Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MY NEW LIFE IS AMAZING

- PART 16 -
Erika vs Silvy

Siang itu.. Erika dengan mobilnya terlihat memasuki parkiran kantor Adrian, dan ia kemudian berjalan kearah pos sekuriti.

" Siang Bu.. ada yang bisa saya bantu..?" tanya Pak Iman sekuriti.

" Siang..... eee.. saya mau ketemu Pak Adrian.." jawab Erika

" owh.. iya saya inget.. ini ibu yang tempo hari datang ya..?" tanya Pak Iman lagi.

" iya betul Pak.." jawab Erika

" udah ada janjian sama Pak Adrian ?" tanya Pak Iman lagi.

" eemmm.. belum sih.." jawab Erika

" owh.. yaudah kalo gitu silahkan ke bagian reception aja Bu.." ujar Pak Iman mempersilahkan.

" iyaa.. terima kasih Pak.. mari..." ujar Erika permisi.

" yu.. mari.." jawab Pak Iman.

Erika pun berjalan masuk kantor dan langsung menuju bagian reception.

" Siang ibu... ada yang bisa kami bantu.." sapa Dewi bagian Reception.

" Siang Mba.. eee.. Pak Adrian nya ada..?" tanya Erika.

" Pak Adrian... hari ini cuti Bu.. ibu sudah ada janji sama beliau ?" tanya Dewi balik.

" belum sih.. " jawab Dewi.

Ia mulai bingung.. harus kemana mencari Adrian.

" emang Pak Adrian ga ada kasih info Bu kalo hari ini ga masuk kantor..?" tanya Dewi mencoba membantu Erika yang terlihat bingung.

" eemm... ga ada sih.. soalnya saya dadakan juga.." jawab Erika.

" owh.. gitu.. iya sih.. beliau cuti.. mungkin persiapan buat maried.." jawab Dewi

" maried..?? Pak Adrian mau maried..?? kapan ?? " tanya Erika terkejut.

" iya Bu.. kalo ga salah 10 hari lagi Bu..." jawab Dewi.

Erika begitu kaget mendengarnya.. ia tidak bisa membayangkan fakta yang ia dapat hari ini dan mengingat apa yang terjadi diresto kemarin.

" I need to do something for this..." pikirnya dalam hati.

" ada yang bisa saya bantu lagi Bu...?" tanya Dewi membuyarkan lamunan Erika.

" eee... Mba tau calon istri beliau ga..? maaf kalo saya nanya berlebihan.." ujar Erika spontan.

" owh.. calon istri beliau itu owner perusahaan ini Bu.." jawab Dewi

" whaatttt....?" Gumam Erika dalam hati.

Seketika Erika kembali terkejut mendengar fakta barusan. Sekarang semua benang merahnya jelas. Ia sudah mengerti semuanya.. fakta barusan seakan menjadi puzzle terakhir yang melengkapi semua pertanyaan dalam benaknya.

" eee... saya bisa minta nomor telepon beliau.. ada ??" tanya Erika.

" siapa Bu ? Pak Adrian..?" tanya Dewi.

" Bukan.. itu calonnya.. eh.. Owner perusahaan ini maksud saya.." jawab Erika agak salting.

" untuk keperluan apa ya Bu kalo boleh tau..?" tanya Dewi balik.

" eeee... masih ada negosiasi kami yang belum selesai Mba.. dan saya cuma mau menghubungi beliau untuk memastikan reschedule meetingnya.." jawab Erika beralasan.

" owh.. sebentar ya Bu.." jawab Dewi kemudian mengambil buku tebal dan mencari catatan nomor telepon Bu Silvy.

Sambil memperhatikan Dewi yang membuka lembar demi lembar buku tersebut, Erika penuh harap bisa mendapatkan hasil agar bisa melakukan rencananya selanjutnya.

" oh.. ini Bu.. nomor telponnya.. " ujar Dewi sembari menunjukkan tulisan dibuku tersebut.

Disana tertera Nomor telepon dengan nama Bu Silvy, yang seketika memastikan bahwa itulah nama yang juga ia dengar dari Adrian saat mereka cekcok diresto tempo hari.

" semoga ini berhasil.. " gumamnya dalam hati sembari mencatat nomor tersebut.

" oke... makasih banyak ya Mba.." ujar Erika setelah menyimpan nomor Silvy

" iya Bu.. sama-sama.. senang bisa membantu..." jawab Dewi.

Erika pun pergi beranjak meninggalkan kantor Adrian setelah mendapatkan apa yang ia cari.

" drrrt... drrtt... ddrrtt..." Handphone Silvy kembali berbunyi.

Silvy masih berkabung diatas ranjangnya.. matanya bengkak, karena menangis semalaman hingga tak bisa tidur. Ia belum juga makan sedari kemarin, tubuhnya agak lemas saat mencoba mengambil handphonenya.
Terlihat puluhan kali panggilan tak terjawab dari Adrian. Dan juga chat dari nya..
Silvy lebih memilih membuka chat tersebut yang ternyata berisi pesan suara yang dikirimkan Adrian. Dalam rasa galaunya, Silvy mencoba membuka pesan suara tersebut...

" halo sayang.. eemmmm.... entah dari mana aku harus menjelaskannya.. aku tau kamu sangat marah, kecewa dan pasti sakit hati padaku.. dan ku akui, aku memanglah laki laki terbodoh dan egois yang pernah masuk dalam hidupmu.. maaf sudah membuatmu seperti ini.. tapi jujur aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu apalagi berkhianat dibelakangmu.. dan aku harap pintu kesempatan masih ada untukku setidaknya untuk menjelaskan ini semua.. kau masih dan selalu menjadi makhluk terindah dalam hidupku Silvy.. i love you.."

Air mata kembali mengalir dimata Silvy mendengar pesan suara dari Adrian. Jauh didalam hatinya rasa cinta dan sayang masih ada, akan tetapi kejadian kemarin membuat itu semua seakan hanya angan angan belaka. Ia kembali memeluk gulingnnya.. menatap langit langit kamarnya.. kemudian melihat balkon kamarnya, yang juga menjadi spot favoritnya berdua, dan juga tempat dimana Adrian melamarnya. Air matanya kian deras mengingat itu semua yang kini hanya tinggal kenangan yang harus bisa ia lupakan.

" drrrrtt.. ddrrttt... drrrttt....ddrrttt..." handphonenya kembali bergetar.

Silvy melirik handphonenya.. panggilan masuk namun bukan dari Adrian.. melainkan nomor baru.

" siapa lagi sih ini..?" gumamnya seraya mencoba menjawab.

" yaa halo..." suara Silvy agar serak.

" yaa halo.. ini benar dengan Silvy..?" tanya orang itu.

" yaa.. benar.. ini siapa ?" tanya Silvy balik.

Suara itu terdengar seperti suara perempuan.

" Silvy.. bisa kita ketemu sebentar..? ada yang mau aku omongin sama kamu.." ujar orang itu.

" ini siapa yaa..?" tanya Silvy lagi.

" kita memang tidak saling kenal.. tapi aku perlu kita ketemu.." jawab orang itu.

" maaf ya Mba.. kalo kaya gini saya ga bisa.." jawab Silvy tegas.

" ini tentang Adrian.. " jawab orang itu lebih tegas.

Silvy pun terdiam.. bertanya tanya.. siapa orang ini.. mengapa ia mengenal Adrian..? pikirnya.

" kapan dan dimana..?" tanya Silvy.

" aku akan kirim lokasinya.. pastikan kamu sudah disana 1 jam lagi.." jawab orang itu kemudian menutup teleponnya.

Silvy terdiam penuh tanya. Rasa gundahnya seakan terimbangi oleh rasa penasaran yang baru saja muncul setelah menerima telepon. Ia pun segera bangkit untuk bersiap kelokasi yang sudah diberikan oleh penelpon tadi. Entah kenapa ia penasaran dan mau mengikuti kemauan penelpon misterius tadi.

Tepat 1 jam kemudian Silvy sudah berada dilokasi yang ditentukan. Ia kemudian memarkirkan mobilnya lalu menelpon orang misterius tadi.

" aku sudah dilokasi.." ujarnya

" oke.. silahkan naik ke lantai 2.. kamu bisa liat aku sendirian membelakangi arah pintu masuk.." jawab orang itu.

Adrian masih terdiam penuh renungan dalam dirinya. Ia bahkan belum keluar kamar semenjak kemarin. Entah berapa kali ia mencoba menelpon Silvy namun tak ada jawaban. Ia tau persis Silvy ada disana namun rasa kecewa dan sakit hati sudah menyelimuti hatinya sehingga tak ingin lagi berbicara dengan Adrian. Adrian pun memutuskan mengirim pesan suara berharap suaranya masih didengar oleh Silvy. Namun apalah daya, saat ia mengecek handphonenya, tak ada balasan dari Silvy. Pesan suara Adrian hanya terkirim namun tak ada respon sama sekali. Adrian sampai pada titik putus asa, ia mencoba berdamai dengan diri dan hatinya. Mungkin sudah saatnya untuk mengakhiri ini semua pikir Adrian. Ia kemudian mengambil selembar kertas dan mulai menulis " SURAT PENGUNDURAN DIRI".

Silvy sudah berada di lantai 2 cafe, ia kemudian mencari orang yang tadi menelponnya. Orang itu hanya memberikan clue bahwa ia hanya sendirian dengan duduk membelakangi arah pintu. Silvy pun mencoba mencari diantara beberapa pelanggan yang sedang nongkrong disana dan tak lama, ia menemukan seorang perempuan duduk sendiri dengan posisi membelakangi tempat ia baru masuk. Silvy pun mencoba mendekat, mencoba menebak bahwa itulah orangnya karena ia tidak mengenalinya sama sekali.

Silvy seketika berhenti melangkah saat didekat orang itu.. ia terkejut melihat orang yang ia tuju.

" hai.. Silvy.." sapa Erika yang duduk sendiri disana.

Silvy sangat terkejut melihat Erika.. seketika ia mengepalkan tangan menahan emosi melihat wajah yang ia kenali saat diresto tempo hari itu.

" apa maumu ?!" Ujar Silvy sedikit emosi.

" Silvy.. aku memintamu kesini bukan untuk bertengkar.." Erika coba bersikap tenang

Silvy masih menatapnya tajam.

" please.. " ucap Erika lagi

Silvy pun duduk, mencoba mendengarkan mengikuti kemauan Erika.

" oke.. go on.." ujar Silvy mempersilahkan.

" hhhhh..... oke.. dari mana aku harus memulainya..?" Erika mencoba memulai.

" Silvy.. aku awalnya tidak ingin ini terjadi.... pertemuan ku dengan Adrian kali ini berawal dari bisnis antara perusahaan ku dan perusahaan kalian.. dimana aku datang mewakili perusahaan ku untuk negosiasi dengan perusahaanmu untuk menawarkan proposal kerja sama yang arahnya ke merger.." Erika mulai bercerita.

" akupun tidak menyangka akan kembali bertemu dengannya.." lanjut Erika.

" bertemu kembali...?? maksudmu..??" tanya Silvy.

" yaaa... aku dan Adrian pernah menjalin hubungan.. 5 tahun lamanya.." jawab Erika.

" Adrian tidak pernah meenceritakannya padaku.." ujar Silvy.

" untuk hal itu.. sepertinya aku paham kenapa dia tidak pernah menceritakannya.." jawab Erika.

" maksudmu..?" tanya Silvy.

" Silvy.. kalo boleh jujur.. Adrian adalah penyesalan terbesarku.. " jawab Erika

" Seperti yang kita kenal dia adalah lelaki dengan banyak hal menarik dan juga begitu tulus, namun semua potensi dalam dirinya ku sia siakan semenjak aku mengenal Jhony.. dan yang ku dengar, ia begitu hancur setelah itu dan menjadi orang yang penyendiri" lanjutnya.

" Jhony...??? " tanya Silvy

" Yaa.. Jhony.. kita adalah korban dari orang yang sama Silvy.." jawab Erika.

Silvy mulai menemukan pemahaman.. namun tetap diam mendengarkan arah pembicaraan Erika.

" oleh karena itu tujuanku mengajakmu bicara agar kamu tidak menyianyiakan Adrian sama seperti yang ku lakukan.." lanjut Erika.

" Bullshit... aku melihat mata kepalaku kalian makan berdua berpegangan tangan.." ujar Silvy.

" Kamu kira Adrian menerimanya..? " tanya Erika balik.

Silvy terdiam.. ia tidak mengerti apa yang dimaksud Erika.

" memang.. dari awal bertemu dengannya.. aku kaget Silvy.. yaa seperti yang kamu tau lah.. Adrian begitu membuatku tergoda, apalagi saat kembali bertemu dengannya yang saat ini sudah menjadi CEO.." ujar Erika meneruskan.

" aku mengajaknya meet up untuk membicarakan perihal proposal yang kami tawarkan.. dan dia tertarik.. kemudian kami lanjut ke pertemuan kedua, dia bilang ingin mendalami lebih dalam lagi hal hal lainnya karena ia ingin mengetahui lebih banyak tentang perusahaan kami dan apa yang kami tawarkan.." ujar Erika.

" namun, semakin teliti Adrian, semakin membuatku tertarik padanya.. dan juga membuatku tidak ingin kehilangannya lagi.. apalagi ku lihat dimatanya, tidak ada menyimpan rasa dendam masa lalu terhadapku.. hingga saat pertemuan terakhir saat di resto.." lanjut Erika.

" tempat dimana kalian makan sambil berpegangan tangan..???" ujar Silvy dengan sinis.

" Silvy... aku paham apa yang kamu rasakan saat itu.. tapi sepertinya emosi mu saat itu menutupi kepekaan.. kau bisa ingat lagi, yang memegang tangan Adrian adalah aku.. bukan dia yang memegang tanganku.." jawab Erika.
" tepat beberapa menit sebelum kau datang, aku menyatakan perasaanku padanya.. karena akupun tidak tau Adrian sudah memiliki kekasih.. dan respon positifnya selama ini membuatku seakan yakin kalau ia juga menyimpan perasaan padaku.." sambung Erika.

" tapi kau tau apa yang terjadi selanjutnya..?? Dia menolakku Silvy.. dan kau tau apa yang ia katakan..?" ujar Erika.

Silvy terdiam mendengarkan.

" dengan sopannya tanpa mengibaskan tanganku ia berkata.. "maaf Erika.. aku sudah memiliki seseorang yang ku cintai.." Lanjut Erika.

" aku setengah tidak percaya.. lalu mencoba meyakinkannya dengan mempertanyakan kekuranganku dimatanya... dan ia menjawab, "orang yang ku cintai tidak sepertimu Erika.. ia adalah wanita terindah yang pernah ku temui, yang tidak melihat sisi luarku saja.. namun menerima ku apa adanya dan sangat percaya dengan apa yang ada dalam diriku.. dan itu benar benar membuat ku kembali hidup setelah semua yang kau hancurkan dulu.. aku mau bertemu dan bersikap sebaik mungkin padamu karena kau datang dengan alasan bisnis, jadi aku hanya bersikap profesional" ujar Erika menceritakan apa yang dikatakan Adrian.

Bagai langit runtuh, Silvy pun terdiam. tidak menyangka apa yang ia dengar.. perasaannya mulai berkecamuk dan mulai merasa bersalah.. lututnya mulai lemas, matanya mulai berkaca kaca..

" Dan tak lama setelah itu.. kau datang dengan amarahmu.. dan menamparnya tanpa mau mendengarkan penjelasannya.." lanjut Erika.

" Dari sorot mata Adrian, terlihat jelas ia sangat tulus mencintaimu Silvy.. bahkan setelah kau marah padanya dan pergi, ia langsung membatalkan semua proposal yang kami tawarkan, hanya karena kamu.." lanjut Erika.

" aku mohon.. jangan pernah kau sia siakan dia.. cukup aku yang merasakan penyesalan karena telah mencampakkannya dulu.." ujar Erika

Silvy menutup mulut dengan tangannya seraya menangis.. ia tidak bisa membayangkan apa yang sudah ia lakukan pada Adrian. Rasa bersalah berkecamuk dalam hatinya.

Erika memegang tangan Silvy.. mencoba menenangkannya..

" Silvy.. please.." ujar Erika.

Silvy mencoba menenangkan diri, Dengan air mata yang mulai mengalir ia mencoba berbicara..

" terima kasih............." ucap Silvy seraya menahan tangisnya.

" Erika.. namaku Erika Silvy.." ucap Erika dengan senyumnya.

" Terima kasih Erika..." ujar Silvy sembari menatap Erika dengan air matanya.

Erika membalasnya dengan senyuman.

Tanpa pikir panjang, Silvy langsung bangkit dan pergi meninggalkan Erika.. wajah Adrian terngiang dalam benaknya.. ia kembali teringat bagaimana ia menampar wajah Adrian didepan orang banyak.. semua itu semakin membuat hatinya tidak karuan.. ia segera menuju parkiran mobilnya dan pergi dari cafe tempat pertemuannya dengan Erika.

Diruang tengah rumahnya, Adrian masih menulis diselembar kertas tadi.. dalam tangisnya ia begitu berat menuliskan surat itu karena harus melawan perasaannya demi berdamai dengan dirinya sendiri. Ia harus meninggalkan apa yang sudah ia dapat disana dan kembali memulai sesuatu yang baru. Wajah Silvy, suasana kantor, hingga kocaknya tim marketing terlintas dipikiran Adrian. Air matanya mengalir mengingat itu semua.. hal hal yang akan selalu ada dalam kenangannya walau kini harus ia tinggalkan.

" tok... tok...tok...tok...tok...tokk..." suara seseorang mengetuk pintu Adrian.

Adrian pun berhenti menulis.. ia tidak siap menemui siapapun dalam keadaannya saat ini. Ia lalu bangkit mencuci muka untuk menghapus air matanya, kemudian sedikit merapihkan diri dan segera menuju pintu depan.

" yaa tunggu sebentar" sahut Adrian kemudian membuka pintu.

Dan betapa tidak menyangkanya Adrian, bahwa orang yang mengetuk pintu adalah Silvy.

" Silvy..." ujar Adrian.

seketika itu juga Silvy langsung memeluknya.
Ia mendekap Adrian... memeluknya erat, dan menangis seraya mendekap Adrian.

" Silvy.... ada apa ?" ujar Adrian seraya memeluk Silvy.

" Adrian... maafin aku... maafin aku yang udah buruk sangka padamu.. maafin aku yang ga mau dengerin kamu.... maafin aku yang udah menampar kamu.... maafin aku yang udah ga percaya sama kamu..." ujar Silvy seraya menangis memeluk Adrian.

Air matanya mengalir.. ia menangis sejadi jadinya dipelukan Adrian hingga baju Adrian basah dibagian dada.
Adrian memeluk Silvy erat, matanya terpejam menahan air mata yang juga mengalir membasahi matanya.

" yang harusnya minta maaf itu aku Silvy.. aku sudah ceroboh.. aku harusnya ga membiarkan pertemuan kami sampai berlanjut.. aku tidak peka akan apa yang akan terjadi hingga bikin kamu sakit hati.." jawab Adrian.

Silvy kemudian menatap mata Adrian seraya menangis..

" sayang... please... aku ngga mau kehilangan kamu... tinggalah bersamaku.. aku tidak ingin ada jarak dalam hidup kita..." ujar Silvy

" i will sayang... i will..... aku juga tidak ingin kehilangan kamu...." ujar Adrian kemudian mendekap Silvy.

Mereka saling dekap dalam tangisan. Namun saat mendekap tubuh Adrian, Silvy melihat selembar kertas diatas meja ruang tamu. Ia pun melepas dekapa Adrian dan mengambil kertas tersebut.. kemudian membacanya.

" sayang... please... jangan lakukan ini....." ujar Silvy usai melihat surat pengunduran diri yang ditulis Adrian kemudian mendekapnya lagi.

" aku hanya bingung, merasa bersalah atas semuanya.. aku kecewa sama diriku sendiri.. sehingga ku pikir, itulah hal yang terbaik yang harus ku lakukan.." jawab Adrian.

" please.. maafin aku sayang.... " ujar Silvy.

Adrian kemudian menatap mata Silvy.

" Silvy... i love you so much... aku ga akan ninggalin kamu.. aku janji ga akan bikin kamu kecewa dan sakit hati lagi..." ujar Adrian kemudian mencium bibir Silvy.

" i love you too sayang.... " lirih Silvy di sela ciuman mereka.

Mereka berciuman mesra melampiaskan semua rasa dihati.. rasa yang tadinya saling berkecamuk, kecewa dan sakit hati berubah menjadi rindu yang begitu tak tertahankan.. keduanya begitu melampiaskan rasa rindu mereka.. rasa yang sudah tak tertahankan seakan tak ingin lagi berpisah satu sama lain.

" Now.. let's talk about our wedding.." ujar Adrian.

" ok.. sure.. but.. sebelum itu.. malam ini nginap ditempaku yaa.. aku kangen.." ujar Silvy

" i miss you too haneey...." jawab Adrian kemudian menciumi Silvy lagi.

Mereka pun melepaskan rasa rindu di apartemen Silvy.. kedua insan yang dimabuk cinta itu saling bercumbu melampiaskan syahwat. Rasa rindu yang tak tertahankan membuat keduanya terbakar nafsu hingga melampiaskan semuanya diatas ranjang Silvy. Keduanya seakan tak ingin lagi berpisah, tak ingin ada jarak diantara mereka. Adrian pun memutuskan untuk tinggal bersama diapartemen Silvy dan hidup bersama disana bersamanya.

Hari-hari berlalu hingga hari pernikahan tiba. Acara pernikahan dilangsungkan sederhana namun tetap mewah disalah satu hotel mewah dikota itu. dengan hanya mengundang kerabat dekat, keluarga, orang orang penting mitra perusahaan hingga seluruh karyawan perusahaan. Adrian dan Silvy benar benar pasangan yang serasi. Sorak sorai dan ucapan selamat tak henti-hentinya mereka dapat dari para undangan yang datang. Diantara seluruh undangan, Adrian dikagetkan dengan datangnya Erika ke pesta pernikahan mereka. Adrian yang tentu saja tidak ingin terjadi apa apa dipesta pernikahannya berubah sedikit kebingungan.

" heeii... kamu kenapa sayang.." tanya Silvy.

" gaa.. ga kenapa kenapa..." jawab Adrian mencoba menenangkan diri di depan banyak orang.

" mau apa dia datang kemari..?" gumam Adrian menatap kearah Erika yang datang ditengah para undangan dan berjalan kearah mereka.

Silvy melihat kearah pandangan mata Adrian.. kemudian berkata..

" ohh.. dia.. it's oke sayang.. aku yang mengundangnya..." ujar Silvy seraya tersenyum.

" what...?? gumam Adrian tidak menyangka.

Erika pun naik keatas pelaminan, kemudian memberikan selamat kepada Silvy seraya berpelukan dengannya.

" im so happy with you... selamat yaa.. semoga kehidupan kalian bahagia.." ujar Erika.

Ucapan itu begitu tulus keluar dari mulutnya.. matanya penuh haru melihat Silvy yang sangat cantik dihari yang penuh bahagia itu.

" terima kasih yaa Erika.. untuk apa yang udah kamu lakukan, dan sudah mau datang kesini.." ujar Silvy.

Adrian masih tidak mengerti apa yang terjadi dihadapannya. Kedua wanita itu terlihat begitu akrab tanpa ada rasa dendam satu sama lain.

" iyaa.. aku bahagia melihat kalian.. " jawab Erika dengan senyumnya yang terlihat bahagia.

Ia kemudian melihat kearah Adrian, dan bersalaman dengannya..

" Selamat berbahagia Adrian.. aku harap kau dan Silvy hidup bahagia hingga maut memisahkan.." ujarnya.

" Terima kasih Erika.. aku ga mengira kamu bakal dateng.." jawab Adrian.

" kamu harus bahagia Adrian.. karena memiliki wanita hebat disampingmu..." ujar Erika sembari melirik kearah Silvy.

Adrian tersenyum mendengarnya.. ia benar benar tidak menyangka ini semua akan berakhir dengan sebahagia ini. Ia tidak tau kapan dan bagaimana Erika dan Silvy bisa saling kenal hingga terlihat Akrab.. yang jelas dari momen itu Adrian bisa melihat apa yang mereka lakukan adalah hal luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh wanita yang hebat.

" heeii... Erika.. ayoo foto bersama..." ajak Silvy.

" sure.. why not..." jawab Erika dengan senangnya.

Mereka pun berfoto bersama.. foto yang juga sangat memorable bagi Adrian. Ia dan Silvy sangat bahagia.. lika liku hidup mereka lewati hingga takdir mempertemukan keduanya, saling berjuang dalam mempertahankan rasa cinta hingga berakhir bahagia dalam pernikahan. Banyak pelajaran yang ia lalui saat menjalani kehidupan barunya.. hingga ia sadar.. kehidupannya sangat amazing untuk dikenang.



" tak perlu menjadi superhero untuk mendapatkan hati wanita, karena wanita yang hebatlah yang akan membuatmu menjadi superhero" -DeadPool-



- The End -​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd