Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Napsu Anak Tiri

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
620
Like diterima
10.868
Bimabet


Napsu Anak Tiri



HAMPIR delapan tahun ibuku meninggal dunia, akupun sudah terbiasa tanpa kehadiran sesosok ibu dalam hidupku. Tapi tidak bagi ayahku, dia merasa sangat kesepian, ayah selalu saja meminta izin padaku untuk menikah lagi dan dengan terpaksa aku mengiyakan permintaan dari ayahku. Karena aku juga kasian pada ayah bagaimana perasaan batinnya tanpa kehadiran seorang istri sebagai pelengkap hidupnya.

Selang beberapa bulan setelah mendapat izin dariku untuk menikah lagi, akhirnya ayah memberanikan diri mengajak calon ibu tiriku ke rumah.

Namanya Sulistyawati. Umurnya sekitar 40 tahun lebih muda dari ayahku 7 tahun. Dia mengingatkan aku dengan Ussy Sulistyawati yang wajahnya memang mirip-mirip.

Tubuhnya berisi dan wajahnya terlihat masih muda. Dia bekerja sebagai staff di kantor ayahku. Aku memanggilnya dengan sebutan Tante Wati.

Saat Tante Wati main ke rumahku, aku sering melihat ayah dan Tante Wati berpelukan di sofa menonton televisi, terkadang tangan ayah dengan nakalnya masuk ke dalam kaos Tante Wati meremas toket Tante Wati dengan penuh gairah.

Bagaimana ayah tidak penuh gairah, tubuh Tante Wati sangat semok dan mempunyai buah dada yang cukup besar. Sehingga semenjak ayah sering membawa Tante Wati ke rumah, membuat aku menjadi hobi masturbasi membayangkan 'ngentot' dengan Tante Wati.

Pada hari Minggu pagi aku terbangun karena kaget mendengar suara gelas pecah di dapur. Saat kulihat ternyata Tante Wati sedang berjongkok mengumpulkan serpihan beling di lantai.

“Awas jangan mendekat, banyak pecahan beling nanti keinjak, tadi gak sengaja aku menjatuhkan gelas...” katanya.

Aku yang masih sedikit mengantuk dengan mata masih sepet menjadi terbuka lebar karena melihat pemandangan segumpal daging padat di selangkangan Tante Wati yang terbungkus celana dalam berwarna hitam. Tante Wati saat itu memakai daster pendek di atas dengkul.

“Kak..." Tante Wati memanggil aku kakak. "Tolong ambilkan Tante sapu…”

“Tunggu sebentar…” jawabku lantas aku melangkahkan kakiku berjalan mencari sapu yang ada di halaman depan.

Sembari berjalan aku membayangkan bongkahan padat di selangkangan Tante Wati yang kulihat tadi, apakah celah yang terdapat di bongkahan padat itu sudah dimasuki kontol ayah, atau pernah dijilat ayah, kontolku langsung menegang dibalik celana kolor yang kupakai.

Saat sudah mendapatkan sapu aku berjalan kembali ke dapur, tanganku mengelus-elus kontolku dari luar celana kolorku.

“Ini Tan sapunya… Ayah mana, Tan?” tanyaku.

“Ayahmu berangkat kerja, dia dapet tugas mendadak dan harus ke kantor pusat di Jakarta, Tante disuruh diem disini nemenin kamu dan disuruh memasak buat kamu… o, ya kamu mau dimasakin apa biar nanti Tante masakin…” katanya sambil menyapu serpihan beling.

“Aku mau nasi goreng aja Tan…” jawabku. lalu aku berjalan ke tempat gantungan handuk mengambil handukku, selanjutnya aku menuju ke kamar mandi.

Aku semakin bernapsu pada Tante Wati sewaktu kulihat pantatnya yang bergoyang-goyang saat ia sedang menyapu, dibarengi dengan kedua teteknya.

Di dalam kamar mandi aku mengocok kontolku tanpa sabun mandi lagi dan saat sudah mencapai puncaknya, air maniku tumpah ke lantai kamar mandi sejadi-jadinya sampai aku bersandar di dinding dengan napas terengah-engah.

Usai mandi dan hanya melilitkan handuk ke pinggangku aku menuju ke dapur bermaksud hendak menanyakan Tante Wati, apakah nasi goreng pesananku sudah jadi apa belum, tapi ketika aku sampai di dapur aku melihat pemandangan bongkahan pantatnya yang begitu menggairahkan kelelakianku, tanpa sungkan-sungkan lagi aku memeluk Tante Wati dari belakang, kuciumi lehernya yang basah berkeringat.

Tante Wati memberontak, mungkin merasakan kontolku yang tegang kutusuk ke belahan pantatnya.

“Iiihhh… Kak, ngapain sih… jangan perkosa Tante ah… Tante ini calon istri ayahmu...” katanya.

“Udah, Tante diam aja... Tante gak cocok jadi istri syah… cocoknya jadi istriku…” kataku.

“Kamu ngomong apa sih Kak… Tante mohon hentikan, Kak…” katanya semakin pelan sepertinya dia sudah terangsang juga karena lehernya terus kugeluti.

“Tante nurut dan nikmati aja... aku lagi napsu banget sama Tante, neh… lagian di rumah cuma ada kita berdua… kasih aku ngentot Tante ya..."
“Tante mohon Kak, jangan Kak, persediaan kondom Tante lagi habis, sabar ya... tunggu Tante beli kondom dulu…” pintanya memohon.

Tak kupedulikan omongan Tante Wati, aku terus saja mencumbuinya sembari tanganku meremasi bongkahan teteknya.

Aku tahu kalau Tante Wati suatu saat akan terangsang, lalu... brettt... kutarik turun celana dalamnya.

"Jangan Ksk, Tante mohon jangan... jangan..." mohonnya saat kontolku yang keras itu merasuki memeknya dari belakang.

Setan sudah membutakan mata batinku sehingga tidak kupikirkan ayah lagi. Kontolku menyodok memek Tante Wati.

Entah aku yang beruntung, atau Tante Wati yang sial, kontolku langsung mengenai lubang memek Tante Wati, sehingga membuat Tante Wati menjerit, "Aaawwwhh..." saat kontolku menembus lubang memeknya.

Kurasakan lubang memek Tante Wati belum terlalu basah. Kemudian kucabut kontolku lalu kuposisikan tubuhku berjongkok dari belakang
pantatnya dan kujilati memeknya dari bawah.

“Aahhh… mau kamu apain lagi…” katanya dengan suara khas wanita yang sedang menahan nikmat.

Kujilati memeknya seperti layaknya anjing yang sedang menjilati koreng bernanah. Tercium olehku bau memek Tante Wati yang khas. Aku juga menjilati anusnya. Dia tidak lagi memberontak bahkan tangannya berpegangan pada meja kompor menahan nikmat birahi yang menjajah anus dan memeknya yang kini sudah basah dan mekar.

Akhirnya dia semakin menunggingkan pantatnya dan mengoyangkannya ke arah mukaku. Aku benar-benar menikmati apa yang dia lakukan, sesekali kujilati bongkahan pantatnya yang bulat seksi.

“Tante menyerah Kak, ayo... ngentot Tante..." suruhnya. "Tapi tolong jaga rahasia jangan sampai ketahuan ayahmu... Tante sayang ayahmu… Tante gak mau pernikahan kami batal,” katanya.

Kemudian Tante Wati membalikkan tubuhnya dan aku yang berdiri di hadapannya menatap tajam matanya. Tak kusangka dia tiba-tiba memelukku dab menciumi bibirku.

Akupun lantas membalas ciumannya sambil meremas teteknya. Tak lama setelah itu langsung saja aku duduk di kursi dengan kontol mengacung tegang, sedangkan selangkangan Tante Wati segera memasuki pahaku dan setelah memeknya sudah berada di atas kontolku, ia memegang kontolku dan selangkangannya segera turun, lalu bleessss... kontolku pun langsung nyangkut di lubang memeknya.

"Enak kontolku ya, Tan..." tanyaku.

"Ya... shiitt... enak banget, mantap..." jawabnya memegang bahuku, lalu menggerakkan pantatnya naik-turun dan secara spontan lubang memeknya menggosok-gosok batang kontolku, sekali-sekali pinggulnya dia putar, pantatnya maju-mundur, tak tahan lagi kontolku menyodok lubang memeknya dari bawah.

“Sssttthhhh… aaahhh… nikmat Kak… kontolmu benar-benar besar dan keras beda sama punya ayahmu…” racaunya keenakan.

Sodokanku dari bawah semakin ganas.

Hampir 10 menit aku menggenjotnya hingga akhirnya akupun memuntahkan semua spermaku ke rahimnya.

Crroottt... crroott... crroott...

Singkat cerita dia jadi juga menikah dengan ayahku. Akad nikah dilakukan di rumah, sedangkan resepsi pernikahkan dilakukan di ballroom sebuah hotel.

Aku sangat senang sekali, meskipun sudah jadi istri ayahku, dia tetap memberikan aku menikmati tubuhnya secara utuh seperti aku suaminya yang kedua.

Katanya kontol ayahku tak sekeras kontolku. Ya, iyalah... sudah berapa umur ayah?

s.e.l.e.s.a.i.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd