Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG My Unfaithful Life Season 0 - Nura

reiuwade

Semprot Baru
Daftar
9 Jan 2017
Post
38
Like diterima
631
Bimabet
Halo semua, reiuwade di sini, izin kepada suhu-suhu semua di sini, nubie ingin menghadirkan karya nubie di sini, maaf kalau misalnya tempo cerita ga beraturan bisa cepat bisa lambat karena ini pertama kalinya nubie nyoba nulis, semoga bisa menghibur.

Semoga nubie bisa update rutin mungkin sekitar semingguan sekali paling lama dan tidak tersendat-sendat karena draft nya sendiri hampir selesai. Mohon saran dan kritiknya juga. Selamat menikmati.

Index
Part 1 (Nura) -
Page 1
Part 2 (Bali Here We Come) - Page 1
Part 3 (Rani - Long time no sx) - Page 2
Part 4 (Bring it on) - Page 3
Part 5 (Here comes the plan) - Page 4
Part 6 (Take a deep breath then a deep throat) - Page 5
Part 7 (Gelisah) - Page 6
Part 8 (Next step of the plan) - Page 6
Part 9 (Last step) - Page 7
Part 10 (Mission Abort) - Page 8
Part 11 (Unbelievable) - Page 8
Part 12 (Let the devil comes) - Page 10
Part 13 (What a joke) - Page 11
Part 14 (Bercucuk tanam) - Page 11
Part 15 (All night long) - Page 12
Part 16 (Relax) - Page 13
 
Terakhir diubah:
1 : Nura


Perkenalkan namaku Dhanar Wiryo Hamid, umurku 29 tahun, istri 1 yang berumur 23 tahun. Aku mau menceritakan salah satu kisahku. Gausah lama-lama langsung aja dimulai, enjoy!

--ooo--

Pada Februari tahun 2023 tepatnya hari senin, aku dipanggil atasanku bersama salah satu rekan kerjaku Nuralusi Astranikan atau yang biasa kupanggil Nura, kami mendapatkan tugas untuk mengikuti seminar di Bali sesuai jabatan yang kami pegang saat ini. Sesuai jadwal, maka 2 hari lagi yaitu hari rabu kami akan berangkat.

Sorenya,

D: “Ra, rabu nanti berangkat bareng aja ke bandara ya, biar nanti aku minta tolong si Andi yang nganterin, kayak biasa, untuk tiket udah disiapin cuma untuk hotel kemungkinan nanti kita yang nyari sendiri karena hotel rekanan kantor sudah full book, nanti kalo mau biar aku yang cariin sekalian”
N: “Iya boleh mas. Mas Dhanar rencana mau nambah cuti apa ga nanti di sana?”
D: “Kayaknya sih gitu, kamu nambah?”
N: “Iya mas, aku kayaknya bakal nambah, mumpung ke bali, ntar aku palingan mau ngajak suami sama anak2 ke sana, ini aku mau ajuin dulu”
D: “Oke kalo gitu, Ra”

Oke, sebelum lanjut, sekilas tentang Nura, Nura seorang wanita berumur 26 tahun yang memakai hijab, sudah memiliki suami yang bekerja di luar daerah dan 2 orang anak yang tinggal bersama dengan Nura dan ibunya, tetapi walaupun sudah memiliki 2 anak, bodynya tetap oke banget, untuk ukuran bra nya sendiri kurang lebih 36B. Tapi yang membuat pandanganku selalu tertarik kepada dirinya bukan hanya karena ukuran buah dada nya yang cukup besar, tetapi juga bongkahan pantatnya yang menurutku penuh lekukan dan indah, pernah aku tidak sengaja menyentuhnya karena berdempetan dan empuk banget rasanya padahal aku sendiri tipe cowo yang lebih fetish kepada payudara dibandingkan bagian bawah. Nura sendiri merupakan seorang yang supel dan cukup polos, jadi kadang-kadang saat aku dan teman-temanku sedang bercanda yang menjurus ke selangkangan, dia kadang ikut nimbrung dan ceplas ceplos yang akhirnya bisa membuat Bunka (nama yang kuberikan pada alat kelaminku) mendadak tegang maksimal. Itulah sekilas tentang Nura.

Malamnya, pada saat aku sedang packing barang-barang yang mau kubawa untuk berangkat ke Bali, ada yang meneleponku. Kulihat layar hpku dan ternyata itu Rani. Rani ini adalah TTM-an ku semasa di cabang kantor yang lama, saat ini dia tinggal di salah satu daerah di selatan jakarta bersama dengan suami dan anaknya, perawakannya kecil imut, dengan body yang slim, ukuran dadanya kurang lebih 32B, putih dan supel.

Kujawab telepon itu,

D: “Halo Ran, tumben kamu nelepon”
R: “Halo mas, iya nih aku lagi ke minimarket buat belanja, jadi bisa nelepon kamu”
D: “Ada apa nih Ran?”
R: “Mas ikut acara seminar di Bali ga?”
D: “Iya aku ikut, kenapa?Suami kamu juga ikut ya?”
R: “Iya mas, Vian juga ikutan, kamu rencana nginep di hotel mana mas?
D: “Aku belum tau nih, ntar malem palingan aku baru cari”
R: “Oh gitu mas, kita sehotel aja kalo gitu ya, nanti aku yang cariin”
D: “Wih wih, kenapa nih?mau minta jatah ya?”
R: “Biasa mas, udah lama nih soalnya ga ketemu si Bunka, hihi”
D: “Yawdah kamu atur deh kalo gitu, tapi pesenin 2 kamar ya buat aku, temenku ada yang ikut juga, pesenin yang double bed aja”
R: “Oke mas, gampang deh, btw temen cewe apa cowo mas?”
D: "Cewe Ran, Nura namanya"
R: "Oh mau diajak 'main' juga ya?"
D: “Ngaco kamu Ran, dia mau bawa suami sama anak2 nya makanya kuminta pesenin double bed”
R: “Oh kalo ga bawa suami berarti buat kamu sama dia dong double bed nya hahaha”
D: “Ya ga lah Ran, aku sama dia ga ada apa-apa, belum haha”
R: “Mau aku bantuin mas?”
D: “Liat ntar aja Ran, lagian dia udah berkeluarga juga soalnya, yawdah Ran, aku mau lanjut packing dulu, see you there cutie pie”
R: “See you there mas, see you there Bunka hihi”

Kututup teleponku dan kulanjutkan membereskan barang-barang yang akan kubawa. Selesai packing, aku mau tidur, namun aku teringat sesuatu dan mengambil Hpku untuk mengirim pesan singkat kepada Rani. Aku bilang padanya kalau aku menambah cuti 2 hari untuk minggu depan, tentunya dia pasti mengerti kalau aku minta dia juga untuk mengambil cuti agar bisa menemaniku. Kukunci Hpku dan kupejamkan mata dan tertidur.
 
Terakhir diubah:
2 : Bali Here We Come


2 hari kemudian, hari rabu pagi, aku sudah sampai di kantorku, baru saja selesai memasukkan barang ke dalam mobilnya Andi. Sekarang tinggal menunggu Nura dan keluarganya sampai, lalu cus menuju bandara. Sekitar 10 menitan Aku dan Andi menunggu, dan Nura sampai menggunakan taksi online, Nura turun dari taksi, dia menggunakan kaos putih dan jaket berwarna biru dongker dan memakai rok span coklat tua sebagai bawahannya, walau Nura mengenakan jaket yang cukup besar, tapi tetap saja tidak bisa menutupi “aset”nya yang menarik. Namun aku cukup kaget, kenapa dia sendiri, padahal dia bilang keluarganya ikut berangkat ke Bali, ternyata setelah kutanya, Suami nya tidak bisa ikut karena masih ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal, sehingga tidak mungkin juga dia membawa 2 anaknya yang masih kecil-kecil ke Bali.

Dalam hati aku merasa cukup senang, karena berarti ada kesempatan juga buatku untuk menghabiskan waktu dengan Nura saja, mungkin aku bisa menerima tawaran Rani untuk membantuku seperti waktu itu dia membantuku dulu. Aku langsung mengirim WA kepada Rani dan meminta dia untuk membicarakan soal ini nanti di sana.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, Aku yang duduk di depan dan Nura yang duduk sendirian di belakang membicarakan jadwal kegiatan selama di sana. Sesekali kulihat Nura yang tampak agak murung, mungkin karena rencananya untuk sekalian liburan dengan keluarganya gagal.

D: “Ra, udah dong, gausah terlalu dipikirin, fokus dulu ya buat acara besok”
N: “Iya mas, tenang aja, agak bete aja sih, tapi buat urusan kerjaan aku tetap fokus kok”
D: “Sip kalo gitu. Nanti kamu mau reschedule ga buat hotel dan pesawat pulangnya?”
N: “Nanggung mas, ribet lagi juga ntar kalo reschedule, palingan nanti aku jalan aja sama teman-temanku di sana”
D: “Oh ada teman kamu juga yang ikut, apa emang tinggal di sana?”
N: “Sama kayak kita mas, dapet tugas untuk ikut seminar”
D: “Oke Ra kalo gitu”

Sesampainya di bandara, kami langsung menuju tempat check in dan memasukkan barang-barang kami ke bagasi, lebih tepatnya barang-barang Nura karena hanya 1 tas ku saja yang masuk bagasi, setelah itu kami segera menuju ruang tunggu. Saat waktunya boarding, Aku dan Nura segera menuju ke pesawat setelah tiket kami di cek oleh petugas. Di perjalanan menuju ke pesawat aku berinisiatif mengambil tas Nura yang cukup besar dari tangannya, sambil mencuri-curi kesempatan untuk sedikit memberikan physical touch kepada Nura agar dia terbiasa berdekatan denganku, awalnya dia menolak tapi aku beralasan agar bisa lebih cepat jalannya. Seat kami bersebelahan di bagian kanan pesawat, aku duduk di kursi tengah, dan Nura duduk di sebelah jendela. Di dalam pesawat kami membicarakan banyak hal, baik itu topik soal seminar, soal keluarganya, dan macam-macam lainnya. Karena dia sudah biasa nimbrung saat aku dan teman-teman lain membicarakan hal yang menjurus, sesekali juga aku mengarahkan pembicaraan ke sana.

D: “Ra, enaknya di sana kalo mau jalan-jalan ke mana ya?”
N: “Ke mana ya mas?Aku juga paling ngikut aja nanti sama anak-anak kalo pada mau jalan, mas bukannya dulu deket ya kalo mau ke Bali?”
D: “Ya deket kalo dibanding Jakarta, tapi tetep aja ga bisa sesukanya Ra. Cuma beberapa kali doang dulu ke sana”
N: “Palingan ke pantai ga sih mas?”
D: “Ya ujung-ujungnya sih ke pantai emang palingan, sambil cuci mata liat bule-bule berjemur hahaha”
N: “Yee senengnya mas itu mah”
D: “Ya namanya pemandangan harus dinikmatin dong. Kalo ga kamu aja tuh yang berjemur biar aku liatnya ga bule doang hehe”
N: “Dih maunya mas itu sih”
D: “Ya mau lah, masa rezeki ditolak Ra hahaha”
N: “ogah ah mas, masa aku tutupan begini malah berjemur depan banyak orang begitu”
D: “Ya iya sih. Tapi kamu kasian juga ya Ra, gagal dong ngasih adek lagi buat si Rini sama Rina”
N: “Idih mas, mau jalan-jalan aja kali kalo ke Bali mah, udah ah mas aku mau tidur dulu, ngantuk semalem packing sampe larut” jawab Nura yang mukanya agak memerah.
D: “Oke Ra, nanti kalo udah mau landing aku bangunin”

Nura pun bersender di dinding kabin pesawat untuk tidur sedangkan aku membuka aplikasi novel dan membaca chapter yang sudah ku download untuk menghabiskan waktu. Saat sedang membaca, tiba-tiba kepala Nura bersender di bahu ku, kulihat ke arahnya ternyata dia sudah tertidur, jadi kubiarkan saja. Awalnya aku tetap berkonsentrasi membaca novel di Hpku, tapi posisi Nura yang sedang tidur semakin membuatku tidak bisa berkonsentrasi, karena tangan Nura sudah memeluk tanganku, dan karena ruang yang sempit lenganku pun menyentuh bagian dadanya. Karena hal ini tentunya Bunka mulai bangun dari tidurnya.

Kucuri pandang ke sebelah kiri, penumpang di sebelahku juga tertidur, akhirnya aku menggeser sedikit badanku ke arah Nura agar lenganku lebih bisa merasakan empuk dada Nura. Perlahan kugeser tangan Nura agar berada tepat di atas Bunka yang sudah setengah tegang dan kuletakkan tanganku di atas paha Nura, setelahnya kuelus elus perlahan paha Nura sambil pelan-pelan kusenggol dadanya. Otomatis karena hal itu, penisku semakin menegang dan membentuk di celanaku. Sambil sesekali memperhatikan kondisi sekitar, kucoba membuat tangan Nura menggenggam penisku dan sedikit demi sedikit kukencangkan genggamannya.

Tiba-tiba Nura mengeluarkan sedikit lenguhan seperti orang yang akan bangun dari tidur, dengan segera aku melepas tangan kiriku dari tangannya namun tetap membiarkan tangan Nura menggenggam penisku dan tangan kananku tetap di atas pahanya lalu aku pura-pura tidur. Aku menunggu apa reaksi Nura. Sambil memejamkan mata, kudengar suara Nura yang tertahan, sepertinya dia kaget dengan posisi kami saat itu, namun tidak ada pergerakan besar, mungkin karena dia sadar malah akan membuat masalah kalau tiba-tiba dia berteriak atau bergerak yang mencurigakan. Terus kutunggu, hingga kurasakan genggaman Nura di penisku sedikit mengencang lalu sedikit meraba penisku, wah mungkin cukup frustasi juga Nura sudah lama tak mendapatkan sentuhan dari suaminya yang bekerja di luar kota. Tidak lama dia menarik tangannya berusaha merubah posisi duduknya dan meletakkan tangan kananku ke sandaran tangan pesawat.

POV Nura

Aku merasa ngantuk sekali hingga tadi sepertinya cukup cepat Aku tertidur. Kubuka mataku dan apa yang kulihat membuatku terkejut, refleks aku hampir berteriak tapi langsung kutahan karena aku sadar aku ada di dalam pesawat. Ya ampun, kenapa aku bisa dalam posisi ini, aku bersandar di pundak mas Dhanar dan memeluknya, tangan kanan mas Dhanar ada di atas pahaku sedangkan tangan kananku sedang menggenggam tonjolan di celananya. Dan juga aku baru sadar, kalau lengan kanan mas Dhanar menyentuh dadaku, mungkin bukan hanya menyentuh karena posisinya cukup dalam sehingga hampir membelah kedua buah dadaku, tapi kulihat mas Dhanar sedang tertidur.

Aku berusaha tenang dalam situasi ini, ketika sudah cukup tenang, aku ingin merubah posisiku, tapi kemudian benda yang sedang kugenggam menggunakan tangan kananku menarik perhatianku. Seperti terhipnotis, semakin erat kugenggam tonjolan itu, lalu kuraba dan aku berpikir ternyata ukuran tonjolan mas Dhanar besar juga, yang jelas lebih besar dari ukuran punya suamiku. Aku tersadar, dan aku segera merubah posisiku tetap secara perlahan agar tidak ada yang curiga.
 
Terakhir diubah:
ceritanya calon bagus nih, kalo boleh per chapter jangan kependekan hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd