Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Unfaithful Life Season 0 - Nura (NO SARA)

25: Finale – The Last Night


N: “Tertutup banget rumah kamu mas, tembok sama pagernya tinggi gitu”
D: “Iya Ra, buat privacy aja, aku kadang suka ngaso di teras pake celana pendek doang, ga enak juga kalo diliat tetangga hehe”
N: “Iya sih mas, bisa agak lebih bebas kamu ya di sini”
D: “Iya Ra, oh iya kamu mandi duluan gih, aku mau beresin barang dulu sama bersih-bersih dikit, nih rumah ditinggal beberapa hari udah lumayan berdebu”
N: “Aku bantuin dulu aja mas”
D: “Udah-udah kamu mandi dulu sana biar seger, abis itu baru aku. Selesai itu kita cari makan ya”
N: “Mau ke mana mas?”
D: “Beli mie ayam aja nanti, ikut aja ke langgananku, enak mie ayamnya”
N: “Hmm, ga online aja mas?”
D: “Kenapa Ra? Takut ada yang kenal ya?”
N: “Iya mas hehe”
D: “Udah santai sih, emang ga terlalu jauh dari rumah kamu, tapi kan ga deket juga, lagian kalo beneran ketemu yang dikenal bilang aja kalo pas ketemu di situ kan, udah-udah kamu mandi dulu ya Ra”
N: “Iya deh mas kalo gitu”

Nura pun mengambil handuk, perlengkapan mandi dan baju ganti dari kopernya lalu menuju ke kamar mandi, sedangkan aku mulai membereskan barang-barangku dan lanjut bersih-bersih rumah sedikit. Setelah selesai, sambil menunggu Nura selesai mandi aku ke teras dan menyalakan sebatang rokok sambil menikmati teh kemasan yang kuambil dari kulkas. Aku memang selalu menyetok teh kemasan di dalam kulkas ku untuk menemani ku merokok, jadi sewaktu-waktu ingin aku tinggal ambil saja. Saat sedang menghisap rokok ketiga ku, akhirnya Nura selesai mandi. Dia sudah memakai bajunya di dalam kamar mandi, tapi rambutnya yang masih agak basah tergerai bebas menjuntai jatuh ke pundak dan punggungnya.

N: “Mas aku udah”
D: “Iya Ra, bentar nanggung nih”
N: “Ngerokok mulu mas Dhanar, ga sehat mas”
D: “Iya-iya, sama aja kamu kayak istriku komennya hehe”
N: “Eh, ya bener dong komen istrinya”
D: “Iya dua istriku ini komennya sama persis”
N: “Ih mas mah...” Nura menjawabku dengan tersipu
D: “Ya udah aku mandi dulu ya Ra, kalo mau pake hairdryer, ada tuh di rak di kamar belakang”
N: “Iya mas, aku pinjem dulu ya”
D: “Iya sayang”

Aku pun bergegas mandi dan membersihkan tubuhku yang sudah cukup lengket dengan keringat. Tidak sampai 10 menit aku sudah selesai dan langsung keluar hanya memakai handuk saja karena memang sudah terbiasa seperti itu. Kulihat Nura sedang mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.

N: “Mas Dhanar kok telanjang gitu sih?”
D: “Lah telanjang dari mana nya?Ini masih pake handuk kok”
N: “Iya tapi kan handuk doang, malu kali mas”
D: “Hahaha, yaelah Ra yang ada juga kamu doang, ngapain malu hehe, aku pake baju dulu ya”
N: “Iya mas, aku juga mau lanjutin ngeringin rambut”

Aku segera lanjut berpakaian lalu menunggu Nura mengeringkan rambutnya. Setelah Nura selesai dan memakai hijabnya lagi, kami lalu pergi menggunakan motorku ke tempat mie ayam langgananku, tapi tak lupa sebelumnya kunyalakan AC kamarku agar nanti siap dipakai begitu kami pulang. Sekitar 10 menitan aku berkebut ria dengan motor matic ku, yang sering membuat Nura memintaku untuk menurunkan kecepatan, akhirnya kami sampai di tujuan. Kami langsung memilih salah satu meja yang masih kosong, tidak lama ada pegawai warung makan yang menghampiri dan memberikan menu.

D: “Kamu mau makan apa Ra?”
N: “Kamu aja mas yang mesenin, aku kan belum tahu”
D: “Ya kalo aku sih mie ayam Ra, kamu mau juga?”
N: “Samain aja sama kamu mas hehe”
D: “Oke, minumnya?”
N: “Aku mau Es Teh Manis aja”
D: “Siap nyonya, tunggu bentar ya”

Aku pun memanggil pegawai toko lalu memesan dua mie ayam dan dua es teh manis. Setelah selesai memesan aku dan Nura mengobrol sambil menunggu pesanan kami datang.

N: “Mas, besok aku pulang sendiri aja ya naik taksi”
D: “Aku anter aja Ra, ngapain pake taksi coba”
N: “Ga enak mas kalau dilihat nanti aku dianter kamu, kan kamu tahu ibuku juga tinggal sama aku”
D: “Gampang itu Ra, ntar bilang aja kamu ke kantor dulu trus aku ambil mobil baru anterin kamu”
N: “Tapi mas”
D: “Ra, percaya deh sama aku, lagian aku juga mau sekalian ketemu dulu sama calon mertuaku”
N: “Ih kamu mah mas, masa gitu, udah tahu kan masalahnya gimana”
D: “Iya Ra, tapi gapapa kali aku cari muka dulu hehe”
N: “Hmmm...iya deh mas aku ngikut deh”

Di sela-sela kami mengobrol, akhirnya pesanan kami datang. Kami langsung menyantap pesanan kami masing-masing sampai habis.

D: “Gimana Ra? Enak kan?”
N: “Iya mas, coba deket rumahku, sering mungkin aku ke sini”
D: “Ya nanti kita sering aja ke sini”
N: “Ya muter-muter dong aku mas kalo gitu”
D: “Ga dong, nanti kalo aku anter kan itungannya ga muter-muter”
N: “Aneh-aneh aja mas Dhanar, mau nganter gimana coba”
D: “Nanti kita obrolin lagi enaknya gimana, udah yuk udah mendung juga, aku mau mampir dulu ke minimarket mau beli cemilan buat di rumah”

Kami pun langsung beranjak, setelah aku membayar pesanan kami tadi, aku dan Nura langsung menuju motor lalu tancap gas menuju minimarket terdekat. Di minimarket aku membeli beberapa keperluanku untuk di rumah dan juga tentunya cemilan karena stok cemilanku sudah habis. Sesudah kami membeli semua yang kami butuhkan, aku dan Nura melanjutkan perjalanan pulang kami, tapi mungkin karena agak lama pada saat membayar dan mungkin memang sudah takdirnya, saat di perjalanan pulang, hujan keburu turun dengan derasnya tanpa ada peringatan gerimis, sehingga tubuh kami langsung dimandikan beserta baju kami sekalian. Sesampainya di rumah aku dan Nura buru-buru turun dari motor dan menuju ke kamar mandi.

D: “Udah Ra, kamu duluan aja”
N: “Bareng aja mas sini, ntar kamu malah sakit”
D: “Wah ide bagus tuh, ayo ayo hehe”
N: “Ih mas mah, mesum banget senyumnya, mandi aja mas jangan ngapa-ngapain aku cape”

Aku hanya menjawab dengan tawa dan langsung mulai menanggalkan pakaianku satu persatu. Kamar mandi ku memang tidak terlalu besar, hanya berukuran 1,75 x 1,75 meter, sehingga dengan kami berdua di dalam, terasa agak sempit rasanya, tapi justru itu lah yang membuat kami menjadi berdekatan dan aku tak perlu beralasan apa pun lagi untuk itu. Aku dan Nura sama-sama sudah menanggalkan pakaian kami dan menggantungnya di gantungan baju di balik pintu kamar mandi. Kunyalakan shower yang menyemburkan air dingin ke badan kami. Kubiarkan Nura yang memakai shower duluan, lalu aku di belakangnya. Nura dan aku pun mulai memakai sampo untuk membersihkan rambut kami yang cukup basah karena terkena hujan.

Setelah itu kami bergantian menggunakan shower untuk membilas rambut kami. Lalu saat Nura mau mengambil sabun cairnya, kupegang tangan Nura dan kuhentikan, setelahnya kuambil sabun cair itu dan kupencet beberapa kali ke tanganku. Kumatikan shower dan aku mulai menyabuni tubuh Nura. Kusabuni dari lehernya, pundaknya, punggungnya, lalu kusabuni kedua tangannya setelah itu kupegang pahanya dan mulai menyabuni kedua kakinya depan belakang, aku sengaja belum mulai menyabuni bagian-bagian intimnya karena ingin kusabuni terakhir. Selesai menyabuni kedua kakinya, kuambil lagi sabun cair dan menaruhnya lagi di tanganku, kugosokkan pada kedua tanganku lalu kupegang pinggang Nura dan mulai menyabuni pinggangnya dan mulai menuju ke bawah ke kedua bongkahan indah yaitu pantatnya, kusabuni kedua bongkahan indah itu dan kuberikan sedikit remasan, Nura pun mulai berpegangan pada tembok, mungkin dia merasa agak pegal, tapi aku sendiri masih menikmati menyabuni pantatnya, dan aku pun mulai menyabuni belahan pantatnya itu sampai ke lubangnya kumasukkan sedikkit jariku tapi tidak sampai dalam.

Setelah puas menyabuni bagian indah itu, tanganku mulai naik lagi ke pinggangnya lalu menuju ke perutnya sehingga kini posisiku memeluknya dari belakang. Terus kusabuni perutnya secara perlahan dan Nura mulai memegangi tanganku tanpa menahannya sama sekali, padahal tadi dia bilang mandi aja, tapi kuyakin saat ini kalau memang mau kugempur pertahanannya pasti langsung luluh lantak. Sambil dipegangi oleh Nura, kedua tanganku masih menyabuni perutnya secara perlahan dan terkadang kusenggolkan ke payudara nya. Berikutnya aku mulai menurunkan tanganku menyusuri perut dan mengarah ke vagina nya, namun Nura menahan tanganku.

N: “Jangan mass, ga boleh pake sabun ituh”

Setelah memberitahuku, ia menarik kedua tanganku lalu meletakkannya di kedua payudara nya. Mengikuti maunya, aku menyabuni kedua payudara nya, tetap dengan perlahan kusabuni area depan tubuhnya, dari payudara nya naik ke tulang selangka lalu kuturunkan lagi ke payudara nya. Kusabuni payudara nya tapi aku sengaja menghindari puting nya, namun sesekali kusenggol putingnya bergantian. Suara desahan Nura makin terdengar jelas, matanya terpejam menikmati perlakuanku kepadanya. Kumajukan tubuhku hingga bersentuhan dengan tubuh Nura dan batang penisku kini menempel di pantatnya, sedikit demi sedikit kuposisikan batang penisku agar berada di belahan pantatnya. Kuciumi rambutnya yang masih wangi sampo, lalu aku beralih ke telinga kiri nya dan kuberikan gigitan kecil. Nura pun mulai menggerakkan pinggulnya sehingga batang penisku yang berada di belahan pantatnya juga merasakan gesekan pada belahan pantatnya. Tangan Nura masih terus berpegangan pada tembok, dan iya semakin memundurkan pantatnya, sehingga posisi kani berdua sekarang semakin menunduk. Sambil terus kumainkan payudara nya yang dipenuhi sabun, lalu dengan cepat kujepit kedua putingnya dengan jariku yang masih berlumuran sabun, dan kuberikan puntiran dan cubitan pada putingnya, meskipun terasa licin karena sabun pada jariku.

N: “Aaahhhh....”

Nura lalu berbalik dan langsung menyambar bibirku. Nura menciumku dengan ganas, aku pun tak kalah semangat membalas ciumannya. Suara ciuman kami memenuhi seisi kamar mandi kecilku. Lalu dengan tetap masih berciuman, kunyalakan lagi shower yang segera memancurkan air membasahi tubuh kami dan membilas sabun yang ada di tubuh kami. Aku dan Nura tidak peduli dengan itu, kami hanya terus berciuman dan mulai menjamah tubuh satu sama lain demi memuaskan nafsu kami yang sudah mulai memuncak. Nura menggenggam batang penisku dan ia mulai mengocoknya, sedangkan aku dengan satu tangan memainkan payudara nya dan satu tangan lagi memainkan vagina nya yang dari tadi belum tersentuh, Nura pun membantu sedikit membuka kakinya agar aku lebih mudah untuk menjamah bagian paling intim miliknya, entah vagina nya basah karena air pancuran dari shower atau memang basah karena air milik nya sendiri.

Nura lalu menghentikan ciuman kami dan berjongkok hingga kini batang penisku tepat berada di depan muka nya. Ia lalu menciumi penisku dari kepala hingga ke pangkalnya, dan ‘hap’ lalu ditangkapnya penisku menggunakan mulutnya. Dimaju mundurkan kepala nya, mulutnya menyedot dan lidahnya bergerilya di penisku. Cepat sekali Nura belajar, baru dua atau tiga hari saja dia belajar memainkan penis dengan mulutnya, tapi keahliannya meningkat dengan pesat, bahkan hampir tidak terasa giginya mengenai penisku. Sambil Nura terus mengocok penisku dengan mulutnya, tangan kananku membelai kepalanya dan kuturunkan tangan kiriku untuk memainkan payudara nya. Setiap kumainkan putingnya dengan jariku, semakin kencang juga hisapan mulutnya pada penisku. Tidak tahu karena mungkin permainan mulutnya yang semakin ahli di penisku atau mungkin karena aku yang sedang kelelahan, tidak sampai 10 menit Nura memainkan penisku di mulutnya, aku sudah merasakan tanda-tanda mau klimaks.

D: “Terus Raa, kayaknya bentar lagi aku sampe”
N: “Mmpph...sslurrp..mpmhh”

Nura semakin mempercepat kocokannya di penisku. Namun di tengah permainan kocokannya itu, Nura tiba-tiba berdiri dan membalikkan badannya dengan satu tangannya bertumpu pada tembok lalu tangan satunya memegang batang penisku. Ia mulai mengarahkan batang penisku ke mulut vagina nya. Mengerti dengan maksudnya, saat sudah berada tepat di celah vagina Nura yang merekah, kudorong masuk kepala penisku ke vagina basahnya hingga masuk hamper setengah.

N: “Eegghh...”

Lalu mulai kumaju mundurkan penisku untuk mengobok-ngobok vagina Nura. Penisku dengan mudah keluar masuk vagina nya karena terbantu dengan cairan kenikmatan nya.

N: “Eegghh...terusshh...masshh”

Tak kuindahkan kata-kata Nura karena fokusku hanya menggenjot vagina nya. Kugenjot terus vagina nya dengan tempo 3 kali pelan dan 1 kali kencang, dan setiap kuhentakkan dengan kencang, penisku semakin dalam masuk ke vagina nya, dan setiap hentakkan itu diiringi oleh racauan dan desahan Nura.

N: “Masshhh...enaakk..aahhh...enaak”

Tak lupa tanganku bergerilya di kedua gundukan payudara nya, tak pernah bosan aku memainkan kedua gundukan indah itu, dengan puting dan areola nya yg kecoklatan karena telah digunakan olehnya untuk menyusui, merupakan suatu pemandangan indah untukku. Sesekali kutarik puting kanannya ke kanan dan puting kirinya ke kiri sehingga kedua payudara nya tertarik melebar ke arah yang berbeda, dan saat kumainkan putingnya itu pun kurasakan pijatan vagina Nura semakin kencang pada penisku yang membuat pertahananku semakin mengendur.

D: “Raa...aku bentar lagi nih sayaang”
N: “Bareng mass...aku jugaaa”

Kugenjot vagina Nura semakin kencang karena kurasakan klimaks ku hampir sampai. Hingga akhirnya ‘crot crot crot’ ‘srrrt srrr serrrr’ kami berdua keluar hampir bersamaan, tapi kali ini aku bisa dibilang kalah karena aku yang lebih dulu keluar. Tapi tak peduli, yang penting saat ini kurasakan kenikmatan setelah kulepaskan bibit-bibitku ke rahim Nura. Disitu pun kami sama-sama diam dan menikmati sampai kami berdua sama-sama selesai melepaskan cairan orgasme kami.

D: “hhh..Ra, aku cabut ya sayang”
N: “Ntar dulu massh...biarin dulu”

Mengikuti permintaannya kubiarkan dulu penisku di dalam vagina nya, hingga akhirnya Bunka mulai mengecil ke kondisi setengah tegang. Nura pun memberitahuku kalau sudah boleh kucabut penisku, dan ‘plop’ tercabut lah si Bunka dari sarang nya diikuti cairan putih yang terjatuh dan mengalir keluar dari vagina Nura.

N: “Ahhh...banyak banget mass”
D: “Iya Ra hehe, bentar”

Aku iseng mengambil sedikit spermaku yang masih tersisa di paha nya dan tidak tersiram oleh pancuran air shower menggunakan telunjukku, lalu kuarahkan jariku itu ke mulut Nura. Nura melihat itu membuka mulutnya dan membiarkan jariku masuk, lalu mengemut jariku hingga benar-benar bersih dan menelannya.

D: “Udah makin pinter nih Nura ku sayang, makin ngerti aja sama kemauanku”
N: “Hehe iya mass, gatau ngerti aja aku jadinya”
D: “Makin jago juga kamu ngentotnya hehe”
N: “Mas mah ngomongnya...”Nura menjawab pelan
D: “Dih masih malu aja kamu Ra”
N: “Ya iyalah mas”
D: “Gapapa tapi Ra, emang kamu kayak gitu, kamu ga perlu berubah”
N: “Iya mas hehe”

Lalu kami melanjutkan mandi dan sabunan lagi dan bilas. Setelah itu kami mengambil handuk masing-masing dan mengeringkan badan kami. Namun disaat sedang itu lah, kulihat Nura yang sedang mengeringkan badan dan entah kenapa Bunka mulai menjadi semakin tegang lagi. Melihat butiran-butiran air yang ada di rambutnya, lehernya, payudara nya, perut, pinggul, pantat, kakinya, seluruh tubuhnya, membuat aku menjadi bernafsu lagi. Setiap kali ia menyeka bagian tubuhnya menggunakan handuk, payudara nya akan bergoyang, lalu saat ia menyeka kedua bongkahan pantatnya, ada gelombang pada pantatnya yang membuat itu menjadi pemandangan yang menakjubkan.

D: “Ra, maaf ya”
N: “Hah?Kenapa mas?”

Nura agak kaget mendengarku minta maaf padanya. Tapi tanpa banyak ba bi bu lagi kuhampiri dia dan langsung kugendong.

N: “Eh?Mas kok aku digendong?”
D: “Iya Ra, ga tahan aku liat kamu, lanjut lagi di kamar ya”
N: “Hah?”

Tanpa kujelaskan lebih lanjut langsung kubawa Nura ke kamar ku. Sampai di kamar, udara dingin AC langsung menerpa badan kami yang tak memakai sehelai benang pun. Aku langsung menjatuhkan badanku dan badan Nura ke kasur yang membuat Nura berteriak kecil. Kutangkap kedua tangannya dan kuberikan senyuman pada Nura, lalu aku langsung mengarahkan bibirku ke lehernya yang masih dihiasi sedikit butiran-butiran air. Kuciumi dan kujilati lehernya dengan ganas.

N: “Aahh..masshh...”

Tak kupedulikan desahan Nura, aku hanya fokus pada tubuhnya yang belum kering sepenuhnya, kujelajahi tubuh Nura mulai dari lehernya turun terus hingga ujung kaki nya menggunakan bibir dan lidahku lalu naik lagi hingga aku berhadapan lagi dengannya. Kuciumi seluruh wajahnya dan akhirnya ciumanku mendarat di bibirnya yang disambut hangat..mungkin lebih tepatnya disambut panas oleh bibir Nura. Kami mulai lagi ciuman ganas yang entah berapa kali telah kami lakukan dalam beberapa hari ini. Aksi pertukaran liur ini berlangsung tidak terlalu lama, karena aku ingin segera mencicipi payudara nya lagi. Kukecup payudara nya, kumainkan dengan lidahku memutari areola nya tanpa menyentuh putingnya.

N: “Masshh...hisaap” sambil menyodorkan payudara kirinya menggunakan tangannya

Sesuai permintaan Nura tersebut, kubuka mulutku dan kulahap puting kiri Nura. Kusedot dan kujilati dengan rakus puting kecoklatannya itu. Tangan kananku kugunakan sebagai tumpuan dan tangan kiriku diarahkan oleh Nura menuju ke lubang kenikmatannya. Saat sampai di sana, tanganku pun mulai meraba-raba bibir vagina nya, ku telusuri vagina yang mulai semakin terbuka itu karena kini tidak seperti sebelumnya jarang dijamah, sudah ada aku yang setia menjamahnya, tetapi meskipun begitu, tetap seret dan kencang. Kutelusuri dengan telunjukku, kurasakan sudah mulai basah vagina nya dan kusentuh seluruh permukaan vagina Nura dengan jariku sambil aku mencari sebuah biji kecil yang tersembunyi hingga akhirnya kutemukan dan kucubit-cubit kecil serta kupuntir-puntir klitoris Nura.

N: “Nnngghhhh...aeegghhh”

Suara lenguhan semakin terdengar dari mulut Nura, sedangkan aku tetap fokus memainkan payudara serta vagina nya. Tangan kiri Nura kini sedang menggenggam dan mengocok-ngocok kontolku.

D: “Ra, sini sepongin kontolku, aku mau sambil jilatin memek kamu”
N: “Hhh..hh..iyah masshh”

Kami pun merubah posisi, kini Nura di atasku, lebih tepatnya memeknya di atas muka ku dan muka Nura berhadapan dengan Bunka yang sudah tegak berdiri menyongsong langit. Kumulai berikan jilatan-jilatan kecil pada memeknya, Nura pun langsung melahap kontolku ketika aku memulai permainan. Sambil kuberikan sedotan kecil pada lubang senggama nya, kuarahkan juga lidahku sesekali menyapu klitorisnya yang membuat sedotan mulut Nura pada kontolku semakin mengencang. Kami terus saling memberikan kenikmatan pada kelamin yang ada di depan kami. Kusedot klitoris nya sambil kutampar-tampar bongkahan pantatnya, sesekali juga kupuntir dan kutarik puting Nura. Nura semakin liar dan memaju mundurkan mulutnya di kontolku dengan cepat sambil lidahnya tak lupa terus menyapu seluruh batang kontolku. Yang membuat aku merasa sangat keenakan adalah pada saat Nura hanya menyisakan kepala kontolku di mulutnya, Nura menyedotnya kuat dan lidahnya menjilati lubang kontolku dan tangannya mengocok-ngocok batang kontolku. Kami terus saling memberikan jilatan dan sedotan. Saling terus memberikan servis terbaik kepada satu sama lain.

N: “Masshh...ke..luarrhhh”

Tubuh Nura mengejang tanda bahwa orgasme telah tiba. Kupegangi kedua bongkahan pantatnya dan kusedot-sedot dengan kencang memeknya serta sambil lidahku menusuk-nusuk lubang kenikmatannya. Merasakan orgasme nya datang ditambah rangsangan dariku, Nura langsung menekan memeknya kencang-kencang ke mukaku yang membuat aku agak susah bernafas, tapi bumi terus berputar apapun yang terjadi dan aku pun tak menghentikan seranganku pada memeknya.

‘slllrrppp slluurrpp’ Terus kusedot cairan yang keluar dari memeknya dan kutekan kontolku semakin dalam ke mulut Nura yang disedotnya kuat-kuat sebagai respon dari klimaks dan serangan dariku pada memeknya. Setelah itu Nura menjatuhkan tubuhnya ke samping dengan kontolku masih di dalam mulutnya. Sepertinya dia tidak ingin hanya dia saja yang mendapatkan puncak kenikmatan, karena meskipun dia lelah setelah mendapatkan puncaknya, tetapi dia masih memberikan rangsangan demi rangsangan pada kontolku.

‘plop’

N: “Hhh..hh..hhah..”

Nura mencabut kontolku dari mulutnya, lalu dia mengambil posisi menungging.

N: “Ayo mas..sinih”
D: “Istirahat dulu aja sayang gapapa” sambil tersenyum pada nya
N: “Tapi aku mau mass” jawabnya dengan manja lalu menggoyang-goyangkan pantatnya ke arahku
D: “Haduh kalo gini mah ayo Ra, ga tahan aku juga liatnya”
N: “Hihihi ayo mas masukin”

Aku mengambil posisi di belakang Nura yang menungging dan mengarahkan kepala kontolku ke memeknya yang merekah.

D: “Siap Ra?”
N: “Iya sayang”

Woke, waktunya beraksi Bunka. Kutusukkan Bunka yang sudah tidak sabar untuk masuk kembali ke sarang baru nya ini. Tentunya karena Nura yang baru saja mencapai klimaksnya dan masih sedikit kelelahan, aku menggenjotnya dengan tempo pelan.

N: “Mass..sini tangannyah”

Nura mengarahkan tangan kiri nya ke belakang dan kusambut dengan tangan kiriku, setelah itu dia mengarahkan tangan kiriku ke payudara kiri nya. Tentu saja dengan lihai kumainkan payudara nya.

N: “Enakh mass"
D: “Duh anak dua tapi tetek mu masih kenceng, memekmu juga masih enak banget Ra”
N: “Eegghh..olah ragaa mass”
D: “Iya kamu rajin banget emang, terusin ya”
N: “Iyaa mass, buat kamu sekarang mass olah raga nya”
D: “Aahhh enak Ra memekmu, mijet mijet”
N: “Bunka juga mass enaak bangeett”

Kami berpacu dalam birahi, tak ada yang lain saat ini, fokus kami hanya saling menikmati diiringi suara pertemuan pahaku dengan pantat Nura. Kugenjot Nura semakin cepat, saat ini kurasakan aku sudah mau sampai lagi, biasa nya memang aku bisa bermain lebih lama, namun entah karena kelelahan atau memang nafsu ku yang terlalu tinggi kepada Nura, sehingga pertahananku menjadi sangat tipis. Sambil kuhujamkan kontolku ke memek Nura, kutampar-tampar kedua bongkahan pantatnya hingga memerah, tangan kiriku yang tadi bermain di payudara nya kini kugunakan untuk menarik rambut Nura sehingga membuatnya agak mendongak ke atas, dan ia pun menyesuaikan posisinya dari yang tadi nya menungging, kini badan depan Nura bertumpu sepenuhnya pada kedua tangannya yang diluruskan sehingga posisinya kini seperti merangkak. Merasakan klimaks yang semakin dekat, semakin kupercepat juga hujaman kontolku pada memeknya. Nura juga kurasakan hampir sampai pada klimaknya dan benar saja tidak lama tubuhnya mengejang lagi.

N: “Aaahhhhh....sampee lagiii”

Kurasakan kontolku yang masih keluar masuk memek Nura disiram oleh cairan hangat, tapi tetap dengan semangat kugenjot terus memeknya hingga akhirnya kini gantian aku yang sampai pada klimaksku.

D: “Enaak bangeett Raa, memekmu kenceeng”

Kuhujamkan dalam-dalam kontolku dan tersembur lah spermaku untuk yang kesekian kalinya di dalam memek Nura, menyirami rahimnya.

N: “Angeett massh...”


--ooo--

Epilogue


Kini kurang lebih sudah hampir dua bulan sejak permainan ku dengan Nura di rumahku, saat kami selesai bermain di kamarku, setelah beristirahat sebentar, kami melanjutkan permainan kami lagi di berbagai tempat di rumahku, di ruang tamu, dapur, bahkan kami sempat bermain di teras walaupun Nura berusaha keras menahan suaranya. Kami pun melakukannya dengan berbagai gaya, selain missionaries dan juga tentunya gaya kegemaranku yaitu doggie style, kami melakukan dengan gaya WOT, cowgirl, reverse cowgirl dan berbagai gaya lainnya. Waktu yang kami miliki benar-benar kami gunakan dengan sebaik mungkin karena kami sadar, sulit bagi kami untuk mendapat kan kebebasan seperti saat itu lagi. Entah berapa kali Nura mengalami orgasme pada hari itu dan entah berapa kali juga kusirami rahim Nura dengan benih cinta kami hingga akhirnya kami tertidur dan siangnya aku antar Nura pulang ke rumahnya.

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, sudah hampir dua bulan sejak saat itu, dan dalam waktu itu juga kami sempatkan untuk sekedar jalan berdua pada saat waktu pulang kerja ataupun makan siang berdua pada saat jam makan siang, tentunya kami berusaha bersikap sewajarnya di depan rekan kerja dan teman-teman kami di kantor. Kalau soal sex? Ya tentunya kami juga menyempatkan beberapa kali melakukannya meskipun tidak seleluasa dulu, kalau hanya ada sedikit waktu, biasanya Nura akan memberikan blowjob padaku sampai aku keluar atau hanya sekedar mengocok penisku menggunakan tangannya, kadang juga aku yang memberikan kocokan pada vagina nya menggunakan jari-jariku atau saat agak leluasa aku akan memberikan oral pada vagina nya. Beberapa kali juga kami bermain di rumahku setelah pulang kerja atau aku yang ke rumahnya saat anak-anaknya di bawa ke rumah orang tuanya, tentunya tidak bisa berlama-lama karena semua itu di hari kerja dan agar tidak membuat tetangga nya curiga.

Pernah sekali kami hampir ketahuan oleh seseorang di kantor yang kami tidak tahu siapa pada saat kami bermain di WC perempuan di kantor, alhasil permainan kami kentang, namun Nura memberikan blowjob padaku saat aku menyetir mobil di jalan pulang untuk meredakan emosiku.

Saat ini aku dan Nura sedang berada di sebuah rumah makan, Nura mengajakku ke sini sebelum nanti aku mengantarnya pulang. Kami sudah memesan makanan dan seperti biasa aku mendengarkan curhatannya soal kerjaan sambil menunggu makanan datang. Tidak lama makanan datang dan kami pun menyantapnya. Selesai makan kami menuju kasir dan saat aku mau membayar Nura menghentikanku dan dia memaksa untuk membayarnya, ya apa boleh buat, kubiarkan saja. Setelah itu kami menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil.

N: “Mas Dhanar”
D: “Iya Ra?” Jawabku sambil menyalakan mobil
N: “Aku hamil mas...”

END

--ooo--

Sekian dulu cerita arc khusus Nura, sebenarnya nubie awalnya lagi garap cerita sebelum sama Nura, tapi akhirnya cerita Nura ini yang nubie majuin duluan karena udah duluan selesai, tapi emang banyak yang nubie edit-edit dan tambahin lagi sepanjang nge post di thread ini cerita Nura sendiri akan bersambung di “My Unfaithful Life Season 2” dan cerita sebelum sama Nura ini yaitu “My Unfaithful Life Season 1” yang masih nubie garap

Untuk mulustrasi udah nubie tambahin di post 1, ya kurang lebih seperti itu lah ya hehe

Terima kasih banyak atas apreasiasi suhu-suhu semua dan juga terima kasih karena sudah mampir di thread nubie ini, mungkin masih banyak yang acak-acakan dan kurang berkenan, nubie usahain di cerita-cerita selanjutnya akan lebih rapi lagi :D
 
Bimabet
Congrats tamatnya kisahnya
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd