Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Museum Kenikmatan : Mantan Kecengan, Tetangga, dan Perempuan Lainnya

ulu, untuk membantu seorang lelaki memahami urusan ranjang sebelum dia menikah, biasanya keluarga yang bersangkutan akan menyuruh seorang perempuan untuk mengajari tata cara berhubungan intim. Dari foreplay, seks, sampai aftercare. Sekarang, posisinya berubah. Aku diminta Zara untuk jadi pasangan dalam eksperimen seksnya. Dia selalu penasaran, dan tidak berani mencari cowok untuk diajak tidur. Paling-paling hanya mengandalkan tangan sambil meraba-raba badannya sendiri.

Zara punya baby face, berambut seleher, dan terbilang agak pendek, sehingga kalau mau saling menatap, ia harus mendongak sedikit. Meskipun demikian ekspresi dan pembawaanya dewasa. Jadi ada sedikit kontras antara penampilan dan pembawaan.

Aku membuka baju, lalu menarik Zara agar mendekat. Aku memegang pinggangnya lalu menarik bajunya ke atas. Kedua tangannya langsung menutup dada sedangnya yang masih terhalang beha biru muda. Ada tahi lalat di atas belahannya. Kulitnya sawo matang mendekati putih.

“Punyaku kecil.” Wajah Zara memerah.

Aku tertawa. “Percaya deh, mau kecil atau gede, cowo pasti suka.” Jariku menyentuh tahi lalat di dadanya, lalu menyusuri belahan dadanya yang tidak tertutup beha. Erangan geli pelan keluar dari mulut Zara. Suaranya menggemaskan. Aku langsung mencium bibirnya. Zara menyambutnya dengan mencium balik. Tangannya meraba-raba badanku. Dari dada, pantat, lalu penisku.

Zara melepas ciumannya, lalu memandang ke arah selangkanganku. “Buka.”

“Bukain.”

Zara berlutut. Ia menurunkan celana dalamku sampai mata kaki. Ia kemudian menyejajarkan wajahnya dengan penisku yang setengah ereksi. Sentuhannya tadi merangsangku, tapi belum cukup untuk membangunkannya.

“Lumayan. Tapi gak segede aktor bokep.”

"Itu gedenya gak alami. Pake obat sama ada otot yang dioperasi biar keliatan gede. Terus editan video ngaruh,” kataku ngasal “Sudah teruji, kok.”

Zara mengocoknya dengan tangan. Gerakannya agak kaku. Tapi namanya juga penis, pasti berdiri kalau dimainin.

“Sekitar sepuluh sentian,” gumam Zara pelan. Aku tidak membalas karena menikmati kocokannya yang mulai menumbuhkan kenikmatan. Ada sedikit cairan keluar dari ujung penisku. Zara menjilatnya pelan. Aku mendesah. Zara kemudian memutar-mutar lidahnya di ujung penisku. Aku membelai rambutnya.

“Ini sensitif, ya.” komentarnya. Lidahnya kemudian berpindah ke batang penisku. Setelah semua basah, dia memasukkan penisku ke mulut. Awalnya kepalanya saja, lalu semua dilahapnya pelan-pelan. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur. Matanya menatap ke arahku. Dia terus mengisap sambil mempertahankan kontak mata.

“Eh! kena gigi. Pelan-pelan.” Aku meringis.

Zara mengeluarkan penisku dari mulutnya, lalu cengengesan. Aku maklum. Dia belum sejago Agnia dalam urusan mengisap kelamin. Dia mencium penisku, lalu memasukkannya kembali ke dalam mulut. Kali ini gerakannya lebih hati-hati. Daripada bergerak maju mundur cepat-cepat, dia lebih fokus dengan isapan dan permainan lidah. Sakit dari kena gigi hilang dan berganti dengan kenikmatan. Aku membelai rambutnya.

“Gantian,” kataku. Aku membantunya berdiri, lalu memintanya berbaring di ranjang. Aku meletakkan bantal di bawah pinggulnya dan membuka kakinya lebar-lebar.

“Gak usah pake jari. Kalau itu sudah bosen soalnya,” ucap Zara. Aku memegang pinggulnya, lalu menciumi bibir vagina Zara yang tebal. Di bagian atasnya, ada tonjolan kecil. Aku mengecupnya, lalu menjilatinya pelan-pelan.

“Uhn..ah..” Zara mendesah dengan suara tertahan. Mendengarnya, aku jadi lebih semangat, Jilatanku kian buas. Pinggang Zara bergerak naik turun menikmati gerakan lidahku. Pahanya yang berisi menjepit kepalaku. Sebagai tambahan, aku meremas dan menggelitik dadanya yang pas di tangan. Aku memutar-mitar jariku di putingnya yang mengeras.

“Ahh..mmm..gelii.. udah basah kan? masukin sekarang aja,” pinta Zara. Dari tadi tampaknya dia menahan suara desahan karena tangan kirinya menutup mulut.

“Oke,” aku mengambil kondom, lalu memasangnya. “Aku masukin, ya. Bakal sakit kayanta.”

Zara mengangguk. Penisku pelan-pelan memasuki vagina Zara. Aku melihatnya mengerang kesakitan, dan meremas seprai. Biar tidak terlalu fokus pada rasa sakit, aku mencium bibirnya. Dia membalas brutal. Lidahnya langsung dimasukkan dalam mulutku. Sesekali ia mengisap bibirku. Genjotanku dipercepat sedikit demi sedikit. Vaginanya rapat menjepit penisku. Tiap sodokan terasa nikmat.

“Ungggg. hmmm,” Suara desahan Zara teredam selimut yang ia gigit untuk meredam.

“Lepasin aja. Biar fokusnya ke sensasi ngewenya,” kataku. Zara mengangguk. Selimut diempaskan ke samping. Aku kemudian menggenggam kedua tangannya agar mulutnya tidak ditutup lagi.

“AHHH! AHH!! UH! UH!” Zara mendesah keras, hampir seperti teriak. Saat sadar dirinya baru saja bersuara keras, wajahnya memerah, dan jadi kelihatan lucu. Birahiku naik. Aku mencium bibir, lalu lehernya. Genjotanku kupertahankan di kecepatan sedang.

Zara tampak menikmati semuanya. Saat aku berhenti menggenjot sebentar, dia memutar-mutar pinggangnya. Matanya memohon ke arahku agar terus bercinta dengannya.

Kali ini aku menggenjotnya sekeras mungkin. Suara becek seks dan desahan Zara saling membalap.

“OOHHH INI..ENAKK..BANGET….” Zara menggelinjang. Napasnya memburu. Wajah dan dadanya kelihatan memerah. Matanya merem melek. Butir-butir keringat muncul di wajahnya. Dia tertawa pelan. Kedua kakinya kemudian melingkari pinggangku.
“Umm.. Aku udah keluar, tapi masih pengen, pelan-pelan….”

Aku mengurangi kecepatan sodokan. Aku sendiri mulai terengah-engah. Keringat dari keningku ada yang menetes ke Zara. Sebentar lagi aku juga akan orgasme. Terasa dorongan dari dalam penis.

“Mau keluar di mana?” tanyaku.

Telunjuk Zara mengarah pada mulutnya yang membuka lebar.

“Sebentar lagi, nih.” Aku mencabut penisku dan melepas kondom.

“Kamu berbaring aja, biar aku yang beresin,” kata Zara dengan suara penuh rayuan. Lidahnya menjilat bibir.

Untuk ketiga kalinya, penisku masuk ke dalam mulutnya. Lidahnya menggelitik dan isapannya menyedot sperma yang sebentar lagi keluar.

“Aku keluar sekarang!” Bersamaan dengan muncratnya air mani, aku menekan kepalanya sampai semua bagian penisku masuk ke mulut Zara. Kuisi mulutnya dengan sperma. Beberapa tetes luber keluar. Ia kemudian menelan semuanya. Spermaku yang berlumur sisa sperma pun dijilatinya sampai bersih.

“Gimana? Dientot itu enak?”

“Enaaak! Aku gak akan bisa balik lagi ke colmek kalau senak ini,”


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd