ujar prabasari sembari berdiri dan mengusap usap perutnya
akhirnya....🤣
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd