Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MY LOVE JOURNEY - By Tio12TT (Repost)


---My Love Journey ---

By Tio12TT









Chapter 30






Sore hari ini udara di daerah puncak cukup sejuk, langit pun sudah tampak cerah, wapau pun tadi pagi hingga siang hari turun gerimis kecil dari awan yang berada di langit. Disebuah Villa yang berukuran cukup luas dengan bangunan bernuansa klasik milik keluarga Winda, terlihat Winda dan Reza saat ini sedang Duduk berdua berdampingan di ruangan makan yang berada di tengah ruangan Villa, Winda sedang duduk di sebelah Reza sambil menatap Reza yang sedang menikmati hidangan masakan yang Winda buat dengan penuh perasaan.


Winda beberapa menit yang lalu, membuat masakan spesial untuk Reza yaitu Bubur Khas sunda dan puding coklat, dan kini Reza tampak sangat menikmati hidangan yang berada di hadapannya ini.


"Gimana sayang enak kan masakan aku." Ucap Winda sambil tersenyum ke arah Reza.

"Iya enak." Ucap Reza.

"Aku senang ngeliat kamu lahap makan nya." Ucap Winda.

"Abis kamu enak masak nya." Ucap Reza.

"Iya dong kan di buat nya penuh dengan cinta sayang." Ucap Winda sambil tersenyum manis dan membelai halus rambut Reza.

"Ehhh tapi aku mau nanya, dulu kamu sering gak buatin aku masakan seperti ini?." Tanya Reza.


Winda terlihat makin memepet kan jarak duduk nya dengan Reza, setelah itu Winda menggenggam tangan Reza lalu menatap dan tersenyum Ke arah Reza.


"Dengerin yah dulu tuh kamu sering aku masak kin kaya ginih, tapi menu nya gak itu-itu aja loh, banyak masakan aku yang telah kamu cicipi." Ucap Winda.

"Oh yaa gitu?." Ucap Reza.

"Iya bahkan dulu kamu malah minta aku masakin melulu, dan di saat suapan pertama kamu cicipi makanan yang aku buat, kamu pasti gini nih." Ucap Winda.


Lalu Winda tiba-tiba bangkit dari kursi nya dan berdiri di hadapan Reza, Winda berdiri sambil menatap wajah Reza dengan ceria. jari tangan sebelah kanan Winda di tempel kan di ujung bibir nya, lalu Winda membentuk huruf O dengan tiga jari mengacung di deretan nya.

"Muuuaachh Mmmmakknyuuss hahaa." Ucap Winda sambil tertawa bahagia.

"Hahaa iya kah aku seperti itu?." Tanya Reza sambil tersenyum bahagia ke arah Winda.

"Hehe Iya lah Coki sayang kamu kan selalu seperti itu." Jawab Winda.


Reza sedikit bingung dengan jawaban yang Winda ucapkan, Bukan karna jawaban nya yang salah Reza sedikit bingung saat Winda menyebut namanya dengan sebutan nama Coki.


"Kok Nama ku sekarang di ganti coki kata nya kan nama ku Reza?." Ucap Reza di dalam hati.

"Kok malah diem Sih sayang." Tanya Winda menyadari tiba-tiba Reza terdiam melamun.

"Ehhh engga." Ucap Reza tersadar dari lamunan nya.


Winda kini kembali duduk dan menoleh ke arah Reza.


"Kamu mikirin apa an sih Sayang, ayo cerita, aku tau loh kamu sedang mikirin sesuatu saat ini?." Tanya Winda.

"Gini sih aku aga sedikit bingung aja sama perkataan mu yang tadi." Ucap Reza.

"Perkataan yang mana?." Ucap Winda.

"Yang tadi kamu ucap kan yang iya lah Coki sayang kamu kan selalu seperti itu, aku sedikit bingung kenapa kamu sebut nama aku dengan panggilan Coki bukan nya kata kamu nama ku itu Reza?." Tanya Reza dengan nada penasaran.


Winda seketika terdiam mendengar pertanyaan yang Reza jauhkan kepalanya.


"Oh ihh sayang gitu aja di pikirin aku cuma salah ngomong aja, maksud ku Rezaaa." Ucap Winda dengan nada suara agak datar dan sedikit grogi.

"Ohhh salah ngomong." Ucap Reza.

"Ehh yangg makan lagi nih aku suapin yah." Ucap Winda sambil memaksakan tersenyum ke arah Reza lalu mengambil sendok yang berada di dalam mangkuk.

"Buka mulut kamu yangg Aaaaa." Ucap Winda mengarahkan sendok ke arah mulut Reza.


Reza hanya terdiam menerima suapan bubur yang Winda berikan.






--- ooo ---






Jalanan terlihat cukup macet pada sore hari ini, deretan mobil dan motor saling berjalan pelan merayap beriringan menyusuri jalanan yang sangat padat, pemandangan seperti ini adalah hal yang sudah biasa terjadi di jakarta saat jam berangkat mau pun pulang kantor. Sebuah Mobil

Toyota Alpart berwarna Hitam berplat Nomor B 05 TIO sedang berjalan merayap menyusuri jalanan di daerah jakarta pusat yang sedang terjadi kemacetan pada saat ini, di dalam mobil tersebut terlihat Mamah Ningsih yaitu ibunda Leva sedang duduk santai di kursi belakang mobil

sambil membaca beberapa Lembar hard Document kontrak kerja yang sedang ia pegang,

mamah Ningsih tampak sangat Lelah karna sudah seharian bekerja dan pada malam harinya

kurang tidur, Bisa di lihat dari kelopak mata nya yang aga sedikit kendur dan menghitam.


"Kita langsung ke PT jaya karsa bu?." Tanya Supir pribadi mamah Ningsih yang berpakaian sangat rapih dan terlihat sangat jauh lebih muda dari pada mamah Ningsih.

"Iyah kita langsung ke sanah aja bay." Ucap Mamah Ningsih.


Yaa Nama supir pribadi mamah Ningsih adalah Bayu, pria berumur sekitar 24 tahun anak dari bi arsih pembantu yang bekerja di rumah mamih Ningsih kini di pekerjaan sebagai supir pribadi.


Bayu tampak memperhatikan mamah Ningsih dari kaca spion dalam mobil, saat banyu melihat dengan tegas wajah mamah Ningsih, Bayu menaikan satu alis nya dan memasang ekspresi wajah bingung.


"Wajah ibu keliatan nya lagi cape banget dan kayak kurang tidur." Ucap Bayu di dalam hati.

"Eeehemn mohon maaf nih bu sebelumnya jika lancang, kayaknya ibu lagi cape banget yah." Ucap Bayu dan nada sangat sopan dan penuh rasa hormat.

"Ehh tumben kamu Bay berani ngomong di luar perintah saya." Ucap mamah Ningsih.

"Ehhh maaf-maaf saya lancang." Ucap Bayu dengan nada agak takut.

"Haha kamu kenapa sih Bay parno banget kalo mau ngomong sama saya, maksud saya tuh kamu tumben banget bicara di luar tugas gitu biasa nya kamu ngomong sesuai tugas aja Mau kemana Buu?, kita mau kemana lagi?, langsung saja kah? Haha." Ucap mamah Ningsih.


Bayu hanya terdiam malu di ledek seperti itu oleh mamah Ningsih.


"Hehe abis agak sungkan aja mau bicara di luar kerjaan sama ibu tadi saya mencoba memberanikan diri saja." Ucap Bayu.

"Haha kamu Bay ngomong tinggal ngomong kalo punya Bos kayak saya santai aja kalo mau minjem duit bilang aja jangan sungkan, tapi asal kamu sopan segan dan sewajarnya aja kalo bicara nya ke saya." Ucap mamah Ningsih.

"Hehe gak lah bu kalo minjem duit mah tau diri saya,wong mamah saya aja udah di hidupin sama ibu dan gaji saya juga udah lebih dari cukup ga kekurangan. Dan saya sungkan aja mau bicara di luar kerjaan soal nya ibu kan Bos besar." Ucap Bayu.

"Ahh padahal santai aja Bay, dan soal pertanyaan kamu yang tadi iya memang saya saat ini lagi cape aja karna kerja melulu sedikit istirahat, yaa tapi mau gimana lagi itu udah resiko." Ucap mamah Ningsih.

"Iya dan bisa di lihat dari wajah ibu yang agak pucat dan mata ibu istilah bahasa kampung nya mah celong." Ucap Bayu.

"Hemm Bayuu genit yah diem-diem merhati in saya." Ucap mamah Ningsih dengan nada suara meledek.


Diledek seperti itu Bayu langusng salah tingkah di buat nya.

"Eehh ehhh gaa Buu saya bukan bermaksud kaya gitu." Ucap Bayu.

"Bayu mau Modus sama saya yah." Ucap mamah Ningsih sambil tersenyum jahil ke arah Bayu.

"Engga kok bu engga." Ucap Bayu.

"Terus kamu mau deketin saya, kasih perhatian kamu ke saya." Ucap mamah Ningsih.

"Engga bu benar." Ucap Bayu.

"Haha trus kamu mau SSI in saya abis itu." Ucap mamah Ningsih.

"Aztagfiruwloh sumpah bu saya ga ada niat gitu." Ucap Bayu.

"Bayy saya kan udah punya suami dan anak saya udah gede sekarang, tubuh dan wajah saya udah agak menua masa kamu mau modusin saya kaya anak Abg sih." Ucap mamah Ningsih sambil menahan rasa ingin tertawa.

"Maaf buu sumpah saya ga bermaksud kaya gitu bu sumpah." Ucap Bayu.

"Haha bay-bay dasar pemuda Zaman Now di bercandain gitu aja panik amat." Ucap Mamah Ningsih sambil tertawa.


Bayu hanya terdiam malu di ledek oleh Bos nya, pipi bayu sedikit memerah dan kening nya aga basah karna ada sedikit keringat yang keluar.


TTRRIINGG...TTRRIINGG...TTRRIINGG..


Saat mamah Ningsih sedang tertawa puas melihat tingkah supir mudanya ini berhasil ia goda, tiba-tiba smartphone milik nya yang berada di dalam tas kerja berdering menandakan ada sebuah panggilan telfon masuk. menyadari ada panggilan telfon yang masuk, mamah Ningsih langsung mengambil smartphone yang berada di dalam tas di sebelah nya.



"Hallo." Ucap mamah Ningsih.
.......

"Hallo tan." Ucap seseorang di ujung telfon yang ternyata adalah Niken.
......

"Iya siapa nih?." Tanya mamah Ningsih.
......

"Ini aku Niken tan." Ucap Niken.
......

"Niken Niken yang mana yah?." Tanya mamah Ningsih.
......

"Itu loh tan Niken temen nya Leva yang waktu itu sering main ke rumah tante dan yang dulu pergi liburan ke luar negri." Ucap Niken.
......

"Niken..Nikenn..Nikenn oohh iya tante inget ya ya, sorry tante lupa sama kamu, iya ada apa telfon tante?." Tanya mamah Ningsih.
......

"Eee ginih tan, tante udah tau belum soal kabar hilang nya Reza dari rumah sakit?." Tanya Niken basa basi terlebih dahulu hanya ingin memastikan Leva sudah bicara atau tidak dengan mamah nya.
......

"Hahhhh hilang??, maksud kamu?." Ucap mamah Ningsih terkejut mendengar perkataan Niken.
......

"Lahhh emang Leva ga bilang sama tante?." Ucap Niken.
......

"Engga loh Kenn si Leva ga bilang apa-apa sama tante, terus gimana cerita nya si Reza bisa hilang begitu?." Ucap mamah Ningsih.
......

"Jadi ginih tan." Ucap Niken.



Niken menceritakan secara detil kronologis tentang dari awal nya hilang nya Reza hingga mereka berkumpul di rumah Reza hingga mendapat analisis seketsa wajah Suster Riana, mamah Ningsih sangat serius mendengarkan penjelasan yang Niken ucapkan. Dan tak terasa mamah Ningsih terbawa emosi setelah mendengar cerita yang Niken sampaikan, bisa di lihat dari raut wajah mamah Ningsih yang berbuah menjadi aga sangar dan tangan sebelah kiri nya sedikit di kepal kan.


"Jadi gitu tan." Ucap Niken setelah selesai menjelaskan persoalan Reza kepada mamah Ningsih.
......

"Bajingan!!, siapa yang berani bermain-main sama anak saya." Ucap mamah Ningsih dengan nada suara penuh amarah dan sambil menggebrak pintu mobil hingga membuat bayu yang sedang menyetir mobil sedikit kaget dibuat nya.
......

"Kalo soal itu tan masih kami selidiki, dan malam ini sekitar pukul 8 malam man lah kita kita pada mau meeting ngin masalah ini sama pihak rumah sakit, bahas soal hilang nya Reza tan." Ucap Niken.
......

"Sekarang kamu dan Leva lagi di mana?." Tanya mamah Ningsih.
......

"Ini lagi ngumpul di ruang tunggu deket lobby Rumah sakit tan nungguin waktu meeting." Ucap Niken.
......

"Yaudah kalo begitu nanti Sms-in tante yah kalian meeting di ruangan apa." Ucap mamah Ningsih.
......

"Iya tan nanti Niken sms." Ucap Niken.
......

"Yaudah sekarang kamu tenangin Leva dulu yah Ken, tante tau pasti dia lagi Down saat ini." Ucap mamah Ningsih.
......

"Iya tan pasti itu." Ucap Niken.
......

"Yaudah tante mau langsung kesanah aja deh, dan jangan lupa sms sin yah soal nya tante sampe sana pasti aga lama soal ma macet." Ucap mamah Ningsih.
......

"Iya tan siap." Ucap Niken.
......

"Oke, makasih yah Ken udah ngasih tau." Ucap mamah Ningsih.

"Oh iya tan sama-sama." Ucap Niken.



TTTUUTT...TTUUTT..TTUUTT..TTUUTT..





Setelah memasuk kan smartphone milik nya kembali kedalam tas, mamah Ningsih Duduk bersandar di kursi belakang mobil sambil berusaha mengatur nafas yang aga menggebu-gebu.


"Ibu ada masalah apa yah kok abis telfon kaya nya emosi banget." Ucap Bayu di dalam hati.


"Bay kita ga jadi ke tempat meeting putar arah kita ke Rumah sakit XXXX nanti saya arahin jalan nya." Ucap mamah Ningsih dengan suara aga emosi.

"Bbaaiikk Bu." Ucap Bayu terbatah-batah.


Bayu langusng mencari pinggiran jalan yang bisa di buat memutar arah, setelah beberapa menit berjuang melewati kemacetan yang ada dan sudah menemukan putaran arah, Bayu langsung tancap gas menuju rumah sakit tempat dulu Reza di rawat.






--- ooo ---






"Sayanggg ayooo sinih!!." Teriak Winda sambil berdiri di tepi kolam renang.


Winda saat ini sedang berada di tepi kolam renang yang berada di sisi kanan Villa, Winda kini hanya mengunakan sebuah celana pendek berukuran sepaha berwarna hitam. Sedangkan atasannya hanya mengenakan sebuah tank top berwarna putih, namun bahan tahk top yang di kenakan Winda kini cukup tipis, sehingga orang yang memandang ke arah tubuh nya dapat melihat lekuk tubuh Winda cukup jelas, dan dua buah tonjolan kembar yang berukuran cukup sedang jika di pegang tercetak jelas di balik bra berwarna Pink yang ia kenakan.


Reza hanya terdiam sambil duduk di sebuah Bale atau saung kecil yang berada tak jauh dari posisi kolam renang,
Reza membalas ajakan Winda dengan gelengan kepala di sertai senyuman manis ke arah Winda. melihat Reza menolak bajakan nya, Winda terlihat langsung berlari kecil menuju kearah Reza.


"Sayanggg ayoo dong berenang." Ucap Winda.

"Gaa ah." Jawab Reza.

"Kenapa engga, inget dong kata dokter kamu tuh harus melakukan aktivitas supaya tubuh kamu ga lemes terus." Ucap Winda.

"Hehe aku ga mau ah dingin." Ucap Reza.

"Ehhh kata siapa dingin orang air di kolam renang nya itu air hangat tau." Ucap Winda.

"Iya kah?, tapi keliatan nya ga hangat tuh, kalo hangat mah ada uap ngebul nya." Ucap Reza.

"Haha kamu tuh yah emang tuh kolam kayak air lagi di masak di dalam panci harus ada uap ngebul heh." Ucap Winda.

"Dahhh pokok nya kamu harus renang!." Ucap Winda.


Winda langsung bergerak cepat ke arah Reza dan langsung menerkam tubuh Reza secara paksa, Reza yang medapat terkaman mendadak cukup terkejut namun ia hanya bisa terdiam karna Winda saat ini berhasil mendekap tubuh dengan kuat, tak di sangka nan di duga akal sehat pembaca cerita ini bagai kan sedang bermain di film woder women, Winda dengan kuat nya membopong tubuh Reza setelah itu berjalan menuju ke arah kolam renang sambil membopong tubuh Reza.

"Andaaa iiindahh uiinndaa ahhh apa nama kamu?!!." Ucap Reza sambil berusaha meberontak dari bopongan Winda.

"Winda..sayang." Ucap Winda sambil sebentar menghentikan langkahnya setelah itu berjalan kembali.

"Oh iya Winda aahhhhhh udahh aku gaa mau ahh udahh." Ucap Reza.

"Hahaha ayoo kita berenang kkyaaa." Teriak Winda sambil terjun ke dalam kolam renang bersama Reza.


BBBUURRRRR....


"Hahahahahaa nyebur juga akhirnya." Ucap Winda sambil menyeka wajah nya.

"Hahh hahh ihh kamu tuh yah iseng banget orang ga mau berenang juga!." Protes Reza.

"Haha abis kamu tuh yah kudu di paksa." Ucap Winda sambil berjalan perlahan mendekati Reza.

"Gimana dingin ga air nya?." Tanya Winda ke Reza.

"Hehe engga sih, anget malah" Ucap Reza sambil tersenyum ke arah Winda.

"Apa aku bilang, orang anget sih." Ucap Winda.


Tiba-tiba Winda melepaskan tank top yang ia kenakan di hadapan Reza tampa rasa malu, melihat hal itu Reza sedikit terkejut karena kini Winda hamya mengunakan celana pendek dan bra berwarna Pink di hadapannya, dua buah tonjolan payudara milik Winda yang berukuran cukup sedang namun kecang dan padat yang masih terbungkus bra kini terekspos jelas di hadapan Reza.


"Saat nya berenang!." Teriak Winda.

"Kamu apa-apa an sih?." Ucap Reza sambil menatap wajah Winda dengan herannya.

"Apa an apa nya?." Tanya Winda bingung.

"Kamu ga malu apa cuma pakai pakaian dalam di hadapan aku lagi!." Protes Reza sambil mengalihkan pandangan ke arah air.

"Malu? kenapa harus malu?." Ucap Winda.

"Yaa malu lahh, masa kamu cuma pakai pakaian dalam di hadapan aku!, setidaknya yaa kaya tadi aja pakai baju." Ucap Reza.

Mendengar perkataan Reza Winda hanya tersenyum lalu tertawa dibuatnya.

"Haha sayang-sayang kamu banyak lupa nya yah." Ucap Winda.


Lalu Winda makin mendekat kan posisi tubuh nya ke arah Reza, berbanding terbalik Reza justru mengundurkan langkahnya hingga mentok ke tepi kolam renang.


"Asal kamu tau sayang dulu tuh kita sering berenang berdua seperti ini dan bahkan dulu aku berenang nya pakai bikini di depan kamu, kamu nya ga masalah tuh bahkan aku di paksa lama-lama pakai kaya gini sama kamu." Ucap Winda.


Reza tampak berusaha mengingat - mengingat kembali kejadian yang Winda ucapkan.


"Jujur aku lupa jika aku pernah bertindak seperti itu sama kamu, tapi saat ini aku tak suka kamu berpakain seperti ini!." Ucap Reza dengan nada suara tegas.

"Hahaha Reza sayang kamu aneh yah." Ucap Winda.

"Aneh apa nya?." Tanya Reza dengan ekspresi wajah bingung.

"Kamu bilang nya ga suka aku pakai pakaian seperti ini tapi lihat deh ke arah celana kamu." Ucap Winda sambil menujuk ke arah alat vital Reza.


Dengan perasaan bingung Reza menengok kan pandangan nya ke arah bawah, ia mendapati sebuah tonjolan kecil berada di tengah tengah celana yang ia kenakan. Tak terasa alat vital Reza kini menegang secara alami karna melihat tubuh Winda yang cukup merangsang jika di liat oleh pria mana pun.


"Ga suka atau menikmati kamu haha, tuh bukti nya Reza junior bangun tuh." Ucap Winda sambil tersenyum nakal ke arah Reza.


Reza kini terdiam tak berkutik menahan malu karna tak terasa iya mengalami sebuah eksresi karna melihat suatu rangsangan visual, walaupun iya kini sedang mengalami sudah penyakit ingatan tapi Reza tetap lah Reza naluri seorang lelaki nya masih berjalan normal.


"Woy Reza sayang satai aja kali malu amat, lemesin aja walaupun lagi tegang." Ucap Winda.


Winda kini berusaha mengoda Reza dengan membusungkan dada nya kearah depan dan Winda sedikit menggoyang goyangkan kedua gunung kembar milik nya yang kini basah terkena air.


"Winda stop Winda jangan seperti itu." Ucap Reza sambil memejamkan kedua matanya.

"Hahaha." Winda hanya tertawa melihat tingkah Reza.


Kemudian muncul lagi ide gila lagi di fikiran Winda untuk mencoba menggoda Reza lebih jauh lagi.


"Aduhh nih bra kaya nya kekencangan nih jadi mau nafas engap banget, buka ah biar enak nafas nya." Ucap Winda dengan nada menggoda sambil berusaha melepaskan kaitan bra yang berada di punggung nya.


Mendengar hal itu Reza makin panik karna Winda akan membuka kaitan bra yang membungkus kedua payudara di hadapan Reza saat ini.


"Windaa stoop jangan gitu jangan gitu!!." Ucap Reza dengan nada suara panik.


Karena Reza sudah terlanjur panik saat ini ia memutuskan membalik kan badan nya, lalu dengan cepat ia berusaha melompat ke arah luar kolam renang, setelah berhasil diri nya keluar dari kolam renang Reza langsung berlari kecil ke arah kamar miliknya dan Winda dengan langkah tergesa-gesa.


"Hahaha heiii Sayang mau kemana heii sinih!!." Teriak Winda sambil tertawa melihat Reza yang kini berlari dengan tergesa-gesa menuju ke arah dalam Villa.






--- ooo ---






Jam menujukkan pukul 19.30 waktu jakarta, saat ini Leva dan Niken sedang berada di ruang tunggu yang berada tak jauh dari lobby utama rumah sakit, sedangkan Sinta Memutuskan untuk pulang karna iya tidak mungkin dan boleh oleh mamah nya jika pulang terlalu larut malam, Sinta tak mungkin pulang sendiri semenjak kejadian percobaan perampokan yang hampir menimpa Sinta, Boski dengan sedikit memaksa kepada Sinta agar ia mengantarkan Sinta hingga depan rumah.

Setengah jam lagi Leva Niken dan Doni akan meeting bersama tuan Albert direktur utama rumah sakit untuk membahas mengenai hilang nya Reza, raut wajah Leva kini cukup murung mata nya sembab di karena kan dari setadi menangis.

"Vaaa." Ucap Niken sambil memeluk tubuh Leva.

"Kenapa sih kaak untuk bahagia ada saja coba an nya." Ucap Leva sambil menatap kosong ke arah depan.

"Itu tandanya Cinta kalian sedang di uji Va." Ucap Niken.

"Tapi kenapa harus selalu di uji Hiikss." Ucap Leva.

"Hhiikkss aku ingin bahagia kak seperti kisah cinta orang-orang pada umumnya." Sambung Leva.

"Vaa dengerin aku." Ucap Niken sambil menatap tajam wajah Leva.

"Cinta kalo tidak di uji itu bagaikan sayur tanpa garam akan hambar, jika cinta tidak di uji kita tidak akan mengetahui arti kekuatan cinta yang sesungguhnya, apakah kita akan setia apa kah kita akan sabar menjalani ujian ini, mustahil Va sebuah kisah cinta itu tidak di uji, kamu dan Reza sedang menghadapi badai cobaan yang sangat kuat. Nah sekarang kamu nya harus bisa bertahan dalam badai itu, jangan sampai kamu hancur karna tak kuat menahan badai cobaan yang menerjang, hingga kamu terbawa ke lautan derita dan gelombang Nestapa yang berkepanjangan." Ucap Niken sambil tersenyum ke arah Leva.

"Kaak." Ucap Leva pelan.

"Aku yakin setelah badai pergi cuaca akan kembali cerah, pepohonan dan bunga bunga akan kuncup kembali dan bahkan akan lebih kuat bertahan dengan segala badai yang akan menerpa lagi." Ucap Niken.

"Vaa kamu tau ga kenapa malam yang gelap selalu hadir selepas senja tiba." Tanya Niken sambil menghapus air mata yang membasahi pipi Leva.

Leva hanya menjawabnya dengan gelengan kepala pelan.

"Karena untuk menciptakan pagi yang indah dan awal hari yang baru untuk bisa kita jalani lagi." Ucap Niken.

"Ahhh kaak Nikenn." Ucap Leva sambil memeluk erat tubuh Niken.

"Kamu gak sediri Va hadapi ini, jangan lupakan Aku Doni Si temen kamu Tuh si Sinta dan Om Boski, kita semua di sini untuk mu Va jadi jangan merasa sendiri menghadapi nya. Pastinya kita akan selalu bantu kamu Va dan perlahan persoalan ini akan kita selesaikan bersama-sama, seperti masalah yang pernah kita hadapi." Ucap Niken.

"Makkasihh kaak maakasihhh hhiikss." Ucap Leva sambil menangis di pelukan Niken.

"Itu lah fungsi nya persahabatan Vaa." Ucap Niken.


Saat Niken sedang berusaha untuk menenangkan hati Leva, jarak satu meter dari posisi mereka duduk saat ini terlihat Doni sedang berjalan pelan menghampiri mereka sambil membawa dua Buah botol air mineral di tangannya.

"Vaa nihh minum dulu biar tenang." Ucap Doni sambil meberikan sebotol air mineral kepada Leva.

"Iya Va minum dulu gih." Ucap Niken.

"Iya makasih." Ucap Leva sambil mengambil botol air mineral yang Doni berikan.

"Eh Va Ken, tadi aku di infoin sama Asmen rumah sakit ini kita meeting nya agak di undur dikit jam nya jadi jam sembilan malem nanti, kata nya sih si direktur nya lagi rapat urusan yang lain dulu jika udah kelar baru kita naik." Ucap Doni.

"Huhhhhh nih Rumah sakit ada-ada aja yah!." Ucap Leva kesal.

"Udah sabar Va yaudah kita tunggu aja sampe jam 9, tenang gua sama Doni bakal dampingi lu kok." Ucap Niken.

"Iya Va selow aja, yang jelas nanti kita selidiki aja dulu sketsa wajah wanita yang om Boski gambar ini." Ucap Doni.

"Yaudah kita tunggu." Ucap Leva dengan nada suara Lemas.






--- ooo ---






BBRUUMMMM...BBBRRUUMMM..BBRUMM


Motor Sport yang Boski dan Sinta naiki kini sedang berjalan perlahan menyusuri jalan kampung tempat rumah Sinta bermukim, terlihat deretan motor warga terparkir di pinggir jalan dan ada beberapa pedagang makanan gerobak keliling seperti baso, somay, es, jagung rebus sedang berkeliling menjajakan dagangannya menyusuri jalanan kampung.


"Rumah kamu masih jauh?. Tanya Boski sambil fokus menyetir.

"Engga kok dikit lagi juga nyampe, lurus dikit aja nanti di deket pohon itu ada belokan kita belok." Ucap Sinta.


Setelah beberapa meter menyusuri jalanan kampung sesuai instruksi yang di arahkan Sinta, akhirnya mereka sampai di depan rumah Sinta yang tampak cukup sederhana.


"Sampe deh." Ucap Boski.


Saat sudah membuka helm yang Sinta kenakan, Sinta sangat terkejut ia baru menyadari saat melihat ke arah seorang pria yang sangat ia tidak harapkan kehadiran nya, yaitu Rio pria yang sangat menyukai Sinta ini sedang berdiri di depan pintu rumahnya sambil menatap serius ke arah mereka.


"Anjirr nih si alay ngapain sih berdiri di depan rumah." Ucap Sinta di dalam hati dengan nada suara jijik.


Saat Boski dan Sinta sudah turun dari motor dan Boski akan menaruh helm milik nya di atas motor, Tiba-tiba dengan gerakan cepat sambil berlari Rio memukul kepala Boski dengan sangat kencang, Boski yang tidak menyadari pergerakan Rio terkena pukulan cukup kuat hingga ia jatuh tersungkur ke tanah. Melihat kejadian yang spontan itu Sinta hanya bisa diam dengan ekspresi wajah terkejut dan shock.


"Riskiiii!!." Teriak Sinta sambil menutup mulut nya.

"Aaarrrgghhh." Rintih Boski menahan rasa sakit di kepala nya.

"Anjingg lohhh haaa berani beraninya boncengin cewe gua hahh!!." Maki Rio di hadapan Boski yang masih tersungkur di tanah.

"Riiooooo!!." Teriak Sinta penuh amarah.


Tak puas telah memukul Boski sekali Rio kembali menghajar tubuh Boski cara membabi buta, Sinta hanya berteriak histeris melihatnya kejadian di depan nya ini.


"Rioooo berhentii Rioooo...Bunndaaaa Tolong..Bunndaa." Teriak Sinta.

"Matii lu jinggg kyaa bahhh!!! bahh!! hahh!!bahh!!." Ucap Rio sambil memukul kepala Boski.

"Bajingan berhenti!." Teriak Sinta sambil berusaha menarik baju Rio.


Tak disangka Rio mendorong tubuh Sinta hingga jatuh tersungkur ke tanah.


"Ahhhhh." Jerit Sinta saat terjatuh.


Dalam keadaan kepala yang cukup pening dan kondisi wajah nya kini penuh bekas pukulan tangan, Boski mendengar suara sayup satup Rintihan Sinta menjerit, saat Boski melihat Sinta terjatuh, tiba-tiba emosi jiwa yang selalu Boski tahan jika ia terlibat perkelahian kini meledak tak terkendali.


Dengan rasa amarah Di dada Boski bangkit secara perlahan lalu berdiri menghadap ke arah Rio, Bagai elang yang sedang membidik mangsa nya Boski menatap Rio penuh amarah dan kebencian.


"Gua ga kenal siapa lo, Gua ga pernah berusan sama lu , lu boleh pukul gua walau gua ga tau apa alasan nya, Tapi jika lu sakiti cewe ini, GA ADA AMPUN BUAT LUU KKYAAAAA!!!." Teriak Boski.


BBBRUKKKKK!!!! PPPLAKK!!!


Boski cukup kencang memukul wajah Rio hingga ia tersungkur ke tanah, darah segar langsung menetes keluar dari kedua lubang hidung Rio. Kalau sudah sperti ini sulit untuk meredam amarah yang berada di dalam diri Boski, Dua kemungkinan jika seseorang sampai memancing arah Boski hingga meledak. Yang pertama cacat yang kedua adalah mati.


Sinta menyadari kondisi Boski saat ini cukup emosi, seolah ia tau apa yang akan terjadi jika saat ini iya tidak bisa meredam amarah Boski yang sedang membara, saat Boski akan menghampiri Rio yang sedang tersungkur di tanah dengan cepat ia memegang tangan Boski dengan erat.


"Riski Sudah." Ucap Sinta pelan.


Boski menoleh kearah Sinta ketika langkah nya tertahan olehnya.


"Kendalikan diri kamu, aku ga apa-apa." Ucap Sinta.


Di dalam Rumah bunda Sinta yang baru menyadari kegaduhan yang ada di luar nya langsung berlari keluar rumah dengan perasaan bingung.


"Aztagfiruwlohhalazim Sinta!!." Triak Bunda Sinta saat melihat anak nya duduk tersungkur di tanah.


Reflek bunda Sinta langsung berlari menghampiri anak nya.


"Yaa allah nakk kamu kenapa?, ada apa ini pada berantem?." Ucap Bunda Sinta dengan nada suara panik.

"Itu si Rio tiba-tiba mukulin temen Sintaa." Teriak Sinta sambil menunjuk ke arah Rio.

"Iyaa Benar, ada orang yang sedang gangguan jiwa tiba-tiba mukul saya secara brutal, tanpa saya tau Letak kesalahan nya di mana!." Ucap Boski sambil menatap tajam ke arah Rio.

"Anak ibu tuhh ganjen banget bonceng bonceng ngan sama cowok!." Teriak Rio sambil berusaha berdiri dan memegangi hidung nya yang menetes kan banyak darah.

"Apa kamu Bilang!!." Ucap bunda Sinta.


PPPLLAAKKKKK..


Bagai jatuh tertimpa tangga, Rio yang sedang merasakan sakit yahg luar bisa di area hidung nya ini, kini harus menambah rasa sakit yang iya rasa di area pipi karna bunda Sinta cukup keras menampar pipi Rio.


"Ibu kenapa malah nampar pipi saya?!." Ucap Rio sambil memegangi pipi nya.

"Heiii itu pantas untuk pria Bodoh seperti mu." Ucap Sinta.

"Saya ga menyangka Rio ini lah sifat asli kamu yang sesungguhnya, saya kecewa sama kamu." Ucap bunda Sinta.

"Itu lah bun sifat asli dia, dan karna itu kenapa Sinta sangat jijik dekat pria seperti itu." Ucap Sinta.


Rio hanya bisa berdiri mematung sambil menahan darah yang menetes keluar dari hidung nya.


"Mulai saat ini jangan sekali-sekali kamu berani dekat dengan anak ibu lagi, dan jangan pernah mampir-mampir ke sini lagi!." Bentak bunda Sinta.

"Dan sekarang Pergi kamu dan jangan pernah kembali lagi!!." Usir Bunda Sinta dengan nada suara membentak.


Di situasi seperti ini Rio hanya bisa terdiam tak mampu berkata sedikit pun di hadapan bunda Sinta, dengan langkah lemas dan penuh rasa malu, dengan sedikit sempoyongan Rio berjalan perlahan melewati Sinta, bunda dan Boski yang yang sedang menatap diri nya penuh ke kebencian.


"Bangun naa." Ucap Bunda Sinta mendekat sambil berusaha membangunkan anak nya.


Setelah Sinta berdiri dengan sempurna, ia melirik ke arah Boski yang sedang berdiri sambil memegangi wajah nya.


"Rizki." Ucap Sinta sambil berjalan kearah Boski.

"Yaa allah Naa wajah mu." Ucap Bunda Sinta sambil menatap wajah Boski.

"Duhh kii masuk dulu yukk aku obati luka kamu." Ucap Sinta dengan nada suara khawatir.

"Aku ga apa-apa kok cuma sakit sedikit aja." Ucap Boski.

"Ga apa-apa nya hehh, wajah kamu tuh luka tau keluar darah nih." Ucap Sinta sambil mengelus kening Boski.


Wajah Sinta dan Boski kini sangat dekat, Boski dapat memandang wajah Sinta dari dekat dan moment seperti ini amat sangat langka iya temui, di tatap lah wajah Sinta dalam-dalam oleh Boski, saat ini ia seolah sedang ter hipnotis dengan kecantikan alami yang Sinta miliki.


"Maaha suci tuhan semesta alam yang menciptakan sebuah keindahan yang ada di hadapan ku saat ini." Ucap Boski di dalam hati.

"Luka kamu tuh harus di obatin dan di kompres sebelum infekss." Ucap Sinta.


Ucapan Sinta terhenti ketika ia baru menyadari bahwa saat ini Boski sedang memperhatikan wajahnya dan Kini, Boski dan Sinta saling memandang satu sama lain.


"Ehemmm, Taa kita obatin dulu yuk teman kamu ini di dalam." Ucap bunda Sinta memecah Lamunan Sinta dan Boski.


Mendengar ucapan bunda nya Sinta langsung tersadar lalu membuang muka kearah ibu nya.


"Ehhh iya bun kita obatin di dalam sebelum terjadi infeksi." Ucap Sinta sambil berjalan kearah Rumah nya.

"Sinta temen kamu tolong papah dong ke dalem kayak nya dia sedikit sempoyongan jalan nya." Ucap Bunda Sinta.

"Ehhh ga apa-apa saya bisa jalan sendiri kok bu." Ucap Boski.

"Ohh iya lupa aku bunn, udah kii jangan sok kuat dan jaim deh sinih aku bantu." Ucap Sinta sambil melingkar kan tangan Boski di pundaknya.

"Ehhh??." Ucap Boski kebingungan.

"Dahhh ayoo jalanan." Ucap Sinta.

Dengan langkah perlahan Sinta berusaha menuntun Boski berjalan ke arah dalam rumah nya sedang kan ibunda Sinta langsung pergi ke dapur untuk mempersiapkan air hangat untuk mengompres luka Boski.




"Awwww." Teriak Boski merasa sakit di bagian kening nya saat Sinta mengompres dengan kain.

"Tahan dikit ga usah di lebayin deh, aku tau kamu cuma ekting tuh supaya aku kasian kan, orang preman kaya kamu gini mana mungkin ngerasa sakit." Ucap Sinta.

"Ihh seriusan tau sakit nya." Ucap Boski.

"Lebay ahh." Ledek Sinta.

"Yeee, oh iya itu tadi siapa sih main seenak nya aja pukul-pukul orang, pacar kamu yah cemburu aku nganter kamu pulang?." Tanya Boski.

"Enakk aja pacarr!." Ucap Sinta sambil menekan luka yang berada di kening Boski.

"Awwwwwww sakit ini ngobatin atau nyiksa sih." Ucap Boski.

"Ehhh hehe sorry sorry, lagian maen ngomong dia pacar ku aja, dia nama nya Rio dia tuh suka banget sama aku dari zaman aku sma tapi aku nya ga suka sama dia, amit-amit punya cowo kaya gitu." Ucap Sinta.

"Alahh jangan gitu amit-amit nanti timbul nya jadi cinta loh hahaha." Ledek Boski.

"Ihh nyebelin kamu yahh." Ucap Sinta lalu Sinta kembali memencet luka yang berada di kening Boski.

"Awww aww iya iya ampun ampun." Teriak Boski.

"Hehh rasain." Ucap Sinta.

"Kamu tuh jadi betina galak amat yak." Ucap Boski.

"Ngomong sekali lagi betina awas aja." Ucap Sinta dengan nada bicara mengancam.

"Hihi takut ahh." Ucap Boski.


Lalu Boski terlihat menyadarkan tubuh nya di kursi panjang yang ia duduki ini.


"Kalo boleh aku kasih saran nih kurangin jutek dan judes nya sama cowo, aku yakin pasti kamu dapet deh jawaban dari doa-doa kamu selama ini." Ucap Boski.


Sinta sedikit terkejut mendengar Boski berbicara seperti itu kepalanya. biasa nya ia selalu bisa membalas segala perkataan yang Boski ucap kan namun kali ini Sinta seolah sangat sulit untuk berkata-kata.


Lalu Boski mulai mendekatkan jarak duduk nya dengan Sinta, namun Sinta yang menyadari hal itu sedikit menjauh dari diri nya, akan tetapi Boski makin memepet kan kembali jarak duduk nya dengan Sinta. Boski menatap wajah Sinta penuh perasaan, Sinta yang di tatap seperti itu merasa malu dan membuang muka kembali ke arah lain.

Jarak wajah mereka kini sangat dekat karna dengan perlahan Boski mengarah kan wajah nya ke arah Sinta, Sinta tampak panik melihat tingkah Boski saat ini dalam benak nya Boski akan mencium diri nya.


Satu sepuluh senti...tujuhh sentii...lima senti.. 3 sentiii.


"Kiii jangan." Ucap Sinta sambil menutup kedua mata nya.


Plllokkk...


Boski menepuk bibir sinta dengan satu tangan nya secara perlahan, Sinta tampak bingung dengan keadaan yang Sedang terjadi saat ini, dengan perlahan Sinta membuka kedua mata nya.


"Jangan Geer yah, siapa yang mau cium kamu." Ucap Boski.

"Apaan sih lu ga jelas." Ucap Sinta dengan nada suara jutek.

"Haha padahal tadi kalo gua cium beneran kamu udah pasrah tuh." Ucap Boski.

"Rizkiii!!." Ucap Sinta dengan geram nya.


Dengan gerakan cepat Sinta langsung mencubit pinggang Boski dengan cepat.


"Aww iya ampun-ampun." Teriak Boski kesakitan.

"Rasain!." Ucap Sinta.

"Duhh sakit cubitan kamu, kamu galak aja aku suka gimana kamu kalem." Ucap Boski sambil tersenyum ke arah Sinta.


Sinta sangat terkejut mendengar perkataan yang Boski ucapkan.


"Kkkkaamu suka sama aku?." Ucap Sinta dengan nada suara sangat Gugup.

"Kalo iya kenapa?." Ucap Boski sambil tersenyum jahil.


Sinta sangat bingung saat ini tiba-tiba ia salah tingkah di hadapan Boski.


"Ehhh apaan sihhh, ngaco lu efek kepentok kali nih anak." Ucap Sinta.


Sinta langsung berdiri dan melangkah cepat kearah dalam rumah sambil membawa baskom kecil berisi air hangat dan sebuah handuk kecil.


"Kalo kenyataan nya seperti itu gimana Sinta." Ucap Boski sambil melihat Sinta yang berjalan masuk ke arah dalam rumah.


Sesampainya ia Di dalam dapur Sinta langsung duduk di kursi makan sambil menaruh baskom kecil di atas meja, ekspresi wajah Sinta tampak Shok dan bingung setelah mendengar ucapan Boski, sudah berpuluh-puluh kali Sinta sering mendengar kata Suka dan cinta yang di ucapkan banyak pria kepada nya, namun aneh nya kali ini Sinta baru pertamakali merasakan perasaan yang aneh ketika Boski mengucapkan kata itu.


"Ihhh Rizkii apaan sihh, ngomong suka ke gua ihhhh." Ucap Sinta sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan nya.

"Gaa ga mungkin Rizki paling cuman bercanda, ga ga mungkin orang kita aja kenal belum lama, palingan dia cuma mau gombal modus aja seperti cowo-cowo yang lain." Ucap Sinta.


Dari arah kamar bunda Sinta terlihat sedang berjalan perlahan menghampiri anak nya yang sedang duduk termenung sendiri di meja makan sambil membawa kotak p3k.


"Kamu ngapain bengong di sinih Sinta kok temen nya di tinggal?." Tanya Bunda Sinta sambil berdiri di depan anak nya.

"Eehhh Bunda engga kok bun ini mau naro Baskom bekas Kompres." Ucap Sinta.

"Ohh, eehhh Taa Bunda mau nanya lagi sejelas jelasnya ke Sinta, si Rio itu bagai mana cerita nya sih Bisa berantem sama temen kamu?." Tanya ibu Sinta sambil duduk menghadap ke arah anak nya.

"Tau lah Bun, tuh orang kaya nya kesurupan kali tiba-tiba mukullin teman Sinta." Ucap Sinta.

"Ibu rasa si Rio tuh cemburu banget sama kamu ngeliat kamu pulang bareng cowo lain." Ucap Bunda Sinta.

"Yaaa suka-suka Sinta dong Bun mau pulang sama siapa aja, dia nya aja terlalu alay merasa Sinta tuh pacar nya dia." Ucap Sinta.

"Jadi atuh gini neng dari pada terus gini kamu kan udah dewasa udah bisa nentuin jalan hidup kamu sediri termasuk jodoh, dari pada nanti terus timbul permasalahan dan takut nya timbul fitnah mending jika ada cowo yang mau sama kamu yang baik soleh seiman bisa bimbing kamu dan mau di ajak taaruf sok jangan di pilih-pilih lagi, bunda mah cuma takut yang ada nanti cowo pada bunuh-bunuhan lagi bisa bisa pada rebutan anak gadis ibu ini." Ucap Bunda Sinta.

"Ahhh bunda mah Lebay." Ucap Sinta.

"Yeee bunda mah ga lebay atuh serius ini mah, dan ehh itu bener temen kamu si jakii ukii siapa tuh??." Ucap Bunda Sinta.

"Rizkii Bun." Ucap Sinta.

"Oh iya Rizki, itu bener temen kamu?." Tanya Bunda Sinta.

"Iya Bunda itu Rizki itu cuman teman aku." Ucap Sinta.

"temen dari mana kampus? Tapi kok kaya nya temen kamu udah agak dewasa yah yaa sekitar 30 tahunan deh." Ucap Bunda Sinta.

"Bukan temen kampus Bun Sinta kenal lewat temen Sinta tuh Si Leva, dan dia bukan mahasiswa." Ucap Sinta.

"Ohhh gitu pantesan, tapi kaya nya kamu sama si Rizki itu deket banget deh kaya orang pacaran gitu." Ucap bunda Sinta.

"Ihhhh bunda apa an sih, aku sama dia jelas jelas cuman sebatas teman ga lebih ko, kenal aja baru dan kita kan udah buat kesepakatan Bun Bahwa Sinta mau langsung taaruf ikutin sesuai syariat." Ucap Sinta.

"Ibu rasa mah tuh cowo suka deh sama kamu." Ucap Bunda Sinta.

"Mulai deh ngaco nya kambuh." Ucap Sinta.

"Serius Sinta Bunda juga pernah muda tau, jadi Bunda bisa menerka mana cowo yang memiliki perasaan serius ke kita mana yang cuma suka main-main." Ucap Bunda Sinta.

"Tau lah ahh Bunn, Sinih kotak obat nya Sinta mau kasihin ke Rizki." Ucap Sinta sambil mengambil kotak obat yang Bunda nya pegang.

"Yeee nih anak di bilangin malah kabur." Ucap Bunda Sinta.


Dengan perasaan tak karuan Sinta berjalan menuju ke ruang depan sambil membawa kotak p3k, meninggalkan Bunda nya seorang diri.


Di ruang depan terlihat Boski kini sedang berdiri sambil merapihkan jaket yang ia kenakan, Boski memustuskan untuk segera pulang karna iya merasa tak enak hati jika terlalu larut malam ia berada di rumah Sinta, selain itu Boski ingin segera pergi ke kelinik untuk mengobati Sisa luka bekas pukulan yang terdapat di wajah nya.


"Kiii kamu mau kemana luka kamu kan belum aku obattin tuh." Ucap Sinta sambil berdiri di hadapan Boski.

"Udah ga usah ga apa-apa kok udah agak mendingan, aku pengen pulang aja pengen istirahat dirumah dan ga enak lama-lama di rumah kamu nanti bakal ada yang marah lagi nanti hihihi." Ucap Boski.

"Apa an sihh ihhh resee." Ucap Sinta.

"Haha yaudah bilang dong sama calon ibu mertua aku calon mantu nya mau pulang." Ucap Boski dengan nada suara meledek.

"Kesel-kesel gua tampol luh." Ucap Sinta.

"Hahaha." Tawa Boski.

"Bunnn...Bunda kesinih temen Sinta mau pulang." Ucap Sinta.


Tak lama berselang ibunda Sinta muncul dari dalam rumah lalu berjalan menghampiri Sinta dan Boski yang berdiri saling berhadapan.


"Ehh iyaa Taa?." Ucap Bunda Sinta.

"Ini Rizki mu pamit pulang Bun." Ucap Sinta.

"Pulang?, kan luka nya belum di obatin Mass dan tuh teh anget nya belom di abisin lagi." Ucap Bunda Sinta.

"Udah bu saya sudah tidak apa-apa dan abis ini saya mau ada urusan yang lain lagi jadi tidak bisa berlama-lama di sinih." Ucap Boski.

"Kalo gitu yaa sudah ibu tidak bisa memaksa, dan soal permasalahan yang tadi maaf banget yah mas, mas nya jadi luka begini." Ucap Bunda Sinta.

"Hehe sudah tidak apa-apa, dan saya ber terima kasih yah kepada ibu dan Sinta karna sudah mau mengobati sedikit luka yang saya terima." Ucap Boski.

"Iya sama-sama." Ucap Sinta.

"Ya sudah saya permisi dulu yah Bu dan Ta asalamualaikum." Ucap Boski lalu berjalan keluar menghampiri motor Sport yang iya parkir di depan rumah Sinta.

"Eehh iya Waalaikumsalam." Ucap Bunda Sinta.

"Waalaikumsalam." Ucap Sinta.


Setelah Boski keluar Sinta langsung menutup pintu, sedangkan Ibunda nya langsung membalikkan badan masuk kembali ke dalam rumah, namun Sinta tak lantas mengikuti langkah ibunda nya Sinta langsung bergerak ke sisi jendela rumah Dan mengintip Boski yang sedang bersiap siap untuk pulang.


BBRUMM..BBRUUMM..BBRUUMM..BBRUM.


Setelah menyalahkan mesin motor dan memakai helm nya kembali, Boski muali meng gas motor nya secara perlahan dan motor sport yang Boski kendari kini mulai bergerak perlahan menyusuri jalanan kampung.



"Apa benar kamu lah jawaban dari Doa ku selama ini Kii." Ucap Sinta sambil bersandar di jendela ruangan.






--- ooo ---







Saat ini terlihat Leva sedang duduk termenung sambil menyadarkan kepalanya ke bahu Niken, wajah Leva Tampak cukup pucat dan mata nya cukup sayu, raut wajah kesedihan terlukis di wajahnya yang cantik dan menawan. sedangkan Doni yang saat ini berada di sebelah Niken, dari setadi Doni tampak asik menatap layar smartphone milik nya, ia sedang membaca cerita-cerita cerbung yang ada di situs Semprot.com sambil mengisi waktu senggang saat menunggu jam meeting akan di mulai.


"Hooamzzz lama amat yak, jadi ga sih nih apa jangan-jangan kita cuma di kerjain doang." Ucap Niken.

"Engga kok yangg kayak nya bener deh, sabar aja kita tunggu abis kita nya kan dateng nya terlalu awal, perjanjian nya kan jam 8 malem, jadi nya kita kesannya nunggu terlalu lama ketambah jam meeting nya di undur." Ucap Doni.

"Iya juga sih, yaudah yang sabar yah Va kita tunggu aja." Ucap Niken dan di jawab anggukan kecil oleh Leva.


Selang limabelas menit Leva Niken dan Doni menunggu, akhirnya seorang petugas suster pria berseragam khas perawat pria sedang berjalan perlahan seorang diri, mengarah menuju Leva dan Niken yang sedang duduk berdampingan.


"Permisi mas mbak mohon maaf nih di atara mbak-mbak nya yang nama nya saudari Leva Cahya Aprilia siapa yah?." Tanya suster Pria kepada Leva dan Niken.


Melihat suster pria sedang berdiri dihadapan merek, Leva Niken dan Doni langsung bergegas berdiri menghadap Suster pria itu.


"Saya...saya Leva Cahya Aprilia." Ucap Leva dengan bersemangat.

"Oh anda saudari Leva, kalau begitu anda di sudah tunggu oleh tuan Albert di ruangan meeting tempat nya di lantai empat ruang 221 pojok kanan dekat lift.." Ucap Suster Pria.

"Oke saya dan rekan-rekan saya akan kesana." Ucap Leva.

"Baik, mari saya antar ke ruangan nya." Ucap Suster Pria lalu berbalik badan dan mulai berjalan perlahan menuju ruang Meeting.

"Kaak Doni Siapin argumen jika rumah sakit ini macem-macem, dan Kak Niken bawa sketsa wajah suster yang om Boski gambar." Ucap Leva dengan nada suara tegas.

"Oke Va ada di Tas aku." Ucap Niken.

"Yaudah kita jalan." Ucap Leva dengan nada suara bersemangat.


Lalu mereka bertiga melangkah kan kaki mereka mengikuti suster pria yang sudah terlebih dahulu berjalan di hadapan mereka.






--- ooo ---






TTTRRIIINNGGGG!!!..




[qouote]



Message Form Niken:

Saya dan Leva udah masuk ruangan meeting, tempat nya berada di lantai empat di ruangan 211 pojok kanan dekat lift.






[/quote]





Begitulah isi pesan Singkat yang di kirimkan oleh Niken kepada mamah Ningsih ibunda Leva, Saat ini Mobil yang di kendari bayu sudah dekat dengan Rumah sakit tempat dulu Reza di rawat. Ekspresi wajah mamah Ningsih sangat tegang di sisi lain ia sangat terkejut dan kesal mengenai kejadian hilang nya Reza dari rumah sakit, dan di sisi lain ia juga merasa kesal kenapa anak nya ada persoalan hal seperti ini tidak memberi tahukan kepalanya.


"Bayy tinggal Lurus aja yah Bay." Ucap mamah Ningsih.

"Baik Bu." Ucap Bayu sambil fokus menyetir.

"Dan kalo udah sampai kamu parkir mobil nya jangan di dalam prakiraan yah di luar rumah sakit aja." Ucap mamah Ningsih.

"Siap." Ucap Bayu.






--- ooo ---






"Yaa silahkan duduk Mbak Leva." Ucap Tuan Albert.


Leva Niken dan Doni kini sekarang sudah berada di dalam ruangan meeting rumah sakit yang berada di lantai empat Gedung, Leva duduk di kursi kerja bersebelahan dengan Niken dan Doni sedang kan Tuan Albert duduk di sebrang berjejer dengan empat staf karyawannya.


"Yaa baik sebelum saya meberikan klarifikasi tentang masalah yang saat ini terjadi,apakah dari pihak Mbak Leva memiliki statement." Ucap Tuan Albert.

"Untuk saat ini saya ingin tau berlebih dahulu tentang penjelasan yang akan anda sampaikan." Ucap Leva sambil menatap tuan Albert.

"Oh oke kalau seperti itu, pak Romi bawakan tumpukan berkas-berkas itu ke depan meja saya." Ucap Tuan Albert kepada salah satu karyawan bernama pak Romi.

"Baik pak." Ucap pak Romi dan langsung mengambil beberapa tumpukan berkas yang ada di meja kecil tak jauh dari diri nya, setelah itu pak Romi langsung menaruh nya di hadapan tuan Albert.

"Oke Mbak Leva jadi seperti ini, sejujurnya saya agak bingung dengan persoalan mengenai kepulangan saudara pasien atas nama Reza Genta Veno yang menurut anda sangat misterius, sebelum ini saya dan 4 karyawan saya melakukan meeting dan mengumpul kan data-data dokumen pasien dan hasil nya semua dokumen mulai dari dokumen penebusan obat, Biyaya pelunasan rumah sakit , Dokumen pernyataan pulang dan beberapa dokumen lainnya sudah di tandatangani oleh anda, Coba anda cek sendiri." Ucap Tuan Albert Sambil menyerah kan beberapa dokumen kepada Leva.


"Iyaa tapi kan saya sudah bilang dari awal ini bukanlah tandatangan saya!!." Bentak Leva.


Tuan Albert sedikit terkejut ketika ia di bentak seperti itu oleh Leva.


"Oh saya harap anda untuk tenang terlebih dahulu mbak Leva, soal nya ada beberapa fakta yang kami temukan." Ucap Tuan Albert.

"Apa itu?." Ucap Leva Sinta dan Doni bersamaan.


Saat tuan Albert akan berbicara, tiba-tiba pintu ruangan meeting ada yang mengetuk dari arah luar dan tak lama kemudian Pintu ruangan pun terbuka lalu muncul lah sesosok wanita yang selama ini pembaca cerita segani karna tindakan nya yang terlalu frontal dia adalah mamah Ningsih alias ibunda Leva.


Seisi ruangan tampak sangat terkejut ketika melihat mamah Ningsih saat ini sedang berdiri di depan pintu sambil melihat ke arah seluruh orang yang berada di dalam ruangan.


"Wahh kayak nya saya ketinggalan meeting nya nih." Ucap mamah Ningsih sambil tersenyum.


Melihat mamah nya ada di ruangan nya ini Leva amat sangat terkejut dan bingung, kenapa mamah nya bisa beranda di ruangan ini padahal ia belum memberitahu sama sekali tentang persoalan Reza, dengan perasaan bingung Leva bangkit dari kursinya.


"Mamah???." Ucap Leva kebingungan sambil menatap ke arah wajah mamah nya.

"Heii siapa anda lancang sekali main masuk tampa izin." Ucap pak Romi.

"Bukan nya saya tadi udah ketuk pintu yah." Ucap mamah Leva dengan nada suara datar.


Lalu mamah Leva berjalan menuju kursi yang masih kosong yang berada di samping Leva.


"Mamah kok bisa ada di sinih sih??." Tanya Leva.


terlihat Doni yang saat ini duduk di sebelah Niken hanya terdiam melihat situasi yang sedang terjadi, sedangkan Niken hanya bersikap biasa saja karana ia sudah tau bahwa mamah Leva akan hadir di dalam ruangan ini.


"Bisa lah Va, tapi jujur mama lagi kesel loh sama kamu kenapa ada persoalan seperti ini kamu ga bilang sama mamah hah!." Ucap mamah Leva dengan nada suara tegas.

"Leva punya alasan tersendiri mah kenapa Leva ga mau bilang hal ini dulu ke mamah." Ucap Leva.


Ekspresi wajah tuan Albert kini sangat Shock dan sedikit takut, wajahnya pucat seketika saat melihat ke arah mamah Ningsih, keringat pun mulai sedikit membasahi kening nya.


"Oh oke kalo begitu kita bahas abis rapat yah Va." Ucap mamah Ningsih.

"Dan untuk Anda tuan Albert, kenapa kejadian ini bisa terjadi?." Tanya mamah Ningsih.


Seisi ruangan pun bertanya tanya dalam hati termasuk Leva, Kenapa mamah Ningsih bisa kenal dengan tuan Albert, seolah ia pernah kenal sebelumnya.


"Ehh nyonya Ningsih, eee sebelumnya saya ingin minta maaf kepada anda tentang persoalan ini bisa terjadi, tapi saya bisa menjamin persoalan ini tidak semua kesalahan rumah sakit ini." Ucap Tuan Albert dengan nada suara agak Gugup.

"Apa pembelaan anda bahwa persoalan ini tidak semua kesalahan rumah sakit." Ucap mamah Ningsih.

"Yaa itu sebelum anda datang saya ingin menjelaskan kepada Mbak ini." Ucap Tuan Albert Sambil menunjuk ke arah Leva.

"Itu anak saya." Ucap mamah Ningsih.

"Oh itu anak nyonya." Ucap Tuan Albert.

"Yup, dan tolong lanjutkan penjelasan anda yang tertunda saat saya hadir." Ucap mamah Ningsih.

"Oke saya lanjutkan, jadi Di dokumen Dokumen itu ada tandatangan Mbak Leva, nah tapi Mbak Leva tidak merasa pernah tandatangan. Ternyata ada fakta bahwa memang itu bukan tandatangan Mbak Leva, Coba Anda anda perhatikan Dokumen ini." Ucap Tuan Albert lalu meberikan dua buah Lembar kertas persetujuan tindakan, kepada Leva dan Mamah Ningsih.


Lalu Leva dan mamah Ningsih langsung mengambil kertas yang tuan Albert berikan, Niken yang duduk di sebelah Leva langsung melirik ke arah Leva yang sedang melihat selembar kertas tersebut.


"Itu kertas persetujuan tindakan dari keluarga pasien terhitung saat pasien Reza baru pertamakali masuk ke Rumah sakit ini yang sudah di tandatangani penanggung jawab." Ucap Tuan Albert.

"Coba anda bandingkan dengan tandatangan yang ini dengan yang satu lagi." Ucap Tuan Albert.


Mamah Ningsih, Leva, Niken dan Doni memperhatikan dua lebar kertas yang berbeda, yang mamah Ningsih dan Leva pegang.


"Jika di lihat sekilas kedua tandatangan itu terlihat sama tetapi, jika di perhatikan lebih detail lagi lihat pola tarikan garis nya." Ucap Tuan Albert.

"Di ujung akhir tarik kan berbeda, dan coba liat dari penggunaan alat tulis nya, yang satu memang itu murni sebuah tandatangan yang di tulis oleh pulpen sedang kan satu lagi itu seperti nya bukan dari tinta pulpen." Sambung Tuan Albert.

"Ehh iya Va, kaya nya ini bukan tinta pulpen." Ucap Niken.

"Hemmmm." Mamah Ningsih hanya ber dehem pelan sambil memperhatikan selebar kertas yang ia pegang.

"seperti nya Iya, analisa anda benar ini bukan tinta pulpen akan tetapi ini adalah tinta spidol." Ucap Leva.

"Nah yang paling adalah, ini jawabannya." Ucap Tuan Albert Sambil mengeluarkan suatu benda dari dalam sebuah tas kecil, yang ternyata adalah sebuah stempel.


Tuan Albert menaruh stempel tersebut persis di tengah tengah meja, Leva mamah Ningsih Niken dan Doni memperhatikan Stempel tersebut.

"Nah itu jawabannya, tim saya tadi sebelum kita berkumpul di tempat ini sempat mengecek ulang ke seluruh bagian faviliun mawar dan salah satu anak buah saya menemukan stempel ini terjatuh di bawah kolong meja, dan ini adalah." Ucap Tuan Albert terhenti sejenak.


LKKREKKTTREKKK!!!


"Sebuah stempel tandatangan." Ucap Tuan Albert Sambil menempel kan stempel tersebut ke selembar kertas putih.

"Dan ini adalah manipulasi tandatangan anda Mbak Leva." Ucap Tuan Albert Sambil menujukkan hasil cetakan tandatangan milik Leva.


PRRROKKK...PPROKK..PPROKK!!


Mamah Ningsih bertepuk tangan dengan kencang nya sambil tersenyum.


"Vaaa bener kan pasti itu manipulasi data." Ucap Doni.

"Iya tuh Va." Sambung Niken.

"Ini sungguh permainan yang terstruktur." Ucap Leva.


"Yapp Bener mas ini semua manipulasi data, dan semua Dokumen per tanggal anda pergi mbak Leva seusai keterangan anda tadi sore, sudah kami analisa dan hasil nya adalah palsu fake, yang di buat dengan stempel tandatangan ini." Ucap Tuan Albert.

"Terus anda punya data apa lagi Tuan Albert?." Tanya mamah Ningsih.

"Oke ada lagi ini fakta ke dua, Mbak Leva tadi sore mempermasalah kan tentang sulit nya rumah sakit untuk di hubungi dan kenapa pihak rumah sakit tidak memberikan informasi apapun tentang pasien ke pihak keluarga." Ucap Tuan Albert.

"Klarifikasi saya begini jadi karyawan saya selain menemukan stempel ini, dia menemukan fakta bahwa jaringan telfon server dua, yang berada di ruangan perawat itu di putus, bisa di lihat dari buktinya ini adalah potongan kabel yang terbagi menjadi dua." Sambung Tuan Albert Sambil menujukkan potongan kabel yang terputus.

"Jadi di ruangan paviliun mawar itu memiliki dua jaringan server telfon, server pertama adalah untuk menghubungkan jaringan telfon internal rumah sakit dari apotek hingga ke resepsionis, dan jaringan server kedua adalah jaringan telfon untuk eksternal, seperti menghubungi pihak keluarga pasien dll." Ucap Tuan Albert.

"Itu yang menyebabkan Mbak Leva tidak bisa menelfon bagaian faviliun mawar, dan andai logika saja ini dari data tandatangan yang ada mungkin pihak ruangan faviliun mawar menganggap Mbak Leva ada dan mengetahui perkembangan pasien, tapi di luar andai andai itu ada kesalahan pihak Bagian penanggung jawab ruangan tidak melakukan pengecekan telfon." Ucap Tuan Albert.

"Tapi saya berfikir agak janggal kenapa kabel telfon terputus sampai tiada orang yang mengetahui, padahal Logika nya telfon itu pasti sangat di butuh kan." Sambung Tuan Albert.

"Hemmmm sudah mulai mengarah." Ucap mamah Ningsih.

"Terus anda punya data apa lagi Tuan Albert." Ucap Leva.

"Dan fakta yang ketiga adalah memang kami memiliki prosedur tersendiri untuk menjenguk pasien kapan dan waktu nya tapi kami tidak pernah mengusir keluarga atau rekan pasien seperti yang anda cerita kan tadi sore Mbak Leva." Ucap Tuan Albert.

"Dan masalahnya pasien atas Nama Reza ini menurut data yang ada tidak ada tindakan pemindahan ruangan selama beberapa bulan belakangan ini, beda dengan hal nya yang Mbak Leva ceritakan mengenai teman anda di hadang karena pasien sedang di observasi di ruangan yang lain, lalu di usir secara tidak sopan." Ucap Tuan Albert.


"Dan kendalanya kami tidak mengatahui oknum suster mana, yang melakukan tindakan itu." Sambung Tuan Albert.


Leva Niken dan Doni saling menengok satu dengan lain nya saat mendengar Tuan Albert berbicara seperti itu, Dengan anggukan kecil Leva memberitahu kan kepada Niken untuk menujukkan dan menjelaskan sketsa wajah suster Riana yang telah di buat oleh Boski.


"Ayoo Ken." Ucap Doni sambil menepuk bahu dengan pelan.


NIken mengambil tas yang ia taruh di lantai ruangan, setelah menemukan kertas yang terdapat gambar lukisan suster Riana, Niken pun berdiri dan menyerahkan selembar kertas itu kepada Tuan Albert.


"Oke sebelum nya perkenalkan saya Niken teman dari Mbak Leva ini, memang saya dan pacar saya yang itu siang hari tadi tidak ada di sinih saat Tuan Albert berbincang dengan Leva saat itu yang ada dua rekan saya yang lain Sinta dan Boski, berhubung mereka tidak bisa hadir jadi saya dan pacar saya yang hadir mendampingi teman saya ini, Sinta itu Wanita yang di usir oleh oknum suster yang sempat anda bahas, jadi kami ber lima tadi sore melakukan analisa kejadian dari awal hingga saat ini, dan hasil dari analisa kami sangat curiga dengan oknum suster tersebut, banyak hal dan alasan kenapa kami bisa curiga kepadanya, karna kami tidak tau wajah oknum suster tersebut dan pada akhirnya kami mencoba untuk membuat sketsa gambar wajah suster yang teman saya jumpai melalui penjabaran secara terperinci." Ucap Niken.


"Dan itu hasil gambar lukisan yang di buat oleh teman saya." Sambung Niken saat melihat Tuan Albert sedang memperhatikan gambar sektsa wajah yang Boski lukis.


Tuan Albert tampak sangat serius memperhatikan lukisan wajah suster Riana yang ter lukis dalam selembar kertas tersebut.

"Hemmm...sepertinya saya kenal." Ucap Tuan Albert.

"Pa Riki, anda kan menjabat sebagai Asmen personalia, apa kah anda mengenali wajah orang Ini?." Tanya Tuan Albert kepada salah satu karyawan nya yang menjabat sebagai asisten personalia.


Lalu pa Riki mengambil kertas yang di berikan oleh Tuan Albert kepadanya.


"Hemmm ini saya kenal." Ucap Pa Riki.

"Siapa pak??." Ucap Leva.

"Ini nama nya Suster Riana, Dia menjabat sebagai Suster kepala di Bagian area paviliun mawar, dia suster senior di rumah sakit ini karna sudah bekerja lumayan lama." Ucap Pak Riki.

"Terus apa kah orang nya ada saat ini??." Tanya mamah Ningsih.

"Hemm suster Riana ini baru saja berhenti, lebih tepatnya ia mengundurkan diri dan baru kemarin saya menyelesaikan proses pemberhentian nya." Ucap Pak Albert.

"Yapp sudah cukup semua sudah terungkap, dari semua perbincangan ini memang Reza kemungkinan ada yang membawa kabur, yang bermain di meja permainan adalah suster Riana ini Dia bermain sebagai eksekutor lapangan, mulai dari memanipulasi Data, memutus komunikasi dan sebagainya, sekarang kita harus fokus kepada siapa dalang di balik ini semua." Ucap mamah Ningsih.

"Apakah anda memiliki musuh?." Tanya Tuan Albert kepada mamah Ningsih.

"Sebagai tukang jagal Bisnis, so pasti saya memiliki banyak musuh tapi tak mungkin mereka menculik si Reza ini, sekali pun mereka akan menculik pasti yang akan di culik anak saya." Ucap mamah Ningsih.

"Apa jangan-jangan si Harjo kali mah dalang dari semua ini, mungkin dia mau balas dendam atas perlakuan kita kepada di dan si Gaga?." Ucap Leva.

"Tidak mungkin Va Si Harjo itu mamah simpan di suatu tempat yang aman, tidak mungkin dia." Ucap mamah Ningsih.

"Saya rasa sih kita harus Fokus terlebih dahulu kepada Suster ini, karna suster ini adalah kunci dari semua permainan yang sedang terjadi." Ucap Doni.

"Iya Bener tuh." Ucap Niken.

"Oke Tuan Albert saya minta profil data yang lengkap suster itu." Ucap Leva.

"Baik nanti saya kirimkan ke anda." Ucap Tuan Albert.

"Dan sebelum nya kepada mbak Leva dan nyonya Ningsih sebelum nya saya meminta maaf kepada anda mengenai kasus yang sedang terjadi ini, memang itu adalah ulah salah satu dari oknum suster tetapi saya bisa menjamin Rumah sakit tidak terlihat mengenai hal itu, terlepas dari itu semua saya mengakui ada sedikit keteledoran pelayanan dan pengawasan sehingga kasus ini bisa terjadi, untuk itu saya pasti akan bertangung jawab mengusut tuntas hal ini." Ucap Tuan Albert.

"Oke saya hargai usaha permintaan maaf anda." Ucap mamah Ningsih.

"Terimakasih Nyonya Ningsih, saya berjanji akan mengusutnya." Ucap Tuan Albert.

"Oke." Jawab singkat mamah Ningsih.

"Saya rasa meeting hari ini sudah cukup, untuk selanjutnya kita akan bahas lagi nanti." Ucap Tuan Albert Sambil berdiri.

"Yuk Va kita pulang." Ucap mamah Ningsih.


Leva hanya menjawabnya dengan anggukan kepala pelan, setelah sebentar bersalaman dengan tuan Albert berserta karyawan nya, Leva mamah Ningsih Niken dan Doni berjalan perlahan menuju lantai dasar.



"Vaa yang sabar yah, jangan merasa sendiri gua dan temen-temen lu yang lain pasti akan selalu ada buat bantu lu." Ucap Niken.

"Bener tuh Va, kita pasti selalu bakal bantu kok." Ucap Doni.

"Thanks banget yah ka Niken ka Doni." Ucap Leva.

"Santai Vaa." Ucap Doni.

"Yoii." Ucap Niken.

"Va kita pulang dulu yuk." Ucap mamah Ningsih.

"Ya udah gua Sama Doni mau balik dulu yah Va kita Call Call lan aja yah kalo ada apa-apa." Ucap Niken.

"Iya." Ucap Leva.

"Tante kita pulang dulu an yah." Ucap Doni sambil salim ke mamah Ningsih di ikuti Niken sesudah nya.

"Iya makasih yah udah dampingi dan batu Leva." Ucap mamah Ningsih.

"Iya sama sama tante." Ucap Niken dan Doni bersamaan.

Setelah itu Niken dan Doni langsung membalik kan badan mereka dan mulai berjalan menuju parkian mobil, setelah Niken dan Doni sudah melangkah menjauh, mamah Ningsih dan Leva berjalan dengan perlahan menuju pintu keluar Lobby rumah sakit.








--- ooo ---
 
malam hari? pertanda update malam hari ini, haha


brondong mana ada yg mau suhu kalo tau sifat emaknya ngeri2 sedap, haha
yeee ini nih yang blm ngerasain milf yang judes/galak sensansinya om..

tau rasanya digebukin orang sekampung nah gak jauh darisitu om rasanya


hahahahaha

nih om dibaca kok baru aja selesai :D


Btw makin komplek aja om konfliknya jadi geregetan sendiri bacanya hahaha:Peace: :mantap: dah om
geregetan boleh asal jangan gigit yang di sebelah om

hahaha

Kasihan Leva :suhu:


kasih duit gopek om..... kalo kasihan

hahaha
 
pertamax...
pertalite....
pertama...

amankan. !!!
aman om

Waaaaaww....mantaap. Makasih updatenya hu
assiiiikkk siap om

Begitulah isi pesan Singkat yang di kirimkan oleh Niken kepada mamah Ningsih ibunda Leva, Saat ini Mobil yang di kendari bayu sudah dekat dengan Rumah sakit tempat dulu Reza di rawat. Ekspresi wajah mamah Ningsih sangat tegang di sisi lain ia sangat terkejut dan kesal mengenai kejadian hilang nya Reza dari rumah sakit, dan di sisi lain ia juga merasa kesal kenapa anak nya ada persoalan hal seperti ini tidak memberi tahukan kepalanya.


"Bayy tinggal Lurus aja yah Bay." Ucap mamah Ningsih.

"Baik Bu." Ucap Bayu sambil fokus menyetir.

"Dan kalo udah sampai kamu parkir mobil nya jangan di dalam prakiraan yah di luar rumah sakit aja." Ucap mamah Ningsih.

"Siap." Ucap Bayu.






--- ooo ---






"Yaa silahkan duduk Mbak Leva." Ucap Tuan Albert.


Leva Niken dan Doni kini sekarang sudah berada di dalam ruangan meeting rumah sakit yang berada di lantai empat Gedung, Leva duduk di kursi kerja bersebelahan dengan Niken dan Doni sedang kan Tuan Albert duduk di sebrang berjejer dengan empat staf karyawannya.


"Yaa baik sebelum saya meberikan klarifikasi tentang masalah yang saat ini terjadi,apakah dari pihak Mbak Leva memiliki statement." Ucap Tuan Albert.

"Untuk saat ini saya ingin tau berlebih dahulu tentang penjelasan yang akan anda sampaikan." Ucap Leva sambil menatap tuan Albert.

"Oh oke kalau seperti itu, pak Romi bawakan tumpukan berkas-berkas itu ke depan meja saya." Ucap Tuan Albert kepada salah satu karyawan bernama pak Romi.

"Baik pak." Ucap pak Romi dan langsung mengambil beberapa tumpukan berkas yang ada di meja kecil tak jauh dari diri nya, setelah itu pak Romi langsung menaruh nya di hadapan tuan Albert.

"Oke Mbak Leva jadi seperti ini, sejujurnya saya agak bingung dengan persoalan mengenai kepulangan saudara pasien atas nama Reza Genta Veno yang menurut anda sangat misterius, sebelum ini saya dan 4 karyawan saya melakukan meeting dan mengumpul kan data-data dokumen pasien dan hasil nya semua dokumen mulai dari dokumen penebusan obat, Biyaya pelunasan rumah sakit , Dokumen pernyataan pulang dan beberapa dokumen lainnya sudah di tandatangani oleh anda, Coba anda cek sendiri." Ucap Tuan Albert Sambil menyerah kan beberapa dokumen kepada Leva.


"Iyaa tapi kan saya sudah bilang dari awal ini bukanlah tandatangan saya!!." Bentak Leva.


Tuan Albert sedikit terkejut ketika ia di bentak seperti itu oleh Leva.


"Oh saya harap anda untuk tenang terlebih dahulu mbak Leva, soal nya ada beberapa fakta yang kami temukan." Ucap Tuan Albert.

"Apa itu?." Ucap Leva Sinta dan Doni bersamaan.


Saat tuan Albert akan berbicara, tiba-tiba pintu ruangan meeting ada yang mengetuk dari arah luar dan tak lama kemudian Pintu ruangan pun terbuka lalu muncul lah sesosok wanita yang selama ini pembaca cerita segani karna tindakan nya yang terlalu frontal dia adalah mamah Ningsih alias ibunda Leva.


Seisi ruangan tampak sangat terkejut ketika melihat mamah Ningsih saat ini sedang berdiri di depan pintu sambil melihat ke arah seluruh orang yang berada di dalam ruangan.


"Wahh kayak nya saya ketinggalan meeting nya nih." Ucap mamah Ningsih sambil tersenyum.


Melihat mamah nya ada di ruangan nya ini Leva amat sangat terkejut dan bingung, kenapa mamah nya bisa beranda di ruangan ini padahal ia belum memberitahu sama sekali tentang persoalan Reza, dengan perasaan bingung Leva bangkit dari kursinya.


"Mamah???." Ucap Leva kebingungan sambil menatap ke arah wajah mamah nya.

"Heii siapa anda lancang sekali main masuk tampa izin." Ucap pak Romi.

"Bukan nya saya tadi udah ketuk pintu yah." Ucap mamah Leva dengan nada suara datar.


Lalu mamah Leva berjalan menuju kursi yang masih kosong yang berada di samping Leva.


"Mamah kok bisa ada di sinih sih??." Tanya Leva.


terlihat Doni yang saat ini duduk di sebelah Niken hanya terdiam melihat situasi yang sedang terjadi, sedangkan Niken hanya bersikap biasa saja karana ia sudah tau bahwa mamah Leva akan hadir di dalam ruangan ini.


"Bisa lah Va, tapi jujur mama lagi kesel loh sama kamu kenapa ada persoalan seperti ini kamu ga bilang sama mamah hah!." Ucap mamah Leva dengan nada suara tegas.

"Leva punya alasan tersendiri mah kenapa Leva ga mau bilang hal ini dulu ke mamah." Ucap Leva.


Ekspresi wajah tuan Albert kini sangat Shock dan sedikit takut, wajahnya pucat seketika saat melihat ke arah mamah Ningsih, keringat pun mulai sedikit membasahi kening nya.


"Oh oke kalo begitu kita bahas abis rapat yah Va." Ucap mamah Ningsih.

"Dan untuk Anda tuan Albert, kenapa kejadian ini bisa terjadi?." Tanya mamah Ningsih.


Seisi ruangan pun bertanya tanya dalam hati termasuk Leva, Kenapa mamah Ningsih bisa kenal dengan tuan Albert, seolah ia pernah kenal sebelumnya.


"Ehh nyonya Ningsih, eee sebelumnya saya ingin minta maaf kepada anda tentang persoalan ini bisa terjadi, tapi saya bisa menjamin persoalan ini tidak semua kesalahan rumah sakit ini." Ucap Tuan Albert dengan nada suara agak Gugup.

"Apa pembelaan anda bahwa persoalan ini tidak semua kesalahan rumah sakit." Ucap mamah Ningsih.

"Yaa itu sebelum anda datang saya ingin menjelaskan kepada Mbak ini." Ucap Tuan Albert Sambil menunjuk ke arah Leva.

"Itu anak saya." Ucap mamah Ningsih.

"Oh itu anak nyonya." Ucap Tuan Albert.

"Yup, dan tolong lanjutkan penjelasan anda yang tertunda saat saya hadir." Ucap mamah Ningsih.

"Oke saya lanjutkan, jadi Di dokumen Dokumen itu ada tandatangan Mbak Leva, nah tapi Mbak Leva tidak merasa pernah tandatangan. Ternyata ada fakta bahwa memang itu bukan tandatangan Mbak Leva, Coba Anda anda perhatikan Dokumen ini." Ucap Tuan Albert lalu meberikan dua buah Lembar kertas persetujuan tindakan, kepada Leva dan Mamah Ningsih.


Lalu Leva dan mamah Ningsih langsung mengambil kertas yang tuan Albert berikan, Niken yang duduk di sebelah Leva langsung melirik ke arah Leva yang sedang melihat selembar kertas tersebut.


"Itu kertas persetujuan tindakan dari keluarga pasien terhitung saat pasien Reza baru pertamakali masuk ke Rumah sakit ini yang sudah di tandatangani penanggung jawab." Ucap Tuan Albert.

"Coba anda bandingkan dengan tandatangan yang ini dengan yang satu lagi." Ucap Tuan Albert.


Mamah Ningsih, Leva, Niken dan Doni memperhatikan dua lebar kertas yang berbeda, yang mamah Ningsih dan Leva pegang.


"Jika di lihat sekilas kedua tandatangan itu terlihat sama tetapi, jika di perhatikan lebih detail lagi lihat pola tarikan garis nya." Ucap Tuan Albert.

"Di ujung akhir tarik kan berbeda, dan coba liat dari penggunaan alat tulis nya, yang satu memang itu murni sebuah tandatangan yang di tulis oleh pulpen sedang kan satu lagi itu seperti nya bukan dari tinta pulpen." Sambung Tuan Albert.

"Ehh iya Va, kaya nya ini bukan tinta pulpen." Ucap Niken.

"Hemmmm." Mamah Ningsih hanya ber dehem pelan sambil memperhatikan selebar kertas yang ia pegang.

"seperti nya Iya, analisa anda benar ini bukan tinta pulpen akan tetapi ini adalah tinta spidol." Ucap Leva.

"Nah yang paling adalah, ini jawabannya." Ucap Tuan Albert Sambil mengeluarkan suatu benda dari dalam sebuah tas kecil, yang ternyata adalah sebuah stempel.


Tuan Albert menaruh stempel tersebut persis di tengah tengah meja, Leva mamah Ningsih Niken dan Doni memperhatikan Stempel tersebut.

"Nah itu jawabannya, tim saya tadi sebelum kita berkumpul di tempat ini sempat mengecek ulang ke seluruh bagian faviliun mawar dan salah satu anak buah saya menemukan stempel ini terjatuh di bawah kolong meja, dan ini adalah." Ucap Tuan Albert terhenti sejenak.


LKKREKKTTREKKK!!!


"Sebuah stempel tandatangan." Ucap Tuan Albert Sambil menempel kan stempel tersebut ke selembar kertas putih.

"Dan ini adalah manipulasi tandatangan anda Mbak Leva." Ucap Tuan Albert Sambil menujukkan hasil cetakan tandatangan milik Leva.


PRRROKKK...PPROKK..PPROKK!!


Mamah Ningsih bertepuk tangan dengan kencang nya sambil tersenyum.


"Vaaa bener kan pasti itu manipulasi data." Ucap Doni.

"Iya tuh Va." Sambung Niken.

"Ini sungguh permainan yang terstruktur." Ucap Leva.


"Yapp Bener mas ini semua manipulasi data, dan semua Dokumen per tanggal anda pergi mbak Leva seusai keterangan anda tadi sore, sudah kami analisa dan hasil nya adalah palsu fake, yang di buat dengan stempel tandatangan ini." Ucap Tuan Albert.

"Terus anda punya data apa lagi Tuan Albert?." Tanya mamah Ningsih.

"Oke ada lagi ini fakta ke dua, Mbak Leva tadi sore mempermasalah kan tentang sulit nya rumah sakit untuk di hubungi dan kenapa pihak rumah sakit tidak memberikan informasi apapun tentang pasien ke pihak keluarga." Ucap Tuan Albert.

"Klarifikasi saya begini jadi karyawan saya selain menemukan stempel ini, dia menemukan fakta bahwa jaringan telfon server dua, yang berada di ruangan perawat itu di putus, bisa di lihat dari buktinya ini adalah potongan kabel yang terbagi menjadi dua." Sambung Tuan Albert Sambil menujukkan potongan kabel yang terputus.

"Jadi di ruangan paviliun mawar itu memiliki dua jaringan server telfon, server pertama adalah untuk menghubungkan jaringan telfon internal rumah sakit dari apotek hingga ke resepsionis, dan jaringan server kedua adalah jaringan telfon untuk eksternal, seperti menghubungi pihak keluarga pasien dll." Ucap Tuan Albert.

"Itu yang menyebabkan Mbak Leva tidak bisa menelfon bagaian faviliun mawar, dan andai logika saja ini dari data tandatangan yang ada mungkin pihak ruangan faviliun mawar menganggap Mbak Leva ada dan mengetahui perkembangan pasien, tapi di luar andai andai itu ada kesalahan pihak Bagian penanggung jawab ruangan tidak melakukan pengecekan telfon." Ucap Tuan Albert.

"Tapi saya berfikir agak janggal kenapa kabel telfon terputus sampai tiada orang yang mengetahui, padahal Logika nya telfon itu pasti sangat di butuh kan." Sambung Tuan Albert.

"Hemmmm sudah mulai mengarah." Ucap mamah Ningsih.

"Terus anda punya data apa lagi Tuan Albert." Ucap Leva.

"Dan fakta yang ketiga adalah memang kami memiliki prosedur tersendiri untuk menjenguk pasien kapan dan waktu nya tapi kami tidak pernah mengusir keluarga atau rekan pasien seperti yang anda cerita kan tadi sore Mbak Leva." Ucap Tuan Albert.

"Dan masalahnya pasien atas Nama Reza ini menurut data yang ada tidak ada tindakan pemindahan ruangan selama beberapa bulan belakangan ini, beda dengan hal nya yang Mbak Leva ceritakan mengenai teman anda di hadang karena pasien sedang di observasi di ruangan yang lain, lalu di usir secara tidak sopan." Ucap Tuan Albert.


"Dan kendalanya kami tidak mengatahui oknum suster mana, yang melakukan tindakan itu." Sambung Tuan Albert.


Leva Niken dan Doni saling menengok satu dengan lain nya saat mendengar Tuan Albert berbicara seperti itu, Dengan anggukan kecil Leva memberitahu kan kepada Niken untuk menujukkan dan menjelaskan sketsa wajah suster Riana yang telah di buat oleh Boski.


"Ayoo Ken." Ucap Doni sambil menepuk bahu dengan pelan.


NIken mengambil tas yang ia taruh di lantai ruangan, setelah menemukan kertas yang terdapat gambar lukisan suster Riana, Niken pun berdiri dan menyerahkan selembar kertas itu kepada Tuan Albert.


"Oke sebelum nya perkenalkan saya Niken teman dari Mbak Leva ini, memang saya dan pacar saya yang itu siang hari tadi tidak ada di sinih saat Tuan Albert berbincang dengan Leva saat itu yang ada dua rekan saya yang lain Sinta dan Boski, berhubung mereka tidak bisa hadir jadi saya dan pacar saya yang hadir mendampingi teman saya ini, Sinta itu Wanita yang di usir oleh oknum suster yang sempat anda bahas, jadi kami ber lima tadi sore melakukan analisa kejadian dari awal hingga saat ini, dan hasil dari analisa kami sangat curiga dengan oknum suster tersebut, banyak hal dan alasan kenapa kami bisa curiga kepadanya, karna kami tidak tau wajah oknum suster tersebut dan pada akhirnya kami mencoba untuk membuat sketsa gambar wajah suster yang teman saya jumpai melalui penjabaran secara terperinci." Ucap Niken.


"Dan itu hasil gambar lukisan yang di buat oleh teman saya." Sambung Niken saat melihat Tuan Albert sedang memperhatikan gambar sektsa wajah yang Boski lukis.


Tuan Albert tampak sangat serius memperhatikan lukisan wajah suster Riana yang ter lukis dalam selembar kertas tersebut.

"Hemmm...sepertinya saya kenal." Ucap Tuan Albert.

"Pa Riki, anda kan menjabat sebagai Asmen personalia, apa kah anda mengenali wajah orang Ini?." Tanya Tuan Albert kepada salah satu karyawan nya yang menjabat sebagai asisten personalia.


Lalu pa Riki mengambil kertas yang di berikan oleh Tuan Albert kepadanya.


"Hemmm ini saya kenal." Ucap Pa Riki.

"Siapa pak??." Ucap Leva.

"Ini nama nya Suster Riana, Dia menjabat sebagai Suster kepala di Bagian area paviliun mawar, dia suster senior di rumah sakit ini karna sudah bekerja lumayan lama." Ucap Pak Riki.

"Terus apa kah orang nya ada saat ini??." Tanya mamah Ningsih.

"Hemm suster Riana ini baru saja berhenti, lebih tepatnya ia mengundurkan diri dan baru kemarin saya menyelesaikan proses pemberhentian nya." Ucap Pak Albert.

"Yapp sudah cukup semua sudah terungkap, dari semua perbincangan ini memang Reza kemungkinan ada yang membawa kabur, yang bermain di meja permainan adalah suster Riana ini Dia bermain sebagai eksekutor lapangan, mulai dari memanipulasi Data, memutus komunikasi dan sebagainya, sekarang kita harus fokus kepada siapa dalang di balik ini semua." Ucap mamah Ningsih.

"Apakah anda memiliki musuh?." Tanya Tuan Albert kepada mamah Ningsih.

"Sebagai tukang jagal Bisnis, so pasti saya memiliki banyak musuh tapi tak mungkin mereka menculik si Reza ini, sekali pun mereka akan menculik pasti yang akan di culik anak saya." Ucap mamah Ningsih.

"Apa jangan-jangan si Harjo kali mah dalang dari semua ini, mungkin dia mau balas dendam atas perlakuan kita kepada di dan si Gaga?." Ucap Leva.

"Tidak mungkin Va Si Harjo itu mamah simpan di suatu tempat yang aman, tidak mungkin dia." Ucap mamah Ningsih.

"Saya rasa sih kita harus Fokus terlebih dahulu kepada Suster ini, karna suster ini adalah kunci dari semua permainan yang sedang terjadi." Ucap Doni.

"Iya Bener tuh." Ucap Niken.

"Oke Tuan Albert saya minta profil data yang lengkap suster itu." Ucap Leva.

"Baik nanti saya kirimkan ke anda." Ucap Tuan Albert.

"Dan sebelum nya kepada mbak Leva dan nyonya Ningsih sebelum nya saya meminta maaf kepada anda mengenai kasus yang sedang terjadi ini, memang itu adalah ulah salah satu dari oknum suster tetapi saya bisa menjamin Rumah sakit tidak terlihat mengenai hal itu, terlepas dari itu semua saya mengakui ada sedikit keteledoran pelayanan dan pengawasan sehingga kasus ini bisa terjadi, untuk itu saya pasti akan bertangung jawab mengusut tuntas hal ini." Ucap Tuan Albert.

"Oke saya hargai usaha permintaan maaf anda." Ucap mamah Ningsih.

"Terimakasih Nyonya Ningsih, saya berjanji akan mengusutnya." Ucap Tuan Albert.

"Oke." Jawab singkat mamah Ningsih.

"Saya rasa meeting hari ini sudah cukup, untuk selanjutnya kita akan bahas lagi nanti." Ucap Tuan Albert Sambil berdiri.

"Yuk Va kita pulang." Ucap mamah Ningsih.


Leva hanya menjawabnya dengan anggukan kepala pelan, setelah sebentar bersalaman dengan tuan Albert berserta karyawan nya, Leva mamah Ningsih Niken dan Doni berjalan perlahan menuju lantai dasar.



"Vaa yang sabar yah, jangan merasa sendiri gua dan temen-temen lu yang lain pasti akan selalu ada buat bantu lu." Ucap Niken.

"Bener tuh Va, kita pasti selalu bakal bantu kok." Ucap Doni.

"Thanks banget yah ka Niken ka Doni." Ucap Leva.

"Santai Vaa." Ucap Doni.

"Yoii." Ucap Niken.

"Va kita pulang dulu yuk." Ucap mamah Ningsih.

"Ya udah gua Sama Doni mau balik dulu yah Va kita Call Call lan aja yah kalo ada apa-apa." Ucap Niken.

"Iya." Ucap Leva.

"Tante kita pulang dulu an yah." Ucap Doni sambil salim ke mamah Ningsih di ikuti Niken sesudah nya.

"Iya makasih yah udah dampingi dan batu Leva." Ucap mamah Ningsih.

"Iya sama sama tante." Ucap Niken dan Doni bersamaan.

Setelah itu Niken dan Doni langsung membalik kan badan mereka dan mulai berjalan menuju parkian mobil, setelah Niken dan Doni sudah melangkah menjauh, mamah Ningsih dan Leva berjalan dengan perlahan menuju pintu keluar Lobby rumah sakit.








--- ooo ---


cerdas smart nih mama ningsih xixixi, ada mulstrasi suhu untuk mama ningsih dll, thanks update nya, kagum deh dgn mama ningsih hehehe

dikira komennya panjang om hahaha

kagak ada om, tsnya kagak ngasih mulustrasi
 
Hohohoho suster Riana menunggu untuk dieksekusi balik :pandaketawa::pandajahat:
ekse ama boski om

hihi

Begitulah isi pesan Singkat yang di kirimkan oleh Niken kepada mamah Ningsih ibunda Leva, Saat ini Mobil yang di kendari bayu sudah dekat dengan Rumah sakit tempat dulu Reza di rawat. Ekspresi wajah mamah Ningsih sangat tegang di sisi lain ia sangat terkejut dan kesal mengenai kejadian hilang nya Reza dari rumah sakit, dan di sisi lain ia juga merasa kesal kenapa anak nya ada persoalan hal seperti ini tidak memberi tahukan kepalanya.


"Bayy tinggal Lurus aja yah Bay." Ucap mamah Ningsih.

"Baik Bu." Ucap Bayu sambil fokus menyetir.

"Dan kalo udah sampai kamu parkir mobil nya jangan di dalam prakiraan yah di luar rumah sakit aja." Ucap mamah Ningsih.

"Siap." Ucap Bayu.






--- ooo ---






"Yaa silahkan duduk Mbak Leva." Ucap Tuan Albert.


Leva Niken dan Doni kini sekarang sudah berada di dalam ruangan meeting rumah sakit yang berada di lantai empat Gedung, Leva duduk di kursi kerja bersebelahan dengan Niken dan Doni sedang kan Tuan Albert duduk di sebrang berjejer dengan empat staf karyawannya.


"Yaa baik sebelum saya meberikan klarifikasi tentang masalah yang saat ini terjadi,apakah dari pihak Mbak Leva memiliki statement." Ucap Tuan Albert.

"Untuk saat ini saya ingin tau berlebih dahulu tentang penjelasan yang akan anda sampaikan." Ucap Leva sambil menatap tuan Albert.

"Oh oke kalau seperti itu, pak Romi bawakan tumpukan berkas-berkas itu ke depan meja saya." Ucap Tuan Albert kepada salah satu karyawan bernama pak Romi.

"Baik pak." Ucap pak Romi dan langsung mengambil beberapa tumpukan berkas yang ada di meja kecil tak jauh dari diri nya, setelah itu pak Romi langsung menaruh nya di hadapan tuan Albert.

"Oke Mbak Leva jadi seperti ini, sejujurnya saya agak bingung dengan persoalan mengenai kepulangan saudara pasien atas nama Reza Genta Veno yang menurut anda sangat misterius, sebelum ini saya dan 4 karyawan saya melakukan meeting dan mengumpul kan data-data dokumen pasien dan hasil nya semua dokumen mulai dari dokumen penebusan obat, Biyaya pelunasan rumah sakit , Dokumen pernyataan pulang dan beberapa dokumen lainnya sudah di tandatangani oleh anda, Coba anda cek sendiri." Ucap Tuan Albert Sambil menyerah kan beberapa dokumen kepada Leva.


"Iyaa tapi kan saya sudah bilang dari awal ini bukanlah tandatangan saya!!." Bentak Leva.


Tuan Albert sedikit terkejut ketika ia di bentak seperti itu oleh Leva.


"Oh saya harap anda untuk tenang terlebih dahulu mbak Leva, soal nya ada beberapa fakta yang kami temukan." Ucap Tuan Albert.

"Apa itu?." Ucap Leva Sinta dan Doni bersamaan.


Saat tuan Albert akan berbicara, tiba-tiba pintu ruangan meeting ada yang mengetuk dari arah luar dan tak lama kemudian Pintu ruangan pun terbuka lalu muncul lah sesosok wanita yang selama ini pembaca cerita segani karna tindakan nya yang terlalu frontal dia adalah mamah Ningsih alias ibunda Leva.


Seisi ruangan tampak sangat terkejut ketika melihat mamah Ningsih saat ini sedang berdiri di depan pintu sambil melihat ke arah seluruh orang yang berada di dalam ruangan.


"Wahh kayak nya saya ketinggalan meeting nya nih." Ucap mamah Ningsih sambil tersenyum.


Melihat mamah nya ada di ruangan nya ini Leva amat sangat terkejut dan bingung, kenapa mamah nya bisa beranda di ruangan ini padahal ia belum memberitahu sama sekali tentang persoalan Reza, dengan perasaan bingung Leva bangkit dari kursinya.


"Mamah???." Ucap Leva kebingungan sambil menatap ke arah wajah mamah nya.

"Heii siapa anda lancang sekali main masuk tampa izin." Ucap pak Romi.

"Bukan nya saya tadi udah ketuk pintu yah." Ucap mamah Leva dengan nada suara datar.


Lalu mamah Leva berjalan menuju kursi yang masih kosong yang berada di samping Leva.


"Mamah kok bisa ada di sinih sih??." Tanya Leva.


terlihat Doni yang saat ini duduk di sebelah Niken hanya terdiam melihat situasi yang sedang terjadi, sedangkan Niken hanya bersikap biasa saja karana ia sudah tau bahwa mamah Leva akan hadir di dalam ruangan ini.


"Bisa lah Va, tapi jujur mama lagi kesel loh sama kamu kenapa ada persoalan seperti ini kamu ga bilang sama mamah hah!." Ucap mamah Leva dengan nada suara tegas.

"Leva punya alasan tersendiri mah kenapa Leva ga mau bilang hal ini dulu ke mamah." Ucap Leva.


Ekspresi wajah tuan Albert kini sangat Shock dan sedikit takut, wajahnya pucat seketika saat melihat ke arah mamah Ningsih, keringat pun mulai sedikit membasahi kening nya.


"Oh oke kalo begitu kita bahas abis rapat yah Va." Ucap mamah Ningsih.

"Dan untuk Anda tuan Albert, kenapa kejadian ini bisa terjadi?." Tanya mamah Ningsih.


Seisi ruangan pun bertanya tanya dalam hati termasuk Leva, Kenapa mamah Ningsih bisa kenal dengan tuan Albert, seolah ia pernah kenal sebelumnya.


"Ehh nyonya Ningsih, eee sebelumnya saya ingin minta maaf kepada anda tentang persoalan ini bisa terjadi, tapi saya bisa menjamin persoalan ini tidak semua kesalahan rumah sakit ini." Ucap Tuan Albert dengan nada suara agak Gugup.

"Apa pembelaan anda bahwa persoalan ini tidak semua kesalahan rumah sakit." Ucap mamah Ningsih.

"Yaa itu sebelum anda datang saya ingin menjelaskan kepada Mbak ini." Ucap Tuan Albert Sambil menunjuk ke arah Leva.

"Itu anak saya." Ucap mamah Ningsih.

"Oh itu anak nyonya." Ucap Tuan Albert.

"Yup, dan tolong lanjutkan penjelasan anda yang tertunda saat saya hadir." Ucap mamah Ningsih.

"Oke saya lanjutkan, jadi Di dokumen Dokumen itu ada tandatangan Mbak Leva, nah tapi Mbak Leva tidak merasa pernah tandatangan. Ternyata ada fakta bahwa memang itu bukan tandatangan Mbak Leva, Coba Anda anda perhatikan Dokumen ini." Ucap Tuan Albert lalu meberikan dua buah Lembar kertas persetujuan tindakan, kepada Leva dan Mamah Ningsih.


Lalu Leva dan mamah Ningsih langsung mengambil kertas yang tuan Albert berikan, Niken yang duduk di sebelah Leva langsung melirik ke arah Leva yang sedang melihat selembar kertas tersebut.


"Itu kertas persetujuan tindakan dari keluarga pasien terhitung saat pasien Reza baru pertamakali masuk ke Rumah sakit ini yang sudah di tandatangani penanggung jawab." Ucap Tuan Albert.

"Coba anda bandingkan dengan tandatangan yang ini dengan yang satu lagi." Ucap Tuan Albert.


Mamah Ningsih, Leva, Niken dan Doni memperhatikan dua lebar kertas yang berbeda, yang mamah Ningsih dan Leva pegang.


"Jika di lihat sekilas kedua tandatangan itu terlihat sama tetapi, jika di perhatikan lebih detail lagi lihat pola tarikan garis nya." Ucap Tuan Albert.

"Di ujung akhir tarik kan berbeda, dan coba liat dari penggunaan alat tulis nya, yang satu memang itu murni sebuah tandatangan yang di tulis oleh pulpen sedang kan satu lagi itu seperti nya bukan dari tinta pulpen." Sambung Tuan Albert.

"Ehh iya Va, kaya nya ini bukan tinta pulpen." Ucap Niken.

"Hemmmm." Mamah Ningsih hanya ber dehem pelan sambil memperhatikan selebar kertas yang ia pegang.

"seperti nya Iya, analisa anda benar ini bukan tinta pulpen akan tetapi ini adalah tinta spidol." Ucap Leva.

"Nah yang paling adalah, ini jawabannya." Ucap Tuan Albert Sambil mengeluarkan suatu benda dari dalam sebuah tas kecil, yang ternyata adalah sebuah stempel.


Tuan Albert menaruh stempel tersebut persis di tengah tengah meja, Leva mamah Ningsih Niken dan Doni memperhatikan Stempel tersebut.

"Nah itu jawabannya, tim saya tadi sebelum kita berkumpul di tempat ini sempat mengecek ulang ke seluruh bagian faviliun mawar dan salah satu anak buah saya menemukan stempel ini terjatuh di bawah kolong meja, dan ini adalah." Ucap Tuan Albert terhenti sejenak.


LKKREKKTTREKKK!!!


"Sebuah stempel tandatangan." Ucap Tuan Albert Sambil menempel kan stempel tersebut ke selembar kertas putih.

"Dan ini adalah manipulasi tandatangan anda Mbak Leva." Ucap Tuan Albert Sambil menujukkan hasil cetakan tandatangan milik Leva.


PRRROKKK...PPROKK..PPROKK!!


Mamah Ningsih bertepuk tangan dengan kencang nya sambil tersenyum.


"Vaaa bener kan pasti itu manipulasi data." Ucap Doni.

"Iya tuh Va." Sambung Niken.

"Ini sungguh permainan yang terstruktur." Ucap Leva.


"Yapp Bener mas ini semua manipulasi data, dan semua Dokumen per tanggal anda pergi mbak Leva seusai keterangan anda tadi sore, sudah kami analisa dan hasil nya adalah palsu fake, yang di buat dengan stempel tandatangan ini." Ucap Tuan Albert.

"Terus anda punya data apa lagi Tuan Albert?." Tanya mamah Ningsih.

"Oke ada lagi ini fakta ke dua, Mbak Leva tadi sore mempermasalah kan tentang sulit nya rumah sakit untuk di hubungi dan kenapa pihak rumah sakit tidak memberikan informasi apapun tentang pasien ke pihak keluarga." Ucap Tuan Albert.

"Klarifikasi saya begini jadi karyawan saya selain menemukan stempel ini, dia menemukan fakta bahwa jaringan telfon server dua, yang berada di ruangan perawat itu di putus, bisa di lihat dari buktinya ini adalah potongan kabel yang terbagi menjadi dua." Sambung Tuan Albert Sambil menujukkan potongan kabel yang terputus.

"Jadi di ruangan paviliun mawar itu memiliki dua jaringan server telfon, server pertama adalah untuk menghubungkan jaringan telfon internal rumah sakit dari apotek hingga ke resepsionis, dan jaringan server kedua adalah jaringan telfon untuk eksternal, seperti menghubungi pihak keluarga pasien dll." Ucap Tuan Albert.

"Itu yang menyebabkan Mbak Leva tidak bisa menelfon bagaian faviliun mawar, dan andai logika saja ini dari data tandatangan yang ada mungkin pihak ruangan faviliun mawar menganggap Mbak Leva ada dan mengetahui perkembangan pasien, tapi di luar andai andai itu ada kesalahan pihak Bagian penanggung jawab ruangan tidak melakukan pengecekan telfon." Ucap Tuan Albert.

"Tapi saya berfikir agak janggal kenapa kabel telfon terputus sampai tiada orang yang mengetahui, padahal Logika nya telfon itu pasti sangat di butuh kan." Sambung Tuan Albert.

"Hemmmm sudah mulai mengarah." Ucap mamah Ningsih.

"Terus anda punya data apa lagi Tuan Albert." Ucap Leva.

"Dan fakta yang ketiga adalah memang kami memiliki prosedur tersendiri untuk menjenguk pasien kapan dan waktu nya tapi kami tidak pernah mengusir keluarga atau rekan pasien seperti yang anda cerita kan tadi sore Mbak Leva." Ucap Tuan Albert.

"Dan masalahnya pasien atas Nama Reza ini menurut data yang ada tidak ada tindakan pemindahan ruangan selama beberapa bulan belakangan ini, beda dengan hal nya yang Mbak Leva ceritakan mengenai teman anda di hadang karena pasien sedang di observasi di ruangan yang lain, lalu di usir secara tidak sopan." Ucap Tuan Albert.


"Dan kendalanya kami tidak mengatahui oknum suster mana, yang melakukan tindakan itu." Sambung Tuan Albert.


Leva Niken dan Doni saling menengok satu dengan lain nya saat mendengar Tuan Albert berbicara seperti itu, Dengan anggukan kecil Leva memberitahu kan kepada Niken untuk menujukkan dan menjelaskan sketsa wajah suster Riana yang telah di buat oleh Boski.


"Ayoo Ken." Ucap Doni sambil menepuk bahu dengan pelan.


NIken mengambil tas yang ia taruh di lantai ruangan, setelah menemukan kertas yang terdapat gambar lukisan suster Riana, Niken pun berdiri dan menyerahkan selembar kertas itu kepada Tuan Albert.


"Oke sebelum nya perkenalkan saya Niken teman dari Mbak Leva ini, memang saya dan pacar saya yang itu siang hari tadi tidak ada di sinih saat Tuan Albert berbincang dengan Leva saat itu yang ada dua rekan saya yang lain Sinta dan Boski, berhubung mereka tidak bisa hadir jadi saya dan pacar saya yang hadir mendampingi teman saya ini, Sinta itu Wanita yang di usir oleh oknum suster yang sempat anda bahas, jadi kami ber lima tadi sore melakukan analisa kejadian dari awal hingga saat ini, dan hasil dari analisa kami sangat curiga dengan oknum suster tersebut, banyak hal dan alasan kenapa kami bisa curiga kepadanya, karna kami tidak tau wajah oknum suster tersebut dan pada akhirnya kami mencoba untuk membuat sketsa gambar wajah suster yang teman saya jumpai melalui penjabaran secara terperinci." Ucap Niken.


"Dan itu hasil gambar lukisan yang di buat oleh teman saya." Sambung Niken saat melihat Tuan Albert sedang memperhatikan gambar sektsa wajah yang Boski lukis.


Tuan Albert tampak sangat serius memperhatikan lukisan wajah suster Riana yang ter lukis dalam selembar kertas tersebut.

"Hemmm...sepertinya saya kenal." Ucap Tuan Albert.

"Pa Riki, anda kan menjabat sebagai Asmen personalia, apa kah anda mengenali wajah orang Ini?." Tanya Tuan Albert kepada salah satu karyawan nya yang menjabat sebagai asisten personalia.


Lalu pa Riki mengambil kertas yang di berikan oleh Tuan Albert kepadanya.


"Hemmm ini saya kenal." Ucap Pa Riki.

"Siapa pak??." Ucap Leva.

"Ini nama nya Suster Riana, Dia menjabat sebagai Suster kepala di Bagian area paviliun mawar, dia suster senior di rumah sakit ini karna sudah bekerja lumayan lama." Ucap Pak Riki.

"Terus apa kah orang nya ada saat ini??." Tanya mamah Ningsih.

"Hemm suster Riana ini baru saja berhenti, lebih tepatnya ia mengundurkan diri dan baru kemarin saya menyelesaikan proses pemberhentian nya." Ucap Pak Albert.

"Yapp sudah cukup semua sudah terungkap, dari semua perbincangan ini memang Reza kemungkinan ada yang membawa kabur, yang bermain di meja permainan adalah suster Riana ini Dia bermain sebagai eksekutor lapangan, mulai dari memanipulasi Data, memutus komunikasi dan sebagainya, sekarang kita harus fokus kepada siapa dalang di balik ini semua." Ucap mamah Ningsih.

"Apakah anda memiliki musuh?." Tanya Tuan Albert kepada mamah Ningsih.

"Sebagai tukang jagal Bisnis, so pasti saya memiliki banyak musuh tapi tak mungkin mereka menculik si Reza ini, sekali pun mereka akan menculik pasti yang akan di culik anak saya." Ucap mamah Ningsih.

"Apa jangan-jangan si Harjo kali mah dalang dari semua ini, mungkin dia mau balas dendam atas perlakuan kita kepada di dan si Gaga?." Ucap Leva.

"Tidak mungkin Va Si Harjo itu mamah simpan di suatu tempat yang aman, tidak mungkin dia." Ucap mamah Ningsih.

"Saya rasa sih kita harus Fokus terlebih dahulu kepada Suster ini, karna suster ini adalah kunci dari semua permainan yang sedang terjadi." Ucap Doni.

"Iya Bener tuh." Ucap Niken.

"Oke Tuan Albert saya minta profil data yang lengkap suster itu." Ucap Leva.

"Baik nanti saya kirimkan ke anda." Ucap Tuan Albert.

"Dan sebelum nya kepada mbak Leva dan nyonya Ningsih sebelum nya saya meminta maaf kepada anda mengenai kasus yang sedang terjadi ini, memang itu adalah ulah salah satu dari oknum suster tetapi saya bisa menjamin Rumah sakit tidak terlihat mengenai hal itu, terlepas dari itu semua saya mengakui ada sedikit keteledoran pelayanan dan pengawasan sehingga kasus ini bisa terjadi, untuk itu saya pasti akan bertangung jawab mengusut tuntas hal ini." Ucap Tuan Albert.

"Oke saya hargai usaha permintaan maaf anda." Ucap mamah Ningsih.

"Terimakasih Nyonya Ningsih, saya berjanji akan mengusutnya." Ucap Tuan Albert.

"Oke." Jawab singkat mamah Ningsih.

"Saya rasa meeting hari ini sudah cukup, untuk selanjutnya kita akan bahas lagi nanti." Ucap Tuan Albert Sambil berdiri.

"Yuk Va kita pulang." Ucap mamah Ningsih.


Leva hanya menjawabnya dengan anggukan kepala pelan, setelah sebentar bersalaman dengan tuan Albert berserta karyawan nya, Leva mamah Ningsih Niken dan Doni berjalan perlahan menuju lantai dasar.



"Vaa yang sabar yah, jangan merasa sendiri gua dan temen-temen lu yang lain pasti akan selalu ada buat bantu lu." Ucap Niken.

"Bener tuh Va, kita pasti selalu bakal bantu kok." Ucap Doni.

"Thanks banget yah ka Niken ka Doni." Ucap Leva.

"Santai Vaa." Ucap Doni.

"Yoii." Ucap Niken.

"Va kita pulang dulu yuk." Ucap mamah Ningsih.

"Ya udah gua Sama Doni mau balik dulu yah Va kita Call Call lan aja yah kalo ada apa-apa." Ucap Niken.

"Iya." Ucap Leva.

"Tante kita pulang dulu an yah." Ucap Doni sambil salim ke mamah Ningsih di ikuti Niken sesudah nya.

"Iya makasih yah udah dampingi dan batu Leva." Ucap mamah Ningsih.

"Iya sama sama tante." Ucap Niken dan Doni bersamaan.

Setelah itu Niken dan Doni langsung membalik kan badan mereka dan mulai berjalan menuju parkian mobil, setelah Niken dan Doni sudah melangkah menjauh, mamah Ningsih dan Leva berjalan dengan perlahan menuju pintu keluar Lobby rumah sakit.








--- ooo ---

Ternyata sudah tersaji...
Bisa tuk teman ngopi sore....
Makasih Om @D 805 KI
duh kaget lagi dikira komennya panjang

sama sama om
 
iya nih om sebelah ane suka gigit nih



*kucing ane maksudnya om wkwkwk
waduh pecinta beastality ternyata si om

insyaf om masih banyak cewek yang berkeliaran dijalan


huahahahaha

secara tdk langsung Windha mau cuci otak nya Reza dgn kebohongan2nya tp sblm berhasil malah kecyduk duluan
oo ow yah mending di cuci otak om, kesian habis sembuh dari sakit masa disuruh cuci baju

hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd