Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My Boss

Empatpuluh Lima

Harsa-

Acara di mulai sekitar enam hari lagi, belum ada tanda-tanda mada akan datang atau tidak, aku gak bisa tebak ekpresi hara kalau aku sama bella menjalin hubungan,

Di tambah kebablasan saatt malam itu, bella juga seperti tak mau membahas hal itu. Karena sudah terjadi dan sama-sama menikmatinya.

“kok jalannya gitu?” bisikku saat aku sama dia mau masuk ke mobil,

“agak perih, dikit jadinya agak ngangkang biar gak terlalu perih” bisiknya malu-malu.

“perih banget?”

“ngak sih, uhm, tapi kata temen aku ya awal memang gitu, beberapa hari” lanjtunya saat di dalam mobil.

“wah kalau gitu harus di masukiin lagi biar terbiasa”

“awssh asawsh asash sakitt bell iah iah, ngak, kalau tunggu gak perih” kataku saat perutku di cubit cukup keras bella,

“aku di suruh kak yua nginap di rumah sampai hari H” tunjuk chat dari kak yua,

“terus?”

“ya mau aja, asal gak di sodok dulu, kalau gak ada pengaman” tawanya sambil menjulurkan lidahnya.

“katanya gak mau dulu” aku lirik ke arahnya, tetapi tatapan bela lebih seram. Memang wanita sudah di tebak mood nya seperti apa.

“oh ia soal client kamu gimana?” gak lama bella menghela nafas,

“bikin rumor di klinik aku sekarang, dan hampir setengah client aku ke klinik lain. Dan katanya ada klinik baru punya si wanita jalang itu!” gerutunya penuh emosi.

“udah ketauam, dia ke klinik kamu sengaja buat mau liat situasi klinik, “

“Bahasa kasarnya, dia mau perang harus liat musuh seperti dulu” aku gak salah baca strategi bisnis seperti ini, gak si rudy gak si sherly sama-sama licik.

“kamu pinter, mereka bilang alat-alatnya cangih dari korea langsung!!”

“bearti klinik mereka unggul di alat modernnya, tapi kalau SDM nya kurang professional sama aja, hasil gak memuaskan,” potongku,

“tapi aku yakin klinik kamu isinya orang-orang professional yang jam terbangnya udah banyak” aku coba membuat mood bella membaik, seperti itu menggangu di pikirannya.

“iah, aku gak boleh down karena banyak client aku pindah klinik” senyumnya di campur rasa cemas, aku langsung elus pipinya pelan sampai bella menunjukan ekpresi tersenyum lebar

Sebelum pulang aku ajak bella dinner dan nonton bioskop, walau sudah mau jam sepuluh, bella mau aja,

“mau nonton apa?” tanya bella,

“ada nih jadwal jam sepuluh malam , filmnya yang ke dua” tunjuk ke film Disney, nama samaran filmnya anggap saja frozen II.

“bawain” pintanya saat pintunya sudah di buka, sebelum itu bella kembali beli kentang goreng untuk dua orang, aku gak yakin semuanya akan habis dan gue lagi bawa dua minuman dan satu popcorn large,

Aku kira bakalan banyak yang nonton, tetapi hanya segelintir orang, aku sama bella duduk di bagian agak tengah karena bagian pinggir sudah penuh semua.

Pikiran kotorku langsung menanggap mereka sedang mesum di bioskop.bella sepertinya sedang sibuk ngemil kentang goreng. Sekilas pikiranku iseng muncul.

Aku langsung pindahin isinya ke kantong plastic, aku sobek sampi berbentuk lubang di tengah-tengah tempat popcorn, diam-diam aku masukin penisku ke dalam sana, dan kembali memasukan isi popcornnyam tetapi tak banyak hanya setengah.

“gak di makan popcornnya? Aku udah makan setengah loh” kataku,

“iah nanti aku makan” sepertinya bela malah menikmati filmnya. Tak lama tangannya pun mengambil popcorn.

“ihh apaan tuh” jerit bella lumayan kenceng, tapi tak sampai menganggu penonton yang di pojokan. Aku cuman tertawa melihat ekpresinya dalam gelap.

“coba aja liat lagi” bella langsung kembali mamasukannya,

“ahahah ihh, pea banget ya, punya cowok kayak gini ahahah” tawanya gengam erat penisku dan di kocok antara popcorn.

“ohh” desisku saat kocokannya semakin kencang, tanganku langsung remas buah dadanya, pelan, bella langsung noleh ke arahku sebentar tak berkomentar.

“mau cobain popcorn rasa baru?” bisikku duduk lebih dekat dengannnya,

“ihh, masu sosis ajah” bella sedikit berdirimenarik roknya, dan di tutup dengan tasnya.

“batasnya sampai film kelar” bisiknua kembali masuk tempat popcorn, mengocok pelan. Tanganku juga langsung masuk ke selangkangannya, elusan pelan di dari luar celana dalamnya.

“enfhhggh” lenguh pelan begerak memepetkan tubuhku ke arahku, sambil kepalanya bersandar di bahu, tentunya kocokan masih berlangsung,

Terasa sudah basah saat jariku masuk ke dalam celana dalamya, jariku terus bermain di klitorisnya.

“awgghh bell” gumamku saat dia menggigit pundaku dan juga meremas penisku..

“aahh, aku keluarr” bisiknya langsung merapatkan pahanya

“masa?” anggguknya pelan, jariku langsung buka bibir vaginanya, dan benar terasa cairan mengalir keluar.

“hehe pulang yuk” ajaknya,

“kenapa? Kan masih setengah jalan filmnya.”

“berisik lagi pada mesum tuh di pojokan” tunjuk bella ke bangku paling pojok satu baris dengan aku sama bella. Samar-samar ceweknya lagi posisi nyamping sambil di enjot perlaham

“gile, yah berani banget” gunmamku merapihkan penisku yang terasa gatal karena popcorn, tapi belum bisa tertidur, itu membuat terasa sempit di celanaku.

“aku ke wc dulu mau cuci” ucapnya menitipkan tasnya, dan menunggu di depan wc.

“buat kamu, buat colai” ledeknya kasih aku celana dalam yang ia pakai.

“enak aja, pakai ini lah” kataku tepak pantatnya sambil menyingkap sedikit rok yang bella pakai, benar bella tak memakai celana dalam.

“langsung pulang ke rumah?”

“iah”

Saat perjalanan bella terlihat manja, tanganku terus ia rangkul selama perjalanan, dan aku berhenti ke mini market.

“mau beli apa?’ tanyanya saat aku pakai masker,

“hauss” jawabku, langsung membeli satu box condom,

Saat mau masuk mobil bella terlihat sedang mengancingi kemejanya, dan melempar bra ke arahku.

“pasti beli condom yah” tuduhnya benar, aku cuman menyeringai.

“tuh tau, ini” langsung aku selipin ke kemejanya, dan masuk ke dalam.

“ambil ah, males ambil” bella memposisikan jok mobilnya menjadi terlentang. Aku langsung merabah ke dalam kemejanya dan tak terasa kaos sama bra yang bella pakai.

“eh ketemunya disini” ledekku mengelus vaginanya beberapa menit, padah sudah ketemu box condomnya.

“ahh, udah pulang, gue mau tiduran, takut bergadang nanti” bella benar-benar tertidur saat mobil baru keluar dari halaman parkir minimarket.



***​

Jam udah menunjukan jam dua belas malam lewat satu menit, yang penghuni rumah udah pada tidur.

“ughmm” gumam bella menggeliat saat aku bangunkan,

“hei udah sampai” elus pipinya sambil sedikit kecup, dan akhrinya matanya terbuka dikit demi sedikit.

“bisa jalan?”

“ngantuk lemess” ucapnya sempoyongan hampir jatuh,

“ ya udah sini” mau gak mau aku gendong lagi seperti kemarin. Terasa berat, sampai akhinya aku rebahin di kasurku tercinta.

“gue mau mandi dulu, pada lengket gatel” kataku cium bibirnya pelan.

“heengh” jawabnya sambil racau.

Malam ini gak jadi ngeronda, wajahnya bella sangat Lelah, Lelah fisik dan pikirannya karena masalah klini kecantikannya juga.

Selesai mandi bella tak berubah posisi, aku langsun kembali ke mobil buat ambil koper isi pakiannya.

Isinya benar-benar berat, padahal cuman pakaian aja, sesampainya bella gak ada di kasur,

“bella?”

“iah lagi mandi”

“ohh, ini pakaian kamu”

“iah, aku juga dah selesai mandi, makasih” jawabnya buka pintu kamar mandi, telanjang bukat dengan rambut yang di bungkus dengan handuk kecil.

“kenapa? Ronda?” tanyanya

“ngak ah, kasian kamu Lelah pasti” kataku elus pipisnya,

“uhm, ya udah, emang capek banget rasanya,” bella langsung masuk ke dalam selimut tanpa memakai pakiannya, aku juga buka kolorku dan ikut tidur telanjang bareng bella,

“jangan di masukin yah, gak seru, besok ajah” ucapnya memeluk sampai tubuh aku sama bella benar-benar menempel,

Hangat rasanya, diam-diam aku mengelus rambutnya,dan juga melihat wajahya yang mulai tertidur.

Kata orang, kalau mau lihat wajah asli seseorang, lihatlah saat mereka tertidur pulas, dan di depanku adalah wajah orang yang aku pilih.

“love you” bisiku cium bibirnya dan langsung tidur. Entah rasanya sekarang nyaman gak agak risih seperti kemarin.



***​



Mada

Sudah dua terakhir ini aku gak ke pasar, bukan karena capek atau semacamnya, tapi dua hari lagi acaranya di mulai. Gue sengaja gak kepasar buat siapin mental kesana.

Gue lagi di tempat babeh resin, lagi asik bakar sampah.

Bukan sembarangan sampah, tapi sampah yang nia minta minta, yaitu bingkai yang berisi foto mantannya.

Nia gak jadi minta di buang aja, karena itu terlalu manis buat di buang, lebih di bakar biar tak terkenang sama sekali.

Awalnya gue kira dia masih belum tega putus sama cowoknya, tapi malah lebih sadis daripada gue duga.

“haaa.. aku cariin ke pasar ternyata kamu disini” gumam suara nia pas gue lagi asik bakar bingkai,

“hei, kok gak kabarin?”

“kabarin?”

“ponsel kamu aja gak aktif” aku langsung cek ponselku, dan benar ponselku mati lagi, perasaan tadi malam udah di cas.

“sudah ku duga, kebiasaan” gerutunya semakin dekat. Babeh gak komentar di lagi asik makan ubi cilembu.

“kamu potong rambut juga?” tanya gue baru sadar nia potong rambut pendek, tepatnya di atas bahu,

“iah, anggap aja buang sial, hehe, “

“maksudnya, biar rapih aja. Gitu..”lanjutnya.

“jelek ya?” ucapnya pelan berdiri di sampingku.

“ngak kok, cocok, lebih dewasa kelihatannya” tapi gue gak bohong nia potong rambut pendek seperti itu, lebih mempesona atau tepatnya lebih membuat orang berpikir macam-macam.

“foto kemarin aku titip udah kamu bakar?” tanyanya soal bingkai foto cowoknya,

“ini, lagi di bakar tuh” kata gue sambil lempar beberapa bingkai kecil lagi ke tumpukan kayu.

“oh baru di bakar, aku kira udah dari kemarin”

“oh ia aku kesini buat kasih ini, buat acara kamu nanti” nia langsung kasih bungkusan yang ia sembunyian di belakangnya . Gue langsung buka yang isinya satu set tuxedo,

“aku pinjamin kamu sampai hari H, jangan kwahtir, adikku masih lama pakai itu” lanjutnya duduk di samping gue.

“apa?” nia kasih kode menghentakan kepalanya beberapa kali agar aku memamkai

“kamu coba dong, siapa tau beneran pas, “

“sekarang?”

“iah,”

“disini?”

“iah,,, ya ka beh?” ucap nia dengan nada memaksa, walau gue nolak juga bakalan paksa gue pakai. Di tambah babeh cuman kasih jempol doang,

Mau gak mau Gue langsung pakai setelan tuxedonya, gue pakai ngumpet ke dalam kios kosong,dan anehnya ukuran benar-benar pas dengan tubuh gue, serasa ini pakaian memang buat gue.

“gimana?” tanyanya pas gue mau keluar.

“pas kayak sesuai ukuran,” gue berjalan dengan pelan,

“woo, keren cool bangett” pujinya buat gue agak risih,

“bener kan beh?” dan lagi babeh cuman kasih jempol, tapi kini dua jempol, sambil ketawa, dari sini keliatan giginya nyelip kulit ubi,

“coba tegak dikit” pintanya,

“bahu kamu miring ke kanan, lurusin dikit.” pintanya.

“gak bisa, memang miring kok,” nia langsung terdiam, menoleh ke wajah gue.

“ini efek karena kebiasaan bawa barang berat di bahu kanan, jadinya begini, keciri ya?” angguknya pelan tanpa berkomentaar.

“oh ia ini pakai dasinya” nia langsung memasang kan dasinya dengan sedikit mengangkat kakinya, gue bungkuk sedikit biar dia gampang pakaian.

Di tambah jaraknya hanya beberap cm, rasanya mau gue cium itu bibir,karena benar-benar dekat.

“selesai” tepuknya. Nia langsung kasih dua jempol,

“tinggal kondangan dah, cocok dahh” komentar babeh yang sudah selesai makan ubinya.

“masa beh?” jawab nia, tertawa.

“ah babeh mah, makan ubi lagi gih biar diem dikit” kata gue,

“ogah, ubinya nyelap di gigi”

“hahaha lucu” celetuk nia tertawa melihat gue sama babeh saling sindir, saat nia tertawa gue ngerasa kayak pelawak, gue sama babeh saling tatap dan ketawa bentar.

“kamu udah siap?” saat selesai memakaikan dasi,

“siap dong” walau hati gue berkata belum siap. Benar-benar belum siap.

“boong, hehe, pasti belum siap”

“tapi gak apa-apa masih lama ini, aku yakin siap dan datang sesuai janji kamu ke aku” lanjutnya senyum.

“janji” ucapnya kasih jari kelingking seperti anak kecil.”

“ayoo janji, kalau gak janji aku gak pinjamin ini tuxedo” ucapnya.

“iah janji” aku mengikuti kemauan nia.

“yaya yay a” suara babeh mau ledekin gue lagi,

“nanti kamu pulangin kalau acara udah selesai, itu punya adikku, jadi jangan buat robek atau kotor” ancamnya terdengar lucu, gak ada galak-galaknya. Nia pun diam sejenak memandang wajah gue,

“kenapa?’

“dari sekilas mirip orang aku kenal,”

“oh ya?” angguknya.

“orang ganteng kebanyakan mah gitu, sekilas mirip “ jawab gue.

“orang ganteng, gak ada yang pakai tuxedo pakai sendal jepit”

“besok aku pinjamin sepatunya juga, semoga pas”

“aku pulang ya mad, beh” bella langsung bersiap pulang dan pergi sambil lempar senyum ke aku.

“anter sooonooooo,” gumam babeh, pas gue mau makan ubi dengan setelan tuxedo.

“ahh payah nih, lo suka kan sama dia?” tanya babeh pelan, pas nia berjalan cukup jauh.

“hmmm”

“iahhh dehhhh suka,” gue tanpa ganti setelan tuxedonya, langsung susul dia yang sudah keluar pasar, jalannya cepat dari pada gue duga.

“tin tin tin tin”

“ih ngapain?’ tanyanya agak terkejut”

“yuk pulang, aku juga mau pulang” angguknya menahan tawa, melihat gue .malam-malam pakai tuxedo, padahal dia yang paksa gue pakai.

“jangan tawa, okeh,”

“oh nia, tadi aku mirip siapa?”

“uhmm,, sekilas doang, kalau dari deket beda ah,” ucapnya.

“mantan kamu?”

“iahh,, haha, “

“jleb,” dada gue sedikit sesak di bandingin cowoknya, apa lagi cuman sekilas doang. Tapi gue emang sadar diri sih, udah hitam, wajah gak ke urus, dan lain-lain.



***​

Beberapa hari pun berlalu, tak terasa sudah sampai hari yang di tunggu, gue juga sengaja gak ke pasar buat siapin mental, hasilnya gue ragu datang, walau pemberian nia sudah gue teriama dan di simpan jok motor sama gue gantung di depan jok.

Ponsel gue gak biasanya berdering dari nomor yang gak simpan, karena memang ponsel yang mati ternyata rusak, jadi mau gak mau gue pakai ponsel yang di kasih om roni.

“bukan nomor iwan” gumamku, karena gue belum bisa kasih jawaban kalau di tanya.

“halo”

“madaaaa, lagi sibuk?” ternyata suara nia, dan terdengar panik.

“kenapa?”

“bisa antar ke lokasi gak dua jam lagi ?”

“kenapa emang?”

“nci sakit, jadinya aku sama karyawan lain harus bawa kuenya ke lokasinya, dan aku gak ikut karena mobilnya penuh sama kue”

“antar sampai depan, lokasinya juga gak jauh” lanjutnya tanpa titik sedikit pun. Tapi memang selama empat hari sebelumnya nci sedang sibuk, termasuk nia juga, seperti ada pesananan

“boleh deh, ” kataku menyetujuinya.

“yess, ok nanti tunggu di pasar, aku sama karyawan nci lagi masukin kuenya.” Suaranya terlihat senang pas gue mau antar .

Gak masalah gue juga antar dia, lokasi kak yua juga gak jauh dari sini, apa jangan-jangan dia satu lokasi. Jantung gue langsung berdetak kencang memikirkan itu.

Gue langsung menuju ke pasar, dengan pakaian sehari-hari. Celana pendek sama kaos oblong., dari jauhan nia sedang bantu masukin kue yang sudah di kardus masuk ke dalam mobil.

“udah selesai?” tanyaku pas sampai di depannya.

“iah, yuk”

“yuk berangkat” nia sedikit belari karena dia memakai rok kemeja yang senada dengan yang lainnya, bawahan hitam, sepatu rapih, kemeja panjang bercorak batik.

“ikutin aja mobilnya ya” pintanya nia pegang erat kaos atau tempatnya setengah menggengam pinggang gue.

“bentar, helm” kataku langsung kasih helm gue ke dia, soalnya gue gak ada helm lagi, di tambah hari minggu gak ada polisi juga.

Jantung gue tiba-tiba berdebar kencang saat lokasi yang nia tuju itu restoran kak yua, karena dari jauh udah banyakan karangan bunga yang bejejer rapih dari ujung ke ujung. Ucapan selama untuk pernikahaannya, tapi bedanya masih sepi. Acara di mulai sore jam enam.

“ikutin aja masuk gak apa-apa,” pinta nia, terpaksa gue masuk, ternyata langsung parkir belakang, bukan lokasi dapur yang gue sering turunin barang.

“sampai, thanks” nia langsung turun dan menjatuhkan sesuatu saat membuka helmnya.

“sebentar” aku langsung pasangin topi seperti koki dengan tulisan NCI BAKERY,

“byee, “ nia langsung pergi masuk ke belakang, gue senyum sendiri karena sejak kapan nci punya nama toko. Tapi boleh juga itu nama. NCI BAKERY,

Gue langsung parkir motor paling ujung tempatnya dekat tong sampah besar, sengaja gue taruh situ biar gak menganggu para tamu yang datang nanti. Udah terlanjur basah gue masuk sini.

Dan tak lama kembali ponsel gue berdering dari nomor yang gue kenal yaitu kenal iwan, gue langsung bersiam bersilat lidah untuk menjawab pertanyaannya.

“akhirnya datang juga looo” suara iwan, langsung gue tengok kiri kanan,

“haa? Ngak, gue lagi di kontrakan”

“gue disini liat atas dekat jendela, gak bisa bohong lo harrr” lanjutnya jari tengah dari atas,

“gue turun kesana, jangan kabur” telepon langsung di matiin, dan iwan muncul dengan penampilan yang belum terlalu rapih.

“pakaian lo mana??”

“ada,”

“dari om roni kan?”

“bukan dari temen gue, lagian pas kok pakaiannya, jangan kwahtir”

“he?? Om roni udah titipin buat lo kan? Kenapa gak lo ambil?”

“lupa hehe, lagian udah ada kok tenang, pakaian pas kok” jawab gue.

“haaa,, kaget sumpah,”

“nanti gue bakal susun acara jadi jangan lo kacauin oke, nurut sama gue, lo gak perlu kwahtirin apapun soal orang-orang.” Ucap iwan.

“apa acaranya?”

“pas acara di mulai gue pasti panggil nama papa mama dari mempelai wanita dan pria, terus saudara kandung.”

“nama lo dah gue hapus karena permintaan papa sama mama lo sendiri, kecuali lo dateng gue boleh kasih panggil nama lo nanti”

“terus?”

“ya pokoknya nama lo di panggil, masuk lewat samping, ya, dekat pondokan kue, “ iwan langsung kasih lokasinya, iwan kasih tau ternyata gue keluar dari samping, tepatnya pondokan,

“iah, paham “

“okeh, standby ponsel lo, nanti gue panggil” angguk gue setuju,

Dari lantai dua, gue perhatiin dua karyawan nci sama nia lagi keluarin semua kue dan langsung susun di pondokan dekat pintu gue keluar nanti.

“nia niah, gue gugup asal lo tau” gumamku melihat nia dengan begitu semangat menata setiap jenis kue.

“lo tunggu disini aja oke, mereka gak bakalan tau kalau lo udah disini”

“motor lo juga dah gue buang, jadi tenang”

“heee? Motor antic itu,”

“canda harr, gue sembunyiin tenang, “ iwan keluuar dengan pakaian rapih karena acara tak terasa tinggal hitungan jam,

“inget nama lo di panggil turun ke bawah dan keluar dari pintu tadi, kita buat surprise, gue yakin berhasil” ucap iwan dengan tampang serius.



***​

Beberapa pun jam berlalu, akhirnya acara di mulai, gue benar-benar gugup karena sekalinya datang di banyak orang. gue hanya bisa mondar mandir selama itu.

Suara iwan memanggil nama papa mama, hara, dan nama yang gak asing, yaitu bella, apa mungkin nama yang sama aja. Atau bella mantan gue, tau gitu gue masih di lantai dua lihatin mereka. termasuk kak yua dan calon suaminya, gue belum pernah lihat sama sekali.

Hampir 30 menit setelah mempelai masuk,belum ada panggilan nama gue, membuat gue penasaran dan meningitp kedalam. Gue tau kalau tamu undangan yang jamuan meja, itu tamu penting, sedangkan yang lainnya berdiri orang-orang yang papa kenal,

Gak lama suara iwan terdengar, dan semua orang terdiam. “mohon maaf ada satu lagi yang saya tak sebut tadi,“ suaranya tertahan karena ada keributan kecil gak jauh dari tempat gue yang akan keluar.

Terlihat seseorang di siram dengan air, tak begitu jelas sampai iwan panggil nama gue “satu orang lagi yang terlewat, kita panggil, Hara singgih phoeyjaya”. Ucap iwan buat jantung gue gemetar.

Jujur kaki gue gemetar saat melangkah, walau akhirnya gue berjalan perlahan. Gak berani tatap orang di kiri kanan gue.

Karena suasanya menjadi hening sesaat dan hanya satu lagu pengantar iringin Langkah gue, tapi gue bisa rasain mereka semua saling berbisik satu sama lain,

Tiba-tiba mat ague tertuju ke seseorang yang dekat pintu keluar sambil menyeka wajahnya, yaitu nia,

Gue langsung menghentikan Langkah maju, dan menarik tangannya baut temanin gue ke tempat papa mama.

“madaa?” aku cuman tersenyum

“temenin aku, gugup banget sumpah” bisikku saat nia terkejut gue ada disini,

“ta ta tapi..” aku langsung gengam tangannya erat melangkah lebih percaya diri saat nia disamping gue, walau gue tau puluhan mata tertuju ke gue sama nia, tetapi gak masalah.

Jalan perlahan memegang tangan nia, serasa menyebarang sungai di jembatan besi, tak terlalu gugup di awal, yang ada aku pegang semakin erat tangannya,

“haraa” suara beberapa oarng yang gue kenal,

Semua keluarga yang duduk tiba-tiba semua berdiri saat benar-benar gue datang ke acara pernikahan kak yua.

Dan orang yang pertama berjalan menghampiri gue adalah papa, dia jalan dengan penuh energi. Entah dia mau marah atau apa, sebagai sambutan gue datang,

Papa bukan marah atau sebagainya, ternyata dia langsung dekap tubuh gue sangat erat, sesekali dia juga tepuk Pundak gue pelan beberapa kali.

Terdengar lenguh nafasnya penuh emosi, dekapannya begitu erat, sangat erattt..

Pelukanya yang berlangsung cukup lama membuat mata gue sedikit mata memerah, karena di tambah lagu-lagu yang membuat haru. Kampret emang si iwan.

Selesai papa, lanjut mama, tapi gak selama papa, mama peluk sambil cium pipi gue kiri dan kanan. Walau matanya sedikit memerah.

“akhirnya kamu pulang hara ” ucap mama berbeda dengan papa, tak keluar sepatah kata pun.

“heii akhirnya lo datang” ucap Kak yua dan calon suaminya turun langsung peluk gue, dan salaman ke gue,

“lo masih sodar ague sekarang” ucap kakak tertua gue kak Maxwell, sekaligus istrinya. Gue gak bisa berkata apa-apa sekarang, orang benar-benar menyambut gue.

Yang terakhir harsa orang serupa dengan gue, tepatnya saudara kembar. Tapi secara fisik udah berbeda jauh, dia putih gue menghitam. Tak hanya itu ternyata ada bella di samping harsa.

“thanks brother udah datang” ucap harsa peluk gue,

“hi” gue balas sapa bella, jujur dia lebih cantik di banding saat masih kuliah, apa mungkin bella pacaran sama harsa. Tapi itu bukan urusan gue juga sekarang.

Acara langsung di lanjutkan, kak yua dan suaminya naik lagi ke pelaminan, papa langsung berdiri di sampinggue dan kembali pegang Pundak gue.

“malam ini ada dua kado istimewa buat saya” ucapnya di depan para sanak sodara dan para teman papa.

“pertama, putri satu-satu saya menikah”

“kedua, pulangnya anak paling bungsu saya, yang mencari jati dirinya selama ini, dan kepulangnya pada saat ini merupakan kado yang istimewa” ucap papa menepuk pundaku menandakan ia benar-benar papa ingin gue pulang. Gak lama tepuk tangan meriah seolah menyambut gue pulang.

Mata gue langsung focus mencari nia, ternyata mama ajak nia ke bangku kosong yang gak jauh dari mejanya,

Nia lagi lagi membersihkan bajunyam dan menyeka rambutnya yang basah, bearti tadi yang di siram itu nia. Gue sendiri gak tau masalah apa sama dia.

Acara berjalan dengan semestinya, dan sekarang nia menghilang setelah itu. Gue juga gak bisa cari dia karena harus disini sampai acara selesai. duduk bersama dengan papa mama, kak maxwell, harsa, bella,

Dan sekarang nia tau gue sebenarnya siapa, gue bakalan terima kasih untuk itu, tanpa dirinya juga gue gak mungkin datang kesini.

Ternyata anggapan yang kita pikirkan belum tentu semuanya sesuai apa yang kita pikirkan, jalan satu-satunya hanya mencobanya..



Bersambung....
Jadi terhura eh terharu
 
Empatpuluh Enam



Nia.

Hari ini benar-benar buat aku sangat kaget. Sampai selama acara berlangsung aku cuman bisa terdiam saat kembali ke tempat seharusnya aku beridir, meninggalkan kerumunan mada dan keluarganya. walau aku tau harsa dan bella mencoba menyapaku sejenak, aku hanya melempar senyum ke mereka.

Ada dua hal yang bikin aku kaget karena orang yang menyiramku adalah sahabatku dulu, di tambah dia juga pacaran dengan Ares, dia datang bersama,

Aku hanya bisa terdiam karena celetukannya, yang sudah benar-benar tak menganggap aku teman. Sampai semua mata tertuju mataku, seolah aku yang salahh. Padahal dia yang menabrak saat aku menyiapkan kue yang tertukar.

Di tambah dia…

Orang yang selalu di bicarakan saat aku bekerja di perusahaan harsa, yang ternyata selama ini ada di depan mataku selama ini. Orang yang sering menjadi tukang ojekku selama bekerja.

Dan satu lagi, mereka benar-benar kembar, dari tingginya, tapi wajahnya agak berbeda. Tapi Malam itu saat aku memakai tuxedo buatnya, aku teringat memang dengan harsa, tapi saat aku tatap wajahnya sebentar, ia berbeda, hanya sekilas. i

Acara pun sudah selesai, suasana langsung sepi, hanya petugas kebersihan, sanak saudaranya yang masih sesi berfoto, termasuk aku dan kedua karyawan nci, sedang memasukan tempat kue yang sudah kosong.

Pasti nci senang, karena kue yang di sediakan hampir habis semua, selain itu ada yang buat aku tersenyum, saat aku lihat pie susunya sudah habis tanpa sisa. Dan satu lagi buat aku ternseyum,, dia… mada datang membuka jasnya menghampiriku

“udah mau pulang?” suara mada membuat aku langsung sedikit salah tingkah.

“iah, udah selesai, lagi masukin semua ke mobil” jawabku, tapi tangan mada mengambil kue yang tersisa dan langsung di masukin ke mulutnya.

“aku bisa pulang sendiri kok” lanjutku, mada pasti mau bilang itu.

“siapa bilang geer,”

“aku penasaran kenapa kamu menghilang pas mama lagi bantu keringin rambut?” tanya mada buat aku terdiam sejenak.

“gak ada yang jaga pondokannya, emang kamu mau yang jaga?” jawabku, entah kenapa aku sekarang gak berani menatapnya kalau sedekat ini.

“HAraaa ayoo… papa panggil buat sesi foto” ucap orang itu, bernama maxwell, aku ingat karena mata birunya.

“sana” ucapku pelan.

“aku juga mau bilang, kalau kamu pulang di antar” katanya

“kan aku udah bilang bisa pulang sendiri” jawabku.

“gak, kamu di antar kok, nanti kamu tunggu di loby, mobilnya bakal antar kamu pulang, jadi jangan nolak” ucapnya, aku cuman senyum dan berjalan keluar.

“please” ucapnya lagi pegang tanganku dan kembali menyomot kue lagi mulutnya.

“tapi bukan kamu kan?” angguknya.

“kamu tunggu aja oke,” mada langsung lepas tanganku dan bersiap berjalan masuk kembali kedalam.

“tapi kamu bakalan pulang ke kontrakan?” pertanyaan konyol yang keluar dari mulutku tiba-tiba.

“pasti dong, senin udah kerja lagi panggul” jawabannya benar-benar membuat aku terkejut, tetapi membuat aku sedikit lega karena mada tak langsung menghilang setelah acara ini.

“aku kesana dulu, hati-hati di jalan” mada langsung pergi menyusul ke keluarganya, tempat yang seharus ia berada.

Dan sekarang aku menuju loby menunggu mobil yang mada bilang, lagi pula aku pulang pun mobil box nya gak muat, dua orang karyawan nci sama sastu supir sudah penuh.

Beberapa menit menunggu ada sebuat mobil jenis sedan, sepertinya mobil itu tak asing. Kaca mobilnya pun di turunkan.

“papa?” ucapku terkejut lagi karena papa yang ada di dalam mobil.

“yuk pulang” ajaknya langsung turun dan membuka pintu depan, aku langsung masuk, dan terdiam sejenak.

“kamu udah kenal sama hara lama?” tanya papa buat membuyarkan lamunan karena acara tadi.

“sejak, pindah kesini aja “

“bearti papa selama ini kerja di keluarganya mada ya?, maksudnya hara” aku bingung harus panggil mada hara atau mada Karena aku tau sekarang papa selama ini bekerja di temannya yaitu keluarganya harsa dan mada.

“iah, hanya dia yang mau memperkerjakan papa setelah seperti ini”

“aku juga pernah bekerja di perusahaan harsa pa, tapi di khianati lagi sama anak buahnya”

“dan ternyata mereka satu keluarga pak taslim” papa cuman elus rambutku.

“ares juga,” ucapku pelan kembali teringat hal kemarin.

“itu udah berlalu, papa udah tau kok, tentang harsa, karena mamanya pernah bertemu kamu beberapa kali”

“tapi kenapa dia cuman diam gak bilang?”

“ itu biar jadi rahasia, tapi akhirnya kamu tahu semuanya,”

“nah sekarang kita pulang” angguk aku, merasakan sangat Lelah hari ini.

“tapi papa sama mama gak datang ke pernikahaannya?”

“gak perlu, mereka pinta gak usah datang, karena demi kebaikan keluarga, karena disana keluarga pak taslim juga hadir,” pantes aja ares datang, bearti satu keluarga datang dan melihatku ssaat bersama mada.

“kamu suka sama hara?” tanya papa tiba-tiba membuat aku noleh,

“heheee?? gak kok, kenapa pa? cuman temanan” pasti papa lihat aku saat berjalan bersama ke arah keluarga mada, tapi sebenarnya aku mulai menyukainya, tapi rasanya itu gak akan terjadi walau aku tahu latar belakang mada lebih awal.

Kalau aku tahu lebih awal, saat aku sama papa masih perang dingin pasti aku dekatin dia apapun yang terjadi. Tentunya demi uang yang lebih besar di banding harsa.

“oh ia soal papa gak sengaja ketemu kamu pas pulang, itu papa bohong ke kamu” ucapnya membuat aku terkejut, entah kenapa hari ini aku menjadi gampang kaget. Hal yang mengejutkan semua hari ini.

“hara yang kasih kasih tau, ada temannya yang butuh bantuan , dan ternyata temannya itu adalah kamu” dan lagi mada orang buat aku menjadi berbeda dari sebelumnya,

“untungnya papa posisi pulang jadinya bukan sebuah kebetulan” lanjutnya menghela nafas,

“sama aja, papa datang waktu yang pas kok,” aku benar benar bersyukur mengalami kejadian kemarin, berkat mada juga, hal itu membuat dampak yang besar bagi hidupku sampai sekarang

Aku menyandarkan kepalaku di jendela mobil, rasanya sangat Lelah sekali. Aku sangat Lelah, Lelah fisik dan mental juga. terpaan masih datang saat kondisi seperti ini.ujur mada orang yang kuatin aku secara gak langsung, dan aku seperti balas budi ke mada membantunya datang ke pernikahan kakaknya.

Walau dia berbohong soal hari pernikahan kakaknya,

***​

Nci izinin libur sampai kondisi aku fit, dan hari ini hari kedua setelah malam pernikahaan itu. Rasanya masih sangat Lelah. lesu, dan lungai, menjadi satu.

“sann, udah mendingan?”

“iah ma, gak terlalu pusing sama lemas”

“ini roti masih hangat”

“dari siapa?”

“nci yang kasih, barusan yang antarnya pulang” reflek aku langsung setengah berlari melihat keluar rumah, tapi yang antar bukan mada melainkan orang pasar.

“kamu cari mada?” tanya mama.

“heee?” mama ketawa kecil sambil usap rambut aku. Tapi aku cuman ketawa kecil karena ucapan mama benar, aku mencari mada. Atau hara tepatnya.

Karena dia tak ada kabarnya setelah malam itu, apa mungkin dia sedang sibuk dengan keluarganya. yang bearti dia akan lama kesini atau tak akan kesini lagi. Tapi aku percaya dia akan kesini lagi. aku percaya ucapannya.

Roti yang benar-benar hangat, dan masih empuk, satu gigitan roti buatannya mengingatkan aku awal pertemuan dengan nci. Itu buat aku ketawa sendiri sambil makan.

“albert gimana ma kabarnya?” tanyaku

“masih UAS kan? Dua minggu lagi selesai”

Dan sekarang...

Totalnya udah satu minggu tak ada kabar dari mada, dari tadi siang sampai sekarang sudah malam pun.Tapi ada yang berbeda, nomor teleponya ada tambahan yaitu ada nya aplikasi chatting dari nomor teleponnya. Pasti mada sudah ganti ponsel.

Aku terbangun karena ketiduran memegang ponsel seolah berharap mada chatting, kalau aku duluan yang chat rasanya ragu melakukannya. walau hanya say hello.

“suara papa mama terdengar jelas dari kamar,” karena terdengar papa serius.

“mereka gak akan lunasin hutang kita, ada satu-satu jalan untuk itu” aku membuka pintu sedikit dan mengupingnya.

“santi kita jodohin,” aku langsung tutup mulut mendengar, karena benar-benar tak percaya papa berpikiran seperti itu.

“tapi mana mau?” bisik mama.

“ini salah satu jalan, agar santi bebas dari beban hutang papanya”

“albert?”

“albert papa kirim ke luar negeri, biar setelah lulus kuliah dia ke amerika, masih ada orang yang papa bisa percaya”

“dan ini surat perceraian kita” aku benar-benar terkejut mendegarnya,

“selesai resmi kita cerai, kamu sama albert terbang ke amerika ”

“Gak gak bisa gitu, itu bukan caranya” ucap mama dengan isak tangisnya, membuat aku juga mau meneteskan air mata.

“biar papa yang tanggung sampai ajal menjemput, karena mereka gak akan pernah lunasin” aku tak bisa menahannya juga, dikit demi sedikit air mata aku keluar perlahan.

“gak akan, gak akan pernah. Mama gak akan pernah tinggalin apapun kondisi keluarga kita, karena dulu kamu lupa, kita sudah janji satu sama satu lain, “

“kalau itu yang terjadi, kita lakuin berdua, itu bukan pilihan terbaik baut santi sama albert” ucap mama di selingi isak tangisnya,

“braakk” aku tak sengaja menutup dengan keras pintu kamarku, dan naik ke atas untuk menangkan pikiranku.

Rasanya cobaan terus bertubi-tubi aku alami, tapi ini rasanya lebih berat dari sebelumnya. Aku peluk bantal sekuat-kuatnya sambil menahan untuk tidak menangis. Dan sesekali panggil nama mada agar aku gak boleh nangis. gak boleh cengeng.

***​

Hari ini aku benar-benar lesu dan tak bersemangat karena terus kepikiran soal pembicaraan mama papa tadi malam, sebelum pulang aku duduk di taman dulu sambil makan cemilan yang tadi aku beli, namanya kuaci, asin sudah di makan pula.

“wah disini ternyata orangnyya” seperti suara mada, aku langsung menoleh ke arah suaranya. Ternyata dia ada di belakangku.

“kamu udah pulang dari kapan?” aku berdiri tepat di hadapannya. Mada seperti pulang dari pasar, pakaiannya kotor seperti biasa,

“dari tadi pagi, aku sms sama telp kamu tapi gak ada jawaban”

“masa?” aku langsung cek ponsel aku yang ternyata aku gak bawa tadi ke toko nci.

“hehe ketinggalan”

“aku antar pulang udah malam juga” ajaknya yang langsung ke motor yang sering ia pakai. Aku mengangguk. mada sepertiya gak berubah setelah malam itu.

“tapi aku ke kontrakan, buat kasih Kembali tuxedo yang kamu kasih, sesuatu perjanjian kan?” ucapnya sambil jalan.

“iahh” jawabku pelan, langsung pegang erat pinggangnya. Padahal gak ada jalan rusak. Saat sampai aku duduk di dalam kontrakannya, karena di depan ada banyak nyamuk.

“ada masalah kah?” mada duduk di sampingku sambil kasih bungkusan pakaiannya yang kemarin aku pinjam.

“iah, aku bakalan di jodohin,” ucapku pelan, mada sendiri seperti terkejut, apa mungkin mada punya perasaan yang sama, rasanya mau nangis saat bercerita.

“terus kamu terima?”

“mungkin, karena demi menyelamatkan keluarganya, papa yang bakal tanggung bebannya sendirian” sepertinya mada belum tau sepenuhnya soal papa bekerja di keluarganya. Kalau harsa pasti sudah tahu.

“haaaaaaaa” lenguh nafas mada panjang,

“kapan itu?”

“entah, aku dapat kabarnya itu aja, “ senyumku dengan raut wajah pasrah,

“tapi sebelum itu aku mau bilang sesuatu ke kamu mada”

“terima kasih buat semuanya ya, andai pertama aku gak ketemu kamu, mungkin aku gak seperti sekarang,” rasanya air mataku mau menetes keluar lagi. Tapi aku kasih senyuman ke mada.

“orang yang benar-benar tulus menerima keadaanku seperti ini, “ ucapku lagi.

“tungu tungu, kenapa bilang gitu? Kayak mau pergi jauh aja” potong mada

“bukan itu, aku bilang seperti ini karena aku menyukai kamu mada,”

“aku gak mau menyesalinya karena menyimpan perasaan ini ke kamu,” aku langsung rangkul lehernya sambil mencium bibirnya, di saat itu juga air mataku keluar. Mada memelukku erat, rasanya aneh, ciuman tapi aku malah meneteskan air mata.

“kamu yakin keputusan kamu soal perjodohan?” tanyanya sambil menyeka pipiku.

“iah, demi semuanya, aku lakuin demi orang yang aku sayangi, termasuk kamu mada” senyumku sambil menahan tangis lagi, Mada tersenyum, sambil kedua tanganya pegang kepalaku,

“kamu gak ada persaan sama aku?” tanyaku karena tatapanya begitu tajam. Mada gak menjawab tapi dia langsung mencium bibirku pelan, sampai bibir aku sama mada saling berpangut bergantian.

“kalau kamu memilih itu, aku gak bisa berkata apa-apa, “ tatap mada dengan senyuman, Aku langsung menutup pintu kontraknya, membuka kaosku sampai tersisa celana dalamku.


“jangan lakuin hal bodoh nia” ucapnya dengan nada serius.

“lebih baik kamu pulang, sekarang” mada langsung memakaikan Kembali baju yang aku lepas.

“kenapa?”

“aku gak mau orang lain yang dapetin itu, aku mau kasih ke kamu sekarang.” aku berpikir ini satu-satunya hal yang bisa kasih ke mada,

“makanya aku bilang jangan lakukan hal bodoh”

“aku gak bakalan nerima kalau dengan cara begini”

“tapi kenapa? Kalau kamu punya perasaan yang sama, tetapi kamu gak mau sama aku?”

"apa kamu gak mau karena aku seperti ini,?" mada gak menjawab apa-apa, dia langsung memelukku, dan Kembali menciumku bibirku, dia tak menyentuh buah dadaku atau bagaian lainnya. ciumanya yang dengan persaaan. bukan dengan nafsu.

“aku gak bisa jawab apa-apa, aku cuman mau bilang”

“jangan lakukan hal bodoh lagi” bisiknya di ikuti senyumnya,

“dan sekarang sudah malam, “ mada membantu merapihkan pakianku, aku jadi semakin menyukainya. Dia tak nafsu dengan tubuhku, atau mungkin dia menahannya.

“maaf ya mad, “

“andai kamu menolak perjodohan itu, papa mama kamu pasti ngertiin kok, setidaknya dengan menyutujuinya itu cara kita menghargai papa mama kamu/” jelas mada.

“pasti aku tolak” ucapku senyum.

“tapi setelah itu???”

“udah jangan berpikiran jauh-jauh dulu, sekarang kamu pulang bilang ke papa mama kamu” mada elus pipiku.

“iahhh, aku pulang”

“muacchh” aku pulang, sebelum itu aku mencium bibirnya lagi, dan melangkah cepet kerumah, aku mengikuti saran mada menyutujui soal perjodohan itu. setidaknya mau karena menghargainya.


“kok tumben udah malam san?” tanya mama yang lagi siapin makan malam.

“iah, ada pesanan tadi sama ambil ini” ucapku tunjukin kantong plastic berisi tuxedo dan juga sepatu

“pa ma” ucapku saat mereka berdua ada di meja makan.

“santi gak sengaja dengar ucapan kalian tadi malam, dan soal perjodohan demi menyelamatkan aku sama albert, aku mau meerimanya”

“tapi andai itu terjadi atau tidak, santi mohon ke kalian berdua jangan bercerai” ucapku mencoba tersenyum lebar.

“kami gak akan bercerai kok,apapun yang terjadi” ucap mama berdiri peluk aku, dan papa juga.

“kamu juga boleh tolak perjodohan ini kalau kamu tidak suka, papa lakukan demi masa depan kamu yang masih jauh, ” ucapan mereka membuat aku tenang, dan lagi ucapan mada benar mereka tak memaksakan kehendaknya.

“jadi kamu gak usah berpikir belebihan ya” ucap mama elus rambutku.

“jadi kapan acaranya di mulai?”

“kamu yakin mau datang?”

“seengaknya menerimanya untuk menghargai mama papa, dan orang tua dia” kataku senyum.

“haaa, tapi tetap keputusan di tangan kamu, papa yakin mereka paham kok” kata papa, aku mengangguk,

Setelah pikiranku sudah lebih tenang, aku langsung masuk kamar. Dan ucapan mada Kembali benar aku gak perlu memlakukan hal bodoh seperti tadi, rasanya malu sendiri, membayangakan mada melakukannya tadi, tapi menolaknya terlihat sangat gentle,

***​

Mama papa bilang mereka acaranya minggu depan dari sekarang, tepat di hari minggu. Aku gak bilang ke mada soal harinya,

“sudah siap berangkat san?” tanya mama masuk ke kamar aku.

“iah ma, udah kok” mama bilang aku harus tampil secantik mungkin, dengan begitu bisa menghargai pertemuan ini, dan hari ini juga aku memakai make up lagi, setelah beberapa lama tak pakai.

Aku, papa sama mama pergi pakai mobil yang biasa papa bawa, papa sengaja pinjam karena rumahnya cukup jauh dari sini. dan Entah kenapa rasanya lebih nyaman panggil mada daripada hara. Makanya aku terus panggil hara itu mada.

“kamu gak penasaran siapa orangnya?” tanya papa saat aku melihat jalan tol,

“ehmm siapa emang?”

“kamu ingat pas masih Sd kelas satu , papa sama mama sering ke rumahnya karena rumah kita saling sebelahan”

“lupa hhehee”

“yang suka jailin kamu?” aku langsung diam sejenak, karena aku ingat sedikit, itu termasuk pengalaman tak menggenakan saat aku kecil.

“yang kamu minta pindah sekolah karena di jailin sama dia “ aku semakin ingat, memang karena dia aku minta pindah sekolah ke papa, karena setiap main kesana aku pasti nangis karena dia.

“iah sedikit pa, itu udah lama banget,”

“nanti juga kamu liat kok orangnya, “

“tapi tetap keputusan nanti di tangan kamu” lanjutnya kasih senyum pelan.

Dua jam perjalan akhirnya sampai ke salah satu rumah yang di bilang besar karena seperti dua rumah besar di jadiin satu, lebih besar di banding rumah aku sebelumnya.

“ itu bekas rumah kita dulu, dan satunya rumah dia,” tunjuk papa saat turun.

“iaa pa??” terus aku mengingat semakin tak bisa ingat, hanya teringat kejadian yang tidak mengenakan saja.

“ia mereka beli rumah lama kita, di jadiin satu, makanya sepeti dua rumah, dan juga satu komplek dari ujung sana, sampai ujung sini, di beli, buat halaman. Sama parkiran” lanjut papa. Ternyata orang yang akan di kenalin termasuk kelas atas, dia lebih dari mada sepertinya, harusnya mereka cari yang setara bukan aku.

Aku langsung mengkhayal, aku berharap ini rumah mada, dengan begitu aku mau tanpa perlu harus kenal lebih dekat. pasti aku langsung mau.

Tapi gak mungkin, mada pun gak bilang apa-apa, di tambah papa cuman kasih tau soal itu, orangnya pun entah yang mana, Aku hanya ingat di buat nangis aja setiap hari.

“pak, bu masuk dulu, nyonya sama tuan masih di atas, suruh tunggu sekalian sarapan” lanjut seseorang seperti Asisten rumah tangga, Jujur aku berdebar karena seperti apa orangnya, di ruangannpun tak ada foto petunjuk apapun. Sepertinya kejutan aku dengan hara sudah pupus. atau aku berharap terlalu jauh soal itu.

Dan setelah pulang dari sini, aku mau cerita ke mada soal hari ini. Kebetulan juga dia lagi libur hari ini. Tadi pagi juga aku sudah chat mada berangkat hari ini, tapi dia tak balas, gak mungkin dia kebahsian bateri atau gak ada quota internet,

Pasti mada bangun siang kalau gak ke pasar, aku mulai tau dikit sedikit kebiasaan baik atau jeleknya, tapi masih banyak hal yang mau aku tau tentangnya. Dan sekarang menunggu orang itu keluar. apa kurus, gendut, atau bagaiman. firasatku orangnya berisi..


Bersambung...

mat mada deh ini orangnya... semoga 😍😍😍
 
Cerita pas mada ketemu bapaknya di nikahan kakak nya berhasil bikin mata ane merah hahahah

Cerita terakhir bikin ane nebak2, nia dijodohin sama siapa? Feeling besar ke arah mada. Dan itu ke rmh orang tua mada.
 
ga bisa mikir ane.... kenapa Nia begitu lemah ya..... gampang menyerah.... dan begonya ortunya mau pula jual anaknya.... entah lah kalau itu Hara atau Harsa... tetap saja kalau niatnya buat bebasin hutang.....
hahahahah maaf suhu... cerita ente keren... ane jadi baper dah
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd