Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Naga Merah

Mantab suhu,, minim ss itu lebih bagus buat cerita beginian,, apalagi ini bulan puasa, kasian teman yg puasa harus baca ss yg panjang, bisa buyar puasanya
 
Thanks update nya om TS :ampun:

Duuh..jadi semakin penasaran niih...

Apa yang terjadi nantinya.....:bingung:


Semoga update ke depan selalu lancar....dan semakin bagus ceritanya :ngeteh:
 
Huih dah selesai juga kawin nya... skrg sudah bs pulih kembali tenaganya naga... apa dipihak naga ada yg akan jatuh korban..???
Ditunggu kelanjutannya...
Di part selanjutnya ya Hu, spoiler alert nih 😅
Berbeda dengan Lissa , setelah sari berjalan pertama kog tidak terjadi apa apa , sari kan keturunan sengkelat juga
Lissa keturunan ratu ular Hu, penyatuan dengan siluman ular membuat aliran Kundalini Naga menjadi lebih deras. Kalau penyatuan dengan trah Sengkelat dimaksudkan agar ada keturunan lelaki dari trah Sengkelat karena sisa trahnya hanya tinggal Sari dan Rhea 😁

Sekali lagi mohon maaf belum bisa memuaskan karena pendek updatenya. Tetapi diusahakan ga terlalu lama menunggu.

Terimakasih support dan saran2nya Hu, besok update lagi yap.
Enjoy 😁🍺
 
Di part selanjutnya ya Hu, spoiler alert nih 😅

Lissa keturunan ratu ular Hu, penyatuan dengan siluman ular membuat aliran Kundalini Naga menjadi lebih deras. Kalau penyatuan dengan trah Sengkelat dimaksudkan agar ada keturunan lelaki dari trah Sengkelat karena sisa trahnya hanya tinggal Sari dan Rhea 😁

Sekali lagi mohon maaf belum bisa memuaskan karena pendek updatenya. Tetapi diusahakan ga terlalu lama menunggu.

Terimakasih support dan saran2nya Hu, besok update lagi yap.
Enjoy 😁🍺
Keren suhu
 
Mantap suhu cerita nya :beer: . . Izin ninggalin jejak
 
Bimabet
Part 18
Naga Terakhir

Dari atas sebuah pohon aku melihat beberapa orang pengejarku. Tampak mereka masih berlari dengan penuh kewaspadaan. Dari aura mereka aku merasakan tenaga dalam yang cukup kuat. Kuperkirakan, kekuatan mereka sebanding dengan Satrio dan Beni.

Rasa khawatir meliputi pikiranku. Sekilas kuhitung ada 8 orang. Apabila delapan pengejarku memiliki kekuatan setara Beni dan Satrio berarti disana lebih banyak lagi penyerang yang dihadapi Pak Cipta dan kawan-kawanku dengan kemampuan setara pengejarku. kali ini mereka menghadapi lawan yang tidak enteng.

Sekejap aku telah menjejakkan kaki ke tanah. Kedelapan pengejarku nampak kaget. Aku maklum karena sedari tadi aku memang sengaja menyembunyikannya auraku. Berkat penyatuan dengan ratu ular, aku merasa lebih mudah mengontrol aliran kekuatanku.

"Hey bocah, nampaknya kau yang disebut Raja Naga ", seringai salah satu dari mereka

"Jadi cuma segini kekuatan Raja Naga, aura kekuatannya hanya tipis seperti ini", ujar salah satu dari mereka menimpali.

"Sebaiknya kalian mundur bila ingin selamat. Tetapi bila kalian ingin beradu tinju denganku, silahkan saja", ujarku sambil tersenyum.

"Gertak sambal kami bocah!!", teriak si pengejar yang paling depan dan langsung menyerangku dengan pukulan ke arah kepala.

Kesiuran angin pukulannya lumayan deras, tetapi dengan sampokan ringan di lengannya, arah oukulannya jadi melenceng jauh, sembari secepat kilat sikutku kupukulkan ke punggungnya.

Dengan dorongan pukulan emosional yang meleset ditambah sikutanku yang telak di punggungnya membuat orang tersebut langsung jatuh berdebum tak berkutik. Darah meleleh dari bibirnya.

Aku masih merasakan auranya tipis pertanda dia belum mati. Sengaja aku tidak langsung melancarkan pukulan keras, karena berfikir untuk memberi mereka kesempatan menyerah. Tetapi rupanya darah siluman mereka terlalu cepat mendidih.

"Kurang ajar", teriak salah satu dari mereka

Dengan diiringi teriakan keras, tiga orang menyerangku sementara sisanya bergerak mengepungku.

Aku tak ingin berlama-lama dalam pertarungan ini, karena aku berfikir untuk segera membantu kawan-kawanku yang sedang dalam pertempuran sengit.

Kusalurkan sebagian energiku ke dada, tepat di lambang naga di dada sebelah kiri, kemudian kulepaskan dengan cepat ke seluruh tubuhku. Ledakan energi ini terasa meringankan gerakanku dan meningkatkan kepekaan inderaku dengan luar biasa.

Dengan cepat aku melakukan pukulan beruntun ke arah tiga penyerangku, bahkan pukulan merekapun belum sempat sampai ke tubuhku, tetapi tiga pukulanku telah masuk telak ke mereka.

Suara tulang patah mengiringi pukulanku hingga ketiga penyerangku jatuh berdebum dan tewas seketika.

Tanpa menunggu serangan selanjutnya, aku meloncat tinggi, lalu kusapukan tendanganku ke arah pengepungku di bagian kanan, tepat di kepalanya. Dan tanpa turun ke tanah tendanganku kusarangkan ke kepala pengepung di sebelahnya.

Dua orang tersebut menyusul ambruk ke tanah dengan kepala pecah.

Dua orang sisanya tampak menggigil ketakutan. Mereka lalu berlutut memohon ampun kepadaku.

"Maafkan kami Raja Naga, kami hanya siluman rendahan yang disuruh oleh Natapraja", maafkan kami ujar salah satu dari mereka.

"Baiklah aku memaafkan kalian. Kuburkan teman kalian", ujarku sambil berlalu

Namun rupanya siluman itu tak tahu diuntung. Sebuah kesiuran angin menandakan ada benda yang dilemparkan deras ke arahku. Dengan cepat aku melompat berbalik arah dan menyampok benda terbang tersebut dengan kakiku.

Rupanya mereka melemparkan beberapa bilah pisau kecil, yang kemudian berbalik arah ke arah mereka sendiri. Sebagian sampokanku mengenai dua siluman tersebut, namun rupanya pisau-pisau tersebut beracun karena luka akibat pisau tersebut nampak menghitam dan membuat mereka tewas seketika dengan mulut berbusa.

Aku segera berlari menuju lorong yang ditunjukkan oleh Rhea sebelumnya. Kali ini kugunakan kemampuan Raja Indra berlari cepat hingga sekejap aku telah sampai di dalam rumah Rhea.

Segera aku meloncat ke halaman depan dimana pertempuran utama sedang berlangsung.

Nampak Satrio sedang mati-matian menghadapi dua orang dengan kekuatan sepadan dengannya. Beni, Rangga dan Panji tak jauh berbeda. Bahkan Rangga nampak kepayahan menghadapi tiga orang.

Beberapa siluman ular nampak masih setia bertarung sepenuh tenaga.

Rhea dan Hadi bertarung saling memunggungi. Luar biasa duet bapak dan anak ini. Mereka menghadapi beberapa orang yang kuperkirakan pimpinan-pimpinan kelompok siluman yang menyerbu ini.

Sementara dari kejauhan aku melihat Pak Cipta menghadapi Natapraja. Tampak sekali keunggulan di pihak Natapraja. Beberapa kali serangan deras dari Pak Cipta hanya mengenai tempat kosong, sementara Natapraja dengan mudah menyarangkan beberapa pukulan dan tendangan ke tubuh Pak Cipta.

Aku segera meloncat ke arah pertarungan Pak Cipta.

"Natapraja, kamu lawanku!!", teriakku

Sebuah tendangan langsung kulancarkan ke arah dada Natapraja. Namun rupanya dia telah membaca serangan dariku. Yang tak kuduga adalah dengan tenang ia mengadu tendanganku dengan pukulannya.

"Bresss...", sebuah tumbukan dahsyat terjadi. Aku terhuyung kebelakang sementara nampak tubuh Natapraja bergoyang, bergeser sedikit dari kuda-kudanya.

Tapi aku tak mau kehilangan momentum. Kembali kulancarkan tendangan ke arah Natapraja, tetapi kali ini kubarengi dengan tambahan aliran tenaga penuh di kakiku.

Natapraja rupanya menyadari aku menyerangnya dengan tenaga penuh, dengan cepat dia meloncat mundur menghindari seranganku.

Kehilangan sasaran, aku jejakkan kakiku sebagai tumpuan ke tanah kemudian aku melenting ke arah Natapraja, kali ini pukulanku yang mengejarnya.

Natapraja belum sempat memperbaiki kuda-kudanya ketika pukulanku bersarang telak di dadanya. Namun sepersekian detik sebelum tumbukan rupanya Natapraja kembali melapisi tubuhnya dengan aliran tenaga Kundalini.

Kembali tubuh kami bergetar hebat. Kali ini kami sama-sama terhuyung. Sudut bibir Natapraja nampak mengalirkan darah segar. Kondisiku juga tak jauh berbeda dengannya. Nampaknya kekuatan kami hampir berimbang.

"Rupanya bukan bualan omong kosong kekuatan Raja Naga", ujar Natapraja

"Sayang sekali kekuatanmu anak muda, seandainya engkau mau bergabung denganku, pasti tujuanku segera tercapai dan engkau akan ikut menikmatinya".

"Natapraja, aku adalah trah Naga, maka jika aku bergabung denganmu, sudah tentu titel Raja Naga tidak layak kusandang", ucapku.

Kami saling memandang tajam, mengukur kedalaman ilmu kami masing-masing.

"Ah rupanya kamu telah bersetubuh dengan siluman ular itu. Tak heran kekuatanmu jauh meningkat daripada saat pertemuan kita dulu", senyum mengejek tersungging di bibir Natapraja

Aku masih diam mengukur kekuatannya. Apabila kami teruskan aku yakin akan memakan waktu sangat lama, sementara aku tidak yakin kawan-kawanku bisa bertahan lebih lama.

Nampaknya Natapraja telah bersekutu dengan beberapa kelompok siluman. Dan kelompok siluman terkenal denga kesetiakawanannya. Maka aku yakin, jumlah penyerbu kali ini belumlah semua dikeluarkan Natapraja.

Namun tiba-tiba dari belakangku terdengar suara teriakan keras

"Raja Naga, sebaiknya kau menyerah atau aku tidak segan-segan menurunkan tangan kepada wanita ini".

Seekor siluman kera berdiri tegak dengan tangan bersiap melukai leher Sari.

Aku terperanjat, bagaimana bisa dia menemukan Sari, dan dimana Lissa.

Pertanyaanku terjawab ketika kulihat Lissa berlari menyusul di belakang dengan tubuh berlumuran darah. Aku lupa meski dia adalah ratu ular namun dia sama sekali tidak memiliki dasar ilmu beladiri. Sehingga pertarungan fisik akan benar-benar menyulitkannya.

Aku menghela nafas. Sementara pertempuran terhenti. Semua pihak memandang kepadaku. Menunggu keputusanku.

"Hahahaha, Raja Naga, kupikir dengan membesarkan siluman ular itu, aku akan memanfaatkan darahnya untuk mempertahankan ragaku. Tetapi ternyata dengan kehadiranmu, akan lebih baik, jika aku menggantikan darah ratu ular dengan darah raja naga", Natapraja tertawa lepas.

"Tadinya kupikir dengan darah trah Naga saja cukup, namun darah adikmu rupanya belum cukup untuk mempertahankan ragaku agar bisa menampilkan tiga Kundalini ini", lanjut Natapraja.

Jantungku berdetak dengan cepat. Apakah yang dimaksud dengan darah adikku.

"Apa yang kau lakukan dengan Nita?", teriakku.

"Tak ada yang spesial, aku butuh darahnya, maka kuambil darahnya, begitu saja", Natapraja terkekeh dengan wajah mengejek.

Tiba-tiba dari belakang siluman kera, sesosok tubuh dengan cepat menghancurkan batok kepala siluman tersebut.

"Doni...", jerit Sari

Doni yang tiba-tiba masuk dalam lingkup pertarungan, langsung memeluk Sari dan membawanya menyingkir dari medan perang. Nampak Rangga dan Panji langsung berdiri di sebelah Doni, kupikir mereka berjaga-jaga bila Doni mencelakai Sari.

"Hahaha, Doni, peliharaan Herman, si Kelelawar Putih, anak dari Kartadirja", seru Natapraja, nampak terkejut sesaat namun tetap tenang

"Natapraja, kali ini aku akan menuntut balas atas kematian ayahku", teriak Doni

"Dengan kekuatanmu sekarang, rasanya kamu hanya akan menjadi daging yang terselip di gigi saja", ujar Natapraja sambil tergelak keras.

"Dimana Nita sekarang..!!", bentakku

"Hahaha, adikmu telah menyusul ayahmu yang lebih dulu kukirim ke alam baka bersama ibumu", jawab Natapraja

Tubuhku menegang, detak jantungku makin cepat dan kurasakan tubuhku seperti terbakar. Kemarahanku memuncak.

"Jangan kuatir Raja Naga, si Surya telah memberi perlawanan sengit sebelum akhirnya terkapar dan menyusul Candra ke alam baka", kembali ucapan Natapraja semakin membakar amarahku

Para siluman dibelakang Natapraja rupanya menyadari kemarahanku. Mereka nampak merapatkan barisan. Beberapa siluman muncul dari balik tembok rumah. Benar perkiraanku, belum semua siluman terjun dalam pertempuran tadi.

Namun tak disangka, dari belakangku kerumunan siluman ular yang telah bersiap bertempur di belakangku tiba-tiba membelah barisannya dan Lissa langsung menuju ke tengah-tengah mereka


"Darahku adalah darah ratu ular, maka biarkan darahku memberi kalian kekuatan penuh, dan kupanggil semua ular di tempat ini", ujar Lissa

Tampak Lissa menorehkan darahnya ke para siluman ular dan kurasakan aura mereka yang tadinya redup, menguat seketika berlipat ganda. Darah Lissa adalah darah ratu ular yang telah dikuatkan oleh energi dari Raja Naga.

Dan rupanya Doni juga membawa puluhan siluman kelelawar putih bersamanya. Kelompok siluman ini cukup disegani di kalangan para siluman karena ilmu mereka diatas rata-rata siluman. Dengan dua kelompok siluman kuat di pihakku, mereka tak akan berani bertindak gegabah.

Namun kemarahanku tetap belum mereda. Semakin panas dan bergetar tubuhku, hingga kurasakan sisik naga mulai muncul ke permukaan kulitku.

Tak berapa lama sisik naga telah memenuhi lengan dan kakiku serta sebagian dadaku dimana lambang naga merah berada.

Mataku nyalang menatap marah. Bukan lagi mata seorang Naga Danendra, tetapi mata Raja Naga yang menyala merah seperti api yang membakar.

Secepat kilat tubuhku melesat memburu Natapraja yang masih terperangah melihat perubahan fisikku.

Nampaknya Natapraja cepat bertindak, dipusatkan kekuatannya pada lengan hingga pukulan kami beradu

"Blaammm...", tanah di sekitar benturan kami melesak amblas kebawah seolah terhantam meteor.

Nampak Natapraja terlontar jauh dengan dada menghitam.

Secepat kilat beberapa siluman gagak menangkap tubuh Natapraja sebelum menghantam tanah lalu meloncat jauh membawa tubuh Natapraja yang terluka dalam.

Siluman-siluman pendukung Natapraja juga kalang kabut melarikan diri. Sementara Pak Cipta mencegah kami melakukan pengejaran.

"Cukup, kita sudah banyak kehilanagn tenaga. Kita tidak tau kekuatan seberapa yang masih mereka simpan", ujar Pak Cipta

"Naga, tenangkan dirimu, aku turut berduka atas kehilanganmu".

Tubuhku berangsur-angsur kembali seperti semula. Sisik di tubuhku mulai menghilang. Aku merasa sangat lelah, tak bertenaga. Kehilangan orang-orang yang sangat kucintai benar-benar membuatku merasa gagal menjadi Raja Naga, sang pelindung.

Kini hanya tersisa aku, trah Naga yang terakhir.

***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd