Badai sudah berlalu?
Aku terbangun ketika mendengar suara-suara langkah kaki yang sudah memulai aktivitas di pagi ini. Hujan sudah berhenti. Kurapikan selimutku dan kulipat kemudian kuletakkan di kursi kerja. Aku merapikan semua dokumen dan perlengkapanku seraya memasukkannya kedalam tas.
Sepertinya hari ini kami semua harus berangkat balik ke hotel lebih awal. Selain aku sudah menyiapkan sebagian pekerjaan, kondisi lapangan pun tidak memungkinkan untuk pengambilan data. Lagipula data dari lapangan hanya tinggal sedikit dan tidak terlalu urgent.
Aku melangkahkan kakiku ke keluar kamar. Thomas,Wardi,sebagian personil dari tim supplier dan Pak Suryadi sedang menikmati kopi buatan Helen dan Ibu Ira
"Mari Pak Heri,monggo dinikmatin kopinya",ajak Pak Suryadi dengan senyumnya yang lebar. Kumis tipisnya yang terawat sepertinya menyiratkan kegantengannya di masa lalu. Masa smp mungkin.
Dari arah dapur,Helen dan Bu Ira membawa nampan besar berisi roti bakar. Jumlahnya jangan ditanya. Cukup untuk mengenyangkan perut 1 batalion.
Kebaikan, keramahan Pak Suryadi dan Istrinya sedikit membuatku merasa bersalah telah 'menonton tanpa tiket' live show mereka tadi malam. Tapi apa mau dikata,lagipula mereka pasti tidak mengetahuinya.
"Pak,saya berencana hari ini agak cepat untuk balik ke hotel," ujarku ke Pak Suryadi di sela-sela diskusi kami mengenai pekerjaan.
"Ooo,silakan Pak. Nanti saya pesankan supir untuk mengantar Bapak dan Ibu semua"
"Ngomong2,rencananya jam berapa mulai bertolak?"
"Ndak makan siang dulu disini? Hari ini ada masakan rendang jengkol masakan istri saya loh. Dijamin enak dan boleh dibungkus pulang kalau dirasa kurang," tawar Pak Suryadi dengan semangatnya.
Thomas begitu mendengar Rendang Jengkol matanya langsung membelalak. "Boleh,Pak! Siap,Pak!"
Aku langsung mendelikkan mataku ke Thomas atas 'kekurangajarannya'.
Tapi sepertinya Pak Suryadi semakin bersemangat tawarannya disambar Thomas secepat kilat.
"Monggo,monggo. Jangan segen2 nambah loh kalo kurang. Dijamin 1000% enak. Kualitas masakan rendang jengkol istri saya gak kalah sama masakan chef hotel di Amerika",setengah jumawa dan setengah bercanda Pak Suryadi mempromosikan masakan istrinya. Kami semua tertawa ngakak. Lagian emang ada rendang jengkol di Amerika sana?
"Ahhhh...ahhhhhh...ahhhh....ughhhh...",Ibu Ira mengerang saat kusodok-sodok vaginanya dengan penisku. Posisi misionaris dengan aku berdiri di ujung ranjang membuat dadanya berguncang dengan kuat seiring tabrakan selangkangan kami.
Tanganku sedikit gatal dan dengan sedikit membungkukkan badan kuraih toketnya yang sudah agak turun karena usia. Kuremas dan kupilin pentilnya berulang-ulang.
"Ayok pak,ahhhh...uhhhh...,ayok pak...ahhhh...ughhh..",semakin ribut saja tante didepanku ini. Keributan yang membuatku semakin ganas menghajar "kerang berbulu" nya..
Aku tidak puas dengan posisi sekarang. Tanpa mencabut penisku,kumiringkan tubuhnya kesamping. Kuangkat sebelah kaki bu Ira dan kutumpangkan ke bahuku. Posisi X-cross.
Kembali aku menghajar kelaminnya dengan sekuat tenaga. Dengan posisi begini otomatis zakarku bersentuhan dan menggesek pahanya berulang-berulang seiring keluar masuknya penisku di vagina ibu Ira. Semakin nikmat rasanya.
Dari samping kulihat Ibu Ira meremas payudaranya yang berguncang. Desahannya tidak surut juga.
Kuarahkan jari tangan kiriku ke lubang pantatnya. Kugelitik sekitar lubang anusnya. Aku gak berminat mengorbankan keperjakaan jariku ke dalam anusnya.
Peluh terus membanjiri tubuhku. Aku semakin semangat dipacu rangsangan2 yang timbul dari penis dan zakarku. semua indra di tubuhku bekerja.
Aku sudah tidak tahu lagi berapa lama aku menggenjot vagina ibu Ira. Barusan ibu Ira orgasme. Penisku yang masih beroperasi didalam vaginanya langsung dilumuri cairan hangat. Menambah kenikmatan tak terhingga.
I'm coming,baby.....
Tubuhku mengejang. Penisku membalas kebaikan vaginanya dengan menyemprotkan mani hangat hingga.....
"Ehrrggggg....." ibu Ira bersendawa. Aku yg gak doyan rendang jengkol langsung mual2 mencium aroma semerbak rendang jengkol dari mulutnya....
"Ri,Heri....." "Heri...."
Aku membuka mata. Kulihat wajah panik Thomas,Helen dan Warni. Mereka menepuk2 pipiku.
Kulihat aku berada di dalam mobil.
"Ri,kamu kenapa?" Thomas bertanya. Sialnya member fans club Jengkol ini membuka mulutnya pas didekat wajahku.
"Wueekkkk...." langsung kumuntahkan seluruh isi perutku ke kabin mobil tanpa permisi.
Terakhir aku baru sadar. Rupanya tadi aku mimpi basah sewaktu tertidur dalam perjalanan. Aku merasakan hangat,basah dan lengket di selangkanganku. Mereka membangunkanku karena terkejut aku tiba2 mengejang dalam kondisi tertidur.
"Sialan loe,Thom!Bau jengkol bikin nyesek nih. Liat noh gue sampe muntah" aku ngedumel.
"Sorry Bro. Gue kira lu ntah kenapa2. Habisnya loe pake acara step segala. Gue pikir lu kenapa2"
Kulihat Helen masih pasang wajah khawatir. Untunglah didepan sana sudah kelihatan hotel tempat kami menginap.
Selepas aku,Helen dan Wardi turun, Thomas menemani supir mencari bengkel cuci mobil terdekat untuk membersihkan muntahanku tadi. Helen dan Wardi menemani aku sampai ke depan kamarku. Aku meyakinkan mereka kalau aku tidak apa-apa.
Begitu Wardi memasuki lift,Helen ikut masuk kedalam kamarku.
Kulepas semua pakaianku dan masuk kedalam kamar mandi. Kubuka keran shower dan membasahi tubuhku dengan air hangat. Tidak lama kemudian Helen menyusulku. Diambilnya sabun dan digosokkannya ke seluruh tubuhku. Dibawah siraman shower dia kemudian memijit seluruh tubuhku. Rasanya benar2 rileks.
"Elo gak napa2 kan,Ri?" nada suara Helen masih menyiratkan kekhawatiran.
"Gak lah,Len. Gak apa-apa kok. Aku cuma mimpi tadi. Trus muntahnya gara2 nyium bau rendang jengkol dari mulut si Thomas"
"Oooo... Syukurlah. Gue udah cemas lu kenapa2 tadi. Gak angin gak hujan kok tiba2 badan lu menegang. Thomas sama wardi sampe teriak2"
"Suer,beneran gue gak napa2 kok"
Karena masih dilanda cemas,Helen buru2 menarikku dari kamar mandi. Dilapnya tubuhku dengan handuk dan menyuruh berbaring duluan. Dia sendiri melanjutkan mandinya yang tertunda.
Sehabis mandi Helen menyusulku dengan kondisi telanjang. Diambilnya minyak kayu putih dan dengan lembutnya digosokkan ke seluruh punggung dan dadaku. Kemudian dia mengambil baby oil dan mulai memijit badanku. Aku yang berbaring telungkup tiba2 merasakan ada benda kenyal yang memijat punggungku. Rasanya begitu nikmat. Rupanya Helen menggunakan payudaranya untuk memijitku. Lumayan kenikmatan ini membantuku melupakan horornya bau rendang jengkol. Aku akhirnya tertidur didalam pelukan Helen.