Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My boss!!!

Apa ini versi yang macet dulu itu ...

Saking penasarannya sampai ...ngubek ubek di wattap ...
Dan hasilnya sama .mentok gak selesai ..
 
AKHIR KISAH






Aku ingat dengan jelas malam itu. Setiap detilnya tak pernah kulupakan bahkan satu detik pun. Karena hanya dengan mengingatnyalah aku bisa tetap membuatnya seolah berada di sisiku. Walau kita tidak pernah bertemu lagi untuk kedua kalinya. Tidak dalam waktu yang cepat, seperti yang aku harapkan di awal aku mulai menunggumu.

Dahulu, di dalam ingatanku. Dia adalah sosok bidadari dengan rambut hitam legam yang terurai hingga menyentuh punggung. Duduk di depan meja bartender, di antara riuhan manusia yang berdansa dengan liar, dengan alunan lagu yang mengganggu telinga. Setidaknya dahulu, aku masihlah sosok pemuda yang masih lugu. Terikat dengan semua peraturan-peraturan yang dibuat keluarga. Dan sepenuhnya dilepas saat umurku mulai menginjak 24.

"Ayolah Dave, nikmati musiknya." Sahut temanku yang sudah dari tadi menikmati alunan lagi dengan menggerakan seluruh tubuhnya di dance floor, lalu kembali dengan menggandeng seorang wanita yang terkikik mesra seolah mereka sudah kenal satu sama lain.

"HAHAHA. Sabar Bro. Sobat kita ini baru keluar dari cangkang. Belum tahu nikmatnya dunia. Sebentar lagi juga dia bakal seperti kita. Kalem saja." Teriak Endo, sosok di dekatku yang menemaniku namun kaki dan tangannya bergerak-gerak dari tadi. Maklum saja, teman-temanku sejak awal masuk SMA sudah mengenal dunia malam. Dengan koneksi yang dimiliki, mudah saja mereka memasuka club-club terkenal di Jakarta dan bermain wanita. Dan aku harus terima menjadi orang yang paling cupu disini.Walau beberapa kali papaku mengajakku kesini untuk urusan bisnis. Namun mamaku yang protektif tak kenal lelah untuk memantau segala gerak gerikku. Baru setelah lulus inilah aku diizinkan bermain tanpa pantauan sang mama. Hadiah yang dari dulu aku minta karena tidak pernah protes ataupun mengecewakannya dalam hal prestasi dan perilaku.

"Gue lemesin badan dulu ye." Ucap Endo sambil menepuk pundakku. Sedangkan Dani, temanku yang lain, sudah sibuk dengan wanitanya.
Pandanganku sendiri beralih ke arah wanita dengan baju hijau, pendek sampai paha dengan bahu sedikit terbuka. Setidaknya dia tidak memperlihatkan belahan payudara seperti sebagian banyak wanita di sini. Sesekali dia tersenyum dan melambai kepada seseorang tak jauh dari tempatnya, namun tak terlalu kupedulikan.

Wajahnya tak penuh dengan pulasan make up, terlihat fresh dan masih muda sekali. Namun aku merasa dia tidak berbaur dengan sekitarnya, dia berputar di dunianya sendiri, dan berusaha terlihat nyaman, sama seperti yang lainnya. Saat temannya menggandengnya dan menuntunnya untuk ikut berdansa dengannya dia tersenyum seperti terpaksa. Tapi tak lama kemudian dia ikut menari, walau dengan gaya yang agak kaku. Hmm. Sepertinya tarianku lebih baik dari dia. Di acara kampus kadang ada acara party kecil di antara temanku. Walau endingnya sudah bisa ditebak. Mamaku yang memberlakukan jam malam hanya membolehkanku pulang maksimal jam 10 malam.

"WOI. Kemari Dave!" teriak Endo. Samar. Namun fokusku masih pada sang wanita yang menari. Dan kini ada lelaki yang mulai mendekati punggungnya dan menggoyangkan tubuh di depan wanita itu. Lalu senyum merekah di bibirnya. Membuat dadaku bergetar tak tenang. Melihat wajah yang semakin menawan itu melemparkan pesonanya pada pria lain.
Sialnya, Endo pun mulai menjengkelkan. Dia ikut mendekatinya dan membisikan sesuatu ke telingan si wanita. Aku jengkel seketika. Hingga badanku bergerak ke arahnya melesakkan tubuhku di antara kerumunan, sedikit menabrak teman sialanku itu.

"Argh. Kalem bro. Kakiku jangan kau injak lah!" ujarnya.
Lalu wanita itu kembali tersenyum, bibirnya melengkung dan tawa kecil keluar dari mulutnya. Indah sekali.
Benar kata mereka.
Bahwa aku adalah orang yang belum pernah menikmati hidup.
Dan hari ini aku mendapatkannya. Kenikmatan indah yang tak pernah kudapatkan sebelumnya, berupa senyuman indah dari bidadari yang melemahkan jantungku.

"Kau tertarik dengan gadis hijau itu kan? Mau kubantu bro?" kata Endo di belakang si wanita. Entah wanita itu mendengarnya atau tidak. Ah sobatku ini, dia selalu tahu apa yang kupikirkan. Ternyata dari tadi dia memperhatikan gerak-gerikku yang tidak lepas dengan memandangi si hijau.
***

"Aku belum tahu namamu."

"Sheila. Kakak?"

"Aku Dave. Boleh aku bertanya ?"

"Silakan."

".... Kau... kenapa mau kuajak kesini? Memangnya... kau tidak takut?" tanyaku pada Sheila yang sekarang duduk di kasur yang empuk di
sampingku. Di hotel dekat club langganan Aldo. Dia biasa kesini bila dapat teman one night stand. Dan sekarang dia menunjukan tempat ini kepadaku setelah melihat ketertarikanku kepada Sheila.

"Kakak yang tadi bilang aku bisa istirahat disini dengan kakak kan?"
Shit. Dia ini polos atau menantangku?

"Memangnya kau sering begini? Hm... yah... maksudku pergi dengan pria yang baru kau kenal?"

Dia menatapku dan menjawab singkat. "Tidak. Baru kakak saja." Katanya dilanjutkan dengan senyum yang entah ke berapa kalinya masih saja membuat jantungku berdebar tak karuan.
Kami berpandangan untuk beberapa saat, membuatku sedikit gugup, hingga mencari segelas air putih untuk ku minum. Namun belum selesai kuteguk tandas, dia berucap lagi, "aku ingin percintaan yang lemah lembut, katanya beberapa wanita lebih puas dengan cara itu.
Dan aku tersedak.

"A... apa?"

"Kakak dengar barusan." Jawabnya singkat dan padat.

"Aku... aku perlu penjelasan. Maksudku... bagaimana wanita remaja seperti kamu bisa mengatakan hal sefrontal itu kepada pria sepertiku? Bukankah aku berpotensi berbuat jahat?"

"Kata teman kakak yang tadi, Kak Dave masih perjaka."

"Setan Endo. Tapi aku Lelaki. Dia lelaki. Memangnya kau bisa percaya begitu saja?"

"Hehe," kekehnya. Begitu renyah dan menggoda, ditambah suasana malam yang sepertinya mendukung kami melakukan hal-hal penuh dosa.
Lalu dia menghela napas.

"Apakah kakak percaya kalau aku korban pelecehan?" lagi-lagi frontal. Apakah dia tidak merasa canggung mengatakan hal-hal pribadi seperti itu? tunggu. pelecehan???

"Kakak tiriku. Membuatku trauma selama ini. Walau sudah bertahun-tahun berlalu. Dan sekarang aku sudah mulai berpikir untuk menghilangkan semua ini.

Berbulan-bulan aku membaca karya Enny Arrow. Koran Lampu Hijau. Dan sesekali melihat video walau saat adegan kelaminnya diperlihatkan, aku menutupinya dengan tanganku karena takut. Aku bercerita kepada teman dekatku. Perlahan aku sadar, bahwa tidak semua lelaki sebrengsek bajingan itu. Yah temanku yang selalu menyemangatiku, yang tadi menemaniku ke club itu.
Dan sekarang, aku merasa siap dengan segalanya.

Aku harus memulainya, aku harus meyakinkan diriku bahwa seks tidak semenakutkan itu. Kakak tahu? Aku tidak akan pernah berani menghadapi dunia bila aku tidak menghilangkan ketakutanku pada semua ini."

Dia menghela nafas lagi.

"Kalau kakak mau melakukannya. Aku bawa kondomnya kak." Ucapnya dengan mata berbinar.
Setan. Dia sudah mempersiapkan segalanya!

Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana menghadapi wanita remaja ini. Tak mampu berkata-kata, bahkan sekedar kalimat simpati sekalipun. Dia bercerita sekaligus tidak memberiku kesempatan untuk merasa iba. Sungguh wanita yang menakjubkan. Dia meminta tolong sekaligus memberikanku hadiah yang tak bisa kubayangkan. Apakah harus kuterima saja? Aku benar-benar bingung.

Bagaimana kalau dia mengidap HIV? Apakah ini sekaligus akhir dari hidupku? Dia merayuku dan menulariku penyakit agar dia bisa mati dengan tenang? Sialan. Aku bingung sekali. Tapi sinar matanya begitu memancarkan harapan, tubuhnya seolah mengundangku untuk segera datang memeluknya. Tapi saat ini, Endo masih baik-baik saja. Aku pikir aku tidak akan berakhir sesuram itu. Bagaimana ini?

"Kakak pelan-pelan. Nanti aku takut."

"Iya, bakal pelan-pelan."

BAJINGAN. SEJAK KAPAN AKU MENCUMBU DAN MENJAMAH GADIS INI???

Apakah tubuhku bergerak sendiri tanpa kuperintahkan? Otakku sudah tak bisa berpikir jernih.
Kulitnya yang mulus dan payudaranya begitu...

"Jangan di sana kak, di tempat lain aja... aduh jangan yang kiri juga...aduh." suaranya yang polos berbisik mesra di telingaku. Lebih indah dari tontonan video dewasa yang selalu kulihat saat aku beranjak remaja.
Matanya sayu, dia mengaduh lagi. “Kak… aku ga pernah diginiin, jangan diremas terus dong duhhhhh.”

"Kalau tidak disana dimana lagi? Kan enaknya Cuma disitu." Aku serasa berubah menjadi professional berhadapan dengan gadis lugu ini. Kejantananku berkedut dan semakin membesar. Aku yakin kini panjangnya sudah sempurna.

Wajahnya bersemu merah. Cantik sekali. Mulutnya tak berhenti merengek. Namun dia tetap melanjutkannya.

"Tu... tunggu. sudah kubilang kan. Aku ingin perlahan. Jangan buru-buru." Kini aku bergerak untuk membuka bajunya. Tidak sempurna rasanya menggoyang payudara itu dihalangi pakaian dalam yang mengganggu.

“Kalau ga dibuka ga enak dong?” Lagi-lagi aku bersikap seperti professional. Seolah sudah sangat berpengalaman. Memang pria tak perlu banyak belajar untuk urusan nafsu. Naluri binatangnya akan menuntunnya hingga dia menemukan jalan yang mudah untuk mencapai gairah.
Aku membuka bajunya, sembari memeluknya dari belakang. Pahanya tertutup rapat. Aku mengelus bagian mulus itu. Merayap hingga ke perut, sementara tanganku yang lain memegang sebelah payudaranya dengan lembut, hati-hati seolah akan jatuh bila tak kupegang.

“Kak, waktu dulu ga gini caranya. Aku ga diginiin.” Katanya lagi sambil mengerang mesra.
Begitu sulitnya.

Dia yang awalnya begitu percaya diri mengajakku melepar keperjakaan 24 tahun ini kini begitu pemalu. Dan seringkali merasa takut kalau aku akan menyakitinya. Kadang aku merasa dia sedikit bergetar. Namun sekejap kembali normal, sepertinya dia mencoba mengalahkan rasa takut itu. Apakah dia benar-benar mengalami pelecehan di usianya yang kecil?

Dia benar-benar membuatku takjub.

Saat itu aku merasa benar-benar menjadi manusia yang paling rendah. Hanya memanfaatkan situasi demi kenikmatan semata. Tanpa memikirkan bagaimana perasaan wanita itu sesungguhnya. Apakah dia menyukai perlakuanku? Apakah dia merasakan begitu tidak berpengalamannya aku? Apakah dia kesakitan? Dan berbagai bentuk pertanyaan berbeda hanya untuk meyakinkan diriku bahwa aku harus membuat semua ini terasa menyenangkan.

Sheila sudah benar-benar telanjang. Meringkuk di sudut ranjang sambil menutupi bagian yang bisa dia tutupi. Aku takjub, Ini benar-benar indah. Hawa panas mengalir di tubuhku, hingga jantungku berdegup sangat kencang. Ingin rasanya aku segera menindihnya, melompat dan bercinta dengan kasar saat itu juga. Namun akalku berkata lain. Dia bukan wanita berpengalaman.

Dia seperti kucing kucil yang tersesat. Aku mendekat padanya, dengan perlahan kubuka resletingku dan menurunkannya. Hingga terlihat batangku yang sudah siap bekerja. Dia menutup wajahnya dengan cepat. Aku memegang kedua tangannya, berusaha membuatnya nyaman.

“Kok ditutup wajahnya hmm?”

Dia menyahut, “Serem.”

“Ga serem kok. Coba deh lihat bentar, kalau kamu mau lepasin perjaka aku kan harus lihat dulu.”
Dia membuka matanya perlahan dan mencoba melihat batangku yang menjulang keras.

“Mau coba pegang?” Aku kembali menawarinya hal yang kuinginkan. Lagipula aku belum pernah dipegang wanita manapun. Penasaran seperti apa rasanya.

Dia menggeleng pelan. Dengan raut wajah yang sepertinya takut. Aku membimbingnya hingga dia menurut.
Kedua jemari lentiknya diletakan pada ereksiku. Dia sedikit bergetar, namun wajah polosnya mengatakan kalau dia tak boleh merasa takut.
Sementara aku merasakan sensasi yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.

“SETAN!” aku tak sadar setengah berteriak dengan efek yang baru aku rasakan.

“Sakit kak?” katanya.

SAKIT APANYA??INI BENAR-BENAR NIKMAT !!!!!

Aku berteriak dalam hati.

“Nggak, aku suka.”

Usapannya benar-benar membuat kepalaku pusing. Aku sudah benar-benar tak tahan ingin memasukkannya.
Ketidak sabaranku membuat tubuhnya terlentang. Dia pasrah, sementara aku sudah benar-benar tak terkendali.
Kucari lubang itu, dan kudorong tubuhku kesana.

Dia menjerit. “SAKIT!”

Aku seketika berhenti. Matanya kini berkaca-kaca.

Ah. Aku lupa. Dia gadis yang baru sembuh dari traumanya.

Kini aku memilih untuk mencium pipinya lembut. Berlanjut ke kening dan kukecup bibirnya.

“Maaf.” Ucapku pendek. Dia mengerti.

“Lanjutkan.” Katanya. Kini dengan sorot mata yang lebih kuat. Aku turun ke payudaranya dan meghujaninya dengan ciuman lembut.
Kedua payudara itu tampak gemuk menggoda. Tak tahan aku menghisapnya dengan gemas. Dia sibuk mendesah. Dan aku sibuk bekerja.

Sampai kemudian aku mencoba memasukannya kembali dengan perlahan. Benar-benar kulakukan perlahan. Hingga masuk seluruhnya ke dalam dirinya. Mengisi kekosongan dia dengan milikku. Setelah dia merasa aman, aku memaju mundurkannya.

Dia mendesah setiap kali aku melakukannya. Makin cepat temponya, makin sering dia mengerang.

“Sakit?” aku bertanya padanya, khawatir.

Dia menggeleng.

Kini kami berdua berada di dunia yang sama. Bersatu dan saling mengisi. Merasakan tubuh masing-masing yang saling beradu. Aku bersyukur, aku bertemu dengannya.

Sheila memelukku, erat. Sambil memejamkan mata, dan aku mengecupnya untuk memberitahunya, bahwa semua ini akan berlalu. Dan semua kesulitan ini akan berganti menjadi sebuah kenikmatan tak berwujud yang dirasakan oleh tubuh dan jiwa kita yang kini sedang menyatu. Apakah ini yang dinamakan bercinta?

Aku sungguh menyukainya.




***






"Kamu operasi plastik?"

"Apa?"

"Kenapa wajahmu bisa begitu berubah. Dari kurus menjadi atletis. Dan rambutmu... sekarang kau juga suka memakai parfum. Aku tidak mengenalmu sama sekali. Kau menjadi sangat perlente dan kurang ajar."

Dua minggu setelah aku ingatkan tentang masa lalunya dia sudah bisa bersikap normal. Hanya tinggal sedikit lagi, dia akan menjadi Sheila yang biasanya. Wanita menyebalkan, sekaligus menggoda.

"Aku tahu itu.kita hanya beberapa jam bertemu saja. Dan kau sama sekali tidak jatuh cinta padaku saat itu. Kau hanya memanfaatkanku. Lagipula... bukan aku saja yang bisa mengubah penampilan seperti ini. Banyak artis lain yang melakukannya. Dan hei, lelaki mana yang tidak kurang ajar bila menghadapi wanita sepertimu."

Dia tersenyum jahil. "Mereka yang tiba-tiba jadi ganteng itu Oplas."

"Dulu aku ganteng. Hanya kurang berotot saja."

"Kamu oplas?"

"Kubilang tidak!"

"Tapi mereka oplas, makanya jadi ganteng."
"Deddy Corbuzier tidak."

Sheila terdiam. "Memangnya Deddy Corbuzier dulunya kurus?"

Ah. hentikan pembahasan tolol ini. Kenapa dia tidak percaya kalau ketampananku ini murni. Namun sebelum aku menjawab lagi mulutnya kembali terbuka, sepertinya kali ini dia mulai lebih serius.

"Aku ingat kamu. Tapi hanya samar-samar saja. Aku sedikit mabuk juga dulu. Dan... dan aku benar-benar takut bertemu denganmu lagi. Aku takut dengan kejadian yang akan terjadi selanjutnya. Aku takut kau memanfaatkanku. Aku ingin berubah. Aku berusaha melupakan wajahmu, semua tentangmu. Aku hanya ingin meninggalkan semua masa lalu kelamku. Jadi... aku juga... Aku tidak begitu! Aku tidak memanfaatkanmu waktu itu. Aku hanyaa...." Katanya terputus. Bingung memilih kata mungkin."

Aku mengusap kepalanya dan memeluknya di dadaku. "Aku mengerti"

"Maafkan aku."

"Iya."

"Waktu pertama kali kita berhubungan, aku merasa kau lelaki itu. tapi aku berusaha mengenyahkannya dari pikiranku."

"Okay."

"Maafkan aku."

"Aku cinta kamu."

"Aku juga... eh?"

Dia mengangkat kepalanya. Wajahnya bersemu merah. Seperti malam itu. AKu baru ingat kalau dia bisa menjadi semalu itu bila berhubungan dengan perasaannya.

Aku menciumnya cepat. Dilanjutkan dengan pagutan bibir yang dalam untuk selanjutnya. Dan dia melenguh. Namun tak lama kemudian membalasnya. Sekali lagi dia memberiku kenikmatan yang tak pernah ada habisnya. Memuaskanku dalam hasrat yang hanya bangkit untuk dia saja.

Wanita cantikku. Penggoda. Dan pemilik hatiku.

"Katakan kau mencintaiku." Bisikku sambil mencumbu.

"Tidak."
aku menurunkan piyamanya hingga payudaranya terlihat menantang.

"Kau tidak mau?" kataku, kali ini memainkan dadanya.

"Ti... tidak."

"Kalau begitu aku tidak akan melepaskanmu."

"Aku tidak peduli. Oh tidak. Kau menyebalkan. Hentikan. Nanti dulu!!! Jangan disini!!! Rendraaaaa!!!"



END.

 
HOLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA :bye:

teman temanku yang ganteng-gantengggg :kangen:




akhirnyaaaa cerita pertamaku ini berakhir juga setelah bertahun-tahun lamanya.


tadinya aku mau edit dulu semua ceritanya, tapi pasti bakal lama banget

lagian ini cerita pertama, jadi banyak banget hal yang berantakan di sini.




sebenernya ini kisah udah tamat di negeri orange sebelah :pandaketawa:

tapi di versi ini aku tambahkan versi semprot biar lebih sesuai aja.



kemungkinan dilanjut??? waduh gatau. pengen sih tapi udah ga ada konfliknya. takutnya jadi hambar nanti.

kayaknya aku mulai semangat lagi nulis sejak LKTCP nihhh





nah nahhhh ngomong2 soal LKTCP





aku minta vote nya dong dari kaliaaaaaan sebagai obat kangen..

judulnya SENANDUNG PETRICHOR ditulis oleh NASTAR PELANGI , udah ganti ya aku bukan apelberaccun lagiii :ngeteh:

ADA DI SUB FORUM CERITA, NAMA THREADNYA LKTCP DAN SILAKAN PILIH CERITAKU YANG BERJUDUL 'SENANDUNG PETRICHOR YA'


eh eh btw PENULIS THREAD LPH NGADAIN APA SIH BUAT DAPETIN 500 VOTE??? :wek:


AKU MUSTI NIRIU GAYA DIA APA GIMANA NIH ENAKNYA?????? :pandaketawa:
:horay:


*tolah-toleh biar dibaca fans LPH* :pandaketawa:
 
Terakhir diubah:
Lah kok tamat
gada konflik lagi kak, emang dah waktunya tamat... nanti saya bikin cerita lagi ya.. :bye: dibaca dulu atuh, nanti kalau kurang saya tambah-tambahin bagian apanya kek yaaa
 
Bertahun2 sdh kutunggu...
Sekali update and....
Wkwkwkkkkk....
Terima kasih lo kakak untuk update....
Sehat selalu lancar jaya rlnya....

Ooom, udah baca part sebelumnya belum?? Jgn jgn kelewat nih

:horey:

Makasi ya ommm ,kamu id yg nongol di awal2 aku masi nubie..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd